Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DAMPAK PARIWISATA TERHADAP EKONOMI

KOTA MAKASSAR

OLEH:
Nama : NADIA PERMATASARI

FAKULTAS EKONOMI ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi Kota Makassar”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pariwisata di
program studi teknik perencanaan wilayah dan kota Fakultas sains dan teknologi
pada Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu


penyusun mengharapkan saran serta kritik demi perbaikan yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 10 Oktober 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan
asli daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan
potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pembangunan ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai
multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor
pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane,
1994 :14).  Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek
dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan
mempererat persahabatan antar bangsa. Perkembangan pariwisata juga
mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata
menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya
akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata,
wisatawan berbelanja, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan pasar
barang dan jasa. Selanjutnya wisatawan secara tidak langsung menimbulkan
permintaan akan barang modal dan bahan untuk berproduksi memenuhi
permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi
permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi,
perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen,
industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain (Spillane, 1994 : 20)
Sejalan dengan hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (1984) menjadi delapan
kelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak
terhadap pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4)
dampak terhadap harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau
keuntungan, (6) dampak terhadap kepemilikan dan control, (7) dampak terhadap
pembangunan pada umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah
wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan
pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan
berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam
yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di
Indonesia. Sebagai negara kepulauan, potensi Indonesia untuk mengembangkan
industri pariwisata sangatlah besar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pariwisata
Sebagai suatu gejolak sosial, pemahaman akan pengertian dari makna
pariwisata memiliki banyak definisi. Pariwisata yang digunakan sebagai suatu
tinjauan pustaka dapat dibatasi pada pengertian: Menurut Kodyat (1983)
pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam
dan ilmu. Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai
suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek
ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan
kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Sedangkan
Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang
mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan
lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi
sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata
juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cindera mata,
penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri. Selain
itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia
sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha yang
dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu
Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969, menyatakan bahwa .Usaha
pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri
pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan
serta kesejahteraan masyarakat dan negara (Yoet, 1983).
Pengertian ekonomi di bidang pariwisata adalah meningkatkan
perekonomian negara dalam bidang pariwisata. Perkembangan pariwisata di
Indonesia mengalami dinamika perjalanan yang menarik bagi pembangunan
bangsa. Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi. Dalam
kurun waktu delapan tahun terakhir atau sejak bergulirnya arus demokrasi yang
menyuarakan reformasi, faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah faktor
keamanan.  Walaupun demikian, tentunya faktor lain seperti ekonomi global,
politik baik dalam negeri maupun internasional, serta terjadinya fluktuasi nilai
tukar mata uang juga ikut mempengaruhi kondisi pariwisata Indonesia.
Pembangunan kepariwisataan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan
sector kepariwisataan secara nasional yang berkesinambungan. Kesemuanya
meliputi seluruh kegiatan masyarakat, bangsa dan Negara untuk terwujudnya
tujuan pembangunan nasioanal, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskankehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

