Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361099122

Susur Sungai di Kota Seribu Sungai

Article · June 2022

CITATIONS READS
0 357

3 authors, including:

Nur Laili
Universitas Lambung Mangkurat
7 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nur Laili on 05 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Susur Sungai di Kota Seribu Sungai

Nur Laili
Email: 2010128120003@mhs.ulm.ac.id

Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan Budaya Tahunan Mahasiswa PIPS ULM Susur Sungai di Kota
Seribu Sungai. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang dimana
dilakukan dengan studi literature yaitu peneliti menemukan sumber data yang di peroleh dari berbagai
sumber buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa susur sungai ini merupakan budaya tahunan yang dilaksanakan oleh mahasiswa PIPS
ULM. Melalui kegiatan susur sungai juga terbentuk interaksi-interaksi antar penduduk dari aneka ragam
suku, agama, budaya dan latar ekonomi. Interaksi multikultural ini pada akhirnya membentuk hubungan-
hubungan yang erat meliputi aspek ekonomi, sosial-budaya, dan politik, dengan sungai sebagai penghubung
utamanya. Dari sana interaksi manusia terbangun dan menghasilkan kebudayaan masyarakat yang
dipengaruhi oleh lingkungan sungai. Sehingga pengertian budaya sungai dapat diartikan sebagai cara hidup,
perilaku, dan adaptasi manusia yang hidup ditepi sungai, dimana hal itu telah menjadi tradisi yang dilakukan
secara turun temurun.

Kata Kunci: Susur, Sungai, Banjarmasin.

PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan
suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-
mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka
ragam. Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia kepariwisataan.
Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan
budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa
alam, budaya, tata hidup dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun
dinikmati oleh wisatawan. Dalam arti luas, apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik
wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata. Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi
Kalimantan Selatan adalah kota yang unik dan dikenal dengan julukan Kota Seribu Sungai karena
banyaknya sungai yang mengalir di dalamnya. Sungai memiliki peran vital bagi orang Banjar sejak zaman
dahulu kala. Di samping memenuhi kebutuhan hidup bagi warganya, sungai berfungsi sebagai sumber mata
pencaharian dan jalur transportasi orang maupun barang. Jukung (perahu kecil) dan klotok (perahu motor)
adalah moda transportasi sungai yang biasa digunakan oleh warga. Selain itu ada budaya tahunan yang
dilakukan mahasiswa PIPS ULM yaitu susur sungai dengan menggunakan kelotok untuk menyusuri sungai
dengan kegiatan itu banyak sekali hal yang bisa di lihat oleh mahasiswa seperti aktivitas masyarakat yang
berada di bantaran sungai, penataan rumah warga yang di bantaran sungai serta bersinggah di tempat tempat
bersejarah yakni museum wasaka dan makam sultan suriansyah.

TEORI

Pariwisata merupakan sebuah industri yang besar yang melibatkan berbagai sektor dalam
mendukung kegiatan di dalamnya. Hal tersebut sejalan dengan pengertian pariwisata dalam UU No. 10
Tahun 2009 yang merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang No.
10 Tahun 2009). Sementara itu McIntosh dan Goldner (1986) menjabarkan bahwa pariwisata merupakan
sejumlah gejala dan hubungan yang timbul mulai dari interaksi wisatawan dengan wisatawan, perusahaan-
perusahaan pemberi layanan kepada wisatawan, pemerintah setempat, dan masyarakat lokal yang menjadi
tuan rumah dan bertindak dalam proses menarik dan melayani wisatawan. McIntosh dan Goldner (1986)
menyatakan bahwa terdapat 4 unsur penting guna memberikan batasan yaitu:

1. Wisatawan (tourist) yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata.


2. Para pemasok (business suppliers) yaitu perusahaan yang menyediakan kebutuhan (needs),
keinginan (wants) serta pelayanan (service).
3. Pemerintah (host government) yaitu lembaga yang memiliki wewenang dalam menetapkan
kebijakan, mengarahkan dan megartur agar wisatawan dapat terlayani dengan baik.
4. Masyarakat (host community) yaitu tuan rumah yang memberikan pelayanan kepada wisatawan.
Adapun definisi pariwisata dalam penelitian ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan wisata dan
kawasan wisata yang mana didukung oleh sarana dan prasarana pendukung yang terdapat pada
Kawasan Sungai Gelar serta masyarakat juga berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata yang
berlangsung di kawasan tersebut.

