Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA TAMAN NARMADA

DI KAWASAN DESA LEMBUAK LOMBOK BARAT

Oleh :
HITAJAYA PRATISTHA
NIM. C1G016092

PROGRAM STUDI AGRBISNIS PAGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
A. LATAR BELAKANG
1. Potensi pengembangan wisata di NTB
Sektor pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama di Lombok, kini
menjadi buah bibir para pelancong dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lombok
menawarkan sejumlah destinasi wisata yang tidak kalah menariknya dari tetangga
sebelah, Bali.
Pelbagai destinasi menarik tersedia di Pulau Seribu Masjid. Mulai dari
keindahan bawah laut, gugusan perbukitan yang hijau, bentangan pasir putih di
kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, eksotisme tiga gilu di Lombok Utara,
hingga panorama Gunung Rinjani.
Tak hanya itu, Lombok juga memiliki kekayaan budaya yang menjadi
buruan para pelancong dunia, termasuk sajian kuliner berselera pedas. Kepala
Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan pengembangan sektor
pariwisata tak dilakukan dalam sekejap.
Program pengembangan pariwisata, kata Faozal, mulai digagas saat Tuan
Guru Haji TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menjabat
sebagai Gubernur NTB pada 2008 lalu. Faozal menambahkan, berbagai upaya
ditempuh dalam memajukan sektor pariwisata, mulai dari regulasi, promosi,
hingga penguatan destinasi.
Hasilnya, tingkat kunjungan wisatawan ke NTB terus mengalami
peningkatan yang sangat signifikan. Catatan, Dinas Pariwisata NTB, jumlah
kunjungan pada 2008 hanya sebanyak 500 ribu. Namun, pada 2017 kemarin,
jumlah ini membengkak hingga 3,5 juta wisatawan.

2. Wisata Taman Narmada di kawasan Narmada Lombok Barat


Wisata Kota di Taman Narmada Lombok adalah bentuk miniatur dari Gunung
Rinjani yang dibangun oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem untuk berdoa.
Taman Narmada Lombok dibangun pada tahun 1727 Masehi. Sang Raja sudah tak
kuat mendaki gunung rinjani, oleh karena itu membangun replika gunung rinjani
dan danau segara anak yang digunakan untuk berdoa kala itu. Nama taman
narmada sendiri diambil dari nama sungai suci di India, Narmanadi, yang berarti
mata air atau sumber kehidupan.
3. Permasalah pengembangan wisata
Tren pengunjung ke lokasi wisata Narmada dan Suranadi Lombok Barat
(Lobar) selama beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan yang drastis.
Kondisi ini disebabkan, bermunculannya pesaing objek wisata di daerah lain,
seperti Pantai Pink di Lombok Timur (Lotim).
Di samping itu, penyebab turunnya jumlah pengunjung ini, minimnya
sentuhan inovasi pemda di destinasi wisata, sehingga dua destinasi ini gagal
mempertahankan keunikan dan nilai lebihnya.
4. Strategi pengembangan wisata di kawasan taman Narmada
Taman Narmada terletak di Desa Lembuak, Narmada Kecamatan, Lombok
Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di daerah taman ada juga Pura Kelasa, mandi
taman (air mancur dari pemuda), bangunan bersejarah (istana raja) dan legenda
sejarah yang dapat memperkuat daya tarik wisata. Berbagai daya tarik wisata
mereka di situs, masih dianggap dimaksimalkan manajemen dengan memperkuat
keterlibatan pihak yang berkepentingan di Taman Narmada sehingga akan
dikunjungi oleh wisatawan, mereka tidak hanya wisatawan
lokal, tetapi juga dikunjungi oleh wisatawan asing. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dan matric
Analisis SWOT. Yang pertama adalah metode deskriptif kualitatif, yang
memberikan ulasan atau interpretasi atau makna dari data dan informasi yang
diperoleh, sehingga menjadi lebih bermakna dari sekedar presentasi dalam bentuk
angka (numerik). Yang kedua adalah matric SWOT Analisis SWOT yang
merupakan kelanjutan dari analisis situasi internal-eksternal, di mana
faktor internal-eksternal, di mana faktor-faktor internal seperti kekuatan faktor dan
kelemahan dikombinasikan dengan faktor eksternal faktor bentuk peluang dan
ancaman, kombinasi ini akan menghasilkan beberapa strategi umum (Grand
Strategy) pembangunan Taman Narmada sebagai salah satu
obyek wisata spiritual di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

