Kabupaten Bulungan merupakan kabupaten yang terletak di bagian Utara Provinsi Kalimantan Utara,
mempunyai luas 18.010,50 km2. Secara geografis terletak antara 116°04'41" sampai dengan
117°57'56" Bujur Timur dan 2°09'19" sampai dengan 3°34'49" Lintang Utara.
Berdasarkan Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kabupaten Tana Tidung di
Provinsi Kalimantan Utara, maka Luas Kabupaten Bulungan berkurang menjadi tersisa 13.181,92 km 2.
Kondisi Kabupaten Bulungan memiliki beberapa pulau, yang dialiri puluhan sungai besar dan kecil, serta
secara topografi memiliki daratan yang berbukit ‐bukit, bergunung‐gunung dengan tebing terjal dan
kemiringan yang tajam. Adapun pulau yang terluas adalah Pulau Mandul di Kecamatan Bunyu (38.737,413
termasuk yang berada di
ha) dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Kayan (576 km: wilayah
Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung ) sedangkan gunung yang tertinggi adalah Gunung
Kundas yang berada di Kecamatan Peso dengan ketinggian 1.670 m.
Kabupaten Bulungan terbagi menjadi sepuluh (10) wilayah kecamatan sebagai berikut:
Selain terletak di daratan Pulau Kalimantan, wilayah Kabupaten Bulungan memiliki 201 pulau besar
dan kecil. Semua pulau telah mempunyai koordinat titik lokasi, namun hanya 101 pulau yang telah
mempunyai nama dan sisanya 100 pulau lagi belum mempunyai nama. Pulau terbesar adalah Pulau
Mandul dengan luas sekitar 31.575 ha. Wilayah Kabupaten Bulungan juga memiliki 15 buah gunung,
dengan gunung tertinggi adalah Gunung Kundas (1.670 m) yang terletak di Kecamatan Peso.
1. Bentukan lahan dengan proses volkanik (V), yaitu punggungan gunung berapi strato, yang
tererosi berat pada volkanik basa sedang (V1) dan kerucut sumbat volkan amat curam di atas
batuan volkanik asam (V2).
2. Bentukan lahan dengan proses volkanik terdenudasi (VD), yaitu punggung endapan taksetangkap
tertoreh lebar (VD1) dan punggung gunung metamorfik terorientasi terjal (VD2).
3. Bentukan lahan dengan proses agradasi dalam pembentukan fluvial (F), yaitu dataran alluvial,
dataran-dataran paduan. dataran pantai/ sungai yang tergabung (F1), Dataran banjir, danau
lembah sepit/ dataran banjir bergambut tergenang tetap (F2), Rawa buri/ rawa gambut dalam/
rawa gambut dangkal (F3),
4. Bentukan lahan dengan proses degradasi dalam pembentukan denudasional (D), yaitu dataran
berbukit diatas endapan campuran/ dataran sedimen campuran berombak-gelombang (D1)
sistem punggung endapan lereng curam/ cuesta batupasir berbukit lereng tertoreh (D2), dan
punggung bukit bersisi curam di atas sedimen bertufa/ punggungan pegununggan endapan tak
terorientasi (D3).
5. Bentukan lahan dengan proses diatropisme dalam pembentukan struktural (S), yaitu Punggungan
Sinklin (S1) dan perbukitan struktur (S2)
6. Bentukan lahan dengan proses degradasi solusional dalam pembentukan batuan kapur (K), yaitu
pegunungan Karst (K1) dan dataran tinggi metamorfik campuran (K2).
7. Bentukan lahan dengan proses agradasi dinamika marin (M). yaitu Gunungan endapan pasir
pesisir pantai (M1), Teras-teras pantai (M2), Rawa antar pasang surut / dataran lumpur (M3).
Geologi Kabupaten Bulungan yang berdasarkan pembentukannya dapat dibedakan dalam 4 (empat)
kelompok yaitu
1. Batuan endapan permukaan, berupa endapan alluvium (Qa) yang tersusun secara klastik, berumur
Holosen,
berupa bongkah, kerakal, kerikil, pasir, dan lumpur. Terdapat di daerah dataran Tanjung
Palas Timur, Tanjung Selor, Tanjung Palas, Tanjung Palas Tengah.
2. Batuan intrusive, merupakan proses pembentukan batuan beku dengan pendinginan batuan
lambat, sehingga membentuk butir-butir kasar, padat, kuat, tidak berongga dan holokristalin, yang
dibedakan dalam 2 (dua) formasi/ jenis batuan Intrusif kuarter (Qpi) di Kecamatan Sekatak, dan
Sumbat Rentas (Tmg) biasanya mengandung emas, terdapat di perbukitan Kecamatan Peso
sandstone shale limestone
3. Batuan sedimen, berupa batupasir ( ), batu liat ( ), dan batu kapur ( ), yang
dapat dibedakan dalam 14 (empatbelas) formasi/ jenis batuan terdapat di wilayah perbukitan dan
pegunungan menyebar di seluruh kecamatan di Kbupaten Bulungan, yaitu
a. Formasi Long Bawan (KTlb) merupakan endapan batuan kapur/ gamping yang tersusun secara
flysch
klastik dari batuan endapan terdiri dari argilit jingga hingga hijau muda, mudah hancur
dan bersisipan batu pasir felsparan dan lapisan batubara setebal 0,5 hingga 1,5 m, terdapat
di Kecamatan Sekatak,
b. Formasi Mentarang (KTme) merupakan endapan pasir yang tersusun secara klastik, terdiri
dari batu pasir berwarna kelabu biru kehijauan, mengandung kuarsa dan felspar serta mika
dan bersisipan argilit dan serpih, terdapat di Kecamatan Peso dan Kecamatan Sekatak;
c. Formasi Bengara (Mzb) merupakan endapan kapur dengan proses klastik berupa
batugamping, kuarsa, dan grafit, setempat terdapat jalur koyak (patahan) batusabak
berkembang baik, urat kuarsa, sulfide magmatik, biasanya mengandung emas. Formasi ini
terdapat di Kecamatan Sekatak perbatasan dengan Kabupaten Tana Tidung
d. Formasi Kuaro (Tek) merupakan endapan pasir berupa batu pasir tufan, batu lanau, shale,
terdapat di Kecamatan Peso
e. Formasi Malinau (Tema) merupakan endapan pasir berupa batu pasir tufan, batu lanau,
shale, terdapat di Kecamatan Peso;
f. Formasi Lubis-Tarakan-Malinau (Tes1) merupakan endapan peralihan berupa pasir berupa
batu pasir tufan, batu lanau, shale. Formasi ini merupakan blok cekungan yang biasanya
mengandung minyak dan gas bumi (Migas) terdapat di Kecamatan Sekatak;
g. Formasi Tanjung Redep (Tes2) merupakan endapan batuan lempung dengan sisipan batu
pasir, serpih, dan batubara laut dangkal, terletak di Kecamatan Peso, Peso Hilir, Tanjung
Palas Barat, Tanjung Palas, Tanjung Selor, dan Tanjung Palas Timur.
h. Formasi Sejau (TQps) merupakan endapan pasir tersusun secara klastik, terdiri dari
perselingan antara lapisan tufa, breksi tufa, aglomerat dan lava andesit piroksen. Formasi ini
biasanya terdapat kandungan minyak dan gas bumi (Migas), terletak di Kecamatan Bunyu
dan Sekitar Muara Sekatak (Kecamatan Tanjung Palas Utara dan Tanjung Palas Tengah);
i. Formasi Sajau (TQps2) merupakan endapan yang tersusun secara klastik, terdiri dari lapisan
batu pasir kuarsa, batu lempung, batu lanau, batubara, lignit, dan konglomerat. Formasi ini
biasanya terdapat kandungan minyak dan gas bumi (Migas), terletak di Kecamatan Tanjung
Palas Timur, Kecamatan Tanjung Selor, Tanjung Palas Tengah. Formasi di tersingkap di
Kecamatan Tanjung Palas Timur sebagai bahan galian yang potensial
j. Formasi Domaring (Tmpd) merupakan endapan batuan kapur/ gamping neritik dangkal terdiri
dari batuan gamping napalan, proses non klastik (dari coral reef) litoral, bertekstur halus
hingga berbatuan (batu), pada formasi ini biasanya ditemukan kwarsit, firit batu pasir, skis,
shale, terdapat di perbatasan Tanjung Palas Timur dan Berau.
