Indonesia adalah negara yang memiliki potensi pariwisata yang sangatbesar. Hal ini
disebabkan karena Indonesia memiliki daerah yang luas dan memiliki banyak tempat menarik
yang bisa dijadikan destinasi wisata bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Potensi yang dimiliki ini jika dikembangkan dengan baik akan memberikan dampak besar bagi
peningkatan pembangunan suatu daerah khususnya dan negara umumnya.
Pengembangan sektor pariwisata memang sangat penting bagi suatu negara bahkan sektor
pariwisata ini volume bisnisnya sama atau bahkan melampaui ekspor minyak, produk makanan
dan otomotif, serta pariwisata juga telah menjadi pemain utama dalam perdagangan internasional
dan mewakili disaat yang sama menjadi sumber pendapatan negara (Dambe dan Atstaja, 2013).
Untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor yang dapat di andalkan oleh negara
indonesia dapat dicapai melalui pembenahan sarana prasarana dan penguatan partisipasi
masyarakat (Tanaamah, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan dalam
sektor pariwisata memang sangat dibutuhkan, serta dukungan dari pemerintah dan pihak-pihak
terkait dalam pengembangan pariwisata daerah harus sangat diperhatikan sehingga
mengoptimalkan sektor pariwisata sebagai sektor pendapatan potensial bagi daerah.
Kota Pariaman adalah kota yang berdiri pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan undang-
undang nomor 12 tahun 2002 tentang pembentukan kota Pariaman di provinsi Sumatera Barat.
Kota ini terletak di dataran rendah yang landai di pantai barat provinsi Sumatera Barat berjarak
sekitar 56 km dari kota Padang dan sekitar 25 km dari Bandara Internasional Minangkabau. Kota
ini berada pada ketinggian antara 2 m sampai dengan 35 m di atas permukaan laut. Kota ini
memiliki luas daratan 73,36 km² dengan panjang pantai kurang lebih 12,00 km serta luas
perairan laut 282,69 km² dengan beberapa pulaukecil (BPS, 2016)
Masalah yang harus dihadapi dalam pengembangan pariwisata ini adalahStrategi yang
digunakan untuk menarik lebih banyak wisatawan mengunjungi kota Pariaman secara
berulangkali dan menetap lebih lama dengan meningkatkan kepuasan wisatawan dengan
menggunakan kekuatan yang telah dimiliki dan menutupi kelemahannya. Serta juga harus
memperhatikan peluang yang bisa dimanfaatkan dan menghindari ancaman yang dari
ketidakpastian masa depan. Jadi, kota Pariaman harus menerapkan strategi yang tepat dalam
pengembangan pariwisata agar berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi. Pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan yaitu pengembangan pariwisata yang berbasiskan pelestarian
lingkungan tanpa eksploitasi alam, karena pengembangan pariwisata bergantung pada daya tarik
daerah tersebut (Angelevska-Najdeska dan Rakicevik, 2012). Pengembangan pariwisata
berkelanjutan memiliki dimensi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan, serta memenuhi
kebutuhan wisatawan dan masyarakat sebagai tuan rumah dalam melindungi dan meningkatkan
peluang untuk masa depan (Sutawa, 2012).
1. SEJARAH
Kembali Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat, membuat gebrakan baru untuk
menjadikan Kota Pariaman sebagai salah satu tujuan wisata yang dapat menarik turis lokal
maupun mancanegara untuk datang. Setelah berhasil mengembangkan dan mempromosikan
Pantai Gondoriah dan Pantai Cermin, kali ini Pemerintah Kota Pariaman menyulap kawasan
hutan mangrove yang ‘sekarat’, nyaris mati tersebut menjadi objek wisata yang menarik.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan hutan mangrove sebagai destinasi
wisata minat khusus untuk mendukung konservasi mangrove. Salah satunya seperti hutan
mangrove di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kota Pariaman, Sumatra Barat.
KKP Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, mulai melakukan
pembangunan Pusat Restorasi dan Pengembangan Ekosistem Pesisir (PRPEP) berupa Tracking
Mangrove di Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman. Pelaksana Tugas,
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP, TB Haeru Rahayu menjelaskan PRPEP
dibangun dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam
rehabilitasi ekosistem pesisir berkelanjutan. Tidak hanya berfungsi sebagai laboratorium alam,
PRPEP juga difungsikan untuk destinasi wisata masyarakat atau pun wisata ilmiah.
Penanaman 10.000 batang mangrove di kawasan Hutan Mangrove Desa Apar Pariaman ini
diselenggarakan pada Kamis, 28 Desember 2017, melalui program Corporate Social
Responsibility (CSR) Bidang Lingkungan. Penanaman secara simbolis dilakukan oleh Operation
Head DPPU Minangkabau, Ridwan, beserta Walikota Pariaman, Mukhlis Rahman. Penanaman
Mangrove ini diharapkan mampu membuka pandangan masyarakat untuk dapat mengenal lebih
dekat beragam jenis mangrove. Selain itu, dengan peran serta dari masyarakat dan kelompok
pegiat lingkungan yang ada di Pariaman, dapat melahirkan ekonomi yang ramah lingkungan,
serta mengurangi efek gas rumah kaca.
2. PROFIL
Kawasan hutan mangrove yang berada Desa Apa, Kecamatan Pariaman Utara, memiliki
luas delapan hektare. 1,5 hektare sebagiannya diketahui sudah lama mati akibat kekeringan.
Sementara itu, sisanya masih tumbuh dan berkembang dengan sempurna.
Selama beberapa waktu, mangrove di kawasan ini terancam punah, karena banyak
masyarakat setempat yang mengambil dan memanfaatkan kayu mangrove sebagai kayu bakar.
Dengan dijadikannya sebagai objek wisata, diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat
setempat. Yang sebelumnya menebang mangrove, beralih menjaga dan melestarikan, agar
wisatawan terus tertarik untuk berkunjung.
1. Dalam pengelolaan objek wisata perlu kesadaran dari masyarakat terkhusus pengelola
wisata agar bisa melayani wisatawan dengan baik.
2. Jika ingin maju dan berkembang tingkatkan lah promosi.
3. Bekerja sama dengan pemerintah dapat membantu merawat fasilitas.
4. Sarana perjalanan juga memppengaruhi kelancaran tempat wisata, dengan memperluas
dan menjadikan jalan lebih mulus akan mempermudah wisatawan untuk datang ke tempat
destinasi wisata.
5. Keamanan sangat penting bagi wisatawan saat berkunjung ketempat wisata oleh karena
itu keamanan sangat penting agar wisatawan nyaman dan banyak yang berkunjung.
6. Promosi khusus ini perlu dilakukan agar menarik pengunjung/wisatawan ke tempat
destinasi wisata, bisa saja di lakukan dengan melakukan promosi besar-besaran di hari-
hari tertentu, seperti perayaan tahun baru, natal, lebaran haji, dll.
7. Disetiap tempat wisata pasti semua wisatawan akan mengabadikan momen dengan foto
oleh karena itu membuat spot selfie yang Instagramabel dapat meningkatkan minat
wisatawan untuk berkunjung.
8. Untuk menarik wisatawan/pengunjung, pengelola mesti pandai dalam berinovasi agar
tempat wisata tidak membosankan begi pengunjung.
9. Program memajukan objek wisata memerlukan anggaran, maka dari itu perlu pihak yang
bias membantu dalam penyediaan anggaran.
10. Tempat istirahat sangat penting disediakan ditempat wisata karena akan membuat
wisatawan nyaman dan tertarik.
1. Lakukan pengawasan pada setiap fasilitas yang ada di tempat tersebut, pastikan semua
fasilitas yang ada aman untuk digunakan oleh wisatawan..
2. Menambah dan meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM untuk memberi kenyamanan
pada para wisatawan.
3. Pemerintah dan masyarakat setempat harus menambah fasilitas serta sarana dan prasarana
seperti pendukung inti seperti mesjid.
4. Pengunjung akan kesusahan dalam mengenal objek wisata karena tidak ada yang
membantu nyaa memberikan informasi,masyarakat harus bisa mengambil alih hal ini.
5. Sebaiknya ada pengelola seperti tim humas yang menyelesaikan permasalahan ini dengan
adanya promosi ditiktok,Instagram,facebook dan lainnya agar jangan masyarakat nagari
saja yang berkunjung tapi orang luar juga.
6. Memberikan inovasi terbaru untuk mengembangkan hutan mangrove pariaman agar lebih
menarik.
7. Memberikan sentuhan kekinian terhadap hutan mangrove pariaman agar terlihat lebih
keren seperti spot foto.
8. Sangat jauh berbeda dengan objek wisata nagari tetangga harusnya kita bisa
memanfaatkan dan mempromosikan objek wisata.
9. Pengelola dan masyarakat harusnya memperhatikan dan menjaga kebersihan hutan
mangrove.
10. Pengelola harus memeriksa semua fasilitas agar aman.
2.3. Kesimpulan Jurnal