B. RUANG LINGKUP
1. Pengembangan potensi pada desa wisata
Dalam pengembangan potensi di desa wisata harus direncanakan secara hati-
hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol. Berdasarkan hasil penelitian dan
studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa konsultan Indonesia (UNDP dan WTO,
1981), dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka kerja/konsep kerja dari
pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata,:melalui pendekatan Pasar dan
pendekatan Fisik.
a. Pendekatan Pasar, dalam pendekatan pasar dikenal tiga jenis interaksi, yaitu:
1. Interaksi tidak langsung. Model pengembangan didekati dengan cara
bahwa desa mendapat manfaat tanpa interaksi langsung dengan
wisatawan. Bentuk kegiatan yang terjadi seperti penulisan buku-buku
tentang desa yang berkembang, kehidupan desa, seni dan budaya lokal,
arsitektur tradisional, latar belakang sejarah, pembuatan kartu pos dan
sebagainya.
2. Interaksi setengah langsung. Pendekatan ini didekati dalam bentuk-bentuk
one day trip yang dilakukan oleh wisatawan. Kegiatan-kegiatan meliputi
makan dan berkegiatan bersama penduduk dan kemudian wisatawan
dapat kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip model tipe ini adalah
bahwa wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal bersama dengan
penduduk.
3. Interaksi langsung, wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/bermalam
dalam akomodasi yang dimiliki oleh desa tersebut. Dampak yang terjadi
dapat dikontrol dengan berbagai pertimbangan yaitu daya dukung dan
potensi masyarakat setempat. Alternatif lain dari model ini adalah
penggabungan dari model pertama dan kedua.
b. Pendekatan Fisik. Pendekatan ini merupakan solusi yang umum dalam
mengembangkan sebuah desa melalui sektor pariwisata dengan
menggunakan stkitar-stkitarkhusus dalam mengontrol perkembangan dan
menerapkan aktivitas konservasi.
c. Mengkonservasi sejumlah rumah yang memiliki nilai budaya dan
arsitektur yang tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal menjadi
sebuah museum desa untuk menghasilkan biaya untuk perawatan dari
rumah tersebut.
d. Mengkonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru untuk
menampung perkembangan penduduk desa tersebut dan sekaligus
mengembangkan lahan sebagai area pariwisata dengan fasilitas- fasilitas
wisata.
e. Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa yang
dioperasikan oleh penduduk desa sebagai industri skala kecil.

