Anda di halaman 1dari 17

DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA PENDAKIAN GUNUNG PRAU

TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT LOKAL DESA


PATAK BANTENG

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh:

DWI FANNY AGIELA KURNIAWAT

20200430109

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan industri yang dapat menghasilkan pertumbuhan

ekonomi yang pesat di banding dengan sektor ekonomi lainnya (Sudiarta dkk., 2021).

Pariwisata sangat penting untuk meningkatkan devisa atau sumber pendapatan suatu

negara dan juga memberikan kesempatan kerja untuk menyerap tenaga kerja suatu

negara. Industri pariwisata sendiri mempunyai fungsi dan kegunaan untuk membantu

pembangunan dan pengembangan kawasan di sekitar suatu daerah atau daerah tujuan

wisata. Ekanayake dan Aubrey mengatakan pariwisata merupakan strategi yang

sangat hemat biaya untuk meningkatkan perekonomian suatu daerah (Ahmad &

Warsitasari, 2023).

Industri pariwisata tidak hanya berdampak pada kelompok ekonomi tertentu

saja, namun juga berdampak pada kelompok ekonomi bawah. Masyarakat akan

mempunyai akses terhadap hal tersebut dalam bentuk peningkatan kegiatan ekonomi

seperti pembangunan perumahan, jasa (transportasi, komunikasi dan lain-lain) serta

warung makan, dan lain-lain. Pengembangan industri pariwisata bertujuan untuk

memperkuat pariwisata agar menjadi sektor inti yang mampu bersaing dengan

kegiatan ekonomi, termasuk sektor terkait lainnya. Upaya pengembangan dan

pemanfaatan berbagai potensi pariwisata nasional dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah,

pendapatan negara, dan pendapatan devisa. (Amin dkk., 2022.)

Pemerintah telah memberikan hak kepada setiap daerah untuk

mengembangkan potensi pariwisatanya, sebagaimana dijelaskan dalam Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa pemerintah daerah


mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan wilayahnya, yang berarti

tanggung jawab dan tuntutan yang lebih besar untuk menggali dan mengembangkan

potensi pariwisata yang dimiliki daerah dalam rangka mendukung perjalanan

pengembangan daerah (Oktaviani & Yuliani, 2023).

‫ُقْل ِس يُروا ِفي اَأْلْر ِض َفاْنُظُروا َكْيَف َبَد َأ اْلَخ ْلَقۚ ُثَّم ُهَّللا ُيْنِش ُئ الَّنْش َأَة اآْل ِخ َر َةۚ ِإَّن َهَّللا َع َلٰى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬

“Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah


menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali
lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Menurut (Rahmi, 2020) Organisasi Konferensi Islam (OKI) memberikan

definisi wisata halal, terminologi yang digunakan OKI adalah Islamic Tourism yaitu

Islam dan pariwisata didasari pada Al-Qur’an 29:20 yang menganjurkan manusia

untuk melakukan perjalanan di bumi untuk mengambil pelajaran dari ciptaan Allah

dan mengambil rahmat-Nya. Islamic Tourism didefinisikan sebagai perjalanan wisata

yang ditujukan untuk memberikan pelayanan dan fasilitas wisata bagi wisatawan

Muslim sesuai dengan kaidah Islam. Adapun beberapa istilah yang digunakan selain

Islamic Tourism, yaitu Halal Tourism, Syariah Tourism, Muslim-Friendly Tourism.

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah

dengan berbagai potensi besar pengembangan pariwisata serta memiliki beberapa

bagian wilayah yang termasuk dalam salah satu Kawasan Strategis Pariwisata

Nasional (KSPN). Pemerintah Kabupaten Wonosobo turut merespon dan mendorong

berbagai destinasi wisata untuk berkembang. Melalui Peraturan Daerah Pemerintah

Kabupaten Wonosobo Nomor 8 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pembangunan

Pariwisata Daerah (RIPPARDA) mengenai Pembangunan Destinasi Pariwisata, obyek

daya tarik wisata di Kabupaten Wonosobo dikelompokkan menjadi Destinasi

Pariwisata Kabupaten (DPK) yang di dalamnya terbagi atas kawasan-kawasan


strategis pariwisata, yakni Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK) dengan

tujuan pengembangan dan pengelolaan yang lebih terarah (Masrurun & Nastiti, 2023).

