Anda di halaman 1dari 31

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PEKANBARU

PENGARUH DEGRADASI BATUAN TEBING


DI TEPI SUNGAI BAH BOLON
YANG BERDAMPAK PADA PARIWISATA BERKELANJUTAN

LAPORAN OBSERVASI GEOGRAFI PARIWISATA


ANALISIS DESKRIPTIF

OLEH:

DHEA RISKI ISMAYA

NIM. 2001110870

PROGRAM STUDI USAHA PERJALANAN WISATA

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022
A. PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi pendukung kemajuan

ekonomi suatu negara terlebih lagi menjadi pemasukan bagi pemerintah daerah yang

memiliki potensi wisata tersebut . Dalam hal perkembangannya bidang kepariwisataan

sudah banyak sekali mengalami perkembangan dan kemajuan dalam hal pengelolannya,

namun beberapa tahun terakhir sektor yang menjadi unggulan masyarakat ini mengalami

kemunduran akibat dari pandemi covid – 19 . Pandemi covid- 19 tidak hanya di rasakan

oleh para pelaku usaha wisata tetapi juga berimbas kepada sektor bidang kehidupan yang

lainnya .

Permasalahan yang terjadi pada tahun 2020 mengenai pariwisata di seluruh dunia

memperlihatkan bahwa adanya penurunan sekitar 1 Milyar kunjungan international di

bandingkan dengan tahun 2019, hal ini tidak lain merupakan imbas dari pembatasan

perjalanan yang di tetapkan oleh hampir setiap negara dalam rangka pengendalian

pandemi Covid – 19 . Sejak adanya pembatasan akses international dan juga tutupnya

objek wisata juga memberikan pengaruh bagi pariwisata di Indonesia hal ini dapat kita

lihat dari penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia.

Menurut website resmi dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

menyebutkan bahwa “ Adanya pembatasan sosial berskala besar dan di tutupnya akses

keluar masuk Indonesia, menyebabkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata

sebesar Rp. 20,7 milyar ! ” . Berdasarkan data dari badan pusat statistik sejak 2019 hingga

2020 mengalami penurunan yang signifikan, pada tahun 2019 jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara ke Indonesia menurut kebangsaan yaitu sebesar 16.106.954

kemudian pada tahun 2020 yaitu 4.052.923.


Namun pada tahun 2022 pariwisata di Indonesia berangsur pulih semenjak pasca

pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari peningkatan berbagai sektor pendukung

pariwisata yang memberikan efek positif kepada masyarakat secara terus menerus. Salah

satu provinsi yang berdampak adalah Provinsi Sumatra Utara, dikutip dari detik.com

selama periode January hingga Juni tahun 2022 jumlah wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke Sumatra Utara mencapai 9.531 kunjungan, tentunya data ini dinilai

meningkat 4.787,89% dibandingkan jumlah wisatawan mancanegara pada periode yang

sama tahun 2021 yang hanya berjumlah 38 kunjungan saja.

Terfokus kepada kabupaten Serdang Bedagai yang ikut terkena imbas positif dari

pemberlakuan kunjungan wisata yang tidak lagi terikat dengan aturan prokes Covid-19

tentunya juga ikut meningkat aktivitas wisatanya. Mengacu kepada objek wisata yang

paling ramai dikunjungi akhir - akhir ini yaitu Sungai Bah Bolon di kecamatan Sipispis,

kabupaten Serdang Bedagai Sumatra Utara. Juga turut memberikan pemasukan bagi

pertumbuhan pariwisata di Sumut karena terdapat atraksi wisata berupa rafting atau arung

jeram yang sudah terkenal hingga mancanegara. Terlepas dari itu, keberlangsungan siklus

geografi yang terjadi juga harus menjadi perhatian khusus sebagai dampak dari Pariwisata

berkelanjutan (Sustainable Tourism).

Jarak tempuh dari pusat kota Medan sekitar 2 jam atau lebih kurang 100 km. Rute

untuk kegiatan arung jeram melintasi alur sungai yang bermuara di hulu Sungai Padang

yang mengalir melintasi kota Tebing Tinggi. Sedangkan, sungai sei Bah Bolon yang

berhulu di Kabupaten Simalungun memiliki karakteristik yang unik dan menarik.

Berdasarkan tingkat kesulitan arusnya Sungai Bah Bolon berada pada grade medium

dalam artian bisa digunakan untuk segala usia dan cocok untuk arung jeram keluarga.

Panjang lintasan pengarungan sepanjang 14 km dalm kurun waktu 4 jam. Sepanjang alur

sungai wisatawan disajikan dengan penampakan alam berupa tebing bebatuan di kiri
kanan sungai ( greencanyon ) yang memiliki beragam bentuk menarik seperti diantaranya

jenjang terbalik, potret tangan manusia dan bebatuan lumut. Green Canyon yang berada

tepat dipinggiran sungai Bah Bolon memberikan kesan estetika alam yang mempesona.

Green Canyon terbentuk dari hasil proses pelarutan batuan kapur dari sungai

bawah tanah yang mengalir diantara celah dan ceruk bebatuan. Proses ini berlangsung

selama ribuan tahun sehingga membentuk ngarai dan menembus batuan tebing sehingga

membentuk ornamen-ornamen cantik seperti stalagtit dan stalagmit. Wisata alam berupa

aliran sungai Bah Bolon merupakan sungai yang diapit oleh dua buah tebing bebatuan

yang dihiasi gemercik tetesan air yang menyerupai hujan abadi dan tumbuhan yang

tumbuh diatas tebing yang memberikan kesan kesempurnaan akan keindahan alam.

Namun Green Canyon ditepian sungai Bah Bolon ini termasuk kedalam jenis batu

kapur yang rentan mengalami pelapukan fisik karena iklim atau suhu yang ekstrim, juga

bisa dikarenakan akar akar tumbuhan yang menancap kepada batu sehingga batu ini pecah

Ketika terjadi hujan air mengenai serasah kemudian mengalami suatu reaksi sehingga

serasah itu mengeluarkan asam asam dan merembes ke batu kapur tersebut, sehingga batu

menjadi lapuk.

