Oleh :
HITAJAYA PRATISTHA
NIM. C1G016092
B. RUANG LINGKUP
1. Pengembangan potensi pada desa wisata
Dalam pengembangan potensi di desa wisata harus direncanakan secara hati-
hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol. Berdasarkan hasil penelitian dan
studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa konsultan Indonesia (UNDP dan WTO,
1981), dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka kerja/konsep kerja dari
pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata,:melalui pendekatan Pasar dan
pendekatan Fisik.
a. Pendekatan Pasar, dalam pendekatan pasar dikenal tiga jenis interaksi, yaitu:
1. Interaksi tidak langsung. Model pengembangan didekati dengan cara
bahwa desa mendapat manfaat tanpa interaksi langsung dengan
wisatawan. Bentuk kegiatan yang terjadi seperti penulisan buku-buku
tentang desa yang berkembang, kehidupan desa, seni dan budaya lokal,
arsitektur tradisional, latar belakang sejarah, pembuatan kartu pos dan
sebagainya.
2. Interaksi setengah langsung. Pendekatan ini didekati dalam bentuk-bentuk
one day trip yang dilakukan oleh wisatawan. Kegiatan-kegiatan meliputi
makan dan berkegiatan bersama penduduk dan kemudian wisatawan
dapat kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip model tipe ini adalah
bahwa wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal bersama dengan
penduduk.
3. Interaksi langsung, wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/bermalam
dalam akomodasi yang dimiliki oleh desa tersebut. Dampak yang terjadi
dapat dikontrol dengan berbagai pertimbangan yaitu daya dukung dan
potensi masyarakat setempat. Alternatif lain dari model ini adalah
penggabungan dari model pertama dan kedua.
b. Pendekatan Fisik. Pendekatan ini merupakan solusi yang umum dalam
mengembangkan sebuah desa melalui sektor pariwisata dengan
menggunakan stkitar-stkitarkhusus dalam mengontrol perkembangan dan
menerapkan aktivitas konservasi.
c. Mengkonservasi sejumlah rumah yang memiliki nilai budaya dan
arsitektur yang tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal menjadi
sebuah museum desa untuk menghasilkan biaya untuk perawatan dari
rumah tersebut.
d. Mengkonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru untuk
menampung perkembangan penduduk desa tersebut dan sekaligus
mengembangkan lahan sebagai area pariwisata dengan fasilitas- fasilitas
wisata.
e. Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa yang
dioperasikan oleh penduduk desa sebagai industri skala kecil.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas maka penyusun dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut, Pertama bentuk pengaturan tentang pengembangan
kawasan pariwisata yang berbasis potensi alam dan budaya di Kabupaten Lombok
Barat telah di tindak lanjuti melalui produk hukum daerah yaitu Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Barat Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Kabupaten Lombok Barat dan Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 27 Tahun
2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata kerja Dinas Pariwisata Kabupaten
Lombok Barat dan produk hukum Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan. Secara prinsip sudah menempatkan pengembangan kawasan
pariwisata yang berbasis potensi alam dan budaya di Kabupaten Lombok Barat
sesuai dengan porsinya. Kedua Implementasi pengembangan kawasan pariwisata
yang berbasis potensi alam dan budaya belum sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Barat Nomer 11 Tahun 2011 yaitu dari segi fasilitas
pendukung kegiatan pariwisata seperti akses jalan yang buruk, tempat pembuangan
sampah yang kumuh hingga fasilitas tempat peristirahatan yang masih kurang
memadai serta kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses pengembangan
kawasan pariwisata. Kendala yang timbul dalam pelaksanaannya adalah kendala
yuridis dan kendala non yuridis, kendala yuridisnya yaitu belum adanya produk
hukum daerah yang mengatur khusus tentang pengembangan kawasan pariwisata
yang berbasis potensi alam dan budaya serta kendala non yuridisnya yaitu sumber
daya manusianya yang masih rendah.
2. Saran
Dari hasil kesimpulan diatas maka penyusun dapat menyampaikan saran
sebagai berikut, Pertama terkait penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, di dalam pengaturan ini bukanlah
produk hukum yang bersifat khusus yang mengatur tentang pariwisata alam dan
budaya sehingga perlu adanya produk hukum daerah yang dimiliki Pemerintah
Kabupaten Lombok Barat untuk mengatur secara khusus tentang pariwisata alam
dan budaya, mengingat bahwa Kabupaten Lombok Barat memiliki potensi
pariwisata alam dan budaya untuk di kembangkan. Kedua Pemerintah Kabupaten
Lombok Barat harus segera berbenah dalam hal penigkatan fasilitas pendukung
kegiatan pariwisata berupa perbaikan akses jalan menuju kawasan pariwisata,
memiliki pengelolaan yang baik terhadap sampah, meningkatkan kualitas tempat
peristirahatan bagi wisatawan dan melakukan pemberdayaan masyarakat guna
meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan
pariwisata yang berbasis potensi alam dan budaya di Kabupaten Lombok Barat.