PEMBAHASAN

Pengertian pariwisata menurut A.J Burkat dalam Damanik (2006) pariwisata adalah perpindahan
orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasa
hidup dan bekerja dan juga kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di suatu tempat tujuan. Menurut
mathieson & Wall dalam Pitana dan Gyatri (2005), bahwa pariwisata adalah kegiatan perpindahan orang
untuk sementara waktu ke destinasi diluar tempat tinggal dan tempat bekerjanya dan melaksanakan kegiatan
selama di destinasi dan juga penyiapan-penyiapan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menurut
pendapat yang dikemukakan oleh Youti, (1991:103). Pariwisata berasal dari dua kata yaitu Pari dan Wisata.
Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali,berputar-putar atau lengkap. Sedangkan Wisata dapat
diartikan sebagi perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata “reavel” dalam bahasa
Inggris. Atas dasar itu maka kata “pariwisata” dapat juga diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali-kali atau berputar-putar dari suatun tempat ketempat yang lain yang dalam bahasa Inggris didebut
juga dengan istilah “Tour”

Gambar 1. Susur Sungai Banjarmasin (Sumber: dokumentasi publikasi PIPS ULM).

Banjarmasin adalah Ibukota dari provinsi Kalimantan Selatan. Banyaknya sungai yang mengaliri
kota menjadi alasan Banjarmasin dijuluki “kota seribu sungai”. Sungai sendiri memiliki peran dalam
pembentukan kebudayaan masyarakat di Banjarmasin. Banjarmasin merupakan daerah dataran rendah,
dengan mayoritas lahannya tertutupi oleh tanah gambut dan rawa, serta banyaknya jumlah aliran sungai di
banjarmasin sehingga dapat dikatakan banjarmasin sebagai kota air. Sejak awal berdirinya Banjarmasin
pada abad ke-16 Jaringan transportasi air merupakan bagian utama yang menjadi urat nadi dan pendorong
tumbuh dan berkembangnya Kota. Sebagaimana dikatakan Sartono Kartodirjo (1975) pusat kota
pemerintahan kerajaan, bandar dan pasar adalah tiga fungsi daerah tempat pembentukan kerajaan di tepian
sungai dan pesisir pantai.

Gambar 2. Kampung Biru (Sumber: dokumentasi publikasi PIPS ULM).