Peristiwa ini juga dikenal dengan istilah Degradasi. Degradasi secara singkat

dapat diartikan sebagai suatu proses yang memberikan efek berkurangnya bagian suatu

bentang alam atau permukaan bumi, contoh dari terjadi aktivitas degradasi alam yaitu

erosi, pelapukan, pengangkutan yang didalamnya termasuk denudasi. Analisis deskriptif

ini menjadi alasan penulis untuk dibahas kedalam laporan praktikum matakuliah Geografi

Pariwisata dengan judul “Pengaruh Degradasi Batuan Tebing Di Tepian Sungai Bah

Bolon Yang Berdampak Pada Pariwisata Berkelanjutan Di Kecamatan Sipispis”


B. RUMUSAN MASALAH

Dalam analisis deskriptif mengenai Pengaruh Degradasi Batuan Tebing Di Tepian

Sungai Bah Bolon Yang Berdampak Pada Pariwisata Berkelanjutan Di Kecamatan

Sipispis maka penulis memfokuskan penelitian pada :

1. Seperti apa pengaruh degradasi batuan tebing di tepian Sungai Bah Bolon ?

2. Bagaimana dampak degradasi batuan tebing di tepian Sungai Bah Bolon yang

berdampak pada Pariwisata berkelanjutan ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari analisis atau penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui seperti apa pengaruh degradasi batuan tebing di tepian

Sungai Bah Bolon.

2. Untuk mengetahui bagaimana dampak degradasi batuan tebing di tepian

Sungai Bah Bolon yang berdampak pada Pariwisata berkelanjutan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai teori teori

yang menjadi dasar analisis dari pengaruh degradasi batuan tebing di tepian

Sungai Bah Bolon yang berdampak pada pariwisata berkelanjutan di

Kecamatan Sipispis

2. Manfaat Akademis :

a. Bagi penulis sangat membantu dalam menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan dalam menganilis objek wisata ditinjau dari dampak geografi


pariwisatanya.

b. Bagi pembaca analisis ini diharapkan dapat menambah informasi dan

referensi bacaan tentang perkuliahan mata kuliah geografi pariwisata

3. Manfaat Praktis :

a. Dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya demi pengembangan terkait

ilmu pariwisata dan kajian-kajian mendalam dalam pengembangan suatu

objek wisata.

b. Bermanfaat bagi pemerintah atau pengelola objek wisata rafting Sungai

Bah Bolon dalam pengembangan serta pembaharuan fasilitas objek wisata

yang dapat disesuaikan dengan tren kunjungan wisatawan serta tren

pengembangan desa wisata.

c. Bermanfaat dalam penyediaan analisis yang akurat mengenai analisis

geografi oleh pengelola objek wisata rafting sungai Bah Bolon, agar dapat

memberikan kemudahan bagi pengelola dan peneliti selanjutnya untuk

pengembangan sarana dan prasarana yang lebih baik lagi.

E. LANDASAN TEORI

A. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Secara etimolog periwisata berasal dari dua kata yaitu “pari” dan “wisata”.

Pari berarti banyak atau berulangkali dan berkeliling sedangkan wisata berarti

perjalanan dengan tujuan rekreasi. Jadi, pariwisata berarti perjalanan dengan

tujuan rekreasi yang dilakukan secara berulangkali atau berkeliling. Pariwisata

adalah suatu perpindahan sementara ke suatu tempat yang dilakukan manusia

untuk tujuan kunjuangan selain alasan untuk mencari nafkah.


2. Pariwisata Menurut Para Ahli

Latar belakang munculnya pariwisata didunia telah ada semenjak adanya

perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya, dan oleh sebab

itu, kebutuhan akan perjalanan harus terpenuhi, motivasi dan motif perjalanan

yang berbeda-beda, sesuai dengan tingkat sosial budaya dan ekonomi mereka.

Menurut beberapa para ahli, pariwisata dimulai sejak peradapan manusia

yang ditandai dangan adanya pergerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat

yang lainnya, di samping mencari peluang bisnis juga untuk memenuhi

keingintahuan atau menyebarluaskan agama, sekaligus untuk mempelajari

budaya bangsa-bangsa yang dikunjungi. Manfaat dan peran pariwisata bagi suatu

wilayah , negara bahkan dunia telah banyak diakui, sehingga pariwisata menjadi

salah satu sektor yang mempunyai peranan cukup penting disamping sektor

lainnya seperti, 7 sektor pertanian, pertabangan, industri, politik, dan sosial

budaya, dan lain-lain.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, memberikan pengertian bahwa pariwisata adalah bermacam

kegiatan wisata dan di dukung oleh fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Sebagai pertimbangan dapat kita lihat beberapa pendapat para ahli

kepariwisataan mengenai pengertian pariwisata, antara lain:

a. Oka A. Yoeti (dalam Mawadatan Warohmah, 2016:8) Menurut Oka A.

Yoeti, (1996) Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari

dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap.

Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang

dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar
itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang

dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang

lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”.

b. Gamal Suwantoro (dalam Devi Munisari, 2018:9-10) menurut Gamal

Suwantoro (2002:) Geografi pariwisata adalah geografi yang berhubungan

erat dengan pariwisata. Kegiatan pariwisata banyak sekali seginya di mana

semua kegiatan itu biasa disebut dengan industri pariwisata, termasuk di

dalamnya perhotelan, restoran, toko cenderamata, transportasi, biro jasa

perjalanan, tempat-tempat hiburan, objek wisata, atraksi budaya, dan

lainlain. Segi-segi geografi umum yang perlu diketahui wisatawan antara

lain iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat istiadat budaya, perjalanan

darat, laut dan udara, dan sebagainya.

c. Prof.Salah Wahab “ Menurut prof. Salah Wahab (dalam Devi Munisari

2018:10) pariwisata merupakan aktivitas manusia yang dikerjakan secara

sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang di

dalam suatu negara itu sendiri atau pun di luar negeri untuk mendapatkan

kepuasan yang bernaneka ragam dan berbeda antara satu orang dengan

orang lainnya.

d. Menurut Muljadi dan Andri Warman (2014:8) Istilah pariwisata berasal dari

dilaksanakannya kegiatan wisata atau tour yaitu suatu aktivitas perubahan

tempat tinggal sementara seseorang, keluar tempat tingglnya shari-hari

bersifat sementara dengan suatu alasan apa pun kecuali melakukan kegiatan

yang bisa menghasilkan upah atau gaji. Pariwisata pada dasarnya

merupakan aktifitas melakukan perjalanan kesuatu tempat untuk menikmati

berupa pelayanan atas produk-produk yang dihasilkan industri pariwisata


untuk mampu menciptakan pengalaman perjalanan yang menyenangkan

bagi wisatawan

3. Pariwisata Dalam Kajian Geografi

Setiap ilmu pasti tidak ada yang bisa berdiri sendiri. Ilmu saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Begitu juga dengan ilmu

pariwisata tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan geografi. Seperti yang

dikemukakan oleh Robinson (1976) yang dikutip oleh Maryani (2000)

pariwisata menjadi bidang kajian geografi, dengan beberapa alasan sebagai

berikut:

a. Geografi berhubungan dengan lingkungan baik alam maupun manusia. Ilmu

geografi sellu berhubungan dengan lokasi suatu fenomena, hubungan fenmena

dan distribusi keruangan. Paeriwisata erat kaitannya pada pemanfaatan ruang,

lokasi-lokasi daerah tujuan wisata, dimana lokasi wisatawan bergerak dari suatu

daerah ke daerah lainnya. Dengan demikian geografi mempunyai peranan yang

sangat penting dalam menyediakan ruang sebagai daerah tujuan wisata yang

sesuai dengan permintaan wisatawan dan memberikan kepuasan kepada

wsatawan yang berbeda karakter.