k. Anggota Batugamping (Tmt1) merupakan endapan batuan lempung dengan sisipan batu
pasir, sebagian glokonit, terdapat di Kecamatan Sekatak, Kecamatan Tanjung Palas Utara
dan Kecamatan Tanjung Palas Tengah.
l. Formasi Birang (Tomb) merupakan endapan marl (pasirlumpur) yang tersusun secara klastik,
berupa endapan litoral dari batuan brecsia, terdapat di Kecamatan Tanjung Palas, Kecamatan
Tanjung Palas Utara, Tanjung Palas Barat, dan Peso Hilir
m. Formasi Bongka (Tomb1) merupakan endapan konglomerat dengan proses klastik, berupa
napal, tuff dan breksi andisit, dan batu pasir. terdapat di Kecamatan Tanjung Palas, Tanjung
Palas Timur, dan Tanjung Palas Barat;
n. Anggota Batugamping Jangkan (Tomj) merupakan endapan batuan kapur/ gamping neritik
dangkal terdiri dari batuan gamping napalan, proses non klastik (dari coral reef) litoral,
bertekstur halus hingga berbatuan (batu), biasanya ditemukan kwarsit, firit batu p asir, skis,
shale, terdapat di Kecamatan Sekatak.
4. Batuan volkanik di Kabupaten Bulungan merupakan gunung api (volkan) tua, dapat dibedakan
dalam 3 (tiga) formasi/ jenis batuan, yaitu
a. Batuan Gunungapi Jelai (Tomj1) terdapat di Kecamatan Sekatan, Kecamatan Peso Hilir, dan
Kecamatan Peso;
b. Batuan Terobosan (Tomi) terdapat di perbukitan Sekatak;
c. Formasi Sejau (Tps) terdapat di Kecamatan Sekatak, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kecamatan
Tanjung Palas Tengah, Kecamatan Tanjung Palas Barat, dan Kecamatan Peso Hilir.
Sistem lahan di Kecamatan Bulungan dibagi dalam 8 (delapan) satuan/ sistem lahan, yaitu
1. Sistem pantai, berupa alluvium endapan laut muda (pasir pantai, kerikil) dengan tekstur halus
hingga agak kasar, terdapat di pantai Kecamatan Tanjung Palas Timur, Tanjung Palas Tengah.
dan pulau-pulau kecil
2. Sistem rawa pasang surut, dari alluvium muda berasal dari campuran endapan muara dan laut,
endapan laut baru (bergaram), terdapat di pulau-pulau Kecamatan Bunyu, Kecamatan Sekatak,
Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kecamatan Tanjung Selor,
3. Sistem dataran alluvial, berupa dataran sungai dan pantai yang tergabung/ dataran paduan,
berasal dari alluvium campuran estuarin marin masih muda dan alluvium sungai muda, serta
gambut, terdapat di Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Tanjung Selor, dan Tanjung Palas Timur.
4. Sistem rawa-rawa, terdapat di Kecamatan Sekatak, Tanjung Palas Tengah, Tanjung Selor,
dan Kecamatan Tanjung Palas. System rawa-rawa berupa rawa gambut, rawa lembah sempit,
dan rawa dengan endapan pasir pantai
a. Rawa gambut dangkal (MDW), berasal dari gambut, berasosiasi dengan dataran banjir, danau
b. Rawa gambut dalam (GBT), berasosiasi dengan gambut dangkal (MDW) biasanya berkubah
dengan permukaan lengkung sangat luas
c. Rawa yang terdapat di lembah-lembah sempit (BLI) dataran Lumpur di lembah sempit
bantaran sungai
d. Rawa dengan endapan pasir pantai (PTG), sebagai dataran lumpur pasang surut di pantai
5. Sistem teras-teras, berupa terras pantai (PST), daerah berteras proses marin dari endapan
gamping dan endapan lempung tua, terdapat di Pulau Bunyu, di Kecamatan Sekatak, Kecamatan
Tanjung Palas Utara, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, dan Kecamatan Tanjung Palas Timur .
6. Sistem dataran, dibedakan dalam 2 (dua) macam bentang lahan, yaitu
a. Dataran sedimen campuran berombak-gelombang (LWW) tersusun dari batuan shale
(serpih), batu pasir, lanau, batu lumpur, alluvium endapan sungai muda (segar), terdapat di
Kecamatan Sekatak, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kecamatan Tanjung Palas Timur,
Kecamatan Tanjung Selor, Kecamatan Tanjung Palas, Kecamatan Tanjung Palas Barat,
Kecamatan Peso Hilir, Kecamatan Peso.
b. Dataran berbukit di atas endapan campuran (TWH) tersusun dari shale (serpih), konglomerat,
batu lanau, batu pasir, lumpur, marl, terdapat di semua kecamatan
7. Sistem perbukitan, dibedakan dalam 6 (enam) macam bentang lahan, yang masing -masing
sebagai berikut
a. Punggung endapan taksetangkap dan tak terorientasi (MPT), tersusun dari batu pasir, shale,
konnglomerat, batu lumpur, terdapat di Kecamatan Bunyu dan Kecamatan Tanjung Palas
Tengah;
b. Sistem punggung endapan linier lereng curam (MTL), tersusun dari batu pasir, batu lanau,
shale, yang terdapat perbukitan dengan punggung endapan linier lereng curam di Kecamatan
Tanjung Palas Utara, Kecamatan Tanjung Palas, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kecamatan
Peso Hilir, dan Kecamatan Peso;
c. Perbukitan batuan bukan endapan yang tidak teratur (PLN) tersusun dari breksi dan dolemit,
terdapat di Kecamatan Peso Hilir;
d. Punggung bukit dan gunung kars tidak rata (OKI) tersusun dari batu gamping, terdapat di
Kecamatan Tanjung Palas dan Kec Tanjung Selor bagian selatan;
e. Kerucut-kerucut berbasal muda kecil (BTA) tersusun dari andisit, basalt, tefra berbutir kasar,
terdapat di Kecamatan Peso dan Kecamatan Peso Hilir;
f. Kerucut dan sumbat volkanik yang amat curam di atas batuan volkanik asam (TBA) tersusun
dari reolit, andisit, tefra berbutir halus dan, tefra berbutir kasar, terdapat di Kecamatan Peso.
8. Sistem pegunungan merupakan punggung endapan tersetangkap dan tertoreh lebar (PDH),
tersusun dari batu lumpur, batu lanau, batu pasir, shale, konnglomerat, terdapat di Kecamatan
Sekatak, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kecamatan Peso
Hilir, dan Kecamatan Peso.
Jenis tanah yang terbentuk di Kabupaten Bulungan sesuai peta tanah (Puslitanak, 1993) dibagi dalam
12 (dua belas) jenis tanah adalah:
12. Jenis tanah alluvial endapan/ aliran sungai, tanah berlapis-lapis hasil proses pengendapan
dengan kesuburan dan potensi untuk pertanian sedang-tinggi. Sebaran pada dataran aluvial
sungai (meander sungai, dataran banjir, danau, lembah-lembah sempit) pada tepi sungai-sungai
terutama Sungai Kayan, Sungai Sekatak, dan anak–anak sungainya
Kondisi hidrologi permukaan ditentukan daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Bulungan,
mencakup sungai-sungai, rawa, dan laut. Debit sungai-sungai relatif besar akibat panjangnya daerah
aliran sungai (DAS), terbentuk oleh sistem sungai dengan cabang -cabang aliran panjang. Sungai
utama Kabupaten Bulungan merupakan DAS terpadu, DAS Kayan, Sub DAS Sekatak, Sub DAS
Selor, dan Sub -DAS sungai-sungai kecil. Jaringan sungai menyebar di seluruh kecamatan Kabupaten
Bulungan, yaitu di Kecamatan Peso (Sungai Liupeto, Sungai Liupaho, Sungai Bahau, Sungai Liulejau,
Sungai Pangean), Kecamatan Peso Hilir (Sungai Brun, Sungai Mendurau, Sungai Tungu), Tanjung
Palas Barat (Sungai Kobar, Sungai Karabau, Sungai Nyilung, Sungai Mara, Sungai Rapi) Tanjung
Palas (Sungai Kora), Tanjung Palas Tengah (Sungai Salimbatu, Sungai Pimping, Sungai Sengimbal,
Sungai Segerai, Sungai Malimpung, Sungai Berasan, Sungai Tenau, Sungai Bara, Sungai Bulungan,
Sungai Ibus), Tanjung Palas Utara (Sungai Selurume, Sungai Ancam), Tanjung Selor (Sungai Selor,
Sungai Sabanar), Tanjung P alas Timur (Sungai Sajau, Sungai Liwung, Sungai Binai, Sungai Rangau,
Sungai Bahungan Merah, Sungai Kuning, Sungai Mangkapadie, Sungai Pidada, Sungai Kataputan
Besar), Kecamatan Sekatak (Sungai Sekatak, Sungai Magang, Sungai Mewel, Sungai Sungai
Sinarap, Sungai Payau), dan sungai-sungai kecil di Kecamatan Bunyu.
