Anda di halaman 1dari 10

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN PARIWISATA SEKTOR PANTAI

(STUDI PADA DINAS PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN


BLITAR, PERUM PERHUTANI KABUPATEN BLITAR, DAN PEMERINTAH DESA SERANG
KABUPATEN BLITAR)

Kurnia Alvin Syahputra


S-1 Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
Email: kurniaalvinsyahputra@gmail.com

Muhammad Farid Ma’ruf, S.Sos., M.AP.


S1 Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
Email : muhammadfarid@unesa.ac.id

Abstrak
Pariwisata dapat menyediakan pertumbuhan ekonomi dalam hal membuka peluang kerja, pendapatan,
taraf hidup, dan bisa mengaktifkan sektor perekonomian suatu daerah. Adanya pengelolaan dengan cara
peningkatan fasilitas seperti sarana dan prasarana, SDM yang profesional dapat menciptakan daya tarik
untuk kegiatan pariwisata. melalui RPJMD Kabupaten Blitar melakukan pengembangan destinasi wisata
pantai menemui suatu kendala dalam kewenangan lahan yang berada di tepian pantai serang, lahan tersebut
merupakan wilayah kerja dari Perum Perhutani sehingga pemerintah tidak bisa mengakses secara maksimal.
Terjadinya tumpang tindih dalam pengelolaan tersebut Pemerintah Kabupaten Blitar berupaya untuk
melakukan sebuah sinergitas dalam pengelolaan destinasi wisata pantai serang. Sehingga dilakukannya
collaborative governance oleh Pemerintah Kebupaten Blitar dengan Perum Perhutani dan Pemerintah Desa
untuk melakukan pengelolaan dengan maksimal. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan collaborative
governance dalam pengelolan pariwisata pantai Serang Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar.
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini menggunakan
proses collaborative governance dari More and Stephens (2012) yang terdiri dari assasment, innitiation,
delebration, implementation. Hasil penelitian menunjukan kolaborasi yang dilakukan assasment dengan
melihat kondisi awal terjadi tumpang tindih antar pemangku kepetingan sehingga menghambat proses
pengelolaan. Innitiation diprakarsai oleh pemerintah kabupaten bertujuan untuk mengurai permasalah yang
telah terjadi. Delebration dilakukan untuk mencapai kesepahaman bersama, hak dan kewajiban, peran
stakeholders dalam menjalin kerjasama. Implementation terjadi sebuah perubahan pada lokasi wisata dari
fasilutas, jasa usaha, kemapuan SDM serta stakeholders yang memahami peran serta tupoksinya masing
masing.

Kata Kunci: Collaborative governance, pariwisata.

Abstract
Tourism can provide economic growth in terms of opening employment opportunities, income, living
standards, and can activate the economic sector of a region. The existence of management by increasing
facilities such as facilities and infrastructure, professional human resources can create attraction for tourism
activities. through the Blitar Regency RPJMD, the development of coastal tourism destinations encountered
an obstacle in the authority of land located on the edge of Serang beach, the land is a working area of the
Perhutani Public Corporation so that the government cannot access it optimally. The overlap in the
management of the Blitar Regency Government seeks to establish a synergy in the management of the Serang
beach tourism destination. So that collaborative governance is carried out by the Blitar District Government
with Perum Perhutani and the Village Government to carry out maximum management. The purpose of this
study is to describe collaborative governance in the management of Serang beach tourism, Panggungrejo
District, Blitar Regency. This research uses descriptive type with a qualitative approach. The focus of this
study uses a collaborative governance process from More and Stephens (2012) which consists of assessment,
innitiation, delebration, implementation. The results showed collaboration conducted by the assessment by
looking at the initial conditions of overlapping between stakeholders that hampered the management process.
Innitiation initiated by the district government aims to unravel the problems that have occurred. Delebration
is done to achieve mutual understanding, rights and obligations, the role of stakeholders in establishing
cooperation. Implementation occurs a change in the tourist location of the facilities, business services, ability
of human resources and stakeholders who understand the role and function of each.

Keywords: Collaborative governance, tourism.

1
Ringkasan data tersebut menunjukan adanya
peningkatan wisatawan yang berkunjung pada destinasi
PENDAHULUAN wisata, sehingga menghasilkan hal positif salah satunya
Produk Domestic Bruto (PDB). Selanjutnya Undang -
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,
negara yang mempunyai keindahan alam begitu banyak.
menjelaskan bahwa pariwisata ialah berbagai macam
Flora dan fauna serta budaya yang beraneka ragam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
menjadikan keunikan tersediri. Menunjukan bahwa
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha
potensi yang dimiliki begitu besar, hal tersebut
dan pemerintah. Untuk menunjang kelancaran
mempengaruhi keneragaman pariwisata yang ada di
pengembangan pariwisata diperlukan beberapa
Indonesia. Secara umum, pariwisata dipandang sebagai
pendorong yang penting seperti jalan yang baik,
sektor yang dapat mendorong serta meningkatan
transportasi darat, laut, udara, dan akomodasi. Dalam
kegiatan pembangunan, membuka usaha baru,
upaya pengembangan suatu destinasi pariwisata banyak
membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan
hal yang dapat dilakukan. Salah satunya dengan
sumber pendapatan masyarakat maupun pendapatan asli
berkolaborasi dengan pemangku kepentingan. Tentunya
daerah, apabila pengelolaannya dilakukan secara
sesuai dengan kapasitas yang dimiliki sehingga
maksimal. Pariwisata ialah sebuah aktivitas manusia
terciptanya suatu hubungan yang sehat dan berdampak
yang dilakukan dengan secara sadar dan mendapat suatu
baik dalam pegembangan sektor pariwisata.
pelayanan secara bergantian di antara orang-orang
Pada tahun 2016 Pemerintah Jawa Timur Dalam
dalam suatu Negara itu sendiri maupun di luar negeri,
rangka meningkatkan sektor pariwisata di Jawa Timur,
mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat
pemerintah bersama PT. Angkasa Pura I (Persero)
dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan
menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion
dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam
(FGD) Collaborative Destination Development (CDD)
negara penerima (Wahab dalam Nasrul (2010:3)).
dengan tema “Development East Java’s Tourism
Berdasarkan laporan The Travel & Tourism
Welcome one milion foreign tourist arrival by 2025”.
Competitiveness Report, peringkat indeks daya saing
Bersama pemangku kepentingan pariwisata.
pariwisata Indonesia di dunia naik menjadi peringkat 40
Collaborative Destination Development (CDD)
di tahun 2019 dari peringkat 42 di tahun 2017, yang
merupakan forum kolaborasi berbagai pemangku
dirilis WEF ( World Economic Forum) 2019. Pada tahun
kepentingan industri pariwisata nasional dan daerah agar
2015 tercatat pariwisata menyumbang 12,2 miliar dollar
bersama-sama mengembangkan sekor pariwisata dan
Amerika Serikat (AS). Kemudian, tahun 2016 naik
melaksanakan pelayanan pariwisata. CDD di Jawa
menjadi 13,6 miliar dollar AS dan tahun 2017 menjadi
Timur, disepakati pengembangan destinasi wisata Jawa
15 miliar dollar AS. Jumlah kunjungan wisatawan
Timur melalui perluasan pengembangan obyek wisata
mancanegara ke Indonesia pada tahun 2018 sebanyak
alam dan buatan, peningkatan sinergitas usaha angkutan
15,81 juta wisatawan. Bila dibandingkan tahun 2017,
udara atau maskapai dengan asosiasi agen perjalanan
kunjungan wisatawan manca negara naik 12,58 persen
wisata dengan menawarkan berbagai promo dan paket
(Dikutip dari laporan World Economic Forum 2019).
menarik agar dapat menjaring lebih banyak wisatwan
Sehingga diperoleh pertumbuhan Produk Domestik
domestik maupun mancanegara.
Bruto sebagaimana tersaji dalam grafik di bawah ini :
Secara garis besar Collaborative Governance
muncul dengan sengaja diciptakan secara sadar guna
Grafik 1 :
melancarkan permasalahan yang sedang menghambat
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
suatu pekerjaan. Collaborative governance merupakan
sebuah proses yang di dalamnya melibatkan berbagai
instansi dalam mencapai tujuan bersama. Penjelasan
tidak dijabarkan terperinci jenis organisasi apa saja
tergabung dalam praktek tersebut. Kerjasama antar
organisasi hanya terlihat tujuan telah disepakati secara
bersama dengan pengaktualisasian kapasitas masing-
masing pihak (Cordery, Hartman et al dlm Mah & Hills
(2012:89)).
Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentang
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
Sumber : World Economic Forum 2019 otonomi seluas - luasnya dalam sistem dan prinsip
2
Negara Kesatuan Republik Indonesia, memberikan tanah terinci sebagai sawah, pekarangan, perkebunan,
kewenangan lebih luas pada pemerintah daerah untuk tambak, tegal, hutan, kolam ikan dan lain-lain.
mengelola wilayahnya. Membawa implikasi semakin Kabupaten Blitar juga di belah oleh aliran sungai
besarnya tanggung jawab dan tuntutan untuk menggali Brantas menjadi dua bagian, sekaligus membedakan
dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang potensi kedua wilayah tersebut yang mana Blitar utara
dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan merupakan dataran rendah lahan sawah dan beriklim
pembangunan di daerah. Pemerintah dan stakeholder basah dan Blitar Selatan merupakan lahan kering yang
kepariwisataan menyadari, besarnya potensi cukup kritis dan beriklim kering. (Badan Statistik Kab.
kepariwisataan di daerah sehingga berusaha menggali, Blitar. 2018)
mengembangkan serta membangun aset obyek dan daya Daya Tarik serta potensi dan kekayaan yang
tarik wisata yang merupakan modal awal untuk dimiliki Kabupaten Blitar bukan hanya pada sumber
bangkitnya kegiatan pariwisata. daya alam, produksi hasil bumi yang melimpah, hasil
Sejalan dengan peluang teresbut, Pemerintah peternakan, perikanan dan deposit hasil tambang yang
Provinsi Jawa Timur mengeluarkan Peraturan Daerah tersebar di wilayah Blitar Selatan, tetapi juga kekayaan
Nomor 6 tahun 2017 Tentang Rencana Induk budaya serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai
Kepariwisataan Provinsi Jawa Timur tahun 2017– 2032. adi luhung menjadi kekayaan yang tidak ternilai. Namun
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sektor pariwisata lebih dari itu, berbagai kemudahan perijinan dan iklim
sangatlah berperan penting, menyediakan infrastruktur, investasi usaha yang kondusif telah diciptakan dapat
memperluas jaringan, kegiatan kordinasi aparatur menjadi point of essential terutama jaminan untuk
pemerintahan pihak swasta, melakukan promosi ke melibatkan diri dalam pengembangan Kabupaten Blitar.
daerah lain. Berikut gambar perbandingan kinerja Jatim Potensi yang dimiliki dapat menunjang pembangunan
dalam kontribusi sektor pariwisata : berbagai sektor, khususnya pariwisata sehingga
perkembangan pembangunan di Kabupaten Blitar dapat
Gambar 1 : maksimal. Adapun Daftar Destinasi Wisata di
Perbandingan Realiasi Kinerja Jawa Timur dengan Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut :
Provinsi Lain Tabel 1 :
Daftar Destinasi Wisata Di Kabupaten Blitar
Jenis Nama Wisata Alamat
Wisata
Wisata Pantai Tambak Rejo Kec. Wonotirto
Alam Pantai Gondo Mayit Kec. Wonotirto
Pantai Jolosutro Blitar Kec. Wates
Pantai Pangi Kec. Bakung
Pantai Serang Blitar Kec. Panggungrejo
Pantai Peh Pulo Kec. Panggungrejo
Petilasan Rambut Kec. Gandusari
Monte
Kebun Teh Sirah Kec. Gandusari
Kencong
Pendakian Gunung Kec. Gandusari
Kelud
Wisata Candi Penataran Kec. Nglegok
Sejarah Candi Gambar Wetan Kec. Nglegok
Candi Kotes Kec. Gandusari
Candi Sawentar Kec. Kanigoro
Arca Gaprang Kec. Kanigoro
Canding Simping Kec. Kademangan
Wisata Gong Kyai Kec. Sutojayan
Sumber : Disbudpar Provinsi Jawa Timur Pradah
Wisata Pemandian Penataran Kec. Nglegok
menarik Bendungan Wlingi Kec. Talun
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2017 lainya Raya
wisatawan Jawa Timur berjumlah 625.729 sedangkan Bendungan Nyuyur Kec. Gandusari
wisatawan nusantara berjumlah 58.649.178. Dimana Kampong Coklat Kec. Kademangan
Kebun Kopi Kec. Nglegok
kontribusi wisata mancanegara Jawa Timur terhadap Karanganyar
Nasional adalah 4,57%, kontribusi wisatawan nusantara Bukit Bunda Kec. Kademangan
Jawa Timur terhadap Nasional adalah 21,17%. Sumber : Badan Statistik Kabupaten Blitar tahun 2018
Salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
memiliki potensi perkembangan wisata yang Terdapat beberapa destinasi yang dimiliki oleh
menjanjikan adalah Kabupaten Blitar. Kabupaten Blitar Kabupaten Blitar. Dari uraian data di atas parwisata di
memiliki luas wilayah 1.588.79 KM dengan tata guna Kabupaten Blitar terbagi menjadi tiga jenis wisata.