b. Pariwisata erat kaitannya dengan struktur, bentuk, penggunaan lahan dan

perlindungan bentang alam (landscape). Disuatu ssisi pariwisata menyebabkan

perubahan bentang alam menjadi kawasan budaya. Geografi sebagai ilmu tata

guna lahan dapat memberikan solusi bagaimana ruang dapat dimanfaatkan

sesuai dengan daya dukung dengan meminimalisir resiko kerusakan.

c. Pariwisata adalah aktivtas ekonom komersial, berbagai aktivitas ekonomi di

permukaan bumi secara khusus dikaji oleh geografi ekonomi. Pariwisata

mendorong timbulnya berbagai aktivitas ekonomi baik yang secara langsung


memanfaatkan alam atau tidak.

d. Geografi selalu tertarik dalam pergerakan barangdan orang, dalam bentuk

trensportasi dan perdagangan. Pariwisata telah memberikan kontribusi yang

cukup signifikan terhadap adanya perdagangan secara regional, nasional, dan

internasional. Distribusi orang, barang, dan uang antara satu tempat ketempat

lainnyasangat diperlukan untuk mendukung keberlangsungannya usaha

pariwisata.

e. Antara hubungan (relationship) dan pengaruh (effect) suatu fenomena

terhadap fenomena lainnya, baik di dalam suatu tempat maupun ketempat lain

selalu menjadi kajian geografi. Pariwisata memberikan dampak yang luas baik

secara ekonomi, budaya, sosial, maupun alam. Lingkup dampaknya pun secara

lokal, regional, nasional, maupun internasional. Hal ini menunjukkan bahwa

pariwisata sangat relevan menjadi kajian geografi.

B. Ekowisata

1. Pengertian Ekowisata Menurut Para Ahli

Ekowisata (Fennel, 1999:43) merupakan wisata berbasis alam yang


berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam, dikelola
dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberi dampak negatif paling rendah
terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada lokal (dalam
hal kontrol, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan usaha). Jauh sebelumnya,
Auliana Poon (1993), telah menyebutkan bahwa pariwisata masal telah membuka
jalan untuk ’pariwisata baru’. Yang dimaksud dengan wisatawan baru adalah
wisatawan yang lebih canggih dan berpengalaman, yang lebih suka merencanakan
perjalanan wisata mereka sendiri dan bepergian secara mandiri.

Menurut Poon, wisatawan baru ini bersifat lebih spontan dan luwes dalam
mengatur susunan perjalanan wisata mereka. Mereka juga lebih cenderung
menyenangi obyek-obyek wisata dengan minat khusus, seperti wisata budaya,
wisata berbasis alam atau wisata petualangan. Mereka lebih mementingkan
pengalaman yang asli dan perjalanan singkat ke satu daerah wisata saja. Sedangkan
World Conservation Union (WCU, 1996) menyebutkan bahwa ekowisata adalah
perjalanan bertanggung jawab secara ekologis, mengunjungi daerah yang masih asli
(pristine) untuk menikmati dan menghargai keindahan alam (termasuk kebudayaan
lokal) dan mempromosikan konservasi. Wood (2002) memberikan pengertian
ekowisata sebagai kegiatan wisata bertanggungjawab yang berbasis utama pada
kegiatan wisata alam, dengan mengikutsertakan pula sebagian kegiatan wisata
pedesaan dan wisata budaya.

Selain itu, ekowisata juga merupakan kegiatan wisata yang dilakukan dalam
skala kecil baik pengunjung maupun pengelola wisata. Konsep pembangunan
pariwisata yang memperhatikan adanya keseimbangan antara aspek kelestarian
alam dan ekonomi adalah konsep ekowisata dan wisata minat khusus (Fandeli,
2002). Melalui ekowisata, wisatawan dan seluruh komponen yang terkait dengan
penyelenggaraan wisata diajak untuk lebih peka terhadap masalah lingkungan dan
sosial sehingga diharapkan sumberdaya alam tetap lestari dan wisatawan
mempunyai apresiasi lingkungan yang tinggi. Di samping itu, masyarakat di sekitar
objek pariwisata memperoleh keuntungan dari penyelenggaraan pariwisata, karena
wisatawan ekowisata yang datang umumnya mempunyai tujuan mencari
kesempatan untuk bersatu dengan alam dan budaya lokal dengan menjauhi hiruk-
pikuk suasana perkotaan.

Definisi ekowisata yang dipergunakan untuk standar Ekowisata 17


internasional adalah seperti yang dipakai NEAP, serta EAA, yaitu : “ecologically
sustainable tourism with a primary focus on experiencing natural areas that foster
environmental and cultural understanding, apreciation and conservation”.
(pariwisata yang berkelanjutan secara ekologi dengan fokus utama pada
pengalaman pada daerah alami yang membantu meningkatkan pemahaman,
apresiasi serta konservasi terhadap lingkungan serta budaya (Crabtree et al.2002 : 4
dalam Dalem, 2002). Sedangkan masyarakat ekowisata internasional atau TIES
(The International Ecotourism Society) mengartikan ekowisata sebagai perjalanan
wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara melakukan konservasi lingkungan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural
area that conserves the environment and improves the well-being of local people,
(TIES, 2000).
Dari pengertian ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni:
pertama, ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; dan ketiga,
ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk, ekowisata
merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar,
ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian
lingkungan. Akhirnya sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan
metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah
lingkungan.