Besarnya potensi air sungai yang mengalir sepanjang Sungai Kayan dan anak-anak Sungai Kayan ini
merupakan dampak positif dari wilayah Kabupaten Bulungan yang merupakan kawasan hutan. Hutan di
infiltrasi
wilayah ini berpotensi besar untuk menyerap ( ) air hujan, selanjutnya menghasilkan volume/ debit
air yang sangat besar di daerah hulu. Air Sungai Kayan hingga saat ini telah dimanfaatkan sebagai ai r
baku bagi penyediaan air minum penduduk sepanjang wilayah yang dilaluinya. Selain itu, dimanfaatkan
juga sebagai prasarana lalu lintas transfortasi air yang menghubungkan beberapa kecamatan secara lokal
(transportasi lokal) maupun antar wilayah (transportasi regional).
Iklim daerah penelitian ditentukan berdasarkan kondisi sistem lahannya. Berdasarkan pengamatan di Stasiun
Meteorologi Tanjung Selor tahun 2008, Kabupaten Bulungan umumnya mengalami musim hujan sepenjang tahun
dengan curah hujan (CH) sebesar 3.146 mm atau 256 hari hujan (HH), sehingga tahun 2008 di Kabupaten
Bulungan (khususnya Tanjung Selor) curah hujan berkisar antara 151 mm – 376,9
mm. Peta sebaran curah hujan di Kabupaten Bulungan yang diambil dari 5 (lima) stasi un pengamatan (Tanjung
Selor, Nunukan, Tarakan, Long Bawan, Malinau) Penyinaran matahari rata -rata 46 persen. Kabupaten Bulungan
dapat dikatakan beriklim sedang, rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2008
sebesar 26,9oC (berkisar 21,8oC–35,4oC). Kelembaban udara tercatat relatif tinggi, yaitu tahun 2008
berkisar antara (83–87) persen atau rata-rata 85 persen. Kondisi klimatologi Kabupaten Bulungan
tahun 2008, bersumber dari Stasiun Meteorologi Tanjung Selor, dan disarikan dari Kabupaten
Bulungan Dalam Angka 2009 pada Tabel berikut.
3. Kebun campuran di Kabupaten Bulungan sebagian besar berupa kebun pekarangan dekat
permukiman dan dekat ladang/ tegalan. Tampak jelas kebun campuran pada mosaik citra SPOT 4
tahun 2008/ 2010, dengan rona hijau hiterogen (tidak seragam). Kebun campur tanaman buah -
buahan yang bercampur dengan tanaman lainnya. Kebun campuran di Kabupaten Bulungan
berdasarkan hasil klasifikasi mosaik citra SPOT 4 tahun 2008/ 2010 seluas 44.641,45 Ha
4. Perkebunan di Kabupaten Bulungan pada citra mosaik SPOT 4 tahun 2008/ 2010, berwarna hijau
dengan tekstur halus karena tanaman homogen (kelapa sawit maupun karet). Warna yang hampir
seragam menempati daerah dataran dan perbukitan bergelombang pembuatan pematang (blok-
blok) sering tidak terlalu kelihatan. Perkebunan di Kabupaten Bulungan dari citra mosaik SPOT 4
tahun 2009/ 2010 di seluas 10.107,36 Ha.
5. Lahan terbuka di Kabupaten Bulungan menempati daerah dataran maupun perbukitan
bergelombang, lahan terbuka (tanpa vegetasi dan tanpa air), biasanya merupakan daerah bekas
land clearing
tebangan/ pembukaan lahan ( ) oleh pengembang yang akan dijadikan lahan
perkebunan kelapa sawit. Lahan terbuka di daerah dataran merupakan lahan untuk persiapan
pembangunan permukiman dan infrastruktur. Jalur jalan dan lahan terbuka mempunyai rona
sama pada citra, hanya polanya berbeda, jalan dengan pola memanjang, sedangkan untuk
keperluan lain dengan pola melebar. Lahan terbuka (termasuk jalan) di Kabupaten Bulungan dari
hasil interpretasi mosaik citra SPOT 4 tahun 2009/ 2010 seluas 3.037,95 Ha
6. Permukiman kota dan pedesaan di Kabupaten Bulungan tampak jelas dengan pola memanjang sepanjang
jalan utama dan mengelompok di wilayah perkotaan (Ibukota kabupaten dan kecamatan, serta wilayah
terbangun lainnya). Kenampakan daerah permukiman terbuka (tanpa tanaman pekarangan, atau kumpulan
rumah-rumah yang berdekatan) pada citra mempunyai rona coklat
pink
merah ( ) mengelompok seperti Kota Tanjung Selor dan sekitarnya, Gunung Putih (Ibukota
Kecamatan Tanjung Palas), Salimbatu (Ibukota Kecamatan Tanjung Palas Tengah), Sekatak Buji
(Ibukota Kecamatan Sekatak), Karang Agung (Ibukota Kecamatan Tanjung Palas Utara), Tanah
Kuning (Ibukota Kecamatan Tanjung Palas Timur), (Ibukota Kecamatan Tanjung Palas), Long
Beluah (Ibukota Kecamatan Tanjung Palas Barat), Long Tungu (Ibukota Kecamatan Peso Hilir),
Long Bia (Ibukota Kecamatan Peso), dan sepanjang jalan. Permukiman kota Bunyu (Ibukota
Kecamatan Bunyu) terletak di Pulau Bunyu. Permukiman kampung yang masih banyak tanaman
pekarangan tampak menunjukkan rona coklat kehijauan karena tanaman pelindung jalan. Luas
permukiman di Kabupaten Bulungan berdasarkan hasil interpretasi citra mosaik SPOT tahun
2009/ 2010 seluas 10.546,74 Ha.
7. Sawah merupakan pertanian lahan basah sebagian besar terletak di daerah dataran, daerah
antar perbukitan di kiri dan kanan sungai. Sawah berupa sawah tadah hujan dan sawah irigasi
kenampakan pada citra mempunyai pola sama, hanya dibedakan dengan kondisi air/ kelembaban
lahannya. Sawah dengan petak kecil-kecil tampak tanah sedang digarap dan diairi, namun
sebagian sudah ada tanaman padi, pada citra mosaik SPOT tahun 2009/ 2010 berwarna merah
dan hujau muda bercak hitam. Warna merah pantulan lahan terbuka tanpa tanaman, warna hijau
muda sawah bertanaman padi, bercak hitam-hitan adalah sawah yang sedang diairi. Di
Kabupaten Bulungan sawah ditanami padi dan sayuran, dengan pola tanam tidak bersamaan.
Tanaman padi sulit dibedakan dengan alang-alang, karena rona, bentuk rumpunnya sama, dapat
dibedakan dengan citra multi temporal, karena padi mempunyai fase pertumbuhan, sedangkan
alang -alang sepanjang tahun tetap. Sawah di Kabupaten Bulungan terdapat di Kecamatan
Sekatak, Tanjung Palas Tengah, Tanjung Palas, Tanjung Selor, dan Tanjung Palas Timur,
berdasarkan hasil interpretasi citra mosaik SPOT tahun 2009/ 2010 seluas 7.072,31 Ha
8. Tegalan dan ladang merupakan pertanian lahan kering (tanpa irigasi), hanya mengandalkan air hujan, yang
digunakan untuk tanaman palawija (padi gaga, jagung, kedelai, umbi-umbian). Tegalan/ ladang di Kabupaten
Bulungan terletak wilayah perbukitan dan dataran bergelombang, dengan pola memencar berwarna coklat
(lahan masih digarap) dan coklat kehijauan (ada tanaman tumpang sari). Tegalan/ ladang di Kabupaten
Bulungan terdapat di Kecamatan Tanjung Palas Utara, Tanjung
Palas, Tanjung Palas Tengah, Tanjung Selor, Tanjung Palas Timur, dan Tanjung Palas Barat.
Tegalan/ ladang di Kabupaten Bulungan berdasarkan hasil klasifikasi mosaik citra SPOT 4 tahun
2009/ 2010 seluas 14.734,12 Ha
9. Semak, belukar, dan rumput merupakan kenampakan asosiasi, pada citra sulit dibedakan karena
mempunyai tekstur, pola hampir sama, maka dalam interpretasi mosaik citra SPOT 4 tahun 2009/
2010 dijadikan satu kelas, yaitu semak belukar. Semak belukar di Kabupaten Bulungan terletak di
semua kecamatan, yaitu Kecamatan Bunyu, Kecamatan Sekatak, Kecamatan Tanjung Selor,
Kecamatan Tanjung Palas, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kecamatan Tanjung Palas Tengah,
Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kecamatan Peso Hilir, dan
Kecamatan Peso. Semak belukar berdasarkan hasil interpretasi mosaik citra SPOT4 tahun 2009/
2010 seluas 122.759,48 Ha
10. Rawa adalah salah satu penutup tubuh air dengan kenampakan pada citra mosaik SPOT 4 tahun
2009/ 2010 berwarna biru gelap (rawa, danau, sungai). Rawa dan danau merupakan tubuh air
secara terbentuk secara alami, sehingga bentuknya tidak teratur. Rawa yang terdapat di
Kabupaten Bulungan adalah rawa pantai, rawa belakang (rawa buri), rawa sungai, yang terletak
di Kecamatan Bunyu dan Kecamatan Sekatak. Rawa di Kabupaten Bulungan berdasarkan hasil
interpretasi citra SPOT4 tahun 2009/ 2010 seluas 1.120,06 Ha
11. Tambak merupakan salah satu tubuh air, hampir sama rawa, namun mempunyai pola berbeda/
pola teratur dengan pematangnya, sehingga mudah diinterpretasi dari citra penginderaan jauh.
Penggunaan lahan tambak terletak di wilayah pantai merupakan kolam ikan (budidaya) ikan air
payau/ laut, pengenalannya pada citra menggunakan rona/ warna, pola, situs, dan asosiasinya.
Tambak di Kabupaten Bulungan terdapat di Kecamatan Sekatak, Kec. Tanjung Palas Tengah,
Kec. Tanjung Selor, dan Kec. Tanjung Palas Timur, berdasarkan hasil interpretasi mosaik citra
SPOT 4 tahun 2009/ 2010 seluas 72.874 Ha
12. Tambang di Kabupaten Bulungan merupakan tambang migas dan batubara, dengan pola yang
open pit-mining
tidak teratur. Lokasi Tambang berupa lahan terbuka pertambangan ( ) batubara
dan lobang-lobang bekas penambangan batu dan pasir. Tambang di Kabupaten Bulungan
terdapat di Kecamatan Bunyu (Migas), Kec. Sekatak, dan Kec. Tanjung Palas Tengah, dari hasil
klasifikasi mosaik SPOT4 tahun 2009/ 2010 seluas 264,01 Ha
13. Sungai merupakan tubuh air dengan pola memanjang berkelok-kelok tidak teratur, yang tampak
pada mosaik citra SPOT 4 tahun 2009/ 2010, berwarna biru muda hingga biru gelap/ hampir
hitam, karena air menyerap tenaga gelombang elektromagnetik inframerah dan merah. Badan air
yang berbentuk jalur sungai, pada citra dengan pola memanjang dan kontras dengan rona
sekelilingnya. Sungai di Kabupaten Bulungan dari hasil klasifikasi mosaik citra SPOT 4 tahun
2009/ 2010 seluas 23.304 Ha
Tabel 3.2 Luas setiap kelas penutup lahan Kabupaten Bulungan dari mosaik citra SPOT 4 tahun 2009/ 2010
Potensi bencana di Kabupaten Bulungan sesuai dengan hasil analisis rawan bencana adalah
bencana banjir, tanah longsor, dan bencana geologi. Kawasan potensi bencana adalah kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan yang mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap kemungkinan
terjadinya bencana alam (banjir dan longsor).
Kawasan potensi bencana banjir di Kabupaten Bulungan dikelaskan dalam tiga kriteria, yaitu sangat
berpotensi, berpotensi, dan tidak berpotensi. Luas kawasan berpotensi banjir di Kabupaten Bulungan
sebagai berikut
1. Sangat berpotensi banjir 253.952 Ha
2. Berpotensi banjir 803.807 Ha
3. Tidak berpotensi 336.508 Ha
Perencanaan lokasi yang berpotensi erosi tanah dan banjir limpasan, perlu diperhatikan kondisi
kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, dan penerapan pengelolaan lahan atau tindakan
sheet erosion
konservasinya. Rancangan jangka panjang yang perlu dilakukan pada erosi lembar ( )
(reel erosion)
dan erosi alur terutama pada kondisi lahan dengan memperhitungkan laju
,
sedimentasi, dengan tanpa memperhitungkan hasil sedimen berasal dari manan (erosi parit tebing
sungai, dan dasar sungai).
Kawasan tanah longsor di Kabupaten Bulungan adalah kawasan ini terdapat pada zona tanah
bergerak yang disebabkan karena adanya patahan/ kelurusan atau pergeseran batuan induk
pembentuk tanah. Kawasan potensi tanah longsor terdapat di Kecamatan Peso dan Sekatak (wilayah
tambang). Kawasan yang sering terjadi erosi tanah dan tanah longsor ini, dalam pembuat an rencana
tataruang wilayah, sebaiknya tidak digunakan untuk pemukiman dan aktivitas lain, karena dapat
membahayakan keselamatan manusia dan lingkungan. Wilayah ini yang paling cocok dihutankan
kembali atau dilakukan reboisasi hutan, dan dialokasikan sebagai kawasan lindung dan resapan air.
Kawasan potensi tanah longsor di Kabupaten Bulungan dinilai berdasarkan karakteristik lahan (sistem
lahan, jenis tanah, formasi batuan, kelerengan, curah hujan) yang berbeda satu dengan yang lain.
Penyebab tanah longsor sangat komplek (bukan hanya satu faktor saja). Misalnya di Kabupaten
Bulungan diidentifikasikan pada kelerengan curam hingga sangat curam, maka gaya gravitasi
menariknya ke bawah terjadi terus menerus (sepanjang waktu), dan air selalu meresap ke dalam
tanah meskipun tidak terjadi gerakan tanah pada lereng tersebut. Namun dua faktor penting yang
dapat menentukan tipe-tipe gerakan tanah di Kabupaten Bulungan, yaitu faktor kecepatan gerakan
(berhubungan dengan struktur dan formasi batuan) dan faktor kandungan air didalam materi (batuan)
yang mengalami gerakan. Kemungkinan yang dapat diprediksi terjadinya bencana tanah longsor
tergantung parameter yang bersifat sebagai faktor pengontrol dan faktor pemicu. Gangguan yang
merupakan pemicu gerakan tanah merupakan proses alamiah atau non alamiah (aktivitas manusia)
ataupun gabungan kondisi keduanya (kecepatan gerak dan kandungan air), yang secara aktif
mempercepat proses berkurangnya kestabilan lereng. Oleh karena itu pemicu yang dapat berperan
dalam mempercepat peningkatan gayaluncur dan mengurangi gaya penahan gerakan ataupun
sekaligus mengakibatkan keduanya, sedapat mungkin harus dihindari. Pemicu gerakan tanah yang
menyebabkan terjadinya tanah longsor berasal dari faktor alam dan kegiatan manusia, yaitu
1. Curah hujan yang tinggi menyebabkan debit aliran tinggi, tanah jenuh air, daya rekat batuan
berkurang, maka puing batuan bergerak lambat hingga cepat, bekas gerakan terjadi longsoran
cekung membentuk lereng tidak teratur, sehingga terjadi longsor tanah/ batu.