3
Wisata alam, wisata sejarah dan wisata buatan. Dimana Kabupaten Blitar. Oleh karena itu pantai Serang
setiap destinasi mempunyai karakteristik dan keunikan merupakan salah satu fokus dari pembangunan
tersediri untuk di kembangkan, sehingga dapat menjadi Kabupaten Blitar.
daya tarik bagi wisatawan yang mau berkunjung. Pantai Serang merupakan lokasi pantai yang
Berikut peningkatan pengunjung yang terjadi pada tahun mempunyai daya tarik lebih banyak dan diminati oleh
2014-2018 di Kabupaten Blitar yang di tunjukan pada wisatawan, lokasi pantai yang cukup dekat dari pusat
grafik dibawah ini : pemerintahan dapat di tempuh kurang lebih satu jam
Grafik 2 : dibandingkan pantai Jolosutro dan pantai Tambakrejo
Kunjungan Wisata Kabupaten Blitar tahun 2014- yang lebih jauh. Tedapat kegiatan budaya yang terdapat
2018 di pantai serang dapat menjadikan pengunjung antusias
untuk melihat dan berkunjung di patai serang, seperti
upacara adat yang dilakukan setiap bulan suro yang
menarik wisatawan lebih banyak lagi. Pantai Serang
merupakan pantai yang mempunyai penangkaran penyu
di Kabupaten Blitar yang akan menambah ciri khas dari
pantai Serang sendiri.
Pengembangan pada RPJMD yang
memfokuskan kawasan pantai tersebut Pemerintah
Kabupaten Blitar menemui beberapa kendala yang
menghambat proses pengelolaan pantai Serang tersebut.
Dimana lokasi pantai Serang Kecamatan Panggungrejo
merupakan kawasan yang masih bagian dari
kewenangan Perum Perhutani, bersamaan dengan pantai
Jolosutro di Kecamatan Wates dan pantai Tambakrejo di
Kemacatan Wonotirto. Hal tersebut membuat
Sumber : Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan pemerintah tidak mampu menjangkau secara maksimal
Olahraga Kabupaten Blitar guna pengelolaan lebih lanjut. Hal ini tentunya sangat
berpengaruh pada proses pengembangan wilayah guna
Pada tahun 2018, laporan dari Dinas Pemuda, menambah lahan dalam pengelolaan pantai.
Olah Raga, Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Masyarakat juga perlu adanya bimbingan dan
Kabupaten Blitar menunjukkan terjadinya kenaikan promosi yang tepat terhadap wisata pantai agar
jumlah kunjungan wisata pada setiap tahunya mulai dari menunjang perkembangan pariwisata. Pelatihan serta
tahun 2014 sampai dengan 2018. Peningkatan derastis pembinaan terhadap masyarakat perisir guna sadar
pada tahun terakir dari 1.727.953 kunjungan di tahun wisata yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
2017 menjadi 2.308.926 kunjungan di tahun 2018. Blitar masih belum mendapat respon yang baik dari
Angka ini menjadi salah satu bukti kemajuan dalam masyarakat. Hal tersebut ditunjukan dengan masih
pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Blitar. seringnya melanggar aturan- aturan yang dilarang oleh
Dengan demikian harus juga ada peningkatan kualitan pemerintah tentang sadar lingkungan. Peran masyarakat
pelayanan serta pengelolaan sektor pariwisata tersebut. diharapkan mempunyai andil yang sangat besar dalam
Dalam mengakselerasi pengembangan proses ini. Untuk itu masyarakat ditempatkan pada
pariwisata maka dibutuhkan strategi pengembangan posisi memiliki, mengelola, merencanakan dan
kepariwisataan. Sesuai RPJMD kabupaten Blitar tahun memutuskan tentang program yang melibatkan
2016-2021 dalam Perda Nomor 4 Tahun 2016, Strategi kesejahteraannya (Korten dalam Kusmayadi dan Ervina,
yang pertama adalah pengembangan produk wisata 1999).
meliputi objek dan daya tarik wisata, atraksi wisata, Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi.
amenitas (akomodasi, restoran atau rumah makan), dan Pemerintah Kabupaten Blitar berinisiasi melakukan
aksesibilitas. Strategi yang kedua adalah pengembangan Collaborative Governance dengan pihak-pihak terkait.
prasarana meliputi penyediaan jaringan jalan, air bersih, Dengan permasalahan yang sedang dihadapi, menjalin
listrik, telepon dan lainya. Strategi yang ketiga sinergi dengan berkolaborasi dengan Perum Pehutani
pengembangan usaha atau investasi. Sesuai master plan selaku kewenangan wilayah dan Pemerintah Desa
yang telah disusun, maka pengembangan pariwisata sebagai pelaku wisata diharapkan akan mengurai
akan difokuskan pada pembangunan pariwisata Candi permasalahan yang sedang dihadapi oleh Pemerintah
Penataran, Perkebunan Serah Kencong dan Pantai Kabupaten dalam mengembangkan kawasan pantai
Serang yang disebut dengan Three angle diamond yang tertuang dalam RPMJD. Kolaborasi tersebut
diwujudkan dalam sebuah kesepakatan kerjasma (MoU)
4
antara Perum Perhutani dengan Pemerintah Kabupaten agar dapat mengelola pantai serang secara maksimal
Blitar tentang pengembangan potensi wisata Nomor: yang semula terkendala oleh wilayah karena merupakan
109/KB/BLTDivre Jatim/2016, Nomor: kawasan Perhutani. Dalam penerapannya Pemerintah
119/1.002/4098.011/2016, yang menjadi bukti Kabupaten Blitar dapat mengubah lahan hutan pantai
sinergitas Pemkab Blitar dalam pengelolaan wisata yang kurang produktif mejadi lebih produktif.
sektor pantai ini. MoU kerjasama ini merupakan langkah Berdasarkan Berdasarkan hubungan kerjasama
untuk mengembangkan pariwisata di pantai Kabupaten yang sudah di jalankan dalam pengelolaan pantai di
Blitar. Saling menguntungkan dan menghargai. Kabupaten Blitar tersebut, peneliti ingin menggali
