DANAU TOBA
Oleh :
RADEN ADIGUNA PRABOWO (447414)
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
A. Pendahuluan
Presiden Joko Widodo telah menetapkan Nawa Cita sebagai program prioritas pembangunan sejak
Kabinet Kerja 2015-2019. Pada kabinet kerja, sektor kepariwisataan tumbuh menjadi sektor unggulan
dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan menjadi lokomotif untuk penerimaan devisa negara,
pengembangan usaha, pembangunan infrastruktur serta penyerapan tenaga kerja. Pariwisata dinilai
merupakan sektor strategis perekonomian Indonesia di era Presiden Joko Widodo ditandai dengan
pembentukan lembaga khusus pariwisata yaitu Kementerian Pariwisata.
Dalam mengelola kawasan pariwisata prioritas perlu dipertimbangkan tipe sistem yang berlaku di
kawasan tersebut. Sistem yang ada di kawasan pariwisata dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
sistem tertutup dan sistem terbuka. Berikut merupakan tabel dengan gambaran dua tipe sistem
kawasan:
Pada sistem kawasan yang terbuka ada interaksi dengan kegiatan pariwisata di berbagai daya tarik
wisata yang terdapat dalam kewenangan institusi pengelola yang berbeda. Elemen 3 A (Amenitas,
Aksesibilitas, Atraksi) yang dimanfaatkan tidak berada hanya di dalam core (kawasan resor/Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, namun juga terdapat di luar core (kawasan resor/KEK pariwisata)
tersebut. Kegiatan pariwisata mencakup atraksi wisata yang terdapat di dalam beberapa
kabupaten/kota yang berbeda.
Pada sistem kawasan yang tertutup kegiatan pariwisata terfokus di dalam kawasan pariwisata. Tidak
adainteraksi oleh wisatawan dengan kawasan pariwisata yang lebih luas. Elemen 3A (Amenitas,
Aksesibilitas, Atraksi) yang dimanfaatkan hanya di dalam kawasan resor/KEK Pariwisata, semua
kebutuhan disediakan oleh pengelola di dalam kawasan tersebut.
Skema pengelolaan kawasan pariwisata prioritas adalah melalui kerjasama Public – Private – People
Partnership dimana masyarakat lokal dilibatkan dalam kegiatan pariwisata dan memiliki andil dalam
memelihara dan mendukung kegiatan pariwisata di dalam kawasan.
Dalam pengadaan dan pengelolaan barang publik terdapat grey area, dimana pengadaan dan
pengelolaantidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan dapat sebagian dilimpahkan
dan dikelola oleh pihak privat. Grey area ini merupakan barang kepentingan public yang memiliki
keuntungan secara komersial dan menarik bagi pihak privat untuk disediakan.
Di pemikiran tradisional pengadaan barang publik terdapat pembedaan yang jelas antara peran
pemerintah dan peran pihak privat. Untuk pengadaan barang publik dewasa ini, dimana terdapat
berbagai macam kebutuhan pendanaan sementara dana dari pemerintah yang ada terbatas pemikiran
tersebut sudah lama ditinggalkan. Dalam pengadaan dan pengelolaan barang publik yang termasuk
ke dalam grey area, pemerintah dan privat dapat bekerjasama untuk mengadakan barang tersebut.
Pemerintah dapat berbagi peran dengan pihak privat sehingga barang publik dapat tersedia dengan
kualitas yang baik.
Pengembangan pariwisata Danau Toba akan mengusung konsep landscape scenery (panorama alam)
dan geopark. Konsep geopark ini mengintegrasikan pengelolaan warisan geologi (Geological Heritage)
dan warisan budaya (Cultural Heritage) yang bertitik berat pada aspek konservasi, pendidikan dan
geowisata sebagai penunjang pengembangannya. Keunggulan komparatif berupa geodiversity,
biodiversity dan cultural diversity akan didukung dengan penyediaan atraksi wisata unik dan luar biasa
serta ditunjang dengan fasilitas pariwisata berkualitas tinggi.
Pilar – pilar pengembangan geopark yang mencakup bentang alam geologis, manajemen dan
keterlibatan masyarakat lokal, pengembangan ekonomi lokal, sarana edukasi, proteksi dan konservasi
serta jaringan geopark global akan menjadi landasan pengembangan secara umum. Untuk ke
depannya, pengembangan Kawasan Danau Toba ini akan mengedepankan inovasi dan teknologi dan
atraksi pariwisata yang menarik dan bercirikan kekhasan alam Toba yang indah dan kaya akan budaya.
B. Pembahasan
Dalam khasanah kepariwisataan, Danau Toba merupakan salah satu daya tarik wisata alam yang
terbentuk akibat aktivitas supervulkanik yang berpengaruh luas terhadap dunia sehingga mewariskan
taman bumi (geopark) dengan bentang alam dan pemandangan indah.
Jumlah kunjungan wisatawan Destinasi Danau Toba masih sangat minim. Data statistik menunjukkan
bahwa kunjungan wisata cenderung menurun. Pada tahun 2014, jumlah wisatawan Danau Toba
adalah sebanyak 179.000 orang, baik wisatawan domestik maupun mancanegara dengan rata – rata
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada tiga tahun terakhir adalah 13.659 orang dan
wisatawan nusantara sebanyak 104,733 orang per tahun. Minimnya jumlah wisatawan utamanya
disebabkan oleh faktor aksesibilitas dan atraksi. Aksesibilitas menjadi kunci pengembangan kawasan,
dimana kemudahan mencapai lokasi saat ini belumlah memadai.
Danau Toba yang berjarak 120 km dari Kota Medan sebagai hub utama dapat ditempuh selama 4 – 5
jam melalui jalur darat. Beberapa ruas jaringan jalan dengan kondisi yang rusak menyebabkan waktu
tempuh menjadi lebih lama. Selain itu, terdapat pula airport Silangit di Tapanuli Utara dengan
jangkauan pelayanan yang masih terbatas. Akses menuju airport juga dinilai kurang sesuai untuk
kriteria Kawasan wisata dengan skala nasional.
B.1.1 Atraksi
Atraksi utama Danau Toba adalah pemandangan (landscape scenery), dimana Kawasan Danau Toba
memiliki banyak titik yang menyuguhkan pemandangan alam dan panorama geopark yang indah.
Selain itu, kawasan ini juga terkenal dengan wisata budaya dan peninggalan bersejarah seperti situs
kerajaan Batak Kuno, museum adat, serta makam raja – raja kuno. Dalam konstelasi yang luas,
kabupaten – kabupaten di sekitar danau juga memliki atraksi yang beragam dengan ciri khas
tersendiri. Namun demikian, atraksi – atraksi ini kurang mampu menarik wisatawan untuk datang
sehingga diperlukan suatu terobosan untuk meningkatkan kualitas atraksi dan jumlah turis ke Danau
Toba. Upaya peningkatan daya tarik Danau Toba perlu dilakukan secara komprehensif melalui
perbaikan akses guna mempersingkat waktu tempuh, peremajaan fasilitas akomodasi, amenitas
pariwisata seperti peta lokasi, tourism information center (TIC) dan petunjuk arah (signage) guna
meningkatkan kenyamanan turis saat berwisata.
Kawasan Wisata Danau Toba yang luas memiliki keragaman dalam hal atraksi, mulai dari wisata alam,
budaya dan wisata sejarah. Secara administratif, Kawasan Perairan Danau Toba dan dataran tinggi
pendukungnya mencakup tujuh (7) kabupaten, yaitu Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun,
Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi dan Kabupaten
Humbang Hasundutan. Setiap kabupaten memiliki keunikan dalam hal daya tarik wisata. Adapun ciri
khas atau tema pengembangan pariwisatanya di masing – masing kabupaten disajikan pada tabel
sebagai berikut:
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara
Dengan inti daya tarik kawasan yang berupa situs geopark/geosite, Kawasan Wisata Danau Toba
memiliki beberapa daya tarik wisata alam unggulan, diantaranya adalah Parapat, Tuktuk Siadong,
Gunung Pusuk Buhit, Pasir Putih Perbaba serta Bukit Pahoda. Situs – situs geopark ini menawarkan
pemandangan alam dan panorama yang indah, perpaduan antara perbukitan warisan geologi bumi,
hamparan hutan dan danau yang luas. Pemandangan indah danau dapat dinikmati pada beberapa titik
atau view, diantaranya adalah Haranggaol, Muara, Bakkara, Tigaras, Parapat, Samosir, Tele dan
Sipinsur.
Pulau Samosir menjadi daya tarik wisata favorit para wisatawan mancanegara, karena hampir bisa
dipastikan bahwa setiap wisatawan mancanegara yang datang ke Danau Toba juga akan mengunjungi
Pulau Samosir. Dalam konstelasi wilayah yang lebih luas, Pulau Samosir merupakan pusat
pengembangan dari Empat Geopark Kaldera Toba, yakni Geoarea Samosir, Sibandang, Porsea dan
Haranggaol. Geoarea Samosir kemudian dibagi menjadi empat geosites, yaitu Simpang Limbong meta
– pebbly mudstone, Tanjungbunga Slaty Metadisement, Aek Rangat, Pusuk Buhit dan Pusuk Buhit,
Batu Hobon Dacite.
Selain wisata alam, Kawasan Danau Toba, khususnya Pulau Samosir dan sekitarnya memiliki daya Tarik
wisata budaya diantaranya adalah Makam Raja Sidabutar, Huta Siallagan, Rumah Bolon Simanindo,
Museum Batak, dan Museum TB Silalahi di Balige. Daya tarik wisata yang kuat antara wisata alam
berupa Geopark Kaldera Toba yang berpadu dengan daya tarik wisata budaya dan buatan menjadi
kekuatan tersendiri bagi pengembangan wisata di Danau Toba.
Landscape Scenery masih menjadi produk unggulan kawasan Danau Toba, dengan atraksi utamanya
adalah keindahan alam danau berpadu dengan hutan alam dan pulau kecil, termasuk di dalamnya
geoparkdan geosites yang terdapat di sekeliling wilayah danau. Pengembangan geopark menjadi
pusat perhatian karena merupakan aset dunia yang harus dijaga kelestariannnya. Untuk itu, dalam
pengembangan geopark, didoronglah kegiatan geowisata yang mengolaborasikan antara kegiatan
konservasi geologis, edukasi serta mendorong ekonomi lokal. Daya tarik wisata budaya tradisional
yang merupakan produk sekunder kawasan menjadi pendukung yang dapat meningkatkan daya tarik
Danau Toba.
B.1.2 Aksesibilitas
Akses menuju DanauToba dapat ditempuh melalui moda udara, darat dan penyeberangan, sehingga
diperlukan kemantapan infrastruktur intermoda. Pintu Gerbang Utama menuju Danau Toba adalah
Bandara Kuala Namu (KNO) yang terletak di Kabupaten Deli Serdang. Dari Bandara, perjalanan dapat
dilanjutkan menggunakan kereta cepat bandara (railway), atau melalui jalan tol menuju Medan. Dari
Medan, wisatawan dapat menggunakan Bus dari Terminal Amplas dan Pinang Baris, Medan untuk
melanjutkan perjalanan menyusuri jalur timur - selatan mengikuti pantai dan tiba di Terminal Sosor
Saba Parapat.
Terdapat beberapa alternatif rute darat untuk menuju Danau Toba, diantaranya:
Untuk mempermudah mobilitas wisatawan dan penduduk, telah tersedia prasarana dermaga serta
sarana penyeberangan berupa kapal penumpang dan kapal ferry yang menghubungkan daratan
utama dengan Pulau Samosir.
Dermaga penumpang yang dekat dengan pusat turis di Parapat adalah Tigaraja, yang menghubungkan
Parapat dengan Tuk Tuk dan Tomok. Dermaga ini mengoperasikan kapal setiap setengah jam dengan
ritase mencapai 14 kali sehari dari mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB. Adapun Dermaga
Ferry terdapat di Ajibata yang menghubungkan Kabupaten Simalungun dan Tobasa dengan Dermaga
Tomok di Kabupaten Samosir. Dermaga ini melayani angkutan barang dan penumpang dengan ritase
sebanyak lima kali dalam sehari.
B.1.3 Amenitas
Amenitas merupakan faktor pendukung kegiatan pariwisata yang dapat meningkatkan kenyamanan
wisatawan. Amenitas yang tersedia di Kawasan Danau Toba diantaranya adalah fasilitas akomodasi,
kuliner, dan hiburan sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Pusat turis di Danau Toba yang banyak menyediakan fasilitas akomodasi terdapat di Parapat,
Kabupaten Simalungun. Jenis akomodasi yang ditawarkan beragam, mulai dari kelas homestay,
penginapan, hingga hotel bintang 4. Satu hotel berbintang memiliki sekitar 179 kamar dengan tingkat
okupansi pada hari biasa mencapai 30% pada hari kerja dan meningkat hingga 2 kali lipat saat akhir
pekan.
Selain di Parapat, fasilitas akomodasi juga ditawarkan di Samosir. Berbeda dengan Parapat, ragam dan
jumlah hotel di Samosir lebih terbatas, namun diantaranya merupakan basis menginap bagi turis
mancanegara. Selain hotel, Samosir juga menawarkan wisma dan homestay sehingga wisatawan
dapat melihat sesuatu yang berbeda dengan merasakan kebiasaan dan keunikan masyarakat tanah
batak, konsep homestay ini mengedepankan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, dimana
rumah penduduk ditata sedemikian rupa agar layak untuk disinggahi dan wisatawanpun dapat diajak
untuk menikmati budaya dan adat masyarakat setempat.
C. Progres Program sampai dengan sekarang
C.1 Atraksi
C.2 Aksesibilitas
C.3 Amenitas
D. Tantangan
D.1 Tidak Melibatkan Masyarakat dan Kurangnya Sosialisasi Pembangunan di Danau Toba
Meskipun dalam konsep pelaksanaan pengelolaan kawasan pariwisata prioritas adalah melalui skema
kerjasama Public – Private – People Partnership dimana masyarakat lokal dilibatkan dalam kegiatan
pariwisata dan memiliki andil dalam memelihara dan mendukung kegiatan pariwisata di dalam
Kawasan, namun pada kenyataannya hal ini belum dapat berjalan dengan baik. Selama proses
pembangunan yang mulai direncanakan sejak 2016, masih terdapat gesekan antara pemerintah dan
masyarakat.
Dalam pengamatan selama kurang-lebih 3 tahun sejak dilantik pada November 2016, BPODT dinilai
belum menunjukkan tanda-tanda memiliki Rencana Induk dan Rencana Detail dan pembangunan KDT
sebagai kawasan pariwisata Danau Toba jangka waktu 25 tahun, periode 2016-2041, dan Rencana
Detail Pengembangan dan Pembangunan 5 tahunan. Pada Rabu, 3 April di Ajibata dan Kamis, 4 April
2019 di Sibisa, BPODT menolak kehadiran warga masyarakat adat Sibisa dan mengusir warga
masyarakat adat Sirait dari Bius Raja Paropat Sigapiton pada acara peresmian the Caldera-Toba
Nomadic Escape. Kejadian yang dialami penduduk ini patut disesalkan, warga terusir di kampungnya
sendiri. Termasuk pihak yang ditokohkan memberi sambutan justru bukan pemilik areal the Caldera-
Toba Nomadic Escape, Sirait Par-Sibisa. Bagi Par-Sibisa, hal ini sangat memprihatinkan.
Masyarakat menilai pendekatan “Top-Down" seharusnya sudah ditinggalkan pada era ini, dimana hak
rakyat dihargai secara patut. Pemerintah bertanggungjawab mewujudkan masyarakat adil, makmur
dan sejahtera. Itulah amanat Pancasila dan Undang-Undang Negara RI Tahun 1945. Di Sisi lain
pemerintah mesti dengan sungguh-sungguh mengakui tanah milik komunal, milik komunitas adat.
Tidak serta-merta Pemerintah memperlakukannya secara "tidak terhormat".
Menurut Jokowi, masih ada masalah pengaturan dan pengendalian tata ruang yang harus dibenahi.
Penataan tata ruang belum berfokus pada destinasi ini karena merupakan wilayah perairan yang luas.
Permasalahan paling utama pada pengembangan wisata Danau Toba adalah mengenai fasilitas
insentif setara Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata.
Pariwisata merupakan sektor strategis perekonomian Indonesia di era pemerintahan saat ini. Hal ini
dibuktikan dengan pembentukan Lembaga khusus pariwisata pada tahun 2016, yaitu Kementerian
Pariwisata. Pemerintah juga membuat rencana untuk mengembangkan destinasi pariwisata super
prioritas yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Magelang Jawa Tengah, Mandalika di
Nusa Tenggara Barat ( NTB), Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur ( NTT), dan Likupang di Sulawesi
Utara. Pemerintah juga telah mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur untuk
pengembangan KSPN Danau Toba sebesar Rp2,4 triliun atau lebih besar dari tahun ini sebesar Rp821,3
miliar untuk tahun 2020.
Proyeksi perkembangan ekonomi destinasi berdasarkanrasio biaya dan manfaat dan (CBR),
perkembangan pasar wisatawan dan asumsi pendapatan pariwisata di kawasan. Pengembangan
Kawasan Danau Toba dapat dinilai layak, karena manfaat ekonomi yang akanditerima sebanding
dengan target masukan dari kunjungan dikalikan dengan rata-rata pengeluaran wisatawan dikalikan
dengan koefisien kebocoran (leakages) pariwisata.
Asumsi: terdapat dua tipe wisatawan, dimana wisatawan tipe I merupakan turis dengan tingkat
pengeluaran sebesar USD 5,000 dan wisatawan tipe II merupakan turis dengan tingkat pengeluaran
sebesar USD 1,000. Perbandingan antara wisatawan tipe I dan II masing – masing adalah 1:9. Dengan
demikian, manfaat Ekonomi dari target kunjungan turis adalah sebagai berikut:
Berdasarkan manfaat ekonomi yang diterima, maka rasio biaya-manfaat (cost-benefit ratio/CBR)
pengembangan manfaat ekonomi yang diterima, maka rasio biaya-manfaat (cost-benefit ratio/CBR)
pengembangan Danau Tobasebagai destinasi wisata prioritas adalah sebagai berikut.
Dengan demikian, CBR dari pengembangan Danau Toba sebagai destinasi wisata prioritas adalah 1.20
atau layak secara ekonomi dan mampu memberikan manfaat yang besar bagi pertumbuhan wilayah
secara makro. Pengembangan Danau Toba sebagai destinasi prioritas juga akan menimbulkan efek
penggandaan (multiplier effect) berupa penciptaan lapangan pekerjaan atau job creation. Dengan
asumsi bahwa 1 orang wisatawan akan mendorong lapangan pekerjaan bagi 4 orang, maka multiplier
effect dari sisi tenaga kerja adalah sekitar 4 juta orang.
F. Hasil Pengamatan Lapangan Tahun 2018 pada Key Tourism Area
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2018. Integrated Tourism Masterplan for Lake
Toba. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jay. 2019. Dukung Danau Toba Menjadi Destinasi Wisata Internasional, Kementerian PUPR Anggarkan
Rp 2,4 Triliun pada Tahun 2020. https://www.pu.go.id/berita/view/17253/dukung-danau-
toba-menjadi-destinasi-wisata-internasional-kementerian-pupr-anggarkan-rp-2-4-triliun-
pada-tahun-2020. (15 September 2019)
Puspita, Sherly. 2019. Masalah di Bali Baru yang Jadi Sorotan Presiden Jokowi.
https://travel.kompas.com/read/2019/07/16/071646127/masalah-di-bali-baru-yang-jadi-
sorotan-presiden-jokowi?page=all (15 September 2019)
Wijaya, Yana. 2019. Menengok Kesiapan 5 Destinasi Wisata Super Prioritas di Indonesia.
https://travel.kompas.com/read/2019/09/12/150000427/menengok-kesiapan-5-destinasi-
wisata-super-prioritas-di-indonesia?page=all. (15 September 2019)