2. Getaran ada dua pemicu, yaitu alam dan aktivitas manusia berupa peledakan (pengambilan batuan/
penambangan dan gerakan kendaraan). Getaran yang terjadi menyebabkan goyangan pohon, penjepit dan
pengumpil, pemotongan tebing. Bahan batuan atau tanah lepas, berat massa batuan meningkat, mudah
bergerak, sehingga stabilitas lereng menurun, maka terjadi tanah longsor.
3. Aktivitas manusia lainnya berupa pemenggalan lereng, penambangan, pengurugan (penambahan
antropogen
beban) merupakan faktor , yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng, yaitu stabilitas
lereng rendah atau berat massa meningkat, penyebab terjadinya tanah longsor.
Kawasan potensi bencana longsor di Kabupaten Bulungan dikelaskan dalam tiga kriteria, yaitu sangat
berpotensi, berpotensi, dan tidak berpotensi. Luas kawasan berpotensi bencana longsor di
Kabupaten Bulungan sebagai berikut:
1. Sangat berpotensi longsor 47146.64 Ha
2. Berpotensi longsor 76.3781,45 Ha
3. Tidak berpotensi 583.338,90 Ha
Fenomena sesar (patahan) atau kekar (retakan) dikenali dengan kenampakan kelurusan pada citra.
Kelurusan-kelurusan tersebut dibedakan sebagai sesar normal, sesar geser, sesar naik dan kelurusan
biasa (sebagai kekar). Sesar dikenali dengan kenampakan kelurusan yang relatif panjang, pergeseran
kenampakan morfologi untuk sesar geser, dapat berupa kelurusan sungai dan kelurusan lembah.
Kelurusan dapat dianggap sebagai kekar apabila kelurusan tersebut relatif pendek dibandingkan
kelurusan pada sesar. Kabupaten Bulungan termasuk pada zone sumber gempa bumi/ zone patahan,
yaitu Cekungan Tarakan, dan Kutai
Wilayah rawan bencana geologi di Kabupaten Bulungan (Gambat 1.6.) terdapat pada wilayah struktur
geologi dengan diberi buffer 200 meter. Biasanya radius tersebut tidak diperkenankan untuk
permukiman atau bangunan lainnya.
Jumlah penduduk Kabupaten Bulungan berdasarkan hasil registrasi penduduk pada tahun 2014
tercatat sebesar 162.563 jiwa. Pola persebaran penduduk Kabupaten Bulungan per kecamatan
berdasarkan luas wilayah, kepadatannya adalah berkisar antara 1,56 jiwa/km2 (Kecamatan Peso)
sampai 73,69 jiwa/km2 (Kec. Bunyu). Kepadatan penduduk Kabupaten Bulungan adalah 12,33
jiwa/km2. Kecamatan yang kepadatan penduduknya dibawah rata-rata adalah Kecamatan Peso, Peso
Hilir, Tanjung Palas, Tanjung Palas Barat, dan Sekatak.
Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki -laki
masih lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, ini terlihat dari rasio jenis kelamin. Rasio jenis
kelamin penduduk Kabupaten Bulungan adalah 116,89 ini berarti bahwa
Pertumbuhan penduduk di daerah ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas migrasi. Pada tahun 2014,
pertumbuhan penduduk Kabupaten Bulungan mencapai 2,53%, jumlah ini mendekati rata -rata
pertumbuhan penduduk per tahun Kabupaten Bulungan pada periode 2009 – 2014, yaitu rata-rata
pertumbuhan penduduk mencapai 2,86% pertahun
Tabel 3.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Rata -Rata Penduduk Per Keluarga Menurut
Kecamatan Tahun 2014
Luas Wilay ah Jumlah K epadatanPenduduk Rata- r ata
No. K ecamatan Penduduk Penduduk/
K m2 % Desa K eluarga (Jiwa/ km²)
(Jiwa) K eluar ga
1. Peso 3 142,79 23,84 10 1 258 4 918 1,56 3,91
2. Peso Hilir 1 639,71 12,44 6 1 160 4 569 2,79 3,94
3. Tg. Palas 1 755,74 13,32 9 4 743 18 199 10,37 3,84
4. Tg. Palas Barat 1 064,51 8,08 5 2 079 8 031 7,54 3,86
5. Tg. Palas Utara 806,34 6,12 6 3 407 12 118 15,03 3,56
6. Tg. Palas Timur 677,77 5,14 8 3 933 16 035 23,66 4,08
7. Tanjung Selor 1 277,81 9,69 9 15 664 60 248 47,15 3,85
8. Tg. Palas Tengah 624,95 4,74 3 3 252 11 895 19,03 3,66
9. Sekatak 1 993,98 15,13 22 2 945 11 963 5,99 4,05
10. Bunyu 198,32 1,50 3 3 959 14 614 73,69 3,69
Jumlah 2014 13 181,92 100,00 81 42 400 162 563 12,33 3,83
Sumber: Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2015
Struktur ekonomi suatu daerah merupakan bagian dari struktur ekonomi nasional. Apabila struktur
ekonomi nasional berubah, maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur ekonomi di daerah.
Kontribusi sektoral terhadap PDRB sangat tergantung dari sektor-sektor andalan yang menyumbang
cukup besar
terhadap PDRB. Apabila sektor tersebut mengalami kemunduran, maka secara otomatis total perekonomian juga
akan mengalami kontraksi karena sumbangannya yang cukup besar. Berdasarkan klasifikasinya, pembagian
PDRB sektoral dianalisis dengan membedakan tiga sektor yaitu sektor primer,
sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor primer mencakup sektor pertanian, dan sektor
pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder meliputi sector industri pengolahan, sektor listrik dan
air bersih serta sektor bangunan. Sedangkan sektor tersier mencakup sektor perdagangan, hotel dan
restauran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
serta sektor jasa - jasa.
Realisasi APBD Kabupaten Bulungan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sejak tahun 2007 - 2011
berdasarkan Pendapatan dan Belanja yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Mengenai Rekapitulasi Realisasi anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi untuk periode 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Realisasi anggaran sanitasi dan belanja modal Sanitasi untuk periode 5 tahun (x Rp.1.000)
No SK PD 2007 2008 2009 2010 2011
(a) (b) (c ) (d) (e) (f) (g)
A Pembelanj aan
1 DPU Sarana Lingkungan 4.757.948 3.321.400 3.001.153 1.705.455 9.687.489
2 DKPP & PMK 969.897 4.975.944 5.103.585 5.246.274 6.027.317
3 Dinas Kesehatan - - - - 21.173
4 Bapedalda - 1.642.711 23.050 - -
5 RSUD - - - - 1.264.374
6 Total Belanja Modal 5.727.845 9.940.055 8.127.788 6.951.729 17.000.353
Sanitasi (1 s/d 7)
7 Jumlah Belanja Total 1.234.174.222 1.454.070.991 1.639.710.508 1.250.000.000 1.040.978.191
(dalam APBD)
8 Proporsi Belanja Modal 0.46 0.68 0.49 0.55 1.63
Sanitasi terhadap
Belanja Total (6:7x100%)
9 belanja modal sanitasi - - - - -
per penduduk 5 tahun
terakhir
Indeks Kemampuan Fiskal/ Ruang Fiskal Daerah untuk periode 4 tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini.
Berikut pada tabel yang ada di bawah ini di sajikan Peta Perekonomian Kabupaten Bulungan 5 Tahun
terakhir.
Dalam rangka penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas peran pendidikan sangat penting
dan menentukan. Tingkat produktifitas dan kompentensi seseorang sangat ditentukan oleh kualitas
manusia yang cerdas dan terampil didukung rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif.
Persoalan yang mendasar dalam pendidikan di Kabupaten Bulungan adalah kualitas pendidikan yang
belum memenuhi pasar kerja. Faktor yang sangat berperan dalam pencapaian pembangunan suatu
bangsa adalah tingkat pendidikan penduduknya semakin maju pendidikan. penduduknya akan
membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan di berbagai bidang kehidupan. Penduduk yang
berkualitas dan berpendidikan menjadi subyek dalam menggerakkan arah pembangunan. Oleh
karena itu untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya ditunjang dengan ketersediaan
sarana dan fasilitas pendidikan.
Berikut ini pada tabel berikut di gambarkan mengenai fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten
Bulungan dengan Jumlah sekolah negeri dan swasta dari tingkat SD hingga SMA/SMK atau setara.
Berdasarkan Tabel berikut, jumlah penduduk miskin per kecamatan di Kabupaten Bulungan
Berdasarkan Tabel dibawah ini tergambarkan jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Bulungan.
Secara umum sanitasi air limbah domestik di kabupaten Bulungan mencakup saluran pembuangan
dan sistem pengolahan air buangan rumah tangga baik yang berasal dari WC, kamar mandi maupun
dapur belum memenuhi system sanitasi yang baik sesuai system yang ada. Hal ini dapat dilihat
melalui pengelolaan air limbah Black Water di salurkan sampai pada penampungan awal yaitu melalui
tanki septik , dan untuk grey water dilangsung disalurkan ke permukaan bidang tanah. Pengelolaan
Air Limbah Domestik Kabupaten Bulungan saat ini belum berjalan, karena belum tersedi anya sarana
dan prasarana pengelolaaan Air Limbah Domestik.
EHRA menemukan fasilitas BAB di Kabupaten Bulungan yang paling umum dilaporkan oleh rumah
tangga adalah memiliki jamban pribadi sebesar 88%, sedangkan keluarga yang tidak memiliki jamban
sebesar 12,4%, yaitu 0,4% ke WC helikopter, 9% ke sungai/pantai/laut, 0,8% ke kebun, 0,6% ke
selokan/parit/got, 0,6% ke lubang galian, 0,2% lainnya, dan responden menjawab tidak tahu sebesar
0,6%. Sementara, proporsi rumah tangga di mana tempat penyaluran buangan akhir tinja ke ruang
terbuka mencakup sekitar 10,6%, yang terdiri dari 1) Langsung ke drainase (0,2%), 2)
sungai/danau/pantai (9,2%), 3) Kolam/sawah (1%) dan 4) kebun/tanah lapang (0,2%). Sedangkan
penyaluran buangan akhir rumah tangga ke cubluk/lubang tanah sebesar 85,2%.
Sikap kesadaran dan pengetahuan mengenai lingkungan dari masyarakat (perhatian dan kepedulian)
adalah bagian penting dari pengelolaan lingkungan secara umum. Di Kabupaten Bulungan, aspek ini
menunjukkan potensi yang besar untuk pengelolaan lingkungan dan pengelolaan air limbah pada
khususnya. Namun, partisipasi masyarakat untuk mencegah dan mengurangi masalah limbah masih
kurang. Oleh karena itu, penting bahwa Pemerintah Kabupaten mengambil tindakan untuk
meningkatkan inisiatif publik. Tindakan tersebut dapat mencakup kegiatan penyusunan program
terkait air limbah dan keterlibatan masyarakat dalam mengendalikan dan memantau kegiatan
pengelolaan air limbah.
Bagi masyarakat yang tinggal pada kawasan sekitar bantaran sungai dan pesisir pantai serta
kawasan kumuh, pengadaan prasarana sanitasi sangat membantu mereka dalam peningkatan
kesehatan lingkungan mereka. Program kegiatan yang dilaksanakan baik melalui pemerintah kota
maupun pemerintah pusat, dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan data pengelolaan sarana jamban dan MCK oleh masyarakat, sebagian besar
masyarakat rumah tangga telah memiliki jamban keluarga, meskipun berdasarkan data ehra sebagian
kecil masyarakat masih melakukan aktifitas BABS seperti di sungai dan di kebun.
A. Masalah Teknis
Masalah yang berawal dari pembangunan Septik Tank atau sejenis
1. Kondisi Tanah rawa di sebagian wilayah Kabupaten bulungan, seperti di wilayah kecamatan
tanjung selor sehingga konstruksi tangki septik yang dibuat sesuai standar tidak akan
berfungsi dengan baik karena tidak bisa terserap.bahkan air limbah tanki septic meluap
bercampur dengan air tanah.
2. Berdasarkan studi EHRA sekitar 85 % Penyaluran buangan air tinja disetiap rumah tangga
masyarakat berupa cubluk/ lubang tanah permanen tanpa ada fungsi untuk resapan.
3. Berdasarkan studi EHRA sekitar 10 % persen masyarakat belum mempunyai kloset rumah
tangga.
4. Kabupaten bulungan belum memiliki sarana dan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja, belum
ada Truk sedot tinja dan IPLT.
B. Masalah Non Teknis
1. Masalah yang bersumber pada komitment pemerintah
Tidak adanya kewenangan dalam penanganan dan pengelolaan Limbah domestik oleh
instansi atau SKPD
2. Masalah yang bersumber pada kesadaran masyarakat
a. Sebagian penduduk ada yang langsung mengalirkan air limbah domestiknya dari jamban
pribadi atau jamban bersama ke badan air terdekat (bukan ke Septik-tank karena kurang
memahami dampak negatifnya. Sebagian lagi, bahkan memilih untuk tidak membangun
Septik Tank bahkan jamban (tanpa Septik Tank ) karena mereka sebagian lebih suka
pergi ke tepi sungai atau laut atau tanah kosong unuk membuang hajatnya (melakukan
Buang Air Besar Sembarangan / BABS).
b. Berdasarkan studi EHRA sekitar 10 % persen masyarakat belum mempunyai kloset
rumah tangga.
3. Masalah yang bersumber pada kemampuan masyarakat
4. Masalah yang bersumber dari kurangnya masyarakat yang memanfaatkan lumpur tinja,
Belum adanya sistem penyediaan jaringan air limbah.
5. Masalah yang bersumber pada kurangnya minat masyarakat melakukan daur ulang Sejauh
ini daur ulang hanya dilakukan masyarakat terhadap sampah anorganik yang laku dijual.
Belum ada pihak yang memanfaatkan sampah organik dan limbah domestik menjadi bahan
yang berguna, misalnya pupuk organik. Diduga faktor keuntungan secara finansial dalam
melakukan hal itu tidak menjajikan.
Salah satu dampak utama dari permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya adalah akan terus
meningkatnya tingkat pencemaran terhadap badan air penerima di sekitar sumber polusi . Namun hal
itu tidak berhenti sampai disana karena akan muncul efek berantai yang berupa:
Kabupaten Bulungan dengan perkembangan sosial dan ekonomi telah memicu keberagaman jenis
dan komposisi sampah yang tinggi. Beberapa sumber utama penghasil sampah di Kabupaten
Bulungan antara lain berasal dari:
a. Sampah Rumah Tangga, sampah ini berasal permukiman penduduk baik dari perkampungan
maupun komplek perumahan. Sampah ini dihasilkan dari aktivit as dapur, sampah pohon di
halaman maupun kegiatan rumah tangga lain;
b. Sampah Pasar, merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan pembungkus maupun
sisa bahan-bahan yang diperjualbelikan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Kebanyakan
merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan;
c. Sampah Hotel dan Penginapan, sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau penginapan. Sampah
yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan, sampah dapur dan lain-lain.
d. Sampah Jalan, merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan dari
mobil angkutan antar Kabupaten, taxi, mobil angkutan hasil pertanian, pelabuhan maupun
berasal dari pengguna jalan yang lain.
Pengelolaan sampah di Kabupaten Bulungan dilakukan oleh satu instansi SKPD yang terbagi atas:
a. Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Penanggulangan Masalah Kebakaran (DKPP &
PMK) bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di Jalan Protokol ke TPA dan
pengelolaan sampah di TPA Tugu Sipur Km. 17
b. Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Penanggulangan Masalah Kebakaran (DKPP & PMK)
bertanggung jawab terhadap pengangkutan sedimen di gorong -gorong dan drainase Kota;
c. Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPA) yang dimiliki Kabupaten Bulungan, yaitu:
TPA tugu Sipur KM 17, dengan luas lahan 5 Ha merupakan milik masyarakat yang disewa
pemerintah daerah untuk digunakan untuk menampung sampah dari wilayah kecamtan
Tanjung Selor dan Tanjung Palas dibawah koordinasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dan
PMK Kabupaten Bulungan.
TPA Bunyu lahan merupakan milik masyarakat, digunakan untuk menampung sampah
masyarakat di kecamatan Bunyu.
EHRA menemukan sekitar 12,6% dari total rumah tangga di Kabupaten Bulungan ditemui menerima
layanan pengangkutan. Sementara, sekitar 87,4% melaporkan belum menerima layanan
pengangkutan. Sementara penanganan/pengelolaan sampah di rumaha tangga EHRA menemukan
bahwa sekitar 64,42% rumah tangga mengelola sampah dengan cara dibakar, sekitar 16% dibuang
ke sungai, sekitar 3,9% dibuang ke tempat terbuka, sekitar 6% dibiarkan sampai membusuk, dan
sekitar 4,6% dibuang kelahan kosong/kebun.
Sistem pengangkutan sampah di kabupaten Bulungan yang menjangkau 3 kecamatan; tanjung Selor,
Tanjung palas dan Bunyu, proses pengangkutan dari sumber sampah (rumah tangga, pasar, jalan
utama, dan sebagainya) ke TPS dan pengangkutan dari TPS ke TPA.
Sampah Permukiman : sistem pengangkutan dimasyarakat berupa pewadahan (tong sampah) dan
juga warga sendiri membawa langsung ke TPS yang terdekat dengan permukiman, kemudian
dilakukan pengangkutan sampah menggunakan Dump Truk TPS ke TPA. Dan pengangkutan dari
TPS ke TPA dilakukan setiap 2 kali setiap pagi jam 06.00 - 08.00 . Dump Truk ini mengambil dari
sampah yang ada di TPS di kawasan permukiman.
Jumlah armada dump truk sampah yang ada di Kabupaten Bulungan berjumlah 12 unit dan mampu
menampung sampah hingga kapasitas 75,6 M³. Pada saat ini armada tersebut dan dikelola DKPP &
PMK. Dan jumlah sampah yang terangkut sampai ke TPA dan perkiraaan sampah yang terangkut oleh
armada truk di kawasan permukiman sekitar 122 M³ per hari. Adapun cakupan pelayanan sampah
69% dari total volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Bulungan per hari.
Beberapa isu strategis dan permasalahan pengelolaan persampahan kota, dapat diuraikan dalam
beberapa aspek sebagai berikut :
1. Aspek Kelembagaan
Pada aspek kelembagaan, beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan pengolahan sampah padat di
Kabupaten Bulungan adalah : Kelembagaan pengelola sampah Kabupaten Bulungan belum maksimal dalam
melakukan inovasi pengelolaan sampah seperti dilakukan kota lain di Indonesia. Oleh karena itu,
kelembagaan pengelola sampah Kabupaten Bulungan perlu melaksanakan inovasi pengelolaan sampah
seperti: (a) Pembangunan rumah kompos; (b) Pembuatan kompos melalui keranjang Takakura dan tong
sampah; (c) Kompos sudah mendapatkan ISO 9000; (d) Hasil kompos dibeli oleh pemda/swasta, hasil
penjualan dikembalikan ke Pokmas 70% sisanya untuk Pemda; (e) Layanan 24 jam untuk pengambilan
sampah; (f)
Pemilihan Putri Kebersihan; dan (g) Lomba Kebersihan “bagi l ingkungan/RT yang berhasil
mengurangi volume sampah” dan masyarakat yang memanfaatkan sampah melalui proses 3R,
diberikan hadiah.
Isu strategis peran pemerintah dalam pengelolaan sampah padat antara lain adalah:
Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana
pengelolaan sampah padat. Sarana prasarana dalam pengelolaan sampah padat belum
memadai dikarenakan faktor usia maupun jumlah yang tidak sebanding dengan pertumbuhan
sampah. Dengan kondisi sarana dan prasarana yang ada berdasarkan studi yang dilakukan
maka jumlah kebutuhan sarana dan prasarana berbanding lurus dengan peningkatan volume
sampah namun kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan kemampuan yang dimiliki
oleh Pemerintah Kabupaten Bulungan. Oleh karena itu sangat diperlukan pemambahan
sarana dan prasarana atau pengurangan volume sampah di tingkat komunitas.
Masih rendahnya model pelibatan masyarakat yang diupayakan oleh pemerintah pengelolaan
sampah padat selain hanya himbauan untuk membuang sampah pada skema waktu
pembuangan pagi
Konsep TPS/TPA yang berwawasan lingkungan belum dapat diwujudkan sesuai ketentuan
karena sulitnya mencari lahan TPS/TPA di daerah perkotaan, dan penggunaan teknologi yang
belum optimal.
Sampah masih dianggap tanggung jawab pemerintah, dan belum ada kesadaran masyarakat
untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan
5. Aspek Regulasi
a. Pengelolaan Persampahan ditingkat nasional baru UU Persampahan No 18 Tahun 2008
b. Implementasi Perda mengenai retribusi sampah belum berjalan maksimal.
Drainase lingkungan di Kabupaten Bulungan masih merupakan masalah yang harus diperhatikan dan ditangani
secara serius. Di beberapa tempat/lokasi masih banyak dijumpai adanya saluran drainase jalan yang tersumbat,
ketidakmampuan menampung air hujan dan ketidakteraturan drainase lingkungan sebagai pembuangan limbah
rumah tangga. Ada yang perlu dibenahi dalam system penanganan drainase lingkungan. Penanganan yang
terencana, terpadu dan berkesinambungan sangat diperlukan
Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Bulungan masih menggunakan sistem darinase gabungan (mix
drain) di mana pembuangan limbah cair rumah tangga yang berasal dari dapur dan kamar m andi serta air hujan
disalurkan dalam satu saluran. Perlu dipertanyakan rencana peruntukan saluran drainase tersebut : apakah
sekedar untuk mengeringkan atau pemeliharaan jalan, atau termasuk untuk mengeringkan kawasan di
sekitarnya. Hal ini tentunya berpengaruh pada dimensi saluran yang dibuat dan pada gilirannya akan
menjelaskan penyebab genangan/banjir, apakah disebabkan tersumbatnya saluran atau dimensi saluran tidak
mencukupi. Hasil menemukan sekitar 75,3% rumah tangga memiliki akses pada saluran air limbah dan sekitar
24,7% rumah tangga belum memiliki saluran air limbah.
Berdasarkan data mengenai Sistem jaringan Draenase di wilayah kecamatan Tanjung selor, terbagi
atas 3 jaringan, yaitu:
yang tinggi dari hulu sungai kayan. Namun di sisi yang lain, seiring dengan perkembangan kota
yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan secara langsung, serta bertambahnya jumlah
penduduk, masalah banjir dan genangan merupakan konsekuensi yang harus dihadapi tanjung
selor sebagai ibukota Kabupaten.
Masalah Teknis:
1. Drainase yang tidak terkoordinasi dalam arti lain drainase yang dibangun tanpa
mempertimbangkan aras tanah.
2. Faktor sosial ekonomi budaya yaitu kurang kesadaran masyarakat terhadap sanitasi lingkungan seperti
membuang sampah pada saluran dan tidak ada upaya dalam membersihkan sal uran dilingkungannya
tersebut dari menumpuknya sedimentasi dan sampah.
3. Pembangunan drainase sering terhambat akibat pembangunan rumah penduduk tidak
mengindahkan lahan sepadan atau tidak menyediakan sedikit lahannya untuk di bangun
saluran sehingga menyulitkan dalm perencanaan pembangunan saluran drainase.
4. Rencana Tata Ruang Kota yang belum jelas sehingga Panjang saluran drainase Belum
diketahui panjang saluran drainase tersier secara keseluruhan.
5. System drainase non konvensional belum tersedia
6. Bangunan pelengkap sistem drainase belum ada.
7. Terjadi genangan di ruas jalan protocol akibat dari saluran yang lebih kecil dari debit banjir
yang terjadi;
8. Terjadinya perubahan tipe saluran akibat pembangunan ruko-ruko yang tumbuh dengan
pesat dimana-mana, seperti semula tipe saluran terbuka menjadi saluran tertutup dengan
beton dan tidak adanya lubang inlet atau manhole untuk masuk ke saluran;
9. Terjadinya genangan di area permukiman disebabkan kapasitas saluran lebih kecil dari debit
banjir yang terjadi, atau disebabkan karena gorong-gorong jalan yang tertutup endapan atau
sampah, atau belum adanya saluran drainase;
Secara umum cakupan air bersih di Kabupaten Bulungan yang terlayani dengan jaringan perpipaan
jika dihitung dengan mendasarkan jumlah sambungan rumah hingga bulan Juni 2014 sebanyak
51,8% dengan rincian sistem perpipaan PDAM mencakup 27,7% dan sistem perpipaan non PDAM
mencapai 24,0 %. Dengan kondisi ini maka masih ada sekitar 48,2% warga Kabupaten Bulungan
yang mendapatkan air bersih dengan sistem non perpipaan baik dengan menggunakan air sungai, air
hujan, air tangki, air galon dan sumur gali. Secara umum gambaran cakupan air bersih dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.11 Data Cakupan Layanan Air Bersih
No Jenis Pelay anan Jumlah SR 2014 Penduduk Ter lay ani Cakupan lay anan
1 Perpipaan PDAM 7.161 42.966 27,7%
2 Perpipaan Non PDAM* 6.206 36.030 24,6%
3 Non Perpipaan** 47,7%
To tal 100%
Keterangan:
*) Dikelola oleh Dinas PU, Pemerintah Desa, LKMD atau Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) **) menggunakan air sungai, air sumur, air tadah hujan, dll.