Pembuatan dokumen perjanjian kerjasama agar peran informasi mengenai proses kolaborasi yang dilakukan
dan tanggung jawab ketiga pihak yang bekerjasama oleh pihak terkait dalam upaya pengelolan destinasi
dapat diketahui dengan jelas (Elvirandini dan Ma’ruf, wisata pantai Kabupaten Blitar. Dengan judul
2018:1). “Collaborative Governance Dalam Pengelolaan
Kerjasama dalam proses pengembangan Pariwisata Sektor Pantai (Studi Pada Dinas
insfrastruktur pantai, fasilitas seperti lahan parkir, Pariwisata Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga
penataan serta penambahan warung-warung dan Kabupaten Blitar, Perum Perhutani Kabupaten
pertokoan akan menambah kenyamanan serta Blitar dan Pemerintah Desa Serang Kabupaten
antusiasme para wisatawan. Keterbatasan lahan parkir Blitar)”. Yang dikaji menggunakan teori dari Morse and
belum bisa manampung kendaraan wisatawan pada hari Stephens (2012) proses collaborative governance
libur, selain itu ada beberapa masyarakat yang melalui beberapa tahapan. Membagi tahapan
mendirikan warung di tepian pantai, sehingga dapat collaborative governance ke dalam 4 tahapan, yaitu:
membahayakan masyarakat ketika air laut sedang Assesment (Penilaian), Initiation (Inisiasi), Delibration
pasang dan juga dapat merusak ekosistem wilayah bibir (Musyawarah), Implementation (Penerapan).
pantai. Dengan kolaborasi tersebut terjadi peluasan Berdasarkan latar belakang yang telah di
lahan parkir serta penataan ulang warung sehingga jelaskan, maka rumusan masalah yang diambil yaitu
memberikan kenyamanan dan keamanan para bagaimana proses Collaborative Governance yang
wisatawan maupun masyrakat itu sendiri. dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar melalui Dinas
Peran pihak non goverment organisation (NGO) Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga dengan
maupun masyarakat yang tegabung dalam kelompok Perum Perhutani dan Pemerintah Desa Serang
sadar wisata bisa memperluas jaringan terhadap wisata Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar dalam
yang ada di pantai serang. Seperti yang kita ketahui pengelolaan pariwisata pada sektor pantai di Kabupaten
bahwasanya NGO mempunyai strategi dalam promosi Blitar ?. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan
maupun variasi pelayanan dalam mengemas destinasi dan memahami pelaksanaan Collaborative Governance
wisata agar menarik pasar yang luas yang belum dimiliki yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar melalui
oleh pemerintah. Platform digital seperti penyedia tour Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga
wisata, jasa transportasi, paket wisata, akan memiliki dengan Perum Perhutani dan Pemerintah Desa Serang
strategi yang lebih baik sesuai dengan kapasitasnya Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar dalam
sehingga menambah daya tarik kunjungan terhadap pengelolaan pariwisata pada sektor pantai di Kabupaten
destinasi wisata tersebut. Dengan dibantu oleh Blitar.
kelompok sadar wisata atau pokdarwis pemerintah desa
serang dapat mengelola destinasi dengan maksimal.
Upgrading Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdapat METODE
pada pengelola sangatlah diperlukan guna mengaktifkan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
kekreatifitasan dalam menyediakan pelayanan terhadap ini yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan
para pengunjung di destinasi wisata pantai serang. kualitatif. Sedangkan fokus penelitian menggunakan
Berjalanya kolaborasi dalam pengelolan pantai proses collaborative governance menurut More and
tersebut, terjadi peningkatan pengunjung dari tahun Stephens (2012) dengan menggunakan empat indikator
2017 sejumlah 17.733 orang di tahun 2018 sejumlah di dalamnya, yaitu : 1). Assasment (Penilaian), 2).
59.179 orang. Retribusi masuk kawasan pantai naik Innitiation (Inisiasi), 3). Delebration (Musyawarah), 4).
semula Rp, 5000,- menjadi Rp, 7000,- dengan Implementation (Penerapan). Teknik pengumpulan data
pembagian hasil 50% untuk Desa Serang sebagai pelaku menggunakan metode wawancara, observasi,
wisata, 25% Pemerintah Kabupaten Blitar selaku dokumentasi dan studi kepustakaan. Kemudian analisis
regulator dan fasilitator, dan 25% untuk Perum data menggunakan teknik analisis data menurut Miles &
Perhutani selaku pemilik lahan. More and Stephen Huberman (dalam Sugiyono, 2015:337) yaitu:
(2012) mengemukakan, dalam proses kolaborasi perlu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
adanya inisiasi yang muncul guna terciptanya kolaborasi pemaparan dan penarikan kesimpulan.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Innitiation (Inisiasi)
Berdasarakan penelitian mengenai proses
Collaborative Governance Dalam Pengelolaan Dalam proses collaborative governance inisiasi
Pariwisata Sektor Pantai Studi Pada Sinas Panriwisata merupakan tahapan siapa yang menjadi inisiator dalam
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blitar, kolaborasi dan mengidentifikasi pihak mana saja yang
Perum Perhutani KPH Blitar, Pemerintah Desa Serang berperan dalam kolaborasi sehingga dapat di sepakati
Kabupaten Blitar guna mengetahui proses collaborasi bersama. Inisiasi terbangun oleh stakholders dalam
yang telah dilakukan, maka penelitian menggunakan mengatasi suatu hambatan yang telah terjadi guna
