Anda di halaman 1dari 11

Keterpaduan Penyediaan Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan Kawasan

Strategis Pariwisata Nasional Danau Toba.

Profil Kawasan Danau Toba

Danau Toba adalah danau kaldera terbesar di dunia yang terletak di Provinsi Sumatera
Utara, berjarak 176 km ke arah Barat Kota Medan sebagai ibu kota provinsi. Danau Toba
(2,88o N 98,5o 2E dan 2,35o N 99,1o E) adalah danau terluas di Indonesia (90 x 30 km2)
dan juga merupakan sebuah kaldera volkano-tektonik (kawah gunungapi raksasa) Kuarter
terbesar di dunia. Sebagai danau volcano tektonik terbesar di dunia, Danau Toba
mempunyai ukuran panjang 87 km berarah Baratlaut-Tenggara dengan lebar 27 km dengan
ketinggian 904 meter dpl dan kedalaman danau yang terdalam 505 meter.
Kawasan Danau Toba merupakan bagian dari WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro
Medan Tebing Tinggi Dumai Pekanbar yang memiliki luas 369.854 Ha. Secara
administratif Kawasan Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara dan secara geografis
terletak di antara koordinat 210300 Lintang Utara dan 9824 Bujur Timur. Kawasan ini
mencakup bagian dari wilayah administrasi dari 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten
Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang
Hansudutan, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Pak Pak
Barat. Secara fisik, Kawasan Danau Toba merupakan kawasan yang berada di sekitar Danau
Toba dengan deliniasi batas kawasan didasarkan atas deliniasi Daerah Tangkapan Air
(Catchment Area) dan CAT.

Wilayah Administrasi Dalam Lingkup Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Danau Toba
Lingkup Kawasan Cakupan WIlayah
Badan Danau
Kabupaten Karo a) Kecamatan Merek

Kabupaten Simalungun a) Kecamatan Pematang Silimakuta


b) Kecamatan Silimakuta
c) Kecamatan Haranggaol Horison
d) Kecamatan Dolok Pardamean
e) Kecamatan Pematang Sidamanik
f) Kecamatan Girsang Sipangan Bolon
Kabupaten Toba Samosir a) Kecamatan Ajibata
b) Kecamatan Lumban Julu
c) Kecamatan Uluan
d) Kecamatan Porsea
e) Kecamatan Siantar Narumonda
f) Kecamatan Sigumpar
g) Kecamatan Balige
h) Kecamatan Tampahan
Kabupaten Tapanuli Utara a) Kecamatan Muara
b) Kecamatan Siborong-Borong
c) Kecamatan Tamparan
d) Kecamatan Tarutung
e) Kecamatan Sipahutan
f) Kecamatan Sipoholon
Kabupaten Humbang Hasundutan a) Kecamatan Lintong Nihuta
b) Kecamatan Baktiraja
Kabupaten Samosir a) Kecamatan Sitio-tio
b) Kecamatan Harian
c) Kecamatan Pangururan
d) Kecamatan Sianjur Mula-mula
e) Kecamatan Simanindo
f) Kecamatan Onan Runggu
g) Kecamatan Nainggolan
h) Kecamatan Palipi
Kabupaten Dairi a) Kecamatan Silahisabungan
b) Kecamatan Sidikalang
Daerah Tangkapan Air (DAT) 1. 3 (tiga) Sub DAS di Kabupaten Karo
2. 4 (empat) Sub DAS di Kabupaten Simalungun
3. 8 (delapan) Sub DAS di Kabupaten Toba Samosir
4. 4 (empat) Sub DAS di Kabupaten Tapanuli Utara
5. 2 (dua) Sub DAS di Kabupaten Humbang Hasundutan
6. 13 (tiga belas) Sub DAS di Kabupaten Samosir
7. 2 (dua) Sub DAS pada Kabupaten Dairi
Cekungan Air Tanah (CAT) 1. CAT Sidikalang
2. CAT Tarutung
3. CAT Porsea Parapat
4. CAT Samosir

Kondisi topografi Kawasan Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan,
dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan (0 8 %), landai (8 15
%), agak curam (15 25 %), curam (25 45 %), sangat curam sampai dengan terjal (> 45 %).
Kondisi kelerengan Kawasan Danau Toba ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pada bagian utara Kawasan Danau Toba yakni wilayah yang merupakan bagian dari
Tanah Karo, DTA relatif sempit dan memiliki relief bergunung dengan lereng terjal.
Sedangkan arah tepi danau memiliki relief berombak hingga berbukit yang sebagian
digunakan untuk budidaya pertanian. Pada wilayah yang terjal, kemiringannya
mencapai > 75%. Sedangkan pada daratan yang sempit, kemiringannya < 3%.
2) Ke arah Timur dan Tenggara di daerah Parapat-Porsea-Balige memiliki relief datar
hingga bergunung. Di sisi Timur dan Tenggara ke arah batas DTA terdapat dataran
yang relatif luas yang digarap oleh masyarakat setempat sebagai lahan sawah. Tepi
batas DTA merupakan wilayah berbukit hingga bergunung dengan kemiringan lahan
mencapai > 75%.
3) Bagian Selatan Kawasan Danau Toba merupakan dataran hingga wilayah berbukit
ke arah batas DTA. Pada daerah yang datar dengan kemiringan lahan < 3%,
diusahakan oleh masyarakat setempat sebagai lahan pertanian, sedangkan ke arah
batas DTA memiliki kontur relief berbukit hingga bergunung.
4) Di bagian Barat hingga Utara merupakan dataran dan perbukitan hingga
bergunung, dengan lereng terjal ke arah tepi danau, seperti di sekitar Tele, Silalahi
dan Tongging. Lereng terjal di wilayah ini mencapai kelerengan > 75%.
5) Pulau Samosir memiliki dataran yang relatif luas di sekililing tepian Danau Toba
dengan kemiringan < 3%. Ke arah tengah pulau reliefnya bergunung dan berlereng
terjal dengan kemiringan lahan antara 30,5 hingga > 75%. Dataran yang terdapat
dibagian Barat dan Selatan pulau ini relatif lebih luas dibanding di sisi Utara dan
Timur.

Kondisi Hidrologi
Air yang masuk ke dalam Danau Toba berasal dari air hujan yang langsung jatuh ke Danau
Toba dan air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke dalam danau. Di sekeliling
danau terdapat 19 Sub DTA yang merupakan daerah tangkapan air 19 sungai yang masuk ke
dalam danau. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Sigubang, Bah Bolon, Sungai
Guloan, Sungai Arun, Sungai Tomok, Sungai Pulau Kecil/Sibandang, Sungai Halian, Sungai
Simare, Sungai Aek Bolon, Sungai Mandosi, Sungai Gongpan, Sungai Bah Tongguran, Sungai
Mongu, Sungai Kijang, Sungai Sinabung, Sungai Ringo, Sungai Prembakan, Sungai
Sipultakhuda, dan Sungai Silang.
Kondisi Kependudukan dan Budaya
Jumlah penduduk di Kawasan Danau Toba Tahun 2013 lebih kurang 951.711 Jiwa yang
tersebar di 8 Kabupaten dan 61 Kecamatan. Jumlah penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi dengan jumlah 47.272 Jiwa dan terendah berada di
Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah 1.355 Jiwa.
Kepadatan rata-rata penduduk di Kawasan Danau Toba Tahun 2013 adalah 110 jiwa/km2.
Kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi yaitu 669
jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Muara,
Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 17 jiwa/km2.
Masyarakat Sumatera Utara terdiri atas berbagai suku antara lain penduduk asli (Suku
Melayu, Suku Batak Karo, Suku Batak Toba, Suku Batak Mandailing, Suku Batak Angkola,
Suku Batak Simalungun, Suku Batak Pakpak, Suku Nias) dan pendatang (Suku Minangkabau,
Suku Aceh, Suku Jawa, dan Suku Tionghoa). Penduduk di Kawasan Danau Toba didominasi
oleh suku Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun dan lainnya.
Danau Toba dianggap sebagai simpul pemersatu areal tanah yang didiami individu-individu
maupun kelompok etnis Batak Toba ini, yang keadaannya berada pada ketinggian 900 m di
atas permukaan air laut. Danau ini terbentuk dari vulkanik gunung merapi yang hasil
letusannya membentuk sebuah bentuk danau, yang letusannya berdampak menyemburkan
kawah yang kemudian dipenuhi oleh debit air yang sangat besar. Danau Toba ini adalah
salah satu kebanggaan masyarakat Batak Toba sebagai danau yang sangat bermanfaat
untuk sumber kehidupan dari hasil yang ada di dalam danau ini, seperti suber air bersih,
ikan-ikan dan sebagai aset pariwisata karena pemandangannya yang menawan di sekitar
danau ini. Di tengah-tengah danau tuba ini terdapat sebuah pulau yang dinamakan Pulau
Samosir (menurut sejarah sesungguhnya dahulu tidak benarbenar terpisah dengan dataran
disekeliling Danau Toba artinya tidak benar-benar sebagai sebagai sebuah pulau).
Masyarakat Batak merupakan masyarakat perantau yang diwarisi dengan sifat pekerja
keras, berani, jujur dan pantang menyerah. Keinginan untuk memperoleh kehidupan yang
lebih baik selalu ditanamkan kepada generasi muda sehingga demi mencapai impian,
seorang pemuda atau pemudi batak harus bersedia meninggalkan kampung halaman
tercinta untuk merantau ke negeri/daerah orang yang jauh. Akan tetapi kerinduan akan
kampung halaman masih akan selalu melekat di hati. Tak heran saat ini banyak orang Batak
yang berhasil dan sukses tersebar di seluruh penjuru dunia.
Kabupaten Samosir, salah satu kabupaten di Kawasan Danau Toba dinilai sebagai asal
muasal dari semua ethnis Batak se-dunia yang memiliki kearifan lokal dengan falsafah
Dalihan Natolu paopat sihalsihal, serta situs/artefak sejarah ethnis Batak yang cukup
banyak yaitu 148 situs/objek wisata yang tersebar di 9 kecamatan antara lain adalah di
kawasan sakralisasi gunung Pusuk Buhit Kecamatan Sianjur Mulamula sebanyak 49 situs, di
Kecamatan Harian dan Sitiotio sebanyak 16 situs dan di Pulau Samosir (6 kecamatan)
sebanyak 83 situs, merupakan potensi dalam pengembangan Kabupaten Samosir sebagai
pusat budaya Batak, dalam mewujudkan Kabupaten Pariwisata. Disamping berbagai situs
tersebut, juga kaya dengan potensi seni dan budaya seperti: Tortor Batak, Silat (Mossak
Batak), Tortor Sigalegale, Pentas Opera Batak, Sanggar Tari, Paduan Suara, Alat Musik
(Uning-uningan), Mengali Kerangka Manusia (Manggukal holi), kegiatan Mangasetaon,
Mangalahat Horbo, Mandudu dan lain-lain.

Daya Tarik Wisata Kawasan Danau Toba


Pembangunan Kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha, mendorong
pemerataan pembangunan wilayah dan nasional dan memberikan kontribusi dalam
penerimaan devisa negara yang dihasilkan dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
(wisman), serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan
jati diri dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan alam
dan budaya bangsa dengan memperkenalkan kekayaan alam dan budaya.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) destinasi pariwisata
unggulan di Indonesia dimana terdapat 339 Objek wisata yang tersebar di seluruh daerah
yang ada di 33 Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Saat ini baru 120
Objek wisata yang telah dipasarkan meliputi potensi alam, salah satunya adalah Kawasan
Danau Toba. Kawasan Danau Toba merupakan kawasan pariwisata andalan, baik skala
provinsi maupun nasional. Objek wisata tersebar di 8 kabupaten yang termasuk dalam
Kawasan Danau Toba dan masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, pembahasan tentang simpul-simpul pariwisata diuraikan menurut wilayah
kabupaten dapat diikuti pada tabel berikut.

Kabupaten Objek Wisata


Tapanuli Utara 1. Pulau Sibandang
2. Rura Silindung
3. Pemandian Air Panas
4. Kolam Air Soda
5. Salib Kasih
Samosir 1. Pusuk Buhit
2. Batu Persidangan
3. Tomok
4. Desa Ambarita
5. Desa Tuktuk
6. Danau Sidihoni
7. Pemandian Air Panas Pangururan
Simalungun 1. Parapat
2. Tigaras
3. Pematang Purba
4. Rumah Adat Simalungun
5. Haranggaol
6. Batu Gantung
7. Tanjung Unta
Dairi 1. Panorama Puncak Sidiangkat
2. Panorama Aek Nauli
3. Danau Lau Kawar
4. Taman Iman Sitinjo
5. Air Terjun Lae Pandaroh
Toba Samosir 1. Balige
2. Pantai Lumban Silintong
3. Air Terjun Sampuran
4. Museum Batak

Humbang Hasundutan 1. Istana Sisingamaraja


2. Goa Pertenunan Ibunda Raja Sm Xii
3. Aek Sipangolu
4. Air Terjun Binanga Janji
Karo 1. Air Terjun Sipiso-Piso
2. Bukit Gundaling
3. Air Terjun Sikulikap
4. Gunung Sibayak
5. Gunung Sinabung
6. Tongging
7. Simalem
Sumber: BPIW, 2017

Kondisi Infrastruktur Wilayah


Panjang jalan nasional di Kawasan Danau Toba adalah 542,98 Km, panjang jalan provinsi
172,74 Km, panjang jalan kabupaten 4.170,59 Km dan panjang jalan lingkar dalam Kawasan
Danau Toba 277,08 Km. Jaringan jalan yang ada di Kawasan Danau Toba sebagian besar
cukup bagus, terutama jalan yang menghubungkan antar ibu kota kabupaten, namun ruas
jalan kolektor lokal di sepanjang pesisir pulau Samosir beberapa ruas jalannya buruk yang
menghubungkan antara kecamatan, namun di beberapa ruas jalan yang menghubungkan
antara kecamatan cukup baik.

Kondisi Jaringan Jalan Nasional di Kawasan Danau Toba


No Nama Ruas Jalan Nasional Panjang Ruas Arteri Primer Kolektor Primer
Jalan (Km) (Km) 1 (Km)

1 Bts. Kota Sidikalang -Panji 28,48

2 Jln. Pahlawan (Sidikalang) 19,68 19,68

3 Panji -Bts. Kab. Samosir 5,23 5,23

4 Bts. Kab. Dairi -Dolok Sanggul 6,12 6,12

5 Dolok Sanggul -Siborong Borong 0,86 0,.86

6 Siborong Borong -Tarutung 50,07 50,07

7 Jln. Balige (Tarutung) 1,46 1,46

8 Jln. By Pass (Tarutung) 1,52 1,52

9 Jln. Siisiingamangaraja ((Tarutung)) 0,62 0,63

10 Kabanjahe -Merek 21,98 21,98

11 Jln. Palabangun (Kabanjahe) 1,1 1,1

12 Merek -Bts. Kab. Dairi 14,06 14,06

13 Bts. Kab. Karo -Panji 29,81 29,81

14 Merek -Bts. Kab. Simalungun 2,67 2,67

15 Bts. Kab. Karo -Saribu Dolok 8,59 8,59

16 Saribu Dolok -Tiga Runggu 14,95 14,95

17 Tiga Runggu -Tanjung Dolok 42,29 42,29

18 Bts. Kota Pematang Siantar -Parapat 37,92 37,92

19 Jln. Ke Parapat (P. Siantar) 4,97 4,97

20 Parapat --Bts.. Kab.. Tobasa 10,47 10,47

21 Bts. Kab. Simalungun -Silimbat 34,74 34,74


No Nama Ruas Jalan Nasional Panjang Ruas Arteri Primer Kolektor Primer
Jalan (Km) (Km) 1 (Km)

22 Silimbat -Bts. Kab. Tapanuli Utara 26,65 26,65

23 Bts. Kab. Tobasa -Siborong Borong 9,19 9,19

24 Parapat -Pelabuhan Aji Bata 2,8 2,8

25 Tomok -Ambarita 5,3 5,3

26 Ambarita -Simanindo 18,3 18,3

27 Siimaniindo --Pangururan 19,3 19,3

28 Jln. Lingkar Luar Parapat 19,85 19,85

29 Sp. Silangit -Bandara Silangit 1 1

30 Tele -Pangururan 22 22

31 Pangururan -Nainggolan 40 40

32 Nainggolan -Onan Runggu 7 7


33 Onan Runggu -Tomok 34 34

Sumber: Ditjen BM, 2016

Danau Toba sendiri merupakan infrastruktur alam yang berfungsi sebagai tampungan air
dari sungai-sungai yang mengalir dan bermuara di Danau Toba. Sebagai tampungan air
alami, danau dapat berfungsi sebagai pengendali banjir di sekitarnya dengan catatan
keseimbangan alam tidak ada yang merubah.

Prasarana penting lainnya dalam mendukung pengembangan kawasan wisata Danau Toba
adalah infrastruktur perhubungan dan energi. Keberdaan infrasrtruktur perhubungan akan
mampu meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas internal di kawasan danau Toba
ataupun secara eksternal dengan wilayah lain (di Indonesia maupun luar negeri) yang
merupakan pangsa pasar wisata Danau Toba. Gambaran ketersediaan infrastruktur penting
lainnya di Kawasan Danau Toba dapat diikuti pada tabel berikut.

Ketersediaan Infrastruktur Pendukung Pengembangan Kawasan Danau Toba

Kabupaten Kecamatan Infrastruktur


Dairi Kec. Sidikalang Daya Tarik Wisata Andalan Kabupaten
Gardu Induk
Kantor Pelayanan Komunikasi Kantor
Pelayanan Pos PLTA
PLTD
Terminal Penumpang
Kec. Siempat Nempu Hulu < 20 l/dt
Kec. Sumbul < 20 l/dt < 50-100 l/dt Kantor
Pelayanan Pos PLTD
Kec. Tiga Lingga Kantor Pelayanan Pos
Humbang Dolok Sanggul < 20 l/dt Agropolitan Bendung
Hasundutan
Kec. Parlilitan < 20 l/dt
Kec. Pollung Bendung
Kec. Lintong Nihuta Daerah Irigasi
Karo Kec. Merek Agropolitan
Samosir Kec. Nainggono < 20 l/dt Daerah Irigasi
Kec. Onan Rungdu < 20 l/dt
Kec. Pangurutan < 20 l/dt
kec. Simanindo < 20 l/dt
Simalungun Kec. Gisang Sipangan Bolon < 20-50 l/dt IPLT/IPAL
Tapanuli Utara Kec. Siborong-borong < 20 l/dt Agropolitan Daya Tarik Wisata
Andalan Kabupaten Kantor Pelayanan
Pos PLTD
Terminal Penumpang
Kec. Sipahutan < 20 l/dt Daerah Irigasi
Kec. Sipoholon Daerah Irigasi < 20 l/dt < 50-100 l/dt
Daya Tarik Wisata Andalan Kabupaten
Gardu Induk
Kantor Pelayanan Pos
PLTD
Kec. Tarutung Kantor Pelayanan Pos
Toba Samosir Kec. Laguboti < 20 l/dt
IPLT/IPAL
Kec. Lumban Julu < 20 l/dt
Agropolitan
Daerah Irigasi
Kec. Polesa Agropolitan
Daerah Irigasi
Kec. Sigumpan < 20 l/dt
Kec. Silaen Daerah Irigasi
Kec. Ajibara Daerah Irigasi
Kec. Bona Tua Lunasi Daerah Irigasi
Sumber: BPIW, 2016
Permasalahan Terkait Kawasan Danau Toba
Permasalahan krusial dalam pengembangan pariwisata di Danau Toba, secara garis besar
mirip dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh berbagai daerah wisata di
Indonesia antara lain masalah aksesibilitas, amenitas dan atraksi wisata yang mampu
mendorong wisatawan untuk mau berkunjung. Pada kawasan wisata Danau Toba masalah-
masalah tersebut di antaranya mengenai persoalan minimnya infrastuktur penghubung
yang berkoneksi dengan mobilitas wisatawan (aksesibilitas), masalah masih minimnya
investor dalam membangun sarana dan prasarana umum bagi wisatawan (amenities) dan
persoalan pada kualitas produk wisata yang akan dipromosikan dan dipasarkan (atraksi).

Selain permasalahan yang berkaitan dengan 3A, permasalahan lain berkaitan dengan upaya
pengembangan kawasan wisata Danau Toba adalah berkaitan dengan kondisi fisik alam dan
lingkungan hidup. Eksploitasi kawasan yang kurang mempertimbangkan kondisi alamiah ini
telah menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Secara umum permasalahan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Sumber: Kajian Lingkungan Strategis Kawasan
Danau Toba, BLH Provinsi Sumatera Utara, 2011):

1. Penurunan Kualitas Air Danau

Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kualitas air Danau Toba telah tercemar, dengan
kategori cemar sedang (mengacu kepada Baku Mutu Air kelas I sesuai dengan PP No.
82/2001). Berbagai sumber pencemar air Danau Toba antara lain adalah limbah domestik,
pertanian, peternakan, perikanan, transportasi air dan pertambangan bahan galian
golongan C.

Limbah domestik mengandung bahan-bahan pencemar antara lain bahan organic,


nitrogen, phosphor, potassium, kalsium, amoniak, nitrat dan padatan-padatan tersuspensi
serta organisme patogen.
Pencemaran dari kegiatan pertanian berupa limbah pestisida dan pupuk yang
menyebabkan meningkatnya kadar phospor, nitrogen, kalium, dan zat organik di perairan
Danau Toba. Limbah dari kegiatan peternakan menimbulkan pencemaran bahan organik,
unsur N, P, K dan bakteri e-coli. Sedangkan limbah dari kegiatan budidaya perikanan al.
berupa unsur phosphor, nitrogen, vitamin, mineral dan zat-zat organik.

Kegiatan transportasi air berpotensi mencemari perairan melalui ceceran oli dan bahan
bakar, limbah padat dan air limbah dari toilet kapal yang masuk ke perairan Danau Toba.

Kegiatan pertambangan bahan galian golongan C akan meningkatkan kekeruhan yang


dapat mengganggu kehidupan biota air dan meningkatkan sedimentasi.

2. Kerusakan Daerah Tangkapan Air.

Salah satu penyebab lain kerusakan DTA adalah penambangan bahan galian golongan C dari
badan air, pinggiran pantai dan tebing Danau Toba. Penambangan ini memang memberi
manfaat ekonomi, namum pada saat yang sama juga menimbulkan kerusakan lingkungan
yang massif. Di daerah Horsik sampai Panamean, berdasarkan Survey BLH tahun 2007
ditemukan 34 titik penambangan batu pada daerah sepanjag 6 km dari dinding danau.
Tebing danau yang berupa bebatuan digali bahkan sampai mencapai puncak tebing.
Penambangan ini sangat merusak ekosistem, menimbulkan erosi, sedimentasi, kekeruhan,
menambah lahan kritis dan berpeluang untuk melongsorkan/meruntuhkan dinding danau.

3. Ancaman Keanekragaman Hayati

Keanekaragaman hayati (kehati) pada kawasan Danau Toba telah mengalami ancaman, baik
habitat daratan maupun habitat perairan. Terdapat berbagai faktor penyebab terancamnya
kehati pada kawasan ini diantaranya; perusakan habitat karena kebakaran, konversi lahan,
aplikasi pestisida, pembuangan limbah, penyempitan luasan habitat, introduksi spesies
asing, maupun serangan hama dan penyakit serta bencana alam banjir, longsor atau
gempa. Pada saat ini terjadi blooming ikan Pora-pora (Puntius binotatus) di Danau Toba dan
pada saat yang sama nelayan kesulitan menangkap ikan Mujair (Tilapia mossambica), salah
satu spesies asli danau ini yang sudah mulai sulit ditemukan di perairan Danau Toba.
Kawasan Lokasi Isu Permasalahan Kebijakan Strategi Dukungan Keterpaduan Pengembangan Kawasan
Pengembangan Kementerian PUPR Kemenhub ATR KLHK Kemenpar ESDM Pemrpov Pemprovv
SDA BM CK PR DIY/Pemkab Jateng,
dan Pemkot Pemkab
Magelang,
Pemkab
Klaten
1. Aksesibilitas Masih sangat Peningkatan Mengembangkan Mengembangkan Mengembangkan Mengembangkan Fasilitasi Mengembangkan Memperkuat Penguatan Penguatan pasar Pengembangan Meningkatkan Meningkatkan
Kawasan bergantung pada konektivitas dan pintu masuk baru infrastruktur untuk jalan tol koridor infrastruktur penyediaan integrasi antar instrumen fungsi wisata untuk energi untuk kinerja jalan kinerja jalan
2. Amenitas DIY sebagai integrasi dari Bandung Solo mitigasi bencana selatan jawa permukiman rumah moda menuju pengaturan kawasan TN meningkatkan kebutuhan perkotaan perkotaan
kawasan pintu masuk antarmoda dan Semarang tsunami dan letusan (Bandung-Cileunyi- yang mampu khusus kawasan wisata pemanfaatan Merapi angka kunjungan fasilitas Meningkatkan Meningkatkan
3. Kebencanaan utama menuju Meningkatkan Meningkatkan gunung berapi Garut-Tasikmalaya- mendukung pada borobudur dan ruang yang sebagai wisata ke penunjang aksesibilitas aksesibilitas
Alam kawasan wisata kenyamanan amenitas pada lokasi Mengembangkan Yogyakarta kenyamanan kawasan sekitarnya ramah terhadap tangkapan borobudur dsk pariwisata antar obyek antar obyek
borobudur wisatawan pada obyek wisata melalui kapasitas air baku Mengembangkan bagi wisatawan wisata Pengembangan upaya air utama di Mengembangkan wisata di wisata di
Akses menuju masing-masing penyediaan untuk suplai SPAM jalan tol solo dan penciptaan yang dapat moda angkutan pelestarian kawasan instrumen visitor provinsi DIY sekitar candi
obyek dan oyek wisata infrastruktur Mengembangkan yogyakarta kawasan wisata digunakan umum ramah kawasan borobudur management Meningkatkan bororobudur,
atraksi wisata penunjang infrastruktur irigasi Mengembangkan yang sehat sebagai lingkungan untuk warisan budaya dsk khususnya bagi kualitas mendut dan
menuju pariwisata ramah lingkungan jalan tol Bawen- antara lain akomodasi menghubungkan dunia (Kawasan pengunjung pada infrastruktur prambanan
borobudur dari Meningkatkan untuk mengairi Yogyakarta mendorong wisata seluruh obyek di Candi kawasan wisata dasar Meningkatkan
yogya masih ketahanan kawasan sawah pada kawasan Meningkatkan peningkatan yang kawasan wisata Borobudur dan borobudur dan khususnya air kualitas
terbatas wisata terhadap pertanian yang kapasitas jalan kapasitas SPAM dikelola borobudur dan Kawasan Candi prambanan agar bersih, infrastruktur
Kenyamanan potensi bencana berada pada lokasi nasional yang yang ada pada oleh sekitarnya Prambanan) tidak memiliki sanitasi dan dasar
pada sekitar alam danau purba di menghubungkan masing-masing penduduk Memperkuat potensi ancaman persampahan khususnya air
obyek wisata kawasan borobudur antara Kota kabupaten untuk lokal instrumen terhadap untuk bersih,
masih belum Bandung- dapat memenuhi penataan ruang eksistensi mendukung sanitasi dan
mampu Yogyakarta, Kota kebutuhan air pada kawasan outstanding kenyamanan persampahan
menjawab Solo-Yogyakarta dan bersih untuk wisata pesisir universal value kawasan untuk
kebutuhan Kota Semarang- domestik dan selatan jogja, dari Candi wisata dan mendukung
amenitas wisata Yogyakarta juga wisatawan kawasan wisata Borobudur dan mendorong kenyamanan
kelas Mengembangkan candi Candi terciptanya kawasan
internasional sistem prambanan Prambanan kawasan wisata dan
Potensi pengolahan sebagai situs wisata yang mendorong
kebencanaan limbah di sektiar warisan budaya sehat terciptanya
alam yang tinggi kawasan candi dunia kawasan
terutama borobudur dan wisata yang
bencana alam di prambanan sehat
pesisir selatan Mengembangkan
yogyakarta dan TPA regional
sekitar lereng untuk
merapi mengantisipasi
lonjakan
produksi sampah
akibat
peningkatan
angka kunjungan
wisata
Fasilitas
infrastruktur
wisata seperti
pembangunan
jalan akses di
desa wisata di
sekitar
borobudur

Anda mungkin juga menyukai