2. Pendekatan Pengelolaan Ekowisata


Pendekatan Pengelolaan Ekowisata Ekowisata merupakan bentuk wisata
yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan
alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan,
sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan
sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan
definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and
Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk
memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan
lestari untuk generasi kini dan mendatang. Sementara itu destinasi yang diminati
wisatawan ecotour adalah daerah alami.
Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata
dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan
produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat
dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem
sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula
dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap
menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.
Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian
lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan
konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut:
a. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung
sistem kehidupan.
b. Melindungi keanekaragaman hayati.
c. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan


pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan
dengan menitikberatkan pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini
jangan justru dibalik. Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada
keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya
lokal dan sekaligus meningkatkan kesejah-teraannya. Bahkan Eplerwood (1999)
memberikan konsep dalam hal ini: Urgent need to generate funding and human
resonrces for the management of protected areas in ways that meet the needs of
local rural populations Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur
conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan
masyarakat lokal.

C. Sustainable Tourism
1. Pengertian Sustainable Tourism Menurut Para Ahli
Pariwisata berkelanjutan menurut Federation of Nature and National Parks
dalam Arida (2017) menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan merupakan segala
bentuk pembangunan, pengelolaan, dan aktivitas pariwisata harus memperhatikan
tentang integritas lingkungan, ekonomi, sosial, dan kesejahteraan dari sumber daya
alam dan budaya yang ada untuk jangka waktu yang lama. Pariwisata berkelanjutan
berfokus pada masyarakat lokal yang harus terlibat dalam berbagai kegiatan
pariwisata dan berbagi dengan adil dalam manfaat yang didapatkan baik dalam segi
sosial ataupun budaya, ekonomi, serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan
secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian pariwisata berkelanjutan menurut UNWTO (United Nation
World Tourism Organization) merupakan pariwisata yang memberi perhitungan
secara penuh mengenai dampak lingkungan, sosial serta ekonomi dimasa sekarang
dan yang akan datang, industri (pariwisata), menjawab kebutuhan pengunjung,
lingkungan dan komunitas tuan rumah. Pariwisata berkelanjutan tidak hanya
mengkonsumsi sumber daya alam dan budaya, melainkan juga mengonservasi yang
tidak hanya bermanfaat bagi sedikit orang, akan tetapi didistribusikan secara lebih
luas diantara para pemangku kepentingan dan komunitas.
Dimana pariwisata berkelanjutan ini sebagai konsep yang menyeluruh dan
dimaksudkan untuk segala macam usaha pariwisata baik di daerah perkotaan
maupun di daerah perdesaan, skala besar dan kecil, pemerintah maupun swasta, itu
menandakan bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan suatu
agenda publik yang penting untuk semua pemangku kepentingan disemua tingkatan
(Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, 2012).

2. Prinsip Pengembangan Sustainable Tourism


Pengembangan sustainable tourism didasari oleh prinsip pembangunan
berkelanjutan atau sustainable development. Menurut Arida (2017), sustainable
development merupakan suatu proses untuk pencapaian pengembangan tanpa
adanya degradasi dan penipisan/deplesi sumber daya. Sustainable development
juga dapat dipahami sebagai pembangunan yang dilakukan secara merata untuk
memenuhi kebutuhan antar generasi pada masa sekarang hingga masa mendatang.
Sustainable development bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.

Menurut Peraturan Menteri Pariwisata RI No. 14 Tahun 2016 Tentang


Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan memiliki
ruang lingkup yang harus dipenuhi yaitu:

a. Pelestarian lingkungan, pemenuhan dalam hal pelestarian lingkungan


seperti perlindungan lingkungan, pengelolaan kualitas air, pengelolaan
sanitasi, dan pengelolaan sampah yang tidak memberikan dampak negatif
pada lingkungan.
b. Pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal, pemenuhan ekonomi
masyarakat lokal seperti dalam pemantauan ekonomi dan melihat
partisipasi masyarakat, edukasi sadar wisata, akses bagi masyarakat lokal
serta mendukung usaha lokal dan perdagangan yang adil bagi masyarakat
lokal.
c. Pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung, pemenuhan
pelestarian budaya yang dilakukan oleh masyarakat seperti pengelolaan
pengunjung, perlestarian wisata budaya, edukasi sadar wisata dan perilaku
pengunjung.
d. Pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan, dalam pengelolaan
destinasi pariwisata berkelanjutan ini meliputi perencanaan, pengelolaan,
pemantauan dan evaluasi pada kawasan wisata.
D. Degradasi Ekosistem

1. Pengertian Degradasi Lingkungan

Dilansir Wikipedia.com Degradasi lingkungan adalah kerusakan terhadap


lingkungan melalui penipisan sumber daya seperti udara, air dan tanah. Juga
kerusakan ekosistem, habitat dan kepunahan kehidupan liar serta polusi. Hal ini
didefinisikan juga sebagai perubahan atau gangguan terhadap lingkungan yang
merusak atau tidak diinginkan. Degradasi lingkungan adalah kerusakan terhadap
lingkungan melalui penipisan sumber daya seperti udara, air dan tanah. Juga
kerusakan ekosistem, habitat dan kepunahan kehidupan liar serta polusi.

Hal ini didefinisikan juga sebagai perubahan atau gangguan terhadap


lingkungan yang merusak atau tidak diinginkan. Secara umum, Degradasi
merupakan suatu proses yang menyebabkan berkurangnya bagian suatu bentang
alam atau permukaan bumi. Yang termasuk ke dalam proses degradasi adalah
pelapukan, erosi, pengangkutan yang termasuk di dalamnya denudasi.

2. Teori Geokimia ( Pelapukan Batu )


Pelapukan Kimia Pelapukan kimia merupakan proses pelapukan yang
diakibatkan perubahan struktur kimiawi yang ada pada batuan melalui reaksi
tertentu. Dalam pelapukan kimia ini, reaksi yang terjadi pada proses pelapukan
dibedakan menjadi tiga macam reaksi yatu solution, hidrolisis, dan oksidasi.
Adapun beberapa contoh pelapukan kimia ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Hidrolisis air hujan yang akan mengakibatkan naiknya tingkat keasaman
di sekitar batuan. I on H+ ynag muncul akan memungkinkan terjadinya
korosi pada batuan.
b. Oksidasi yang terjadi pada batuan yang kaya mineral besi akan
memungkinkan ikatan mineral di permukaan batuan menjadi lemah dan
pada akhirnya mengalami pelapukan.
c. Proses pelarutan batuan kapur gamping akibat reaksinya terhadap air
(baca: jenis air).

Berbicara mengenai pelapukan kimia, kita akan mengenal adanya 4 proses


yang termasuk dalam pelapukan kimia. Adapun 4 proses tersebut antara lain adalah
adalah:
a. Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan
saja.
b. Hidrolisa, yaitu peroses penguraian air atas unsur- unsurnya menjadi ion-
ion yang bersifat positif dan negatif.
c. Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi.
d. Karbonasi, yaitu pelapukan batuan yang disebabkan karena
karbondioksida. Itulah beberapa proses yang akan kita temukan dalam
pelapukan batuan secara kimiawi.

Proses tersebut hanya akan kita temui pada pelapukan yang bersifat kimiawi
saja. lingkungan batuan tersebut berada. Dengan kata lain, pelapukan biologi ini
terjadi karena disebabkan oleh makhluk hidup. Pelapukan ini terjadi karena adanya
peranan organisme- organisme tertentu. Adapun organisme- organisme yang
berperan dalam pelapukan ini antara lain berupa binatang, tumbuhan, jamur,
bakteri, atau bahkan manusia.

Proses pelapukan biologi atau organik ini melibatkan 2 cara, yaitu cara
biokimia dan cara mekanis. Adapun contoh pelapukan secara biologi atau organik
ini antara lain adalah:

a. Penetrasi akar tumbuhan ke dalam sela- sela batuan akan menekan batuan
tersebut, sehingga akan mengalami perpecahan.
b. Adanya lumut di atas batuan. Tumbuhnya lumut di permukaan batuan
memungkinkan batuan mengalami degradasi. Kelembapan di permukaan
batuan akibat adanya proses penyerapan akar disertai dengan tingginya
pH di sekitar permukaan batuan akan membuat permukaan batuan
tersebut mengalami korosi.

Itulah beberapa informasi mengenai pelapukan batuan. Dari uraian di atas kita
mengetahui bahwa pelapukan batuan bisa terjadi dengan beberapa cara yang
berbeda- beda. Secara teori penyebab kerusakan dapat dibedakan kedalam dua
jenis, pertama adalah kerusakan secara fisik (physical damage) dan yang kedua
adalah pelapukan baik fisis maupun kimiawi (physical and chemical deterioration).
Kerusakan fisik adalah kerusakan struktur benda, seperti kehancuran batu akibat
pendinginan, abrasi tulang-tulang muda oleh aliran air, atau perubahan akibat
tekanan dari pengangkatan tanah. Pelapukan fisis dan kimiawi adalah perubahan
komposisi kimiawi benda; air dan udara berkarat besi, hancurnya plester kapur
asam, hancurnya bakteri dari kulit.

Agen yang memiliki pengaruh terhadap benda/bangunan dapat berupa


makhluk hidup dan juga lingkungan. Makhluk hidup atau organisme itu sendiri
tidak terlepas dari pengaruh lingkungan di sekitarnya juga. Jadi, masing-masing
faktor saling mempengaruhi dan berdampak pada benda/bangunan. Organisme
yang dapat mempengaruhi bisa berupa binatang yang besar dan tanaman - tanaman
dan juga berupa organisme kecil (renik) dilihat sebagai sebuah kumpulan individu
organisme.
Organisme renik atau kecil itu berupa algae, yang merupakan jenis tumbuhan
yang hidup di daerah yang lembab, baik di laut maupun di udara terbuka. Organisme
yang kedua adalah fungi yang merupakan organisme sederhana yang biasa
ditemukan sepanjang filamen sel (hyphae). Kelompok besar fungi berperan dalam
kerusakan material yang mengandung fungi. Lichens adalah organisme yang
tumbuh dalam koloni - koloni yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Lichens
adalah simbiose antara fungi dan algae yang dapat bertahan di lingkungan yang
kering dan basah.

KERANGKA BERPIKIR

Pengaruh Degradasi Batuan Tebing Di


Tepian Sungai Bah Bolon Yang Berdampak
Pada Pariwisata Berkelanjutan Di Kecamatan
Sipispis

Sustainable Degradasi
Pariwisata Ekowisata
Tourism Ekosistem

1. Seperti apa pengaruh degradasi batuan tebing di tepian Sungai Bah Bolon ?
F. METODE PENELITIAN
2. Bagaimana dampak degradasi batuan tebing ditepian Sungai Bah Bolon
1. Strategi Penelitian
yang berdampak pada Pariwisata berkelanjutan ?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
analisis deskrptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Hal ini
disebutkan oleh Suharsimi (2003:3). Kejadian-kejadian yang dapat dikategorikan
sebagai penelitian deskriptif dapat berupa wujud, aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan kesamaan atau perbedaan antara fenomena yang satu dengan
yang lainnya.
Disampaikan oleh Moleong (2017:6) Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan lainnya secara holistic
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Data – data
yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif terfokus kepada data yang berupa
wawancara, observasi langsung dan dokumen resmi terkait permasalahan yang
dikaji. Hal tersebut tentunya akan berhubungan dengan bagian-bagian yang akan
kita teliti memberikan hasil yang lebih jelas Ketika diamati dalam proses.

2. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian sangat lah besar peranannya dalam memberikan informasi
terkait data yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif, karena populasi atau
sampel hanyalah berlaku dalam penelitian kuantitatif. Pada penelitian kualitatif
subjek penelitian disebut juga dengan istilah informan yaitu narasumber yang
memberikan data dan informasi mengenai apa yang dibutuhkan dalam penelitian
yang sedang dilaksanakan. Adapun subjek utama dalam penelitian ini yaitu guide
rafting yang banyak memberikan informasi pada saat kegiatan arung jeram
berlangsung dan didukung dengan beberapa informan lainnya seperti pengelola
objek wisata. Objek penelitian ini adalah Degradasi atau tebing yang berada tepat
di pinggiran Sungai Bah Bolon yang tentunya akan memberikan dampak bagi
pariwisata berkelanjutan.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara menjadi wisatawan
yang melakukan aktivitas arung jeram ke Sungai Bah Bolon dengan tujuan
lain untuk mengamati bagaiamana keadaan dari Kawasan rafting Sungai
Bah Bolon
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menanyakan beberapa sejumlah informasi
kepada informan terkait seperti guide rafting dan pengelola wisatanya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dapat penulis peroleh berupa pengumuman dan berita
pada media masa karena pada saat melakukan kegiatan rafting pengunjung
disarankan untuk tidak membawa barang elektronik untuk mencegah
kerusakan barang pribadi.

G. PEMBAHASAN
Tebing sungai merupakan bagian yang penting pada kestabilan alur sungai,
karena menjadi dinding batas sungai sisi kiri dan kanan dari palung sungai.
Menurut asal mulanya, tebing sungai ini dapat dibagi menjadi dua yaitu tebing
sungai asli dan tebing sungai buatan yang dapat berupa timbunan (tanggul) maup
un galian. Sungai di daerah hulu pada umumnya mengalir diantara pegunungan berupa
lembah maupun palung maka tebing sungai ini masih merupakan tebing alam,
sedangkan di daerah rendah pada sungai-sungai yang sering terjadi banjir dibuat
tanggul-tanggul sungai untuk mencegah meluapnya aliran sungai yang membahayakan
daerah sekitar.
Terjadinya longsoran pada suatu lereng/tebing sungai disebabkan oleh
ketidak mantapan lereng tebing tersebut, baik lereng yang terjadi secara alami maupun
buatan manusia. Ketidak mantapan ini terjadi pada saat kondisi gaya yang akan
mengakibatkan longsornya suatu tebing lebih besar dari pada gaya yang menahannya.
Jenis longsoran dibedakan menurut bentuk bidang longsoran yaitu longsoran ro
tasi dan/atau longsoran translasi. Faktor penyebab terjadinya longsoran suatu lereng/
tebing sungai dipengaruhi oleh kondisi alam dan dari aktivitas manusia.

Faktor‐faktor utama antara lain adalah sebagai berikut :


1. Faktor hidrologi, yaitu adanya musim hujan dengan curah hujan yang
cukup besar sehingga terjadi erosi yang disebabkan oleh air hujan yang
mengalir mengangkut butiran tanah tebing sungai.
2. Faktor hidrolika yaitu adanya pengaruh aliran yang deras di bagian tebing
sungai sehingga terjadi pengikisan serta adanya pusaran aliran helikoidater
utama pada tikungan bagian luar. Adanya pengaruh gelombang air yang
ditimbulkan oleh lalu‐lintas sungai sehingga tebing sungai terkikis.
3. Faktor topografi yaitu adanya lereng/tebing sungai yang curam yang me
mpunyai tendensi longsor yang lebih besar dari pada lereng yang landai
(khususnya pada sungai alluvial). Potensi longsor akan lebih besar jika
lereng/tebing tersebut terdiri dari lapisan tanah yang tebal sedangkan b
atuan dasar terletak pada lapisan yang cukup dalam.
4. Faktor geologi pada kondisi struktur tanah (batuan) cukup besar penga
ruhnya terhadap stabilitas suatu lereng. Suatu lereng yang tertutup oleh
tanah yang mengandung retakan-retakan sering mempunyai tendensi
longsor yang tinggi.
5. Faktor erosi buluh akibat rembesan air atau piping. Lapisan tebing
sungai dari jenis tanah lanau pasiran dan pasir lanauan adalah lapisan tanah
yang paling mudah mengalami piping sehingga dengan mudah terjadi
longsoran.
6. Perubahan surut muka air secara cepat setelah banjir ( rapid drawdown)
terutama untuk tebing sungai yang terbentuk dari tanah berbutir halus
(banyak kandungan lempung -lanau). Tanah jenis ini berpermeabilitas rendah
dalam rongga pori tanah yang semula tanahnya terendah menimbulkan
tambahan beban pada lereng.

Fenomena alam ini disebut juga dengan istilah degradasi atau penurunan nilai
pada suatu wujud. Terlebih lagi dalam kajian geografinya bila nanti terjadi dalam skala
besar dampak utama yang paling terlihat ialah perubahan bentuk geografis di kawasan
tersebut. Longsoran yang terjadi pada tebing pinggiran Sungai Bah Bolon berupa
batuan bergerak dengan jatuh bebas, berguling, merusut kebawah ataupun meluncur
bebas dengan ukuran batunya berbeda dalam artian bisa massa kecil hingga muatan
besar.
Indonesia adalah negara dengan tingkat curah hujan yang tinggi diperkirakan
sekitar 2.000 hingga 3.000 milimeter per tahunnya, dilansir dari situs web The
Geoloical Society pelapukan juga disebabkan oleh air hujan yang bereaksi dengan
butiran mineral dalam batuan dan membentuk mineral baru (lempung) pada bebatuan.
Hal ini tentu memberikan dampak terhadap aktivitas disana termasuk salah satunya
berdampak kepada pengelolaan Pariwisata berkelanjutan (Sustainable
Tourism).Fenomena yang berhubungan dengan pergerakan massa tanah yang ada
dipermukaan bumi terfokus lagi kepada hancurnya batuan karena aktivitas organisme
disebut juga pelapukan biologi( disebabkan karena factor alam ). Organisme yang
teramati dalam tebing tepian Sungai Bah Bolon seperti jasad renik dari hewan,
tumbuhan lumut, tumbuhan paku-pakuan dan aktivitas hewan seperti cacing tanah dan
serangga.

Apabila terjadinya runtuhan tebing pada tepian Sungai Bah Bolon tersebut tentu
memberikan efek pada bentang alamnya berupa permukaan bumi yang tidak rata dan
selalu berubah-ubah setiap waktu. Perubahana bentuk pada permukaan bumi ini
disebut juga dengan relief bumi. Pembentukkan relief bumi tidak serta merta terjadi
begitu saja, terdapat dua energi yang memicu pembentukkan relief bumi tersebut.
Tenaga yang berasal dari dalam bumi atau disebut sebagai tenaga endogen dan tenaga
yang bukan berasal dari dalam bumi atau disebut sebagai tenaga eksogen.

Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari gejala-gejala terjadi di


permukaan bumi dan mempengaruhi bentuk permukaan bumi itu sendiri. Gejala
tersebut antara lain terdiri atas gejala atmosfer (angin, suhu), air (air hujan, aliran air
permukaan, pasang surut), dan aktivitas makhluk hidup (mikroorganisme, hewan,
tumbuhan, manusia). Terdapat empat jenis tenaga eksogen yang dapat terjadi pada
tebing tepian Sungai Bah Bolon, yaitu:

1. Pelapukan

Pelapukan adalah proses penghancuran batuan yang berukuran besar menjadi


batuan yang lebih kecil bahkan hingga menjadi tanah. Berdasarkan faktor
penyebabnya, pelapukan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Pelapukan mekanik, yaitu pelapukan yang terjadi tanpa disertai perubahan
susunan kimia batuan. Pelapukan ini disebabkan oleh pengaruh suhu, pancaran
sinar matahari, daya erosi dll.
b. Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang terjadi disertasi dengan perubahan
susunan kimia batuannya.
c. Pelapukan biologis, yaitu pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas makhluk
hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan mikoorganisme

2. Pengikisan
Pengikisan (erosi) adalah proses pengikisan dan pemindahan atau pengangkutan
partikel batuan atau tanah dengan perantara media seperti angin, aliran sungai, atau
gelombang laut. Berdasarkan penyebabnya, erosi yang terjadi dapat dikelompokkan
menjadi 2 yakni :

a. Erosi air (korasi) yaitu proses pengikisan tanah oleh air yang mengangkut batu-
batuan
b. Erosi angin merupakan proses pengikisan tanah yang terjadi karena pergerakan
angin.

3. Pengendapan
Pengendapan (sedimentasi) merupakan proses pengendapan atau penumpukan
partikel-partikel batuan atau material yang terbawa karena erosi oleh angin, air atau
es. Berdasarkan tempat mengendapnya, sedimentasi di tebing Sungai Bah Bolon
terbagi atas dua, yaitu:
a. Sedimentasi fluvial adalah sedimentasi yang terjadi di sungai dan disebabkan
oleh air sungai sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.
b. Sedimentasi elois terjadi karena angin sehingga menghasilkan bentangan alam
berupa gumuk pasir (sand dunes).

4. Amblesan
Amblesan merupakan perpindahan material atau pergeseran tanah secara
vertikal dan perlahan ke arah bawah tanpa adanya permukaan bebas. Penyebab tanah
ambles ini diantaranya adalah hujan deras yang menimpa tanah yang kurang padat
seperti tanah lempung atau tanah liat yang bersifat lembek apabila terkena air.

Beralih kepada studi mengenai sustainable tourism yaitu konsep pengembangan


wisata yang menitik berat pada pembangunan pariwisata berkelanjutan tentu juga
memperhatikan gejala alam dan kemungkinan yang terjadi. Dampak dari penerapan ini
tentu memprediksi bagaiamana dampaknya terhadap pariwisata dimasa depan baik itu
terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan
bagi masyarakat local maupun wisatawan.

Pengembangan pariwisata berkelanjutan dimaksudkan agar tidak ada lagi


pembangunan destinasi wisata yang semata-mata hanya berfokus untuk menarik
pengunjung sebanyak -banyaknya tanpa memperhitungkan dampak yang diakibatkan.
Varesci mengemukakan(2001 bahwa untuk mencapai pembangunan kepariwisataan
berkelanjutan memerlukan strategi untuk menghindari empat factor yang saling
berkaitan yaitu

1) Perencanaan kondisi lingkungan yang sensisitif terhadap perubahan


serta beberapa komponen budaya dari masyarakat local.
2) Perencanaan dalam mengatasi semua perbedaan antar sector yang
berkpentingan.
3) perencanaan untuk mengatasi dan melawan pengaruh negatif dari
program kepariwisataan secara massal.
4) Perencanaan dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan yang
tidak dapat berbalik (irreversible changes)

Secara umum pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan menitik beratkan


pada perencanaan pariwisata yang mampu menjaga tinngkat kepuasan wisatawan serta
memastikan keselamatan dan keamanan wisatawan maupun komunitas atau masyarakat
local dikawasan destinasi wisata. Keselamatan wisata tentu sangat memperhatikan
faktor - faktor yang kemungkinan terjadi tak lain salah satunya memperhatikan faktor
alam. Dalam studi ini membahas mengenai pengaruh degradasi batuan tebing di tepian
Sungai Bah Bolon yang berdampak pada Pariwisata berkelanjutan di kecamatan
sipispis tak lebih akan menjadi referenasi dalam memperhatikan kesalamatan
wisatawan karena dampak buruk apabila terjadinya degradasi (longsoran tebing) pada
batuan tebing pinggiran dikawasan rafting Sungai Bah Bolon.

Manajemen keamanan dan keselamatan pariwisata harus dilakukan dalam semua


level promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif oleh semua pemangku kepentingan.
Tindakan promotif dapat dilakukan dengan cara memberikan sejumah pelatihan khusus
untuk melakukan langkah-langkah keamanan dan keselamatan yang diberikan kepada
pemandu wisata lokal dan masyarakat setempat Dengan demikian, peran dan partisipasi
masyarakat sangat diperlukan dalam hal pemanduan wisata yang biasanya lebih
memahami kondisi geografi dan sosiologi destinasi wisata.

Sifat objek wisata alam yang merupakan hutan alami dan sungai menuntut
pemandu wisata untuk memenuhi kompetensi manajemen keamanan dan keselamatan
agar dapat mengambil langkah yang tepat untuk menjaga keamanan wisatawan dan
tanggap untuk mengambil langkah darurat ketika terjadi masalah keamanan dan
keselamatan (Rhama, 2019). Tindakan preventif dapat ditujukan kepada wisatawan
dengan cara mengenakan alat keselamatan contohnya selalu memakai jaket pelampung
ketika menggunakan transportasi air. Selain itu, pemerintah sebagai pemangku
kebijakan dan pengayom masyarakat juga perlu menerbitkan sebuah standardisasi
produk wisata yang aman dan wajib ditaati semua pihak tanpa kecuali seperti ukuran
dan bentuk perahu karet yang aman yang aman bagi wisatawan.

Tindakan kuratif adalah melakukan prosedur standar darurat yang sudah


ditetapkan ketika terjadi kecelakaan di destinasi wisata, antara lain melakukan prosedur
penyelamatan, prosedur komunikasi dan koordinasi dengan institusi kesehatan dan
pihak terkait. Sedangkan tindakan rehabilitatif adalah menetapkan dan melakukan
kegiatan atau aksi nyata yang diperlukan setelah terjadinya kecelakaan untuk
menaikkan kembali penilaian positif pada destinasi wisata.

Manajemen keamanan dan keselamatan pada destinasi wisata harus dilakukan


secara konsisten dan semua pihak memiliki komitmen yang sama untuk menjamin
destinasi pariwisata dapat berkelanjutan. Perlu dipahami bahwa isu keselamatan adalah
isu sensitif dalam dunia pariwisata dan memerlukan usaha yang tidak sedikit untuk
mendapatkan kepercayaan wisatawan supaya berkunjung kembali ke sebuah destinasi
wisata (Mansfeld dan Pizam, 2006). Teori Prospek mengatakan bahwa manusia
berusaha menghindari hal negatif sehingga pengalaman negatif atau rasa takut memiliki
dampak yang lebih besar bagi hidup manusia dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu,
tidak mengherankan bahwa pada umumnya berita buruk lebih cepat tersebar daripada
berita baik.

Adanya manajemen keamanan dan keselamatan pada destinasi wisata dapat


mereduksi dampak negatif yang mungkin terjadi dan membuat destinasi menjadi
sebuah destinasi wisata yang berkelanjutan. Pemahaman mengenai keselamatan ini
merupakan bagian dari kontribusi kita sebagai orang yang mendalami Ilmu
Kepariwisataan. Observasi yang dilihat pada saat mengikuti rafting pada Sungai
Bah Bolon membuat penulis berpikir untuk mengkaji degrasi pada bebabtuan tebing
disana.

Berdasarkan observasi langsung dan informasi dari guide rafting bebatuan di


tebing Sungai Bah Bolon termasuk kedalam bebatuan yang sewaktu-waktu dapat
mengalami pelapukan, hal ini tentu mengakibatkan longsor yang nantinya membuat
permukaan sungai menjadi lebar dan mudah terjadi banjir apabila memasuki musim
penghujan. Namun dengan adanya pemahaman akan safety yang dinilai bagian dari
pencegahan dari hal-hal yang tidak diinginkan sudah menjadi bagian dari
pemerhatian konsep pariwisata berkelanjutan.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Indonesia adalah negara dengan tingkat curah hujan yang tinggi diperkirakan
sekitar 2.000 hingga 3.000 milimeter per tahunnya, dilansir dari situs web The
Geoloical Society pelapukan juga disebabkan oleh air hujan yang bereaksi dengan
butiran mineral dalam batuan dan membentuk mineral baru (lempung) pada
bebatuan. Hal ini tentu memberikan dampak terhadap aktivitas disana termasuk salah
satunya berdampak kepada pengelolaan Pariwisata berkelanjutan (Sustainable
Tourism).Fenomena yang berhubungan dengan pergerakan massa tanah yang ada
dipermukaan bumi terfokus lagi kepada hancurnya batuan karena aktivitas organisme
disebut juga pelapukan biologi( disebabkan karena factor alam ). Organisme yang
teramati dalam tebing tepian Sungai Bah Bolon seperti jasad renik dari hewan,
tumbuhan lumut, tumbuhan paku-pakuan dan aktivitas hewan seperti cacing tanah
dan serangga.

Apabila terjadinya runtuhan tebing pada tepian Sungai Bah Bolon tersebut tentu
memberikan efek pada bentang alamnya berupa permukaan bumi yang tidak rata
dan selalu berubah-ubah setiap waktu. Pembentukkan relief bumi tidak serta merta
terjadi begitu saja, terdapat dua energi yang memicu pembentukkan relief bumi
tersebut. Tenaga yang berasal dari dalam bumi atau disebut sebagai tenaga endogen
dan tenaga yang bukan berasal dari dalam bumi atau disebut sebagai tenaga eksogen.
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari gejala-gejala terjadi di
permukaan bumi dan mempengaruhi bentuk permukaan bumi itu sendiri. Gejala
tersebut antara lain terdiri atas gejala atmosfer (angin, suhu), air (air hujan, aliran air
permukaan, pasang surut), dan aktivitas makhluk hidup (mikroorganisme, hewan,
tumbuhan, manusia). Terdapat empat jenis tenaga eksogen yang dapat terjadi pada
tebing tepian Sungai Bah Bolon, yaitu: pelapukan, pengikisan, pengendapan dan
amblesan.

2. Saran
Penulis menyarankan kepada pengelola objek wisata di Sungai Bah Bolon,
Kecamatan Sipispis agar terus mengkaji mengenai dampak degradasi bebatuan
tebing disana tentunya dengan ikut mencari solusinya demi pengembangan
Pariwisata berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

I. K. Mastika, “Ekowisata – Perspektif Bisnis Industri Pariwisata, Ekowisata Berbasis


Konservasi Alam dan Social Forestry di Kawasan Taman Nasiona,” Efektifitas
Penyuluhan Gizi pada Kelompok 1000 HPK dalam Meningkatkan Pengetahuan dan
Sikap Kesadaran Gizi. 2019.
L. K. Wedari, “PENGENALAN PARIWISATA BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE
TOURISM) – Accounting Technology,” BINUS Higher Education. 2022, [Online].
Available: https://binus.ac.id/bekasi/accounting-technology/2022/08/03/pengenalan-
pariwisata-berkelanjutan-sustainable-tourism/.
E. Pasandaran, M. Syam, and I. Las, “Degradasi Sumber Daya Alam: Ancaman Bagi
Kemandirian Pangan Nasional,” Konversi dan Fragm. Lahan Ancaman Terhadap
Kemandirian Pangan, pp. 35–53, 2006, [Online]. Available:
https://www.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-2.pdf.
P. Observasi and D. A. N. Lembar, “Oleh : FPIPS- UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA,” 2007.
K. D. Harmayani and P. A. Suthanaya, “Analisis Degradasi Lingkungan Akibat Dari
Pembangunan Jalan Lingkar Nusa Penida,” Penelit. Hibah Pasca Sarj. Univ. Udayana
Bali, pp. 1–44, 2015, [Online]. Available:
https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/penelitianSimdos/f062a994e542e
05efbd949dab70dec60.pdf.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar, “Ekowisata – Dinas Lingkungan Hidup,” Dinas
Lingkungan Hidup. 2018, [Online]. Available: https://dlh.blitarkab.go.id/ekowisata/.
“Manajemen Keamanan dan Keselamatan Pada Destinasi Wisata _ Bhayu Rhama.” .
“Prolog Materi - Kalor | Zenius Education.” [Online]. Available:
https://www.zenius.net/prologmateri/kimia/a/1288/kalor.
B. Dua, “Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan dan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pengantar,” pp. 11–34.
K. D. Toba, “Arung Jeram Bah Bolon Sipispis,” pp. 2–3.
M. Warshawsky and F. W. Paul, “the Independent Variable!,” Simulation, vol. 16, no. 1, pp.
45–46, 1971, doi: 10.1177/003754977101600108.
“ANALISIS_LONGSOR_DI_SUNGAI_CIPUNAGARA_SUBANG_DAN_D.” .
“Unconfirmed 37631.crdownload.” .
“Pengertian Masswasting, Contoh, Penyebab dan Jenis Masswasting _ Portal-Ilmu.” .
A. Kompetensi, B. Muka, and B. Indonesia, “Pembelajaran 2 . Kondisi Alam Indonesia,” pp.
65–102.
LAMPIRAN

Gambar 1. Penampakan bebatuan di Sungai Bah Bolon, Kecamatan Sipspis

( Sumber foto pribadi )


Gambar 2. Penampakan bebatuan di Sungai Bah Bolon, Kecamatan Sipspis

( Sumber foto pribadi )


Gambar 3. Peserta tour beristirahat di pinggir Sungai Bah Bolon, Kecamatan Sipispis

( Sumber foto pribadi )

Gambar 4. Penampakan bebtatuan tebing tepian Sungai Bah Bolon

(Sumber foto pribadi)


Gambar 5. Peserta tour melakukan aktivitas rafting di Sungai Bah Bolon

Gambar 6. Potret green canyon Sungai Bah

( Sumber foto google.com )

Anda mungkin juga menyukai