indikator yang di ungkapkan oleh more and stephens mencapai tujuan yang hasil yang di inginkan More &
(2012) dengan empat indikator di dalamnya sebagai Stephens (2012).
berikut : Innitiation (inisiasi) pada collaborative ini
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Blitar untuk
1. Assasment (Penilaian) menggandeng Perum Perhutani dan Pemerintah Desa
Penilaian dilakukan oleh para Stakeholders dalam mengelola destinasi wisata pantai dapat dirasa
melihat potensi yang dimiliki oleh destinasi wisata sesuai dengan kebutuhan dari masing masing pihak.
pantai serang dapat dikembangkan lebih jauh lagi, Pemerinah kabupaten melakukan komunikasi dengan
pesona alam maupun buatan yang dapat menarik Perum Perhutani guna keberlangsungan pengelolaan
wisatwan jauh lebih baik kedepanya. Adanya destinasi wisata dengan melibatkan pihak pemerintah
perselisihan diantara pemerintah dengan perhutani desa sebagai pengelola langsung atas destinasi wisata
mengenai kewenangan lahan yang ada dilokasi destinasi tersebut. Pihak perum perhutani dan juga pemerinntah
wisata pantai. Pemerintah kabupaten blitar tidak bisa desa sangat merespon dengan baik dengan adanya
melakukan pengelolaan secara maksimal dikarenakan inisiasi yang dilakukan oeh Pemerintah Kabupaten
lahan yang ada di pantai serang juga masih dalam Blitar guna ppengelolaan destinasi wisata pantai tersbut.
wilayah dari kerja perum perhutani yang juga memiliki Dalam pengelolaan pariwisata yang mana dalam
kewenangan atas pengelolaan destinasi wisata pantai pengelolaan memerlukan sinergitas antar pemangku
kepentingan yang memiliki peran tersendiri dalam
serang. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
pariwisata, tahapan inisiasi ini menentukan bahwa
sangatlah dibutuhkan untuk kemajuan dari dsetinasi
ketiga aktor tersebut yang telah memenuhi kebutuhan
wisata pantai serang, pengelolaan lahan hutan tepi pantai
dalam collaborative governance, pihak perum perhutani
yang juga harus mendapatkan ijin dari Perum Perhutani
selaku pemilik lahan yang nantinya akan menjadi
untuk dapat dijadikan lahan produkif guna memajukan
fasilitator dalam pengadaan maupun penambahan lahan
destinasi wisata pantai serang. Masing masing pihak
baru di lokasi wisata pantai, pemerintah desa selaku
menyadari kurangnya kapasitas yang dimiliki oleh para
pengelola langsung yang akan memanagement seluruh
stakeholders akan menghambat jalanya pengembangan
pengelolaan yang terjadi malai dari pelayanan hingga
potensi yang ada di wisata pantai serang sehingga
keamaan di lokasi destinasi wisata..
masing masing stakeholders memerlukan sinergitas
Menurut Ansell and Gash (2007) mengatakan
untuk mengelolan destinasi wisata pantai serang.
bahwa suatu kerjasama dapat dikatakan collaborative
Sejalan dengan pendapat (Imron Muhammad, 2020)
governance ketika suatu kerjasama itu di inisisasi oleh
Kerjasama kollaborative mulai dipupuk oleh berbagai
lembaga publik. Pemerintah Kabupaten Blitar
pihak menimbulkan kesadaran akan saling
merupakan lembaga publik yang menjadi inisiator
membutuhkan dan saling terbuka dalam merefleksikan
dalam kerjasama ini dengan demikian dapat dikakatan
aspirasinya menjadi modal awal kerjasama kolaborative
sebagai collaborative governance.
dilakukan.
Penilaian pada proses collaborative governance 3. Delebration (Musyawarah)
ini dapat dilihat dengan masing masing stakeholders Delebration atau musyawarah yang dilakukan
memahami atas potensi yang dimiliki oleh wisata pantai oleh para Stakeholders membahas mengenai aturan
serang. untuk dapat mengembangkan lebih bak lagi dasar yang nantinya di sepakai dalam bentuk perjanjian
memerlukan kemampuan jaringan maupun sumber kerjasama oleh ketiga pihak Antara Pemerintah
finansial yang baik, kesadaran masing masing Kebupaten Blitar Dengan Perum Perhutani Dan
stakeholders akan kekurangan masing masing untuk Pemerintah Desa untuk pengelolaan destinasi wisata
mengelola destinasi wisata pantai akan mengambat pantai. Musyawarah yang dilakukan terlihat berjalan
kemajuan destinasi wisata pantai serang, sehingga dengan baik yang dilakukan secara formal dan non
memerlukan sinergutas antara Pemerintah Kabupaten formal oleh ketiga belah pihak, dengan menggunakan
Blitar dengan Perum Perhutani dan Pemerintah Desa dialog langsung atau tatap muka maupun tak langsung
untuk bisa mengembangkan desinasi wisata pantai dengan menggunakan via phone guna melancarkan
serang lebih baik lagi.
6
proses musyawarah yang dilakukan. 4. Implementation (Penerapan)
Tahapan musyawarah yang dilakukan Implementation yang telah dilakukan terjadi
melibatkan perangkat daerah yang lain untuk membantu sebuah penandatanganan perjanjiankerjsama oleh para
dalam keberhasilan proses kerjasama pengelolaan pantai Stakeholders menunjukan pemahaman yang dapat
serang. Beberapa Organiasi Perangkat Daerah (OPD) disepakati bersama untuk melakukan sinergitas dalam
yang dilibatkan seperti Bagian Hukum, BPKD, Dinas pengembangan destinasi untuk mengelola destinasi
Pemdes, Dinas PU, BAPPEDA, Perhutani dan wisata pantai tersebut. Mernurut cox (1985) dalam
Pemerintah Desa sendiri sesuai dengan kebutuhan yang Pitana (2009) juga mengatakan memberikan dukungan
diperlukan bertujuan untuk membantu prosesi dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan
keberlangsungan kerjasama antara Pemerintah pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif,
Kabupaten Blitar dengan Perum Perhutani KPH Blitar tetapi sebaliknya mengendalikan dan menghentikan
dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan destinasi aktifitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang
wisata pantai. Proses musaywarah yang dilakukan ini batas lingkungan alam atau aksestabilitas sosial
terlihat adanya negoisasi yang dilakukan oleh para walaupun disisi lain mampu meningkatkan pendapatan
stakeholders untuk menentukan beberapa point yang ada masyarakat.
di dalam perjanjian kerjasama (PKS). Negoisasi tersebut
berlangsung pada saat pembahasan mengenai Masing masing pihak berusaha menjalankan
pembagian hasil restribusi dan kewajiban mencetak program sesuai dengan tupoksinya yang telah dibuat.
karcis masuk pada lokasi desinasi wisata, yang menjadi Pemerintah yang membangun sarana dan prasarana
perdebatan adalah siapa yang akan berkewajiban untuk sesuai kapasitas yang dimiliki serta promosi yang telah
mencetak karcis retribusi tersebut. Konflik yang menghasilkan wisata pantai serang dapat mengikuti
kemungkinan terjadi dalam pengelolaan usaha milik beberapa event promosi. Akses jalan yang sudah
pemerintah antara lain berkaitan dengan pembagian dibangun, diadakanya pelatihan serta pendampingan
keuntungan antar shareholders, keputusan kepada siapa terhadap sumber daya manusia pada pengelola destinasi
pelayanan diberikan, konflik tentang pengawasan dan wisata pantai serang yang memberikan pelayanan secara
kewenangan-kewenangan lainnya (Ghosh & Whalley, maksimal kepada para pengunjung memberikan
2008; Hoskisson, Hitt, Johnson, & Grossman, 2002.). kepuasan serta kepercayaan tersendiri bagi wisatawan.
sejalan dengan Jihansson (2010) dalam Kurniasaih, Implementation ini menunjukan ketiga aktor
Denok, dkk. (2017) berpendapat peran negoisasi yang melakukan perannya dengan baik, pemerintah
dilakukan oleh para stakeholders yang terlibat dalam kabupaten melalui Dinas Pariwisata Kabuapten Blitar
suatu progam kebijakan publik akan sangat menentukan sebagai fasilitator dan juga mediator melakukan
arah perubahan yang diharapkaan oleh program pembangunan fasilitas seperti jalan penerangan dan juga
tersebut. Adanya negoisasi didalamnya menemukan pengembangan terhadap SDM pengelola yang sangat
sebuah keputusan untuk pembagian hasil restribusi menunjang keberhasilan pengelolaan destinasi wisata
Pemerintah Kabupaten Blitar 25%, Perum Perhutani pantai serang. Perum Perhutani juga sebagai fasilitator
25% dan Pemerintaah Desa 50% dan percetakan karcis juga melakukan peluasan lahan guna memenuhi
masuk diakukan oleh Pemerintah Kabupaten Blitar. kebutuhan fasilitas wisata seperti pengembangan lahan
Musyawarah yang dilakukan oleh ketiga parkir yang dibutuhkan untuk menampung kendaraan
pemangku kepentingan yaitu Pemerintah kabupaten para pengunjung. Pemerintah Desa Serang selaku
Blitar, Perum Perhutani dan Pemerintah Desa pengelola dapat dengan baik menjalankan tugasnya
merumuskan antara lain menentukan fokus dari masing sebagai pengelola dengan kordinasi dan bantuan dari
masing aktor, Pemerintah Kabupaten Blitar memiliki pokdarwis sebagai SDM pengelolanya terdapat
fokus sebagai fasilitator dan promosi yang dilihat penambahan jasa usaha wisata baru yang berada di
kapasitas dari pemerintah kabupaten lebih memiliki lokasi destinasi wisata menunjukan tanggung jawab atas
konektifitas yang cukup tinggi akan lebih mudah untuk kolaborasi yang telah terjalin antara ketiga belah pihak.
mengembangkanya. Perum Perhutani akan lebih fokus Penerapan evaluasi yang dilakukan pada setiap
kepada fasilitas lahan yang ada di tepian pantai yang tahunya menjadi bahan untuk perpanjangan perjanjian
berpotensi untuk pengembangan di destinasi wisata kerjasama yang dilakukan oleh para Pemerintah
pantai serang serta keprodukifan lahan hutan tepi pantai. Kabupaten Blitar dengan Perum Perhutani dan
Pengelolaan akan difokuskan kepada Pemerintah Desa Pemerintah Desa. Perubahan yang terjadi di lokasi
Serang dimana pada pemerintah desa yang akan wisata pantai serang menunjukan bahwa dari ketiga
bersentuhan langsung dengan lokasi destinasi wisata aktor tersebut telah menjalankan peran masing masing
pantai serang sehingga untuk penangananya lebih dengan baik, sehingga kerjasama yang dilakukan oleh
optimal yang nanti akan dikordinasikan kepada Pemerintah Kabupaten Blitar dengan Perhutani dan
pemerintah kabupaten maupun perhutani. Pemerintah Desa dapat diperpanjang.
7
TEMUAN PENELITIAN (Musyawarah), 4). Implementation (penerapan).
Pada penelitian terdapat perbedaan pendapat Proses collaborative governance pada indikator yang
mengenai collaborative dilakukan dengan pihak mana pertama yaitu assasment (penilaian) terlihat berjalan
saja, Pemerintah Kabupaten Blitar selaku inisiator dengan baik. Stakeholders terlihat melakukan penilain
mengusulkan kolaborasi dalam bentuk dua pihak antara dengan melibatkan para aktor untuk menilai kondisi
Pemerintah Kabupaten dengan Perhutani. Pihak Perum awal dari lokasi destinasi wisata pantai serang, yang
perhutani mempunyai pendapat sendiri dengan menyimpulkan bahwa keberadaan potensi alam
mengusulkan pemerintah desa dilibatkan dalam maupun buatan yang berada di pantai serang dapat di
perjanjian kerjsama dengan bentuk kolaborasi tiga kembangkan lebih jauh lagi dengan kemampuan yang
pihak. UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan dimiliki oleh masing masing aktor. Disini para
daerah menjelaskan Pemerintah desa merupakan bagian Stakeholders mengakui atas kertebatasan kemampuan
kewilayahan dari pemerintah daerah yang berimplikasi yang dimiliki oleh masing masing aktor untuk bisa
pada kewenangan desa untuk menjalankan kewenangan mengembangan potensi yang ada sehingga perlunya
dari pemerintahan diatasnya. UU no 6 tahun 2014 pasal tindakan untuk melakukan sinergitas lebih lanjut
9 mengenai kewenangan lokal bersekala desa yang dalam mengelola destinasi wisata pantai serang.
dimiliki desa dalam bidang pembangunan desa untuk Kedua, innitiation (inisiasi), pada tahapn ini
melakukan pengembangan ekonomi lokal desa dan terihat bahwasanya Pemerintah Kabupaten Blitar
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan desa melakukan komunikasi dengan Perum Perhutani dan
dapat melakukan pengelolaan sumber daya alam secara juga Pemerintah Desa untuk melakukan sinergitas
mandiri diluar destiniasi yang sudah masuk rencana guna mengambangkan destinasi wisata pantai serang,
pembangunan pemerintah kabupaten. Membuktikan pada tahapan ini berjalan dengan baik dengan respon
penyelesaian persoalan mengenai bentuk kerjasama yang diberikan oleh Perum Perhutani dan juga
yang dilakukan telah menyepakati bentuk kerjasama Pemerintah Desa dalam menanggapi inisiasi yang akan
dengan tiga pihak memberikan kepercayaan diri dilakukan guna mengembangkan destinasi wisata
terhadap pemerintah desa untuk melakukan pantai tersebut. Pada inisiasi ini juga dapat dikatakan
pengembangan terhadap destinasi wisata tanpa sebagai collaborative governance untuk pihak yang
menunggu perintah dari pemerinah kabupaten. melakukan inisiasi tersebut dari sektor lembaga publik.
Ketiga yaitu delebration (musyawarah), tahapan
PENUTUP musyawarah yang telah dilakukan berjalan dengan
Simpulan lancar walaupaun terjadi sebuah negoisasi yang
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada dilakukan oleh para stakeholder, hal tersebut merupakan
proses collabotaive governance dalam pengelolaan langkah untuk mencapai persamaan pandangan
pariwisata sektor pantai yang studi Pemerintah sehingga mendapatkan pemahaman bersama terhadap
Kabupaten Blitar melalui Dinas Pariwisata permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan pantai
Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga dengan Perum serang dapat terselesaikan secara bersama. Pada tahapan
Perhutani KPH Blitar dan Pemerintah Desa Serang musyawarah membahas mengenai aturan dasar
menunjukan keberhasilan dalam menyelesaikan kerjasama yang dilukan oleh para stakeholders,
permasalahan yang terjadi. Dalam proses collaborative musyawarah dilakukan secara formal dan non formal
governance melibatkan para stakeholders yang terlibat dengan dialog langsung dan tidak langsung dengan
untuk membantu dalam menyukseskan kolaborasi menggunakan telephone. Hal tersebut sangat membantu
tersebut yang dilihat dari empat indikator menurut dalam melancarkan proses musyawarah yang dilakukan
More and Stephens (2012) didalamnya. Adanya guna membahan perjanjian kerjasama yang dilakukan
negoisasi yang dilakukan oleh para Stakeholders oleh stakeholders
merupakan suatu hal yang dapat dijadikan sebuah Tahapan yang ke empat yaitu implementation
langkah untuk menyamakan pemahaman antar (penerapan). Tahapan ini merupakan sebuah tahap
Stakeholders dalam kolaborasi tersebut. perancangan serta pelaksanaan dari proses kolaborasi
Hasil analisis proses collaborative governance dengan komponen komponen yang mendukung dari
dalam pengelolaan pariwisata sektor pantai studi pada keberhasilan kolaborasi. Stakeholders tersebut saling
Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Dan Olahraga berkomitmen dengan hasil musyawarah yang telah
Dengan Perum Perhutani Dan Pemerinta Desa Serang dilakukan dan terselenggaranya kesepakatan untuk
menunjukan telah berjalan dengan baik dengan melakukan perjanjian kerjasama (PKS) oleh para
mengacu pada proses collaborative governance stakeholders. Dengan keberhasilan dari indikator
menurut more and stephens (2012) yang terdapat indikator diatas. Para Stakeholders secara bertahap telah
empat indikator yaitu : 1). Assament (Penilaian), melakukan sesuai dengan tanggung jawab.
2). Innitiation (Inisiasi), 3). Delebration Pembangunan sarana prasarana maupun SDM telah
8
dilakukan secara bertahap oleh para Stakeholders yang wisatawan dari berbagai daerah. Dalam upaya
di evaluasi setiap tahunnya, saat ini perjanjian kerjasama memberikan pelayanan didaerah lokasi wisata pantai
ini sudah diperpanjang pada tahun kedua. Dengan serang masih ditemukan belum adanya layanan tarik
demikian proses kolaborasi ini berjalan dengan baik tunai dan pembayaran non tunai atau cashless yang
sehingga bisa menjadi solusi dari suatu permasalahan mana akan menghambat perputaran uang yang
diawal mengenai tumpang tindih dalam pengelolaanya dilakukan oleh para wisatawan dalam berbelanja di
yang sekarang telah berjalan sesaui tugas dan lokasi wisata. Untuk itu dapat menggandeng pihak
kemampuan yang dimiliki. perbankan maupun e-commerce untuk memenuhi hal
tersebut.

