Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata sebagai suatu industri yang kompleks, yang meliputi industri-industri lain
seperti industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan/ cinderamata, industri
perjalanan dan sebagainya.
Seperti yang tercantum dalam Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 Bab II Pasal 2 dalam
dalam

Soekadijo

(1997:26)

berbunyi

pembangunan

pariwisata

bertujuan

untuk

meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada
umumnya.
Pariwisata

Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar

(2000:46-47)

adalah suatu

perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari sutau
tempat ketempat yang lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan
dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafka di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam.
Pariwisata

merupakan

salah

satu

industri

baru

yang

mampu menyediakan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan
dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.
Aspek ekonomis merupakan aspek yang dianggap penting dan mendapat perhatian paling
besar dalam sektor pariwisata karena untuk mengadakan perjalanan orang mengeluarkan biaya,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

sedangkan bagi daerah yang dikunjungi wisatawan dapat menerima uang dari wisatawan
tersebut melalui orang- orang yang menyediakan angkutan, menyediakan bermacam-macam
jasa, atraksi dan sebagainya. Keuntungan ekonomis ini merupakan salah satu dari tujuan
pembangunan pariwisata. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang menyimpan banyak
potensi alam baik daratan maupun lautan (pantai). Kondisi tanah yang subur menjadikan
Indonesia sebagai pusat perhatian

kelompok

manusia

untuk

menetap

dan

mengembangkan usahanya masing-masing, sedangkan potensi perairan yang berupa lautan


dan pantai merupakan salah satu obyek wisata yang banyak

digemari

oleh

wisatawan

nusantara maupun wisatawan mancanegara.


Hal ini dapat dikarenakan Indonesia merupakan negara tropis, selain itu juga memilki
laut tropis, pantai pasir yang putih bersih, dan air laut yang jernih membiru. Sehingga banyak
wisatawan mancanegara yang datang mengharapkan dapat menikmati udara segar dan
keindahan pantai, selain itu juga untuk melakukan kegiatan olahraga air seperti selancar-air,
ski-air, menyelam, dan sebagainya.
Di negara maju berwisata adalah hal yang biasa dilakukan dan menjadi kebutuhan hidup
setiap orang, hal inilah yang menggerakkan ekonomi pada sektor pariwisata kian berkembang.
Sektor perjalanan dan parawisata di Indonesia mengalami peningkatan dalam konstribusi
terhadap perekonomian, sebesar 8,4% di tahun 2013. Pertumbuhan yang di alami ini
merupakan pertumbuhan yang terbesar di antara Negara-negara anggota G20, berdasarkan hasil
riset World Travel and Tourism Council

(WTTC), otoritas global dalam industry perjalanan

dan parawisata. Economic Impact Report tahun 2014 yang dikeluarkan oleh World Travel and
Tourism Council

(WTTC) menunjukan bahwa di Indonesia terdapat pertumbuhan

pengunjung internasional sebanyak 15,1% dan pertumbuhan ekonomi 7,2%, sedangkan dalam
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

parawisata tahun 2014


Menurut David Scowsill, presiden dan CEO WTTC tahun 2013 merupakan tahun yang
fantastis bagi perjalanan dan parawisata di indonesi. Indonesia mengalami perluasan dalam hal
pendapatan ekspor yang di dapat dari pengunjung internasional yang juga di dorong oleh
perubahan nilai rupiah terhadap dolar AS. Konstribusi langsung dari perjalanan dan parawisata
di indonesi diharapkan akan berkembang sebesar 8,1% melebihi perekonomian umum sebesar
2,8% , WTTC mempredikisi pengunjung internasional akan mencapai 14,2%

dan

pembelanjaan parawisata domestic akan tumbuh di atas rata-rata (6,3%). Jika Indonseia terus
berinvestasi dalam aktifitas promosi dan menjalankan kebijakan-kebijakan dan mempermudah
visa, maka Indonesia akan terus menjadi salah satu yang terdepan dalam perjalanan dan
parawisata. Pertumbuhan yang luar biasa perlu dipadukan dengan berbagai kebijakan untuk
memastikan kesinambungan sector ini, WTTC juga menyebutkan perjalanan dan pariwisata
juga berkonstribusi sebsear US $7 triliun ke perekonomian global dan diharapkan akan
berkembang di tahun 2014 sebesar 4,3%
Perjalanan dan parawisata di Indonesia di prdeikis akan mengalami pertumbuhan selama
sepuluh tahun kedepan sebesar lebih dari 4% setiap tahunnya dan lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan industry lain.
Menurut David Scowsill, presiden dan CEO WTTC, memanfatkan peluang untuk
membutuhkan otoritas tempat kunjungan dan regional, khususnya di Negara-negara
berkembang untuk menciptakn iklim bisnis yang lebih baik bagi investasi dalam infrastruktur
dan sumber daya manusia. Hal ini penting untuk mempermudah sebuah industry parawisata
yang berkesinambungan. Ditingkat nasional pemerintah-pemerinta juga bias melakukan lebih
banyak kebijakan visa dan menjalankan kebijakan pajak yang lebih cerdas,jika dilakukan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

langkah-langkah yang tepat perjalanan dan parawisata akan menjadi tenaga pendorong dalam
jangka panjang.
Indonesia telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Sebagai
sektor ekonomi penting, pariwisata mendapatkan perhatian serius dari pemerintah,
dikeluarkannya Undang-undang Tahun 2009 No 10 tentang kepariwisataan adalah sebagai
dasar pijakan penyelenggaraan kepariwisataan. Dalam Undang-undang tersebut disampaikan
beberapa tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan yaitu :
a.

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

b.

Meningkatkan kesejahteraan rakyat

c.

Menghapus kemiskinan

d.

Mengatasi pengangguran

e.

Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya

f.

Memajukan kebudayaan

g.

Mengangkat citra bangsa

h.

Memupuk rasa cinta tanah air

i.

Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan

j.

Mempererat persahabatan antar bangsa.

Alasan sektor pariwisata dipacu untuk dijadikan komoditi andalan disamping migas
sebagai komoditi pendukung kelangsungan pembangunan nasional antara lain adalah : a)
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

pola perjalanan wisata yang terus-menerus meningkat dari tahun ketahun, b) pariwisata tidak
begitu terpengaruh gejolak ekonomi dunia, disamping pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan ekonomi dunia, c) meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan pengaruh ganda
dari pengembangan pariwisata tampak lebih nyata, d) komoditi pariwisata tidak mengenal
proteksi atau quota seperti komoditi lainnya, e) potensi pariwisata di Indonesia yang tersebar
di seluruh Indonesia tidak akan habis terjual , f) pariwisata sudah menjadi kebutuhan
hidup manusia pada umumnya (Gamal Suwantoro , 1997 : 13).
Kabupaten MalukuTenggara Barat dengan keberagaman suku bangsa yang hidup dalam
kedamaian dengan toleransi yang tinggi merupakan aset yang berharga. Obyek wisata yang
beragam juga akan menambah daya tarik wisatawan. Aset inilah yang membuat seni, budaya
dan tradisi di kabupaten yang dikenal dengan sebutan Bumi Duan Lolat, menjadi lebih unik,
kaya, beragam dan berkarakter.
Masyarakat Maluku Tengaara Barat yang terkenal heterogen karena ditempati berbagai
suku bangsa suku wesleta, Latdalam Jebory sebagai suku asli serta suku Jawa, Makasar, Bali, dan
yang lainnya, menjadikan Maluku Tenggara Barat memiliki identitas tersendiri secara
sosiokultural. Kekayaan yang melimpah ini membuat pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, menempatkan sektor ini sebagai unggulan yang saat ini tengah serius dibenahi,
khususnya pariwisata di Saumlaki.
Dalam upaya peningkatan dan pengelolaan sumber daya alam tata ruang dan lingkungan
hidup, sektor pariwisata dan kebudayaan dapat dijadikan sektor andalan perekonomian daerah
yang berbasiskan sumber daya alam dan budaya yang lestari dan agamis. Oleh karena itu dalam
pengelolaannya harus memiliki daya saing tersendiri yang dapat menuju Kabupaten Maluku
Tenggara Barat menjadi daerah tujuan wisata di Maluku.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

Banyak dan tersebarnya sumber daya alam dan khasanah budaya yang dapat mendukung
keberhasilan pengelolaan kepariwisataan dapat dijadikan bahan guna menopang Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dengan melibatkan sumber daya manusia yang handal menuju pertumbuhan
perekonomian rakyat dan kesejahteraan masyarakat. Bahwa pengelolaan sektor pariwisata,
pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat tidak bisa berdiri sendiri melainkan
bekerjasama dengan pihak swasta sebagaimana yang berjalan sekarang ini namun harus ada
peningkatan. Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam
pengelolaan pariwisata. Oleh karena itu sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dapat dimanfaatkan dan direkrut untuk melakukan pengelolaan pariwisata di
daerahnya, hal ini harus ditunjang oleh pendidikan dan keterampilan di bidang pariwisata
Sebagaimana dimaklumi bahwa Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan salah satu
daerah di Propinsi Maluku yang memiliki kesuburan dan keindahan alam, kekayaan seni
budaya serta berhawa sejuk. Obyek wisata pantai Saumlaki memiliki bentangan pantai yang
indah pasir putih, air laut yang jernih serta biota bawah laut yang menarik untuk dilihat.
Obyek tersebut diantaranya seperti Pantai Batnyanyik, Kristus Raja, Weluang ,Tanjung
Kdjasih dan Alusi Obyek wisata alam di Saumlaki juga tidak kalah menariknya, obyek tersebut
antara lain berupa pusat pemandian yaitu Air Weturlely, Webolar, dan Lemor. Pemandangan
alam yang mempesona di Pasir Panjang, Asutubun.
Untuk wisata budaya terdapat berbagai ritual dan adat istiadat yang menarik,
diantaranya Cakalele, Tari Tnabar ila, Seti, dan Tore. Berbagai macam kerajinan dan
souvenir khas Saumlaki seperti Tenun Kain, Sagu, dan lain-lain. Jumlah tersebut tentu saja
menjadi peluang yang sangat besar dalam usaha pengembangan pariwisata. Pemanfaatan dan
pengelolaan secara baik akan mendorong kunjungan wisatawan domestik maupun asing,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

peningkatan jumlah kunjungan tentunya akan mempengaruhi peningkatan pendapatan asli


daerah. Undang-Undang Otonomi Daerah No.22 Tahun 1999 dan Undang-Undang RI No.24
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, menjadi landasan kuat bagi Pemerintah Daerah
untuk mengembangkan dan mengatur serta mengelola wilayah darat dan laut secara mandiri,
khususnya pada pariwisata.
Pertimbangan keuangan daerah dan pusat diatur dalam Undang-Undang RI No.25 Tahun
1999, memberi peluang pada pemerintah daerah untuk mendapatkan manfaat yang besar dari
pariwisata untuk kemakmuran masyarakat. Pembangunan
memperhatikan

keanekaragaman, keunikan

dan

kekhasan

kepariwisataan
budaya

dan

haruslah
alam

serta

kebutuhan manusia untuk berwisata. Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
juga diharapkan bisa mendorong penanaman modal dalam negeri dan modal asing agar
pembangunan kepariwisataan dapat berjalan lancer
Maluku Tenggara Barat memilik potensi wisata pantai namun saat ini belum secara
optimal dikelolah/dikembangakan. Kabupaten Maluku tenggara barat adalah sebuah kabupaten
di Propinsi Maluku, ibukota kabupaten ini terletak di Saumlaki kabupaten ini secara geografis
terletak antara 6o 8o LS dan antara 126o 132o BT yang terbagi menjadi 17 kecamatan,
berbatasan langsung dengan laut Timor dan Samuderah Pasifik di sebelah selatan, sebelah utara
berbatasan dengan Laut Banda, sebelah timur berbatasan dengan Laut Arafura dan sebelah
barabt berbatasan dengan laut Flores.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undan-Undang No 46 tahun 1999, pemekaran dari
Kabupaten Maluku Tanggara pada Tahun 2008, sebagian wilaya dari Kabupaten ini dimekarkan
menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabpaten Maluku Tenggara Barat ini juga memiliki
potensi Wisata yang dapa dikembangkan meliputi wisata alam berupa wisata alam, taman laut,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

hutan alam, serta wisata budaya dan peninggalan sejarah.


Obyek-obyek wisata yang dapat dikembangkan oleh para investor meliputi obyek wisata
pantai, wisata agro, wisata sejarah, wisata buru, dan wisata budaya hingga saat ini, potensi
tersebut belum dimanfatkan secara optimal sehingga sangat mebutuhkan investor untuk
mengembangkanya ke arah yang lebih baik.
Semoga akan menggugah para Wisatawan Nusantara dan Mancanegara untuk berkunjung
lebih banyak lagi ke Kabupaten Maluku Tenggara Barat serta berpartisipasi dalam program
Pariwisata Global dan menjadikan kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai tujuan wisata yang
penuh kenangan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat yang dijabarkan dalam Visi Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, yakni terwujudnya Kabupaten Maluku Tenggara Barat
sebagai Destinasi Wisata
Bahari dan Budaya melalui pengembangan Potensi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hal
ini dimaksudkan bahwa sektor pariwisata merupakan andalan yang mampu menggerakkan
kegiatan ekonomi terkait, sehingga pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah
meningkat dari waktu ke waktu.
Bahwa pembangunan pariwisata di Kabupaten Maluku Tenggara Barat diarahkan untuk
mewujudkan kepariwisataan yang kompetitif dan berkelanjutan. Pembangunan Destinasi Objek
Daya Tarik Wisata dan melestarikan nilai-nilai seni dan budaya Kabupaten Maluku Tenggara
Barat yang berbasis Ekohistorikal sebagai pilar utama dalam program kepariwisataan.

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

Perkembangan kunjungan wisatawan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan


pariwisata. Berikut disajikan jumlah wisatawan Lokal dan Mancanegara yang berkunjung ke
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam tiga tahun terakhir.
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten Maluku Tenggara
Barat Tahun 2012 2014
Kawasa
n

Tahun Kunjungan
2012

2013

2014

Lokal
Asean
Asia Timur
Ausralia
USA/Amerika
Eropa
Dll
Total
Sumber : - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan. Dengan melihat data
tersebut menunjukkan bahwa ada potensi pariwisata yang dimiliki Kabupaten Maluku Tenggara
Barat dengan ditandai oleh kenaikan arus kunjungan wisatawan setiap tahunnya, dan akan
memberikan peluang besar bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Objek wisata
pada Kabupaten Maluku Tenggara Barat berpotensi, tetapi belum dapat berkembang sesuai
potensi yang dimilikinya.
Pemerintah daerah telah membuat strategi guna pengembangan pariwisata di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat, namun strategi ini belum mampu memberi yang signifikan dalam
mengoptimalkan potensi yang ada dengan belum dilibatkannya masyarakat lokal, sehingga
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

untuk mengoptimalkan potensi yang ada serta meningkatkan kunjungan wisatawan diperlukan
suatu strategi lain dalam upaya untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat, dimana strategi ini dijaring melalui persepsi wisatawan dan masyarakat lokal.
Strategi ini diharapkan mampu mengoptimalkan dan menjawab kebutuhan wisatawan serta
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, disamping tetap mempertahankan
keberlangsungan dalam pembangunan pariwisata.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat?
2. Faktor-faktor internal apakah yang mendukung dan menghambat pengembangan
pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat?
3. Faktor-faktor eksternal apakah yang mendukung dan menghambat pengembangan
pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menentukan strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
2. Menentukan faktor-faktor internal yang mendukung dan menghambat pengembangan
pariwisatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
3. Menentukan faktor-faktor eksternal yang mendukung dan menghambat pengembangan
pariwisatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

10

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi masyarakat
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam mengembangkan usaha pariwisata, selain itu
sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah daerah dalam penentuan perumusan
kebijakan di sektor Pariwisata. Semoga penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan
dalam bidang pariwisata dan bermanfaat bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti tentang pariwisata.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup pembahasan penelitian ini pada wisata alam,air yang berada pada daerah
Maluku Tenggara Barat, yang tersebar pada bebrapa lokasi pantai dalam lingkup Kabupaten
Maluku Tenggara Barat. Dalam penelitian ini responden adalah wisatawan mancanegara.
Berdasarkan persepsi wisatawan dan masyarakat lokal yang dijaring melalui kuesioner akan
menghasilkan suatu strategi yang digunakan dalam pengembangan kawasan wisata yang
berada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

11

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu


Budiono Senen. Kondisi Terumbu Karang Berdasarkan Bentuk Pertumbuhan (life form)
di Perairan Pulau Neira Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang berdasarkan bentuk
pertumbuhan (life form) di perairan Pulau Neira Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah,
Provinsi Maluku. Metode pengambilan data berdasarkan bentuk pertumbuhan dengan bantuan
alat scuba dan menggunakan transek garis sepanjang 50 meter yang diletakkan sejajar garis
pantai pada kedalaman 3 dan 10 meter. Letak garis transek pada kedalaman 3 dan 10 meter
dianggap mewakili kondisi karang yang ada di daerah tersebut, untuk setiap titik bentuk
pertumbuhan karang berubah harus dicatat pada bentuk pertumbuhan karang tersebut.
Sementara untuk penutupan karang diukur karang yang melalui garis transek dengan ketelitian
mendekati sentimeter. Analisis data dilakukan dengan metode persentase penutupan dan indek
keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi. Hasil penelitian diperoleh, terumbu karang
ketiga stasiun pengamatan pada kedalaman 3 dan 10 meter ditemukan 16 bentuk pertumbuhan
karang (life form), karang dalam kondisi sedang hingga baik sekali yang meliputi : jenis
Acropora, Non-acropora (coral), soft coral, sponges, algae. Kondisi terumbu karang di sekitar
perairan Pulau Neira pada stasiun I untuk kedalaman 3 meter rata-rata persentase penutupan
karang hidupnya adalah 44,6% (sedang), pada stasiun II (82%) dan stasiun III mencapai 88,82%
dalam kondisi baik sekali. Rata-rata persentase penutup Acropora untuk kedalaman 3 meter
pada stasiun I adalah Acropora 24,05% (buruk) dan Non-Acropora 30,7% (sedang), stasiun II
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

rata-rata persentase penutupan Acropora 51,3% (baik) dan Non-Acropora 30,7% (sedang),
stasiun III persentase penutupan karang Acropora 20,32% (buruk) dan Nor-Acropora 68,5%
(baik). Bentukbentuk pertumbuhan karang yang ditemukan diantaranya Acropora branching
(ACB), Non-Acropora branching (CB), Non-Acropora foliose (CF), Non-Acropora heliopora
(CHL), Non-Acropora massive (CM), Non- Acropora millepora (CME), Non-Acropora
mushroom (CMR), Non- Acropora submassive (CS), Others (OT). Keanekaragaman tergolong
kecil hingga sedang dengan kondisi terumbu karang mengalami tekanan hingga labil dan
dominansi yang rendah.
Ratri Puji Rahayu, Skripsi, 2011. Efektifitas Program Komunikasi Pemasaran Wisata
Budaya Kota Solo (Study Evaluasi program kegiatan komunikasi pemasaran Karaton Surakarta
Hadiningrat dalam melestarikan warisan budaya). Metode penelitian evaluasi dengan
pendekatan Kualitatif, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh
keberhasilan dari pelaksanaan program komunikasi pemasaran pariwisata yang dilakukan oleh
Karaton Surakarta Hadiningrat Bauran promosi merupakan kegiatan yang sangat membantu
dalam proses kelancaran pengenalan adanya Karaton Surakarta Hadiningrat sebagai salah satu
warisan budaya di kota Solo. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa program kegiatan
komunikasi pemasaran Karaton Surakarta Hadiningrat mempunyai tiga program yang dikenal
dengan KKN, yaitu : Komitmen, Konsisten, dan Networking, yang terwujud dalam berbagai
aktivitas antara lain, pembuatan brosur, pembuatan website, pameran wisata, dan kerjasama
dengan Dinas terkait.
Eriana Prince Agustin, Skripsi 2011. Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Sleman Dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan
Nusantara Di Desa Wisata Kabupaten Sleman (Periode 2005 2010). Metode penelitian studi
kasus dengan pendektan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

bagaimana strategi komunikasi pemasaran pariwisata yang dilakukan Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten Sleman Dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan Nusantara Di Desa
Wisata Kabupaten Sleman (Periode 2005 2010). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa strategi komunikasi pemasaran pariwisata dinas kebudayaan dan Pariwisata Sleman
dalam meningkatkan jumlah pengunjung yakni terdapat dua hal. Pertama, penyesuaian fasilitas
sesuai masyarakat sekitar. Kedua, menggunakan salah satu bauran promosi pemasaran, yakni
periklanan dan publisitas serta mengadakan program-program baru dalam publisitas daerah
wisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Astuti (2008) tentang Faktor yang Mempengaruhi
Penurunan Jumlah Kunjungan Wisatawan Di Bagus Agro Pelaga Desa Pelaga, Kecamatan
Petang, Kabupaten Badung menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi penurunan
jumlah kunjungan wisatawan di Bagus Pelaga menunjukkan bahwa secara keseluruhan dimensi
pelayanan yang dituangkan pada faktor produk, harga, orang, tempat, proses, fisik dan promosi
merupakan factor utama yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
pelayanan yang diberikan di Bagus Agro Pelaga dan akan berimplikasi kepada jumlah
kunjungan yang mengalami penurunan sesuai dengan tingkat kepuasan pelayanan yang
diperoleh wisatawan selama berkunjung ke Bagus Agro Pelaga.
Umu Hasanah. Skripsi 2008, Strategi Publikasi dan Promosi Wisata Bahari Lamongan
(WBL) Dalam Meningkatkan Pengunjung. dengan Metode penelitian studi kasus dengan
pendektan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
publikasi dan promosi yang dilakukan oleh Wisata Bahari Lamongan (WBL) dalam
meningkatkan pengunjung. Dalam hal ini strategi promosi wisata bahari lamongan (WBL)
dalam meningkatkan pengunjung, adalah: pertama, melakukan komunikasi, menginformasikan
adanya program atau hal baru di WBL. Kedua, menjalin kerjasama yang harmonis dengan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

media massa. Ketiga, memperbanyak


Wijaya pada tahun 2008, dengan judul Strategi Pengembangan Desa Wisata Tenganan
Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Penelitian ini dikembangkan
karena adanya kejenuhan terhadap jenis kepariwisataan yang selama ini telah dikembangkan,
yaitu pariwisata massal, yang merusak lingkungan dan juga sosial budaya masyarakat. Sehingga
untuk mengantisipasi dampak negatif dari pariwisata massal, maka dikembangkanlah pariwisata
alternatif, yakni pariwisata pedesaan. Penelitian ini berlokasi di Desa Tenganan Pegringsingan.
Adapun potensi wisata yang dimiliki adalah panorama persawahan, bangunan bersejarah,
suasana perkampungan, perumahan penduduk, kesenian tradisional, sistem kelembagaan dan
sistem sosial kemasyarakatan. Adapun hasil penelitiannya adalah dikembangkannya jenis wisata
agro dan juga wisata budaya.
Penelitian Puja Astawa, dkk (2002) tentang Pola Pengembangan Pariwisata Terpadu
Bertumpu Pada Model Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Bali Tengah menyatakan bahwa
berdasarkan profil wilayah Bali Tengah yang pada dasarnya mencerminkan satu kesatuan social
budaya dan lingkungan agraris, maka ditetapkan Pariwisata Subak sebagai model hipotetik
bagi pengembangan pariwisata yang berbasiskan potensi sosial budaya dan ekologi pertanian
yang dalam pengelolaannya mengutamakan peran serta masyarakat setempat sehingga mampu
memberikan manfaat kesejahteraan bagi masyarakat serta pelestarian budaya dan lingkungan
setempat. Jenis jenis potensi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik atau objek wisata
meliputi : (1) potensi ekologis yang terdiri dari ekologi persawahan, perkebunan, hutan, sungai,
mata air dan pegunungan; (2) potensi sosial budaya dari berbagai aspek kehidupan budaya petani
masyarakat pedesaan; (3) revitalisasi dan konservasi kebudayaan lokal, yang ditandai dengan
dibangkitkannya kembali berbagai jenis tradisi yang belakangan ini semakin terancam
keadaannya, serta semakin mantap dan terpeliharanya keberadaan lembaga subak yang sangat
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

penting artinya bagi ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan setempat; (4) meningkatkan
perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap pemeliharaan dan penyelamatan peninggalan
budaya masa lalu; (5) pengelolaan pariwisata subak dilakukan melalui kerjasama terpadu antara
masyarakat sebagai pemegang peran sentral, pengusaha pariwisata sebagai mitra usaha dan
pemerintah sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai control terhadap pengembangan pariwisata
setempat.
Luh Putu Emi Yudhiantari. Ekowisata sebagai alternatif dalam pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan di Desa Wongaya, Kecamatan Penebel, Kabupaten
Tabanan, Bali. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi kepariwisataan yang ada di Desa
Wongaya Gede dalam rangka pengembangan pariwisata, mengkaji persepsi masyarakat
dan wisatawan mancanegara terhadap pengembangan pariwisata di Desa Wongaya Gede,
dan merumuskan model pengembangan pariwisata yang dapat dikembangkan di Desa
wongaya Gede dalam rangka mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Metode dalam
penelitian ini adalah menggunakan tipe penelitian deskriptif. Analisis data dilakukan
dengan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan Desa
Wongaya Gede memiliki potensi ekologis dan sosial budaya yang dapat dikembangkan
sebagai daya tarik wisata dalam menunjang pengembangan kepariwisataan. Berdasarkan
persepsi masyarakat diketahui bahwa seluruh masyarakat setuju terhadap pengembangan
pariwisata di Desa wongaya Gede dan hampir seluruh wisatawan yang diwawancarai
mengatakan bahwa pariwisata di Desa Wongaya Gede bias dikembangkan. Berdasarkan
pendekatan the seven steps of planning, maka model pariwisata yang dapat
dikembangkan di Desa Wongaya Gede sebagai alternatif dari pengembangan pariwisata
yang ramah lingkungan dan berkelanjutan adalah menerapkan model ekowisata dengan
menjual alam sebagai objek (atraksi) dengan berbasiskan pada masyarakat.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

Muhammad Ilyas. Strategi Pengembangan Pariwisata Kepulauan Togean di


Kabupaten Tojo Una-Una. Penelitian ini bertujuan menyusun strategi dalam
mengembangkan kepariwisataan Kepulauan Togean. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Data dianalisis dengan SWOT. Hasil
penelitian menunjukkan daya dukung yang besar dari objek dan kondisi masyarakat
setempat, sedangkan daya dukung infrastruktur dan tata kelola masih rendah. Strategi
pengembangan yang dibutuhkan adalah peningkatan pembangunan sarana dan prasarana
pendukung sektor pariwisata, peningkatan kerjasama dengan hinterland dalam
mengembangkan industri kepariwisataan Kepulauan Togean, selain itu, intensitas dan
efektivitas promosi pariwisata Kepualuan Togean dengan memanfaatkan media internet
(pembuatan website) dan mengikuti festival tingkat nasional atau regional.
2.2 Konsep Penelitian
2.2.1

Kegiatan Parawisata
Kegiatan kepariwisataan adalah kegiatan yang mengutamakan pelayanan dengan

berorientasi pada kepuasan wisatawan, pengusaha di bidang pariwisata, pemerintah dan


masyarakat. Sebagai salah satu aktifitas fisik dan psikis manusia, pariwisata didefinisikan oleh
banyak ahli dengan definisi yang tidak terlalu jauh berbeda. Berdasarkan pasal 1 angka 3
Undang-undang No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan jo Pasal 1 angka 3 PP No.67 Tahun
1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisatan Republik Indonesia serta pasal 1 huruf f Perda
Propinsi Bali No.3 Tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya, kata pariwisata diartikan sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik
wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Definisi tentang pariwisata oleh
Matheison & Wall yang dikutip oleh Chris Cooper sebagai berikut:
tourism is temporary movement to destination outside the normal home and workplace, the
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

activities undertaken during the stay and the facilities created to cater for the needs of
tourist
(Cooper, et al, 1993). Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan
kepariwisataan terjadi semata-mata merupakan kegiatan yang menempuh jarak dan waktu
tertentu yang terlepas dari aktifitas keseharian seperti aktifitas kerja, berbisnis dan yang
lainnya, tetapi aktifitas yang dilakukan jelas-jelas di luar kegiatan tersebut melibatkan
berbagai pihak lainnya terutama dalam pemakaian fasilitas yang berhubungan dengan
pariwisata.
Pemberian batasan tentang pariwisata memang sering tidak dapat menghasilkan satu
batasan yang memuaskan untuk berbagai kepentingan. Melihat batasan yang begitu luas dan
beragam, Richardson dan Fluker dalam Pitana (2005:45) membedakan batasan pariwisata
atas dua batasan, yaitu batasan konseptual dan batasan teknis. Batasan konseptual digunakan
untuk memahami pariwisata secara
2.2.2

Konsep Wisatawan
Wisatawan (tourist) adalah sebagai objek dalam kegiatan pariwisata. Wisatawan disebut

sebagai objek karena kegiatan pariwisata tidak bisa terlepas dari pelayanan terhadap wisatawan
atau orang sebagai objek pelayanan. The tourist is the actor in this system (Cooper, et al,
1993:3). Maksudnya adalah bahwa wisatawan merupakan yang menjadi perhatian oleh siapa
pun yang terlibat dalam kegiatan pariwisata. Dari pendapat Cooper tersebut dapat dikatakan
bahwa tidak selamanya wisatawan diperlakukan sebagai obyek, tetapi terkadang bisa saja
sebagai subyek dalam pelayanan pariwisata.
Definisi mengenai wisatawan juga ditegaskan oleh IUOTO (International Union of
Official Travel Organization) dalam Pitana (2005: 43), pengertian wisatawan ini hanya berlaku
untuk wisatawan internasional, tetapi secara analogis dapat juga berlaku untuk wisatawan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

domestik. Selanjutnya wisatawan dibedakan atas dua bagian, yakni (1) Wisatawan (tourist),
yaitu mereka yang mengunjungi suatu daerah lebih dari 24 jam, dan (2) Pelancong/pengunjung
(excursionists), yaitu mereka yang tinggal di tujuan wisata kurang dari 24 jam. Dari sisi yang
lain, Inskeep (1991) mengidentifikasikan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke suatu
Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ditentukan
oleh beberapa hal, antara lain; asal negara wisatawan, tujuan dari pada kunjungannya, lama
tinggal, umur, jenis kelamin dan jumlah keluarga yang ikut berkunjung, pekerjaan dan tingkat
penghasilan, jumlah kunjungan, individu atau kelompok, jumlah uang yang dihabiskan selama
kunjungan serta perilaku dari kepuasan wisatawan itu sendiri.
Potensi menurut beberapa penulis seperti Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi
wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa
dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat di kembangkan menjadi suatu atraksi wisata
(tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan
aspek-aspek lainnya. Potensi menurut Kamus Besar Bahasa indonesia (2007: 890)adalah
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kesanggupan; kekuatan;
daya. Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah segala sesuatu yang dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti:
a. Natural attraction: landscape, seascape, beaches, climate and other
geographical features of the destinations.
b. ultural attraction: history and folklore, religion, art and special events,
festivals.
c. Social attractions: the way of life, the resident populations, languages,
opportunities for social encounters.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

d. Built attraction: building, historic, and modern architecture, monument, parks,


gardens,marina,etc.
Adapun potensi wisata yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah semua daya tarik wisata
yang terdapat di Desa Pelaga yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik (tourism atraction)
alternatif.
2.2.3

Konsep Strategi
Menurut Stanton (dalam Amirullah, 2004: 4) mengatakan strategi sebagai suatu
rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan.
Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan lingkungan eksternal dan
internal

perusahaan.

Begitu

juga

dengan

Christensen

dalam

Rangkuti

(2005:3)mengungkapkan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai keunggulan


bersaing. Porter dalam rangkuti (2005: 4) mengungkapkan bahwa strategi adalah alat
yang sangat penting untuk mencapai keuggulan bersaing.
Menurut Chandler dalam Rangkuti (2005: 3) strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program
tindak lanjut serta prioritas alokasi Dari beberapa tinjauan di atas, maka dapat dicapai
sebuah pengertian tentang strategi yang akan dipakai dalam penelitian ini, yaitu suatu
kesatuan rencana dalam bentuk program-program yang terpadu dan menyeluruh untuk
mencapai keunggulan bersaing dalam mencapai tujuan.
2.2.4

Konsep Pengembangan
Ada beberapa pendapat para ahli tentang arti dari pengembangan itu sendiri.
Menurut Paturusi (2001) mengungkapkan bahwa pengembangan adalah suatu strategi
yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi
kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar objek dan daya tarik wisata
maupun bagi pemerintah. Selanjutnya Suwantoro (1997:120) pengembangan bertujuan
untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap.
Sedangkan Poerwadarminta (2002:474). Lebih menekankan kepada suatu proses atau
suatu cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik sempurna dan berguna.
Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan keuntungan
bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Dengan adanya pembangunan
pariwisata diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui keuntungan
secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut. Dengan kata lain pengembangan
pariwisata melalui penyediaan fasilitas infrastruktur, wisatawan dan penduduk setempat
akan saling diuntungkan. Pengembangan tersebut hendaknya sangat memperhatikan
berbagai aspek, seperti ; aspek budaya, sejarah dan ekonomi daerah tujuan wisata. Pada
dasarnya pengembangan pariwisata dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dan
meminimalkan permasalahan (Mill, 2000: 168) Pengembangan pariwisata secara
mendasar memperhatikan beberapa konsep seperti : (1) Pengembangan Pariwisata
Berkelanjutan, (2) Pembangunan Wilayah Terpadu dan Pengembangan Produk Wisata;
(3) Pembangunan Ekonomi Pariwisata; serta (4) Pengembangan Lingkungan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Untuk lebih mengetahui penelitian ini selanjutnya akan dikaji konsep dasar yang perlu
dipahami dan diuraikan dalam studi pustaka serta penelitian terkait sebelumnya. Adapun uraian
tersebut terdiri dari : a) Pariwisata, b) Obyek wisata, c) Potensi obyek wisata, d) Pengembangan
obyek wisata, e) Analisis SWOT untuk strategi pengembangan obyek wisata.
Kondisi geografis yang berbeda meyebabkan keanekaragaman dan karakateristik pada
suatu daerah meliputi lithosfer, pedosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer,dan antroposfernya. Jenis,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

bentuk dan persebaran dari obyek wisata tidak lepas dari perbedaaan kondisi geografis di atas,
semakin beragam dan semakin unik maka merupakan potensi besar untuk menjadi obyek wisata
unggulan. Masing-masing obyek wisata memiliki keunikan

dalam menarik kunjungan

wisatawan. Potensi yang dimiliki tentunya beragam tergantung pada pengelolaan dan daya
dukung, baik sarana dan prasarana, sosial ekonomi beserta masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut. Oleh karena itu perhatian dari pemerintah sangat berpengaruh terhadap berkembang
atau tidaknya suatu obyek wisata. Dalam rangka mewujudkan tujuan dikembangkannya
pariwisata

antara lain

adalah

untuk kesejahteraan

masyarakat serta mengurangi

pengangguran, pemerintah daerah khsususnya Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara


Barat harus memberikan perhatian serius terhadap obyek-obyek wisata yang tersebar di setiap
kecamatannya, khususnya obyek wisata pantai. Strategi-strategi terencana dan terukur untuk
menambah daya tarik obyek wisata dengan menambah fasilitas yang belum ada ataupun
melengkapi fasilitas-fasilitas yang masih kurang adalah sangat penting sesuai dengan kebutuhan
wisatawan.
Untuk itulah penilaian potensi masing-masing obyek wisata pantai perlu segera
dilakukan agar arah pengembangannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pengembangan
yang tidak memperhatikan potensi yang

ada tentunya akan memberikan dampak negatif,

misalnya berkurangnya kunjungan wisatawan sebagai akibat turunnya daya tarik obyek wisata.
Penilaian potensi daya tarik obyek wisata pantai dapat dilihat dari potensi fisik dan
budayanya. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata (P4) UGM potensi fisik
dapat

dinilai

keterjangkauan),

dari
dan

lahan,

kondisi

sarana

pantai,

prasarana

hidrologi, vegetasi,

aksesibilitas

(tingkat

yang dimodifikasi dengan kondisi setempat,

selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kedekatan jarak antar obyek dan kesamaan akses,
kemudian dilakukan penilaian dan pengkelasan. Setelah itu baru akan terlihat mana yang
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

memiliki potensi rendah, sedang dan tinggi untuk dikembangkan sesuai dengan potensinya dan
dapat ditentukan skala prioritas dalam pengembangan obyek wisata yang ada.
Pengembangan obyek wisata diharapkan menjadi batu loncatan untuk pengembangan
obyek yang lain dalam satu kelompok. Sampai tahap ini dibutuhkan penentuan strategi
pengembangannya. Penentuan strategi pengembangannya dapat dilakukan dengan analisis
SWOT yang memepertimbangkan faktor internal dan eksternal. Potensi/kekuatan

dan

kendala/kelemahan

dan

merupakan

sebagai

faktor

internal,

peluang/kesempatan

tantangan/hambatan sebagai faktor eksternal. Untuk mengetahui lebih luas tentang obyek yang
diteliti dibutuhkan informasi dari hasil wawancara dengan instansi terkait atau orang-orang yang
dianggap tahu tentang hal itu. Penekanannya adalah bagaimana

potensi

yang

ada

dioptimalkan dengan mengurangi resiko atau hambatan yang dihadapi.


Untuk lebih jelasnya kerangka pikiran yang dibangun dalam penelitian ini, dapat dilihat
pada gambar diagram alir penelitian dihalaman berikut. Dari gambar tersebut mempermudah
untuk memahami langkah-langkah dan tahap yang dilakukan oleh peneliti.
2.3.1

Pengertian Pariwisata
Parawisata

merupakan

kegiatan

perjalanan

untuk

rekreasi,

biasanya

masyaraktamengunjungi tempat-tempat parawisata yang menarik mulai dari gunung, pantai,


perkotaan, dan lain-lain. Manusia modern sekarang ini menjadikan parawisata sebagai
kebutuhan pokok setelah disibukan oleh urusan pekerjaan. Apalagi didukun oleh semakin
banyaknya armada transportasi yang menawarkan tariff serta harga yang menarik dengan
destinasi tertentu membuat masyarakat menjadi bersemangat dalam berekreasi
2.3.2

Penertian Parawisata menurut Para Ahli


Menurut Koen mayer (2009), parawisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh

seseoarang sementara waktu dari tempat tinggal dengan alasan bukan untuk menetap atau
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

mencari nafka melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, mneghabiskan waktu
senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainya.
Menurut Gamal (2002) parawisata didefenisikan sebagai bentuk. Suatu proses kepergian
sementara dari seseorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergian adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, social, budaya, polotik, agama,
kesehatan, maupun kepentingan lain.
Menurut WTO (1999), Parawisata adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalannan
suatu tempat dan tinggal di daerah tujuan diluar lingkungan keseharianya
Salah

(1996 : 9) dalam

Tourism Management, menyatakan bahwa pariwisata

adalah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam panyediaan lapangan kerja. Hamalik (1978 : 14) juga mengemukakan pariwisata yaitu
melakukan perjalanan bertujuan untuk beristirahat dan hanya dinikmati oleh segolongan
manusia.
Menurut

Fandeli (1995 :

47), mengemukakan pariwisata

adalah perpindahan

sementara orang-orang kedaerah tujuan diluar tempat kerja dan tempat tinggal sehariharinya, kegiatan yang dilakukannya adalah fasilitas yang digunakan ditujukan untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Menurut Sujali (1989 : 2), mengemukakan pariwisata merupakan kegiatan yang
mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan. Wisata sebagai salah satu
aktivitas manusia melibatkan banyak aspek dan dapat ditinjau dari banyak disiplin ilmu.
Definisi atau pengertian tentang pariwisata juga dikemukakan Pendit (1987 : 16),
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan
obyek dan daerah tujuan wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.
Menurut Spillane (1987 : 21), pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

tempat yang lain yang bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha
untuk keseimbangan, keserasian atau kebahagiaan dengan lingkungan hidup dengan dimensi
sosial, budaya, alam dan ilmu. Pariwisata terdiri dari dua kata, yaitu pari dan wisata. Pari
berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian.
Wisata bersinonim dengan kata travel. Jadi pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud
bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata
untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam.
Menurut undang-undang No. 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah kegiatan
perjalanan

yang

dilakukan

oleh

seseorang

atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan

pribadi,

atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Orang yang melakukan wisata dikatakan sebagai wisatawan.
Daya tarik wisata adalah segalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam buadaya dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan daerah wisatawan. Daerah tujuan wisata atau Destinasi
parawisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilaya
administrasi yang dalamnya terdapat daya tarik wisata.
Kegiatan wisatawan dalam berwisata tentulah dipengaruhi oleh faktor- faktor
tertentu, baik faktor penarik maupun faktor pendorong dalam melakukan kegiatan
pariwisata . Fandeli (1995 : 40) menjelaskan sebagai berikut :
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

a.

Faktor Pendorong
Faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah ingin
terlepas, meskipun sejenak dari kehidupan yang rutin setiap hari,
lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas, dan hiruk pikuk
kehidupan kota.

b.

Faktor Penarik
Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di
tempat wisata.
Sesuai dengan fungsi dari kegiatan pariwisata, Sujali (1989 : 21)
membedakan pariwisata menjadi enam jenis. Yakni diuraikan sebagai
berikut:

a.

Pariwisata pendidikan

b.

Pariwisata olahraga

c.

Pariwisata kebudayaan

d.

Pariwisata kesehatan

e.

Pariwisata ekonomi

f.

Pariwisata social

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

2.4 Potensi Obyek Wisata


Menurut Pearce (1983 : 25), faktor-faktor lokasional yang mempengaruhi
pengembangan potensi obyek wisata adalah kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan dan
penggunaan lahan , hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti upah
tenaga kerja dan stabilitas politik. Selain itu unsur-unsur pokok yang harus
diperhatikan meliputi obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana
wisata, infrastruktur dan masyarakat/lingkungan (Gamal Suwantoro, 2004 : 19)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pariwisata tersebut diatas dapat
diuraikan sebagai berikut :
a.

Kondisi Fisis
Aspek fisis yang berpengaruh terhadap pariwisata berupa iklim (atmosfer),
tanah batuan dan morfologi (lithosfer), hidrosfer, flora dan fauna.

b. Atraksi dan Obyek Wisata


Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu, misal adalah tari-tarian, nyayian, kesenian
daerah, upacara adat dan lain-lain (Yoeti, 1996 : 172). Obyek wisata adalah
segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik
agar orang-orang mau berkunjung.
c.

Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian tempat wisata. Semakin
mudah tempat tersebut dicapai maka akan menambah minat wisatawan untuk

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

berkunjung.
d.

Pemilikan dan Penggunaan Lahan


Variasi dalam pemilikan dan penguasaan lahan dapat mempengaruhi lokasi
tempat

wisata,

bentuk

pengembangannya,

dan

terhadap

arah

pengembangannya. Bentuk Penguasaan lahan antara lain : a) lahan


Negara/pemerintah, b) lahan masyarakat dan c) lahan pribadi (Pearce, 1983 : 34)
e.

Sarana dan Prasarana Wisata


Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan
pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung.
Prasarana kepariwisataan ini berupa prasarana perhunbungan, komunikasi,
istalasi listrik, persediaan air minum, sistem irigasi, sistem perbankan dan
pelayananan kesehatan (Yoeti, 1995 : 181)

f.

Masyarakat
Pemerintah

melalui

instansi-instansi

terkait

telah

menyelenggarakan

penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata


(Gamal Suwantoro, 2004 : 23)
Menurut Sujali (1989 : 11), mengemukakan bahwa potensi obyek wisata terjadi karena
suatu proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun karena disebabkan oleh budidaya
manusia. Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata harus mempunyai suatu potensi yang
dapat menarik pengunjung. Potensi tersebut dapat berupa kenampakan alam alami yang
dimiliki oleh tempat tersebut ataupun suatu obyek/kenampakan yang dibuat oleh manusia,
dalam hal ini stakeholder yang bertanggung jawab terhadap obyek wisata tersebut.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

Melihat potensi pariwisata yang telah berkembang baik obyek, infrastruktur,


maupun pengusahanya, masih terdapat peluang investasi berdasar potensi alam yang
ada yaitu keberadaan

pantai sebagai salah satu suasan alam yang memiliki daya tarik

yang begitu indah, serta danau Webolar sebagai tempat pemancingan. Di samping itu
juga, untuk mengeksplorasi keindahan alam pedesaan,

keunikan

karakter

masyarakatnya serta keragaman budaya, wisata pedesaan menjadi peluang yang cukup
bagus untuk dikembangkan.
Potensi budaya yang terdapat di Saumlaki terdiri dari upacara adat, tradisi budaya dan
peninggalan budaya

yang turun menurun di masyarakat Maluku Tenrgara Barat . Potensi

pantai dengan keindahan pasir putihnya, suasana pantai yang tenang menambah lengkap daya
tarik wisata di Saumlaki, apalagi belum belum dikelola secara baik.

2.5 Pengembangan Obyek Wisata


Dalam UU RI No. 10 Tahun 2009 Pasal 6 dan 7,tentang pembangunan pariwisata
disebutkan bahwa pembangunan pariwisata haruslah memperhatikan keanekaragaman,
keunikan dan kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata.
Pembangunan pariwisata meliputi :
a.

Industri pariwisata

b.

Destinasi pariwisata

c.

Pemasaran, dan
Kelembagaan kepariwisataan.

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

Musanef (1996 : 1) menyebutkan bahwa pengembangan pariwisata adalah segala


kegiatan dan usaha terencana untuk menarik wisatawan, menyediakan semua
prasarana dan sarana,barang dan jasa/fasilitas yang diperlukan guna melayani
kebutuhan wisatawan.
Pada prinsipnya pengembangan adalah setiap usaha untuk memperbaiki
pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang dengan memberikan
informasi, memperbaiki sikap atau menambah kecakapan-kecakapan (Respati, 2001 : 10).
Menurut

Sujali

(1989 : 41), untuk mendapatkan

hasil

pembangunan

kepariwisataan yang optimal ada tiga komponen penting yang harus dipersiapkan yaitu :
a.

Tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati atau adanya atraksi yang
dapat dilihat

b. Tersedianya sarana transportasi dan perhubungan


c.

Komponen penunjang yang berupa akomodasi dan sarana infrastruktur.


Menurut Yoeti (1996 : 181), aspek-aspek yang perlu dikaji dalam perencanaan
pariwisata adalah meliputi :

a.

Wisatawan

b.

Pengangkutan

c.

Atraksi/obyek wisata

d.

Fasilitas pelayanan

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

e.

Informasi dan promosi


Selanjutnya suatu daerah agar dapat dikembangkan, menarik wisatawan dan dapat
dijadikan daerah tujuan wisata , harus memenuhi tiga syarat yaitu :
a) something to see , artinya di daerah tersebut harus ada obyek wisata dan

atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain,
b) something to do, artinya di daerah tersebut banyak yang dapat dilakukan, harus
ada fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah lebih lama tinggal di tempat
tersebut,
c) something to buy, artinya didaerah tersebut harus ada tempat belanja seperti
souvenir dan oleh-oleh (Yoeti, 1996 : 178).
Pembangunan suatu obyek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik
yang dimiliki oleh objek tersebut, dan harus mengacu pada berbagai

kriteria

kelayakan.

Kelayakan yang dimaksudkan adalah kelayakan finansial, kelayakan ekonomi regional,


kelayakan teknis dan kelayakan lingkungan (Gamal Suwantoro, 1997 : 20).

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

2.6 Obyek Wisata


Menurut Gamal Suwantoro (1997 : 19) obyeksi wisata adalah merupakan potensi
yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. Dalam
kedudukannya yang sangat menentukan tersebut maka daya tarik wisata harus dirancang dan
dibangun serta dikelola secara professional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.
Pada Umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada hal-hal sebagai berikut :
a.

Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman,
dan bersih.

b.

Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

c.

Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka

d. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani wisatawan yang hadir


e.

Untuk obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. Menurut Yoeti (1996 :
60), obyek wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat tanpa harus dipersiapkan terlebih
dahulu seperti pantai, danau, candi, monumen, gunung, pemandangan laut, dan lainlain.
Adapun hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke tempat wisata
adalah : a) benda yang tersedia dan tedapat di alam semesta (natural amenities)
misal iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan, flora dan fauna dan pusat
kesehatan, b) hasil ciptaan manusia (man made supply ), misal benda-benda yang

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

bersejarah, monument bersejarah, dan sisa peradaban pada masa lampau, museum,
acara tradisional, dan rumah-rumah ibadah, c) tata cara hidup masyarakat, misal
bagaimana kebiasaan hidupnya dan adat istiadatnya (Yoeti, 1996 : 176)
Gamal suwantoro (1997 : 19) menjelaskan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok ;
a.

Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam

b.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya

c.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Berdasarkan obyek-obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat


obyek yang dapat dikembangkan yaitu meliputi obyek wisata pantai, wisata alam, dan wisata
budaya.
2.7 Analisis SWOT
Analisis

SWOT

(singkatan

bahasa

Inggris

dari

"kekuatan"/strengths,

"kelemahan"/weaknesses, "kesempata"/opportunities, dan "ancaman"/threats) adalah metode


perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan

yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut

(Wikipedia Indonesia,2009).
Strength merupakan hal-hal menjadi unggulan atau ciri khas suatu tempat wisata.
Weaknes merupakan

kendala,

yakni

merupakan

hal-hal

yang

dapat menghambat

pengembangan tempat wisata. Oppurtinity merupakan peluang, yakni hal-hal yang dapat
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

dikembangkan lebih lanjut, sedangkan threat merupakan ancaman, yaitu hal-hal yang dapat
mengganggu pengembangan tempat wisata (Fanni Winih, 2007 : 25).
Yoeti (1995 : 135) memaparkan bagaimana analisis SWOT dalam sekenario
pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan (strength).
Mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah,maka akan dapat dikembangkan sehingga
mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya.
Dalam hal ini, kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang.
b.

Kelemahan (weaknes)
Segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata.

Pada

umumnya, kelemahan-kelemahan

yang dapat

didentifikasi adalah

kurangnya

promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya pelaksana pariwisata di lapangan,


terbatasnya kendaraan umum ke obyek wisata.
d. Kesempatan (opportunity)
e. Semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang
berlaku, atau kondisi perekonomian
f. Ancaman (Threats)
Ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata,
seperti

peraturan

yang

tidak

memberikan

kemudahan

dalam berusaha, rusaknya

lingkungan, dan lain sebagainya.


Analisis SWOT merupakan sebuah alat analisis yang cukup baik, efektif, dan efisien serta
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

sebagai alat yang cepat dalam menemukan kemungkinan yang berkaitan

dengan

pengembangan awal program-program inovasi baru dalam kepariwisataan. Sifat analisis


SWOT sangat situasional, dalam artian hasil analisis tahun sekarang belum tentu akan sama
dengan hasil analisis tahun yang akan datang, pengaruh faktor ekonomi, politik, kemanan
dan keadaan soial yang melatarbelakanginya menyebabkan adanya perubahan (Yulita ,
2008). Berdasarkan aspek-aspek diatas kemudian dimasukkan dalam matriks analisis.
Analsis ini menghasilkan suatu alternatif pengembangan usaha atau menghindari
ancaman. Ada dua hal yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal. Internal
meliputi kekuatan yang menjadi potensi dan kelemahan yang menjadi kendala, sedangkan
eksternal meliputi peluang yang menjadi kesempatan dan tantangan.

Secara umum dapat disampaikan perbedaan sebagai berikut :


a.

Lokasi Penelitian :
Tempat penelitian dilakukan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

b.

Obyek Penelitian:
Obyek yang diteliti difokuskan pada obyek wisata pantai.

c.

Tujuan Penelitian :
Bertujuan untuk Mengetahui potensi obyek wisata pantai di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dan membuat strategi pengembangan yang tepat untuk
obyek wisata pantainya.

Adapun persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah :


a.

Sama-sama menganalisis potensi wisata.

b.

Sama-sama menggunakan mengumpulkan data dengan dokumentasi, observasi,

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

dan wawancara serta analisis SWOT.

Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Interpretif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan fenomena
atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Natsir,
1998). Penelitian deskriptif digunakan bertujuan agar peneliti dapat menggambarkan
dengan lebih baik sifat-sifat yang diketahui keberadaannya serta relevan dengan variablevariabel yang diteliti. Pendekatan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif untuk menggambarkan tanggapan responden tehadap obyek berdasarkan
kuesioner yang diberikan.
3.2 Obyek Penelitian
Penetapan

obyek

penelitian

sangat

penting

dalam

rangka

mempertanggungjawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu maka obyek penelitian
perlu ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini obyek yang peneliti pilih adalah
wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan obyek penelitian di Obyek Wisata
alam berupa wisata alam, taman laut, hutan alam, serta wisata budaya dan peninggalan
sejarah.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Suharsimi, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan obyek wisata Dengan Indikator :

1. Faktor pendorong pengembangan obyek wisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat


Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau
menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Dalam usaha pembangunan daerah menjadi daerah tujuan pariwisata perlu diperlukan
daya tarik dari obyek wisata. Dalam usahanya tesebut diperlukan suatu pemasaran untuk
mempromosikan dan mengenalkan potensi wisata yang dimilikinya
(Heri, 2011 : 7). Faktor pendorong pada Obyek Wisata Kabupaten MTB antara
lain panorama alam yang indah, sejuk dan masih asli, Sumber air yang melimpah,
Kondisi keamanan yang baik, Suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan,
Jarak tempuh obyek wisata yang dekat dengan kota.
2. Faktor penghambat pengembangan obyek wisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Pengembangan obyek wisata pastilah tidak lepas dengan adanya faktor-faktor
penghambat. Beberapa permasalahan yang menyebabkan kurangnya daya tarik wisata
obyek wisata yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah belum tertatanya
dengan baik berbagai macam potensi wisata maupun sarana dan prasarana obyek wisata
di Kabupaten MTB (Heri, 2011 :24). Faktor penghambat pengembangan Obyek Wisata
Alam, antara promosi obyek wisata yang kurang baik, program pengembangan obyek
wisata yang masih sederhana, keterbatasan anggaran untuk biaya sarana dan prasarana
obyek wisata, keadaan jalan yang kurang baik, kurangnya tenaga professional dalam
pengelola obyek wisata.
b. Strategi pengembangan obyek wisata
Strategi pengembangan pariwisata merupakan berbagai gambaran strategi untuk
pengembangan potensi pariwisata yang telah diterapkan di

Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Strategi tersebut terbentuk dengan


memanfaatkan sumber daya, dana/anggaran, sumber daya manusia, dan sarana dan
prasarana yang dimiliki untuk melaksanakan pengembangan potensi pariwisata. (Heri,
2011: 23)
3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni 2015 hingga Juli 2015. Penelitian ini
berlokasi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang berada dalam wilayah administrasi
Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku.

3.5 Situs Penelitian Dan Informan


Populasi adalah keseluruhan unit dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah pengguna obyek wisata (wisatawan) yang memanfaatkan obyek
wisata di Kabupaten Maluku Tenggara Barat,dan masyarakat Kepulauan Yamdena .
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 314 wisatawan mancanegara
selama empat bulan terakhir yaitu Bulan Juni sampai Juli 2015, dan masyarakat Maluku
Tenggara Barat yang telah berdiam minimal selama lima tahun.
Sampel penelitian untuk wisatawan mancanegara ditetapkan secara accidental
sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dan cocok sebagai sumber data, maka dapat digunakan
sebagai sampel. Setiap wisatawan yang dijumpai di delapan lokasi penelitian langsung
diambil sebagai responden. Sementara untuk sampel masyarakat lokal ditetapkan
sebanyak 42 orang, dengan rincian tokoh masyarakat sebanyak 12 orang dimana masingmasing desa hanya diambil satu orang, mahasiswa 2 orang, pegawai pemerintah 2 orang,

pegawai swasta 2 orang, dan masyarakat umum lainnya sebanyak 24 orang yang terdiri
dari pedagang, petani, nelayan, dan pengusaha.

3.6 Jenis Dan Sumber Data


3.6.1

Jenis data
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif dengan

mengumpulkan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari survey lapangan menyangkut obyek yang akan diteliti dan
disesuaikan dengan kebutuhan, dalam hal ini pencatatan dan pengamatan langsung
mengenai kondisi obyek wisata pada Kabupatn Maluku Tenggara Barat. Data juga
diperoleh dari wawancara terhadap responden berupa wisatawan dan masyarakat _acto
pada lokasi penelitian.
Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian ini.
Data-data tersebut berupa : Data kebijakan pemerintah yang menyangkut pariwisata;
fasilitas infrastuktur pariwisata yang ada di lokasi penelitian; data kunjungan wisatawan;
keadaan geografis dan demografis; data _actor budaya dan ekonomi, dll.
3.6.2

Sumber data
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari : Kantor Bappeda, dan

Dinas Tata Ruang untuk memperoleh data mengenai kebijaksanaan yang ada di lokasi
penelitian; Kantor Dinas Pariwisata untuk memperoleh data kunjungan wisatawan,
fasilitas, dan kebijakan _actor pariwisata di lokasi penelitian; kantor statistik, dan Kantor
pemerintahan kecamatan untuk memperoleh data geografis dan demografis; survey
lapangan, Informan.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan
data, yaitu:
Teknik Pengamatan atau observasi meliputi berbagai hal yang menyangkut
pengamatan kondisi fisik dan aktivitas pada lokasi penelitian.
Teknik wawancara yaitu kegiatan mengajukan pertanyaan melalui wawancara
guna memperoleh informasi melalui _acto jawab secara langsung dengan
responden dan informan.
Teknik dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan dan pengkajian beberapa
informasi dari terbitan berkala, buku-buku, _actor_ing dokumen, foto-foto, surat
kabar, media elektronik, dan referensi statistik.

3.8 Metode Analisis Data


Analisis data pada dasarnya merupakan proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintepretasikan, biasanya menggunakan statistik.
Setelah data dianalisis dan informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasilnya
diintepretasi untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian
(Wardiyanta, 2006 : 37). Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisis
adalah metode analisis Deskriptif untuk menjawab faktor-faktor pendorong dan
penghambat pengembangan Obyek Wisata di Kabupaten Maluku Tengggara Barat
Sedangkan untuk menjawab strategi pengembangan Obyek Wisata di MTB menggunakan
analisis SWOT. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :

No
1

Masalah
Identifikasi

faktor-faktor

Metode Analisis Data


pendorong

dan Analisis Deskriptif

penghambat pengembangan Obyek Wisata di


2

Kabupaten Maluku Tenggara Barat?


Strategi pengembangan apa saja yang perlu

Analisis SWOT

dilakukan pemerintah di Kabupaten Maluku


Tenggara Barat dalam pengembangan Obyek
Wisata di Kabupaten Maluku Tenggara Barat?
a. Analisis Deskriptif
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki

dengan

menggambarkan/melukiskan

keadaan

subyek/obyek

penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Soejono dan Abdurrahman, 1999: 23)
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yang merupakan proses penggambaran daerah penelitian. Dalam penelitian ini
akan

diperoleh

gambaran

tentang

faktorfaktor

pendorong

dan

penghambat

Pengembangan Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah dalam upaya meningkatkan


PAD di Kabupaten Pati. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa dengan
metode analisis deskriptif untuk menjelaskan /mendeskripsikan fenomenafenomena yang
ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Sehingga data yang dihasilkan merupakan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku yang diamati.

b. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk


merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Hal ini disebut dengan
analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT
(Rangkuti, 2006 : 18).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan
Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strenghts) dan Kelemahan
(weakness) (Rangkuti, 2006: 19). Adapun model yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
3.9
3.10

Kondisi Geografis
Teknik analisis yang akan digunakan dalam penyusunan Strategi Pengembangan

Kawasan Wisata Kabupaten Maluku Tenggara Barat


Wisatawan dan Masyarakat Lokal yaitu dengan menelaah semua data, data yang
diperoleh dari berbagai sumber, baik dari hasil kuesioner,
wawancara langsung, pengamatan di lapangan, dokumen pribadi dandokumen
resmi.
Data-data yang ada diproses melalui pengelompokkan data, klasifikasi menurut
urutan permasalahan dan klasifikasi _actor_actor internal dan eksternal. Setelah
itu melakukan penyusunan strategi dengan menggunakan analisis SWOT. Semua
elemen dalam SWOT akan dijaring melalui jawaban responden terhadap
pertanyaan yang diajukan. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi dan

merumuskan suatu strategi. Analisis SWOT didasarkan pada logika untuk


memaksimalkan Kekuatan (Strength) dan Peluang (Opportunitiess), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan Kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Treath).
Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam analisis SWOT adalah
sebagai berikut :
Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah sumberdaya, ketrampilan atau keunggulan lain relative terhadap pesaing
dan kekuatan dari pasar suatu perusahaan. Kekuatan kawasan pariwisata adalah
sumberdaya alam, pengelolaan dan keunggulan relatif industri pariwisata dari pasar dan
pesaing sejenis.
Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya alam, ketrampilan
dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.
Kelemahan kawasan pariwisata adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya
alam, ketrampilan dan kemampuan pengelolaan industri pariwisata.
Peluang (Opportunity)
Peluang adalah situasi atau kecenderungan utama yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Peluang kawasan. Pariwisata adalah situasi atau kecenderungan
utama yang menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan
pariwisata.
Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi atau kecenderungan utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Ancaman kawasan pariwisata adalah situasi atau kecenderungan

utama yang tidak menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan
pariwisata.

Analisis _factor strategi internal dan eksternal adalah pengolahan factor-faktor strategis
pada lingkungan internal dan eksternal dengan memberikan pembobotan dan rating pada setiap
factor strategis. Faktor strategis adalah _actor dominan dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang memberikan pengaruh terhadap kondisi dan situasi yang ada dan memberikan
keuntungan bila dilakukan tindakan positif.
Menganalisis lingkungan internal Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)
untuk mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan dan kelemahan. Menganalisis lingkungan
eksternal, External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) untuk mengetahui berbagai
kemungkinan peluang dan ancaman. Pembobotan pada lingkungan internal dan eksternal
diberikan bobot dan nilai (rating) berdasarkan pertimbangan professional. Pembobotan pada
lingkungan internal tingkat kepentingannya didasarkan pada besarnya pengaruh _actor strategis
terhadap posisi strategisnya, sedangkan pada lingkungan eksternal didasarkan pada kemungkinan
memberikan dampak terhadap _actor strategisnya. Jumlah bobot pada masing-masing
lingkungan harus berjumlah = 1 (satu), dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0
(tidak penting).
Untuk nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh _actor strategis terhadap kondisi
dirinya dengan ketentuan skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah). Variabel
yang bersifat positif (_actor_i kekuatan atau peluang) diberi nilai dari 1 sampai dengan 4 dengan
membandingkan dengan rata-rata pesaing utama. Sedangkan _actor_i yang bersifat negative

kebalikannya, jika kelemahan atau ancaman besar (_actor_ing dengan rata-rata pesaing sejenis)
nilainya 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/dibawah rata-rata pesaing-pesaingnya nilainya 4.
Pemetaan posisi pariwisata bertujuan untuk mengetahui posisi pariwisata dari suatu
obyek wisata dalam kondisi perkembangannya saat ini. Pemetaan didasarkan pada analogi sifat
yang dimiliki dari _actor-faktor strategis. Kekuatan memiliki sifat positif, kelemahan bersifat
negatif, begitu juga dengan peluang bersifat positif dan ancaman bersifat negatif. Diagram posisi
perkembangan pariwisata memberikan gambaran keadaan perkembangan pariwisata berdasarkan
kuadran-kuadran yang dihasilkan garis _actor SW dan garis _actor OT, setiap kuadran memiliki
rumusan strategi sebagai strategi utamanya. Posisi perkembangan pariwisata suatu obyek wisata
atau kawasan pariwisata dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : LM-FEUI (H. Oka A. Yoeti : 1996)


Gambar . Model Posisi Perkembangan Pariwisata

Rumusan setiap kuadran yang secara khusus untuk pariwisata dan beberapa pengertian
yang melalui proses adopsi, adaptasi dari penggunaan analisis SWOT untuk perusahaan sehingga
diadaptasi suatu rumusan sebagai berikut :
a. Kuadran I : Growth (Pertumbuhan)
Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam
penjualan, asset, profit, atau kombinasi ketiganya. Pertumbuhan dalam pariwisata adalah
pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan (frekuensi kunjungan dan asal daerah
wisatawan), asset (obyek dan daya tarik wisata, prasarana dan sarana pendukung),
pendapatan (retribusi masuk dan jumlah yang dibelanjakan). Pertumbuhan dalam
pariwisata terbagi dua yaitu :
-

Rapid growth strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah strategi meningkatkan laju
pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan waktu lebih cepat (tahun kedua lebih besar
dari tahun pertama dan selanjutnya), peningkatan kualitas yang menjadi _actor kekuatan
untuk memaksimalkan pemanfaatan semua peluang.

Stable growth strategy (strategi pertumbuhan stabil), adalah strategi mempertahankan


pertumbuhan yang ada (kenaikan yang stabil, jangan sampai turun).

b. Kuadran II : Stability (Stabilitas)


Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang
ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai. Stabilitas diarahkan untuk
mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan peluang dan
memperbaiki kelemahan. Strategi stabilitas terbagi dua yaitu :

Aggressive maintenance strategy (strategi perbaikan agresif), adalah strategi konsolidasi


internal dengan mengadakan perbaikan-perbaikan berbagai bidang. Perbaikan _actorfaktor kelemahan untuk memaksimalkan pemanfaatan peluang.

Selective maintenance strategy (strategi perbaikan pilihan), adalah strategi konsolidasi


internal dengan melakukan perbaikan pada sesuatu yang menjadi kelemahan.
Memaksimalkan perbaikan _actor-faktor kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

c. Kuadran III : Survival (Bertahan)


-

Turn around strategy (strategi memutar balik), adalah strategi yang membalikkan
kecenderungan-kecenderungan negatif sekarang yang paling umum tertuju pada
pengelolaan.

Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi merubah fungsi yang dimiliki
dengan fungsi lain yang benar-benar berbeda.

d. Kuadran IV : Diversifikasi
Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat keanekaragaman terhadap
obyek dan daya tarik wisata dan mendapatkan dana investasi dari pihak luar. Strategi
penganekaragaman
yaitu :
-

Diversifikasi concentric strategy (strategi diversifikasi konsentrik), adalah diversifikasi


obyek dan daya tarik wisata sehingga dapat meminimalisir ancaman.

Diversifikasi conglomerate strategy (strategi diversifikasi konglomerat), adalah


memasukkan investor untuk mendanai diversifikasi yang mempertimbangkan laba.

Empat strategi dalam analisis SWOT dijelaskan sebagai berikut :

Strategi SO, yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman.
Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT, didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Matriks SWOT adalah matriks yang menginteraksikan _actor strategis internal dan
eksternal. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
(ekternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang
dimiliki. Matriks SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan
didasarkan hasil analisis SWOT.
Hasil dari interaksi _actor strategis internal dan eksternal menghasilkan alternatifalternatif strategi. Alternatif strategi adalah hasil dari matriks analisis SWOT yang menghasilkan
berupa strategi SO, WO, ST, WT. Alternatif strategi yang dihasilkan minimal empat strategi
sebagai hasil dari analisis matriks SWOT. Model matriks analisis SWOT dapat dilihat padaTabel
2 berikut :

Tabel. Model Matriks Analisis SWOT


EXTERNAL
Opportunities (O)

Threaths (T)

Tentukan Faktor
Peluang

Tentukan Faktor
Ancaman

Strength (S)

S vs O

S Vs T

Tentukan Faktor
Kekutatan

Strategi yang
menggunakan
kekuatan dan
memanfatkan peluang

Strategi yang
menggunakan
kekuatan dan
mengatasi ancaman

Weakness (W)

W vs O

W vs T

Tentukan Faktor
Kelemahan

Strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
memanfatkan peluang

Strategi
meminimalkan
kelemahan dan
menghindri ancaman

Identification Of
Factors
I
T
E
R
N
A
L

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA

4.1 Kondisi Geografis


Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah sebuah kabupaten di Propinsi Maluku,
berjarak 500 km kearah selatan dari Kota Ambon. ibukota kabupaten ini terletak di
Saumlaki kabupaten ini secara geografis terletak antara 6o 8o LS dan antara 126o
132o BT yang terbagi menjadi 17 kecamatan, berbatasan langsung dengan laut Timor
dan Samuderah Pasifik di sebelah selatan, sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda,
sebelah timur berbatasan dengan Laut Arafura dan sebelah barabt berbatasan dengan
laut Flores.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undan-Undang No 46 tahun 1999, pemekaran
dari Kabupaten Maluku Tanggara pada Tahun 2008, sebagian wilaya dari Kabupaten ini
dimekarkan menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabpaten Maluku Tenggara Barat
ini juga memiliki potensi Wisata yang dapa dikembangkan meliputi wisata alam berupa
wisata alam, taman laut, hutan alam, serta wisata budaya dan peninggalan sejarah.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah Gugus Pulau Tanimbar
yang memiliki luas wilayah 4.331,17 Km yang terdiri dari wilayah daratan seluas
825,69 Km (19 %) dan wilayah perairan seluas 3.505,48 Km (81 %). Secara
administratif Kabupaten Maluku Tenggara Barat terbagi atas 9 (sembilan) kecamatan,
188 buah desa dan 42 anak desa/desa bawahan. Posisi letak Kota Saumlaki Maluku
Tenggara Barat dapat dilihat pada

Gambar 4.1. Letak Kabupaten MTB Propinsi Maluku


Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTK), wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat terdiri dari sembilan kecamatan, meliputi :
1. Kecamatan Tanimbar Selatan.
2. Kecamatan Weirtamrian.
3. Kecamatan Kormomolin.
4. Kecamatan Nirunmas.
5. Kecamatan Tanimbar Utara.
6. Kecamatan Yaru.
7. Kecamatan Wuarlabobar.
8. Kecamatan Wermaktian.
9. Kecamatan Selaru.

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten MTB


4.2 Iklim dan Cuaca
Keadaan iklim di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
angin musim yang bergerak dari dan menuju ekuator. Sehingga pola iklim di MTB adalah pola
ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bimodal (dua puncak hujan)
yaitu pada bulan Desember / Januari dan April / Mei. Berdasarkan Peta Zona Agroklimat
Propinsi Maluku (LTA-72, 1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980), Iklim di sekitar
Kabupaten Maluku Tenggara Barat masuk kepada zona II3 dimana Curah hujan tahunan 1.500
1.800 mm, tercakup didalamnya zona D3 menurut Oldeman, dengan buan basah 3-4 bulan
dan bulan kering 4-6 bulan.
Curah hujan di suatu tempat antara

lain dipengaruhi

oleh keadaan iklim dan

perputaran arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak
stasiun pengamatan. Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, rata-rata curah hujan selama
tahun 2008 - 2009 terlihat bervariasi. Menurut Stasiun Pengamatan Saumlaki maka curah

hujan rata-rata di Tanimbar Selatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat sekitar 1.560,7 mm
dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan februari yaitu sebanyak 332 mm per hari.

4.3 Kondisi Geologi


Menurut peta Geologi Indonesia [1965], Pulau / Kepulauan di Maluku Tenggara Barat
terbentuk/tersusun dari berbagai formasi batuan. Formasi-formasi tersebut didominsi oleh
berbagai macam batuan, seperti: batuan metamorf, sedimen klastik, terumbu karang, batuan
beku dan sedimen aluvial.
Formasi batuan di Kawasan Perkotaan Saumlaki meliputi formasi Batilembuti dan
formasi Saumlaki. Formasi Batilembuti berumur Pliosen yang hampir seluruhnya terdiri dari
napal berwarna putih kotor sampai kelabu muda dan bersifat pejal, kaya akan fosil plangton
dan bentos; bagian atasnya berupa batugamping yang sangat raput, setempat napa kapuran
berwarna putih dan ringan.
Diatas Formasi Batilembuti ini ditindih secara takselaras oleh Formasi Saumlaki;
berumur Pliosen, terdiri dari batugamping koral, bersifat pejal, berwarna putih; setempat
bersifat breksi. Di bagian bawah terdapat konglomerat dengan komponen utama rombakan
batugamping, membundar bai, diameter > 1cm, terpilah buruk.

Anda mungkin juga menyukai