Kunjungan wisatawan tertinggi di Kabupaten Wonosono adalah obyek wisata

dataran tinggi Dieng yang mencapai jumlah wisatawan domestik pada tahun 2019

sebanyak 333.291 orang (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo,

2019). Salah satu wisata dataran tinggi Dieng yang banyak dikunjungi adalah Gunung

Prau. Wisata pendakian Gunung Prau dapat dilalui dengan beberapa jalur yaitu yaitu

via Patak Banteng, Kalilembu, Dieng Wetan, Dieng Kulon/Dwarawati, Igir Mranak

dan Wates. Jalur pendakian Gunung Prau via Patak Banteng merupakan salah satu

jalur pendakian yang paling digemari oleh para pendaki pemula. Hal ini karena jalur

pendakian Gunung Prau via Patak Banteng cenderung mudah, memiliki pemandangan

yang bagus dan fasilitas wisata yang cukup lengkap. Bahkan adanya beberapa warung

warga di samping jalur pendakian.

Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) meyakini industri pariwisata dapat

menjadi peluang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Namun,

pentingnya kebijakan dan praktik yang bertanggung jawab adalah untuk

meminimalkan kemungkinan dampak negatif. Dengan cara ini, pariwisata dapat

berperan dalam pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi

masyarakat lokal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maharani, Amalia dan Alhada

bahwa pengelolaan dan pengembangan pariwisata lokal dapat meningkatkan

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Tujuan tersebut dicapai melalui

penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan kesadaran masyarakat akan

pentingnya pengelolaan pariwisata dan pelestarian lingkungan. Dengan demikian,

masyarakat dapat menikmati sumber daya alam yang melimpah sekaligus menjaga

kelestarian alam (Ahmad & Warsitasari, 2023).


Beberapa penelitian terdahulu sebagai pembanding kebaruan kajian ini

diantaraya hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ahmad & Warsitasari, 2023),

(Hendrizal, 2023), (Oktaviani & Yuliani, 2023), (Santoso, 2022), dan (Universitas

Hamzanwadi & Makwa, 2019), menunjukan peluang usaha disekitar objek pariwisata

termasuk dalam kategori tinggi. Oleh karena itu kajian ini difokuskan pada

pengembangan pariwisata terhadap prekonomian masyarakat lokal di Desa Patak

Banteng.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalah diatas, maka peneliti akan mengangkat rumusan masalah

yaitu: “Bagaimana dampak pengembangan wisata pendakian gunung prau

terhadap perekonomian masyarakat lokal Desa Patak Banteng?”

C. Tujuan Penelitian

Perkembangan pariwisata dapat memberikan dampak terhadap perekonomian

masyarakat sekitar, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak

perkembangnya objek wisata pendakian Gunung Prau terhadap perekonomian

masyarakat lokal.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang meliputi kata pari dan

wisata. Kata pari artinya berkeliling atau bersama-sama, dan kata wisata artinya

perjalanan. Dengan demikian, pariwisata merupakan suatu kegiatan dalam bentuk

perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang menjadi tujuan wisata dengan

direncanakan secara matang (Fatimah & Isnawijayani, 2023).

Menurut Spillane dalam (Anggalia, 2019) pariwisata adalah suatu jasa dan

pelayanan. Menurut WTO atau World Tourism Organization pariwisata adalah

kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar

lingkungan kesehariannya. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 1 Ayat 3 menerangkan bahwa

wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok

orang dengan berkunjung ke tempat tertentu dengan tujuan pengembangan pribadi,

rekreasi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka

waktu sementara. Undang-Undang tersebut menjelaskan pula bahwa pariwisata

merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan

pengusaha.

