Anda di halaman 1dari 12

Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 21, No.

1, Maret 2019: 22 - 33
ISSN 1411 - 0903 : eISSN: 2443-2660

MODEL SINERGI UNSUR PENTAHELIKS PARIWISATA DALAM PENGELOLAAN


DESTINASI WISATA KOTA PAREPARE DAN KABUPATEN BONE

Ilham Junaid
Manajemen Pariwisata, Politeknik Pariwisata Makassar
E-mail: illank77@yahoo.co.id

ABSTRAK. Menteri Pariwisata Republik Indonesia menggunakan istilah pentaheliks pariwisata yang terdiri dari academics, business,
government, community, media (ABGCM) untuk mendorong keterlibatan stakeholder dalam program pengembangan destinasi wisata.
Namun, belum terdapat data empiris mengenai bagaimana sinergi yang terbangun antara unsur pentaheliks pariwisata di Sulawesi
Selatan. Karena itu, dibutuhkan model sinergi yang dapat menjadi panduan dalam mengelola potensi pariwisata daerah dalam menunjang
tercapainya destinasi unggulan. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi kondisi faktual sinergi yang terbangun dan faktor-faktor
yang menghambat sinergi unsur pentaheliks pariwisata; 2) mengusulkan model yang dapat diterapkan dalam pengelolaan destinasi
wisata dalam perspektif sinergi pentaheliks pariwisata. Penelitian dilaksanakan di Kota Parepare dan Kabupaten Bone, Provinsi
Sulawesi Selatan pada 2017 dengan metode pengumpulan data kualitatif melalui wawancara dan participant observation. Penelitian
ini memanfaatkan konsep stakeholder dalam menganalisis data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinergi pentaheliks
pariwisata telah terbangun meskipun program kerja bidang pariwisata lebih didominasi oleh pemerintah daerah. Keterlibatan pentaheliks
pariwisata sangat dibutuhkan untuk mendukung program pengembangan pariwisata daerah. Faktor-faktor seperti implementasi otonomi
daerah, kurangnya pemahaman teknologi dan pariwisata oleh beberapa pentaheliks pariwisata serta lemahnya upaya kreatif dan inovatif
di bidang pariwisata menjadi tantangan dalam pengelolaan destinasi wisata. Penelitian ini merekomendasikan tiga model manajemen
destinasi wisata yakni implementasi tata kelola destinasi wisata (DMO) model pemerintah, model kawasan pariwisata percontohan dan
strategi atau model go digital.

Kata kunci: Kota Parepare; Kabupaten Bone; sinergi; pentaheliks pariwisata; manajemen destinasi

MODELS OF SINERGY FOR DESTINATION MANAGEMENT:


A STUDY AT PAREPARE CITY AND BONE REGENCY

ABSTRACT. The Minister of Tourism, Republic of Indonesia uses the term ‘pentaheliks of tourism’ (academics, business, government,
community and media) to encourage the involvement of stakeholders in tourism. However, there is not any empirical data on the synergy
among the tourism stakeholders in South Sulawesi Province, Indonesia. Hence, model of synergy is required to strengthen relationship
among the stakeholders and to support the management of tourism resources for superior tourism destination. The aims of this research
are 1) to identify the actual condition of synergy among the ‘pentaheliks pariwisata’and factors that constraint the synergy; 2) recommend
models that may be implemented in the management of tourism destination under the framework of stakeholder synergy. This research
employed qualitative methods through interviews, participant observation which was done in 2017 in Parepare city and Bone regency.
This research utilises the concept of stakeholders in examining the conduct of tourism in the research area. The research reveals that
synergy among the ‘pentaheliks of tourism’ has been implemented although the tourism programs are mostly managed by the local
board of tourism. Efforts have been done by tourism pentaheliks, however, factors such as the implementation of regional autonomy,
lack of understanding on tourism and information technology as well as lack of innovative efforts by the staff at the local board of
tourism potentially constraint the development of tourism destination. This paper recommends three models for destination management
including the implementation of destination management organisation on the government-based approach, tourism zone as a model of
tourism attraction and go digital approach.

Key words: Parepare city; Bone regency; synergy; pentaheliks; destination management

PENDAHULUAN berbagai unsur sehingga dibutuhkan sinergi antara


berbagai kelompok masyarakat yang ada di suatu wilayah
Pemerintah Republik Indonesia melalui Kemen- geografis atau destinasi wisata. Menteri Pariwisata
terian Pariwisata menjadikan pariwisata sebagai salah Republik Indonesia menekankan pentingnya target
satu sektor utama pengembangan nasional melalui target pariwisata dalam lima tahun ke depan yakni kenaikan
kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019. dua kali lipat dengan kontribusi PDB nasional sebesar
Pariwisata menjadi sektor unggulan yang diharapkan 8% dengan devisa sebesar Rp. 280 triliun. Kunjungan
diikuti oleh pemerintah di daerah di seluruh wilayah wisatawan yang meningkat sebagaimana yang ditargetkan
Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia memiliki potensi tersebut diharapkan mampu mendorong ketersediaan
pariwisata yang diharapkan mampu memberikan manfaat lapangan kerja bidang pariwisata sebanyak 13 juta orang.
positif bagi masyarakat melalui kegiatan pariwisata. Hal ini dimaknai sebagai pentingnya melibatkan berbagai
Target pemerintah tersebut tidak hanya menjadi unsur yang ada untuk membantu tercapainya sasaran
tugas sekelompok anggota masyarakat, tetapi melibatkan pengembangan pariwisata nasional.

DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v21i1.17016
Menyerahkan: 08 Juni 2018, Diterima: 08 Agustus 2017, Terbit: 04 Maret 2019
Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018 23

Untuk mencapai tujuan tersebut, Menteri setiap unsur pentaheliks pariwisata untuk terlibat dalam
Pariwisata menggunakan istilah Pentaheliks pariwisata mengoptimalkan potensi daerah untuk dikembangkan
yang terdiri dari akademisi (Academics), pelaku bisnis sebagai aset wisata. Penelitian ini memandang bahwa
(Business), pemerintah (Government), komunitas atau sinergitas pentaheliks dapat menjadi data empiris
masyarakat (Community) dan Media yang disingkat mengenai kerjasama yang terbangun antara berbagai
dengan ABGCM. Pentaheliks merupakan bagian dari unsur pentaheliks. Tujuan penelitian ini adalah 1) meng-
pemangku kepentingan (stakeholder) atau mereka identifikasi kondisi faktual sinergi yang terbangun
yang terkait dalam mengembangkan pariwisata dan faktor-faktor yang menghambat sinergi unsur
daerah. Pentaheliks pariwisata tersebut dipandang pentaheliks pariwisata dalam pengelolaan destinasi wisata
memiliki pengaruh dan peran dalam meningkatkan dan pengembangan pariwisata daerah; 2) menguraikan
jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia. Dengan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh unsur penta-
kata lain, unsur-unsur pentaheliks pariwisata tersebut heliks dalam mengembangkan potensi pariwisata daerah.
diharapkan memperkuat sinergi untuk mendorong Langkah-langkah ini berkaitan dengan model sinergi
program pemerintah pusat melalui pengelolaan pentaheliks pariwisata dalam rangka manajemen destinasi
(manajemen) destinasi wisata. wisata di Provinsi Sulawesi Selatan khususnya di Kota
Namun demikian, peran unsur pentaheliks dalam Parepare dan Kab. Bone.
mempersiapkan sumber daya manusia bidang pariwisata Sinergi dalam kepariwisataan adalah hal penting
dan mendukung pengembangan pariwisata masih dalam mengembangkan potensi pariwisata suatu destinasi.
menyisakan pertanyaan. Idealnya, kebijakan pemerintah Model sinergi menjadi suatu kebutuhan untuk menuntun
yang menyangkut sinergitas unsur pentaheliks dalam stakeholder pariwisata dalam membangun destinasi.
pengelolaan destinasi wisata khususnya yang berkaitan Sinergi di Sulawesi Selatan perlu dibangun dengan dua
dengan pengembangan pariwisata daerah harusnya alasan utama, pertama pemerintah daerah memerlukan
diimplementasikan di tingkat kabupaten/kota. Kenya- petunjuk bagaimana mengelola potensi daerah tanpa
taannya, unsur pentaheliks nampaknya belum membangun mengabaikan kepentingan dan harapan para stakeholder
sinergi. Di Provinsi Sulawesi Selatan misalnya, pemerintah pariwisata. Kedua, pemerintah daerah perlu melibatkan
daerah telah menjadikan pariwisata sebagai sektor utama para stakeholder dalam mengembangkan potensi pari-
pengembangan potensi daerah. Namun, sinergi dari wisata daerah. Rumusan masalah penelitian ini adalah 1)
berbagai elemen atau unsur tidak menjadi prioritas utama. bagaimana kondisi factual sinergi stakeholder pariwisata
Program kepariwisataan cenderung direncanakan dan di Provinsi Sulawesi Selatan? 2) bagaimana model sinergi
dijalankan oleh pemerintah serta pelaku usaha pariwisata unsure pentaheliks pariwisata dalam mengembangkan
yang berjalan secara sendiri-sendiri. Sinergitas pentaheliks potensi pariwisata daerah.
di daerah nampaknya perlu diidentifikasi khususnya Sinergi atau sinergitas adalah dua istilah yang
karena keberadaan mereka di tingkat daerah dihalangi memiliki makna yang sama, yang berarti kombinasi
oleh keterbatasan informasi dan keterlibatan stakeholder atau keterpaduan dari berbagai unsur (misalnya unsur
yang belum maksimal. pemangku kepentingan) untuk menghasilkan sesuatu
Pengembangan pariwisata suatu destinasi perlu yang positif. Dalam pengembangan suatu destinasi, sinergi
melibatkan berbagai elemen atau kelompok masyarakat dapat diartikan sebagai keterpaduan berbagai elemen atau
yang ada di suatu destinasi (Cooper dan Hall, 2008:149; kelompok masyarakat untuk menghasilkan keluaran
Currie, Seaton dan Wesley, 2009: 47; Haugland, et al. (output) yang lebih besar. Pemahaman akan tugas dan
2011: 269). Pengelolaan daya tarik wisata misalnya, tanggung jawab masing-masing perlu diwujudkan dengan
tidak dapat dikembangkan jika hanya dikelola oleh satu kerja nyata setiap unsur yang terlibat. Sinergi dapat juga
kelompok masyarakat saja. Dalam hal ini, diperlukan diartikan sebagai upaya mencapai sasaran usaha atau
kerjasama yang aktif dan efektif dari berbagai elemen organisasi dalam memenangkan persaingan dengan
masyarakat mengingat potensi alam dan budaya yang prinsip kebersamaan (togetherness). Sinergi berkaitan
dikelola sebagai aset wisata tergantung kerjasama yang juga dengan istilah kolaborasi atau kemitraan. Dengan
baik dari stakeholder tersebut (Byrd, 2007: 6; Getz dan demikian, sinergi, kolaborasi ataupun kemitraan dapat
Timur, 2005:235; Jamal dan Stronza, 2009: 169; Kayat, menjadi wadah untuk mencapai tujuan suatu organisasi
2008: 95; Presenza dan Cipollina, 2010: 18). (Jamal dan Getz, 1995).
Kenyataannya, belum terdapat data empiris yang Pentaheliks adalah kolaborasi lima unsur pemangku
menjelaskan hubungan atau sinergitas yang terbangun kepentingan (stakeholder) pariwisata di destinasi wisata.
antara berbagai kelompok masyarakat dalam konteks Stakeholder memegang peranan penting dalam pengem-
pentaheliks pariwisata khususnya di Sulawesi Selatan. bangan suatu destinasi wisata (Bramwell dan Lane, 2000:4;
Kerjasama antara masyarakat dan pemerintah mungkin Esu dan Ebitu, 2010: 24). Mereka yang dikategorikan
saja terbangun secara informal di destinasi wisata, namun sebagai stakeholder dapat berasal dari elemen masyarakat.
keterkaitan kelima elemen pentaheliks tersebut perlu Kelompok masyarakat ini dapat berupa mereka yang
dikaji. Kerjasama yang dimaksud adalah kemampuan duduk di pemerintahan, organisasi swasta, industri
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
24 Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018