SARAN 3. Pada fasilitas umum, dengan adanya transportasi


umum menuju lokasi wisata seperti bus maupun mini
Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian, maka bus dapat memberikan pelayanan menuju ke lokasi
peneliti memiliki beberapa saran yang dapat bermanfaat destinasi wisata pantai serang. Adanya penginapan
bagi berlangsungnya proses collaborative governance yang strategis untuk para wisatawan yang
dalam pengelolaan pariwisata sektor pantai serang di berkunjung dari luar daerah dapat menikmati
Kabupaten Blitar. Berikut saran tersebut : bermalam di lokasi pantai tersebut sehingga sangat
menunjang kemudahan untuk berwisata. Pemerintah
1. Pada proses collaborative governance dalam kabupaten Blitar dapat mempertimbangkan hal
pengelolaan pariwisata sektor pantai yang ada di tersebut guna pembangunan penginapan umum dan
Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten pengadaan transportasi umum yang akan
Blitar yang dilaksanakan oleh Pemerintah kabupaten memudahkan pengunjung mengakses lokasi pantai
Blitar dengan Perum Perhutani KPH Blitar dan serang serta fasilitas penginapan untuk wisatwan
Pemerintah Desa Serang dapat dilakukan evaluasi agar semakin lama di tempat wisata pantai serang.
secara bertahap untuk memastikan serta
memonitoring pengembangan yang terjadi di pantai 4. Pada lokasi desa serang tidak hanya terdapat
serang. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap smester destinasi wisata pantai serang yang dapat di kunjungi
dengan melibatkan ketiga pihak antara Dinas oleh para wisatwan, akan tetapi ada penagkaran
pariwisata Kebudayaan Pemuda dan olahraga, penyu dan gua sejarah yang bisa dijadikan alternatif
Perum perhutani pemerintah desa serang beserta lainya untuk berwisata. Melakukan sinergitas terkait
perwakilan dari pengelola ataupun pokdarwis agar pengelolaan destinasi wisata lain yang berada pada
bisa memaparkan kondisi terkerkini yang terjadi di lokasi wilayah kerja perhutani dan desa serang, agar
pantai serang, sehingga dapat mengetahui tantangan wisatawan yang berada di lokasi juga tertarik oleh
kedepan yang akan di hadapi seperti apa. Menilai destinas wisata yang ada di desa serang, misalnya
perjalanan yang telah dilakukan sesuai dengan dengan kegiatan pada edukasi konservasi penyu, gua
tujuan awal dari kolaborasi dilakukan guna kedungkrombang yang menambah spot untuk
mempermudah dalam mengontrol perkembangan berwisata di Desa Serang.
destinasi wisata tersebut. Dapat dijadikan bahan
guna perpanjangan PKS dalam setiap tahunnya.
Ucapan Terima Kasih
Peneliti ucapkan terima kasih yang tak terhingga
2. Collaborative ini diharapkan dapat menarik suatu
peluang bisnis yang cukup menjanjikan dalam sektor kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi pada
penulisan jurnal penelitian ini, diantaranya:
pariwisata. Pada pengelolaanya kolaborasi ini bisa
1. Para dosen S1 Ilmu Administrasi Negara FIHS Unesa
menggandeng para pihak yang dapat menunjang
pengembangan pariwisata. Melibatkan sponsor guna 2. Tjitjik Rahaju, S.Sos, M.Si. selaku dosen
pembimbing
melakukan investasi dapat melebarkan jangkauan
3. Indah Prabawati, S.Sos, M.Si. dan Fitrotun
untuk lebih dikenal oleh masyarakat luas yang
Niswah, S.AP, M.AP. selaku dosen penguji
tentunya akan berimbas pada peningkatan jumlah
4. pihak-pihak lainnya yang memberi dukungan
wisatwan yang masuk pada wisata pantai serang.
baik secara finansial maupun dukungan moral
Dengan menggandeng NGO yang bergerak dibidang
kepada peneliti sehingga penulisan jurnal ini dapat
pariwisata yang mengetahui strategi yang dapat
terselesaikan.
dilakukan untuk mengembangkan pariwisata
kedepanya, dengan menggandengan agen tour
wisata akan semakin memperkenalkan destinasi
wisata pantai serang yang dapat dikunjungi oleh

9
DAFTAR PUSTAKA Undang Undang Nomor. 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah.
Ansell. & Gash. Collaborative Governance in
Theoryand Practice. University of California, Wahab, Abdul dan Lestari, Lies Amin. 1999. Menulis
Berkeley Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga University Press.
De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 1992. Quantum Wahab, Salah. 2010. Tourism Management. London:
Learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan Tourism International Press.
Menyenangkan. Terjemahan oleh Alwiyah
Winardi, Gunawan. 2002. Panduan Mempersiapkan
Abdurrahman. Bandung: Penerbit Kaifa.
Tulisan Ilmiah. Bandung: Akatiga.
Elvirandini, Verinnathasia dan M.Farid Ma’ruf. 2018:
Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Perum
Perhutani Dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan
Dalam Pengelolaan Hutan (Studi Pada Program
Paha Sylpi di Desa Setren Kecamatan Ngasem
Kabupaten Bojonegoro). Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya
Imron Muhammad, 2020, Kolaborasi Quadruple Helix
Dalam Menciptakan Inovasi Konsep Wisata
Edukasi Kampung Nanas Di Desa Palaan, Journal
of public sector inovation, vol. 4, no. 2.
Jihansson (2010) dalam Kurniasaih, Denok, dkk.
(2017). Collaborative governance dalam
penguatan kelembagaan program sanitasi
lingkungan berbasis masyarakat kabupaten
banyumas. Jurnal Adimistrasi publik. Vol. 19
Kurniasih Denok, 2017, Kegagalan Bisnis Pemerintah
Desa (Studi Tentang Relasi Bisnis-Pemerintah
Pada Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Di
Kabupaten Banyumas), JPSI (Journal of Public
Sector Innovations), Vol. 1, No. 2,
Mah, D. N.-y. & Hills, P., 2012. Collaborative
Governance for Sustainable Development: Wind
Resource Assessment in Xinjiang and Guangdong
Provinces, China. Sustainable Development Sust.
Dev. 20, Issue I0.I002/sd.466.
Morse & John B, Stephens. 2012. Teaching
Collaborative Governance: Phases, Competencies,
and Case-Based Learning.

Peraturan Derah. No 4 tahun 2014. Rencana


Pembangunan Jangka menengan Daerah
(RPJMD) Kabupaten Blitar tahun 2016-2021.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan


Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suparno. 2000. Langkah-langkah Penulisan Artikel
Ilmiah dalam Saukah, Ali dan Waseso, M.G. 2000.
Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang: UM
Press.
UNESA. 2000. Pedoman Penulisan Artikel Jurnal,
Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Surabaya.
Undang Undang Nomor. 06 Tahun 2014 Pasal 9
Mengenai Kewenangan Lokal Berskala Desa.
Undang Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang
kepariwisataan.

10

Anda mungkin juga menyukai