B. Dampak Pariwisata terhadap Perekonomian


1. Dampak positif pariwisata terhadap perekonomian (Positive Economic
Impacts of Tourism)
a) Foreign Exchange Earnings
Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian
masyarakat local menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan
sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.
Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi
wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan
pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata.
b) Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan
menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung
berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan
pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas
pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata
terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang
yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.
            c) Employment Generation
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata,
terbukti bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap
penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha
akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
d) Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal
untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik,
telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai
konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik
wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah.
e) Development of Local Economies
Pendapatan sektor pariwisata seringkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi
pada suatu kawasan wisata.  Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit
untuk dihitung karena  tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui
dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi
tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya.
2. Dampak negative pariwisata terhadap perekonomian ( Negative Economic
Impacts of Tourism)
a) Leakage
Leakage atau kebocoran dalam pembangunan pariwisata dikategorikan
menjadi dua jenis kebocoran yaitu keboran import dan kebocoran export.
Biasanya kebocoran import terjadi ketika terjadinya permintaan terhadap
peralatan-peralatan yang berstandar internasional yang digunakan dalam industri
pariwisata, bahan makanan dan minuman import yang tidak mampu disediakan
oleh masyarakat lokal atau dalam negeri. Khususnya pada negara-negara
berkembang, makanan dan minuman yang berstandar internasional harus di
datangkan dari luar negeri dengan alasan standar yang tidak terpenuhi, dan
akibatnya produk lokal dan masyarakat lokal sebagai produsennya tidak biasa
memasarkan produknya untuk kepentingan pariwisata tersebut.
Besarnya pendapatan dari sektor pariwisata juga diiringi oleh besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk yang dianggap
berstandar internasional. Penelitian dibeberapa destinasi pada negara berkembang,
membuktikan bahwa tingkat kebocoran terjadi antara 40% hingga 50% terhadap
pendapatan kotor dari sektor pariwisata, sedangkan pada skala perekonomian
yang lebih kecil, kebocoran terjadi antara 10% hingga 20%.
Sedangkan kebocoran export seringkali terjadi pada pembangunan destinasi
wisata khususnya pada negara miskin atau berkembang yang cenderung
memerlukan modal dan investasi yang besar untuk membangun infrastruktur dan
fasilitas wisata lainnya. Kondisi  seperti ini, akan mengundang masuknya
penanam modal asing yang memiliki modal yang kuat untuk
membangunresort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur pariwisata, sebagai
imbalannya, keuntungan usaha dan investasi mereka akan mendorong uang
mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa dihalangi, hal inilah yang disebut
dengan “leakage” kebocoran export.
            b. Enclave Tourism
“Enclave tourism” sering diasosiasikan bahwa sebuah destinasi wisata
dianggap hanya sebagai tempat persinggahan sebagai contohnya, sebuah
perjalanan wisata dari manajemen kapal pesiar dimana mereka hanya singgah
pada sebuah destinasi tanpa melewatkan malam atau menginap di hotel-hotel yang
telah disediakan industri lokal sebagai akibatnya dalam kedatangan wisatawan
kapal pesiar tersebut manfaatnya dianggap sangat rendah atau bahkan tidak
memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sebuah destinasi yang
dikunjunginya.
            c) Infrastructure Cost
Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang berstandar
internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah dan akibatnya
cenderung akan dibebankan pada sektor pajak dalam artian untuk membangun
infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak harus ditingkatkan artinya pngutan
pajak terhadap masyarakat harus dinaikkan.
            d.) Increase in Prices (Inflation)
Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari wisatawan akan
menyebabkan meningkatnya harga secara beruntun “inflalsi” yang pastinya akan
berdampak negative bagi masyarakat lokal yang dalam kenyataannya tidak
mengalami peningkatan pendapatan secara proporsional artinya jikalau
pendapatan masyarakat lokal meningkat namun tidak sebanding dengan
peningkatan harga-harga akan menyebabkan daya beli masyarakat lokal menjadi
rendah.
e) Economic Dependence
Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian menunjukkan
sehatnya sebuah negara, jika ada sebuah negara yang hanya menggantungkan
perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu seperti pariwisata misalnya, akan
menjadikan sebuah negara menjadi tergantung pada sektor pariwisata sebagai
akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat beresiko tinggi.
Di beberapa negara, khususnya negara berkembang yang memiliki
sumberdaya yang terbatas memang sudah sepantasnya mengembangkan
pariwisata yang dianggap tidak memerlukan sumberdaya yang besar namun pada
negara yang memiliki sumberdaya yang beranekaragam harusnya dapat juga
mengembangkan sektor lainnya secara proporsional.
f) Seasonal Characteristics
Dalam Industri pariwisata, dikenal adanya musim-musim tertentu, seperti
misalnya musim ramai“high season” dimana kedatangan  wisatawan akan
mengalami puncaknya, tingkat hunian kamar akan mendekati tingkat hunian
kamar maksimal dan kondisi ini akan berdampak meningkatnya pendapatan bisnis
pariwisata. Sementara dikenal juga musim sepi “low season” di mana kondisi ini
rata-rata tingkat hunian kamar tidak sesuai dengan harapan para pebisnis sebagai
dampaknya pendapatan indutri pariwisata juga menurun hal ini yang sering
disebut “problem seasonal”
C.Objek Pariwisata di Sulawesi Selatan (Kabupaten Bone)
pengembangan obyek wisata dapat diartikan usaha atau cara untuk membuat
jadi lebih baik segala sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia
sehingga semakin menimbulkan perasaan senang dengan demikian akan menarik
wisatawan untuk berkunjung. Perkembangan pariwisata khususnya di Kota Makassar,
sangat mempengaruhi sektor ekonomi.
Keindahan alam dan kekayaan budaya Kabupaten Bone merupakan
potensi pariwisata yang pengembangannya diarahkan pada upaya
menyiapkan Kabupaten Bone sebagai daerah tujuan wisata. Salah satu
objek wisata yang telah dikembangkan yaitu Tanjung Palette, dengan
adanya objek wisata tersebut diharapkan arus kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Bone mengalami pertumbuhan yang cukup bagus dengan
meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung. Langkah-langkah
untuk memperbaiki kondisi yang ada terus dilakukan melalui pembinaan
usaha jasa pariwisata, peningkatan SDM pelaku pariwisata dan promosi
pariwisata dengan harapan Kabupaten Bone akan lebih siap sebagai daerah
tujuan wisata.

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu


menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan
lapangan kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor
produktivitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, ia juga
meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan
tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis
juga dipandang sebagai industri Sektor pariwisata yang sangat potensial
memberikan kontribusi atau devisa terhadap perekonomian, besarnya
kontribusi tersebut ditentukan oleh besarnya jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Bone.
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Perekonomian Kabupaten Bone telah menunjukkan peningkatan


walaupun perkembangannya belum optimal. Berbagai program yang telah
dilaksanakan mampu memberikan hasil yang cukup baik, hal ini ditandai
dengan pertumbuhan PDRB (ekonomi) Kabupaten Bone. Tabel di bawah ini
menunjukkan pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone tahun 2006-2010.

Table 1.1

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone Tahun 2006-2010


Tahun PDRB Harga Konstan (2000) PDRB Harga Berlaku
Jumlah (Juta Pertumbuhan(% Jumlah (Juta Pertumbuhan(%)
Rp.) ) Rp.)
2006 2.442.711,22 5,97 3.860.830,95 16,02
2007 2.589.298,00 6 4.423.743,60 14,58
2008 2.776.659,84 7,24 5.348.744,99 20,91
2009 2.985.922,40 7,54 6.412.549,40 19,89
2010 3.213.085,05 7,61 7.803.369,81 21,69
Rata- 2.801.535,30 6,87 5.569.847,75 18,61
rata
Sumber : BPS Kabupaten Bone

Jika dilihat dari hasil perhitungan PDRB Kabupaten Bone selain dapat
diketahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi, juga dapat diketahui peranan
masing-masing lapangan usaha terhadap total PDRB Kabupaten Bone. Peranan
dari masing-masing lapangan usaha ini menggambarkan struktur ekonomi
Kabupaten Bone. Semakin besar peranan suatu lapangan usaha maka semakin
besar pula pengaruhnya dalam perkembangan perekonomian di daerah ini.
Table 1.2

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Bone Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Juta Rp)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010


Pertanian 1.341.068,12 1.380.332,67 1.462.049,62 1.550.9 1.657.342,2
30,62 8
Pertambangan 9.582,07 12.442,65 15.092,60 17.871, 19.172.,61
dan penggalian 91
Industry 227.872,20 237.915,34 246.286,32 256.289 270.616,47
Pengolahan ,04
Listrik, Gas dan 18.825,01 18.765,36 20.294,34 22.194, 24.230,67
Air Bersih 95
Bangunan 112.342,96 144.718,18 175.414,73 208.482 244.826,70
,45
Perdagangan, 214.614,84 216.803,06 235.432,45 251.041 278.364,41
Hotel dan ,22
Restoran
Angkutan 117.701,77 142.097,34 154.052,84 163.989 175.588,31
Komunikasi ,91
Keuangan, 110.728,38 126.920,72 141.595,06 161.404 183.022,52
persewahan dan ,30
jasa perusahaan
Jasa-jasa 289.985,87 309.322,77 326.441,88 353.718 359.920,05
,00
Total 2.442.711,22 2.589.298,04 2.776.659,84 2.985.9 3.213.085,0
22,40 5

Berdasarkan tabel diatas, struktur ekonomi Kabupaten Bone pada tahun 2010,
didominasi oleh sektor ekonomi yaitu sektor pertanian, industri pengolahan,
perdagangan hotel restoran, dan jasa-jasa. Kontribusi PDRB tertinggi tahun 2010
terletak pada sektor pertanian sebesar 51,58 persen, kemudian diikuti oleh sector
jasa-jasa sebesar 11,2 persen, kemudian sektor perdagangan sebesar 8,66 persen,
industri pengolahan 8.42 persen. Dengan demikian, perekonomian kabupaten
Bone masih di dominasi oleh sektor pertanian karena sektor ini mempunyai
peranan lebih besar dari sektor lapangan usaha lainnya termasuk penyerapan
tenaga kerja

Anda mungkin juga menyukai