pariwisata, dan masyarakat. Menurut Tuohino dan Konu dan pengetahuan yang dimiliki oleh unsur pentaheliks
(2014: 204), stakeholder dapat dikategorikan sebagai pariwisata menjadi data atau informasi penting dalam
anggota masyarakat dari kelompok pemerintahan, kantor manajemen destinasi wisata melalui pendekatan sinergitas.
atau organisasi pemerintah, pihak swasta dan masyarakat Uraian yang dihasilkan oleh penelitian kualitatif
ataupun publik serta lembaga pendidikan yang di memungkinkan peneliti mampu menjawab masalah pene-
dalamnya terdapat kelompok akademisi yang melakukan litian yang telah dirumuskan. Eksplanasi hasil penelitian
penelitian (research) untuk kepentingan berbagai merupakan proses ilmiah yang dilakukan peneliti dengan
kelompok masyarakat. memahami atau menelaah proses dan makna dari
Teori atau konsep stakeholder memandang atau data yang diperoleh peneliti (Flick, et al. 2004; Hatch,
memfokuskan pentingnya hubungan antara sesama 2002:151). Belsky (2004:273) berpendapat bahwa dalam
kelompok stakeholder dalam pengelolaan daya tarik wisata penelitian kualitatif, peneliti dapat melihat atau mengamati
atau destinasi wisata (Tuohina dan Konu, 2014: 204). kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata serta
Stakeholder adalah mereka yang memiliki ketertarikan makna yang ada dalam proses komunikasi antara peneliti
(interest) terhadap pengembangan pariwisata suatu dan subjek peneliti. Sinergitas pentaheliks dapat dipahami
daerah. Stakeholder juga dapat diartikan sebagai mereka secara kritis melalui pendekatan kualitatif.
yang mendapatkan dampak (effect) dari pelaksanaan suatu Penelitian ini memanfaatkan data primer dan
kebijakan kepariwisataan dalam suatu lingkup daerah sekunder. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
wisata atau destinasi wisata. (interview) dan observasi partisipatori (participant
Kolaborasi atau kemitraan telah menjadi salah satu observation) merupakan data primer penelitian ini. Selan-
strategi dalam melibatkan berbagai kelompok masyarakat jutnya, data sekunder adalah dokumen atau arsip baik
dalam kegiatan kepariwisataan. Shaw (2007:190) yang diterbitkan oleh pemerintah maupun swasta serta
memberi contoh bagaimana kolaborasi dan kemitraan publikasi ilmiah yang berkaitan dengan topik penelitian.
antara pemerintah, masyarakat (khususnya kelompok Informasi yang diperoleh dari website atau internet juga
minoritas) dan pengusaha bidang pariwisata (business) menjadi bahan penting dalam penulisan hasil penelitian.
bekerja bersama membangun pariwisata di Inggris Penulis telah mendapatkan informasi atau data
dan Kanada. Menurut Shaw, pelaksanaan festival dan penelitian melalui wawacara kepada 11 (sebelas) infor-
pembuatan perkampungan kelompok masyarakat dilak- man yang terdiri dari 6 (enam) orang di kabupaten Bone
sanakan melalui keterlibatan berbagai elemen masyarakat. dan 5 (lima) orang di kota Parepare. Mereka yang terlibat
Gambaran kajian teoretis penelitian ini dapat dilihat pada dalam wawancara penelitian ini adalah kalangan atau
Gambar 1. kelompok masyarakat dari pemerintahan, sektor swasta
atau industri pariwisata dan kalangan akademisi di
SINERGI: PENTAHELIKS perguruan tingggi. Participant observation ini dilakukan
keterpaduan (ACADEMICS, BUSINESS, dengan berkunjung ke lokasi penelitian dan berperan
berbagai unsur, GOVERNMENT,
kegiatan gabungan COMMUNITY, MEDIA) sebagai wisatawan. Participant observation ini bertujuan
untuk mengidentifikasi dan mengetahui secara langsung
STAKEHOLDER kondisi faktual khususnya yang menyangkut senergitas
pentaheliks. Penentuan informan dalam wawancara
memanfaatkan teknik purposive sampling mengingat
COLLABORATION
informan diharapkan dapat memberikan informasi sesuai
PENGEMBANGAN
DESTINASI
konteks penelitian (Altinay dan Paraskevas, 2008:101).
KEMITRAAN
WISATA Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menerapkan
prinsip analisis data kualitatif yang terdiri dari fase
Sumber: Penulis, 2017 reduksi data, pengorganisasian dan interpretasi dengan
melihat tema-tema (thematic) yang muncul (Arikunto,
Gambar 1. Gambaran Kajian Teoretis Penelitian
2002; Babbie, 2007:375; Ritchie, Spenzer dan William,
METODE 2003:220).
 
Penelitian ini menerapkan metodologi kualitatif HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam melihat realitas yang ada di lokasi penelitian (Kota
Parepare dan Kabupaten Bone). Menurut Flick (2007: Gambaran pariwisata dan kondisi faktual sinergi
ix), penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami, pentaheliks pariwisata
menguraikan dan menjelaskan fenomena sosial suatu Pemerintah Kota Parepare (melalui Kepala Dinas,
wilayah geografis. Penelitian ini mengkaji sinergi yang Bapak Ir. Syukur Razak, M.Si.) berupaya mengembangkan
terbangun antar unsur pentaheliks yang ada di destinasi Kota Parepare sebagai destinasi utama di provinsi Sulawesi
wisata dengan menganalisis informasi yang diperoleh Selatan. Bapak Iqbal (staf pada bagian pariwisata)
melalui pengumpulan data penelitian. Pengalaman mengemukakan bahwa Pemerintah daerah melalui peran
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018 25