2. Macam – Macam Pariwisata

Perbedaan antara suatu pariwisata dengan pariwisata lainnya diperlukan untuk

perencanaan dan pengembangan suatu kepariwisataan, sehingga dapat dikembangkan

dan dapat terwujud berdasarkan jenis dan macam-macam pariwisata itu sendiri.
Jenis parwisata dikelompokkan berdasarkan potensi, tujuan, dan motif wisatawan

a. Menurut Ismayanti (2010), jenis pariwisata berdasarkan potensinya antara lain

yaitu :

 Wisata Budaya, merupakan perjalanan yang dilaksanakan untuk memperluas

pandangan hidup sesorang dengan melakukan peninjauan dari satu tempat ke

tempat lainnya untuk mengamati kondisi masyarakat, kebiasaan atau ada

istiadat, kebiasaan, budaya, seni, dan sega bentuk kegiatan yang bermotifkan

sejarah

 Wisata Maritim (bahari) merupakan rekreasi yang dihubungkan dengan

aktivitas olahraga air seperti berlayar, memancing, dan menyelam untuk

melihat keindahan bawah laut.

 Wisata Cagar Alam merupakan wisata yang mengunjungi daerah-daerah yang

telah ditetapkan sebagai taman lindung, kawasan cagar alam, pegunungan,

hutan, dan lainnya yang telah dilindungi oleh undang-undang.

 Wisata Konvensi merupakan pariwisata politik yang didalamnya terdapat

sarana bangunan untuk tempat bersidang, musyawarah, konvensi, dan

pertemuan lain yang bersifat internasional maupaun nasional.

 Wisata pertanian adalah wisata yang dilaksanakan pada bidang perkebunan,

ladang, dan pertanian, yang mana wisatawan dapat melakukan peninjauan

untuk studi atau hanya keliling saja dengan menikmati kesegaran aneka

macam tanaman.

 Wisata Buru merupakan wisata yang dilakukan didaerah hutan dan memiliki

kawasan untuk berburu yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

 Wisata ziarah merupakan kegiatan pariwisata yang berkaitan dengan adat,

agama, kepercayaan kelompok atau masyarakat, dan sejarah. Wisata ziarah


biasanya akan mengunjungi makam- makam atau tempat suci sebagai upaya

dalam memperoleh restu, keteguhan iman, kekuatan batin, serta keberkahan.

b. Menurut Spillane (1987), mejelaskan bahwa pariwisata dibagi berdasarkan tujuan

dan motif sesorang melakukan perjalanan wisata, seperti :

 Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism), yaitu wisata

dengan tujuan untuk mengenal pariwisata dengan cara menikmati liburan

supata mendapatkan udara sehat dan meninggalkan tempat asal.

 Pariwisata sebagai rekreasi (recreation tourism), yaitu kegiatan pariwisata

yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk berlibur dan mengembalikan

kesehatan badan serta jiwa.

 Pariwisata sebagai kebudayaan (cultural tourism), yaitu wisata yang

dilaksanakan oleh seseorang dengan tujuan untuk mengetahui sejarah, agama,

adat istiadat, seni, serta kebiasaan suatu bangsa.

 Pariwisata sebagai olahraga (sport tourism), yaitu wisata yang memiliki

tujuan untuk pelatihan dalam menciptakan kesegaran badan dan jiwa.

Pariwisata ini memiliki dua kategori, yaitu sebagai Big Sport Event dan Sport

Tourism Of The Practitioner

 Pariwisata sebagai urusan usaha dagang (bussines tourism), yaitu wisata yang

dilaksanakan atas dasar pekerjaan di suatu wilayah atau negara.

 Pariwisata sebagai berkonvensi (convention tourism), yaitu wisata yang

dilakukan karena adanya suatu kegiatan seminar atau konferensi yang

diselingi dengan kegiatan wisata.