2. Strategi promosi wisata Taman Narmada di kawasan Narmada Lombok


Barat
Strategi pemasaran adalah pendekatan pokok yang akan digunakan oleh
unit bisnis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan lebih dulu, di
dalamnya dicantumkan keputusan-keputusan pokok mengenai target market,
penempatan produk di pasar, pembauran pemasaran dan tingkat biaya pemasaran
yang dilakukan. Untuk mencapai tujuan pemasaran, dari promosi Wisata Taman
Narmada, maka beberapa strategi diterapkan melalui konsep dasar 4P yang
dikembangkan oleh Philip Kotler, yaitu Product, Place, Price, Promotion.
a. Product
Promosi dilakukan untuk Taman Narmada dengan menggunakan berbagai
macam media promosi yang bertujuan untuk membangun citra Taman
Narmada sebagai tempat wisata alam dan sejarah bagi wisatawan.
b. Place
Promosi akan dilakukan dengan meningkatkan kerjasama dengan agen
travel, menempatkan media di biro perjalanan dan media sosial.
c. Price
Promosi ini akan dikenakan biaya sesuai dengan lamanya waktu dan media
yang digunakan dalam melakukan promosi.
d. Promotion
Promosi daerah wisata ini akan menggunakan media-media seperti iklan
Koran, website, brosur, booklet, x-Banner, selebaran, facebook, kalender,
kartu post, dan merchandise. Merchandise akan dijual kepada wisatawan
yang berkunjung sedangkan sebagai pengingat bagi wisatawan yang telah
berkunjung. Sedangkan untuk brosur, selembaran akan diberikan secara
gratis.
Strategi pemasaran jangka pendek
a. Membangun citra Wisata Taman Narmada sebagai tempat wisata alam dan
sejarah bagi wisatawan melalui media promosi yang digunakan seperti
brosur, iklan majalah, iklan Koran, website, dan sebagainya.
b. Menciptakan brand awareness Wisata Taman Narmada di benak
wisatawan, khususnya domestik. Strategi pemasaran jangka panjang
c. Memperluas wilayah promosi Wisata Taman Narmada b. Terus
meningkatkan kualitas sumber daya yang ada di Taman Narmada sehingga
dapat menciptakan daya tarik bagi pengunjung.
C. PEMBAHASAN
a. kondisi dan potensi
potensi wisata di Taman Narmada sebagai satu daya tarik wisata spiritual
memiliki peluang untuk dikembangkan, karena di lokasi tersebut banyak daya tarik
wisata yang bisa dikembangkan, seperti keberadaan Pura Kelasa, Bale Petirtan / air
awet muda dan istana peristirahatan raja lengkap dengan legenda bersejarah yang
menyertai. Selain wisata spiritual, di lokasi tersebut juga terdapat daya tarik alam
dan wisata belanja untuk cinderamata. Untuk wisatawan pecinta kuliner, dapat pula
dinikmati buah durian peresak, buah manggis dan sate bulayak. Terdapat juga
cinderamata khas berupa perhiasan berupa mutiara, baju kaos khas Pulau Lombok
serta pernak pernik perhiasan lainnya. Kendati demikian, dalam pengembangannya
terdapat pula berbagai masalah baik berupa kelemahan maupun ancaman yang
menjadi tantangan dalam pengembangan potensi Taman Narmada di Desa
Lembuak sebagai daya tarik wisata spiritual. Peluang dan tantangan yang dihadapi
dalam pengembangan yang akan dianalisis dengan penggunaan analisis SWOT
yaitu analisis yang mengkombinasikan faktor internal berupa kekuatan dan
kelemahan dengan faktor eksternal yang terdiri faktor peluang dan ancaman.
Adapun analisis SWOT pengembangan Taman Narmada sebagai salah satu daya
tarik wisata Spiritual yang berlokasi di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada
adalah sebagai berikut
Adapun yang menjadi faktor kekuatan dalam penelitian ini adalah : 1)
1. Keberadaan Taman Narmada yang lengkap dengan Pura Kelasa, Bale Petirtan/
air awet muda dan berbagai fasilitas yang layak dijadikan daya tarik wisata
spiritual.
2. Adanya legenda yang dapat dijadikan daya tarik wisata spiritual.
3. Memiliki fasilitas taman air dan air awet muda yang indah dan cukup aman bagi
wisatawan.
4. Keindahan alam yang layak dijadikan daya tarik wisata berbobot.
5. Lokasi Taman Narmada yang strategis, dan dekat dengan daya tarik wisata yang
lainnya seperti Taman Suranadi, sehingga dimungkinkan untuk membuat route
perjalanan wisata spiritual yang menarik untuk wisatawan selama berwisata di
Pulau Lombok.
Faktor yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini adalah :
1. Adanya sebagian warga Desa Lembuak dan sekitarnya yang tidak siap akan
perkembangan pariwisata yang ada, khususnya dalam menjaga keamanan.
2. Belum optimalnya partisipasi masyarakat khususnya pengempon pura dalam
pengembangan pariwisata.
3. Belum terorganisirnya sistem pemasaran.
4. Fasilitas akomodasi, makan dan minum yang masih terbatas jumlahnya
5. Keterbatasan modal pembangunan.
6. Adanya keterbatasan sarana parkir bagi rombongan wisatawan terutama yang
menggunakan bus, sehingga perlu penambahan fasilitas parkir mobil/bus dan
penataan lingkungan untuk wisatawan yang datang ke Taman Narmada.
7. Perlu adanya penambahan perambuan / tanda untuk memperjelas arah
wisatawan di lingkungan Pura Kelasa/Taman Narmada, baik sebagai wisatawan
spiritual maupun wisatawan umum.
b. Kelompok sadar wisata
berdasarkan penyebaran potensi kepariwisataan perlu di bentuk kelompok
sadar wisata untuk mendukung kemajuan dalam bidang pariwisata, dengan ikut
sertanya masyarakat dalam megelola dan menjaga suatu objek parwiwisata maka
secara tidak langsung akan mengalami damapak positif bagi para warga
masyarakat dari segi kesadaran akan pentingnya menjaga objek wisata yang akan
mendongkrak dalam segi ekonomis yaitu meningkatnya pendpatan masyarakat
serta dalam segi sumber daya manusia yang akan semakin sadar pentingnya asset
pariwisata untuk kemajuan daerah Kabupaten Lombok Barat seperti yang di
amanatkan oleh : Undang-Undang No 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal
2 huruf a menyatakan bahwa kepariwisataan di selenggarakan berdasarkan asas
manfaat dan Pasal 5 huruf c menyatakan kepariwisataan di selenggarakan denga
prinsip memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan
profesionalitas dan memberdayakan masyarakat setempat. Suksesnya
kepariwisataan nasional dan daerah sangat di tentukan oleh adanya dukungan serta
partisipasi masyarakat, untuk mendorong partisipasi masyarakt secara lebih
kongkrit, efektif dan berkesinambungan perlu terus diadakan pembinaan yang
bersifat komunikatif antara masyarakat dengan pemerintah maupun dengan pihak-
pihak lain yang terkait sehingga masyarakat lebih memahami dan mngenal tujuan
dan manfaat yang dapat di peroleh dari pembangunan dan pengembangnan
pariwisata secara nasional dan daerah.

D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas maka penyusun dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut, Pertama bentuk pengaturan tentang pengembangan
kawasan pariwisata yang berbasis potensi alam dan budaya di Kabupaten Lombok
Barat telah di tindak lanjuti melalui produk hukum daerah yaitu Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Barat Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Kabupaten Lombok Barat dan Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 27 Tahun
2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata kerja Dinas Pariwisata Kabupaten
Lombok Barat dan produk hukum Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan. Secara prinsip sudah menempatkan pengembangan kawasan
pariwisata yang berbasis potensi alam dan budaya di Kabupaten Lombok Barat
sesuai dengan porsinya. Kedua Implementasi pengembangan kawasan pariwisata
yang berbasis potensi alam dan budaya belum sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Barat Nomer 11 Tahun 2011 yaitu dari segi fasilitas
pendukung kegiatan pariwisata seperti akses jalan yang buruk, tempat pembuangan
sampah yang kumuh hingga fasilitas tempat peristirahatan yang masih kurang
memadai serta kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses pengembangan
kawasan pariwisata. Kendala yang timbul dalam pelaksanaannya adalah kendala
yuridis dan kendala non yuridis, kendala yuridisnya yaitu belum adanya produk
hukum daerah yang mengatur khusus tentang pengembangan kawasan pariwisata
yang berbasis potensi alam dan budaya serta kendala non yuridisnya yaitu sumber
daya manusianya yang masih rendah.
2. Saran
Dari hasil kesimpulan diatas maka penyusun dapat menyampaikan saran
sebagai berikut, Pertama terkait penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, di dalam pengaturan ini bukanlah
produk hukum yang bersifat khusus yang mengatur tentang pariwisata alam dan
budaya sehingga perlu adanya produk hukum daerah yang dimiliki Pemerintah
Kabupaten Lombok Barat untuk mengatur secara khusus tentang pariwisata alam
dan budaya, mengingat bahwa Kabupaten Lombok Barat memiliki potensi
pariwisata alam dan budaya untuk di kembangkan. Kedua Pemerintah Kabupaten
Lombok Barat harus segera berbenah dalam hal penigkatan fasilitas pendukung
kegiatan pariwisata berupa perbaikan akses jalan menuju kawasan pariwisata,
memiliki pengelolaan yang baik terhadap sampah, meningkatkan kualitas tempat
peristirahatan bagi wisatawan dan melakukan pemberdayaan masyarakat guna
meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan
pariwisata yang berbasis potensi alam dan budaya di Kabupaten Lombok Barat.

Anda mungkin juga menyukai