Dinas Olahraga, Pemuda dan Pariwisata melaksanakan dibatasi oleh kabupaten Wajo di bagian utara, kabupaten
berbagai kegiatan atau event yang berkaitan dengan Maros di bagian barat, kabupaten Sinjai di bagian
olahraga, kepemudaan dan kepariwisataan. Berbagai selatan dan teluk Bone di bagian timur. Lokasi strategis
event dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah kabupaten Bone dapat dilihat dari posisinya sebagai
tersebut. Secara khusus, pemerintah merencanakan dan lokasi perdagangan barang dan jasa yang memungkinkan
menjalankan event atau festival kedaerahan yakni festival para pedagang di wilayah Indonesia dan Sulawesi secara
Mallipa yang pelaksanaannya sekitar Maret. Festival khusus bertemu dan melakukan transaksi perdagangan.
Lovely Habibie-Ainun menjadi ikon utama daerah ini Ibukota Kabupaten Bone adalah Watampone, pusat
dengan menjadikan ikon cinta sejati Habibie-Ainun aktifitas masyarakat baik dari segi perdagangan maupun
sebagai tagline utama daerah. dari segi layanan jasa.
Kabupaten Bone dikenal dengan budaya atau adat
istiadat Bugis yang masih dipertahankan. Jika pengunjung
atau wisatawan berkunjung ke kabupaten Bone, maka
pengunjung akan disuguhkan kalimat penyambutan
dengan “Bone Beradat”, suatu simbol yang mengisyaratkan
bahwa Bone menjadi eksis karena kebudayaan yang
masih dilestarikan. Pemerintah Kabupaten Bone melalui
peran dan kedudukan Dinas Pariwisata ber-upaya
mengoptimalkan atau mengembangkan sektor pari-
wisata sebagai salah satu sektor unggulan pemerintah
daerah. Pemerintah daerah berupaya mengoptimalkan
Sumber: Penulis, 2017 pengembangan tiga daya tarik wisata utama daerah, yakni
Gambar 2. Patung Habibie-Ainun di Kota Parepare daya tarik wisata Tanjung Pallete dan daya tarik wisata
Lanca dan Gua Mampu.
Penyelenggaraan festival atau pemilihan duta Tanjung Pallette menjadi semakin menarik untuk
pariwisata menjadi aktifitas utama daerah ini yang dilak- dikunjungi oleh wisatawan karena pemerintah bersama
sanakan setiap tahun. Periode pelaksanaan kegiatan masyarakat membenahi eksistensi daya tarik wisata tersebut.
ini adalah antara pada April hingga Mei setiap tahun. Selain menawarkan daya tarik wisata alam Tanjung Pallette
Pemilihan duta pariwisata ini menjadi salah satu event dengan pemandangan yang indah, pengunjung juga dapat
utama mengingat masyarakat secara langsung akan merasakan aktifitas budaya berupa pembelajaran Bahasa
terlibat, baik sebagai peserta maupun sebagai pelaksana Inggris yang dirangkaikan dengan pembelajaran sejarah
kegiatan. Destinasi Parepare telah memiliki dan mengelola dan budaya Bone. Selain itu, Goa Mampu menjadi pilihan
daya tarik wisata, baik yang dikelola langsung oleh pengunjung jika ingin merasakan suasana eksplorasi alam
pemerintah daerah maupun oleh masyarakat setempat. dengan nuansa cerita mitos mengenai Goa Mampu tersebut.
Kebun Raya Jompie adalah contoh daya tarik wisata alam Ketika melakukan kunjungan, penulis mendapat penjelasan
(juga merupakan buatan) yang dikelola secara bersama mengenai bebatuan yang memiliki bentuk dan memberikan
oleh pemerintah pusat dan Dinas Pariwisata di tingkat kisah yang didasarkan oleh pemandu setempat.
daerah. oleh pemerintah daerah. Salah satu kelompok stakeholder yang ada di
Alam kota Parepare juga menawarkan daya tarik kabupaten Bone adalah kalangan atau kelompok media
wisata alam lainnya, misalnya pantai Mattirotasi dan pantai di mana penduduk memanfaatkannya sebagai salah satu
Lumpue yang berlokasi tidak jauh dari kota Parepare. Bagi sektor untuk mendapatkan manfaat ekonomis. Media
wisatawan yang mengharapkan aktifitas berenang di pantai, harian Tribun Bone dan Radar Bone adalah contoh media
maka pantai Lumpue menjadi pilihan. Pantai ini banyak yang saat ini memberikan peluang ke masyarakatnya
dikunjungi oleh masyarakat dan wisatawan yang ingin untuk mengelola dan memberikan informasi ke publik
memanfaatkan alam pantai untuk berenang. Pengelolaan dalam bentuk media cetak. Radio juga menjadi media
pantai ini umumnya masih dikelola masyarakat dengan utama daerah dengan berbagai kelompok radio khususnya
peran pemerintah yang masih terbatas. Masyarakat yang cabang dari radio Republik Indonesia (RRI). Media televisi
tinggal di sekitar pantai Lumpue memanfaatkan kunjungan lokal juga telah berjalan dengan ciri khas kedaerahan selain
masyarakat dan wisatawan untuk mencari keuntungan media televisi nasional sebagai bagian tak terpisahkan dari
ekonomis, misalnya berjualan, menyewakan gazebo, pemberian informasi ke khalayak publik.
memungut parkir dari kendaraan pengunjung serta menjual Industri pariwisata telah mulai berkembang di Kabu-
makanan dan minuman. Bagi masyarakat setempat, mereka paten Bone. Industri akomodasi misalnya, nampaknya
memiliki kewenangan untuk mengelola pantai tersebut mulai berkembang dengan semakin banyaknya jumlah
karena mereka telah mendiami wilayah tersebut. tamu yang mengisi akomodasi yang ada di kabupaten
Kabupaten Bone sebagai daerah otonom dikenal Bone. Usaha cafe atau restoran adalah industri atau usaha
sebagai wilayah yang juga sangat strategis, lokasi yang pariwisata yang banyak mengalami peningkatan dalam
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
26 Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018

hal jumlah. Ketika melakukan eksplorasi, penulis melihat Selatan untuk mengelola dan mengembangkan potensi
jumlah kafe di pinggiran jalan di kota Watampone. Hal pariwisata daerah. Kemitraan dan kerjasama yang
ini menjadi angin segar bagi destinasi Bone bahwa dibangun antara Dinas Pariwisata dengan institusi
kehadiran cafe tersebut memberikan kesempatan kepada pendidikan tinggi bidang pariwisata adalah bukti
masyarakatnya untuk bekerja di sektor jasa, salah satunya bahwa para akademisi telah menjalankan langkah
melalui usaha makan dan minum. Resto cafe yang ber- pembimbingan kepariwisataan ke masyarakat di Kota
lokasi di Jalan Jenderal Sudirman adalah contoh cafe yang Parepare. Selain itu, kegiatan sosialisasi kepariwisataan
banyak dikunjungi oleh pengunjung. serta aktifitas akademik lain yang dilaksanakan institusi
pendidikan tinggi yang berasal dari Kota Makassar
menjadi salah satu indikasi adanya peran dan fungsi
akademisi dalam mengembangkan potensi daerah baik
yang berkaitan dengan kepariwisataan maupun bidang
lain yang diperuntukkan untuk pengembangan potensi
kewilayahan demi kepentingan masyarakat.
Di Kabupaten Bone, eksistensi akademisi di
tingkat daerah telah mulai dilirik pemerintah daerah.
Pengelolaan Tanjung Pallette sebagai kawasan wisata
misalnya, telah melibatkan kelompok atau individu dari
Sumber: Penulis, 2017 perguruan tinggi daerah untuk terlibat dalam mengelola
dan memaksimalkan program pemerintah daerah melalui
Gambar 3. Tanjung Pallette di Kabupaten Bone
aktifitas bahasa dan kepariwisataan. Sinergi antara
Kota Parepare dan Kabupaten Bone Provinsi pemerintah daerah dan akademisi di daerah ini ditun-
Sulawesi Selatan telah memiliki kelima unsur pentaheliks jukkan dengan peran alumni perguruan tinggi dalam
pariwisata daerah yang terdiri dari akademisi (academics), menjalankan program yang difasilitasi oleh pemerintah
pengusaha (business), pemerintah daerah melalui Dinas daerah (Dinas Pariwisata) dengan sasaran utama generasi
Pariwisata Daerah (government), masyarakat (community) muda Kabupaten Bone dan staf pemerintah daerah yang
dan media. Kelima unsur tersebut pada dasarnya memiliki berperan sebagai pemberi informasi kepariwisataan ke
peran dalam mengembangkan pariwisata meskipun dalam wisatawan.
realita, belum terdapat data secara kuantitatif persentasi Langkah pemberian sosialisasi kepariwisataan
keterlibatan unsur pentaheliks dalam mengembangkan oleh akademisi dari luar kabupaten Bone adalah indikasi
potensi pariwisata daerah. Kelima unsur pentaheliks bahwa pemerintah daerah masih mengandalkan akademisi
tersebut telah terlibat dalam pengembangan potensi dari luar untuk berkontribusi dalam merekomendasikan
pariwisata daerah meskipun tingkat keterlibatan mereka strategi pengembangan destinasi wisata. Dengan kata
bervariasi tergantung pada perannya sebagai stakeholder lain, peran pendampingan oleh perguruan tinggi dari
pariwisata. luar Kabupaten Bone masih menjadi pilihan pemerintah
Peran akademisi di daerah sangat tergantung pada daerah. Sementara itu, keterbatasan akademisi di tingkat
bagaimana pemerintah daerah memanfaatkan eksistensi daerah khususnya bidang pariwisata masih terbatas.
mereka sebagai pihak yang secara akademis memberikan Namun demikian, Kabupaten Bone memiliki akademisi
solusi pengelolaan destinasi wisata. Di Kota Parepare bidang lain (misalnya kebudayaan) yang memerhatikan
misalnya, akademisi bidang pariwisata dapat dilihat dari hal-hal yang bersifat potensi kebudayaan sehingga
kedudukan dan peran pengajar atau guru-guru Sekolah memungkinkan pengembangan daerah melalui aspek
Menengah Kejuruan (SMK) pariwisata (misalnya Ibu pariwisata budaya. Kabupaten Bone memiliki sanggar-
Salasiah dan Bapak Arqam, pengajar di STAIN Parepare). sanggar budaya yang dirintis oleh akademisi yang
Sesungguhnya, konektifitas antara akademisi bidang mencintai kebudayaan daerah.
pariwisata pada sekolah menengah dengan pemerintah Kebudayaan menjadi salah satu aset penting
daerah masih perlu ditingkatkan. Hal ini penting dilakukan di Kabupaten Bone. Karya-karya ilmiah yang ditulis
mengingat pemerintah daerah memerlukan pembantuan oleh budayawan daerah menungkinkan adanya upaya
dari para akademisi di tingkat daerah dalam hal melestarikan potensi budaya sebagai aset pariwisata
rekomendasi program pengembangan potensi pariwisata budaya. Sebagai contoh, Andi Makmur Makka menulis
daerah. Demikian pula eksistensi perguruan tinggi melalui buku dengan judul ‘Rumpa’na Bone” dan Asmat Riyadi
para akademisinya di Kota Parepare nampaknya masih yang menulis buku ‘Kamus Lengkap Bahasa Bugis-
perlu ditingkatkan mengingat belum terdapat studi kajian Indonesia’. Pada umumnya, penelitian-penelitian yang
pariwisata yang secara khusus membidangi pariwisata dilakukan oleh banyak peneliti di Kabupaten Bone banyak
atau kepariwisataan. difokuskan pada kebudayaan dalam berbagai perspektif.
Pemerintah daerah Kota Parepare pada dasarnya Dengan demikian, selain potensi alam yang dimiliki
telah memanfaatkan eksistensi akademisi di Sulawesi daerah, potensi pariwisata budaya juga sangat berpeluang
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018 27

untuk dikelola dan dikembangkan dengan peran dan kompetensi sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang-
fungsi akademisi dalam memberikan usulan strategi Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
pengembangan. masih menjadi realita di Kabupaten Bone. Ini berarti
Pengusaha (misalnya, Haji Carlos, pengusaha bahwa langkah pengusaha lokal dalam mengembangkan
pantai pasir putih, café dan industri kreatif; Ibu Mardiah, pelayanan wisatawan dalam bentuk sistem karyawan yang
pengusaha bidang café/resto, dll) di daerah-daerah di memiliki kualifikasi kompetensi belum menjadi prioritas
Sulawesi Selatan juga telah memberikan atau melakukan utama pengusaha. Kecenderungan di daerah menunjukkan
langkah-langkah dalam rangka mengembangkan potensi bahwa karyawan yang bekerja di industri pariwisata belum
pariwisata daerah. Kota Parepare menjadi salah satu desti- memerhatikan sistem kompetensi karyawan. Hal ini
nasi yang telah sukses mengembangkan pariwisata dengan tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas pemberian
peran pengusaha bidang pariwisata. Jika dibandingkan layanan mengingat sistem kompetensi memiliki standar
dengan Kota Makassar, Kota Parepare mungkin masih jauh kualifikasi pelayanan sesuai dengan tugas pokok setiap
dari segi peran dan fungsi pengusaha untuk terlibat dalam pemberi layanan di bidang industri pariwisata.
aktifitas pariwisata. Namun demikian, jumlah hotel dan Langkah pengusaha dalam mengembangkan
restaurant (termasuk cafe) menjadi salah satu pendorong potensi pariwisata daerah di dua destinasi di Sulawesi
majunya atau meningkatnya pariwisata di Kota Parepare. Selatan (Kota Parepare dan Kabupaten Bone) ditunjukkan
Eksistensi hotel di beberapa lokasi di Kota Parepare menjadi dalam tiga tahap atau usaha. Pertama, industri pariwisata
kekuatan utama bahwa pengusaha atau pebisnis telah mulai atau pengusaha akan sangat tergantung pada instruksi
melirik pariwisata sebagai salah satu peluang usaha. atau arahan pemerintah. Hal ini berarti bahwa langkah
Meskipun pengusaha di daerah telah bekerja pengusaha dalam memajukan pariwisata daerah akan
mengembangkan usahanya sesuai dengan bidang yang sangat tergantung pada bagaimana pemerintah meng-
mereka geluti (industri pariwisata), namun tidak sedikit upayakan sosialisasi peraturan yang berkaitan dengan
pengusaha yang belum memahami makna sertifikasi usaha kepariwisataan serta hal-hal yang berkaitan dengan sistem
pariwisata. Pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata kepariwisataan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang
telah bekerja menyampaikan ke industri pariwisata tujuan maksimal oleh pemerintah dalam memberikan instruksi
sertifikasi usaha pariwisata. Namun demikian, jumlah kepada para pengusaha untuk memerhatikan peraturan-
industri pariwisata atau pengusaha bidang pariwisata yang peraturan serta sosialisasi kepada pihak pengusaha.
memerhatikan sertifikasi usaha pariwisata cenderung Kedua, industri pariwisata telah berupaya mela-
masih sangat kurang. Dalam hal penerimaan karyawan kukan langkah pengelolaan destinasi wisata melalui
yang kompeten dalam usaha pariwisata misalnya, peng- usaha yang mereka kembangkan, baik berupa akomodasi,
usaha pariwisata cenderung merekrut karyawan tanpa layanan makan dan minum maupun usaha lainnya. Hal
memerhatikan aspek kompetensi karyawan yang akan ini dapat disimpulkan bahwa mereka (pengusaha) telah
bekerja di usaha mereka. Dengan demikian, dapat menjalankan usaha pariwisata sesuai dengan kapasitas
dikatakan bahwa langkah unsur pengusaha dalam kemampuan mereka. Ketiga, pemahaman tentang sistem
mengembangkan potensi pariwisata masih tergantung pelayanan pariwisata yang maksimal masih menjadi
pada program yang dijalankan oleh Dinas Pariwisata. kendala bagi kebanyakan pengusaha di tingkat daerah.
Kabupaten Bone juga menjadi destinasi wisata yang Salah satu penyebabnya adalah karena keterbatasan
melibatkan peran pengusaha dalam memajukan pariwisata informasi mengenai bagaimana seharusnya mereka
daerah. Dibandingkan Kota Parepare, pengusaha bidang mengembangkan usaha melalui prinsip pelayanan yang
pariwisata di Kabupaten Bone lebih kurang dalam hal maksimal. Kekuatan modal atau investasi juga menjadi
keterlibatan dalam usaha akomodasi. Usaha akomodasi persoalan bagi pengusaha daerah. Karena itu, langkah
juga telah ada meskipun jumlahnya tidak sebanyak di Kota para pengusaha untuk membuka usaha bidang pariwisata
Parepare. Namun, eksistensi cafe ataupun restoran yang perlu dukungan dengan kemudahan membuka dan
cenderung meningkat di Kabupaten Bone menunjukkan mengembangkan usaha bidang pariwisata dan hospitaliti,
bahwa peran pengusaha di daerah ini sudah menunjukkan misalnya akomodasi atau hotel, restoran, usaha perjalanan,
hasil yang memuaskan. Penulis memanfaatkan kunjungan katering, dll.
penelitian di Kabupaten Bone dengan menikmati hidangan Pemerintah (melalui Dinas Pariwisata daerah) di
di sebuah cafe. Deretan cafe ataupun restoran di destinasi dua destinasi wisata telah menjalankan peran sebagai
ini dapat dilihat oleh wisatawan ataupun mereka yang stakeholder utama pengelolaan destinasi wisata. Peme-
mengunjungi Kabupaten Bone. Hal ini memungkinkan rintah daerah telah melaksanakan langkah-langkah
adanya beberapa pilihan bagi wisatawan untuk menikmati pengembangan pariwisata dengan merencanakan dan
suasana rileks atau santai ketika mengunjungi daya tarik menjalankan program yang berkaitan dengan pariwisata.
wisata ataupun usaha pariwisata di Kabupaten Bone. Kegiatan festival adalah salah satu program yang dijalan-
Pemilihan karyawan di Kabupaten Bone tidak kan sebagai upaya untuk menarik wisatawan berkunjung
terlalu berbeda dengan kondisi faktual di Kota Parepare. ke destinasi mereka. Masyarakat sebagai salah satu unsur
Pemilihan karyawan yang tidak memerhatikan prinsip pentaheliks pariwisata menjadi salah satu bagian penting
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
28 Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018

dalam mengembangkan potensi pariwisata daerah. Mas- akan berupaya menciptakan peluang dan inovasi baru
yarakat (community) dalam konteks penelitian ini dapat yang berkaitan dengan program kerja bidang pariwisata.
dilihat khususnya mereka yang tinggal di sekitar daya tarik Akan tetapi, otonomi daerah dapat menjadi tan-
wisata. tangan atau hambatan dalam membangun sinergi dari
Dalam mengelola destinasi wisata daerah, ter- berbagai unsur pentaheliks. Hambatan tersebut khususnya
dapat beberapa faktor, tantangan atau kendala yang terjadi ketika daerah kurang memerhatikan sinergi dengan
dihadapi pemerintah daerah dan unsur-unsur pentaheliks unsur pemerintahan pada tingkat regional dan nasional. Hal
pariwisata. Faktor-faktor tersebut sesungguhnya terjadi ini dapat terjadi termasuk di Kota Parepare jika pemerintah
karena berbagai hal, baik yang berhubungan dengan daerah kurang memiliki koordinasi ataupun sinergi dengan
sistem yang diterapkan di suatu daerah ataupun faktor pemerintah provinsi (melalui Dinas pariwisata tingkat
yang terjadi karena dari unsur pentaheliks itu sendiri. Kota provinsi) dan pemerintah pusat (Kementerian Pariwisata).
Parepare dan Kabupaten Bone tidak terlepas dari faktor Meskipun komitmen untuk melakukan sinergi antara
atau tantangan yang akan diuraikan sebagai berikut. berbagai unsur pentaheliks pariwisata menjadi harapan
Otonomi daerah telah diterapkan di Indonesia pemerintah daerah, namun otonomi daerah dapat menjadi
sebagai sebuah sistem yang memberikan kewenangan alasan lemahnya sinergi yang akan dibangun oleh
kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya pemerintah daerah. Gambaran sinergi yang terbangun dan
dengan prinsip-prinsip memerhatikan kepentingan masya- bagaimana pentaheliks pariwisata terlibat dalam aktifitas
rakat serta dengan melihat potensi yang ada. Otonomi daerah pariwisata dapat dilihat pada Gambar 4.
juga mengatur pemerintah daerah untuk menyelenggarakan Otonomi daerah juga menuntun pemerintah Kabu-
pengembangan dan pengelolaan aset pariwisata sesuai paten Bone dengan prinsip bahwa pemerintah daerah
dengan potensi kedaerahan masing-masing. Hal ini dapat berhak untuk mengelola aset pariwisata sesuai dengan
dilihat dari hak pemerintah daerah untuk mengatur nama kebijakan daerah. Sebagaimana halnya dengan di Kota
atau nomenklatur Dinas Pariwisata yang mengaitkan Parepare, Kabupaten Bone, kewenangan pemerintah
dengan dinas lain, misalnya pariwisata dan kebudayaan daerah dapat dimaknai (disalah artikan) sebagai hak untuk
atau pariwisata dan pemuda, dll. Hal ini diartikan bahwa mengelola sesuai dengan kebijakan daerah tanpa melihat
pemerintah daerah telah menggunakan hal atau peluang pentingnya sinergi dengan unsur pentaheliks lainnya.
mengatur daerah sesuai dengan kepentingan daerah Kebijakan dalam menentukan mitra atau kerjasama
masing-masing. misalnya, menjadi hak Dinas pariwisata sehingga tidak
ada panduan atau rambu yang digunakan untuk menjalin
ACADEMICS BUSINESS GOVERNMENT
mitra kerjasama. Jika mitra kerjasama dibangun tanpa
COMMUNITY MEDIA
memerhatikan prinsip kepentingan sinergi pentaheliks
• Tergantung pada
• Event pariwisata
(festival) di Kota
pariwisata, maka dapat dikatakan bahwa otonomi
• Mitra/kerjasama
dengan Dinas
pemerintah (instruksi
pemerintah daerah)
Parepare dan Kabupaten
Bone
daerah cenderung diimplementasikan secara tidak tepat.
Pariwisata daerah
• Penelitian (research)
• Berupaya menjalankan
usaha sesuai kapasitas
• Pembentukan
Pokdarwis Kewenangan daerah adalah untuk membantu pemerintah
• Diklat dan sosialisasi kemampuan • Mengelola daya tarik
kepariwisataan • Keterbatasan informasi wisata daerah mengembangkan aset pariwisata dengan harapan
mengenai system • Diklat dan sosialisasi
pelayanan pariwisata kepariwisataan sinergi antar unsur pentaheliks semakin dibangun di
bawah peran dan fungsi pemerintah daerah setempat.
• Mengikuti kegiatan pemerintah
• Menjalankan aktifitas sesuai Pemberian informasi DTW
Koordinasi yang baik dengan pemerintah pusat dan
bidang usaha masing-masing
• Keterlibatan pada event
online dan berbagai kegiatan
pariwisata (online, cetak, dan provinsi menjadi keharusan agar otonomi daerah tidak
pariwisata bersifat musiman elektronik)
menjadi pemanfaatan kewenangan semata, tetapi sebagai
alat atau media untuk mendorong daerah menciptakan
Sumber: Penulis, 2017
langkah-langkah kreatif menjalankan program yang lebih
Gambar 4. Kondisi Faktual Sinergi Pentaheliks Pariwisata kreatif di bidang pariwisata oleh Dinas Pariwisata.
Di Kota Parepare dan Kabupaten Bone Pengelolaan destinasi wisata masih terkendala
Model Sinergi Pentaheliks Pariwisata dengan kemampuan staf dalam membuat atau meren-
Di Kota Parepare, pemerintah daerah telah men- canakan program-program pariwisata yang kreatif dan
jalankan fungsi dan peran pengembangan pariwisata inovatif. Salah satu penyebabnya adalah karena terdapat
melalui peran Dinas Pariwisata setempat. Otonomi staf di Dinas Pariwisata yang tidak atau bukan dari latar
daerah telah memungkinkan daerah Kota Parepare untuk belakang pariwisata. Idealnya, staf yang ditempatkan
mengatur strategi pengembangan pariwisata. Penerapan memiliki keilmuan atau berasal dari latar belakang
otonomi daerah sesungguhnya memberikan kesem- pariwisata untuk menunjang pengelolaan destinasi wisata.
patan yang baik kepada daerah untuk berkembang dan Namun, daerah nampaknya membutuhkan staf yang
kreatif mengelola sumber daya alam termasuk bidang memiliki keilmuan dan pengalaman di bidang pariwisata
pariwisata. Kota Parepare termasuk daerah yang mencoba untuk mendorong penciptaan program kerja yang
menerapkan langkah-langkah kreatif melalui program atau inovatif. Rendahnya kesadaran masyarakat akan makna
ikon Habibie-Ainun. Dengan otonomi daerah ini, daerah dan pentingnya pariwisata juga perlu diantisipasi dengan
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018 29

memberikan pelatihan atau sosialisasi kepariwisataan. ini merekomendasikan pengelolaan pariwisata daerah
Peningkatan kesadaran masyarakat juga menjadi salah berdasarkan konsep DMO dengan pendekatan pemerintah
satu prasyarat untuk membangun destinasi wisata. sebagai aktor utama baik dalam hal peran kepemimpinan
Kesadaran juga menjadi kendala atau tantangan dalam (leadership) maupun dalam hal pemasaran (marketing)
pengelolaan destinasi. Karena itu, dibutuhkan sinergi (Junaid, 2015:30). Leadership dan marketing adalah
yang berkelanjutan (sustainable) dari berbagai kelompok bagian dari tugas pemerintah yang harus dijalankan jika
pentaheliks untuk membantu pemerintah mewujudkan konsep DMO akan diterapkan berdasarkan pendekatan
pengembangan destinasi wisata. tersebut.
Tantangan, hambatan ataupun faktor-faktor yang Kota Parepare dan Kabupaten Bone dapat mene-
memengaruhi pengelolaan destinasi wisata serta daya rapkan pendekatan tersebut dengan menjadikan Dinas
tarik wisata perlu ditindaklanjuti dengan model ataupun Pariwisata tingkat kabupaten dan kota sebagai pemimpin
strategi pengelolaan aset pariwisata maupun program (leader) dalam hal koordinasi dengan unsur pentaheliks
pengembangan pariwisata. Motivasi wisatawan untuk lainnya. Dalam implementasinya, Dinas pariwisata daerah
mengunjungi suatu destinasi ditindaklanjuti dengan selayaknya melakukan indentifikasi awal pihak-pihak yang
pengelolaan daya tarik wisata yang professional (Indira, terlibat ataupun mereka yang merupakan representatif dari
Ismanto dan Santoso, 2013). Pariwisata diperuntukkan kelompok akademisi (academics), pengusaha (business),
untuk kepentingan masyarakat sehingga strategi yang masyarakat (community), dan media. Identifikasi awal
diterapkan selayaknya memerhatikan kepentingan mas- ini akan membantu pemerintah dalam memasukkan atau
yarakat. Penelitian ini merekomendasikan beberapa lang- melibatkan mereka dalam satu payung organisasi atau
kah strategis atau model membangun sinergi antara unsur tata kelola destinasi (DMO) tingkat kabupaten dan kota.
Pentaheliks yang ada di daerah yang diuraikan sebagai Selanjutnya, mereka akan diundang untuk duduk sebagai
berikut: anggota ataupun perwakilan dari kelompok pentaheliks
Strategi pertama yang dapat menjadi pilihan dalam yang ada di daerah. Sinergi akan mulai dijalankan
mengelola destinasi wisata adalah pentingnya menerapkan ketika proses identifikasi telah dilaksanakan. Selanjutnya,
atau mengimplementasikan tata kelola destinasi atau dibutuhkan peran setiap unsur pentaheliks khususnya
destination management organisation (DMO). Tata pemerintah dalam membangun sinergi serta mendukung
kelola destinasi ini merupakan konsep baru yang telah program kerja setiap bidang Dinas Pariwisata.
diadopsi beberapa negara di dunia dalam mengelola dan Model kedua yang dapat menjadi alternatif
mengembangkan pariwisata daerah. Di Indonesia, tata membangun sinergi antara berbagai unsur pentaheliks di
kelola destinasi menjadi perhatian dari berbagai kelompok Kota Parepare dan Kabupaten Bone adalah pentingnya
masyarakat khususnya mereka yang aktif di dunia memaksimalkan kawasan wisata yang telah dibuat atau
pariwisata (misalnya Swiss Contact). Tata kelola destinasi dirintis untuk menjadi kawasan wisata percontohan. Di
menjadi salah satu pilihan karena implementasinya meng- Kabupaten Bone, terdapat satu kawasan wisata yakni
hendaki adanya kerjasama, kolaborasi ataupun kemitraan Tanjung Pallette. Keberadaan Tanjung Pallette pada tiga
yang dibangun oleh berbagai pemangku kepentingan tahun terakhir menjadi kurang diperhatikan mengingat
(stakeholder) di suatu destinasi wisata (Park, Lehto dan adanya daya tarik wisata lain yang lebih menonjol dan
Morrison, 2008; 396; Junaid, 2015:35; Bornhorst, Ritchie menjadi pilihan masyarakat. Daya tarik wisata berupa
and Sheehan, 2010:573). pemandian alam buatan menjadi pemikat wisatawan
atau pengunjung yang datang ke Tanjung Pallette, namun
ACADEMICS
kawasan wisata yang dikelola oleh pemerintah setempat
BUSINESS cenderung kurang mendapat kunjungan.
Target
kunjungan
COMMUNITY wisatawan

Tanjung Pallette
MEDIA di Kabupaten
Bone dan Patung
Habibie-Ainun di
Sumber: Penulis, 2017 Kota Parepare

Gambar 5. Model implementasi DMO dalam sinergi unsur


pentaheliks pariwisata
Tata kelola destinasi (DMO) dapat diterapkan dalam
konteks yang berbeda. Salah satu prinsip DMO adalah Sumber: Penulis, 2017

adanya satu kelompok ataupun individu yang bertanggung Gambar 6. Model Optimalisasi Kawasan dan Ikon Wisata
jawab atau diberikan amanah untuk melakukan peran Dalam Manajemen Destinasi Wisata
koordinasi dan kerjasama dengan berbagai kelompok atau Tanjung Pallette saat ini telah dilirik oleh pemerintah
elemen masyarakat yang tergabung dalam unsur tata kelola setempat (melalui Dinas Pariwisata) dan mulai mendapat
destinasi (Morrison, 2012:5). Secara khusus, penelitian perhatian baik dari masyarakat setempat maupun dari
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
30 Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018

wisatawan. Penulis melakukan eksplorasi Tanjung Pallette membuat program percontohan atau kawasan wisata. Peran
dan mendapatkan kesan positif dengan aktifitas masyarakat akademisi adalah memberikan bantuan pembimbingan
di dalam kawasan wisata tersebut berupa pembelajaran atau konsultasi kepada pemerintah dan masyarakat sesuai
Bahasa Inggris. Kegiatan ini telah mendapat dukungan dari kebutuhan pengembangan destinasi wisata. Tugas utama
pemerintah setempat dan masyarakat yang memanfaatkan pengusaha pariwisata dan masyarakat adalah memberikan
rumah mereka sebagai tempat penginapan (homestay) pelayanan yang maksimal kepada consumer (customer)
maupun sebagai tempat pengunjung memanfaatkan waktu serta memberikan dan menyebarkan informasi yang
istirahat sambil menikmati alam Tanjung Pallette. bermanfaat untuk masyarakat dan wisatawan. Dengan
Tanjung Pallette dapat menjadi contoh pengelolaan kata lain, peran sebagai service provider dan promotor/
kawasan wisata alam yang berbasis masyarakat (community marketir menjadi suatu kekuatan yang dijalankan oleh
based tourism). Contoh dalam konteks penelitian ini pengusaha dan media. Gambaran sinergi tersebut dapat
adalah model atau acuan bagi wilayah atau destinasi lain dilihat pada Gambar 6.
baik yang ada di Sulawesi Selatan maupun di Indonesia Pemilihan ikon Habibie-Ainun menjadi strategi
untuk mengadopsi upaya yang dilakukan masyarakat di menarik dari pemerintah daerah kota Parepare. Strategi
sekitar daya tarik wisata Kabupaten Bone. Rumah-rumah ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan, misalnya,
masyarakat yang ada di sekitar Tanjung Pallette disulap karena Bapak Habibie adalah mantan presiden Republik
menjadi rumah tinggal (penginapan) yang representatif Indonesia dengan kota Parepare sebagai kota kelahiran.
untuk dimanfaatkan pengunjung. Rumah-rumah mereka Pemilihan ikon cinta sejati Habibie-Ainun menjadi daya
diberi penanda berupa nama-nama raja atau istilah-istilah tarik bagi kebanyakan wisatawan atau pengunjung yang
bugis dimana pengunjung akan belajar atau memperoleh datang ke kota Parepare. Cinta sejati Habibie-Ainun
informasi yang berkaitan dengan kebudayaan Bone. dijadikan sebagai ikon dengan maksud untuk memastikan
Kegiatan tersebut didukung oleh pemerintah setem- bahwa Parepare memiliki cerita yang unik dan menarik
pat dan dijalankan oleh alumni suatu perguruan tinggi di yang diambil dari kisah mantan presiden Republik
Kabupaten Bone. Dari hasil wawancara penulis, kegiatan Indonesia (Junaid dan Hanafi, 2016: 134). Untuk semakin
tersebut baru dimulai di tahun 2017 dengan dukungan dari mendukung program pemerintah bidang pariwisata
pemerintah setempat. Pegawai atau staf Dinas Pariwisata melalui ikon cinta sejati Habibie-Ainun, pemerintah
juga diharapkan ikut pada kegiatan pembelajaran daerah menyelenggarakan event festival Habibie-Ainun
Bahasa Inggris di lokasi wisata tersebut dengan harapan atau festival cinta sejati Habibie-Ainun.
memberikan keterampilan dan kemampuan berbahasa Strategi go digital menjadi salah satu alternatif dalam
asing bagi staf Dinas Pariwisata daerah. Dukungan dan mengelola aset wisata daerah dalam meningkatkan tingkat
komitmen pemerintah menjadi kekuatan pada program ini kunjungan ke destinasi wisata. Go digital telah menjadi
selain keikutsertaan dan kesediaan masyarakat meman- program pemerintah pusat yang diprakarsai oleh Menteri
faatkan kawasan tersebut dan rumah mereka sebagai Pariwisata Republik Indonesia, Dr. Arief Yahya. Strategi ini
pondok yang representatif. diartikan sebagai suatu langkah memudahkan pemberian
Di Kota Parepare, pemerintah daerah telah meng- dan pelayanan informasi kepada wisatawan dengan
upayakan strategi untuk meningkatkan jumlah kunjungan memanfaatkan teknologi modern yang bersifat digital. Go
wisatawan ke destinasi Parepare. Upaya yang paling digital dijalankan dengan penggunaan perangkat teknologi
signifikan adalah dibangunnya patung Habibie-Ainun yang variatif yang memungkinkan wisatawan memperoleh
di tengah-tengah kota Parepare atau di sudut lapangan informasi dengan mudah sehingga akan berpengaruh pula
Andi Makkasau. Patung ini telah menjadi perhatian pada kemudahan wisatawan dalam melakukan perjalanan.
banyak wisatawan ketika berkunjung ke kota Parepare. Go digital ini juga memberikan kemudahan bagi pengelola
Berdasarkan observasi penulis, wisatawan banyak atau pemberi layanan pariwisata melalui teknologi untuk
memanfaatkan atau menghabiskan waktu mereka untuk kemudahan wisatawan.
mengambil gambar dengan latar belakang patung Parepare. Dinas Pariwisata kota Parepare telah berupaya
Para wisatawan atau pengunjung umumnya menjadikan memanfaatkan teknologi dalam mempromosikan daya
patung Habibie-Ainun sebagai titik point pengambilan tarik wisata ataupun destinasi Parepare ke dunia inter-
gambar bersama keluarga mereka. Aktifitas pengambilan nasional. Hal yang sama pula telah dilakukan oleh
gambar ini dapat dikatakan berjalan sepanjang waktu dari pemerintah kabupaten Bone dengan memanfaatkan
pagi hingga malam hari. Pada malam hari, pengambilan internet (website) yang memungkinkan calon wisatawan
gambar nampaknya sangat baik mengingat cahaya yang mengakses informasi yang dibutuhkan. Namun demikian,
dipancarkan memungkinkan wisatawan melihat keunikan penerapkan perangkat lunak (software) yang berkaitan
dan kekhasan patung dari sudut pandang cahaya yang dengan sistem informasi pariwisata nampaknya masih
variatif. kurang menjadi perhatian kedua daerah ini. Di provinsi
Sinergi pentaheliks pariwisata dapat dilihat dari Sulawesi Selatan, Dinas Pariwisata Kota Makassar dan
peran pemerintah dan masyarakat di destinasi khususnya Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan adalah pihak
sekitar daya tarik wisata sebagai pencetus (pioneer) dalam atau pengelola daerah yang telah memiliki software
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018 31

yang berfungsi sebagai pemberi layanan informasi profit, maka pemerintah di suatu destinasi seharusnya
kepariwisataan. Hal ini dapat ditiru oleh pemerintah Kota mendorong para pengusaha untuk berfikir inovatif dan
Parepare dan Kabupaten Bone dalam memanfaatkan kreatif untuk menciptakan sistem pelayanan informasi
teknologi untuk strategi pengembangan pariwisata daerah. wisatawan berbasis online. Sistem pelayanan informasi
Pattanaro (2014:222) berpandangan bahwa kesuksesan akomodasi yang disediakan traveloka misalnya, adalah
pemasaran destinasi wisata tidak terlepas dari bagaimana contoh perangkat lunak (software) yang bersifat kreatif.
suatu stakeholder menjalankan kolaborasi atau bekerja Para pengusaha juga perlu menciptakan berbagai
secara bersama mencapai tujuan yang diharapkan. bentuk pelayanan informasi pariwisata dalam berbagai
Strategi pengembangan pariwisata berbasis go bentuk yang bersifat online. Suatu perusahaan ataupun
digital dapat dijalankan oleh kelima unsur pentaheliks pengusaha bidang pariwisata dapat menciptakan sistem
pariwisata di daerah. Pertama, akademisi (baik mereka teknologi yang bersifat offline yang diletakkan di kantor
dari kalangan atau ahli teknologi maupun keahlian lain) dimana wisatawan ataupun pelanggan (customer)
dapat berperan dalam membuat suatu software atau dapat memanfaatkan sistem tersebut untuk kemudahan
perangkat lunak sistem informasi kepariwisataan yang pelayanan mereka. Selain itu, sistem teknologi yang
dapat dimanfaatkan oleh pemerintah setempat. Akademisi bersifat online dapat pula ditempatkan di daya tarik
adalah kelompok masyarakat yang mengkaji berbagai isu wisata dimana wisatawan akan langsung memanfaatkan
baik yang berkaitan dengan teknologi, informasi maupun informasi mengenai daya tarik wisata tersebut.
kepariwisataan. Pemerintah daerah Kota Parepare dan Pemerintah harus berperan aktif untuk mendorong
Kabupaten Bone dapat bekerja bersama akademisi berbagai kelompok masyarakat untuk menciptakan
dalam menjalankan suatu proyek teknologi informasi suatu sistem layanan informasi kepariwisataan berbasis
yang berkaitan dengan kepariwisataan. Dengan kata lain, online dan offline. Berbagai upaya dapat dilakukan
peran akademisi adalah mengusulkan suatu program oleh pemerintah untuk menciptakan perangkat lunak
yang merupakan hasil kajian mereka yang bertujuan yang berbasis teknologi tersebut, misalnya pemerintah
untuk memberikan pelayanan informasi kepariwisataan mencanangkan program atau lomba kreatifitas teknologi
kepada publik khususnya wisatawan yang dijalankan oleh atau software di bidang pariwisata. Penghargaan kepada
pemerintah sebagai stakeholder utama pengembangan kelompok masyarakat akan hasil cipta tersebut menjadi
pariwisata daerah. penting untuk mendorong masyarakat lebih inovatif
Peran akademisi dalam konteks penelitian ini atau kreatif. Selain itu, lomba kreatifitas teknologi yang
dapat dibagi ke dalam dua bagian yakni menciptakan berbasis offline juga perlu didorong karena program ini
atau membuat program atau software secara online dan memungkinkan pemerintah mendapatkan hasil secara
menciptakan atau membuat software offline. Program go langsung dari karya anak bangsa yang dapat dimanfaatkan
digital secara online yakni sistem yang dijalankan dengan secara langsung oleh pemerintah daerah.
memanfaatkan sistem teknologi berbasis internet atau Pemerintah daerah seharusnya tidak semata-mata
website. Menurut Priyambodo (2013:B19), pemberian bergantung pada inovasi dan kreasi masyarakat di bidang
layanan bidang pariwisata selayaknya memanfaatkan teknologi. Pemerintah dengan kemampuan dana atau
teknologi web-service, sistem yang memudahkan pengguna ketersediaan dana yang diberikan seharusnya meng-
atau wisatawan melaksanakan aktifitas pariwisata di anggarkan atau merencanakan program teknologi berbasis
destinasi wisata. Sistem digital dan connectivity dapat teknologi online dan offline. Di beberapa kabupaten dan
memberikan peluang peningkatan perekonomian baik kota di Sulawesi Selatan, program ini telah dijalankan.
yang berdampak pada masyarakat maupun kepada Pemerintah Kota Makassar misalnya, telah membuat suatu
suatu wilayah atau destinasi (Arman, et al., 2016:98). software atau sistem berbasis online dimana wisatawan
Selanjutnya, sistem secara offline yakni pemanfaatan dapat melihat berbagai kegiatan kepariwisataan yang
teknologi tanpa memanfaatkan sistem teknologi berbasis dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Di Kabupaten
internet. Dalam hal ini, pembuatan sistem touch screen Maros Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas pariwisata telah
dapat menjadi contoh alternatif media offline dimana membuat suatu sistem software berbasis offline yang
wisatawan ataupun publik dapat memanfaatkan sistem memungkinkan masyarakat atau pengunjung meng-
teknologi tersebut. Sebagai contoh, sistem pelayanan gunakan informasi tersebut secara offline. Meskipun
transportasi yang bersifat offline dimanfaatkan oleh hal ini nampaknya kurang efektif secara penggunaan,
wisatawan atau masyarakat di bandara Sultan Hasanuddin sistem ini seharusnya dimanfaatkan secara nyata karena
dengan fitur touch screen dan pilihan jenis moda menggunakan dana dari pemerintah.
transportasi taksi yang dipilih. Terdapat beberapa cara atau pendekatan yang dapat
Pengusaha (business) juga dapat membuat atau dijalankan oleh pemerintah untuk mendukung pariwisata
menciptakan perangkat lunak (software) yang bersifat berbasis go digital yang diuraikan sebagai berikut:
online dan offline. Pengusaha sebagai pihak swasta 1. Pemerintah menisiasi program teknologi informasi
adalah mereka yang bekerja untuk kepentingan profit berbasis online dan offline yang akan dikerjakan atau
atau keuntungan. Karena sifat kegiatan mereka adalah dijalankan oleh pemerintah itu sendiri. Kemampuan
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
32 Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018