B. Dampak Pariwisata

Menurut (Wahyudiono & Imaniar, 2021) Pada dasarnya pariwisata berpangaruh

dengan timbal balik positif pada perekonomian masyarakat. Namun, pariwisata juga dapat
berdampak negatif, seperti terjadinya degradasi sosial-budaya masyarakat. Dampak

negatif juga bisa terjadi pada perekonomian masyarakat di mana terjadi kesenjangan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat antara pelaku pariwisata dengan masyarakat

lain.

1. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Inonesia, pengertian dampak adalan suatu

benturan atau pengaruh yang dapat mendatangkan akibat baik dalam hal positif atau

memberikan keuntungan maupun negatif atau memberikan kerugian. Secara

sederhana, definisi dampak adalah pengaruh atau akibat. Namun, dampak pariwisata

terhadap aspek ekonomi yang lebih menjanjikan pada peningkatan kesejahteraan

(Hamzah & Hermawan, 2018). Dalam (Oktaviani & Yuliani, 2023)

Menurut (Sugianta & Sunarta, 2018), dampak positif dari adanya

pengembangan pariwisata terhadap ekonomi terbagi menjadi 5 kategori, antara lain

adalah pendapatan pemerintah, pendapatanan bisnis usaha wisata, pemanfaatan

fasilitas pariwisata oleh masyarakat, penyerapan tenaga kerja, dan multiplier effects

yang dijabarkan seperti dibawah ini:

a. Pendapatan dari usaha bisnis pariwisata, pada suatu destinasi wisata akan

memiliki tarif tersendiri untuk wisatawan, dimana tarif tersebut merupakan

pemasukan bagi usaha bisnis pariwisata. Tarif yang ditentukan biasanya sudah

termasuk dengan penggunaan fasilitas yang ada didalamnya. Dari pemasukan

tersebut akan digunakan sebagai biaya untuk perawatan sarana dan prasarana serta

upah kepada staff pengurus destinasi wisata.

b. Pendapatan pemerintah, setiap wilayah yang memiliki destinasi wisata

bekerjasama dengan pemerintah agar pemerintah dapat berkontribusi dalam

pengembangan berupa dana atau ide, yang mana nantinya seluruh pengurus wisata
memberikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah mengenai

pemasukan yang telah didapatkan

c. Penyerapan tenaga kerja, setiap destinasi wisata pastinya akan menciptkan suatu

bentuk kegiatan, dengan adanya wisata masyarakat sekitar dapat mendapatkan

peluang kerja sebagai pedagang makanan dan cinderamata di kawasan wisata atau

menjadi tour guide. semakin berkembangnya pariwisata maka akan semakin

banyak wisatawan yang datang, sehingga petugas wisata juga akan bertambah.

d. Multiplier Effects, semakin berkembanya suatu destinasi wisata akan

meningkatkan usaha perdagangan didalamnya, sehingga pendapatan dapat

meningkat secara drastis. Semakin banyaknya wisatawan yang ingin berkunjung

akan memberikan efek kepada penyediaan transportasi yang akan ikut meningkat

seiring bertambahnya jumlah wisatawan

e. Pemanfaatan fasilitas pariwisata, adanya pembangunan pariwisata akan

berdampak pada fasilitas yang ada. Dimana fasilitas wisata akan semakin bagus

dan nyaman, selain untuk digunakan oleh wisatawan masyarakat sekitar juga

dapat menggunakannya contohnya seperti penyediaan tempat ibadah. Menurut

Yulianti (2020), menjelaskan bahwa dengan adanya pengembangan pariwisata

juga memberikan dampak negatif bagi perekonomian, antara lain yaitu :

f. Adanya pengembangan pariwisata menyebabkan tingginya harga barang dan

tinginya biaya pembangunan prasarana

g. Devisa yang bocor akibat bahan yang dipakai untuk pengembangan dan

operasional pariwisata impor dari luar, dan fasilitas pariiwsata dikelola oleh pihak

asing, serta terdapat staff asing yang ikut bekerja dalam pengelolaan pariwisata

h. Tingginya investasi untuk karyawan di setiap daerah

2. Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi Masyarakat


Menurut (Fauzi, 2022) Dampak Positif Pariwisata terhadap perekonomian :

a. sektor pariwisata menyebabkan perekonomian masyarakat lokal meningkat

drastis.

b. Kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata juga menyebabkan munculnya

pebisnis asing atau mendorong seseorang untuk berwiraswasta memberikan

pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata.

c. Membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk disekitar, menyerap banyak tenaga

kerja dibidang pariwisita misalnya : (1) Menjadi Tour Guide untuk menemani

selama perjalanan wisata, melindungi dan memberijamaninan keselamatan bagi

wisatawan, dan lain lain. (2) Menjadi supir untuk mengantar atau mempersingkat

jarak tempuh wisatawan ke wisata yang dituju. (3) Dibangunnya fasilitas fasilitas

dan infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan dan keamanan para

wisatawan, hal ini secara tidak langsung juga melakukan pemerataan

pembangunan di kota tersebut. Semaikin ramai maka semakin cepat pula

perkembangan di wilayah tersebut. (4) Mendapatkan devisa melalui wisatawan

mancanegara yang datang dan menukarkan mata uang mereka dengan rupiah. (5)

Mengenalkan kebudayaan asli indonesia kepada dunia

Selain dampak positif pariwisata ternyata pariwisata juga ada dampak negatifnya,

berikut adalah dampak negatif pariwisata :

a. Banyaknya wisatawan yang masuk menambah potensi kerusakan lingkungan

terutama dari sampah. Biasanya karena tempat sampah yang tersedia kurang

banyak, kesadaran wisatawan akan kebersihan , dan pengelolaan sampah yang

kurang baik dari si pengelola wisata itu sendiri. Banyaknya sampah yang tidak

terkendali ini menyebabkan daerah wisata tersebut menjadi rusak dan tidak indah

seperti dulu lagi. Sangat disayangkan bukan keindahan lingkungan yang kita
miliki terkotori oleh sampah. Oleh karena itu, marilah kita menjaga lingkungan

mulai sekarang.

b. Membuka peluang bagi pelaku kriminal untuk melakukan kejahatan kepada

wisatawan asing maupun domestik, hal ini yang membuat minat wisatawan ke

destinasi wisata menjadi berkurang. Contohnya adalah perampokan penginapan

tempat wisatawan menginap, pencopetan, dan kejahatan lainnya. Sebaiknya kita

lebih waspada akan hal tersebut dan ditingkatkan keamanannya agar wisatawan

merasa aman saat berwisata. Seringnya impor barang dari luar negeri, terutama

alat alat teknologi modern yang berguna untuk memberikan fasilitas yang bermutu

dan juga pemeliharaan fasilitas fasilitas yang ada. Hal ini sangat dirugikan karena

tidak mendukung produk buatan dalam negeri sehingga produk dalam negeri

kalah bersaing dengan produk luar negeri dan tidak berkembang. Sebaiknya

pengelola wisata menggunakan produk dalam negeri sekaligus mengenalkan

bahwa produk dalam negeri mempunyai kualitas yang sama dengan produk luar

negeri

3. Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Budaya

Secara teoritis, Cohen (1984) membagi dampak sosial budaya pariwisata

dengan beberapa dampak, yaitu :

a. Keterlibatan masyarakat setempat secara lebih luas

b. Adanya keterkaitan interpersonal pada anggota masyarakat

c. Dasar organisasi/kelembagaan sosial

d. Migrasi antar daerah pariwisata

e. mobilitas kehidupan sosial masyarakat

f. Pola pembagian kerja

g. Adanya stratifikasi dan mobilitas sosial


h. Distribusi pengaruh dan kekuasaan

i. Peningkatan keterbelakangan sosial

j. Bidang kesenian dan adat istiadat.

Pengembangan pariwisata pada umumnya akan menimbulkan dampak

terhadap sosial budaya masyarakat setempat maupun bagi kawasan pariwisata itu

sendiri karena kawasan yang semula biasanya digunakan oleh penduduk stempat

sekarang harus dibagi dengan para wisatawan. Dampak yang ditimbulkan dari

pembangunan kawasan pariwisata bisa bersifat positif maupun negatif, terhadap

kawasan pariwisata serta terhadap ekonomi dan sosial budaya masyarakat

setempat.

C. Kajian Pustaka (Literatur Review)

Penulian karya ilmiah memerlukan tinjauan penelitian terdahulu untuk melihat

gambaran yang nantinya akan digunakan untuk mempertimbangkan relevansi topik yang

akan disajikan oleh penulis. Fungsi pemaparan penelitian terdahulu dalam sebuah karya

tulis adalah bertujuan untuk membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan merupakan

original dan terhindar dari unsur plagiat. Berikut adalah beberapa tinjauan pustaka dari

penelitian terdahulu, yaitu:

Tabel 1 Penelitian Terdahulu


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek/Objek Penelitian

Lokasi penelitian yang akan di teliti adalah tempat wisata pendakian Gunung

Prau, Desa Patak Banteng. Wisata pendakian Gunung Prau dipilih sebagai objek

kajian karena wisata pendakian Gunung Prau mengandung nilai ekonomi yang

memungkinkan sebagai sumber pendapatan daerah dan memberikan potensi

pengembangan ekonomi bagi masyarakat sekitar berkat berkembangnya potensi

industri pariwisata.

Sumber: data dokumentasi

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian


Gunung Prau merupakan sebuah gunung yang terletak di Jawa Tengah,

Indonesia, terkenal dengan pemandangan alamnya yang sangat indah dan akses yang

relatif mudah. Gunung Prau sering didaki melalui berbagai jalur pendakian, termasuk

jalur Patak Banteng. Patak Banteng merupakan salah satu jalur pendakian menuju

puncak Gunung Prau yang berada di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Jalur

pendakian via Patak Banteng dikenal sebagai jalur pendakan yang relatif lebih mudah

dibandingkan beberapa jalur lainnya. Jalur yang dilalui cukup landai dan bagus,

sehingga cocok bagi pemula atau yang ingin pendakian lebih landai.

B. Sumber dan Jenis Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang

dikumpulkan langsung dari informan dengan menggunakan daftar pertanyaan

wawancara yang telah disiapkan. Data primer, menurut (Sugiyono, 2020), adalah

sumber data yang dikumpulkan secara langsung oleh pengumpul tanpa melalui

perantara.

b. Data Sekunder

2. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif

karena peneliti ingin mendeskripsi dan menganalisis lebih jelas mengenai

bagaimana dampak pengembangan pariwisata pendakian Gunung Prau terhadap

perekonomian masyarakat lokal desa Patak Banteng dengan fokus penelitian pada

dampak pengembangan pariwisata terhadap perekonomian masyarakat sekitar,


dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya meliputi

Infrastruktur, Pendapatan dan Pekerjaan, dan Penyerapan Tenaga Kerja.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan

dalam penelitian, teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Wawancara

2. Dokumentasi

D. Teknik Pemgambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik

purposive sampling yaitu penentuan informan dengan pertimbangan tertentu.

Narasumber yang dipilih yang menurut peneliti memenuhi kriteria adalah sebagai

berikut:

1. Kepala Desa Patak Banteng

2. Kepala pengelola Wisata Pendakian Gunung Prau

3. Masyarakat sekitar Wisata Pendakian Gunung Prau

E. Definisi Operasional

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model

Miles and Huberman yang mana model ini menjelaskan bahwa analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga data yang

dibutuhkan memenuhi dari kebutuhan penelitian. Dalam penelitian ini, pengolahan

data dan analisis data akan dilakukan dengan menggunakan triangulasi data. Setiap

selesai mengadakan wawancara dengan responden, peneliti menulis kembali data-data


yang dikumpulkan ke dalam catatan lapangan dengan tujuan agar dapat

mengungkapkan data dan informasi secara mendetail. Adapun proses yang akan

diterapkan yang sesuai dengan triangulasi data adalah mengumpulkan data, mereduksi

data, menyajikan data, serta menarik kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai