PENDAHULUAN
Soekadijo
(1997:26)
berbunyi
pembangunan
pariwisata
bertujuan
untuk
meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada
umumnya.
Pariwisata
(2000:46-47)
adalah suatu
perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari sutau
tempat ketempat yang lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan
dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafka di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam.
Pariwisata
merupakan
salah
satu
industri
baru
yang
mampu menyediakan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan
dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.
Aspek ekonomis merupakan aspek yang dianggap penting dan mendapat perhatian paling
besar dalam sektor pariwisata karena untuk mengadakan perjalanan orang mengeluarkan biaya,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
sedangkan bagi daerah yang dikunjungi wisatawan dapat menerima uang dari wisatawan
tersebut melalui orang- orang yang menyediakan angkutan, menyediakan bermacam-macam
jasa, atraksi dan sebagainya. Keuntungan ekonomis ini merupakan salah satu dari tujuan
pembangunan pariwisata. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang menyimpan banyak
potensi alam baik daratan maupun lautan (pantai). Kondisi tanah yang subur menjadikan
Indonesia sebagai pusat perhatian
kelompok
manusia
untuk
menetap
dan
digemari
oleh
wisatawan
dan parawisata. Economic Impact Report tahun 2014 yang dikeluarkan oleh World Travel and
Tourism Council
pengunjung internasional sebanyak 15,1% dan pertumbuhan ekonomi 7,2%, sedangkan dalam
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
dan
pembelanjaan parawisata domestic akan tumbuh di atas rata-rata (6,3%). Jika Indonseia terus
berinvestasi dalam aktifitas promosi dan menjalankan kebijakan-kebijakan dan mempermudah
visa, maka Indonesia akan terus menjadi salah satu yang terdepan dalam perjalanan dan
parawisata. Pertumbuhan yang luar biasa perlu dipadukan dengan berbagai kebijakan untuk
memastikan kesinambungan sector ini, WTTC juga menyebutkan perjalanan dan pariwisata
juga berkonstribusi sebsear US $7 triliun ke perekonomian global dan diharapkan akan
berkembang di tahun 2014 sebesar 4,3%
Perjalanan dan parawisata di Indonesia di prdeikis akan mengalami pertumbuhan selama
sepuluh tahun kedepan sebesar lebih dari 4% setiap tahunnya dan lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan industry lain.
Menurut David Scowsill, presiden dan CEO WTTC, memanfatkan peluang untuk
membutuhkan otoritas tempat kunjungan dan regional, khususnya di Negara-negara
berkembang untuk menciptakn iklim bisnis yang lebih baik bagi investasi dalam infrastruktur
dan sumber daya manusia. Hal ini penting untuk mempermudah sebuah industry parawisata
yang berkesinambungan. Ditingkat nasional pemerintah-pemerinta juga bias melakukan lebih
banyak kebijakan visa dan menjalankan kebijakan pajak yang lebih cerdas,jika dilakukan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
langkah-langkah yang tepat perjalanan dan parawisata akan menjadi tenaga pendorong dalam
jangka panjang.
Indonesia telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Sebagai
sektor ekonomi penting, pariwisata mendapatkan perhatian serius dari pemerintah,
dikeluarkannya Undang-undang Tahun 2009 No 10 tentang kepariwisataan adalah sebagai
dasar pijakan penyelenggaraan kepariwisataan. Dalam Undang-undang tersebut disampaikan
beberapa tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan yaitu :
a.
b.
c.
Menghapus kemiskinan
d.
Mengatasi pengangguran
e.
f.
Memajukan kebudayaan
g.
h.
i.
j.
Alasan sektor pariwisata dipacu untuk dijadikan komoditi andalan disamping migas
sebagai komoditi pendukung kelangsungan pembangunan nasional antara lain adalah : a)
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
pola perjalanan wisata yang terus-menerus meningkat dari tahun ketahun, b) pariwisata tidak
begitu terpengaruh gejolak ekonomi dunia, disamping pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan ekonomi dunia, c) meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan pengaruh ganda
dari pengembangan pariwisata tampak lebih nyata, d) komoditi pariwisata tidak mengenal
proteksi atau quota seperti komoditi lainnya, e) potensi pariwisata di Indonesia yang tersebar
di seluruh Indonesia tidak akan habis terjual , f) pariwisata sudah menjadi kebutuhan
hidup manusia pada umumnya (Gamal Suwantoro , 1997 : 13).
Kabupaten MalukuTenggara Barat dengan keberagaman suku bangsa yang hidup dalam
kedamaian dengan toleransi yang tinggi merupakan aset yang berharga. Obyek wisata yang
beragam juga akan menambah daya tarik wisatawan. Aset inilah yang membuat seni, budaya
dan tradisi di kabupaten yang dikenal dengan sebutan Bumi Duan Lolat, menjadi lebih unik,
kaya, beragam dan berkarakter.
Masyarakat Maluku Tengaara Barat yang terkenal heterogen karena ditempati berbagai
suku bangsa suku wesleta, Latdalam Jebory sebagai suku asli serta suku Jawa, Makasar, Bali, dan
yang lainnya, menjadikan Maluku Tenggara Barat memiliki identitas tersendiri secara
sosiokultural. Kekayaan yang melimpah ini membuat pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, menempatkan sektor ini sebagai unggulan yang saat ini tengah serius dibenahi,
khususnya pariwisata di Saumlaki.
Dalam upaya peningkatan dan pengelolaan sumber daya alam tata ruang dan lingkungan
hidup, sektor pariwisata dan kebudayaan dapat dijadikan sektor andalan perekonomian daerah
yang berbasiskan sumber daya alam dan budaya yang lestari dan agamis. Oleh karena itu dalam
pengelolaannya harus memiliki daya saing tersendiri yang dapat menuju Kabupaten Maluku
Tenggara Barat menjadi daerah tujuan wisata di Maluku.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
Banyak dan tersebarnya sumber daya alam dan khasanah budaya yang dapat mendukung
keberhasilan pengelolaan kepariwisataan dapat dijadikan bahan guna menopang Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dengan melibatkan sumber daya manusia yang handal menuju pertumbuhan
perekonomian rakyat dan kesejahteraan masyarakat. Bahwa pengelolaan sektor pariwisata,
pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat tidak bisa berdiri sendiri melainkan
bekerjasama dengan pihak swasta sebagaimana yang berjalan sekarang ini namun harus ada
peningkatan. Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam
pengelolaan pariwisata. Oleh karena itu sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dapat dimanfaatkan dan direkrut untuk melakukan pengelolaan pariwisata di
daerahnya, hal ini harus ditunjang oleh pendidikan dan keterampilan di bidang pariwisata
Sebagaimana dimaklumi bahwa Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan salah satu
daerah di Propinsi Maluku yang memiliki kesuburan dan keindahan alam, kekayaan seni
budaya serta berhawa sejuk. Obyek wisata pantai Saumlaki memiliki bentangan pantai yang
indah pasir putih, air laut yang jernih serta biota bawah laut yang menarik untuk dilihat.
Obyek tersebut diantaranya seperti Pantai Batnyanyik, Kristus Raja, Weluang ,Tanjung
Kdjasih dan Alusi Obyek wisata alam di Saumlaki juga tidak kalah menariknya, obyek tersebut
antara lain berupa pusat pemandian yaitu Air Weturlely, Webolar, dan Lemor. Pemandangan
alam yang mempesona di Pasir Panjang, Asutubun.
Untuk wisata budaya terdapat berbagai ritual dan adat istiadat yang menarik,
diantaranya Cakalele, Tari Tnabar ila, Seti, dan Tore. Berbagai macam kerajinan dan
souvenir khas Saumlaki seperti Tenun Kain, Sagu, dan lain-lain. Jumlah tersebut tentu saja
menjadi peluang yang sangat besar dalam usaha pengembangan pariwisata. Pemanfaatan dan
pengelolaan secara baik akan mendorong kunjungan wisatawan domestik maupun asing,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
keanekaragaman, keunikan
dan
kekhasan
kepariwisataan
budaya
dan
haruslah
alam
serta
kebutuhan manusia untuk berwisata. Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
juga diharapkan bisa mendorong penanaman modal dalam negeri dan modal asing agar
pembangunan kepariwisataan dapat berjalan lancer
Maluku Tenggara Barat memilik potensi wisata pantai namun saat ini belum secara
optimal dikelolah/dikembangakan. Kabupaten Maluku tenggara barat adalah sebuah kabupaten
di Propinsi Maluku, ibukota kabupaten ini terletak di Saumlaki kabupaten ini secara geografis
terletak antara 6o 8o LS dan antara 126o 132o BT yang terbagi menjadi 17 kecamatan,
berbatasan langsung dengan laut Timor dan Samuderah Pasifik di sebelah selatan, sebelah utara
berbatasan dengan Laut Banda, sebelah timur berbatasan dengan Laut Arafura dan sebelah
barabt berbatasan dengan laut Flores.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undan-Undang No 46 tahun 1999, pemekaran dari
Kabupaten Maluku Tanggara pada Tahun 2008, sebagian wilaya dari Kabupaten ini dimekarkan
menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabpaten Maluku Tenggara Barat ini juga memiliki
potensi Wisata yang dapa dikembangkan meliputi wisata alam berupa wisata alam, taman laut,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
Tahun Kunjungan
2012
2013
2014
Lokal
Asean
Asia Timur
Ausralia
USA/Amerika
Eropa
Dll
Total
Sumber : - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan. Dengan melihat data
tersebut menunjukkan bahwa ada potensi pariwisata yang dimiliki Kabupaten Maluku Tenggara
Barat dengan ditandai oleh kenaikan arus kunjungan wisatawan setiap tahunnya, dan akan
memberikan peluang besar bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Objek wisata
pada Kabupaten Maluku Tenggara Barat berpotensi, tetapi belum dapat berkembang sesuai
potensi yang dimilikinya.
Pemerintah daerah telah membuat strategi guna pengembangan pariwisata di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat, namun strategi ini belum mampu memberi yang signifikan dalam
mengoptimalkan potensi yang ada dengan belum dilibatkannya masyarakat lokal, sehingga
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
untuk mengoptimalkan potensi yang ada serta meningkatkan kunjungan wisatawan diperlukan
suatu strategi lain dalam upaya untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat, dimana strategi ini dijaring melalui persepsi wisatawan dan masyarakat lokal.
Strategi ini diharapkan mampu mengoptimalkan dan menjawab kebutuhan wisatawan serta
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, disamping tetap mempertahankan
keberlangsungan dalam pembangunan pariwisata.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat?
2. Faktor-faktor internal apakah yang mendukung dan menghambat pengembangan
pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat?
3. Faktor-faktor eksternal apakah yang mendukung dan menghambat pengembangan
pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menentukan strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
2. Menentukan faktor-faktor internal yang mendukung dan menghambat pengembangan
pariwisatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
3. Menentukan faktor-faktor eksternal yang mendukung dan menghambat pengembangan
pariwisatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
10
11
BAB II
LANDASAN TEORI
rata-rata persentase penutupan Acropora 51,3% (baik) dan Non-Acropora 30,7% (sedang),
stasiun III persentase penutupan karang Acropora 20,32% (buruk) dan Nor-Acropora 68,5%
(baik). Bentukbentuk pertumbuhan karang yang ditemukan diantaranya Acropora branching
(ACB), Non-Acropora branching (CB), Non-Acropora foliose (CF), Non-Acropora heliopora
(CHL), Non-Acropora massive (CM), Non- Acropora millepora (CME), Non-Acropora
mushroom (CMR), Non- Acropora submassive (CS), Others (OT). Keanekaragaman tergolong
kecil hingga sedang dengan kondisi terumbu karang mengalami tekanan hingga labil dan
dominansi yang rendah.
Ratri Puji Rahayu, Skripsi, 2011. Efektifitas Program Komunikasi Pemasaran Wisata
Budaya Kota Solo (Study Evaluasi program kegiatan komunikasi pemasaran Karaton Surakarta
Hadiningrat dalam melestarikan warisan budaya). Metode penelitian evaluasi dengan
pendekatan Kualitatif, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh
keberhasilan dari pelaksanaan program komunikasi pemasaran pariwisata yang dilakukan oleh
Karaton Surakarta Hadiningrat Bauran promosi merupakan kegiatan yang sangat membantu
dalam proses kelancaran pengenalan adanya Karaton Surakarta Hadiningrat sebagai salah satu
warisan budaya di kota Solo. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa program kegiatan
komunikasi pemasaran Karaton Surakarta Hadiningrat mempunyai tiga program yang dikenal
dengan KKN, yaitu : Komitmen, Konsisten, dan Networking, yang terwujud dalam berbagai
aktivitas antara lain, pembuatan brosur, pembuatan website, pameran wisata, dan kerjasama
dengan Dinas terkait.
Eriana Prince Agustin, Skripsi 2011. Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Sleman Dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan
Nusantara Di Desa Wisata Kabupaten Sleman (Periode 2005 2010). Metode penelitian studi
kasus dengan pendektan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
bagaimana strategi komunikasi pemasaran pariwisata yang dilakukan Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten Sleman Dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan Nusantara Di Desa
Wisata Kabupaten Sleman (Periode 2005 2010). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa strategi komunikasi pemasaran pariwisata dinas kebudayaan dan Pariwisata Sleman
dalam meningkatkan jumlah pengunjung yakni terdapat dua hal. Pertama, penyesuaian fasilitas
sesuai masyarakat sekitar. Kedua, menggunakan salah satu bauran promosi pemasaran, yakni
periklanan dan publisitas serta mengadakan program-program baru dalam publisitas daerah
wisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Astuti (2008) tentang Faktor yang Mempengaruhi
Penurunan Jumlah Kunjungan Wisatawan Di Bagus Agro Pelaga Desa Pelaga, Kecamatan
Petang, Kabupaten Badung menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi penurunan
jumlah kunjungan wisatawan di Bagus Pelaga menunjukkan bahwa secara keseluruhan dimensi
pelayanan yang dituangkan pada faktor produk, harga, orang, tempat, proses, fisik dan promosi
merupakan factor utama yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
pelayanan yang diberikan di Bagus Agro Pelaga dan akan berimplikasi kepada jumlah
kunjungan yang mengalami penurunan sesuai dengan tingkat kepuasan pelayanan yang
diperoleh wisatawan selama berkunjung ke Bagus Agro Pelaga.
Umu Hasanah. Skripsi 2008, Strategi Publikasi dan Promosi Wisata Bahari Lamongan
(WBL) Dalam Meningkatkan Pengunjung. dengan Metode penelitian studi kasus dengan
pendektan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
publikasi dan promosi yang dilakukan oleh Wisata Bahari Lamongan (WBL) dalam
meningkatkan pengunjung. Dalam hal ini strategi promosi wisata bahari lamongan (WBL)
dalam meningkatkan pengunjung, adalah: pertama, melakukan komunikasi, menginformasikan
adanya program atau hal baru di WBL. Kedua, menjalin kerjasama yang harmonis dengan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
penting artinya bagi ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan setempat; (4) meningkatkan
perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap pemeliharaan dan penyelamatan peninggalan
budaya masa lalu; (5) pengelolaan pariwisata subak dilakukan melalui kerjasama terpadu antara
masyarakat sebagai pemegang peran sentral, pengusaha pariwisata sebagai mitra usaha dan
pemerintah sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai control terhadap pengembangan pariwisata
setempat.
Luh Putu Emi Yudhiantari. Ekowisata sebagai alternatif dalam pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan di Desa Wongaya, Kecamatan Penebel, Kabupaten
Tabanan, Bali. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi kepariwisataan yang ada di Desa
Wongaya Gede dalam rangka pengembangan pariwisata, mengkaji persepsi masyarakat
dan wisatawan mancanegara terhadap pengembangan pariwisata di Desa Wongaya Gede,
dan merumuskan model pengembangan pariwisata yang dapat dikembangkan di Desa
wongaya Gede dalam rangka mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Metode dalam
penelitian ini adalah menggunakan tipe penelitian deskriptif. Analisis data dilakukan
dengan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan Desa
Wongaya Gede memiliki potensi ekologis dan sosial budaya yang dapat dikembangkan
sebagai daya tarik wisata dalam menunjang pengembangan kepariwisataan. Berdasarkan
persepsi masyarakat diketahui bahwa seluruh masyarakat setuju terhadap pengembangan
pariwisata di Desa wongaya Gede dan hampir seluruh wisatawan yang diwawancarai
mengatakan bahwa pariwisata di Desa Wongaya Gede bias dikembangkan. Berdasarkan
pendekatan the seven steps of planning, maka model pariwisata yang dapat
dikembangkan di Desa Wongaya Gede sebagai alternatif dari pengembangan pariwisata
yang ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah menerapkan model ekowisata dengan
menjual alam sebagai objek (atraksi) dengan berbasiskan pada masyarakat.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
Kegiatan Parawisata
Kegiatan kepariwisataan adalah kegiatan yang mengutamakan pelayanan dengan
activities undertaken during the stay and the facilities created to cater for the needs of
tourist
(Cooper, et al, 1993). Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan
kepariwisataan terjadi semata-mata merupakan kegiatan yang menempuh jarak dan waktu
tertentu yang terlepas dari aktifitas keseharian seperti aktifitas kerja, berbisnis dan yang
lainnya, tetapi aktifitas yang dilakukan jelas-jelas di luar kegiatan tersebut melibatkan
berbagai pihak lainnya terutama dalam pemakaian fasilitas yang berhubungan dengan
pariwisata.
Pemberian batasan tentang pariwisata memang sering tidak dapat menghasilkan satu
batasan yang memuaskan untuk berbagai kepentingan. Melihat batasan yang begitu luas dan
beragam, Richardson dan Fluker dalam Pitana (2005:45) membedakan batasan pariwisata
atas dua batasan, yaitu batasan konseptual dan batasan teknis. Batasan konseptual digunakan
untuk memahami pariwisata secara
2.2.2
Konsep Wisatawan
Wisatawan (tourist) adalah sebagai objek dalam kegiatan pariwisata. Wisatawan disebut
sebagai objek karena kegiatan pariwisata tidak bisa terlepas dari pelayanan terhadap wisatawan
atau orang sebagai objek pelayanan. The tourist is the actor in this system (Cooper, et al,
1993:3). Maksudnya adalah bahwa wisatawan merupakan yang menjadi perhatian oleh siapa
pun yang terlibat dalam kegiatan pariwisata. Dari pendapat Cooper tersebut dapat dikatakan
bahwa tidak selamanya wisatawan diperlakukan sebagai obyek, tetapi terkadang bisa saja
sebagai subyek dalam pelayanan pariwisata.
Definisi mengenai wisatawan juga ditegaskan oleh IUOTO (International Union of
Official Travel Organization) dalam Pitana (2005: 43), pengertian wisatawan ini hanya berlaku
untuk wisatawan internasional, tetapi secara analogis dapat juga berlaku untuk wisatawan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
domestik. Selanjutnya wisatawan dibedakan atas dua bagian, yakni (1) Wisatawan (tourist),
yaitu mereka yang mengunjungi suatu daerah lebih dari 24 jam, dan (2) Pelancong/pengunjung
(excursionists), yaitu mereka yang tinggal di tujuan wisata kurang dari 24 jam. Dari sisi yang
lain, Inskeep (1991) mengidentifikasikan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke suatu
Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ditentukan
oleh beberapa hal, antara lain; asal negara wisatawan, tujuan dari pada kunjungannya, lama
tinggal, umur, jenis kelamin dan jumlah keluarga yang ikut berkunjung, pekerjaan dan tingkat
penghasilan, jumlah kunjungan, individu atau kelompok, jumlah uang yang dihabiskan selama
kunjungan serta perilaku dari kepuasan wisatawan itu sendiri.
Potensi menurut beberapa penulis seperti Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi
wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa
dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat di kembangkan menjadi suatu atraksi wisata
(tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan
aspek-aspek lainnya. Potensi menurut Kamus Besar Bahasa indonesia (2007: 890)adalah
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kesanggupan; kekuatan;
daya. Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah segala sesuatu yang dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti:
a. Natural attraction: landscape, seascape, beaches, climate and other
geographical features of the destinations.
b. ultural attraction: history and folklore, religion, art and special events,
festivals.
c. Social attractions: the way of life, the resident populations, languages,
opportunities for social encounters.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
Konsep Strategi
Menurut Stanton (dalam Amirullah, 2004: 4) mengatakan strategi sebagai suatu
rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan.
Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan lingkungan eksternal dan
internal
perusahaan.
Begitu
juga
dengan
Christensen
dalam
Rangkuti
Konsep Pengembangan
Ada beberapa pendapat para ahli tentang arti dari pengembangan itu sendiri.
Menurut Paturusi (2001) mengungkapkan bahwa pengembangan adalah suatu strategi
yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi
kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan
serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar objek dan daya tarik wisata
maupun bagi pemerintah. Selanjutnya Suwantoro (1997:120) pengembangan bertujuan
untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap.
Sedangkan Poerwadarminta (2002:474). Lebih menekankan kepada suatu proses atau
suatu cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik sempurna dan berguna.
Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan keuntungan
bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Dengan adanya pembangunan
pariwisata diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui keuntungan
secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut. Dengan kata lain pengembangan
pariwisata melalui penyediaan fasilitas infrastruktur, wisatawan dan penduduk setempat
akan saling diuntungkan. Pengembangan tersebut hendaknya sangat memperhatikan
berbagai aspek, seperti ; aspek budaya, sejarah dan ekonomi daerah tujuan wisata. Pada
dasarnya pengembangan pariwisata dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dan
meminimalkan permasalahan (Mill, 2000: 168) Pengembangan pariwisata secara
mendasar memperhatikan beberapa konsep seperti : (1) Pengembangan Pariwisata
Berkelanjutan, (2) Pembangunan Wilayah Terpadu dan Pengembangan Produk Wisata;
(3) Pembangunan Ekonomi Pariwisata; serta (4) Pengembangan Lingkungan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Untuk lebih mengetahui penelitian ini selanjutnya akan dikaji konsep dasar yang perlu
dipahami dan diuraikan dalam studi pustaka serta penelitian terkait sebelumnya. Adapun uraian
tersebut terdiri dari : a) Pariwisata, b) Obyek wisata, c) Potensi obyek wisata, d) Pengembangan
obyek wisata, e) Analisis SWOT untuk strategi pengembangan obyek wisata.
Kondisi geografis yang berbeda meyebabkan keanekaragaman dan karakateristik pada
suatu daerah meliputi lithosfer, pedosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer,dan antroposfernya. Jenis,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
bentuk dan persebaran dari obyek wisata tidak lepas dari perbedaaan kondisi geografis di atas,
semakin beragam dan semakin unik maka merupakan potensi besar untuk menjadi obyek wisata
unggulan. Masing-masing obyek wisata memiliki keunikan
wisatawan. Potensi yang dimiliki tentunya beragam tergantung pada pengelolaan dan daya
dukung, baik sarana dan prasarana, sosial ekonomi beserta masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut. Oleh karena itu perhatian dari pemerintah sangat berpengaruh terhadap berkembang
atau tidaknya suatu obyek wisata. Dalam rangka mewujudkan tujuan dikembangkannya
pariwisata
antara lain
adalah
untuk kesejahteraan
misalnya berkurangnya kunjungan wisatawan sebagai akibat turunnya daya tarik obyek wisata.
Penilaian potensi daya tarik obyek wisata pantai dapat dilihat dari potensi fisik dan
budayanya. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata (P4) UGM potensi fisik
dapat
dinilai
keterjangkauan),
dari
dan
lahan,
kondisi
sarana
pantai,
prasarana
hidrologi, vegetasi,
aksesibilitas
(tingkat
selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kedekatan jarak antar obyek dan kesamaan akses,
kemudian dilakukan penilaian dan pengkelasan. Setelah itu baru akan terlihat mana yang
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
memiliki potensi rendah, sedang dan tinggi untuk dikembangkan sesuai dengan potensinya dan
dapat ditentukan skala prioritas dalam pengembangan obyek wisata yang ada.
Pengembangan obyek wisata diharapkan menjadi batu loncatan untuk pengembangan
obyek yang lain dalam satu kelompok. Sampai tahap ini dibutuhkan penentuan strategi
pengembangannya. Penentuan strategi pengembangannya dapat dilakukan dengan analisis
SWOT yang memepertimbangkan faktor internal dan eksternal. Potensi/kekuatan
dan
kendala/kelemahan
dan
merupakan
sebagai
faktor
internal,
peluang/kesempatan
tantangan/hambatan sebagai faktor eksternal. Untuk mengetahui lebih luas tentang obyek yang
diteliti dibutuhkan informasi dari hasil wawancara dengan instansi terkait atau orang-orang yang
dianggap tahu tentang hal itu. Penekanannya adalah bagaimana
potensi
yang
ada
Pengertian Pariwisata
Parawisata
merupakan
kegiatan
perjalanan
untuk
rekreasi,
biasanya
seseoarang sementara waktu dari tempat tinggal dengan alasan bukan untuk menetap atau
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
mencari nafka melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, mneghabiskan waktu
senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainya.
Menurut Gamal (2002) parawisata didefenisikan sebagai bentuk. Suatu proses kepergian
sementara dari seseorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergian adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, social, budaya, polotik, agama,
kesehatan, maupun kepentingan lain.
Menurut WTO (1999), Parawisata adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalannan
suatu tempat dan tinggal di daerah tujuan diluar lingkungan keseharianya
Salah
(1996 : 9) dalam
adalah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam panyediaan lapangan kerja. Hamalik (1978 : 14) juga mengemukakan pariwisata yaitu
melakukan perjalanan bertujuan untuk beristirahat dan hanya dinikmati oleh segolongan
manusia.
Menurut
Fandeli (1995 :
adalah perpindahan
sementara orang-orang kedaerah tujuan diluar tempat kerja dan tempat tinggal sehariharinya, kegiatan yang dilakukannya adalah fasilitas yang digunakan ditujukan untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Menurut Sujali (1989 : 2), mengemukakan pariwisata merupakan kegiatan yang
mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan. Wisata sebagai salah satu
aktivitas manusia melibatkan banyak aspek dan dapat ditinjau dari banyak disiplin ilmu.
Definisi atau pengertian tentang pariwisata juga dikemukakan Pendit (1987 : 16),
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan
obyek dan daerah tujuan wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.
Menurut Spillane (1987 : 21), pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
tempat yang lain yang bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha
untuk keseimbangan, keserasian atau kebahagiaan dengan lingkungan hidup dengan dimensi
sosial, budaya, alam dan ilmu. Pariwisata terdiri dari dua kata, yaitu pari dan wisata. Pari
berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian.
Wisata bersinonim dengan kata travel. Jadi pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud
bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata
untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam.
Menurut undang-undang No. 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah kegiatan
perjalanan
yang
dilakukan
oleh
seseorang
pribadi,
atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Orang yang melakukan wisata dikatakan sebagai wisatawan.
Daya tarik wisata adalah segalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam buadaya dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan daerah wisatawan. Daerah tujuan wisata atau Destinasi
parawisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilaya
administrasi yang dalamnya terdapat daya tarik wisata.
Kegiatan wisatawan dalam berwisata tentulah dipengaruhi oleh faktor- faktor
tertentu, baik faktor penarik maupun faktor pendorong dalam melakukan kegiatan
pariwisata . Fandeli (1995 : 40) menjelaskan sebagai berikut :
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
a.
Faktor Pendorong
Faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah ingin
terlepas, meskipun sejenak dari kehidupan yang rutin setiap hari,
lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas, dan hiruk pikuk
kehidupan kota.
b.
Faktor Penarik
Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di
tempat wisata.
Sesuai dengan fungsi dari kegiatan pariwisata, Sujali (1989 : 21)
membedakan pariwisata menjadi enam jenis. Yakni diuraikan sebagai
berikut:
a.
Pariwisata pendidikan
b.
Pariwisata olahraga
c.
Pariwisata kebudayaan
d.
Pariwisata kesehatan
e.
Pariwisata ekonomi
f.
Pariwisata social
Kondisi Fisis
Aspek fisis yang berpengaruh terhadap pariwisata berupa iklim (atmosfer),
tanah batuan dan morfologi (lithosfer), hidrosfer, flora dan fauna.
Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian tempat wisata. Semakin
mudah tempat tersebut dicapai maka akan menambah minat wisatawan untuk
berkunjung.
d.
wisata,
bentuk
pengembangannya,
dan
terhadap
arah
f.
Masyarakat
Pemerintah
melalui
instansi-instansi
terkait
telah
menyelenggarakan
pantai sebagai salah satu suasan alam yang memiliki daya tarik
yang begitu indah, serta danau Webolar sebagai tempat pemancingan. Di samping itu
juga, untuk mengeksplorasi keindahan alam pedesaan,
keunikan
karakter
masyarakatnya serta keragaman budaya, wisata pedesaan menjadi peluang yang cukup
bagus untuk dikembangkan.
Potensi budaya yang terdapat di Saumlaki terdiri dari upacara adat, tradisi budaya dan
peninggalan budaya
pantai dengan keindahan pasir putihnya, suasana pantai yang tenang menambah lengkap daya
tarik wisata di Saumlaki, apalagi belum belum dikelola secara baik.
Industri pariwisata
b.
Destinasi pariwisata
c.
Pemasaran, dan
Kelembagaan kepariwisataan.
Sujali
hasil
pembangunan
kepariwisataan yang optimal ada tiga komponen penting yang harus dipersiapkan yaitu :
a.
Tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati atau adanya atraksi yang
dapat dilihat
a.
Wisatawan
b.
Pengangkutan
c.
Atraksi/obyek wisata
d.
Fasilitas pelayanan
e.
atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain,
b) something to do, artinya di daerah tersebut banyak yang dapat dilakukan, harus
ada fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah lebih lama tinggal di tempat
tersebut,
c) something to buy, artinya didaerah tersebut harus ada tempat belanja seperti
souvenir dan oleh-oleh (Yoeti, 1996 : 178).
Pembangunan suatu obyek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik
yang dimiliki oleh objek tersebut, dan harus mengacu pada berbagai
kriteria
kelayakan.
Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman,
dan bersih.
b.
c.
Untuk obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. Menurut Yoeti (1996 :
60), obyek wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat tanpa harus dipersiapkan terlebih
dahulu seperti pantai, danau, candi, monumen, gunung, pemandangan laut, dan lainlain.
Adapun hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke tempat wisata
adalah : a) benda yang tersedia dan tedapat di alam semesta (natural amenities)
misal iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan, flora dan fauna dan pusat
kesehatan, b) hasil ciptaan manusia (man made supply ), misal benda-benda yang
bersejarah, monument bersejarah, dan sisa peradaban pada masa lampau, museum,
acara tradisional, dan rumah-rumah ibadah, c) tata cara hidup masyarakat, misal
bagaimana kebiasaan hidupnya dan adat istiadatnya (Yoeti, 1996 : 176)
Gamal suwantoro (1997 : 19) menjelaskan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok ;
a.
b.
c.
SWOT
(singkatan
bahasa
Inggris
dari
"kekuatan"/strengths,
(Wikipedia Indonesia,2009).
Strength merupakan hal-hal menjadi unggulan atau ciri khas suatu tempat wisata.
Weaknes merupakan
kendala,
yakni
merupakan
hal-hal
yang
dapat menghambat
pengembangan tempat wisata. Oppurtinity merupakan peluang, yakni hal-hal yang dapat
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)
dikembangkan lebih lanjut, sedangkan threat merupakan ancaman, yaitu hal-hal yang dapat
mengganggu pengembangan tempat wisata (Fanni Winih, 2007 : 25).
Yoeti (1995 : 135) memaparkan bagaimana analisis SWOT dalam sekenario
pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan (strength).
Mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah,maka akan dapat dikembangkan sehingga
mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya.
Dalam hal ini, kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang.
b.
Kelemahan (weaknes)
Segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata.
Pada
umumnya, kelemahan-kelemahan
yang dapat
didentifikasi adalah
kurangnya
peraturan
yang
tidak
memberikan
kemudahan
dengan
Lokasi Penelitian :
Tempat penelitian dilakukan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
b.
Obyek Penelitian:
Obyek yang diteliti difokuskan pada obyek wisata pantai.
c.
Tujuan Penelitian :
Bertujuan untuk Mengetahui potensi obyek wisata pantai di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dan membuat strategi pengembangan yang tepat untuk
obyek wisata pantainya.
b.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Interpretif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan fenomena
atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Natsir,
1998). Penelitian deskriptif digunakan bertujuan agar peneliti dapat menggambarkan
dengan lebih baik sifat-sifat yang diketahui keberadaannya serta relevan dengan variablevariabel yang diteliti. Pendekatan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif untuk menggambarkan tanggapan responden tehadap obyek berdasarkan
kuesioner yang diberikan.
3.2 Obyek Penelitian
Penetapan
obyek
penelitian
sangat
penting
dalam
rangka
mempertanggungjawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu maka obyek penelitian
perlu ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini obyek yang peneliti pilih adalah
wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan obyek penelitian di Obyek Wisata
alam berupa wisata alam, taman laut, hutan alam, serta wisata budaya dan peninggalan
sejarah.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Suharsimi, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan obyek wisata Dengan Indikator :
pegawai swasta 2 orang, dan masyarakat umum lainnya sebanyak 24 orang yang terdiri
dari pedagang, petani, nelayan, dan pengusaha.
Jenis data
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif dengan
mengumpulkan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari survey lapangan menyangkut obyek yang akan diteliti dan
disesuaikan dengan kebutuhan, dalam hal ini pencatatan dan pengamatan langsung
mengenai kondisi obyek wisata pada Kabupatn Maluku Tenggara Barat. Data juga
diperoleh dari wawancara terhadap responden berupa wisatawan dan masyarakat _acto
pada lokasi penelitian.
Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian ini.
Data-data tersebut berupa : Data kebijakan pemerintah yang menyangkut pariwisata;
fasilitas infrastuktur pariwisata yang ada di lokasi penelitian; data kunjungan wisatawan;
keadaan geografis dan demografis; data _actor budaya dan ekonomi, dll.
3.6.2
Sumber data
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari : Kantor Bappeda, dan
Dinas Tata Ruang untuk memperoleh data mengenai kebijaksanaan yang ada di lokasi
penelitian; Kantor Dinas Pariwisata untuk memperoleh data kunjungan wisatawan,
fasilitas, dan kebijakan _actor pariwisata di lokasi penelitian; kantor statistik, dan Kantor
pemerintahan kecamatan untuk memperoleh data geografis dan demografis; survey
lapangan, Informan.
No
1
Masalah
Identifikasi
faktor-faktor
Analisis SWOT
dengan
menggambarkan/melukiskan
keadaan
subyek/obyek
penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Soejono dan Abdurrahman, 1999: 23)
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yang merupakan proses penggambaran daerah penelitian. Dalam penelitian ini
akan
diperoleh
gambaran
tentang
faktorfaktor
pendorong
dan
penghambat
b. Analisis SWOT
Kondisi Geografis
Teknik analisis yang akan digunakan dalam penyusunan Strategi Pengembangan
utama yang tidak menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan
pariwisata.
Analisis _factor strategi internal dan eksternal adalah pengolahan factor-faktor strategis
pada lingkungan internal dan eksternal dengan memberikan pembobotan dan rating pada setiap
factor strategis. Faktor strategis adalah _actor dominan dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang memberikan pengaruh terhadap kondisi dan situasi yang ada dan memberikan
keuntungan bila dilakukan tindakan positif.
Menganalisis lingkungan internal Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)
untuk mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan dan kelemahan. Menganalisis lingkungan
eksternal, External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) untuk mengetahui berbagai
kemungkinan peluang dan ancaman. Pembobotan pada lingkungan internal dan eksternal
diberikan bobot dan nilai (rating) berdasarkan pertimbangan professional. Pembobotan pada
lingkungan internal tingkat kepentingannya didasarkan pada besarnya pengaruh _actor strategis
terhadap posisi strategisnya, sedangkan pada lingkungan eksternal didasarkan pada kemungkinan
memberikan dampak terhadap _actor strategisnya. Jumlah bobot pada masing-masing
lingkungan harus berjumlah = 1 (satu), dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0
(tidak penting).
Untuk nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh _actor strategis terhadap kondisi
dirinya dengan ketentuan skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah). Variabel
yang bersifat positif (_actor_i kekuatan atau peluang) diberi nilai dari 1 sampai dengan 4 dengan
membandingkan dengan rata-rata pesaing utama. Sedangkan _actor_i yang bersifat negative
kebalikannya, jika kelemahan atau ancaman besar (_actor_ing dengan rata-rata pesaing sejenis)
nilainya 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/dibawah rata-rata pesaing-pesaingnya nilainya 4.
Pemetaan posisi pariwisata bertujuan untuk mengetahui posisi pariwisata dari suatu
obyek wisata dalam kondisi perkembangannya saat ini. Pemetaan didasarkan pada analogi sifat
yang dimiliki dari _actor-faktor strategis. Kekuatan memiliki sifat positif, kelemahan bersifat
negatif, begitu juga dengan peluang bersifat positif dan ancaman bersifat negatif. Diagram posisi
perkembangan pariwisata memberikan gambaran keadaan perkembangan pariwisata berdasarkan
kuadran-kuadran yang dihasilkan garis _actor SW dan garis _actor OT, setiap kuadran memiliki
rumusan strategi sebagai strategi utamanya. Posisi perkembangan pariwisata suatu obyek wisata
atau kawasan pariwisata dapat dilihat pada gambar berikut.
Rumusan setiap kuadran yang secara khusus untuk pariwisata dan beberapa pengertian
yang melalui proses adopsi, adaptasi dari penggunaan analisis SWOT untuk perusahaan sehingga
diadaptasi suatu rumusan sebagai berikut :
a. Kuadran I : Growth (Pertumbuhan)
Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam
penjualan, asset, profit, atau kombinasi ketiganya. Pertumbuhan dalam pariwisata adalah
pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan (frekuensi kunjungan dan asal daerah
wisatawan), asset (obyek dan daya tarik wisata, prasarana dan sarana pendukung),
pendapatan (retribusi masuk dan jumlah yang dibelanjakan). Pertumbuhan dalam
pariwisata terbagi dua yaitu :
-
Rapid growth strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah strategi meningkatkan laju
pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan waktu lebih cepat (tahun kedua lebih besar
dari tahun pertama dan selanjutnya), peningkatan kualitas yang menjadi _actor kekuatan
untuk memaksimalkan pemanfaatan semua peluang.
Turn around strategy (strategi memutar balik), adalah strategi yang membalikkan
kecenderungan-kecenderungan negatif sekarang yang paling umum tertuju pada
pengelolaan.
Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi merubah fungsi yang dimiliki
dengan fungsi lain yang benar-benar berbeda.
d. Kuadran IV : Diversifikasi
Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat keanekaragaman terhadap
obyek dan daya tarik wisata dan mendapatkan dana investasi dari pihak luar. Strategi
penganekaragaman
yaitu :
-
Strategi SO, yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman.
Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT, didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Matriks SWOT adalah matriks yang menginteraksikan _actor strategis internal dan
eksternal. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
(ekternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang
dimiliki. Matriks SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan
didasarkan hasil analisis SWOT.
Hasil dari interaksi _actor strategis internal dan eksternal menghasilkan alternatifalternatif strategi. Alternatif strategi adalah hasil dari matriks analisis SWOT yang menghasilkan
berupa strategi SO, WO, ST, WT. Alternatif strategi yang dihasilkan minimal empat strategi
sebagai hasil dari analisis matriks SWOT. Model matriks analisis SWOT dapat dilihat padaTabel
2 berikut :
Threaths (T)
Tentukan Faktor
Peluang
Tentukan Faktor
Ancaman
Strength (S)
S vs O
S Vs T
Tentukan Faktor
Kekutatan
Strategi yang
menggunakan
kekuatan dan
memanfatkan peluang
Strategi yang
menggunakan
kekuatan dan
mengatasi ancaman
Weakness (W)
W vs O
W vs T
Tentukan Faktor
Kelemahan
Strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
memanfatkan peluang
Strategi
meminimalkan
kelemahan dan
menghindri ancaman
Identification Of
Factors
I
T
E
R
N
A
L
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA
lain dipengaruhi
perputaran arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak
stasiun pengamatan. Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, rata-rata curah hujan selama
tahun 2008 - 2009 terlihat bervariasi. Menurut Stasiun Pengamatan Saumlaki maka curah
hujan rata-rata di Tanimbar Selatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat sekitar 1.560,7 mm
dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan februari yaitu sebanyak 332 mm per hari.