staf yang mengetahui teknologi dapat diperbantukan Sinergi pentaheliks pariwisata di dua destinasi tersebut
untuk memaksimalkan program tersebut. tidak terlepas dari tantangan/hambatan atau faktor-faktor.
2. Kerjasama antara pemerintah dan industri pariwisata Di satu sisi, otonomi daerah menjadi pendorong bagi
(pengusaha) merupakan strategi penting untuk men- daerah untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
dapatkan informasi mengenai kebutuhan wisatawan destinasi. Di sisi lain, otonomi daerah dapat melemahkan
dalam perspektif wisatawan dan industri pariwisata. sinergi atau koordinasi jika dipahami sebagai hak atau
Industri pariwisata adalah mereka yang bersentuhan otoritas daerah mengatur wilayahnya tanpa koordinasi
langsung dengan pengguna atau pelanggan (user) dengan berbagai tingkatan pemerintahan. Penempatan
sehingga mereka mengetahui secara mendalam kebu- staf yang tidak sesuai bidangnya (misalnya pariwisata)
tuhan wisatawan dan bagaimana sistem tersebut dikem- menjadi contoh konsekuensi dari otonomi daerah karena
bangkan berdasarkan prinsip kerjasama dengan industri ada unsur politik. Selanjutnya, kesadaran masyarakat
pariwisata. Industri pariwisata (pengusaha) perlu mengenai pariwisata masih lemah sehingga sinergi
memberikan informasi kepada pemerintah mengenai dibutuhkan upaya yang maksimal dalam hal koordinasi.
usaha mereka dan bagaimana mereka bekerja. Hal ini Penguasaan teknologi dan kreatifitas staf di lingkungan
akan memudahkan pemerintah menginput informasi Dinas Pariwisata daerah dalam manajemen destinasi
yang akan disimpan dalam sisten berbasis online dan wisata masih menjadi kendala dalam membangun sinergi
offline. pentaheliks pariwisata.
3. Pemerintah bersama berbagai elemen atau kelompok Penelitian ini merekomendasikan tiga model alternatif yang
masyarakat dapat menciptakan program tersebut. dapat diterapkan di Kota Parepare dan Kabupaten Bone.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa kompetisi Model pertama menekankan pentingnya implementasi tata
yang sifatnya melibatkan masyarakat akan mendo- kelola destinasi (DMO) model pemerintah. Pemerintah
rong masyarakat akan makna dan arti penting menjadi pemimpin (leader) dalam membangun sinergi
pariwisata. Masyarakat di sekitar daya tarik wisata berbagai unsur pentaheliks pariwisata. Kedua, kawasan
dapat dimanfaatkan atau didorong sebagai pelaku atau wisata dan ikon unggulan dapat menjadi model percontohan
fasilitator pemanfaatana teknologi berbasis online dan pengelolaan destinasi wisata. Ketiga, model pengelolaan
offline. pariwisata berbasis go digital adalah langkah strategis
penting yang perlu diimplementasikan oleh pentaheliks
SIMPULAN pariwisata di destinasi wisata. Strategi go digital ini dapat
Pemerintah Kota Parepare dan Kabupaten Bone (melalui melibatkan berbagai unsur pentaheliks pariwisata melalui
Dinas Pariwisata) telah mengupayakan dan melaksanakan sinergi yang terbangun. Strategi ini pula dapat mendukung
berbagai program kerja dalam mendorong peningkatan terciptanya sistem connectivity yang memungkinkan
kunjungan wisatawan dan pengelolaan destinasi wisata. penguatan sinergi antar lembaga
Sinergi pentaheliks pariwisata yang terdiri dari akademisi,
pengusaha, pemerintah, masyarakat dan media juga telah UCAPAN TERIMAKASIH
dibangun meskipun program kerja bidang pariwisata
lebih dominan didesain dan dilaksanakan oleh pemerintah Ucapan terima kasih kepada Politeknik Pariwisata
daerah. Akademisi di tingkat daerah sangat dibutuhkan Makassar atas dana penelitian tahun 2017.
dalam membantu pemerintah daerah mengelola dan
mengembangkan destinasi wisata. Melalui tugas penelitian DAFTAR PUSTAKA
dan pembimbingan kepariwisataan, mereka akan
berkontribusi dalam pariwisata daerah serta membangun Altinay, L. & Paraskevas, A. (2008), Planning Research in
sinergi dengan pemerintah dan kelompok masyarakat Hospitality and Tourism, Burlington: Butterworth-
lainnya. Heinemann.
Pengusaha bidang pariwisata telah mulai bermunculan Arikunto, S. (2002), Metode Penelitian, Jakarta: Rineka
meskipun dalam realita, pemahaman akan pentingnya Cipta.
karyawan dengan sistem kompetensi belum sepenuhnya
Arman, H.S., Achsani, N.A., & Fauzi, A. (2016). Analisis
dijalankan. Sinergi antara pemerintah dan pengusaha perlu
Sektor Strategis Pulau Sulawesi, Jawa Timur dan
dikembangkan melalui pemberian regulasi dan kesadaran
Kalimantan Timur. Sosiohumaniora, 18, (2) 97-
pengusaha menjalankan usaha yang berpihak ke
107.
masyarakat dan taat pada regulasi yang ada. Masyarakat
(khususnya mereka yang tinggal di sekitar daya tarik Babbie, E.R. (2007). The Practice of Social Research,
wisata) perlu diajak memahami arti pariwisata dan Belmont: Thomson.
bagaimana menciptakan usaha kreatif bidang pariwisata. Belsky, J. (2004). Contributions of Qualitative Research
Hal ini juga perlu ditunjang dengan kesiapan media to Understanding the Politics of Community
bersinergi dengan berbagai unsur pentaheliks melalui Ecotourism. Dalam Phillimore, J. dan Goodson,
peran promosi dan edukasi ke masyarakat.
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)
Sosiohumaniora, Vol, 21, No. 1, Maret 2018 33

L. Editor. Qualitative Research in Tourism: Jamal, T. & Getz, D. 1995. Collaboration Theory and
Ontologies, Epistemologies and Methodologies. Community Tourism Planning. Annals of Tourism
New York: Routledge. 273-291. Research. 22: 186-204.
Bornhorst, T., Ritchie J.R. & Sheehan, L. (2010). Junaid, I & Hanafi, H. (2016). Ikon Habibie-Ainun, Strategi
Determinants of Tourism Success for DMOS Inovatif Dalam Mengembangkan Pariwisata Di
& Destinations: An Empirical Examination of Kota Parepare, Sulawesi Selatan. JUMPA 3, (1),
Stakeholders’ Perspectives. Tourism Management 127-142. https://ojs.unud.ac.id/index.php/jumpa/
(31): 572-589. doi:10.1016/j.tourman.2009.06.008 article/view/23048
Bramwell, B. & Lane, B. (2000). Collaboration and Junaid, 2015. Model Implementasi Destination Management
Partnership in Tourism Planning. Dalam Bramwell, Organization (DMO) Di Kota Makassar, Provinsi
B. dan Lane, B. Editor. Tourism Collaboration and Sulawesi Selatan. Jurnal Kepariwisataan, 9, (2),
Partnerships: Politics, Practice and Sustainability. 29-47. https://jurnal.poltekpar-makassar.ac.id/
Clevedon: Channel View Publications. 1-19. index.php/tourism/article/view/3
Byrd, E.T. (2007). Stakeholders in Sustainable Tourism Kayat, K. (2008). Stakeholders’ Perspectives Toward a
Development and Their Roles: Applying Community-Based Rural Tourism Development.
Stakeholder Theory to Sustainable Tourism European Journal of Tourism Research. 1, (2): 94-
Development, Tourism Review, 62, (2), 6-13. 111.
Cooper, C. & Hall, C.M. 2008, Contemporary Tourism: Morrison, A. (2012). Destination Management and
An International Approach, Oxford: Elsevier. Destination Marketing: The Platform for
Excellence in Tourism Destinations.
Currie, R.R. (2009). Determining Stakeholders for
Feasibility Analysis. Annals of Tourism Research Pattanaro, G. (2014). Success Factors for Collaborative
36, (1): 41-63. doi:10.1016/j.annals.2008.10.002 Destination Marketing. Dalam Mariani, et al.
Editor. Tourism Management, Marketing, and
Esu, B.B. & Ebitu, E. (2010). Promoting an Emerging
Development: The Importance of Networks and
Tourism Destination. Global Journal of
ICTS. New York: Palgrave Macmillan. I, 221-238.
Management and Business Research. 10, (1), 21-28.
Park,O.J.,Lehto,X.Y.&Morrison,A.M.(2008).Collaboration
Flick, U. (2004). What is Qualitative Research? An
Between CVB and Local Community in Destination
Introduction to the Field. Dalam Flick, U.
Marketing: CVB Executives’ Perspective. Journal
Kardorff, E.v. dan Ines, S. Editor. A Companion to
of Hospitality & Leisure Marketing. 17, 3-4.
Qualitative Research. London: SAGE. 3-12.
doi:10.1080/10507050801985047
Flick, U. (2007), Designing Qualitative Research, London:
Presenza, A. & Cipollina, M. (2010). Analysing Tourism
SAGE.
Stakeholders Networks. Tourism Review, 65, (4),
Getz, D. & Timur, S. (2005). Stakeholder Involvement 17-30. DOI 10.1108/16605371011093845
in Sustainable Tourism: Balancing the Voices.
Priyambodo, T.K. (2005). Implementasi Web-Service
Dalam Theobald, W. F. Editor. Global Tourism.
Untuk Pengembangan Sistem Layanan Pariwisata
Amsterdam: Elsevier. 230-247.
Terpadu. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Hatch, J.A. (2002), Doing Qualitative Research in Informasi 2005. http://journal.uii.ac.id/Snati/
Education Settings, New York: State University of article/view/1311
New York.
Ritchie, J., Spencer, L. & O’Connor, W. (2003). Carrying
Haugland, S.A. (2011). Development of Tourism out qualitative analysis. Dalam Ricthie, Jane
Destinations: An Integrated Multilevel Perspective. dan Lewis, Jane. Editor. Qualitative Research
Annals of Tourism Research. 38, (1), 268-290. Practice: A Guide for Social Science Students and
doi:10.1016/j.annals.2010.08.008 Researchers. London: SAGE. 219-262.
Indira, D., Ismanto, S.U. & Santoso, M.B. (2013). Shaw, S. (2007). Ethnic quarters in the cosmopolitan-
Pencitraan Bandung Sebagai Daerah Tujuan creative city. Dalam Richards, G., dan Wilson, J.
Wisata: Model Menemukenali Ikon Bandung Editor. Tourism, creativity and development. New
Masa Kini. Sosiohumaniora, 15, (1), 45-54. York: Routledge. 189-200.
Jamal, T. & Stronza, A. (2009). Collaboration Theory Tuohino, A. & Konu, H. (2014). Local Stakeholders’
and Tourism Practice in Protected Areas: View About Destination Management: Who are
Stakeholders, Structuring and Sustainability. Leading Tourism Development? Tourism Review.
Journal of Sustainable Tourism. (17) 2: 169-189. 69, (3), 202-215. http://dx.doi.org/10.1108/TR-06-
http://dx.doi.org/10.1080/09669580802495741 2013-0033
Model Sinergi Unsur Pentaheliks Pariwisata dalam Pengelolaan Destinasi Wisata Kota Parepare dan Kabupaten Bone
(Ilham Junaid)

Anda mungkin juga menyukai