Begitu banyaknya sungai yang mengaliri kawasan geografis Kalimantan Selatan, sehingga
menjadikan sungai memiliki peran penting terhadap kehidupan masyarakat Banjar. Sungai berfungsi
sebagai jalur transportasi air yang menghubungkan daerah pedalaman dengan daerah tepian sungai dan
pesisir pantai. Melalui sungai juga terbentuk interaksi-interaksi antar penduduk dari aneka ragam suku,
agama, budaya dan latar ekonomi. Interaksi multikultural ini pada akhirnya membentuk hubungan-
hubungan yang erat meliputi aspek ekonomi, sosial-budaya, dan politik, dengan sungai sebagai penghubung
utamanya. Dari sana interaksi manusia terbangun dan menghasilkan kebudayaan masyarakat yang
dipengaruhi oleh lingkungan sungai. Sehingga pengertian budaya sungai dapat diartikan sebagai cara hidup,
perilaku, dan adaptasi manusia yang hidup ditepi sungai, dimana hal itu telah menjadi tradisi yang dilakukan
secara turun temurun (Hartatik, 2004). Kini orientasi aktivitas masyarakat Banjarmasin sebagian besar
dilakukan di daratan, namun tradisi aktivitas di sungai masih berlangsung seperti sarana transportasi sungai
untuk keperluan pariwisata dan perdagangan, serta masih dapat ditemukan komuntas-komunitas yang
bermukim di tepi sungai.
Pemerintah kota Banjarmasin juga mendukung keberlangsungan tradisi kebudayaan ini, dengan
menetapkan program-program yang sejalan dengan kebudayaan sungai. Diantaranya adalah peraturan
ketinggian jembatan untuk memungkinkan kelancaran transportsi air, dan pembangunan siring sungai
martapura sebagai bentuk penataan kawasan tepi sungai Martapura di Banjarmasin. Penataan kawasan tepi
sungai Martapura Sungai Martapura adalah salah satu sungai utama yang mengalir memotong pusat kota
Banjarmasin. Sungai ini menjadi titik utama pembangunan pusat pemerintahan kerajaan Banjar pada awal
berdirinya, dan masih dipertahankan hingga sekarang, Gedung pemerintahan seperti kantor walikota
Banjarmasin terletak tepat di seberang sungai Martapura. Selain sebagai pusat pemerintahan sungai
Martapura juga menjadi area pusat perdagangan. Orientasi aktivitas masyarakat pada zaman dahulu
berpusat kepada sungai-sungai di Banjarmasin, dengan perahu sebagai sarana transportasi utama.

Sehingga untuk mempermudah aksesibilitas maka peletakkan bangunan pun berada tepat di tepi
sungai, mulai dari bangunan perumahan. Dengan sungai sebagai sarana aktivitas utama, maka desain rumah
tradisional pun mengikuti tradisi ini. Sehingga menghasilkan desain bangunan tepi sungai banjar pada saat
itu dimana seluruh muka bangunan menghadap sungai, dengan aktifitas MCK dilakukan di darat, ditambah
tidak adanya penggunaan bahan-bahan kimia pada saat itu sehingga kebersihan sungai terjaga. Perubahan
cara pandang budaya sungai mulai muncul saat pihak kolonial masuk kedalam kerajaan Banjar, intervensi
kebijakan pemerintah mengakibatkan pergeseran nilai-nilai kebudayaan. Salah satu contoh utama adalah
relokasi warga dari sungai yang dipindahkan ke jalan utama yang dibangun oleh Belanda. Pembangunan
jalan ini ditujukan untuk mempermudah akses menuju area tambang di Kalimantan timur.

Karena itu untuk meningkatkan keamanan di sepanjang jalan penting ini mayoritas warga yang
bermukim di tepi sungai direlokasi secara paksa. Dengan pindahnya sebagian masyarakat menuju daratan,
ditambah dengan dibangunnya jalan-jalan penghubung antar daerah, maka terjadi perubahan orientasi
masyarakat yang pada awalnya mengandalkan sungai sebagai area aktifitas utama, menjadi melaksanakan
aktifitas utama di daratan, dengan alasan akses yang lebih fleksibel. Saat ini ditengah-tengah arus
globalisasi dan modernisasi fenomena pergeseran budaya sungai menjadi semakin memprihatinkan. Sungai
dianggap sebagai muka belakang, dan digunakan sebagai tempat pembuangan, mulai dari sampah rumah
tangga hingga limbah industri. Kini bangunan-bangunan tepi sungai, khususnya permukiman tepi sungai
masih dapat dilihat di beberapa titik di sungai martapura, seperti perumahan di daerah kelurahan seberang
masjid dan kelurahan pasar lama. Namun pergeseran kebudayaan mengakibatkan berubahnya cara pandang
masyarakat. Kini bangunan tepi sungai dipandang sebagai kawasan marginal dikarenakan tidak tertatanya
kawasan perumahan tepi sungai. Siring sungai martapura kini menjadi destinasi wisata sebagai sarana untuk
mengembalikan aktivitas di tepi sungai. Siring sungai tidak hanya didesain sebagai jalur peindustrian,
namun juga Menara gardu pandang, masjid, cagar budaya rumah tradisional Kalimantan, arena bermain
anak, tempat perbelanjaan dan dermaga kapal kelotok untuk transportasi sungai.

Gambar 3. Siring Menara Pandang Banjarmasin (Sumber: dokumentasi publikasi PIPS ULM).

Siring sungai Martapura kini ramai dikunjungi oleh wisatawan, khususnya pada hari minggu pagi,
dan menjadi salah satu destinasi wisata andalan kota Banjarmasin dengan jumlah pengunjung tertinggi.
Pembangunan siring sungai bukan berarti seluruh permasalahan penataan kawasan tepi sungai martapura
telah selesai seluruhnya, bahkan muncul beberapa permasalahan baru yang perlu diperhatikan. Keberadaan
siring sungai ditujukan untuk pejalan kaki dengan berbagai fasilitas penunjang seperti area perbelanjaan,
parkir kendaraan, dan zona hijau. Namun zonasi untuk tiap-tiap fasilitas masih rancu sehingga dapat
ditemukan pedagang yang membuka lapak hingga jalur pejalan kaki, atau kendaraan yang parkir tidak pada
tempatnya. Permasalahan zonasi ini harus diperhatikan dengan pertimbangan site yang menjadi destinasi
wisata, sehingga secara tidak langsung menjadi citra dari pembangunan kota secara keseluruhan.

SIMPULAN

Sungai memiliki peran penting terhadap kehidupan masyarakat Banjar. Sungai berfungsi sebagai
jalur transportasi air yang menghubungkan daerah pedalaman dengan daerah tepian sungai dan pesisir
pantai. Melalui sungai juga terbentuk interaksi-interaksi antar penduduk dari aneka ragam suku, agama,
budaya dan latar ekonomi. Interaksi multikultural ini pada akhirnya membentuk hubungan-hubungan yang
erat meliputi aspek ekonomi, sosial-budaya, dan politik, dengan sungai sebagai penghubung utamanya.
Dari sana interaksi manusia terbangun dan menghasilkan kebudayaan masyarakat yang dipengaruhi oleh
lingkungan sungai. Sehingga pengertian budaya sungai dapat diartikan sebagai cara hidup, perilaku, dan
adaptasi manusia yang hidup ditepi sungai, dimana hal itu telah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun
temurun.
REFERENSI

Abbas, E. W. (2020). Peran Kawasan Kuliner Banua Anyar Dalam Meningkatkan Pariwisata Di Kota
Banjarmasin.

ABBAS, E. W., Subiyakto, B., Mutiani, M., Jamaluddin, J., & Syahrin, M. A. (2017). Kehidupan Sosial
Santri di Bantaran Sungai Kota Martapura Sebagai Sumber Belajar IPS. Kehidupan Sosial Santri
Di Bantaran Sungai Kota Martapura Sebagai Sumber Belajar IPS.

Anggarini, D. T. (2021). Upaya Pemulihan Industri Pariwisata Dalam Situasi Pandemi Covid-19. Jurnal
Pariwisata, 8(1), 22-31.

Anwar, M. A., Noor, G. S., Maulana, A. Z., & Putryanda, Y. (2018). Strategi Pengembangan Wisata
Berbasis Kearifan Lokal Di Kalimantan Selatan. Jurnal Kebijakan Pembangunan, 13(2), 187-197.

Chicago Mutiani, H. S., & Putra, M. A. H. (2020). Improvement of Scientific Attitudes Through Training
of Social Science Scientific Writing in MAN 2 Model Banjarmasin. Bubungan Tinggi: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 2(2), 128-133.

Chicago Yuniarti, D., Subiyakto, B., & Putra, M. A. H. (2020). Economic Activities in Kuin Floating
Market as a Learning Resource on Social Studies. The Kalimantan Social Studies Journal, 1(2),
130-140.

Hafidha, R. N., & Farida, L. E. (2019, January). Potensi Dan Strategi Pengembangan Destinasi Wisata
Sungai Sebagai Daya Tarik Pariwisata Kota Banjarmasin. In Proceeding Of National Conference
On Asbis (Vol. 3, Pp. 447-458). Politeknik Negeri Banjarmasin.

Hairini, S. M., Hadiyanor, E., & Muhammad Fadhil Murabbi, P. (2021). Urbanisme Sungai Martapura
Dalam Pembentukan Kuasa Wisata Susur Sungai Sebagai Ruang Publik Kota Banjarmasin.
In Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah (Vol. 6, No. 1).

Hasanah, M., Putra, M. A. H., & Yuliani, R. (2021). IMPROVEMENT OF ECOLOGICAL


INTELLIGENCE THROUGH EDUCATIONAL COMICS AS A OF LEARNING RESOURCES.
In PROSIDING SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN LAHAN BASAH (Vol. 6, No. 2).

Imron, M. (2022). Surutnya Pelayaran Sungai Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan Dan


Permasalahannya. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 24(1).

Merdayanty, D. (2020). Peran Lurah Dalam Mewujudkan Tatakelola Potensi Wisata Berbasis Masyarakat
Di Kelurahan Sungai Jingah Kota Banjarmasin. Jurnal Terapung: Ilmu-Ilmu Sosial, 2(2).
Norhayati, N., Abbas, E. W., & Putra, M. A. H. (2019). Social Interaction Pattern Jelai Riverbanks South
Basirih. The Innovation of Social Studies Journal, 1(1), 12-20.

Pradana, H. (2020). Pengembangan Pariwisata Pasar Terapung Kota Banjarmasin. Jurnal Kebijakan
Pembangunan, 15(1), 63-76.

Putra, M. A. H. (2019). Building character education through the civilization nations children. The
Kalimantan Social Studies Journal, 1(1), 12-17.

Putra, M. A. H., & Subiyakto, B. (2021, February). Ecological Awareness Based on Religious Activities.
In The 2nd International Conference on Social Sciences Education (ICSSE 2020) (pp. 311-314).
Atlantis Press.

Putra, M. A. H., Mutiani, M., & Jumriani, J. (2021). PENDIDIKAN KARAKTER ANAK JALANAN DI
SEKOLAH KELAS KHUSUS PASAR LIMA BANJARMASIN. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur:
Berbeda, Bermakna, Mulia, 7(2), 32-36.

Putra, M. A. H., Mutiani, M., Jumriani, J., & Handy, M. R. N. (2020). The Development of a Waste Bank
as a Form of Community Participation in Waste Management. The Kalimantan Social Studies
Journal, 2(1), 22-30.

Putra, M. A. H., Mutiani, M., Jumriani, J., Ramadhan, S., & Rahmatina, R. (2020). Utilization Learning
Management System (LMS) of Ruang Guru for Education Teachers in Banjarmasin. The
Kalimantan Social Studies Journal, 2(1), 31-38.

Putra, M. A. H., Rahman, A. M., Jumriani, J., Abbas, E. W., & Subiyakto, B. (2021). The Street Clowns in
Banjarmasin City as a Life Survival Strategy. The Innovation of Social Studies Journal, 2(2), 121-
126.

Syaharuddin, S., Susanto, H., & Putra, M. A. H. (2020). Portrait of Community Economic Activities in The
River as a Learning Resources on Social Studies With Local Culture-Based. The Innovation of
Social Studies Journal, 1(2), 178-187.

Triana, L. Perencanaan Angkutan Wisata Susur Sungai Di Kota Banjarmasin. Perencanaan Angkutan
Wisata Susur Sungai Di Kota Banjarmasin.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai