PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH :
Gilang Febriyangga
19135019
Pariwisata merupakan suatu kebutuhan bagi manusia untuk menjaga kesehatan jiwanya.
Dengan pariwisata, suasana hati seseorang dapat berganti menjadi lebih baik serta menambah
wawasan dan kecintaannya terhadap alam. Didalam UU RI No. 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan menyatakan “Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok secara sukarela dan bersifat sementara dari suatu
tempat ke tempat lain untuk rekreasi menikmati obyek dan daya tarik wisata serta
tidak bermaksud mencari nafkah di daerah yang dikunjungi serta mendapat pelayanan
dari usaha jasa pariwisata”.
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan
nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu
sektor andalan dalam peningkatan devisa Negara. Hal ini sesuai dengan Inpres No. 9-1969
BAB II Pasal 2 Poin A yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata
adalah untuk meningkatkan pendapatan devisa negara, khususnya pendapatan
masyarakat setempat, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong
industri-industri samping lainnya.
Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) memiliki potensi wisata yang hampir tak
terhingga. Mulai dari wisata alam, wisata pantai, wisata sejarah, wisata ziarah, wisata
industri, wisata agro, hingga wisata budaya nya yang sangat menarik untuk
dikunjungi. Berhubungan dengan itu, provinsi Sumbar dikenal sebagia wilayah yang
kental nuansa religius dan adat budaya serta sangat menghargai nilai-nilai budaya.
Salah satu wisata yang menarik dikunjungi oleh wisatawan lokal yang ada di Sumbar dan
menjadi daerah tujuan wisata (DTW) adalah Pantai Taman Muaro Lasak. Lokasinya tak terlalu
jauh dari pusat Kota Padang. Taman yang diklaim sebagai tempat rekreasi baru di Kota Padang
yang berkelas internasional itu berada di Jalan Samudra, masih dalam kawasan pantai Purus,
Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Jika ingin liburan ke Taman
Muaro Lasak, pengunjung tinggal menyusuri jalan lurus sepanjang Pantai Padang ke arah
jembatan Purus. Di sebelah kiri ruas jalan akan terlihat tulisan “Taman Muara Lasak”. Di sana
pengunjung juga dapat melihat “Tugu Merpati Perdamaian” yang belum lama diresmikan
Presiden Jokowi. Tugu serta latar nama Taman Muaro Lasak merupakan spot favorit bagi
pengunjung untuk berfoto /berselfi ria bersama keluarga.
Saat tiba di Taman Muaro Lasak, pengunjung bakal terkagum-kagum akan pemandangan pantai
yang indah dengan hamparan pasir luas, tak kalah seperti pantai di Pulau Dewata Bali. Keindahan
Pantai Taman Muaro Lasak terasa sekali pasca dibongkarnya payung – payung/tenda ceper serta
kios- kios yang berada di arah pinggiran pantai. Pengunjung dapat melihat pemandangan lepas
yang sangat luas sejauh mata memandang. Ditambah kesejukan hembusan angin laut dengan
ayunan ombak pantai. Suasana menjelang senja bertambah seru dengan adanya pemain
paralayang yang hampir setiap hari melakukan aksinya.
Namun saat ini terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan
kebudayaan dan pariwisata yang ada di taman muaro lasak. Permasalahan itu yakni,
berkurangnya kunjungan wisatawan yang di akibatkan oleh abrasi pantai yang sering terjadi dan
mengakibatkan pengunjung merasa tidak aman dan tidak nyaman saat berada di lokasi, abrasi ini
juga membawa sampah-sampah ke bibir jalan yang menciptakan bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang tidak indah. Juga terdapat beberapa masalah lainnya yaitu minimnya
petugas kebersihan yang membuat banyaknya sampah dan membuat kurangnya minat
para wisatawan berkunjung ke sana karena mereka terganggu oleh pemandangan
seperti itu. Dampak sampah pada lingkungan di pantai dapat membunuh terumbu
karang, biota laut, serta manusia. Kondisi lingkungan pariwisata pantai yang tercemar
oleh sampah akan mengurangi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke pantai
tersebut karena terkesan kotor (Ningsih, 2015).
Permasalahan pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa permasalahan sampah yang
sudah berhari hari dibiarkan saja oleh pemerintah atau petugas kebersihan dan
masyarakat ataupun pedagang yang ada disekitar pantai. Sampah ini akan
menyebabkan bau busuk yang membuat wisatawan tidak nyaman dan penumpukan
sampah juga bisa mengakibatkan sumber penyakit disekitarnya.
Kesadaran masyarakat akan sampah masih kurang, ini dibuktikan dengan terjadinya
kiriman sampah yang berasal dari sungai sungai yang mengarah langsung menuju
laut, dan sampah yang ada pada Pantai Taman Muaro Lasak merupakan sampah
kiriman dari sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan ke sungai.
Permasalahan ini juga sudah banyak dikulik dalam artikel berita nasional.
Berdasarkan hal itu, penulis menemukan beberapa artikel yang membahas tentang
abrasi pantai yang menyebabkan banyak kerusakan dan tentunya sampah kiriman
yang bersumber dari sampah rumah tangga. Berikut adalah artikel berita yang
membahas mengenai sampah di Pantai Taman Muaro Lasak:
Gambar 1.2 Artikel, TribunPadang.com
Selain itu, juga terdapat komentar dari para penikmat wisata kota padang di
instagram portal berita harian kompas mengenai sampah kiriman yang ada di Pantai
Taman Muaro Lasak, berikut komentarnya:
Gambar 1.3 Komentar instagram kompasharian
Hal ini berkaitan penyebabnya karena belum meratanya pembangunan kebudayaan dan
pariwisata, kurangnya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi intralembaga dan antar lembaga,
pusat maupun daerah, dalam pengembangan budaya, destinasi dan promosi pariwisata, belum
optimalnya dukungan sektor lain, menurunnya citra pariwisata yang disebabkan oleh berbagai
faktor seperti isu bencana alam, belum optimalnya kerjasama pelaku ekonomi-sosial-budaya
dengan pelaku pariwisata dan masyarakat, masih terbatasnya sumberdaya manusia yang
profesional di bidang kebudayaan dan pariwisata. Oleh karena itu diperlukan adanya solusi
dan penanganan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang sudah ada, maka dari
itu penulis tertarik untuk meneliti “Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai
Taman Muaro Lasak Dalam Penanganan Masalah Sampah”.
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di objek wisata Pantai Taman Muaro Lasak Kota Padang.
2. Pengelolaan sampah oleh pemerintahan Kota Padang di Pantai Taman Muaro
Lasak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi, maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2. Mengetahui strategi yang tepat untuk pembangunan destinasi pariwisata yang ada
di Pantai Taman Muaro Lasak.
3. Mengetahui hambatan dan solusi yang didapatkan ketika pembangunan dan
pengembangan pariwisata Pantai Taman Muaro Lasak.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat sebagai referensi yang valid
mengenai tema yang peneliti angkat. Penelitian ini juga secara umum diharapkan
dapat memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya bagi pembangunan dan
pengembangan potensi pariwisata.
2. Bagi Penilis
b. Penelitian ini merupakan syarat tuntas untuk tugas minggu ke 3 mata kuliah
Metodologi Penelitian.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi maupun dasar acuan yang valid
terkait dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kota Padang, khususnya di Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga. Kebijakan ini diharapkan pula dapat menjadi awal
dari usaha optimalisasi potensi pariwisata di Kota Padang sehingga Padang dapat menjadi
destinasi wisata yang lebih berkualitas dan dapat bersaing.
4. Bagi Masyarakat
A. Aspek-aspek Teoritis
1. Strategi Pengembangan
a. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan
sebagai “the art of the general” atau seni seorang panglima yang biasanya
digunakan dalam peperangan. Strategi berkaitan dengan arah tujuan dan
kegiatan jangka panjang suatu organisasi. Strategi juga sangat terkait dalam
menentukan bagaimana suatu organisasi menempatkan dirinya dengan
mempertimbangkan keadaan sekeliling terutama terhadap pesaingnya.
Strategi diyakini sebagai alat untuk mencapai tujuan. Strategi adalah
kerangka yang membimbing dan mengendalikan pilihan – pilihan yang
menetapkan sifat dan arah suatu organisasi perusahaan.
Menurut Rangkuti dalam Nainggolan dan Kampana (2015:46) bahwa
strategi merupakan kegiatan perusahaan untuk mencari kesesuaian antara
kekuatan-kekuatan internal perusahaan dan kekuatan-kekuatan eksternal
(peluang dan ancaman) suatu pasar. Sementara itu secara konseptual
strategi dapat dipahami sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi juga bisa dipahami
sebagai segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam
kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.
Dalam rangka pengembangan pariwisata, maka diperlukan strategi
pengembangan atau pengelolaan pariwisata untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Pearce dan Robinson (2014), “Strategi merupakan rencana
skala besar berorientasi jangka panjang untuk berinteraksi dengan
lingkungan yang kompetitif untuk mencapai tujuan perusahaan”. Sementara
menurut Solihin (2012), “Strategi tidak didefenisikan hanya semata-mata
sebagai cara untuk mencapai tujuan karena strategi dalam konsep
manajemen strategic mencakup juga penetapan berbagai tujuan itu sendiri
(melalui berbagai keputusan strategis [strategic decisions] yang dibuat oleh
manajemen perusahaan) yang diharapkan akan menjamin terpeliharanya
keunggulan kompetitif perusahaan”.
Menurut Henry Mintzberg dalam Dayansyah (2014:4-5) strategi
terbagi atas 5 definisi yaitu strategi sebagai rencana, strategi sebagai pola,
strategi sebagai posisi, strategi sebagai taktik dan strategi sebagai
perspektif.
a) Strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah
terencana (a directed course of action) untuk mencapai
serangkaian tujuan atau cita cita yang telah ditentukan: sama
halnya dengan konsep strategi perencanaan.
b) Strategi sebagai pola adalah sebuah pola perilaku masa lalu
yang konsisten, dengan menggunakan strategi yang
merupakan kesadaran daripada menggunakan yang terencana
ataupun diniatkan. Hal yang merupakan pola berbeda dengan
berniat atau bermaksud maka strategi sebagai pola lebih
mengacu pada sesuatu yang muncul begitu saja (emergent).
c) Strategi sebagai posisi adalah menentukan merek, produk
ataupun perusahaan dalam pasar, berdasarkan kerangka
konseptual para konsumen ataupun para penentu kebijkan:
sebuah strategi utamanya ditentukan oleh faktor-faktor
eksternal.
d) Strategi sebagai taktik merupakan sebuah manuver spesifik
untuk mengelabui atau mengecoh lawan (competitor).
e) Strategi sebagai perspektif adalah mengeksekusi strategi
berdasarkan teori yang ada ataupun menggunakan insting
alami dari isi kepala atau cara berpikir ataupun ideologis.
Berdasarkan definisi menurut beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa strategi merupakan suatu upaya atau cara yang digunakan seseorang
atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien.
b. Pengembangan
Menurut Seels & Richey (23: 2012) pengembangan berarti proses
menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk
fitur fisik. Pengembangan secara khusus berarti proses menghasilkan
bahanbahan pembelajaran. Sedangkan menurut Tessmer dan Richey
(56;2001) pengembangan memusatkan perhatiannya tidak hanya pada
analisis kebutuhan, tetapi juga isu - isu luas tentang analisis awal-akhir ,
seperti analisis kontekstual.
Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk berdasarkan
temuan-temuan uji lapangan. Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya
pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar,
berencana, terarah, teratur dan bertanggungjawab dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu
dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan, keterampilan
sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuan, sebagai
bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan,
mengembangkan diri ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan
manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri (Iskandar Wiryokusumo,
2011).
Pengembangan pariwisata merupakan suatu usaha untuk memajukan
kegiatan pariwisata sehingga tercipta suatu usaha kondisi pariwisata yang
dapat menghasilkan devisa. Pengembangan pariwisata, khususnya
pengembangan pariwisata pantai, tidak hanya membenahi obyek wisata
alam dan perairan atau hanya melakukan pengembangan akomodasi dan
restoran, tetapi jauh lebih luas dari itu. Wisatawan yang datang tetap
memerlukan fasilitas, angkutan, atraksi wisata air yang menarik, pelayanan,
indera mata, suasana aman, dan lain-lain.
Pengembangan pariwisata menurut Swarbrooke dalam Soeda dkk
(2017:6) merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan
dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata dan mengintegrasikan
segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung
maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.
Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar,
terencana, terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi
produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai
upaya untuk menciptakan mutu yang lebih baik.
Dalam pengembangan wisata, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh pengelola, yaitu:
a) Perlu pembentukan forum rembug masyarakat setempat untuk
membahas pengembangan daya tarik wisata tematis
keagamaan atau ziarah muslim secara tepat dengan
memperhatikan potensi kekayaan budaya lokal yang ada.
b) Perlu perlengkapan berupa pembuatan induk pengembangan
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) dan dibahas
secara lintas sektoral yaitu saling menghormati, saling
percaya, saling bertanggung jawab, dan saling memperoleh
manfaat. Beberapa hal termasuk pila persyaratan–persyaratan
teknis untuk pendirian suatu bangunan.
c) Perlu dikembangkan pula kerjasama antara instansi – instansi
yang berkepentingan dengan maksud untuk tetap menjaga
kelestarian sejarah dan budaya yang ada. Adapun lintas sektor
yang dimaksud yaitu :saling menghormati, saling percaya,
saling bertanggung jawab, saling memperoleh manfaat.
Pengembangan itu sendiri merupakan suatu strategi yang
dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi
kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat
dikunjungi wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat
disekitar objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah. Disamping
itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan keuntungan
bagi wisatawan maupun masyarakat. Karena itu Suwantoro (2004),
menyatakan bahwa upaya pengembangan pariwisata menyangkut
perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi
5 unsur: 1). Objek dan daya tarik wisata; 2) Prasarana wisata, 3) Sarana
wisata; 4) Infrastruktur; 5) Masyarakat/ lingkungan.
Terkait dengan peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata
Pendit (1999) menyebutkan dua faktor penting terkait peran pemerintah
(politik) suatu negara, dalam hal ini adalah pemerintah daerah, yaitu yang
secara langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan
serta perkembangan industri pariwisata tersebut. Pertama yang secara
langsung mempengaruhi adalah sikap pemerintah terhadap kunjungan
wisatawan, kedua secara tidak langsung yaitu adanya situasi dan kondisi
yang stabil dalam perkembangan politik ekonomi serta keamanan dalam
negara atau daerah itu sendiri, pemerintah berkewajiban untuk
mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada perlindungan dan
peningkatan sektor pariwisata, lalu rakyat mendukung berbagai kebijakan
terkait pariwisata yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Sebuah destinasi dapat dikatakan akan melakukan pengembangan
wisata jika sebelumnya sudah ada aktivitas wisata. Untuk dapat
meningkatkan potensi pariwisatanya, yang perlu dilakukan adalah
merencanakan pengembangan wisata agar dapat lebih baik dari
sebelumnya. Menurut McIntyre (2016), Tiga prinsip utama dalam
pengembangan/pembangunan berkelanjutan (sustainability development)
yaitu :
a) Ecological Sustainability, yakni memastikan bahwa
pengembangan yang dilakukan sesuai dengan proses ekologi,
biologi, dan keragaman sumber daya ekologi yang ada.
b) Social and Cultural Sustainability, yaitu memastikan bahwa
pengembangan yang dilakukan memberi dampak positif bagi
kehidupan masyarakat sekitar dan sesuai dengan kebudayaan
serta nilai – nilai yang berlaku pada masyarakat tersebut.
c) Ecoconic Sustainability, yaitu memastikan bahwa
pengembangan yang dilakukan efesien secara ekonomi dan
bahwa sumber daya yang digunakan dapat bertahan bagi
kebutuhan di masa mendatang.
c. Strategi Pengembangan
Menurut Rangkuti (2003) strategi yang dapat dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro
misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga,
strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai
keuangan dan sebagainya.
Menurut Rangkuti (2003), suatu perusahaan dapat mengembangkan
strategi agar dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan
eksternal perusahaan, sehingga perusahaan mampu untuk mengatasi
ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Sedangkan menurut
Suwantoro (2004), “Strategi pengembangan kepariwisataan bertujuan
untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang
dan bertahap”.
Menurut Maryam (2011) ada dua faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan strategi :
a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor berupa daya tarik
yang meliputi kekuatan dan kelemahan dalam menarik
wisatawan. Analisis faktor internal yang meliputi kekuatan
dan kelemahan dilakukan untuk mengetahui kondisi daerah
tersebut secara internal.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor berupa daya tarik
wisata yang meliputi peluang dan ancaman dalam menarik
wisatawan. Analisi eksternal yang meliputi peluang dan
ancaman dilakukan untuk mengetahui posisi daerah dalam
berhadapan dengan lingkungan eksternalnya.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan Strategi
Pengembangan adalah suatu perumusan gagasan yang bertujuan untuk
menjadikan suatu objek/perusahaan dapat menjadi lebih baik dengan
memperhatikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor
eksternal (peluang dan ancaman).
d. Komponen-komponen Pengembangan Pariwista
Menurut M. Liga Suryadana dalam Putra (2019:18) ada beberapa
komponen dasar pariwisata yang harus diperhatikan dalam pengembangan
pariwisata. Komponen tersebut antara lain:
a) Daya Tarik (Attraction)
Daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen
pariwisata karena dapat memunculkan motivasi bagi wisatawan dan
menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Indikatornya
adalah:
1) Something to See adalah objek wisata tersebut harus mempunyai
sesuatu yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung
wisata.
2) Something to Do adalah agar wisatawan bisa melakukan sesuatu
yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, dan
relax.
3) Something to Buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang
pada umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut
sehingga bisa dijadikan sebagai ole-ole.
b) Aksesibilitas (Accessibilities)
Dalam hal ini dimaksudkan agar wisatawan domestik dan
mancanegara dapat dengan mudah mencapai tempat wisata tersebut. objek
wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka
faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan
prasarana objek wisata tersebut. Indikatornya adalah:
1) Jalan raya
2) Sistem telekomunikasi
3) Transportasi
4) Pelayanan (pos penjaga objek wisata, pusat informasi)
c) Fasilitas (Amenities)
Fasilitas yang tersedia di daerah objek wisata seperti akomodasi dan
restoran. Fasilitas menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW).
Dengan adanya fasilitas, maka wisatawan dapat tinggal lebih lama di
daerah tersebut. Indikatornya adalah:
1) Fasilitas penginapan (hotel, villa, pondok, restoran)
2) Fasilitas kamar mandi umum
3) Fasilitas parker
d) Lembaga Pengelola (Institutions)
Aspek berikut ini mengacu kepada adanya lembaga atau organisasi
yang mengolah objek wisata tersebut. Wisatawan akan semakin sering
mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat
merasakan kenyamanan (Protection of Tourism) dan terlindungi baik
melaporkan maupun mengajukan suatu kritik dan saran mengenai
keberadaan mereka selaku pengunjung atau orang yang bepergian.
Indikatornya adalah:
1) Pihak pemerintah
2) Pihak swasta
3) Investor
2. Teknis Analisis SWOT
a. Analisi SWOT
Menurut Rangkuti dalam Fajri (2017), “Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan”. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (oppurtunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis
SWOT membandingkan antara faktor eksternal yang berupa peluang
(oppurtunities)dan ancaman (threats) dan faktor internal yang berupa kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weakness). Sedangkan Solihin (2012) menyatakan
bahwa:
“Salah satu alat analisis situasional yang paling betahan lama dan banyak
digunakan oleh perusahaan dalam melakukan formulasi strategi adalah
analisis SWOT (strengths, weakness, opportunity, threats). Hasil dari
analisis SWOT adalah identifikasi distinctive competencies perusahaan
yang berasal dari sumber dan kemampuan internal yang dimiliki
perusahaan serta sejumlah peluang yang selama ini belum dimanfaatkan
perusahaan, misalnya akibat adanya kekurangan dalam kemampuan
internal perusahaan”
a) Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b) Strategi ST
Strategi ini diterapkan dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c) Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d) Strategi WT
Strategi ini didasarkan kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Berdasarkan defenisi para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi
SO (Strenghts-Opportunities) merupakan strategi yang diciptakan dengan
menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang
eksternal.Sedangkan strategi WO (Weakness-Opportunities) diciptakan untuk
memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
Strategi ST (Strenghts-Threats) merupakan strategi yang diciptakan
dengan menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi
pengaruh dari ancaman eksternal.Kemudian strategi WT (Weakness-Threats)
adalah menciptakan strategi yang bertujuan untuk pengurangan kelemahan dan
menghindari ancaman eksternal.
3. Pariwisata
a. Pengertian Pariwista
Secara etimologi istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta
“pari” yang berarti ‘seluruh, semua atau penuh’ dan “wisata” yang berarti
‘perjalanan’. Pariwisata dimaknai sebagai perjalanan yang penuh atau
lengkap, yaitu bepergian dari suatu tempat tertentu ke satu atau beberapa
tempat lain, singgah atau tinggal beberapa saat tanpa bermaksud untuk
menetap, dan kemudian kembali ke tempat asal (Gamal, 2001:3;
Soebagyo, 2010:70). Pengertian semacam itu adalah rancu apabila
dikaitkan dengan pemakaiannya di dalam praktik. Pariwisata telah
diterima secara luas sebagai padanan dari kata “tourim” dalam bahasa
Inggris atau “toerisme” dalam bahasa Belanda.
Di dalam bahasa Inggris dibedakan antara travel, tour, dan tourism.
Kata travel artinya adalah “perjalanan” yang sepadan dengan kata wisata,
sedangkan kata tour artinya adalah “perjalanan berkeliling” yang sepadan
dengan kata pariwisata. Tambahan kata “ism” di belakang kata “tour”
merujuk pada faham atau fenomena yang berkaitan dengan perjalanan
yang dilakukan. Salah satu faham yang dimaksudkan adalah: bahwa
tujuan dari perjalanan adalah untuk kegiatan rekreasi, dan sama sekali
tidak dimaksudkan untuk bekerja atau tinggal menetap di tempat yang
dituju (Soebagyo, 2010:70).
United Nation World Tourism Organization (UNWTO) merumuskan
definisi pariwisata yang terjemahan bebasnya sebagai berikut (UNWTO,
2013): “pariwisata adalah aktifitas perjalanan dan tinggal seseorang atau
kelompok di luar tempat tinggal dan lingkungannya selama tidak lebih
dari satu tahun berurutan untuk berwisata, bisnis, atau tujuan lain dengan
tidak untuk bekerja di tempat yang dikunjunginya tersebut”.
Menurut Undang-undang 10 Tahun 2009 Tentang pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah. Sedangkan pengertian pariwisata menurut Oka A.
Yoeti adalah “suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu,
yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat yang lain, dengan
maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang
dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna
bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam”
Pariwisata dalam perspektif penyelenggaraan pemerintahan
merupakan bagian dari urusan pemerintahan yang diselenggrakan oleh
pemerintah daerah. Dalam pengertian lain pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah.
Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan
untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan
rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat
diambil suatu pengertian pariwisata yaitu suatu kegiatan perjalanan yang
melibatkan orang-orang dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan
dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu yang baru dalam kurun
waktu tertentu dan bukan mencari nafkah, dan juga dapat menimbulkan
dampak ekonomi bagi masyarakat.
b. Infrastruktur Pariwisata
Infrastruktur dan fasilitas adalah faktor kunci bagi pengembangan
pariwisata di suatu wilayah atau negara Abdullah et al., 2014). Menurut
Grigorescua (2006), peran infrastruktur publik adalah sangat vital bagi
pertumbuhan ekonomi wilayah, dan penyebab utama kegagalan dalam
mendatangkan investasi asing adalah buruknya infrastruktur. Lebih lanjut,
salah satu faktor kunci yang mampu menarik kunjungan turis domestik
maupun asing adalah infrastruktur publik dan/atau infrastruktur pariwisata
itu sendiri. Infrastruktur publik pada umumnya diklasifikasikanmenjadi
lima kateggori, yaitu: (1) Air dan sanitasi; (2) Telekomunikasi; (3) Listrik;
(4) Jalan; dan (5) Bandar udara dan/atau pelabuhan (Abdullah et al.,2014).
Selain infrastruktur publik, dikenal juga infrastruktur pariwisata.
Infrastruktur pariwisata didefinisikan sebagai “elemen-elemen fisik yang
dirancang dan dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan turis” (Adebayo,
Iweka, 2014). Beberapa pakar membedakan antara infrastruktur dengan
suprastruktur. Suprastruktur adalah struktur yang bergantung pada
keberadaan dan kesiapan infrastruktur. Jika infrastruktur tidak ada atau
belum siap, maka suprastruktur juga tidak ada. Infrastruktur pariwisata
meliputi beberapa item antara lain: (1) Fasiltas penunjang (ancillary
facilities) dan fasilitas kompmenter (complementary facilities); (2)
Perrlengkapan; (3) Sistem, proses, dan sumber daya untuk membuat suatu
Daerah Tujuan Wisata (DTW) menjadi berfungsi.
Namun yang menjadi haambatan untuk memajukan infrastruktur
pariwisata yang ada di daerah DTW adalah masalah sampah yang
menimbulkan kerusakan baik secara fisik maupun secara estetika dari
tempat wisata tersebut. Masalah sampah sering sekali ditemui pada pantai
yang berada pada kota-kota besar. Tumpukan sampah di bibir pantai dan
sekitarnya, ditambah dengan minimnya kesadaran wisatawan dalam
membuang sampah pada tempatnya menjadikan pantai, yang pada
awalnya menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung dapat menjadi
bumerang bagi warga itu sendiri.
B. Kerangka Konseptual
Pengembangan potensi pariwisata dilaksanakan untuk memajukan,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi kepariwisataan yang mampu
memberikan manfaat bagi pemerintah. Masyarakat, pelaku usaha pariwisata dan
wisatawan itu sendiri. Kota Padang sendiri terkenal dengan kota yang memiliki
keindahan pantainya yang begitu panjang. Masyarakat kota padang sendiri sering
menghabiskan waktu sorenya dengan bersantai di sepanjang pantai kota padang,
salah satunya adalah pantai taman muarao lasak. Pantai yang sekaligus memiliki
taman ini selalu menjadi primadona masyarakat kota padang. Hal ini lah
membuat pemerintahan kota Padang giat membangun dan mengembangkan objek
wisata yang ada di pantai tersebut.
Namun dalam membangun suatu objek wisata agar lebih baik tentu adanya
permasalahan. Permasalahan dalam pengembangan objek wisata pantai taman
muarao lasak ini ialah sampah yang disebabkan oleh abrasi pantai ataupun
sampah yang berasal dari wisatawan sendiri yang membuat keadaan pantai
terlihat kumuh dan juga menyebabkan bau busuk disekitar bibir pantai. Ini
menjadi pekerjaan rumah (PR) dari dinas pariwisata kota Padang dalam
mengembangkan objek wisata dan melakukan penanganan terhadap masalah
yang terjadi sehingga memiliki dampak yang baik di sekitar objek wisata
tersebut.
Apablia telah dilakukan analisis strategi terhadap suatu objek wisata maka
akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata tersebut. Maka
dapat dirumuskan rencana strategi yang nantinya akan dijadikan pedoman untuk
lebih memperjelas kerangka konspetual penelitian. Berdasarkan uraian diatas,
penulis menuangkan kerangka pemikiranya dalam bentuk skema kerangka
konseptual sebagai berikut.
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik (Sugiyono, 2017).
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual yang telah disusun,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :