Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan pariwisata di Indonesia saat ini tengah menjadi salah satu
langkah yang ditempuh oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan
perekonomian masyarakat serta APBN. Kegiatan pariwisata yang semakin
meningkat terlihat jelas dari keramaian yang selalu ada di destinasi wisata baik
yang berada di pantai, gunung, bukit, danau bahkan destinasi wisata buatan.
Pemerintah dan masyarakat mulai menyadari bahwa pariwisata sudah menjadi
kebutuhan masyarakat Indonesia. Dalam perkembangannya, sebagian kota besar
di Indonesia merata dalam memilih mengembangkan destinasi pariwisata yang
ada khususnya bagi kota yang berkeinginan memajukan pariwisatanya, seperti
Kota Palembang.
Pemerintah Kota Palembang pada saat ini gencar memprogramkan
kegiatan usaha pariwisata untuk dijadikan sebagai alternatif pendapatan daerah,
sehingga segala upaya dikerahkan guna meningkatkan pariwisata menjadi lebih
baik lagi. Dalam rangka menyelenggarakan urusan kepariwisataan,
pengembangan sektor pariwisata disuatu daerah khususnya Kota Palembang,
secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak, baik positif
maupun negatif. Beberapa sektor yang dapat memberikan dampak dari kegiatan
pariwisata antara lain adalah sektor ekonomi, sosial dan lingkungan.
Berdasarkan data dari Kantor Imigrasi kelas I Palembang dan Dinas
Pariwisata Kota Palembang, pada tahun 2016 jumlah kunjungan wisatawan
nusantara dan mancanegara tercatat sebanyak 1.906.793 orang sedangkan
kunjungan pada tahun 2017 adalah sebanyak 2.011.417 orang. Oleh karena itu
perlu perencanaan program-program yang dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung ke kota Palembang, baik itu berupa upaya melengkapi sarana objek
pariwisata, infrastruktur pendukung pariwisata, pelaksanaan event-event,
penyediaan souvenir dan kerajinan khas Kota Palembang. Rencana strategis
(RENSTRA) yang telah disusun oleh pemerintah dan dinas pariwisata kota
Palembang tahun 2018-2023 diharapkan mampu melaksanakan tugas dan
1
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
fungsinya untuk meningkatkan kualitas kebijakan perencanaan pembangunan
daerah, pengendalian, dan evaluasi kinerja. Keberhasilan peningkatan tersebut
adalah untuk mewujudkan tercapainya sasaran pembangunan daerah dan Renstra
perangkat daerah.
Kondisi lingkungan menjadi salah satu faktor pendukung pariwisata yang
perlu dijadikan prioritas. Kondisi lingkungan yang menyenangkan karena aman,
bersih dan menarik, akan membuat pengunjung/wisatawan menjadi nyaman dan
dapat meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan, demikian pula sebaliknya.
Kondisi lingkungan yang tidak nyaman menjadi salah satu hambatan yang harus
segera di atasi, mengingat bahwa pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh banyak orang. Keamanan dan kenyamanan menjadi salah satu unsur yang
harus terpenuhi ketika membangun dan mengembangkan destinasi pariwisata.
Pengawasan dari pemerintah daerah setempat mengenai lingkungan dalam
kegiatan pariwisata di kota Palembang dianggap masih kurang memadai. Hal ini
dikarenakan kasus yang sering terjadi tindakan premanisme, seperti: pemalakan,
pungutan liar, dan pencurian.
Secara nasional Kota Palembang tidak termasuk dalam kota prioritas untuk
dikembangkan menjadi destinasi unggulan. Namun kenyataan menunjukkan
bahwa kota Palembang selama dua tahun terakhir telah menyediakan berbagai
destinasi wisata baru sehingga geliat industri pariwisata kota Palembang semakin
meningkat dan tentu semakin memberikan dampak positif bagi aktivitas ekonomi
masyarakat kota Palembang. Hal ini sejalan dengan kebijakan yang ada pada
rencana strategi kementerian pariwisata pusat yang menyatakan bahwa destinasi
pariwisata dikembangkan atas dasar potensi daya tarik wisata yang dikembangkan
secara sinergis dengan pengembangan fasilitas wisata, fasilitas umum,
aksesibilitas atau sarana dan prasarana serta pemberdayaan masyarakat dalam
sistem yang utuh dan berkelanjutan. Benteng Kuto Besak merupakan suatu
kawasan wisata yang dapat dijadikan model bagaimana mengelola berbagai
potensi dan peluang dari sektor pariwisata berbasiskan potensi sejarah dan budaya
Benteng Kuto Besak yang dapat dijadikan sebagai nilai jual wisata yang
ditawarkan.

2
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Banyaknya wisata buatan baru yang diciptakan di Kota Palembang dapat
mengkhawatirkan status BKB yang statusnya hanyalah wisata sejarah. Wisata
sejarah yang kurang diminati untuk kalangan remaja saat ini. Untuk itu perlu
dilakukan pengembangan agar nilai sejarah dan budaya yang ada di BKB tidak
hilang oleh zaman yang semakin maju, serta mampu memberikan podium untuk
BKB dalam wisata yang selalu diminati dari masa ke masa.
Berdasarkan observasi awal penelitian yang dilakukan pada November
2020, beberapa pelaku wisata seperti penyedia cenderamata di sekitar Benteng
Kuto Besak menyatakan bahwa kegiatan pariwisata di kota Palembang sudah
berlangsung baik, pengunjung atau wisatawan selalu ramai di akhir pekan dan hari
libur, tetapi sebagian besar masih berpusat di jantung kota yakni sekitar Benteng
Kuto Besak. Keluhan terkait biaya parkir yang mahal bagi pemilik kendaraan roda
dua dan roda empat, serta keamanan yang belum terjamin, merupakan kasus yang
seringkali tampak di lapangan. Mengacu pada uraian di atas, belum banyak
diketahui bagaimana arah pengelolaan dari destinasi pariwisata yang ada, serta
bagaimana strategi dari pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata
kota Palembang kiranya menjadi latar belakang mengapa kajian ini dilakukan.
Topik yang penulis ajukan adalah “Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata
Kota Palembang, Sumatera Selatan (Studi Kasus di Benteng Kuto Besak)”
sebagai judul untuk penulisan tesis ini.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan uraian terdahulu, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam pengelolaan destinasi
pariwisata di Kota Palembang, padahal dengan potensi pariwisata baik itu sejarah
dan budaya yang dimilikinya, akan dapat lebih mengembangkan pariwisata yang
ada, sehingga bagaimana strategi yang harus dilakukan untuk optimalisasinya.
Berdasarkan rumusan masalah maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:
1. Bagaimana arah kebijakan pemerintah Kota Palembang dan pihak pengelola
terhadap pengembangan tujuan wisata saat ini?
2. Bagaimana persepsi pelaku wisata terhadap pengelolaan wisata oleh
pemerintah Kota Palembang?
3
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
3. Bagaimana strategi pengembangan promosi yang dilakukan di BKB selaku
pariwisata Kota Palembang dalam menjamin keberlanjutan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis kebijakan pemerintah kota Palembang terhadap
pengembangan tujuan wisata saat ini.
2. Untuk menganalisis persepsi pelaku wisata terhadap pengelolaan wisata oleh
pemerintah kota Palembang.
3. Untuk membangun strategi pengembangan pariwisata kota Palembang yang
dapat menjamin keberlanjutan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi
dalam pengembangan ilmu lingkungan berupa model pengelolaan pariwisata
kota Palembang. Integrasi Pemerintah dalam pengelolaan pariwisata
diharapkan menjadi model baru dalam pengelolaan pariwisata terutama
dalam menciptakan pariwisata berkelanjutan dan bermanfaat bagi
masyarakat.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pengambil kebijakan
dalam pengelolaan pariwisata Kota Palembang, terutama peran dan tanggung
jawab masing-masing pihak dalam pengelolaan pariwisata sehingga dapat
disusun suatu strategi yang berintegrasi dengan semua pihak.

4
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pariwisata
Istilah Pariwisata berasal dari bahasa Sangsekerta, yang terdiri dari dua
suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar,
sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim
dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris (Yoeti, 2002). Pariwisata merupakan
kegiatan yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan
menurut Sujali (2009). Menurut Suwantoro (2017) istilah pariwisata berhubungan
erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat
tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan bukan
untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.
Menurut Institut of Tourism in Britain dalam (Kusumayadi dan Sugiarto,
2000), mendefinisikan bahwa pariwisata sebagai kunjungan orang-orang untuk
sementara dalam jangka pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal
dan tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di
tempat-tempat tujuan tersebut.
Menurut Mujadi (2009), bentuk-bentuk pariwisata secara umum, antara
lain:
1. Menurut Jumlah Orang yang Berpergian.
a. Pariwisata individu/perorangan (individual tourism) Bila seseorang atau
sekelompok orang dalam mengadakan perjalanan wisatanya melakukan
sendiri dan memilih daerah tujuan wisata beserta programnya serta
pelaksanaannya dilakukan sendiri.
b. Pariwisata kolektif (collective tourism) Suatu usaha perjalanan wisata
yang menjual paketnya kepada siapa saja yang berminat, dengan
keharusan membayar sejumlah uang yang telah ditentukannya.
2. Menurut Motivasi Perjalanan.

5
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
a. Pariwisata rekreasi (recreational tourism) Bentuk pariwisata untuk
beristirahat guna memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani
dan menghilangkan kelelahan.
b. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism) merupakan
bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan
tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar, untuk
memenuhi kehendak keingintahuannya, untuk menikmati hiburan dan
lain-lain.
c. Pariwisata budaya (cultural tourism) merupakan bentuk pariwisata yang
ditandai dengan rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar adat
istiadat dan cara hidup rakyat negara lain, studi-studi atau riset pada
penemuan-penemuan, mengunjungi tempat-tempat peninggalan
kuno/bersejarah dan lain-lain.
d. Pariwisata olahraga (sports tourism). Bentuk pariwisata ini dapat
dibedakan menjadi 2 kategori: Pertama: Big Sports Events, yaitu
peristiwa-peristiwa olahraga besar yang menarik perhatian, baik
olahragawannya sendiri maupun penggemarnya (supporter). Kedua:
Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu bentuk olahraga bagi
mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti:
mendaki gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-
lain.
e. Pariwisata untuk urusan usaha (business tourism) merupakan bentuk
pariwisata yang dilakukan oleh kaum pengusaha atau industrialis, tetapi
dalam perjalanannya hanya untuk melihat ekshibisi atau pameran dan
sering mengambil dan memanfaatkan waktu untuk menikmati atraksi di
negara yang dikunjungi.
f. Pariwisata untuk tujuan konvensi (convention tourism) merupakan
bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang akan
menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah seprofesi dan politik. Tempat
konferensi dituntut tersedia fasilitas yang lengkap, modern dan canggih
baik tempat penyelenggaraan, beserta peralatannya, penginapan dan

6
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
lain-lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan tour (kunjungan
wisata).
3. Menurut Waktu Berkunjung.
a. Seasional tourism merupakan pariwisata yang kegiatannya berlangsung
pada musim-musim tertentu. Termasuk dalam kelompok ini musim
panas (summer tourism) dan musim dingin (winter tourism).
b. Occasional tourism merupakan kegiatan pariwisata yang
diselenggarakan dengan mengaitkan kejadian atau event tertentu,
seperti Galungan di Bali dan Sekaten di Jogja.
4. Menurut Objeknya.
a. Cultural tourism merupakan jenis pariwisata yang disebabkan adanya
daya tarik seni dan budaya disuatu daerah atau tempat, seperti
peninggalan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya.
b. Recuperational tourism adalah orang-orang yang melakukan perjalanan
wisata bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit.
c. Commercial tourism merupakan perjalanan yang dikaitkan dengan
perdagangan seperti penyelenggaraan expo, fair, exhibition dan
sebagainya.
d. Political tourism merupakan suatu perjalanan yang dilakukan dengan
tujuan melihat dan menyaksikan peristiwa atau kejadian yang
berhubungan dengan kegiatan suatu negara.
5. Menurut Alat Angkutan.
a. Land tourism merupakan jenis pariwisata yang di dalam melaksanakan
kegiatannya menggunakan kendaraan darat seperti bus, kereta api,
mobil pribadi atau taksi dan kendaraan darat lainnya.
b. Sea or river tourism merupakan kegiatan pariwisata yang menggunakan
sarana transportasi air seperti kapal laut, ferry dan sebagainya.
c. Air tourism merupakan kegiatan pariwisata yang menggunakan sarana
transportasi udara seperti pesawat terbang, helikopter dan sebagainya.
6. Menurut Umur.

7
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
a. Youth tourism atau wisata remaja jenis pariwisata yang dikembangkan
bagi remaja dan pada umumnya dengan harga relatif murah dan
menggunakan sarana akomodasi youth hostel.
b. Adult tourism kegiatan pariwisata yang diikuti oleh orang-orang berusia
lanjut. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan ini
adalah mereka yang menjalani masa pensiun.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam aktivitas
yang terjadi apabila seseorang melakukan perjalanan (mencakup segala sesuatu
mulai dari perencanaan perjalanan, tinggal untuk sementara waktu, hingga
kembali beserta kenangan yang didapat) dengan tujuan-tujuan tertentu akibat
adanya daya tarik wisata dari daerah tujuan wisata tersebut yang didukung dengan
fasilitas penunjang lainnya.
2.1.1.1 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata mendasarkan pada sifat, kemampuan, fungsi,
ruang jangkauan pemasaran yang akan dicapai. Jangkauan dapat bersifat lokal,
regional, nasional, dan bahkan bersifat internasional (Sujali, 2009). Alasan utama
pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik wisata lokal,
regional atau ruang lingkup suatu negara sangat erat kaitannya dengan
pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut. Alasan kedua
pengembangan pariwisata itu lebih banyak bersifat non ekonomis. Wisatawan
yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, salah satu motivasinya
adalah untuk menyaksikan dan melihat keindahan alam dan termasuk di dalamnya
cagar alam, kebun raya, tempat bersejarah dan candi-candi. Alasan ketiga
pengembangan pariwisata untuk menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi
salah pengertian, terutama bagi masyarakat di objek kepariwisataan itu dibangun
(Yoeti, 2008).
Menurut Barreto dan Giantari (2015) pengembangan pariwisata adalah
suatu usaha untuk mengembangkan atau memajukan objek wisata agar, objek
wisata tersebut lebih baik dan lebih menarik ditinjau dari segi tempat maupun
benda-benda yang ada di dalamnya untuk dapat menarik minat wisatawan untuk
mengunjunginya. Alasan utama dalam pengembangan pariwisata pada suatu
daerah tujuan wisata, baik secara lokal maupun regional atau ruang lingkup
8
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
nasional pada suatu negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan
perekonomian daerah atau negara tersebut. Pengembangan kepariwisataan pada
suatu daerah tujuan wisata akan selalu diperhitungkan dengan keuntungan dan
manfaat bagi masyarakat banyak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata merupakan
suatu rangkaian upaya yang dilakukan, dengan tujuan mewujudkan keterpaduan
dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata, dalam mengintregasikan
segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun
tidak langsung guna kelangsungan pengembangan pariwisata. Hal itu adalah
memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu obyek
dan daya tarik wisata sehingga mampu menjadi mapan dan ramai dikunjungi oleh
wisatawan sehingga mampu memberikan manfaat baik bagi masyarakat di sekitar
obyek dan lebih lanjut akan menjadi sumber pemasukan bagi pemerintah.
Menurut Sastrayuda (2010) dalam perencanaan pengembangan meliputi:
1. Pendekatan Participatory Planning, dimana seluruh unsur yang terlibat
dalam perencanaan dan pengembangan kawasan objek wisata diikutsertakan
baik secara teoritis maupun praktis.
2. Pendekatan potensi dan karakteristik ketersediaan produk budaya yang
dapat mendukung keberlanjutan pengelolaan kawasan objek wisata.
3. Pendekatan pemberdayaan masyarakat, adalah memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya agar tercapai
kemampuan baik yang bersifat pribadi maupun kelompok.
4. Pendekatan kewilayahan, faktor keterkaitan antar wilayah merupakan
kegiatan penting yang dapat memberikan potensinya sebagai bagian yang
harus dimiliki dan diseimbangkan secara berencana.
5. Pendekatan optimalisasi potensi, dalam optimalisasi potensi yang ada
disuatu desa seperti perkembangan potensi kebudayaan masih jarang
disentuh atau digunakan sebagai bagian dari indikator keberhasilan
pengembangan.
Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan
pariwisata perlu dilakukan secara berkelanjutan guna kepentingan masa yang akan
datang untuk melindungi sumber daya dari efek pengembangan yang mungkin
9
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
menyebabkan gangguan budaya dan sosial karena tujuan dari pengembangan
adalah selain untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
pemberdayaan sumber daya yang ada, tetapi dengan tetap memperhatikan
terjaganya lingkungan alam, sosial dan budayanya.
2.1.1.2 Tujuan Pengembangan Pariwisata
Tujuan pengembangan pariwisata adalah guna memperoleh nilai-nilai
ekonomi positif dimana pariwisata dapat sebagai katalisator dalam masa datang.
Ini penting mengingat perencanaan membutuhkan suatu tindak lanjut, baik yang
berupa pekerjaan fisik maupun penanganan yang bersifat sosial ekonomi. Selain
itu perlu diperhatikan bahwa untuk perencanaan seringkali diperlukan suatu unit
besaran tertentu menurut Yoeti (2012).
Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis
besarnya adalah menyediakan infrastruktur (tidak hanya dalam bentuk fisik),
memperluas berbagai bentuk fasilitaas, kegiatan koordinasi antara aparatur
pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri
Spillane (2015). Menurut Suwantoro (2017) pengembangan pariwisata yang
dilakukan oleh pemerintah harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata
1) Promosi
Promosi pada hakikatnya merupakan pelaksanaan upaya pemasaran.
Promosi pariwisata harus dilaksanakan secara selaras dan terpadu,
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
2) Aksesibilitas
Aksebilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung
pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas
sektoral.
b. Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata dimaksudkan untuk:
1) Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan
pariwisata.
2) Memperbesar dampak positif pembangunan
c. Wisata Bahari
10
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Wisata bahari merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Jenis wisata ini memiliki keunggulan
komparatif yang sangat tinggi terhadap wisata sejenis luar negeri
d. Produk Wisata
Upaya untuk dapat menampilkan produk wisata yang bervariasi dan
mempunyai kualitas daya saing yang tinggi.
e. Sumber Data Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu modal dalam pengembangan
pariwisata. Sumber daya manusia ini harus memiliki keahlian dan
keterampilan yang diperlukan untuk memberikan jasa pelayanan pariwisata
f. Kampanye Nasional Sadar Wisata
Kampanye nasional sadar wisata pada hakikatnya adalah upaya
memasyarakatkan Sapta Pesona yang turut menegakkan disiplin nasional
dan jati diri bangsa Indonesia melalui kegiatan kepariwisataan.
Sedangkan menurut Tirtadinata dan Fachruddin dalam Irawan (2010) tujuan
pengembangan dari objek wisata adalah
a. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam.
b. Meningkatkan pengembangan objek wisata.
c. Memberikan nilai rekreasi.
d. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.
e. Meningkatkan keuntungan.
Adapun dua keuntungan ekonomi yaitu:
a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah:
1) Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat pengangguran
2) Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah.
3) Meningkatkan popularitas daerah.
4) Meningkatkan produksi.
b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata:
1) Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut.
2) Meningkatkan gaji pegawai pengelola objek wisata.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata.

11
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
4) Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk
melestarikan potensi daerah objek wisata dan lingkungan hidup
serta manfaat yang diperoleh.
5) Meningkatkan sikap, kreasi dan inovasi para pengusaha objek
wisata, serta meningkatkan mutu asesilitas dan bahan-bahan
promosi dalam pengembangan suatu objek wisata.
2.1.1.3 Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata secara langsung tergantung pada kualitas lingkungan alam dan
budaya. Sayangnya, tidak ada bentuk pariwisata yang tidak menyebabkan tekanan
lingkungan. Pariwisata dapat menjadi ancaman bagi lingkungan: tantangannya
adalah menemukan cara menuju pengembangan pariwisata berkelanjutan yang
menyelaraskan manfaat ekonomi dengan perlindungan keanekaragaman alam dan
identitas budaya dari daerah tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
secara kritis dampak multidimensi pariwisata; untuk memperkenalkan definisi,
tujuan dan prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan; dan untuk fokus pada
kebijakan pembangunan dan langkah-langkah pengendalian dampak yang sesuai
untuk mencapai bentuk pembangunan pariwisata berkelanjutan yang
berkelanjutan untuk lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi. Kesenjangan antara
pendekatan teoritis untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan dan karakter
pengembangan pariwisata saat ini ditekankan, dan tantangan baru penelitian dan
perencanaan dalam pariwisata seringkali diperdebatkan dan diilustrasikan (Taylor
dan Francis, 2013).
Dampak, respons dan indikator sosial dan lingkungan ditinjau untuk sektor
pariwisata arus utama di seluruh dunia, dalam lima kategori: populasi,
perdamaian, kemakmuran, polusi, dan perlindungan. Dari lima ribu publikasi
yang relevan, sangat sedikit upaya untuk mengevaluasi seluruh sektor pariwisata
global dalam hal yang mencerminkan penelitian global dalam pembangunan
berkelanjutan. Industri ini belum dekat dengan keberlanjutan. Penggerak utama
untuk peningkatan adalah regulasi daripada ukuran pasar. Beberapa pendukung
pariwisata masih menggunakan pendekatan politik untuk menghindari
pembatasan lingkungan, dan untuk mendapatkan akses ke sumber daya alam
publik. Prioritas penelitian masa depan meliputi: peran pariwisata dalam perluasan
12
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
kawasan hutan lindung; peningkatan teknik akuntansi lingkungan; dan efek dari
persepsi individu tentang tanggung jawab dalam mengatasi perubahan iklim
(Buckley, 2012)
Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan berawal dari konsep
pembangunan berkelanjutan. Secara umum, konsep pembangunan mencakup
usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi ekologis, memenuhi
kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi generasi yang akan datang,
pengurangan ketidakadilan, dan peningkatan penentuan nasib sendiri bagi
masyarakat setempat. Dorcey dalam Picard (2006). Djajadiningrat dalam Ardika
(2007) menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan mengimplikasikan batas
yang ditentukan oleh teknologi dan organisasi masyarakat serta oleh kemampuan
kehidupan bumi menyerap dampak kegiatan manusia. Pariwisata dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, industri pariwisata, dan kebutuhan
masyarakat lokal saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan dalam tujuannya harus menganut
tiga prinsip dasar, yaitu: (1) Kelangsungan ekologi; (2) Kelangsungan sosial
budaya; dan (3) Kelangsungan ekonomi dimana pembangunannya mampu
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
Jika pariwisata ingin menjadi bagian dari gaya hidup yang lebih
berkelanjutan, perubahan diperlukan untuk pola perilaku yang diadopsi oleh
masyarakat. Penelitian menunjukkan kurangnya kesadaran akan dampak
pariwisata relatif terhadap perilaku sehari-hari, perasaan tidak berdaya dan
keengganan untuk membuat perubahan signifikan terhadap perilaku pariwisata
saat ini (Miller dkk. , 2010).

2.1.6 Strategi Pengembangan Pariwisata


Menurut Rangkuti dalam Nainggolan dan Kampana (2015) bahwa strategi
merupakan kegiatan perusahaan untuk mencari kesesuaian antara kekuatan-
kekuatan internal perusahaan dan kekuatan-kekuatan eksternal (peluang dan
ancaman) suatu pasar. Menurut Chandler dalam Rangkuti (2016) menyebutkan
13
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan serta
pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai
tujuan tersebut. pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-
konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya penyusunan strategi.
Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:
1. Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar
dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.
2. Comptetitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh
perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
Menurut Henry Mintzberg dalam Dayansyah (2014) strategi terbagi atas 5
definisi yaitu strategi sebagai rencana, strategi sebagai pola, strategi sebagai
posisi, strategi sebagai taktik dan strategi sebagai perspektif.
1. Strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah terencana (a
directed course of action) untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita cita
yang telah ditentukan: sama halnya dengan konsep strategi perencanaan.
2. Strategi sebagai pola adalah sebuah pola perilaku masa lalu yang konsisten,
dengan menggunakan strategi yang merupakan kesadaran daripada
menggunakan yang terencana ataupun diniatkan. Hal yang merupakan pola
berbeda dengan berniat atau bermaksud maka strategi sebagai pola lebih
mengacu pada sesuatu yang muncul begitu saja (emergent).
3. Strategi sebagai posisi adalah menentukan merek, produk ataupun
perusahaan dalam pasar, berdasarkan kerangka konseptual para konsumen
ataupun para penentu kebijakan: sebuah strategi utamanya ditentukan oleh
faktor-faktor eksternal.
4. Strategi sebagai taktik merupakan sebuah manuver spesifik untuk
mengelabui atau mengecoh lawan (competitor).
5. Strategi sebagai perspektif adalah mengeksekusi strategi berdasarkan teori
yang ada ataupun menggunakan insting alami dari isi kepala atau cara
berpikir ataupun ideologis.
Berdasarkan definisi menurut beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa strategi merupakan suatu upaya atau cara yang digunakan seseorang atau
kelompok untuk mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien.
14
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
2.1.7 Aspek-Aspek Pendukung Pariwisata
Komponen penunjang wisata adalah komponen kepariwisataan yang
harus ada di dalam destinasi wisata tersebut menurut Sugiama (2013). Buhalis
(TT) mengemukakan teori yang berbeda, bahwa komponen pariwisata terdiri dari
5A yaitu Attraction, Amenities, Activity, Accessibility dan Available Package.
Dalam sub bab ini akan di identifikasi kegiatan pariwisata dalam faktor-faktor
penilaian daya tarik wisata menurut pembangian yang dilakukan oleh beberapa
ahli pariwisata dalam penelitian yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Inskeep dalam Nani (2017), mengemukakan bahwa komponen
pembentuk pariwisata yaitu:
a. Atraksi
1) Alam : iklim, pemandangan indah, laut dan pantai, flora dan fauna,
taman dan kawasan lindung.
2) Budaya : arkeologi, sejarah dan tempat-tempat budaya, pola budaya
yang khas, seni dan kerajinan tangan, daya tarik aktivitas ekonomi,
daya tarik perkotaan, museum dan fasilitas budaya lainnya, festival
budaya, ramah tamah kenegaraan.
3) Khusus : taman nasional, taman hiburan, sirkus, shoping,
pertemuan, konferensi dan konvensi, even-even khusus, gambling
casino, tempat hiburan, olah raga dan rekreasi.
b. Akomodasi
Berupa motel, hotel, contages, dan pondok wisata
c. Amenitas
Pusat pelayanan, dapat berupa pusat informasi dan pusat kerajinan.
d. Insfrastruktur
meliputi telepon, faksimili, teleks, listrik, air bersih, sistem
pembuangan air kotor dan sistem pembuangan sampah.
e. Sarana dan Prasarana Transportasi
transportasi meliputi jalan, pelabuhan, kereta api, dan kendaraan roda
empat.
f. Kebijakan Pemerintah
15
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
atau badan hukum dan atau peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
pariwisata baik itu dari pemerintah maupun dari swsata.
2. Menurut Oka A. Yoeti dalam Yunia dan Petrus (2015), keberhasilan suatu
tempat wisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung pada
5A yaitu atraksi (attraction), aksesibilitas (accessibility), fasilitas
(amenities), aktivitas (activity), dan akomodasi (accommodation).
a. Atraksi (Attraction)
Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang
berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata. Atraksi juga merupakan
sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dan
dinikmati oleh wisatawan yang meliputi tari-tarian, nyanyian kesenian
rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain.
b. Aksesibilitas (Accessibility)
Aksesibilitas meliputi moda transportasi untuk mencapai tempat wisata
serta prasarana meliputi jalan, jembatan, terminal, stasiun, dan bandara.
Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tepat dengan
tempat yang lain. Keberadaan prasarana transportasi akan
mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana
yang baik akan membuat laju transportasi optimal
c. Fasilitas (Amenities)
Fasilitas wisata atau amenities merupakan hal-hal penunjang
terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu
daerah tujuan wisata.
d. Aktivitas (Activity)
Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan Jadi segala sesuatu yang
dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-
fisik, merupakan suatu aktivitas.
e. Akomodasi (Accommodation)
merupakan unsur yang dengan sendirinya dibutuhkan dan merupakan
rumah sementara bagi para wisatawan. Akomodasi ini meliputi hotel,
penginapan melati, mess, griyawisata, losmen, pondok remaja dan
16
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
perkemahan.
3. Menurut Spillane dalam Sari (2011) ada lima unsur komponen pariwisata
yang sangat penting, yaitu:
a. Attractions (daya tarik) attractions dapat digolongkan menjadi site
attractions dan event attractions. Site attractions merupakan daya tarik
fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat
wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun binatang, keratin,
dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang
berlangsung sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah
dengan mudah seperti festival-festival, pameran, atau pertunjukan-
pertunjukan kesenian daerah.
b. Amenities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan) fasilitas cenderung
berorientasi pada daya tarik disuatu lokasi karena fasilitas harus terletak
dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata
wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat
dibutuhkan fasilitas penginapan.
c. Infrastructure (infrastruktur) daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai
dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Perkembangan
infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya dinikmati baik oleh
wisatawan maupun rakyat yang juga tinggal di sana, maka ada
keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan.
d. Transportations (transportasi) dalam objek wisata kemajuan dunia
transportasi atau pengangkutan sangat dibutuhkan karena sangat
menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata.
Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan
suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-
gejala pariwisata.
e. Hospitality (keramahtamahan) wisatawan yang berada dalam
lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan
keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan
gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi.
Teori yang telah diungkap oleh beberapa ahli diatas dapat disimpulkan
17
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
bahwa faktor pendorong dan faktor penarik merupakan faktor utama yang dapat
mempengaruhi wisatawaan untuk melakukan perjalanan wisata atau keputusan
berkunjung. Pada penelitian ini penulis melakukan sintesis teori sehingga
didapatkan 5 Komponen Pariwisata yaitu Attraction, Accomodation, Amenities,
Activity dan Accessibility, sebagai landasan penelitian analisis strategi
pengembangan pariwisata di Kota Palembang (Studi Kasus di Benteng Kuto
Besak).
1. Attraction (Atraksi)
Atraksi adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan untuk
berkunjung ke kawasan wisata. Atraksi terdiri dari apa yang pertama kali
membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung ke sebuah kawasan. Atraksi
dapat didasarkan pada sumber daya alam yang memiliki bentuk ciri-ciri
fisik alam, dan keindahan kawasan itu sendiri. Selain itu, budaya juga
dapat menjadi atraksi untuk menarik minat wisatawan datang, seperti hal-
hal yang besejarah, agama, cara hidup masyarakat, tata cara pemerintahan,
dan tradisi-tradisi masyarakat baik dimasa lampau maupun di masa
sekarang (Mill, 2000). Hampir setiap destinasi memiliki atraksi khusus
yang tidak dapat dimiliki oleh destinasi lainnya.
2. Accessibilities (Akses)
Akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
wisatawan untuk menuju destinasi wisata, sehingga harus tersedia jasa
seperti penyewaan kendaraan dan transportasi lokal, rute atau pola
perjalanan menurut Cooper dkk (2000). Menurut Sugiama (2013)
aksesibilitas adalah tingkat intensitas suatu daerah tujuan wisata atau
destinasi dapat dijangkau oleh wisatawan. Fasilitas dalam aksesibilats
seperti jalan raya, rel kereta api, jalan tol, terminal, stasiun kereta api, dan
kendaraan roda empat. Menurut Brown dan Stange (2015) Akses adalah
bagaimana seseorang untuk mencapai tujuan dari tempat asalnya. Apakah
aksesnya mudah atau sulit.
3. Amenities (fasilitas pendukung)
Amenities adalah berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan
oleh wisatawan di destinasi wisata. Amenities meliputi beragam fasilitas
18
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
untuk memenuhi kebutuhan akomodasi, penyediaan makanan dan
minuman (food and Beverage), tempat hiburan, tempat perbelanjaan
(retailing), dan layanan lainnya seperti bank, rumah sakit, keamanan dan
asuransi (Cooper dkk. 2000). Menurut Inskeep (2011) fasilitas (facilities)
dan pelayanan lainnya (other services) di destinasi bisa terdiri dari biro
perjalanan wisata, restaurant, retail outlet kerajinan tangan, souvenir,
keunikan, keamanan yang baik, bank, penukaran uang (money changer),
(tourist infomation office), rumah sakit, bar, tempat kecantikan. Setiap
destinasi memiliki fasilitas yang berbeda, namun untuk melayani
kebutuhan dasar wisatawan yang berkunjung, destinasi melengkapinya
sesuai dengan karakteristik destinasi tersebut.
4. Accommodation (Penginapan)
Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan yang tentunya di
satu destinasi dengan destinasi lainnya akan berbeda. Akomodasi yang
umum dikenal adalah hotel dengan beragam fasilitas di dalamnya.
Akomodasi di desa wisata berbeda dengan akomodasi di destinasi lain.
Akomodasi di desa wisata biasaya terdiri dari sebagian tempat tinggal para
penduduk setempat atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat
tinggal penduduk atau biasa dikenal dengan homestay. Akomodasi untuk
mendukung terselenggaranya kegiatan wisata di destinasi dapat terletak
di lokasi desa wisata tersebut atau berada di dekat desa wisata. Jenis
akomodasi di desa wisata dapat berupa bumi perkemahan, villa atau
sebuah pondok wisata (Hadiwijoyo, 2012).
5. Activities (aktivitas)
Aktifitas berhubungan dengan kegiatan di destinasi yang akan
memberikan pengalaman (experience) bagi wisatawan. Setiap destinasi
memiliki aktivitas yang berbeda sesuai dengan karakteristik destinasi
wisata tersebut menurut Brown and Stange (2015). Aktivitas wisata di
destinasi merupakan kegiatan yang salah satunya menjadi daya tarik
wisatawan untuk datang ke destinasi. Begitu juga dengan desa wisata,
jenis aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan karakteristik desa
tersebut. Aktivitas yang umumnya dilakukan di desa wisata adalah
19
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
mengikuti kegiatan kehidupan sehari- hari desa wisata.
2.2 Kerangka Teoritik
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka untuk mempermudah
dalam membaca keterkaitan antara satu teori dengan teori yang lain. Berikut ini
adalah gambaran kerangka teori dalam penelitian ini.

Tujuan Pengembangan Pariwisata:


Pengembangan Pariwisata:
Lokal, regional, nasional dan guna memperoleh nilai-nilai
internasional ekonomi positif dimana pariwisata dapat
(Sujali, 2009) sebagai katalisator dalam masa yang akan
datang. (Yoeti, 2012).

Lima aspek pendukung


pengembangan pariwisata (5A)
Angka kunjungan ulang dan Spilline dalam Sari (2011):
angka wisatawan baru 1. Aksesibilitas
2. Amenitas
3. Atraksi
4. Aktivitas
5. Akomodasi

Gambar 2.1 Kerangka Teoritik

2.3 Kerangka Berpikir


Untuk mendapatkan solusi dari permasalahan penelitian maka cara
berpikir peneliti diawali dengan strategi pengembangan dan kerangka berpikir
dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

20
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

21
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka Konsep penelitian adalah

Kebijakan Pengelolaaan

Benteng kota Besak


Pelaku wisata menjadi tujuan Wisata
pengelola Benteng Besak Berkelanjutan
di Kota Palembang

Promosi

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

2.5 Hipotesis
a. Arah kebijakan pengembangan yang diatur secara terarah akan
meningkatkan kualitas kegiatan pariwisata.
b. Persepsi pelaku wisata terhadap pengelolaan dan strategi dalam
pengembangan wisata Benteng Kuto Besak.
c. Strategi pengembangan pariwisata Provinsi Sumatera Selatan yang
mempertimbangkan aspek keberlanjutan dapat menjamin sosial yang lebih
baik, ekonomi dan lingkungan yang dapat dikelola secara optimal.

2.6 Penelitian Terdahulu


Untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam mengenai penelitian
ini, maka diperlukan kajian terhadap beberapa penelitian terdahulu, yang akan
digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah penelitian
terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini:

22
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Publikasi Masalah Penelitian Metodologi Hasil Penelitian
Dewi Potensi yang dimiliki Analisis Kuantitatif, Dari jurnal ini, dapat ditarik kesimpulan
Kusuma masih kurang didukung dan analisis AHP bahwa:
Sari, 2011. oleh kemudahan akses (Analisis Hierarki Biaya perjalanan Pantai Sigandu, biaya
Pengembang untuk mencapai lokasi Proses) perjalanan obyek wisata lain (Pantai
an wisata, dan belum Widuri), penghasilan, pendidikan, umur,
Pariwisata diketahui strategi yang dan jarak, yang berpengaruh secara
Obyek digunakan dalam signifikan pada frekuensi kunjungan ke
Wisata pengembangan Pantai Sigandu ialah variabel biaya
Pantai pariwisata objek wisata perjalanan Pantai Sigandu, biaya
Sigandu pantai sigandu perjalanan obyek wisata lain (Pantai
Kabupaten Kabupaten Batang Widuri), penghasilan, dan jarak pada
Batang tingkat signifikansi 5%. Valuasi ekonomi
untuk Pantai Sigandu ialah Rp
26.739.188.00 dengan nilai surplus
konsumennya per tahun ialah Rp.
353.838,07. Sedangkan pada pendekatan
AHP, menunjukkan bahwa alternatif
yang diambil dalam Pengembangan
Pantai Sigandu secara overall adalah
pengembangan Pantai Sigandu sebagai
obyek wisata primadona Kabupaten
Batang dengan nilai bobot 0,128,
Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir (PEMP) dengan nilai
bobot 1,108, dan memberikan sarana dan
fasilitas pada investor dengan nilai bobot
0,103
Soebagyo, Belum diketahui strategi Analisis Kualitatif Dalam Jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
2012, yang digunakan dalam bahwa:
Strategi pengembangan Pengelolaan yang baik tidak akan
Pengembang pariwisata di Indonesia berjalan sesuai dengan tujuan awal tanpa
an adanya berbagai dukungan yang
Pariwisata di melatarbelakangi pengelolaan tersebut.
Indonesia Salah satu sarana pendukung yang
dimaksud adalah dengan adanya sebuah
sistem informasi pariwisata yang
diharapkan bisa memenuhi kebutuhan
pengguna akan informasi pariwisata yang
diharapkan bisa memenuhi suatu daerah
tujuan wisata, selain itu juga dapat
digunakan sebagai media promosi daerah
tersebut dalam mempromosikan
pariwisatanya.
Dadan Belum diketahui strategi Deskriptif kualitatif Dari jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Mukhsin, yang tepat dalam bahwa:
2016, pengembangan kawasan Strategi pengembangan kawasan
Strategi pariwisata dengan pariwisata dengan hasil menyarankan
pengembang perencanaan terpadu agar dilakukannya perencanaan terpadu
an kawasan antara ODTW agar pertumbuhan dan
Pariwisata perkembangan pertumbuhan dan
dengan perkembangan kegiatan pariwisata
perencanaan pariwisata disana berjalan dengan baik
terpadu secara utuh di seluruh kawasan wisata
Sefira, dkk, Belum diketahui strategi Analisis Deskriptif Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
2017, yang tepat dalam Kualitatif bahwa:
23
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Analisis pengembangan 1. Di Kabupaten Nganjuk sebenarnya
Strategi pariwisata daerah di mempunyai banyak objek wisata
Pengembang Nganjuk. yang berpotensi menarik minat para
an wisatawan dari dalam maupun luar
Pariwisata daerah Kabupaten Nganjuk. Terdapat
Daerah empat objek wisata daerah yang juga
dikelola oleh pemerintah daerah
khususnya di bawah pengawasan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Nganjuk
2. Keempat objek wisata tersebut
masing-masing mempunyai daya
tarik tersendiri, akan tetapi
pemerintah daerah Kabupaten
Nganjuk masih kurang optimal
dalam mengembangkan potensi yang
dimiliki tiap-tiap objek wisata
tersebut.
3. Belum adanya aturan hukum atau
peraturan daerah yang mengatur
khususnya tentang strategi
pengembangan sektor pariwisata di
daerah Kabupaten Nganjuk sehingga
rencana-rencana atau program yang
telah dibuat oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Daerah Kabupaten
Nganjuk.
4. Terkait dengan pengembangan
pariwisata daerah Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata tetap optimis untuk
bisa menjalankan program-program
yang sudah dibuat.
Afrianti Nur Belum diketahui strategi Deskriptif Analisis Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Sa’idah, pengembangan bahwa:
2017, pariwisata dari Dinas Upaya pengembangan pariwisata yang
Analisis Pariwisata Kota Bandar dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kota
Strategi Lampung dalam Bandar Lampung dapat dikatakan tidak
Pengembang meningkatkan PAD Kota semua terlaksana dengan maksimal
an Bandar Lampung dan karena saat ini belum ada obyek wisata
Pariwisata belum dilakukan tinjauan yang dikelola secara mandiri oleh Dinas
Dalam perspektif ekonomi islam Pariwisata melainkan masih dikelola
Meningkatka tentang strategi secara pribadi oleh masyarakat. Namun
n pengembangan pendapatan asli daerah (PAD) Kota
Pendapatan pariwisata dalam Bandar Lampung tetap mengalami
Asli Daerah meningkatkan PAD Kota peningkatan karena didukung dari
(PAD) Kota Bandar Lampung kontribusi sektor pariwisata berupa pajak
Bandar hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan.
Lampung Secara umum pariwisata di Kota Bandar
Lampung telah sesuai dengan prinsi-
prinsip pariwisata syari‟ah, hal tersebut
dibuktikan dengan adanya pelayanan
yang prima terhadap pengunjung atau
wisatawan, tersedianya makanan dan
minuman yang halal, serta tersedianya
tempat ibadah yang bersih dan nyaman.
Pengembangan pariwisata yang
dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kota
24
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Bandar Lampung, sudah memiliki
beberapa obyek pariwisata yang sesuai
dengan prinsi-prinsip syariah yaitu
sebesar 44% tetapi masih banyak obyek
pariwisata lainnya yang belum sesuai
dengan standar pengukuran pariwisata
syariah dari segi administrasi dan
pengelolaannya yakni sebesar 54%
Jodie Belum diketahui potensi Deskriptif Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Giovanna yang dimiliki Negeri Kualitatif bahwa:
Abrahmsz, Hutumuri, dan belum Negeri Hutumuri memiliki empat
2017, diketahui strategi yang kelompok potensi wisata (wisata
Strategi digunakan untuk bahari, sejarah, budaya dan seni, serta
Pengembang mengembangkan Negeri agrowisata). Setiap faktor lingkungan
an Hutumuri.
strategis memiliki empat faktor yang
Pariwisata
Berbasis berpengaruh dalam pengembangan
Masyarakat pariwisata berbasis masyarakat, untuk
di Negeri pengembangan pariwisata ini
Hutumuti dibutuhkan 13 strategi alternatif yang
Kecamatan terkelompokkan dalam empat
Leitimur skenario pengembangan meliputi
Selatan Kota skenario mobilisasi (tiga strategi),
Ambon skenario investasi (empat strategi),
skenario diversifikasi (tiga strategi),
dan skenario pengembangan
kapasitas (tiga strategi).
Coridotul Belum diketahui strategi Deskriptif Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Bahiya, pengembangan potensi Kualitatif bahwa:
2018, pariwisata di Pantai Duta Faktor internal dan eksternal
Strategi Kabupaten Probolinggo. mempengaruhi tingkat kunjungan
Pengembang wisatawan pada objek wisata Pantai
an Potensi Duta. Analisis SWOT merupakan strategi
Pariwisata di perencanaan dan pengembangan yang
Pantai Duta dapat diterapkan pada objek wisata Pantai
Kabupaten Duta. Sedangkan strategi yang bisa
Probolinggo dilakukan dalam pengembangan potensi
pariwisata Pantai Duta di Kabupaten
Probolinggo.
Media Belum diketahui strategi Deskriptif Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Yurida, yang dilakukan oleh Kualitatif bahwa:
2019. Dinas Pariwisata dalam Strategi dalam upaya peningkatan
Strategi meningkatkan ekonomi yang dilakukan oleh Dinas
Dinas perekonomian Pariwisata melalui program-program
Pariwisata masyarakat melalui pengembangan sarana prasarana berupa
dalam sektor pariwisata dan apa listrik, jalan, home stay, dan
Mengemban saja faktor pendukung pengembangan sumber daya manusia jasa
gkan Potensi dan penghambat dalam pariwisata yang dijalankan dalam
Wisata meningkatkan pelaksanaannya cukup baik dengan
Pulau Pisang perekonomian tersebut. adanya upaya-upaya penyadaran,
di pengkapasitasa (capacity building) dan
Kecamatan pendayaan (empowerment) yang
Pulau Pisang dilakukan oleh Dinas Pariwisata mampu
Kabupaten untuk meningkatkan masyarakat untuk
Pesisir Barat meningkatkan ekonomi keluarga.
Provinsi Masyarakat juga dibuat agar memiliki

25
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Lampung inisiatif dengan kemampuan sediri secara
praktis upaya yang dilakukan melalui
pengarahan sumber daya untuk
mengembangkan potensi yang ada di
sekitar masyarakat. Kemudian potensi-
potensi yang ada dimiliki masyarakat
tersebut dibuat agar dapat dijadikan nilai
tambah untuk keluarga, dengan demikian
masyarakat dengan lingkungan mampu
secara panisiatif menghasilkan dan
menumbuhkan nilai ekonomis

2.7 Kontribusi Penelitian (State of The Art)


Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini
menjadi salah satu kota tujuan wisata di Indonesia, hal ini dikarenakan kondisi
Kota Palembang yang terus mengalami kemajuan, baik di bidang infrastruktur,
sarana prasarana kota dan perekonomian yang terus menggeliat. Selain itu juga
kota yang dikenal sebagai bumi Sriwijaya ini memiliki jejak-jejak sejarah kerajaan
Sriwijaya yang dapat menjadi aset wisata kebudayaan yang ada. Aset-aset wisata
kebudayaan yang ada memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan
berkunjung ke kota metropolis ini.
Kota Palembang memiliki ruang terbuka publik, berfungsi sebagai sarana
sosial untuk berinteraksi satu sama lain serta sebagai tempat wisata yang murah
bagi warganya. Salah satu ruang terbuka publik itu adalah kawasan Benteng Kuto
Besak (BKB), yang terletak pada tepian Sungai Musi. Pada kawasan wisata
Benteng Kuto Besak, terdapat beberapa bangunan bersejarah seperti Benteng
Kuto Besak (BKB), Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Monumen
Perjuangan Rakyat (MONPERA) Benteng Kuto Besak merupakan bangunan
bersejarah yang ada di Kota Palembang, selain memiliki beberapa peninggalan
sejarah pelantaran Benteng Kuto Besak saat ini dihiasi oleh patung ikan Belida
yang menjadi salah satu icon baru di kawasan wisata Benteng Kuto Besak
terdapat Plaza Benteng Kuto Besak, dermaga Sungai Musi, dan restoran terapung
“River Side”. Ruang terbuka publik yang paling dominan dimanfaatkan oleh para
pedagang kaki lima untuk menggelar dagangannya pada kawasan ini adalah ruang
terbuka publik di areal Plaza Benteng Kuto Besak dan sekitarnya. Di tempat inilah
kita dapat menikmati 3 identitas Kota Palembang secara sekaligus, yakni:
Jembatan Ampera, Sungai Musi dan Pempek.
26
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Plaza BKB adalah sebuah lapangan terbuka yang berada di depan Benteng
Kuto Besak (BKB). Dulu pelataran BKB dikenal sebagai lokasi pasar buah yang
kumuh, nama benteng terkenal karena menjadi lokasi pemberhentian angkutan
kota yang selalu diteriakkan oleh kernet. Lokasi itu kemudian dirubah, para
pedagang dipindahkan. Pelataran dibersihkan dan disulap menjadi plaza BKB dan
dibangun menjorok ke Sungai Musi. Menurut UU No. 9 tahun 1990 kawasan
wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata. Kawasan wisata Benteng Kuto Besak adalah
kawasan wisata yang sayang untuk dilewatkan bagi para wisatawan yang
berkunjung ke Kota Palembang, bagaimana tidak wilayah yang dulu merupakan
pasar buah yang kumuh, kini telah disulap menjadi kawasan objek wisata yang
ramai dikunjungi baik wisatawan lokal maupun wisatawan luar, terutama pada
hari libur, puncaknya dari sore hari hingga malam hari.
Lima aspek penunjang dalam perkembangan pariwisata Benteng Kuto
Besak harus di penuhi, hal ini akan memudahkan Pemerintah Kota Palembang
dalam mengembangkan destinasi wisata Benteng Kuto Besak. Atraksi, Amenitas,
Aktivitas, Aksesibilitas dan Akomodasi, merupakan modal penting yang harus
dimiliki oleh sebuah kawasan wisata.
Ada banyak perbedaan yang ditemukan dalam penelitian terdahulu dengan
saat ini. Penelitian terdahulu hanya sebagian aspek yang digunakan untuk
mengukur perkembangan pariwisata di Indonesia. Namun, dalam penelitian ini
menggunakan lima aspek sebagai pendukung perkembangan pariwisata di Kota
Palembang yakni aksesibilitas, atraksi, aktivitas, amenitas dan akomodasi. Selain
itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada teknik
analisis yang digunakan, dalam penelitian ini teknik analisis dilakukan dengan
menggunakan dua metode yakni teknik triangulasi dan teknik analisis SWOT.
Namun penelitian terdahulu di atas menggunakan teknik kuantitatif dengan dan
teknik analisis SWOT tanpa teknik triangulasi.
Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam pembangunan dan
pengembangan wisata Benteng Kuto Besak. Dengan adanya penelitian ini maka
secara tidak langsung memberikan gambaran secara langsung kepada Pemerintah,
pengelola dan masyarakat sekitar diharapkan mampu mengelola Benteng Kuto
27
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Besak menjadi objek wisata sejarah yang lebih diminati oleh kaum millenial.
Perhatian terhadap kelima aspek pendukung yakni Aksesibilitas, Atraksi,
Aktivitas, Akomodasi dan Amenitas dapat lebih dikembangkan dan direalisasikan
dengan sebaik mungkin dengan berpacu pada analisis SWOT yang telah
dilakukan sehingga menjadikan peluang dan dapat dijadikan sebagai kekuatan
bagi Benteng Kuto Besak. Berikut ini adalah diagram gambar konstribusi dalam
penelitian ini.

28
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Lingkup Penelitian Topik/ Bidang Penelitian Posisi
Penelitian

Menganalisis strategi
Keselarasan
Kebijakan pengembangan pariwisata terhadap
Pemerintah Kota dalam meningkatkan Rencana dan
Palembang dan Pendapatan Asli Daerah kebijakan
pihak pengelolah (PAD) Kota Bandar pemerintah kota
Lampung (Afrianti Nur
BKB Sa’idah, 2017)
Palembang
dalam
melakukan
strategi
pengembangan
wisata di BKB
dengan aspek 5a
dengan
menggunakan
analisis SWOT

Menganalisis strategi
pengembangan potensi Potensi yang
Presepsi Pihak dimiliki BKB
pariwisata di pantai duta
Pengelola Wisata Kabupaten Probolinggo untuk dijadikan
BKB (Coridotul Bahiya, 2018) sebagai wisata
berkelanjutan

Pengembangan
Strategi Menganalisis strategi wisata BKB
Pengembangan pengembangan pariwisata dengan aspek 5a
Promosi yang berbasis masyarakat di negeri
hutumuti Kecamatan
(aksesibilitas,
digunakan untuk Leitimur Selatan Kota aktivitas,
pengembangan Ambon (Jodie Giovanna akomodasi,
Pariwisata BKB Abrahmsz, 2017) amenitas dan
atraksi)

Gambar 2.4
Diagram Konstribusi Penelitian

29
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, dengan desain penelitian survei.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tujuh bulan terhitung sejak 28
Januari 2020 hingga Mei 2021. Berikut adalah peta menuju lokasi Benteng Kuto
Besak Palembang.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Benteng Kuto Besak

30
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Gambar 3.2 Peta Lokasi Benteng Kuto Besak

Waktu penelitian ini dihitung sejak diajukan proposal hingga ujian


dilakukan. Penelitian ini dilakukan di salah satu objek wisata sejarah di Kota
Palembang yakni Benteng Kuto Besak. Berikut ini adalah tabel perencanaan
waktu yang akan digunakan untuk melakukan penelitian:
Tabel 3.1 Timetable Penelitian
Bulan
Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Penelitian Lapangan:
1. Pengambilan Data
2. Pengumpulan Data
Penyusunan Tesis
Ujian Tesis

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data, merupakan cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau dapat juga disebut dengan teknik pengumpulan
data. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut:

31
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
1. Penelitian Lapangan dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data
yang diperlukan dengan cara melakukan pengamatan langsung
terhadap yang menjadi sampel, baik melalui observasi maupun hasil
wawancara kepada wisatawan dan pelaku pariwisata Kota Palembang,
dilakukan dengan cara:
a. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Observasi dalam penelitian ini berupa pengamatan yang
dilakukan di lapangan untuk mencari tahu permasalahan yang
ada dalam pengelolaan pariwisata di Kota Palembang.
b. Wawancara, yaitu tanya jawab yang dilakukan dengan pemberi
informasi dari pelaku kegiatan pariwisata Kota Palembang dan
wisatawan. Wawancara juga dilakukan dengan seluruh jajaran
Dinas Pariwisata dan Pemerintah Daerah Provinsi yang terkait
dalam pengelolaan pariwisata di Kota Palembang. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Triangulasi yakni
teknik yang dilakukan dengan beberapa narasumber untuk
pertanyaan yang sama. Sehingga akan menemukan jawaban
yang mendalam dan dapat ditarik kesimpulan. Wawancara yang
digunakan adalah bentuk indepth interview atau wawancara
mendalam.
c. Dokumentasi, merupakan teknik yang dilakukan untuk
menyimpan data yang tersimpan dalam bentuk artikel, brosur,
buku terkait pariwisata Kota Palembang. Dalam penelitian ini
bentuk dalam dokumentasi yaitu foto, dokumen dan gambar.
2. Penelitian Pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan data-data atau materi-materi yang
diperoleh dari penjelasan buku-buku, dokumentasi yang bersifat
tekstual makalah, dan sumber media masa lainnya yang ada
hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

32
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi
Metode Kualitatif tidak menggunakan Populasi, tetapi dalam
penelitian ini ditujukan langsung kepada subjek atau inforan yang relevan
dengan masalah penelitian, yaitu:
a. Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan) yaitu
informan yang bekerja di Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan.
b. Masyarakat Pelaku Wisata;
adalah beberapa informan yang dipandang mewakili pelaku wisata
sekitar Benteng Kota Besak Palembang;
c. Masyarakat Pengunjung
Beberapa pengunjung atau wisatawan yang mengunjungi lokasi wisata
Benteng Kota Besak.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive, yaitu
pemilihan informan terkait dengan kompetensi dan dianggap benar mampu untuk
memberikan informasi adalah:
a. Informan kunci dari Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Informan kunci adalah Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumsel, dengan
informan lainnya yang merupakan Kepala Bagian berjumlah 5 orang.
b. Informan dari masyarakat Pelaku Wisata
Informan yang dipilih mewakili pelaku wisata di sekitar Benteng Kota
Besak, mereka telah berusaha cukup lama dan bersedia diwawancara
untuk keperluan penelitian ini.
c. Informan Masyarakat Pengunjung
Informan diplih dari wisatawan atau pengunjung ke Benteng Kota
Besak, yang memiliki kesediaan diwawancarai untuk keperluan
penelitian ini.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

33
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Variabel penelitian adalah dimensi-dimensi yang diangkat untuk
menggambarkan strategi pengembangan Benteng Kota Besak menjadi tujuan
wisata yang berkelanjutan. Variabel penelitian ini adalah:
a. Variabel Kebijakan Pengelolaan
1. Program strategis
2. Peningkatan kapasitas staff pengelola
b. Variabel pelaku wisata
1. Peningkatan kapasitas pelaku usaha
2. Pengembangan produk wisata yang terpadu dengan Benteng Kota Besak
3. Peningkatan keamanan, kenyaman, kegiatan, dan atraksi
c. Variabel promosi
Tabel 3.2 Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Alat Ukur
No Variabel Definisi Indikator Alat Ukur
1. Kebijakan Kebijakan pengelolaan adalah 1. Kebijakan Analisis
pengelolaan seluruh kebijakan pengelolaan pemerintah kebijakan
yang terkait dengan pengelolaan dalam pengelolaan
Benteng Kota Besak sebagai RIPPDA dan strategi
objek wisata di Kota Palembang 2. Kebijakan pengembangan
pemerintah wisata BKB
dalam Renstra oleh
Program strategis adalah 3. Kebijakan Pemerintah
program yang direncanakan dan pemerintah Sumatera
dilaksanakan untuk pengelolaan dalam Selatan
Benteng Kota Besak sebagai meningkatkan
tujuan wisata di Kota Palembang SDM
Program peningkatan staf pengelola
pengelola adalah pelatihan atau
seminar atau workshop yang
diikuti oleh staf pengelola
Benteng Kota Besak dengan
tujuan untuk peningkatan
kapasitas staf Pengelola
2. Pelaku Pelaku wisata adalah seluruh 1. Kontribusi Analisis
Wisata masyarakat yang menjadi pelaku masyarakat deskriptif
usaha wisata sekitar Benteng sekitar
Kota Besak 2. Sistem
pembagian
Program peningkatan pelaku dalam
wisata adalah pelatihan atau pengelolaan
seminar atau workshop yang wisata BKB
diikuti oleh pelaku wisata di pada
sekitar Benteng Kota Besak masyarakat
dengan tujuan untuk peningkatan sekitar
pelaku usaha sehingga 3. Faktor-
meningkatkan pelayanan, mutu, faktor
34
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
dan keamanan. penghambat
dalam
Pengembangan produk wisata mengelola
adalah pengembangan produk wisata BKB
wisata yang terintegrasi dengan 4. Faktor-
Benteng Kota Besak faktor
pendukung
Peningkatan keamanan, dalam
kenyamanan, dan atraksi adalah mengelola
program yang dilaksanakan wisata BKB
pelaku wisata untuk memastikan
wisatawan nyaman, aman, dan
mendapatkan kepuasan berwisata

3. Promosi Promosi adalah upaya untuk 1. Media Analisis


menyebar luaskan objek wisata promosi Deskriptif
Benteng Kota Besak ke seluruh 2. Peranan
lapisan masyarakat, baik lokal, Sosial media
nasional, maupun international dalam
pengembanga
n wisata BKB

3.6 Metode Analisis Data


3.6.1. Teknik Triangulasi
Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan, data-data
yang diperoleh perlu terlebih dahulu diuji keabsahan data. Teknik pemeriksaan
keabsahan data (validitas data) dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi.
Teknik triangulasi menurut Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2013)
merupakan teknik pengumpulan data data dan sumber yang telah ada. Bila
penelitian melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data.
Selanjutnya Sugiyono (2013) menyatakan bahwa tehnik triangulasi,
berarti mengunakan pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi pastisipasif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Triangulasi sumber berarti, mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda
dengan teknik yang sama.

35
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Menurut Wiersma dalam Sugiyono (2013) triangulasi dalam pengujian
kredibilitas diartikan sebagai pengecekan ulang data dari sumber lain dengan
berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi dibedakan menjadi tiga yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Teknik triangulasi
yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi
sumber dilakukan dengan cara mengecek ulang data yang telah didapatkan
melalui beberapa sumber. Misalnya selain mendapatkan data melalui wawancara,
catatan di lapangan, dokumen pribadi, foto, rekaman audio atau vidoe, serta
dokumen resmi lainnya. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner, Sugiyono (2013).
Dengan demikian peneliti melakukan pengumpulan berbagai data dengan
sumber yang berbeda yaitu yang telah diperoleh dari melakukan pengumpulan
data dari pihak pemerintah Kota Palembang selanjutnya melakukan pemeriksaan
informasi tentang hal yang sama kepada pihak pengelola dan pengunjung Benteng
Kuto Besak. Hal ini dilakukan agar memperoleh data yang konkret dan sesuai di
lapangan. Teknik data triangulasi dalam penelitian ini adalah sebagai langkah uji
keabsahan data yang telah peroleh peneliti. Berikut ini adalah prosedur teknik
triangulasi yang dilakukan oleh peneliti:

Wawancara Mendalam

Sumber data
Observasi (Pemerintahan, Pengelola,
Pengunjung BKB)

Dokumentasi

Gambar 3.1 Teknik Triangulasi


Sumber: Pengembangan Peneliti, 2021

36
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
3.6.2. Teknik Analisis SWOT dalam Pengembangan Pariwisata Kota
Palembang
Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan data-data yang
diperoleh dari penelitian dan menghubungkannya dengan teori-teori yang ada.
Untuk analisis strategi pengembangan Pariwisata di Kota Palembang digunakan
analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Faktor internal
dimasukan ke dalam matrik yang disebut IFAS (Internal Factor Analysis
Summary). Faktor eksternal dimasukkan ke dalam matrik yang disebut EFAS
(External Factor Analysis Summary). Setelah IFAS dan EFAS selesai disusun,
kemudian hasilnya dimasukkan dalam matrik kuadran SWOT untuk merumuskan
strategi kompetitif perusahaan yang disajikan pada Gambar di bawah ini.

Gambar 3.2
Analisis SWOT
Sumber: Sudarmaji dan Hasan (2017)
Strategi umum ini dibuat sebagaipenguatan pada strategi yang sudah
ditentukan pada diagram matriks SWOT agar lebih mendukung strategi
pengembangan, dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3. Strategi Umum
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
(Strength) S (Weakness)
Faktor Eksternal W
Peluang (Opportunities) O Strategi SO Strategi WO
Ancaman (Threats) T Strategi ST Strategi WT
Sumber: Tityas, Indra (2019)

37
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Tabel 3.4 Hubungan Tujuan Penelitian, Sumber Data, dan Metode Analisis
No Tujuan Penelitian Sumber data/ Jenis data/ Metode
teknik mendapatkan data Analisis
1. Menganalisis kebijakan Sumber: Data Primer Deskripsi
pemerintah Kota Palembang Jenis Data: Kualitatif
terhadap pengembangan tujuan Teknik Pengumpulan Data:
wisata saat ini Studi dokumentasi dan
Wawancara
2. Menganalisis persepsi pelaku Sumber: Data Primer Deskripsi
wisata terhadap pengelolaan Jenis Data: Kualitatif
wisata oleh pemerintah Kota Teknik Pengumpulan Data:
Palembang. Observasi dan Wawancara
3. Strategi pengembangan pariwisata Sumber: Data Primer Analisis
Kota Palembang yang Jenis Data: Kualitatif SWOT
keberlanjutan. Teknik Pengumpulan Data:
Observasi dan Wawancara

38
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian


4.1.1 Sejarah Benteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak merupakan benteng peninggalan bersejarah dari
Kesultanan Palembang Darussalam. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak
diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun
1724-1758 dengan tujuan ingin melindungi Kesultanan Palembang Darussalam
dari serangan dan gempuran musuh. Letak Benteng yang berada di antara sungai-
sungai, maka tidak mudah memasuki Benteng karena harus melalui titik- titik
tertentu. Jika ada musuh yang akan menyusup masuk, maka prajurit Benteng
dengan mudah mengetahuinya dan melakukan tindakan antisipasif. Pelaksanaan
pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin
yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah
seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam
perdagangan internasional, seorang agamawan yang menjadikan Palembang
sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai Sultan, ia
pindah dari Keraton Kuto Lamo. Selanjutnya, pusat pemerintahan berpindah lagi
ke lokasi baru, yaitu sampai sekarang dikenal dengam nama Kuto Besak. Belanda
menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias Keraton Baru. Proses
pembangunannya memakan waktu hingga 17 tahun. Pada abad ke-18 benteng ini
menjadi pusat Kesultanan Palembang Darussalam yang keempat, setelah Keraton
Kuto Gawang, Keraton Beringin Janggut, dan Keraton Kuto Batu atau Kuto
Lama.
Keraton ini berdiri di tanah yang luas, berbentuk persegi panjang
menghadap ke Sungai Musi, panjangnya 274,32 meter, dan lebar 182,88 meter.
Dikelilingi tembok besar, tingginya mencapai 9,14 meter, tebal 2,13 meter,
dengan empat kubu (Bastion di setiap sudutnya), dengan sejumlah meriam yang
terbuat dari besi dan kuningan, serta mempunyai tiga pintu gerbang yaitu disisi
timur laut dan barat laut, dan gerbang utama di sisi tenggara. Keraton memiliki
pelataran yang luas, balai agung, gerbang besar. Di dalamnya terdapat pula
39
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Keputren, Paseban, ruang tempat menerima tamu, tempat kediaman Sultan dan
permaisuri. Di tengah Keraton terdapat kolam dengan perahu, taman, dan pohon
buah-buahan. Di antara Keraton Kuto Besak dan Keraton Lamo, terdapat jalan
menuju Masjid utama kerajaan.
Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak
diketahui dengan pasti, dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada
seorang Tionghoa. Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di
daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang
dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Keraton
ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797.
Secara kronologi tinggalan-tinggalan arkeologi yang berada di tempat ini berasal
dari masa kesultanan Palembang Darussalam dan Kolonial Belanda. Secara
khusus tinggalan arkeologi yang berasal dari Kesultanan Palembang Darussalam
adalah tembok keliling dan pintu gerbang bagian barat daya, sedangkan tinggalan
arkeologi yang berasal dari masa kolonial Belanda adalah gerbang utama dan
beberapa bangunan yang terdapat di dalam benteng. Berdasarkan gaya
arsitekturnya, bangunan di dalam benteng didentifikasikan bergaya Indis yang
berkembang di Indonesia pada awal abad ke XX.
Pada masa itu, Kota Palembang masih dikelilingi oleh anak-anak sungai
yang membelah wilayah kota menjadi pulau-pulau. Benteng Kuto Besak pun
seolah berdiri di atas pulau karena dibatasi oleh Sungai Sekanak di bagian barat,
Sungai Tengkuruk di bagian timur, dan Sungai Kapuran di bagian utara. Berbeda
dengan letak Keraton Lama yang berlokasi di daerah pedalaman, Keraton baru
berdiri di posisi yang sangat terbuka, strategis, dan sekaligus sangat indah.
Posisinya menghadap ke Sungai Musi.
Salah satu komponen yang tidak terlepas dari Kota Palembang yaitu
Sungai Musi. Sebuah catatan masa kolonial Marsden mendeskripsikan Palembang
sebagai suatu daerah yang terletak didataran rendah dengan tanah yang rata, rawa-
rawa dan daerah pantai yang sering kali terendam oleh banjir, hal ini membuat
Palembang tidak cocok untuk tempat bercocok tanam. Sedangkan daerah
pedalaman Palembang memiliki daerah yang subur dan terletak di daerah dataran
tinggi, sehingga barang-barang produksi dihasilkan oleh daerah ini.
40
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Sebagai daerah dataran rendah Palembang sangat bergantung pada bidang
jasa terutama perdagangan. Hal inilah yang kemudian membuat Sungai Musi
mempunyai posisi yang sangat sentral di Kota Palembang. Sungai Musi yang
panjangnya mencapai 550 km, dan merupakan induk dari Sungai Ogan, Beliti,
Lematang, Lakitan, Komering, Rawas, Rupit, Kelingi dan Batang Leko. Sungai-
sungai ini merupakan anak Sungai Musi yang disebut Batanghari Sembilan. Di
samping itu Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua, yaitu daerah
Ulu dan Ilir. Dari sejumlah sungai itu digunakan sebagai sarana transportasi yang
mampu membentuk suatu pusat jaringan perdagangan di Kota Palembang. Maka
dari itu Sungai Musi tentunya mengambil peranan penting dalam citra Palembang
sebagai Kota Air yang selaras dengan pendapat beberapa Sejarawan seperti
Altman, Irwin dan Chamers. Dari sungai ini juga terbentuklah konsep Uluan dan
Iliran.
Pada abad ke - 20 , seiring dengan meningkatnya perekonomian penduduk
yang disebabkan kopi dan karet, tumbuh pasar- pasar baru di Palembang. Pada
tahun 1921, setidaknya terdapat sekitar 74 pasar yang tersebar di seluruh
Residensi Palembang, sebagian di antaranya dapat dijangkau melalui sungai dari
Kota Palembang. Pertemuan perahu-perahu dagang dari wilayah Ulu maupun Ilir
Palembang menciptakan tumbuhnya pusat-pusat perdagangan baru. Disetiap
sungai maupun di pusat-pusat keramaian dapat dijumpai dermaga-dermaga
(pangkalan-pangkalan) perahu dagang. Dari pertemuan-pertemuan perahu-
perahu dagang ini, muncullah pusat- pusat p e r d a ga n g a n bar u. T e r f o k u s n ya
pertemuan perahu dagang, baik dari kawasan Ulu maupun Ilir, menjadikan
Sungai Musi sebagai pusat perdagangan yang utama dalam bentuk pasar
terapung.
Tipe pedagang di pasar apung Sungai Musi ini sangat beragam. Ada yang
membawa sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang kecil, mereka biasanya
menggunakan perahu sampan. Pedagang yang membawa buah-buahan dalam
jumlah yang sangat besar menggunakan perahu kajang atau jukung. Sementara
itu, orang- orang Palembang “asli” yang berjualan makanan tradisional dan
kopi untuk dijual ke sesama pedagang, juga menggunakan perahu sampan.
Seiring dengan perkembangan zaman kegiatan perdagangan seperti di atas, lambat
41
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
laun mulai berubah. Perkembangan pembangunan Palembang menjadi kota
dengan simbol baru mengikis kehidupan tradisional yang ada meliputi perubahan
orientasi dari air ke darat, Seperti halnya pembangunan jembatan Ampera yang
menghubungkan Ilir dan Ulu serta dilaksanakannya renovasi Benteng Kuto Besak
yang saat itu menjadi lokasi pasar buah yang kumuh. Nama Benteng terkenal
karena dulu menjadi lokasi pemberhentian angkutan kota yang selalu diteriakkan
oleh kernet kemudian lokasi itu diubah, para pedagang dipindahkan, pelataran
dibersihkan dan dibangunlah Plaza Benteng Kuto Besak ditepi Sungai Musi.
Kawasan Benteng Kuto Besak yang tadinya kumuh, setelah diperbaiki
pada tahun 2003 oleh Walikota Palembang, Ir. Eddy Santana Putra, maka
kawasan tersebut dikenal dengan nama Plaza Benteng Kuto Besak yang ditandai
dengan dibuatnya blok-blok batu yang bertata rapi di sekitar Plaza, sehingga
terbentuklah area luas yang bersih menghadap Sungai Musi. Plaza Benteng Kuto
Besak menjadi tempat strategis yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Tujuan
renovasi ini dilakukan untuk melestarikan peninggalan Kesultanan Palembang
Darussalam.
Setelah dilakukannya renovasi terhadap Benteng Kuto Besak, dari hal
tersebut membuat para pedagang sayuran dan buah-buahan yang dulunya
menggunakan perahu apung kini para pedagang tersebut mulai beralih dengan
menjadikan daratan sebagai tempat perdagangan yang dinilai lebih praktis
membawa barang dagangan. Meskipun semakin ditinggalkan, ada beberapa
kelompok pedagang yang masih tetap bertahan berdagang dengan menggunakan
perahu sehingga tinggal sejumlah lima pedagang.
Dahulunya untuk memperoleh perahu tersebut, mayoritas para pedagang
langsung membeli dengan menggunakan uang sendiri kepada pihak yang
menjual perahu secara tunai. Transaksi dilakukan dengan cara membeli secara
langsung kepada supplier, ada juga cara memesan perahu dengan sistem tempo,
dan ada juga dengan membuat sendiri perahu tersebut. Sedangkan dimasa sekarang
untuk memperoleh perahu para pedagang melakukan akad pembiayaan atau
kredit, ini terjadi hampir kepada pedagang terapung hal ini dikarenakan pedagang
tidak mampu untuk memenuhi biaya dalam pembelian perahu yang relatif
berukuran cukup besar dan mahal. Transaksi yang dilakukan dengan cara
42
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
membeli perahu yang bekas, ada juga membeli perahu secara langsung kepada
supplier di dusun Kemang Bejalu Musi Banyuasin. Berikut ini adalah perbedaan
antara pedagang apung jaman dulu dan jaman sekarang.

Gambar 4.1
Pedagang terapung jaman dahulu

Gambar 4.2
Pedagang terapung jaman sekarang

4.1.2 Letak Geografis Benteng Kuto Besak


Secara geografis, letak tempat wisata Benteng Kuto Besak ini berada di
Jalan. Sultan Mahmud Badarudin, 19 Ilir, Bukit Kecil, Palembang. Benteng
Kuto di Palembang ini konon merupakan peninggalan kerajaan semasa
pemerintahan Sultan Muhammad Badaruddin. Benteng Kuto Besak ini
memiliki tinggi sekitar 9,9 meter, lebar sekitar 183,75 meter dan panjang
sekitar 288,75 meter. Sedangkan tebalnya sekitar 1,99 meter.

4.1.3 Struktur UPTD Benteng Kuto Besak Kota Palembang


Untuk menyelenggarakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
pengelolaan sarana dan objek wisata dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Dalam
43
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
kedudukannya tersebut, Kepala UPTD secara administrasi dibina oleh Sekretaris
dan secara teknis operasional dibina oleh Kepala Bidang

Gambar 4.3
Struktur UPTD Benteng Kuto Besak Palembang
Sumber: UPTD BKB, 2021
1. Kepala UPTD
Mempunyai tugas memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan
sebagian tugas operasional Dinas Pariwisata, khususnya mengelola,
mengatur, memelihara, memberikan pelayanan, mengendalikan, mengawasi
dan melakukan pemungutan retribusi terhadap penggunaan dan pemanfaatan
kawasan sarana dan objek wisata sesuai dengan kewengangan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang- undang yang berlaku. Untuk melaksanakan
tugas tersebut.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melaksanakan urusan administrasi umum, kepegawaian
dan keuangan.
3. Petugas Teknis Operasional
4. Mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan, pengaturan, pemeliharaan,
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan operasional kawasan sarana dan
objek wisata serta melakukan pungutan retribusi.
5. Kelompok Jabatan Fungsional
a. Mempunyai tugas melaksanaan sebagian tugas dan fungsi UPTD
pengelolaan kawasan dan Sarana Wisata sesuai dengan keahlian yang
dibutuhkan.
44
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
b. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang
fungsional yang terbagi dalam kelompok sesuai dengan bidang
tugasnya.
4.1.4 Visi dan Misi Wisata Benteng Kuto Besak Palembang
1. Visi
Menjadi destinasi wisata modern berbasis nilai budaya
2. Misi
1. Mengembangkan destinasi pariwisata di sungai Musi;
2. Melestarikan nilai budaya dan kearifan lokal Kota Palembang;
3. Meningkatkan pemberdayaan ekonom kerakyatan yang berbasis
kepariwisataan dan kebudayaan;
4. Memperkenalkan pariwisata dan budaya palembang ketingkat
nasional dan internasional;
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan Sapta
Pesona dan Sadar Wisata.
4.2 Analisis kebijakan pemerintah kota Palembang terhadap pengembangan
tujuan wisata saat ini
Pengembangan pariwisata di Kota Palembang harus searah dan
sejalan dengan rencana yang telah di susun dan dianggap strategis oleh
pemerintah. Penambahan objek wisata dalam pengembangan pariwisata di
Kota Palembang masih belum memberi kesadaran masyarakat akan
pentingnya pariwisata di masa yang akan datang. Untuk itu kebijakan-
kebijakan yang dianggap mampu membantu dalam pengembangan
pariwisata di Kota Palembang masih menjadi pusat perhatian pemerintah,
hal ini agar apa yang sudah direncanakan dapat berjalan dengan semestinya.
Strategi yang digunakan dinas kebudayaan dan pariwista Kota
Palembang dalam pengembangan pariwisata yaitu dengan masyarakat dan
pihak swasta untuk mengembangkan pengelolaan pariwisata, juga
memberikan arahan dan pelatihan kepada masyarakat dalam
mengembangkan destinasi pariwisata. Dalam melaksanakan strategi
pengembangan pariwisata pastinya bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat di sekitarnya serta meningkatkan pendapatan asli daerah.
45
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Dibukanya sebuah destinasi pariwisata akan menarik minat
wisatawan untuk berkunjung yang berdampak pada terkenalnya wisata
tersebut, wisata dengan minat kunjungan wisatawan yang tinggi
memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah maupun pendapatan
masyarakat sekitar destinasi wisata melalui pajak retribusi parkir, seperti
contohya BKB. Manfaat lainnya dari banyaknya kunjungan wisatawan
adalah secara tidak langsung wisatawan mempromosikan destinasi wisata
yang dikunjunginya. Agar destinasi pariwisata terus menarik wisatawan
perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut, setelah itu barulah dilakukan
strategi pemasaran melalui media sosial agar terus menarik kunjungan
wisatawan.
Dari penjelasan di atas bahwa strategi yang dilakukan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan pendapatan asli daerah
Kota Palembang di era millenial yaitu dengan memanfaatkan teknologi
dengan website resmi maupun lewat media sosial sebagai media promosi
dalam meningkatkan wisatawan yang nantinya juga akan berimbas dalam
pendapatan asli daerah Kota Palembang. Sehingga penyusunan strategi
pengembangan pariwisata yang ada di Kota Palembang yang sesuai dengan
perubahan zaman sangat di perlukan dalam menghadapi persaingan bisnis di
bidang pariwisata yang semakin ketat.
Kebijakan pariwisata merupakan suatu produk yang sangat kompleks
dan terkait dengan beberapa aspek. Kompleksitas pariwisata disebabkan
oleh berbagai perubahan besar pada level pariwisata lokal, nasional dan
Internasional. Dalam konteks perubahan besar tersebut lingkungan
kebijakan pemerintah pada pariwisata menjadi sarana yang strategis bagi
pemerintah dalam memasarkan potensi wisata yang dimiliki. Kebijakan
Pemerintah dalam pengembangan pariwisata di Kota Palembang telah
sesuai dengan arah kebijakan pemerintah pusat yang tertuang dalam
Rencana Strategis 2020-2024 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dengan rencana yang telah disesuaikan diharapkan Pemerintah Kota
Palembang mampu mengimbangi strategi-strategi yang direncanakan oleh
Pemerintah pusat.
46
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Peran pemerintah dan masyarakat sekitar dalam pengembangan
pariwisata juga termasuk kedalam faktor pendukung. Dimana pemerintah
daerah melalui dinas kebudayaan dan pariwisata memberikan pemahaman
kepada masyarakat (baik pengelola maupun investor) terkait pengembangan
destinasi pariwisata sesuai dengan RIPPARDA Kota Palembang. Sehingga
terjalin koordinasi kerjasama antar pihak-pihak terkait (pemerintah-
masyarakat-investor) dalam pengembangan sektor pariwisata di Kota
Palembang. Faktor pendukung lainnya dalam pengembangan destinasi
wisata yaitu sudah terkenalnya objek wisata yang memiliki keunikan
tersendiri. Karena sebagian besar destinasi wisata di Kota Palembang sudah
dikenal dengan baik oleh masyarakat luas karena keunikan yang dimiliki
setiap destinasi wisata sehingga dengan sedikit sentuhan pengembangan
destinasi wisata berupa fasilitas-fasilitas wahana, restoran, villa akan dapat
menarik minat wisatawan berkunjung ke Kota Palembang.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2019)
yang mengatakan bahwa pembangunan pariwisata tidak terlepas dari
kebijakan pemerintah setempat. Contoh kasus adalah kerjasama Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, dan Pemuda Olahraga Kabupaten Sumenep dengan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep untuk membudayakan
kebersihan dengan cara menyediakan tempat sampah yang cukup banyak
dibeberapa titik dilokasi pantai. Meskipun masih saja banyak sampah yang
berserakan namun banyaknya sampah yang berserakan jauh lebih dapat
diminimalkan.
Strategi merupakan gambaran pengambilan keputusan mengenai
bagaimana suatu institusi dapat digerakkan untuk mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi yang diembannya. Sedangkan pengembangan adalah
usaha atau cara untuk memajukan serta mengembangkan sesuatu yang
sudah ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan sektor
pariwisata merupakan serangkaian gambaran atau rencana dari suatu
institusi untuk memajukan serta mengembangkan sesuatu yang sudah ada,
berupa pengembangan sektor pariwisata agar dapat mencapai tujuan sesuai
visi dan misinya.
47
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang dalam kegiatan
pengembangan pariwisata telah membuat strategi khusus dalam
pembangunan dan pengembangan pariwisata dengan menerbitkan Rencana
Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) yang telah
dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017. Adanya perda
ini Pemerintah Kota Palembang khususnya Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Palembang mendapatkan landasan hukum dalam
pembangunan dan pengembangan objek daya tarik wisata yang ada di Kota
Palembang.
Dalam mengembangkan pariwisatanya terutama Benteng Kuto
Besak (BKB) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang
menggunakan beberapa strategi. Berikut ini adalah hasil analisis mengenai
strategi pengembangan pariwisata di Benteng Kuto Besak yang ada dalam
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota
Palembang:
1) Strategi Pengembangan Destinasi Wisata
Strategi pengembangan destinasi pariwisata merupakan usaha untuk
mengembangkan dan mengelola objek dan daya tarik wisata yang telah
dimiliki oleh suatu daerah. Dalam usaha mengembangkan pariwisata bagi
sebuah institusi, diperlukan sebuah rencana atau strategi untuk beradaptasi
kembali terhadap perubahan zaman sehingga dapat mengambil keputusan
mengenai bagaimana suatu institusi dapat digerakkan sehingga dapat
mencapai tujuan visi dan misi yang diembannya, dengan mengolah faktor-
faktor strategis yang ada.
Dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Palembang dalam
mengembangkan Wisata sejarah Benteng Kuto Besak telah membuat
rencana pembangunan dan pengembangan pariwisata Benteng Kuto Besak di
Kota Palembang baik wisata alam, buatan, sejarah dan budaya , dan juga
wisata kuliner. Dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Palembang telah
membuat strategi khusus dalam pengembangan pariwisata dengan
menerbitkan Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah
(RIPPARDA).
48
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Dari penjelasan di atas, dijelaskan bahwa strategi pengembangan
pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Palembang berpedoman sesuai strategi-strategi yang ada di dalam rencana
induk pengembangan pariwisataa (RIPPARDA) Kota Palembang yang telah
sesuai dengan perda nomor 2 tahun 2017. Penerapan dua program dalam
strategi pengembangan destinasi pariwisata telah dilakukan, meskipun
belum diperoleh hasil yang optimal.
Dari segi destinasi pariwisata, keunikan yang menjadi ciri khas atau
ikon Benteng Kuto Besak sebagai lambang supremasi pemerintahan
Kesultanan Palembang Darussalam mampu untuk menarik banyak
wisatawan berkunjung Benteng Kuto Besak. Diperlukan juga
pengembangan lainnya seperti akses jalan, penambahan fasilitas-fasilitas
wisata berupa toilet, mushola, dan jalur evakuasi di lokasi objek wisata yang
rawan berncana yang juga akan menimbulkan kenyamanan saat berwisata.
Penambahan faktor-faktor penunjang pariwisata yang telah
dilakukan oleh DinKebudPar Kota Palembang terdiri dari penambahan spot
foto di pelataran BKB, penambahan fasilitas umum di sekitar Benteng
Kuto Besak berupa toilet serta mushola, penginapan, dan juga restoran.
Pengembangan dalam pariwisata tersebut bertujuan untuk memberikan
kualitas pelayanan untuk menarik minta wisatawan untuk berkunjung dan
berkunjung lagi ke Benteng Kuto Besak. Penambahan spot-spot foto
disebuah destinasi wisata terbukti mampu untuk menarik wisatawan.
Diakui oleh Kabid Pengembangan Pariwisata Kota Palembang,
Pariwisata Benteng Kuto Besak merupakan jenis wisata sejarah yang cukup
diminati dan sangat potensial untuk dikembangkan mengingat kondisi
geografis Benteng Kuto Besak yang berhadapan dengan Sungai Musi.
Pengembangan wisata sejarah terus dilakukan seperti yang dilakukan dalam
membangun wisata Benteng Kuto Besak. Hal ini bertujuan untuk dapat
menarik wisatawan lainnya berkunjung ke Kota Palembang. Wisatawan
dapat memilih sendiri wisata yang akan dikunjungi sesuai dengan minat
wisatawan ke kota Palembang. Selain wisata sejarah, pemerintah Kota perlu
mengingat bahwa Palembang juga memiliki wisata-wisata selain wisata
49
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
sejarah yang sedang dilakukan dengan pengembangan-pengembangan lebih
lanjut, seperti wisata kuliner, wisata budaya, dan wisata lain seperti wisata
kulinernya dengn hidangan seperti mie tek-tek, pempek itu banyak
berjejeran kuliner jajanan. Selain itu Kota Palembang juga memiliki wisata
khusus yang berupa kawasan Kampung Pempek 26 ilir dan river side, juga
adanya dermaga point. Dengan banyaknya jenis pariwisata yang
dikembangkan di Kota Palembang, Kawasan BKB yang masih kental
dengan adat budayanya memiliki potensi untuk terus dipromosikan dan
dikembangkan.
Strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang ada dua program yang
dilakukan oleh dinas kebudayaan dan pariwista yaitu membuat tema produk
untuk BKB sesuai dengan kluster (Kawasan Strategis Pariwisata) dan
diseminasi citra pariwisata dalam informasi dan promosi pariwisata. Untuk
mengembangkan citra destinasi pariwisata yang perlu dilakukan yaitu
dengan mencari potensi yang unik dan berbeda yang tidak dimiliki oleh
destinasi wisata lain dan juga melakukan pencitraan kawasan serta tematik
pada setiap kluster. Inovasi-inovasi baru dalam produk dan penawaran
paket, setiap tahunnya perlu di evaluasi sebagai bahan untuk penyusunan
strategi tahun berikutnya. Strategi Pengembangan yang harus dilakukan
dalam mengembangkan destinasi wisata dapat dilakukan dengan cara
mencari potensi yang unik dan berbeda yang tidak dimiliki oleh destinasi
wisata lain untuk dijadikan tema dari setiap lokasi wisata dan yang kedua
melakukan pencitraan kawasan dan juga tematik pada setiap kluster.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hugo Itamar, A.
Samsu Alam, dan Rahmatullah (2014) strategi pengembangan pariwisata
yang diterapkan sudah sesuai dengan RIPPARDA. Namun ada strategi yang
belum berjalan dengan maksimal sehingga belum mencapai hasil yang baik,
seperti akses jalan di sebagian tempat wisata yang baru terkenal, dan
pengelolaan destinasi pariwisata yang belum optimal karena terbatasnya
sumber daya manusia.
2) Strategi Pengembangan Pemasaran
50
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata secara langsung dilakukan melalui pameran-pameran yang
diadakan oleh kota-kota besar lainnya di Indonesia. Dengan promosi
melalui pameran-pameran, calon wisatawan akan mendapat pemahaman dan
pengetahuan yang sangat efektif mengenai detail wisata karena mereka
(para wisatawan) mendapat review wisata secara langsung. Hal seperti ini
dapat menarik minat wisatawan dan dengan penjelasan dan penawaran
secara langsung dan mampu meyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke
Kota Palembang.
Strategi lain yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Palembang dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kota
Palembang adalah dengan melakukan strategi promosi melalui media
sosial. Kebanyakan masyarakat Millenial di berbagai negara dunia,
demikian juga di Indonesia, tidak luput dari perkembangan teknologi yang
semakin meningkat. Millenial cenderung menghabiskan waktunya untuk
bermain smartphone, mengakses sosial media mereka. Sehingga sasaran
dalam mengembangkan pariwisata di era millenial ini adalah generasi muda.
Sasaran dalam strategi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang merupakan generasi millenial.
Generasi millenial yang tidak lepas dari sosial media menjadi sasaran target
dalam mempromosikan sebuah produk maupun target lokasi wisata yang
dikembangkan. Keunikan yang dimiliki oleh sebuah tempat pariwisata akan
menarik minat para millenial hanya dengan melihat gambar dari tempat
pariwisata yang tersebar dimedia sosial. Millenial akan tertarik dan
mengunjungi lokasi pariwisata kemudian berfoto-foto sebagai kegiatan yang
rutin dilakukan dalam travelling. Mereka juga akan memposting di setiap
media sosial. Hal ini yang akan membantu dalam mempromosikan sebuah
produk maupun sebuah destinasi pariwisata.
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh dinas kebudayaan dan
pariwisata Kota Palembang memiliki target yang utama yaitu para millenial.
Karena sebagaimana yang dikutip dari buku karangan Mix Marcom,
Millenial memiliki karakter seperti melek digital, konsumtif, suka
51
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
menabung untuk sesuatu yang diimpikan, knowledgeable, menggunakan
digital atau sosmed sebagai media komunikasi, rise of the experiential,
fear of missing out. Selain itu kegiatan promosi yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang yaitu melalui media sosial
seperti website resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, facebook
instagram, blog, youtube, sebagai bahan informasi wisatawan sebelum
berkunjung ke BKB.
Berdasarkan hasil penelitian strategi pemasaran dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah Kota Palembang yang diterapkan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang dengan menggunakan media
sosial dan media elektronik seperti instagram, facebook, youtube, website,
televisi lokal serta dalam event-event pariwisata sudah cukup baik dan
sesuai. Festival atau event yang diselenggarakan antara lain Creative
Exhibition Festival, Lomba Bidar Tradisional, Festival permainan anak
tradisional serta berbagai tematik festival di destinasi pariwisata yang ada.
Sehingga dengan karakter sedemikian rupa millenial menjadi wisatawan
potensial di era digitalisasi saat ini. Mereka akan menerima atau mencari
informasi mengenai sebuah wisata yang sedang hype dan kemudian melalui
media sosial juga mereka akan berbagi ide, foto, maupun video perjalanan
wisatanya ke destinasi wisata yang sedang hype. Kegiatan ini sangat
membantu dalam mempromosikan pariwisata dan menjadi wadah
pemasaran pariwisata saat ini.
3) Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Sumberdaya Manusia
Selain strategi pengembangan destinasi pariwisata, dan strategi
pengembangan pemasaran juga ada strategi kelembagaan dan sumberdaya
manusia yang digunakan dalam pengembangan pariwisata. Berbagai bidang
dalam sebuah organisasi memiliki fungsi-fungsi yang berbeda, contohnya
dinas kebudayaan dan pariwisata yang berfungsi baik sebagai fasilitator
pengembangan destinasi pariwisata, penguatan kapasitas SDM, maupun
pelaksana kegiatan promosi pariwisata.
Tahapan dalam penguatan sumberdaya manusia agar masyarakat di
sekitar destinasi pariwisata sadar akan manfaat dan dampak dari sektor
52
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
pariwisata apabila dikembangkan, telah dibentuk kelompok Sadar Wisata di
Benteng Kuto Besak. Pengelolaan dalam BKB dibagi menjadi tanggung
jawab tiga kelompok yaitu Pihak pengelola, Pemerintah Kota dan juga
masyarakat anggota Pokdarwis.
Langkah kedua adalah dengan menjalin kerjasama antara pihak
pemerintah, masyarakat dan juga Pemkot. Seperti contohnya pengembangan
pada BKB yang berkerjasama dengan berbagai pihak. Penguatan organisasi
tak luput dari kerjasama di antara berbagai pihak yang terlibat yang juga
sesuai dengan bidangnya dalam sebuah pengembangan destinasi pariwisata.
Pengembangan sumberdaya manusia lainnya dalam pengembangan
pariwisata, sebagian kebijakan pemerintah Kota Palembang yang
direncanakan telah dilaksanakan. Pelatihan keterampilan yang diadakan
oleh pemerintah Kota Palembang diharapkan mampu mengurangi angka
pengangguran dan meningkatkan kreativitas masyarakat, sehingga dengan
bekal yang telah diberikan mampu dipergunakan untuk meningkatkan
kegitan usaha pariwisata khususnya di sekitar Benteng Kuto Besak.
Strategi kelembagaan yang dilakukan oleh dinas yaitu dengan
penguatan organisasi kelembagaan yang menjalin kerjasama dengan pihak
investor, dan juga masyarakat (pokdarwis) sebagai sumberdaya manusia
untuk mengembangkan pengelolaan pariwisata sesuai dengan perda.
Dengan memberikan pelatihan-pelatihan dalam mengembangkan destinasi
pariwisata yang sesuai dengan Perda, diharapkan masyarakat sadar akan
pentingnya pengelolaan pariwisata yang juga memiliki dampak bagi
kesejahteraan masyarakat sekitar destinasi pariwisata serta berdampak
terhadap pendapatan daerah.

4.3 Analisis persepsi pelaku wisata terhadap pengelolaan wisata oleh


pemerintah kota Palembang
Dalam pengembangan pariwisata akan banyak persepsi baik dari
pengelola maupun dari pengunjung. Persepsi mengenai pengembangan
pariwisata di Benteng Kuto Besak diharapkan mampu memberikan
gambaran kepada pemerintah mengenai apa saja yang dibutuhkan dalam
53
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
pengembangan pariwisata, selain itu persepsi mengenai faktor-faktor
pendukung dan penghambat juga akan dapat diketahui. Faktor pendukung
dapat dijadikan sebagai kekuatan dan faktor penghambat dapat diupayakan
hal untuk ditemukan solusinya.
Pengembangan objek wisata khususnya BKB dianggap sangat
dibutuhkan. Daya tarik yang dianggap menarik oleh pengunjung juga perlu
difasilitasi agar semakin terlihat menarik. Daya tarik yang telah
dikembangkan dan mampu menambah jumlah pengunjung menjadi salah
satu tingkat keberhasilan dalam pengembangan pariwisata. Selain pengadaan
atraksi, perbaikan akses jalan menuju BKB menjadi faktor pendukung dalam
strategi pengembangan sektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah Kota Palembang. Selama pengembangannya juga ditemukan
beberapa faktor penghambat. Faktor penghambat dalam strategi
pengembangan pariwisata Kota Palembang dalam pengembangan BKB di
era millenial ini dijumpai hal seperti belum semua objek wisata dikelola
oleh Pemda dan keterlibatan pariwisata oleh masyarakat melalui organisasi
masyarakat atau pokdarwis. Masyarakat pengelola juga kurang memahami
terkait retribusi tiket parkir di objek wisata. Pengelola masih belum
memahami menerapkan peraturan dalam Perda, bahwa pendapatan dari
hasil objek wisata itu ada bagian yang menjadi pendapatan asli daerah.
Masih sangat sedikit retribusi dari pariwisata ke pendapatan asli daerah,
karena masyarakat sekitar destinasi pariwisata beranggapan bahwa
pemasukan dana dari wisatawan atau pengunjung itu adalah bagian untuk
kesejahteraan masyarakat sekitar.
Perlunya pemahaman serta kesadaran masyarakat akan peraturan
Perda tentang kepariwisataan sangat penting. Mengingat bahwa
pengembangan pariwisata bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat
sekitar destinasi wisata sekaligus untuk meningkatkan pendapatan daerah
Kota Palembang. Terbatasnya anggaran dalam strategi pengembangan
menjadi faktor penghambat lainnya. Dengan anggaran yang terbatas
membuat Dinkesbudpar harus memilih dan menetapkan destinasi wisata
yang memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan sesuai dengan
54
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
anggaran yang diperuntukkan bagi sektor pariwisata. Selain terbatasnya
anggaran ada faktor lain lagi yang menjadi pertimbangan dalam
pengembangan pariwisata di Kota Palembang. Lokasi geografis objek
wisata dengan banyaknya daerah destinasi wisata yang rawan bencana.
Palembang yang berhadapan langsung dengan Sungai Musi memerlukan
kewaspadaan dan kesiapan tersendiri dari dinas terkait atau pengelola untuk
menyikapinya. Resiko sewaktu-waktu terjadi bencana seperti tsunami
maupun gempa bumi atau bencana loaWngsor dan lainnya, memerlukan
perhatian dan perhitungan letak destasi wisata itu sendiri. Keselamatan
wisatawan menjadi hal penting untuk menjadi perhatian utama. Penyediaan
jalur evakuasi serta sarana pendukung jika terjadinya bencana ataupun
peristiwa yang tidak diinginkan perlu direalisasikan.
Di beberapa titik destinasi wisata di Kota Palembang saat ini sudah
ada jalur evakuasi untuk mengantisipasi bencana alam yang mungkin
terjadi, tetapi masih cukup banyak destinasi pariwisata yang belum
menyiapkan hal-hal seperti yang diuraikan di atas.
Faktor pendukung dalam strategi pengembangan destinasi wisata
meliputi adanya rencana induk pengembangan pariwisata daerah
(RIPPARDA) Kota Palembang Nomor 2 Tahun 2017 yang sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang juga
menjadi pedoman atau dasar dalam pengembangan pariwisata di daerah.
Sedangkan faktor penghambat dalam pengembangan destinasi pariwisata di
Kota Palembang adalah terbatasnya dana. Dana yang terbatas membuat
pengembangan destinasi wisata di Kota Palembang menjadi terhambat, hal
ini serupa dengan banyaknya wisata-wisata di Kota Palembang yang belum
dikelola dengan baik karena keterbatasan dana, seperti akses jalan menuju
destinasi wisata yang sulit, belum adanya fasilitas toilet dan mushola di
sebagian destinasi wisata di Kota Palembang, sebagian destinasi wisata
yang belum memiliki petunjuk jalan ke destinasi wisata. Hal ini
menumbuhkan persepsi di pelaku usaha pariwisata bahwa Pemerintah
Daerah kurang tanggap untuk menyiapkan infrastruktur yang sebenarnya
sangat diperlukan guna mendukung destinasi pariwisata yang ada.
55
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sefira,
Mardiyono dan Riyanto (2011) yang mengatakan bahwa dalam
mengembangkan objek wisata daerah sangat penting dibutuhkan peran aktif
dari masyarakat sekitar. Karena secara tidak langsung upaya pengembangan
pariwisata daerah akan berdampak juga pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat itu sendiri. Kurangnya pelibatan masyarakat dalam ikut
mengelola, membantu keamanan, kebersihan dan kenyamanan destinasi
pariwisata, membuat masyarakat sekitar wilayah destinasi pariwisata
merasakan tidak ada komunikasi, bimbingan dan pendampingan dari dinas
terkait menyebabkan pelaku wisata dan masyarakat sekitar destinasi
pariwisata berjalan sesuai pemahaman masing-masing. Perlu
dioptimalkannya dukungan dari para pemangku kepentingan lainnya terkait
pendampingan dalam melakukan sosialisasi Sadar Wisata, Sapta Pesona
sehingga ada dukungan yang dapat dilakukan masyarakat dalam membantu
program sosialisasi dan penerapan kedua hal tersebut. Regulasi yang dibuat
serta apa yang menjadi keluhan dan saran para pelaku usaha seharusnya
dapat menjadi pertimbangan dengan menjalankan program-program
pengembangan pariwisata yang ada.
4.4 Strategi mempromosikan pariwisata kota Palembang yang dapat
menjamin keberlanjutan dengan Analisis SWOT
Analisis yang dilakukan dalam perkembangan pariwisata di Benteng Kuto
Besak Kota Palembang adalah analisis SWOT. Hal ini dilakukan agar dapat
dengan mudah mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu di perbaiki dalam
pengelolaan pariwisata BKB.
a. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan untuk mencapai suatu objek
wisata. Aksesibilitas terdiri dari sarana seperti moda transportasi dan prasarana
seperti jalan. Benteng Kuto Besak (BKB) merupakan salah satu wisata yang
berada di jantung kota Palembang. Lokasi BKB yang ada di pusat kota Palembang
memudahkan masyarakat atau pengunjung lainnya untuk mengaksesnya. Selain
itu, BKB juga memiliki jalan yang luas, sehingga dalam memanfaatkan ruas jalan,
pihak pengelola mengelola pinggiran jalan BKB menjadi lahan parkir.
56
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Akses menuju ke BKB sudah dikelilingi berapa sarana dan prasarana pada
bagian dalam benteng, sedangkan di BKB untuk fasilitas wisata tidak ada. Bagian
dalam Benteng tidak bisa dikunjungi oleh umum, karena difungsikan sebagai
pangkalan militer. Namun di kawasan Benteng banyak disediakan fasilitas wisata,
seperti Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Monumen Perjuangan Rakyat
(MONPERA), Plaza Benteng Kuto Besak, panggung utama, bangku-bangku
duduk, dan fasilitas penyewaan perahu pelayaran wisata di Sungai Musi, serta
dermaga Sungai Musi.
Saat ini Dinas Pariwisata Kota Palembang, Sumatera Selatan, berupaya
menambah dan meningkatkan fasilitas pendukung di objek wisata agar semakin
nyaman dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Fasilitas pendukung
seperti toilet, tempat parkir, istirahat, serta tempat makan akan ditambah dan
ditingkatkan kualitasnya.

Gambar 4.4
Jalan menuju BKB
Sumber: UPTD BKB, 2021
Dari gambaran mengenai aksesibilitas di Benteng Kuto Besak, maka
dilakukan analisis SWOT. Berikut adalah hasil analisis yang dilakukan dari aspek
aksesibilitas:
1) Stregh (Kekuatan)
57
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Adapun beberapa kekuatan yang dimiliki oleh Benteng Kuto Besak adalah
sebagai berikut:
a) BKB memiliki pelantaran yang luas, sehingga seringkali pelantaran
BKB dijadikan sebagai tempat pelaksanaan event-event besar di Kota
Palembang.
b) Letak geografis BKB yang berada dijantung kota Palembang
memudahkan masyarakat dalam mengakses BKB.
c) Banyak angkutan umum yang melewati BKB sehingga,
mempermudah masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi
tetap dapat berkunjung.
d) Adanya transportasi sungai yang menghubungkan BKB dengan
kampung sebelah Ulu atau desa lainnya yang menggunakan
transportasi sungai, sehingga sering dijadikan sebagai akses
menunggu kapal.
e) Pelataran BKB yang berhadapan langsung dengan sungai Musi
menjadikan BKB sebagai tempat yang diminati masyarakat dalam
berekreasi dan bersantai waktu sore hari.
f) Tempat parkir yang luas membuat wisatawan merasa nyaman dalam
memarkirkan kendaraan.
2) Weakness (Kelemahan)
Dari banyaknya kekuatan yang dimiliki, BKB juga memiliki beberapa
kelemahan. Hal ini jika di biarkan secara terus menerus akan menjadi
hambatan dalam mengembangkan wisata BKB. Beberapa kelemahan yang
ditemukan di BKB adalah:
a) Tarif parkir di sekitar BKB yang dianggap terlalu mahal
b) Tidak adanya penjagaan parkir yang ketat, sehingga sering terjadi
adnya pencurian helm.
c) Jika menggunakan angkutan umum, letak diturunkannya penumpang
terlalu jauh dengan pintu masuk BKB.
3) Opportunity (Peluang)

58
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh BKB menjadikan peluang
yang dapat digunakan sebagai kekuatan BKB. Beberapa peluang yang dapat
ditemukan di BKB antara lain:
a) Akses jalan yang luas dan terletak di tengah jantung kota sebaiknya
diadakan wahana kereta mini yang mengelilingkan pengunjung ke
beberapa spot jantung kota Palembang.
b) Benteng Kuto Besak sebaiknya menjadikan sungai musi sebagai salah
satu kawasan wisata air, selain menyediakan rumah makan terapung
adanya wisata air akan menambah nilai jual BKB dimata pengunjung.

4) Treath (Ancaman)
Ancaman yang akan terjadi jika aksesibilitas di BKB tidak dikembangkan
adalah:
a) Kerusakan jalan dan sungai akibat penggunaan wisata dan pengelola
yang seenaknya tanpa memperhatikan AMDAL.
b) Kemacetan yang panjang apabila tidak disediakan jalur khusus
pengunjung BKB
c) Terjadi penyempitan ruas jalan umum jika pemerintah tidak menutup
akses jalan menuju BKB.
b. Aktivitas Wisata di Benteng Kuto Besak
Dalam aktivitasnya pengunjung dapat menikmati wisata alam Sungai
Musi, baik menyaksikan segala aktivitas yang ada di sungai tersebut, seperti
adanya perahu terapung yang menyediakan berbagai makanan khas Kota
Palembang, perahu-perahu yang berlalu lalang di Sungai Musi, baik perahu yang
membawa barang dagangan maupun wisatawan yang ingin berkeliling Sungai
Musi, dan kapal-kapal yang melintasi sungai. Pengunjung juga dapat menyewa
kapal dari para nelayan. Dengan harga sewa sebesar Rp.50.000- Rp.100.000
pengunjung sudah bisa berkeliling Sungai Musi dengan menggunakan kapal.
Keindahan pemandangan yang dilihat dari tempat ini, membuat Benteng
Kuto Besak setiap hari ramai dikunjungi warga setempat, mulai dari pagi hari
sampai malam hari terutama pada saat sore dan malam hari. Pada saat pagi hari
pengunjung dapat melakukan olahraga di sekitarnya dan melihat suasana Kota
59
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Palembang dari kejauhan. Pada siang sampai malam hari di sini pengunjung juga
dapat berjalan di sekeliling Plaza Benteng Kuto Besak sambil menikmati berbagai
macam kuliner khas Kota Palembang di sepanjang benteng tersebut yang dipenuhi
oleh para pedagang kaki lima.
Kawasan wisata Benteng Kuto Besak adalah kawasan wisata yang sayang
untuk dilewatkan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kota Palembang,
bagaimana tidak wilayah yang dulu merupakan pasar buah yang kumuh, kini telah
disulap menjadi kawasan objek wisata yang ramai dikunjungi baik wisatawan
lokal maupun wisatawan luar, terutama pada hari libur, puncaknya dari sore hari
hingga malam hari. Dalam rangka memenuhi unsur-unsur di atas kini pemerintah
Kota Palembang telah membangun dan menata kawasan BKB ini, salah satunya
adalah dibangunnya lapangan terbuka Plaza BKB sehingga wisatawan yang
mengunjungi kawasan wisata ini dapat menikmati wisata alam Sungai Musi, baik
menyaksikan segala aktivitas yang ada di sungai tersebut, seperti adanya perahu
terapung yang menyediakan berbagai makanan khas Kota Palembang, perahu-
perahu yang berlalu lalang di Sungai Musi, baik perahu yang membawa barang
dagangan maupun wisatawan yang sekedar ingin berkeliling Sungai Musi, dan
kapal-kapal yang melintasi sungai maupun melihat bangunan yang ada di
sekitarnya.
Kawasan wisata BKB tampil lebih menawan pada malam hari, lampu-
lampu yang berwarna warni mulai menyala dan menghiasi jantung Kota
Palembang. Selain itu pemandangan dari sisi lain sungai juga tidak kalah
mempersona. Lampu yang berkelap-kelip membuat pinggiran Sungai Musi
menjadi sebuah pemandangan yang sayang untuk dilewatkan, selain itu berbagai
acara pertunjukan drama dan musik juga berpartisipasi meramaikan kawasan ini
dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan mengunjunginya.
Sentra kuliner lainnya adalah dermaga point yang merupakan pelabuhan di
dekat Benteng Kuto Besak. Dermaga berlantai dua ini diisi sejumlah tenant yang
menjual aneka franchise food mulai dari ayam goreng, donut, roti, pizza serta
yang lain Karena menjadi tempat keluar masuknya kapal yang oleh warga
Palembang disebut Ketek, wisatawan yang ingin berkeliling Sungai Musi, harus
terlebih dahulu menuju ke dermaga point. Adapun objek wisata dengan suasana
60
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
yang berbeda yaitu pasar terapung, sebutan untuk sarana jual beli yang terletak di
atas perairan sungai Musi, yang mana pedagang menyediakan kuliner khas
Kota Palembang.

Gambar 4.5 Aktivitas masyarakat, pengunjung dan Pengelola BKB


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Dari gambaran di atas mengenai aktivitas yang ada di BKB, maka analisis
SWOT yang dilakukan mengenai kegiatan di atas adalah sebagai berikut:
1) Strength (Kekuatan)
Kekuatan yang dimiliki dari aspek aktivitas di Benteng Kuto Besak adalah:
a) BKB dikelilingi oleh bangunan-bangunan besar seperti Rumah sakit,
pasar tradisional, sehingga aktivitas masyarakat sekitar selalu dapat
dilihat dan ini menjadikan atraksi wisata tersendiri bagi Pengunjung
atau wsiatawan.
b) Pengunjung dapat menikmati wisata Sungai Musi, dan dapat
menyaksikan segala aktivitas yang ada di sungai tersebut secara alami.
c) Pengunjung dapat menyewa kapal dari para nelayan sehingga dapat
menggerakkanperekonomian masyarakat sekitar..
d) Pelataran BKB dapat dijadikan sebagai aktivitas olahraga masyarakat
sekitar. Demikian juga berbagai event atau Festival-Festival dapat
diselenggarakan sehingga menghidupkan kawasan BKB sebagai
destinasi pariwisata.
e) Aktivitas di BKB mayoritas terjadi di sore dan malam hari, sehingga
keindahan jembatan Ampera menjadikan daya tarik tersendiri.
2) Weakness (Kelemahan)
Kelemahan yang dimiliki dari aktivitas di Benteng Kuto Besak adalah:

61
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
a) Padatnya aktivitas masyarakat di BKB menyebabkan BKB terlihat
kumuh
b) Tidak adanya perlindungan dari pemerintah terhadap aktivitas sungai
di BKB, sehingga jika terjadi kecelakaan akan merusak citra kawasan
BKB.
c) Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan, sehingga
setelah aktivitas terjadi banyak sampah yang ditinggalkan dan
berserakan.
d) Masih banyaknya pengamen jalanan di wilayah BKB, hal ini
seringkali membuat pengunjung tidak nyaman dan merasa terganggu.
e) Pedagang kaki lima masih tidak tertib dalam berdagang, seringkali
mereka mengambil tempat sampai ruas jalan pelataran BKB.
3) Opportunity (Peluang)
Dengan adanya kekuatan dan kelemahan di sekitar BKB, maka ada peluang
yang sebaiknya dikembangkan sehingga menjadi kekuatan bagi aktivitas di
BKB. Adapun peluang yang ditimbulkan dari aktivitas di BKB adalah
masyarakat sekitar dapat dibekali pengetahuan dan keterampilan mengenai
pariwisata, sehingga ketrampilan masyarakat sekitar dapat ditingkatkan,
diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas masyarakat guna menciptakan
suvenir berupa kerajinan tangan ataupun bentuk makanan khas yang dapat
menjadi oleh-oleh destinasi pariwisata yang ada.
4) Threat (Ancaman)
Dalam pengembangannya, ancaman selalu ditemukan. Berikut ini adalah
beberapa hal yang dapat menjadi ancaman dalam pengembangan wisata
Benteng Kuto Besak:
a) Kriminalitas semakin tinggi akibat semakin banyaknya aktivitas di
BKB;
b) Kerusakan objek wisata di kawasan BKB, karena ulah pengunjung
yang iseng ataupun karena vandalisme;
c) Banyaknya sampah berserakan di pelataran BKB;
d) Resiko adanya banjir akibat meluapnya sungai Musi.

62
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
c. Amenitas
Amenitas adalah fasilitas pendukung yang diberikan demi kelancaran
kegiatan pariwisata agar wisatawan merasa nyaman saat berkunjung. Amenitas
berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap dan restoran
atau warung untuk makan dan minum. Kebutuhan-kebutuhan lain yang mungkin
juga diinginkan dan diperlukan oleh wisatawan. Dalam pengembanganya
amenitas yang diberikan di BKB semakin lama semakin membaik. Beberapa
fasilitas yang ada di sekitar BKB adalah: toilet umum yang ada di BKB, ATM
center yang ada di dermaga point BKB, rumah sakit A.K Gani yang berada
terletak di samping BKB, minimarket, pasar 16 Ilir, dan Masjid Agung. Di bawah
ini adalah gambaran amenitas yang diberikan oleh Pemerintah kota Palembang
dalam mengembangan wisata BKB.
1) Masjid Agung
Menurut Nawiyanto et al (2016) dalam buku Kesultanan Palembang
Darussalam, Masjid Agung Palembang Sultan Mahmud Badaruuddin Jaya
Wikrama bin Sultan Muhammad Masnyur Jaya. Ing Laga atau dikenal
dengan nama Sultan Mahmud Badarudin I yang memerintah tahu 1724-
1750. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 15 September
1738. Masjid Agung sebagai salah satu sentra Kebudayaan Melayu yang
memiliki akar Islam yang kuat, bangunan masjid tidak hanya sebagai
tempat untuk beribadah, namun juga sebagai cerminan dari budaya yang
berkembang pada masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusalam.

Gambar 4.6
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin 2
Sumber: Google, 2021

63
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
2) Pasar 16 Ilir Palembang
Pasar 16 Ilir terletak di Kawasan 16 ilir Palembang, yang berdiri di samping
sungai Musi. Tempat yang dijuluki sebagai tanah abangnya kota empek-
empek ini tidak hanya menjadi tujuan wisata namun utuhan historis Pada
sungai dagang l bumi utuhan juga merupakan pusat aneka kebutuhan tekstil.
Pasar 16 Ilir memiliki nilai bagi masyarakat wong kito. Pertengahan abad
ke-19 area tepian Musi mulai berkembang. Para pe dari daerah hulu biasa
membawa hasi seperti buah, sayuran dan kebutuhan lainnya menggunakan
perahu kajang yakni sejenis perahu kayu dengan rumah-rumahan di bagian
belakang sebagai tempat beristirahat. Transaksi jual beli tersebut terus
terjadi dan membentuk kawasan 16 Ilir sebagai pusat perdagangan yang
unik. Pasar yang terdiri dari 4 tingkat bangunan tersebut cukup modern dan
bersih. Berada tak jauh dari Jembatan Ampera membuatnya mudah
dijangkau wisatawan. Bahan-bahan tekstil dan konveksi yang bisa dijumpai
meliputi batik, pakaian dan songket. Selain itu, tempat ini juga digunakan
untuk jual beli emas. Harga barang yang ada di pusat grosir Pasar 16 Ilir juga
relatif lebih murah jika dibandingkan dengan pasar yang lain. Hal ini yang
membuat Pasar 16 Ilir disebut sebagai destinasi belanja murah di Palembang
dan Sumatera Selatan.

Gambar 4.7
Pasar 16 Ilir Palembang
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021

Fasilitas-fasilitas di atas diperkenankan untuk masyarakat umum dalam


memenuhi kebutuhan selama berkunjung. Dari banyaknya fasilitas pendukung di
atas, maka hasil analisis SWOT mengenai aspek amenitas adalah sebagai berikut:
1) Strength (Kekuatan)

64
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Kekuatan yang dimiliki oleh aspek amenitas di BKB adalah sebagai berikut:
a) Fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar BKB sudah lengkap, baik rumah
sakit, pasar, atm center, mini market, dll.
b) Fasilitas yang dibangun oleh pemerintah kota, terawat dan terjaga
dengan baik.
c) Fasilitas yang ada di sekitar BKB dapat dijangkau dengan berjalan
kaki, sehingga pengunjung dapat dengan mudah menikmati fasilitas
yang ada.
2) Weakness (Kelemahan)
Kelemahan yang dimiliki dari aspek amenitas di BKB adalah sebagai
berikut:
a) Adanya pungutan parkir liar, sehingga bagi pengunjung yang
menggunakan motor dalam mengakses fasilitas harus mengeluarkan
biaya parkir lebih.
b) Pengamen jalanan atau pengemis sering menghampiri pengunjung
ketika keluar dari minimarket atau atm center. Hal ini menyebabkan
pengunjung merasa tidak aman dan tidak nyaman.
3) Opportunity (Peluang)
Peluang yang ada dalam amenitas di BKB adalah sebagai berikut:
a) Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar BKB sebaiknya
pemerintah hanya menyediakan satu pintu masuk, hal ini selain
mempermudah pengunjung dalam mengakses pengunjung tidak perlu
lagi membayar jika akan parkir.
b) Menyediakan tempat khusus bagi pengamen jalanan, sehingga mereka
tidak perlu menakuti pengunjung dengan memaksameminta uang di
depan fasilitas-fasilitas yang ada BKB. Secara tidak langsung
pengamen di BKB memiliki tempat khusus untuk mereka
menyalurkan bakat.
4) Threat (Ancaman)
Ancaman yang kemungkinan terjadi pada aspek amenitas BKB adalah
sebagai berikut:

65
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
a) Pengamen dan pengemis bertindak memaksa jika tidak diberi uang.
Hal ini dapat menganggu kenyamanan pengunjung BKB.
b) Tidak tersedianya tempat parkir, dapat mengakibatkan terjadi
kehilangan motor ataupun helm.

Atraksi

Kawasan Benteng Kuto Besak telah menciptakan atraksi wisata dengan


karakteristik yang dimilikinya yaitu wisata sejarah, budaya, religi, belanja maupun
pada sungainya sendiri. Dalam mendukung atraksi-atraksi wisata tersebut,
pemerintah ataupun masyarakat mengadakan event-event tahunan untuk
melengkapi destinasi wisata, selain itu juga dengan upaya melengkapi dan
memperbaiki fasilitas- fasilitas dan memudahkan aksesibilitas yang dapat
mendukung kawasan wisata.
Menurut Peter Mason (dalam Poerwanto, 2004) mengatakan bahwa
untuk mendukung teori Middleton tentang komponen produk wisata bahwa
komponen produk wisata tetap berdasarkan atas tiga komponen utama yaitu
attraction (daya tarik), fasilitas wisata (amenities) dan aksesibilitas. Karakteristik
permukiman lama dengan arsitektur bangunan tepian air dan alam rawa yang
masih alami, memiliki karakteristik pedesaan seperti ladang dan perkebunan
agrowisata yang dapat menjadi daya tarik tersendiri pada kawasan Benteng Kuto
Besak.
Fasilitas penunjang wisata pada kawasan Benteng Kuto Besak masih
sangat minim sehingga aksesibilitas menuju atraksi masih sangat kurang, baik
akses dari darat maupun dari sungai. Selain itu juga keadaan sungai kurang
terawat akibat pencemaran limbah industri dan banyaknya sampah yang terdapat
di sungai. Pada kawasan Benteng Kuto Besak terdapat atraksi-atraksi wisata yang
menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Benteng Kuto Besak, tidak
hanya dapat memandang keindahan alam Sungai dan Jembatan Ampera. Disana
wisatawan dapat menikmati objek wisata lain seperti wisata sejarah, belanja,
budaya, dll.
Menurut Hari Aprianto (2015) keterhubungan antar objek wisata terhadap
kenyamanan aksesibilitas kawasan wisata dapat memberikan keselarasan dalam

66
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
kawasan. Kenyamanan didapatkan dengan melakukan pengaturan dan pemisahan
jalur sirkulasi yang dilalui kendaraan, penjalan kaki dan transportasi air yang
digunakan oleh pengunjung. Pembentukan pola jalur perjalanan yang membentuk
kenyamanan dengan menempatkan fasilitas-fasilitas yang menarik, serta penanda
kawasan sehingga menarik pengunjung untuk melakukan pergerakan ke obyek
wisata di kawasan sehingga dapat memberikan nyaman bagi wisatawan dalam
melakukan aktifitasnya.
Terdapat banyak sekali potensi-potensi wisata yang ada pada kawasan ini.
Dengan didukung oleh keberadaan objek wisata lainnya seperti sungai dan
jembatan, wisatawan tidak hanya dapat menikmati wisata alam saja, namun juga
dapat menikmati jenis wisata lain yang dapat dikembangkan seperti wisata sungai,
wisata kuliner, wisata belanja, sehingga kawasan ini dapat menciptakan
pengalaman tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.
Dari pemaparan di atas maka hasil analisis SWOT mengenai aspek atraksi
di Benteng Kuto Besak adalah sebagai berikut:
1) Strength (Kekuatan)
Adapun kekuatan yang dimiliki Benteng Kuto Besak pada aspek Atraksi
adalah sebagai berikut:
a) BKB mampu menciptakan karakteristik atraksi wisata tersendiri
seperti wisata sejarah, budaya, religi dan belanja serta sungai.
b) Kegiatan atraksi wisata yang ada di BKB didukung oleh Pemerintah
dan masyarakat sekitar serta pemangku kepentingan lainnya.
c) BKB selalu dipilih sebagai tempat pelaksanaan event-event tahunan,
karena memiliki tempat yang luas.
2) Weakness (Kelemahan)
Dari kekuatan yang dimiliiki, BKB juga memiliki beberapa kelemahan yang
harus segera di atasi agar tidak berkelanjutan. Adapun kelemahan-
kelemahan yang ada di BKB adalah:
a) Atraksi bidar yang selalu ditunggu oleh masyarakat bersifat tahunan,
hanya di adakan dalam satu tahun sekali.

67
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
b) Kegiatan wisata di BKB sehari-hari hanya berfokus pada wisata
kuliner dan pedagang kaki lima. Hal ini menyebabkan sebagian
masyarakat jenuh untuk berkunjung.
3) Opportunity (Peluang)
Dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, maka Benteng Kuto Besak juga
memiliki peluang dalam mengembangkan wisata Kota Palembang. Adapun
Peluang yang dimiliki oleh Benteng Kuto Besak adalah Benteng Kuto
Besak merupakan salah satu objek wisata sejarah di Kota Palembang
dengan memiliki pelataran yang luas. Sebagai wisata sejarah sebaiknya
dalam satu minggu atau satu bulan sekali pihak pengelola BKB
menyediakan pertunjukan film dokumenter mengenai perjuangan
masyarakat Palembang zaman dahulu atau pertunjukan lainnya untuk
pengunjung dan masyarakat sekitar. Selain menambah wawasan sejarah
masyarakat sekitar dan pengunjung lokal, tetapi juga kebanggaan akan
sejarah kejayaan nenek moyang yaitu Kerajaan Sriwijaya.
4) Threat (Ancaman)

Ancaman yang dapat terjadi dalam pengembangan wisata BKB adalah


bencana alam, seperti meluapnya air sungai Musi.

d. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu bagunan yang disediakan secara khusus yang
disediakan secara khusus dan setiap orang yang menginap, makan serta
memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Benteng Kuto
Besak yang terletak di jantung Kota Palembang, dalam pengembangannya
memiliki akomodasi yang sangat mendukung. Selain adanya rumah makan
terapung di sekitar BKB dan Riverside resto sebagai tempat persinggahan
pengunjung untuk memenuhi energi. Hasil pengamatan penulis didapatkan bahwa
Riverside Resto merupakan salah satu tempat makan di Palembang yang cukup
banyak dikunjungi oleh para wisatawan yang datang mengunjungi kota
Palembang. Terletak di tepi Sungai Musi dan tidak jauh dari Jembatan Ampera.
Restoran ini menggunakan sebuah kapal yang sudah tidak dioperasikan lagi yang

68
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
terdapat di tepi Sungai Musi yang dirancang menjadi restoran dengan 2 lantai. Di
luar kapal (di tepi sungai) juga disediakan banyak meja bagi pengunjung yang
ingin makan di luar. Makanan yang disajikan di restoran ini mulai dari sajian khas
Palembang, masakan chinese food dan Eropa. Di Rierside resto selain dapat
menikmati makanannya, pengunjung dapat melihat pemandangan sungai Musi
serta Jembatan Ampera.

Gambar 4.8
Penampakan Riverside Resto pada malam hari
Sumber: Dokumentasi Pribasi, 2021

Sedangkan rumah makan terapung yang berjejer di pinggiran Sungai Musi


samping Jembatan Ampera, menjadi salah satu destinasi wisata. Kuliner dan
kebudayaan Palembang, sebagai nilai jual yang menjadi daya tarik wisatawan.
Seperti halnya riverside resto, rumah makan ini menggunakan kapal yang
ditambatkan di tepi Sungai Musi. Dalam mendukung daya tarik wisata di
Kawasan Sungai Musi Palembang, Pemerintah maupun masyarakat setempat
menggelar event-event untuk melengkapi destinasi wisatawan yang berkunjung ke
Kawasan Benteng Kuto Besak dan juga merupakan usaha dalam memperkenalkan
seni dan budaya Kota Palembang dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada
di kawasan Benteng Kuto Besak tersebut.
Dari pemaparan di atas, analisis SWOT yang dilakukan dalam
pengembangan pariwisata di BKB adalah sebagai berikut:
1) Strength (Kekuatan)
Berikut ini adalah kekuatan yang dimiliki dari aspek akomodasi di Benteng
Kuto Besak:
a) Restoran sebagai tempat makan ada di kawasan BKB, sehingga
pengunjung tidak perlu repot-repot keluar BKB untuk memperoleh
makanan;

69
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
b) Hotel-hotel besar ada di jantung kota, sehingga akan sangat mudah
dijumpai bagi wisatawan luar Palembang;
c) Adanya rumah makan terapung menambah suasana baru untuk
pengunjung dengan makan di atas perahu.
2) Weakness (Kelemahan)
Berikut ini adalah kelemahan yang dimiliki dari aspek akomodasi di Benteng
Kuto Besak Palembang:
a) Hotel besar yang ada di sekitar BKB cukup jauh untuk dijangkau
dengan berjalan kaki.
b) Hotel-hotel kecil di sekitar BKB terlihat kumuh dan kurang terawat;
c) Akses menuju rumah makan terapung masih berupa papan, sehingga
ini dapat mencelakai pengunjung atau wisatawan.
3) Opportunity (Peluang)
Dengan adanya kekuatan dan kelemahan yang ada pada aspek akomodasi
maka, adanya peluang yang ditimbulkan pada aspek akomodasi. Peluang
pada aspek akomodasi adalah pemerintah atau investor membangun hotel
atau motel di sekitar BKB dengan pemandangan BKB dan sungai Musi.
Peluang ini akan membantu pengembangan pariwisata di Benteng Kuto
Besak Palembang.
4) Threat (Ancaman)
Adapun ancaman pada aspek akomodasi dalam pengembangan Benteng
Kuto Besak adalah sebagai berikut:
a) Hotel dan motel yang terlihat kumuh memberikan pandangan negatif
di masyarakat sekitar hotel jika pengunjung memasuki hotel.
b) Lokasi hotel besar yang jauh dijangkau dengan berjalan kaki
menyebabkan ancaman kriminalitas yang mungkin terjadi kepada
pengunjung.
1. Strategi Pengembangan Wisata Benteng Kuto Besak
Analisis IFAS dan EFAS merupakan analisis terhadap berbagai macam
faktor strategis pada lingkungan internal dan ekternal dengan cara memberikan
bobot dan rating pada setiap faktor strategis tersebut. Faktor-faktor strategis
adalah faktor-faktor dominan dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
70
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
yang memberikan dampak terhadap situasi dan kondisi yang ada serta
memberikan manfaat bila dilakukan tindakan positif (Dyson, 2004)
Tabel 4.1. Penghitungan Internal Faktors Analysis Summary (IFAS)
Kekuatan Bobot Rating Bobot Kelemahan Bobot Rating Bobot
x X
Rating Rating
Letak geografis 0,17 5 0,88 Tarif parkiran di 0,2 2 0,4
BKB yang sekitar BKB
berada dianggap terlalu
dijantung kota mahal
Palembang
memudahkan
masyarakat
dalam
mengakses
BKB
Parkiran yang 0,11 4 0,47 Jika menggunakan 0,1 2 0,26
luas membuat angkutan umum,
wisawatan letak
merasa nyaman diturunkannya
dalam penumpang terlalu
memarkirkan jauh dengan pintu
kendaraan. masuk BKB

Aktivitas di 0,17 5 0,88 Padatnya aktivitas 0,06 2 0,13


BKB mayoritas di sekitar BKB
terjadi di sore membuat BKB
dan malam terlihat kumuh
hari, sehingga
4keindahan
dari jembatan
ampere lebih
menarik
Fasilitas yang 0,17 4 0,70 Beberapa fasilitas 0,2 2 0,4
ada di BKB di BKB
sudah lengkap. memungut parkir
liar
BKB selalu di 0,17 4 0,70 Atraksi yang 0,2 1 0,2
pilih sebagai selalu di tunggu
tempat oleh masyarakat
pelaksanaan bersifat tahunan,
event-event hanya di adakan
tahunan, dalam satu tahun
karena sekali.
memiliki
tempat yang
luas
Adanya 0,17 5 0,88 Hotel besar yang 0,2 2 0,4
riverside ada di sekitar BKB
sebagai resto cukup jauh jika
sebagai tempat dijangkau jalan
makan ada di kaki.
kawasan BKB,
sehingga

71
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
pengunjung
tidak perlu
repot-repot
keluar BKB
untuk
memperoleh
makanan

Total 1 27 4,52 Total 1 11 1,4

Tabel 4.2. Penghitungan Eksternal Faktors Analysis Summary (EFAS)


Peluang Bobot Rating Bobot Ancaman Bobot Rating Bobot
x X
Rating Rating
Akses jalan 0,2 4 0,8 Kemacetan yang 0,14 2 0,28
yang luas dan Panjang apabila
terletak di tidak disediakan
tengah jantung jalur khusus
kota sebaiknya pengunjung BKB
diadakan
wahana kereta
mini yang
mengelilingkan
pengunjung ke
beberapa spot
jantung kota
Palembang.
Benteng Kuto 0,1 3 0,4 Terjadinya 0,14 1 0,14
Besak penyempitan ruas
sebaiknya jalan umum jika
menjadikan pemerintah tidak
sungai musi menutup akses
sebagai salah jalan menuju BKB
satu kawasan
30wisata air,
selain
menyediakan
rumah makan
terapung
adanya wisata
air akan
menambah
nilai jual BKB
dimata
pengunjung.
masyarakat 0,2 4 0,6 Kriminalitas 0,21 2 0,42
sekitar semakin tinggi
sebaiknya akibat tingginya
dibekali ilmu aktivitas di BKB
pengetahuan
dan
keterampilan
mengenai
kemajuan
pariwisata,

72
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
sehingga
dengan
kekreatifan
masyarakat
sekitar dapat
menciptakan
cendera mata
khas BKB.
Dengan adanya 0,1 3 0,5 Pengamen dan 0,21 2 0,42
fasilitas- pengemis
fasilitas yang bertindak
ada di sekitar memaksa jika
BKB tidak diberi uang.
sebaiknya Hal ini dapat
pemerintah menganggu
hanya kenyamanan
menyediakan pengunjung BKB.
satu pintu
masuk, hal ini
selain
mempermudah
pengunjung
dalam
mengakses
pengunjung
tidak perlu lagi
membayar
double jika
akan parkir.

wisata sejarah 0,2 3 0,6 bencana alam, 0,14 1 0,14


sebaiknya seperti meluapnya
dalam satu air di sungai musi
minggu atau akan mengancam
satu bulan pengunjung dan
sekali pihak pengelola yang
pengelola BKB melakukan
menyediakan perlombaan bidar.
pertunjukan
film
dokumenter
mengenai
perjuangan
masyarakat
Palembang
zamamn
dahulu atau
pertunjukan
lainnya untuk
pengunjung
dan masyarakat
sekitar
pemerintah 0,1 3 0,4 Hotel dan motel 0,14 2 0,28
atau investor yang terlihat
membangun kumuh
hotel atau memberikan
motel di sekitar pandangan negatif
73
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
BKB dengan di masyarakat
pemandangan sekitar hotel jika
BKB dan pengunjung
sungai musi. memasuki hotel.
Peluang ini
akan
membantu
pengembangan
pariwisata di
Benteng Kuto
Besak
Palembang
Total 1 20 2,93 Total 1 10 1,71

Berdasarkan hasil perhitungan analisis IFAS diketahui bahwa total skor


untuk kekuatan dan kelemahan adalah sebesar 4,52 dan 1,4 diketahui bahwa total
skor kekuatan lebih besar dari total skor kelemahan. Sedangkan hasil perhitungan
analisis EFAS diketahui bahwa total skor untuk peluang dan ancaman adalah
sebesar 2,93 dan 1,71 diketahui bahwa hasil peluang lebih besar dari hasil
perhitungan ancaman.
Sehingga, langkah pertama yang bisa dilakukan dalam merumuskan
strategi pengembangan pariwisata dalam upaya peningkatan jumlah wisatawan
adalah mengindentifikasi kekuatan di internal untuk dioptimalkan lebih lanjut
agar tetap memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi dan mengidentifikasi
sumber-sumber kelemahan. Langkah selanjutnya adalah strategi pengembangan
pariwisata dalam upaya peningkatan jumlah wisatawan adalah mengidentifikasi
peluang di faktor eksternal untuk dioptimalkan dan ancaman dapat dijadikan
sebagai peluang dalam pengembangan wisata BKB.
Berdasarkan hasil analsisi IFAS-EFAS, persamaan berikut digunakan
untuk menentukan faktor X dan Y yang menjadi input dalam matriks strategis
(gambar 4.3 dan gambar 4.4). Persamaannya adalah sebagai berikut:
X = Kekuatan – Kelemahan Y = Peluang – Ancaman
X = 4,52 – 1,4 Y = 2,93 – 1,71
X = 3,12 Y =1,22

74
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Peluang

QIII :Strategi Turn-arround (WO) QI: Strategi Progresif (SO)


X (3,12) Y (1,22)

Kelemahan Kekuatan
2. Internal
Internal
QIV:Strategi Defensif (WT) QII: Strategi Diversifikasi
(ST)

Ancaman

Gambar 4.9 Kuadran IFAS dan EFAS

Berdasarkan hasil perhitungan Kuadran IFAS dan EFAS di atas yang


menghasilkan nilai X sebesar 3,12 dan nilai Y sebesar 1,22 yang berarti berada
pada kuadran satu atau strategi progresif. Hal ini berarti bahwa strategi
pengembangan pariwisata BKB di Kota Palembang memberikan kondisi prima
dan mantap sehingga sangat memungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar perkembangan dan meraih kemajuan secara maksimal dalam
pengembangan pariwisata BKB di Kota Palembang.
Dari kelima aspek yang telah dilakukan analisis SWOT dalam
pengembangan pariwisata di Benteng Kuto Besak, secara umum ditemukan
beberapa faktor penyebab baik faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini
adalah matrik faktor internal dan faktor eksternal objek wisata Benteng Kuto
Besak Palembang.
Tabel 4.3 Matrik Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Objek Wisata Benteng Kuto Besak
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan: Peluang:
a. Letak geografis BKB yang berada dijantung a. Akses jalan yang luas dan terletak di tengah
kota Palembang memudahkan masyarakat jantung kota sebaiknya diadakan wahana kereta
dalam mengakses BKB. mini yang mengelilingkan pengunjung ke
b. Parkir yang luas membuat wisatawan beberapa spot jantung kota Palembang.
merasa nyaman dalam memarkirkan b. Benteng Kuto Besak sebaiknya menjadikan
kendaraan. sungai Musi sebagai salah satu kawasan wisata
75
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
c. Aktivitas di BKB mayoritas terjadi di sore air, selain menyediakan rumah makan terapung
dan malam hari, sehingga keindahan dari adanya wisata air akan menambah nilai jual
jembatan Ampera lebih menarik BKB di mata pengunjung.
d. Fasilitas yang ada di BKB sudah lengkap. c. masyarakat untuk dibekali pengetahuan dan
e. BKB selalu dipilih sebagai tempat keterampilan mengenai pariwisata, sehingga
pelaksanaan event-event tahunan, karena dengan kreativitas masyarakat sekitar dapat
memiliki tempat yang luas menciptakan cindera mata khas BKB.
f. Adanya riverside sebagai resto sebagai d. Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang ada di
tempat makan ada di kawasan BKB, sekitar BKB sebaiknya pemerintah hanya
sehingga pengunjung tidak perlu repot-repot menyediakan satu pintu masuk, hal ini selain
keluar BKB untuk memperoleh makanan mempermudah pengunjung dalam mengakses,
pengunjung tidak perlu lagi membayar dua kali
jika akan parkir.
e. wisata sejarah sebaiknya dalam satu minggu
atau satu bulan sekali pihak pengelola BKB
menyediakan pertunjukan film dokumenter
mengenai perjuangan masyarakat Palembang
zaman dahulu atau pertunjukan lainnya untuk
pengunjung dan masyarakat sekitar
Kelemahan: Ancaman:
a. Tarif parkir di sekitar BKB dianggap terlalu a. Kemacetan yang panjang dapat terjadi apabila
mahal tidak disediakan jalur khusus pengunjung BKB
b. Jika menggunakan angkutan umum, letak b. Terjadinya penyempitan ruas jalan umum jika
diturunkannya penumpang terlalu jauh pemerintah tidak menutup akses jalan menuju
dengan pintu masuk BKB BKB
c. Padatnya aktivitas di sekitar BKB membuat c. Kriminalitas semakin tinggi akibat banyaknya
BKB terlihat kumuh aktivitas di BKB
d. Beberapa fasilitas di BKB memungut parkir d. Pengamen dan pengemis bertindak memaksa
liar jika tidak diberi uang. Hal ini dapat menganggu
e. Atraksi yang selalu di tunggu oleh kenyamanan pengunjung BKB.
masyarakat bersifat tahunan, hanya di e. bencana alam, seperti meluapnya air di sungai
adakan dalam satu tahun sekali. musi akan mengancam pengunjung dan
f. Hotel besar yang ada di sekitar BKB cukup pengelola yang melakukan perlombaan bidar.
jauh jika dijangkau jalan kaki. f. Hotel dan motel yang terlihat kumuh
memberikan pandangan negatif di masyarakat
sekitar hotel jika pengunjung memasuki hotel.

Pembangunan dan Pengembangan wisata Benteng Kuto Besak pada


dasarnya adalah menjadikan BKB sebagai wisata unggulan di Kota Palembang
dan sebagai salah satu wisata yang meningkatkan PAD di sektor pariwisata serta
mendorong pelesatarian dan konservasi lingkungan fisik alam melalui pengolahan
dan pengembangan yang terkontrol. Dari analisis SWOT menghasilkan empat
kemungkinan strategi pengembangan alternatif, yaitu:
a. Strategi SO (Strength and Opportunities), yaitu strategi yang
mengoptimalkan kekuatan (strength) untuk memanfaatkan peluang yang ada
(opportunies), yakni:

76
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
1) Mengelola potensi wisata BKB dengan pemadangan Sungai Musi yang
dimiliki sehingga memberikan panorama alam yang indah, sejuk, dan
masih terlihat alami. Dengan otonomi daerah yang memberikan
kewenangan Pemerintah Kota Palembang dalam mengelola potensi
kawasan BKB.
2) Meningkatkan keamanan di kawasan BKB untuk menjaga kenyamanan
dan menarik minat pengunjung.
3) Pengadaan permainan wisata di pelantaran BKB sehingga mampu
menarik investor.
b. Strategi WO (Weaknesses and Opportunities), yaitu strategi yang
meminimalkan kelemahan (weaknesses) untuk memanfaatkan peluang
(opportunities), ialah:
1) Dengan otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keluasan
pemerintah daerah untuk mempromosikan potensi yang dimiliki
Benteng Kuto Besak.
2) Aksesibilitas yang mudah menuju BKB dapat dicapai dengan
memperbaiki jalan yang rusak dan pelebaran jalan sehingga
meningkatkan jumlah pengunjung.
3) Meningkatnya investasi swasta dapat membantu membangun fasilitas
yang masih kurang memadai dan obyek-obyek yang belum dikelola
secara professional.
4) Banyaknya wisatawan serta peningkatan produk dan atraksi wisata
mendorong peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan obyek
Benteng Kuto Besak.
c. Strategi ST (Strength and Threats), yaitu strategi yang menggunakan
kekuatan (strength) untuk mengatasi ancaman (threats), ialah:
1) Dengan adanya panorama alam yang indah dan suasana obyek wisata
yang memberikan kenyamanan yang dimiliki Benteng Kuto Besak maka
pengunjung tidak akan bosan dalam berkunjung. Sehingga tidak
terpengaruh dengan munculnya obyek wisata baru serta persaingan antar
obyek wisata.

77
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
2) Kondisi keamanan obyek wisata di BKB yang baik membantu obyek
wisata dari pengunjung yang kurang sadar dalam menjaga keindahan.
3) Sumber daya ada sebaiknya dikembangkan secara hati-hati dan
diupayakan agar tidak merusak lingkungan, terutama masyarakat dan
lingkungan sekitar.
d. Strategi WT (Weaknesses and Threats), yaitu strategi yang
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan menghindari ancaman
(threats), ialah:
1) Meningkatkan promosi dan memperbaiki program pengembangan yang
lebih bagus untuk menarik pengunjung sehingga siap untuk menghadapi
persaingan antar obyek wisata.
2) Peningkatan kualitas tenaga kerja professional dalam pengelolaan obyek
wisata BKB sehingga mengurangi kerusakan lingkungan akibat
pengembangan yang tidak terencana.

78
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
hasil-hasil penelitian sebagai berikut:
1. Arahan kebijakan Pemerintah Kota Palembang sudah sesuai dengan arahan
pemerintah pusat yang tertuang dalam Rencana Strategis 2020-2024
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dalam pengembangan
pariwisata Benteng Kuto Besak arahan kebijakan Pemerintah Kota
Palembang berfokus pada sembilan destinasi yang akan dikembangkan
salah satunya BKB, dengan pengembangan tiga strategi yaitu strategi
pengembangan destinasi wisata, strategi pengembangan pemasaran dan
strategi kelembagaan dan sumber daya manusia.
2. Persepsi pelaku pariwisata dalam hal mengembangkan pariwisata BKB
perlu memperhatikan beberapa faktor penghambat dan pendukung yang
akan memudahkan dalam pengembangannya. Dalam pengembangan
pariwisata BKB juga memiliki beberapa faktor yang menjadi penghambat
atau kendala diantaranya, kesadaran masyarakat yang kurang baik dalam
pengembangan pariwisata maupun kesdaran masyarakat akan perda tentang
pariwisata, ketersediaan dana yang terbatas, lokasi geografis obyek wisata.
Menurut sebagian pelaku pariwisata perlu adanya pengembangan destinasi
wisata namun tetap memperhatikan faktor penghambat dan pendukung
pengembangan.
3. Strategi pengembangan dalam mempromosikan pariwisata dilakukan
berdasarkan lima aspek pendukung yakni aksesibilitas, atraksi, akomodasi,
amenitas dan aktivitas pengunjung, pengelola, masyarakat sekitar dan
kebijakan pemerintah. Dengan mengelola destinasi pariwisata dan
mengembangkan daya tarik yang ada di kawasan wisata BKB,
mengembangkan potensi yang ada di kawasan BKB, meningkatkan
keamanan di kawasan wisata BKB, meningkatkan investasi investor dalam
pengembangan pariwisata, memperbaiki promosi yang bersifat digital agar
79
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
mempermudah masyarakat mengenal objek wisata terbaru di BKB dan lebih
menarik minat untuk berkunjung ke BKB.
5.2 Saran
1. Kebijakan Pemerintah Kota Palembang
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang sebaiknya lebih
mengutamakan pengelolaan dan pengembangan pada Benteng Kuto
Besak mengingat bahwa BKB merupakan salah satu destinasi wisata
yang sangat potensial, sehingga dapat membantu dalam meningkatkan
pengembangan wisata di Kota Palembang. Dinas kebudayaan dan
Pariwisata dan masyarakat juga perlu meningkatkan lagi fasilitas-fasilitas
destinasi wisata yang belum sempat dikembangkan, sehingga dapat
mendongkrak peningkatan jumlah pengunjung, menciptakan aplikasi
mengenai tempat wisata di Kota Palembang agar wisatawan daerah lain
maupun mancanegara menjadi mudah untuk berwisata di Kota Palembang
dengan adanya aplikasi-aplikasi penunjang pariwisata.
Dalam penyusunan RIPPDA sebaiknya pemerintah Kota Palembang
lebih memperhatikan strategi-strategi yang ada dalam Renstra
Kemempekraf 2019-2024 tidak hanya tiga strategi yang digunakan. Hal ini
agar strategi meningkatkan kreativitas masyarakat dapat memberikan
kontribusi di lapangan dan strategi yang telah dirancang oleh pemerintah
pusat sejalan dengan rencana pemerintah daerah. Dengan adanya strategi
dalam meningkatkan ekonomi kreatif, masyarakat kota Palembang dapat
mengembangkan sumber daya alam yang lebih luas lagi dengan
menciptakan produk-produk baru.

2. Bagi Pelaku Pariwisata di Benteng Kuto Besak


Dalam pengembangan pariwisata BKB, pelaku pariwisata sangat
berperan penting. Sebaiknya pelaku pariwisata di BKB mulai menyadari
bahwa pentingnya pariwisata di masa yang akan datang, sehingga mampu
lebih mengembangkan diri sendiri. Dengan menambah wawasan mengenai
kemajuan wisata saat ini dan masa yang yang akan datang, kesadaran akan
80
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
kebersihan lingkungan wisata juga perlu ada dalam diri pelaku wisata.
Masyarakat sekitar sebaiknya mulai mengembangkan kekreatifan diri, agar
mampu menciptakan produk wisata yang baru dan berinovasi. Sedangkan
pengunjung terutama pengunjung lokal sebaiknya mampu bekerja sama
dengan pemerintah dan pihak pengelola untuk berkontribusi dalam
mengembangkan pariwisata daerah dengan tetap mengunjungi objek-objek
wisata, khususnya objek wisata sejarah seperti BKB. Agar pengembangan
menjadi lebih maksimal sebaiknya bekerja sama dengan bagian IT yang
dapay menyediakan media promodi yang lebih menarik dan dapat bekerja
sama dengan stakeholder agar lebih diperkuat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dijadikan sebagai referensi maupu kajian lanjutan yang
berkaitan dengan strategi pengembangan pariwisata daerah sehingga dapat
menyempurnakan hasil penelitian yang sudah penulis teliti. Sebaiknya jenis
wawancara yang digunakan berupa wawancara yang terstruktur agar
penelitian yang akan dilakukan mendapatkan informasi yang lebih dalam
lagi. Responden yang digunakan juga sebaiknya lebih banyak dari penelitian
ini, agar jawaban lebih bervariasi dan lebih mendapatkan informasi yang
dalam.
5.3 Implikasi Penelitian
1. Pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism adalah pariwisata yang
dikelola mengacu pada peningkatan kesejahteraan, perekonomian dan
kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
perkembangan wisata Benteng Kuto Besak berpengaruh terhadap pariwisata
berkelanjutan yang mengacu pada peningkatan kesejahteraan, perekonomian
dan kesehatan masyarakat. Hal ini mengandung implikasi agar kedepannya
pemerintah, pihak pengelola dan masyarakat sekitar lebih meningkatkan
kualitas wisata BKB sehingga tujuan dalam mengembangkan wisata BKB
tercapai.
2. Aksesibilitas, atraksi, aktivitas, amenitas dan akomodasi adalah komponen
yang harus dimiliki suatu objek wisata agar memenuhi keriteria yang
memadai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima aspek tersebut
81
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata. Hal ini mengandung
implikasi agar kedepannya pemerintah memenuhi dan melengkapi serta
memperbaiki kelengkapan yang dimiliki oleh kelima aspek tersebut maka
pengembangan wisata BKB akan tercapai sesuai dengan harapan semua
orang.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiaih, namun demikian penelitian ini masih memiliki keterbatasan yaitu:
1. Waktu yang terbatas
2. Aspek-aspek pendukung pariwisata yang digunakan dalam penelitian ini
hanya terdiri dari 5 aspek yaitu: Aksesibilitas, Aktivitas, Atraksi,
Akomodasi dan Amenitas. Sedangkan masih banyak aspek lain yang dapat
dijadikan sebagai pendukung pariwisata.
3. Responden yang digunakan masih kurang banyak
4. Wawancara yang dilakukan masih tidak terstuktur.

82
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
DAFTAR PUSTAKA

Ardika, I Wayan. (2007). Pariwisata Denpasar: Bali: Budaya Pustaka


Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta

Barreto dan Giantari. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan
Dari Teori Ke Praktik. Jakarta. PT Grafindo Persada

Brown dan Stange. (2015). Tourism Destination Management. Washington

Buckley. (2012). Surf Tourism and Sustainable Development in Indo-Pacific


Islands. Journal of Sustainable Tourism Vol. 10 No.5

Coridotul Bahiya, 2018. Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata di Pantai


Duta Kabupaten Probolinggo. Jurnal

Copper., Jhonason., Gracia. 2000. Improving Safety Culture: A Partical


Guide. London

Dayansyah. (2014). Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten


Tanggerang. Jurnal Administrasi Publik, Vol. 2 No. 3

Hadiwijoyo, S. S. (2012). Perencanaan Pariwisata Perdesaan berbasis


Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hugo,I.A., Alam, S,. dan Rahmatullah. (2014). Strategi Pengembangan


Pariwisata di Tana Toraja.

Inskeep, E. (2011). Guide for Local Authorities on Developing Sustainable


Tourism. Word Tourism Organization, New York

Irawan, A. (2010). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty

Jumarli. (2021, Mei 09). Personal Interview

Kusumayadi dan Sugiarto. (2000). Metodologi Penelitian dalam Bidang


Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Nainggolan dan Kampana. (2015). Pengembangan Sistem Agribisnis dalam


Rangka Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal: Univ. Andalas

Mill, R. (2000). Tourism the International Bussines. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Miller., Rathouse., Scarles. (2010). Pertimbangan dalam Membeli Produk Barang


maupun Jasa. Jakarta: Intidayu Press

83
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Mujadi. (2009). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media

Mukhsin, D. (2016). Strategi Pengembangan kawasan Pariwisata Gunung


Galunggung. Jurnal: UNISBA

Mulyatiningsih. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.


Yogyakarta: Alfabeta

Musfiqon. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi


Pustakaraya

Picard, M. (200)6. Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata Bali. Jakarta-Paris:


KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Rangkuti, F. (2016). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama

Sari, D.K. (2011). Pengembangan Pariwisata Obyek Wisata Pantai Sigandu


Kabupaten Belitung. Semarang: Undip

Sastrayuda., Gumilar, S. (2010). Konsep Pengembangan Kawasan Agrowisata.


Universitas Andalas

Sefira,. Devina,. Dika. (2017). Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata


Daerah. Jurnal Ekonomi; UMY

Sefira,.Mardiyono,. Riyanto. (2011). Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata


Daerah. Jurnal Administrasi Publik. Vol. 1 No. 4. Universitas Brawijaya;
Malang

Sudarmaji & Hasan. (2017). Strategi Pengembangan Keterkaitan Kebun Inti


Plasma dengan Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit pada Perkebunan PT.
Kurnia Luwuk Sejati Banggai Sulawesi Tengah. Jurnal Galung Tropika

Soebagyo. (2012). Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Jurnal


Penelitian Liquidity Vol. 1 No. 2

Spillane. (2015). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI

Sugiama. (2013). Manajemen Aset Pariwisata: Pelayanan Berkualitas agar


wisatawan puas dan Loyal. Bandung: Guardaya Intimarta

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian dan Statistika. Yogyakarta: Alfabeta

Sujali. (2009). Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Yogyakarta: Fakultas


Geografi UGM
84
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Suwantoro. (2017). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi

Taylor dan Francis. (2013). Auditor Brand Name and Reputation and Industry
Specialization. Journal of Accounting and Economic vol. 20, pp. 297-322.

Tityas, I. (2019). Pengembangan Desa Wisata Edelweiss di Desa Wonokitri


Kecamatan Tosari Kabupaten Gunung Pananjakan Tanaman Nasional
Bromo Tengger Semeru. Journal of Forest Scine Avicennia. Vol. 2 No. 1

Yoeti, A. (2002). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa 2002

Yoeti, A. (2008). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradta,


Pramitha

Yoeti. (2012). Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradya Paramita

85
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Anda mungkin juga menyukai