Melihat data di atas terlihat bahwa cakupan layanan air bersih di Kabupaten Bulungan dengan sistem
perpipaan baru mencapai 51,8 %. Kondisi ini masih jauh dari angka MDGs yang ditargetkan di dalam
RPJM Nasional di tahun 2015 dapat mencapai cakupan pelayanan air minum sebesar 68,87%.
Kabupaten Bulungan memiliki 6 kawasan permukiman kumuh sesuai dengan SK Bupati Bulungan
Nomor 518/K-VIII/050/2016 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di
Kabupaten Bulungan dengan luasan keseluruhan mencapai 50 Ha. Keseluruhan kawasan
permukiman kumuh di Kabupaten Bulungan tersebar di Kecamatan Tanjung Selor.
Peta sebaran kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Bulungan dapat dilihat pada gambar berikut.
Kawasan permukiman Kumuh Semangka – Tanjung Selor Hilir terdapat di Jalan Semangka, Kelurahan Tanjung
Selor Hilir, Kecamatan Tanjung Selor. Kawasan permukiman kumuh Semangka – Tanjung Selor Hilir memiliki luas
mencapai 5 Ha dengan tipologi/karakteristik permukiman dataran rendah. Hasil pemutakhiran profil kawasan
Jalan Semangka – Tanjung Selor Hilir dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.13 Pemutakhiran Profil Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh Semangka – Tanjung Selor Hilir
No K r iter ia Indikato r K awasan
Jl Semangka
A UMUM
1 Kelurahan Tanjung Selor Hilir
2 Kecamatan Tanjung Selor
3 Kabupaten Bulungan
4 Luas Kawasan 5 Ha
5 Tipologi Karakeristik Permukiman di dataran rendah
B FISIK
Jumlah Bangunan Rumah 100 unit rumah
Fungsi Bangunan Rumah 100 unit bangunan 68,49 %
Lainnya 46 unit bangunan 31,51 %
Tipe Bangunan Rumah Tapak 19 unit rumah 19,00 %
Rumah Panggung 81 unit rumah 81,00 %
1 Kondisi Kondisi Fisik Permanen 45 unit rumah 45,00 %
Bangunan Semi Permanen 35 unit rumah 35,00 %
Bangunan
Non Permanen 20 unit rumah 20,00 %
Kelayakan Fisik Layak Huni 61 unit rumah 61,00 %
Bangunan Tidak Layak Huni 39 unit rumah 39,00 %
Keteraturan Teratur 76 unit rumah 76,00 %
Bangunan Tidak Teratur 24 unit rumah 24,00 %
Total Panjang Jalan 978 meter
Lebar Jalan Lebar Lebih dari 3 m 581 meter 59,41 %
Lingkungan Lebar 1.5 - 3 m 140 meter 14,31 %
Jalan Lebar Kurang dari 1.5 m 256 meter 26,18 %
2 Beton 289 meter 29,55 %
Lingkungan
Aspal 581 meter 59,41 %
Konstruksi Jalan Paving 0 meter 0,00 %
Kayu 0 meter 0,00 %
Tanah/Batuan/ Lainnya 107 meter 10,94 %
Sumber Air Bersih PDAM 100 unit rumah 100,00 %
Sumber Air Bersih 100 unit rumah 100,00 %
Penyediaan Air Lainnya (Sungai)
3 Bersih dan Air Ketersediaan Air Cukup Tersedia 100 unit rumah 100,00 %
Minum Bersih Kurang Tersedia 0 unit rumah 0,00 %
Kualitas Air Bersih Baik 100 unit rumah 100,00 %
Kurang Baik 0 unit rumah 0,00 %
Panjang Drainase 1036 meter %
Kondisi Drainase Baik 535 meter 51,64 %
Buruk 500 meter 48,26 %
Saluran Air Hujan Konstruksi Drainase Beton 853 meter 82,34 %
4 (Drainase Tanah 183 meter 17,66 %
Lingkungan) Lebar Drainase Lebih dari 1 m 853 meter 82,34 %
Kurang dari 1 m 183 meter 183,00 %
Ketidakmampuan Tidak Tergenang Banjir 100 unit rumah 100,00 %
Drainase Mengalirkan Tergenang Banjir 0 unit rumah 0,00 %
Limpasan Air
Pengelolaan Air Kepemilikan Jamban Memiliki Jamban Individu 100 unit rumah 100,00 %
5 Tidak Memiliki Jamban
Limbah Individu 0 unit rumah 0,00 %
Individu
Untuk lebih jelasnya, profil Kawasan Permukiman Kumuh Semangka – Tanjung Selor Hilir
dipetakan sebagai berikut.
Gambar 3.7 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.8 Peta Fungsi Bangunan Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.9 Peta Tipe Rumah Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.10 Peta Konstruksi Rumah Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gamb ar 3.11 Peta Kelayakan Fisik Rumah Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.12 Peta Keteraturan Rumah Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.13 Peta Lebar Jalan Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.14 Peta Konstruksi Jalan Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.15 Peta Kondisi Jalan Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.16 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.17 Peta Ketersedian Air Bersih di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.18 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.19 Peta Lebar Saluran Drainase di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.20 Peta Konstruksi Saluran Drainase di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.21 Peta Kondisi Saluran Drainase di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.22 Peta Rumah Terkena Banjir di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gamb ar 3.23 Peta Kepemilikan Jamban Individu di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.24 Peta Jamban Terhubung dengan Septictank di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.25 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gamb ar 3.26 Peta Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.27 Peta Kondisi Sarana Persampahan di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.28 Peta Sistem Persampahan di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.29 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.30 Peta Status Lahan di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir
Kawasan permukiman Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu terdapat di Jalan Hasanuddin-
Kamboja, Kelurahan Tanjung Selor Hulu, Kecamatan Tanjung Selor. Kawasan permukiman kumuh Hasanuddin-
Kamboja – Tanjung Selor Hulu memiliki luas mencapai 6 Ha dengan tipologi/karakteristik permukiman tepi air.
Hasil pemutakhiran profil kawasan Jalan Hasanuddin-Kamboja
– Tanjung Selor Hulu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.14 Pemutakhiran Profil Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor
Hulu
K awasan
No K r iter ia Indikato r
Jl Hasanuddin- K ambo j a
A UMUM
1 Kelurahan Tanjung Selor Hulu
2 Kecamatan Tanjung Selor
3 Kabupaten Bulungan
4 Luas Kawasan 6 Ha
5 Tipologi Karakeristik Permukiman di tepi air
B FISIK
Jumlah Bangunan Rumah 187 unit rumah
Fungsi Bangunan Rumah 187 unit bangunan 98,94 %
Lainnya 2 unit bangunan 1,06 %
Tipe Bangunan Rumah Tapak 59 unit rumah 31,55 %
Rumah Panggung 128 unit rumah 68,45 %
1 Kondisi Kondisi Fisik Permanen 80 unit rumah 42,78 %
Bangunan Semi Permanen 47 unit rumah 25,13 %
Bangunan
Non Permanen 60 unit rumah 32,09 %
Kelayakan Fisik Layak Huni 116 unit rumah 62,03 %
Bangunan Tidak Layak Huni 71 unit rumah 37,97 %
Keteraturan Bangunan Teratur 144 unit rumah 77,01 %
Tidak Teratur 43 unit rumah 22,99 %
Total Panjang Jalan 1376 meter
Lebar Jalan Lebar Lebih dari 3 m 694 meter 50,44 %
Lebar 1.5 - 3 m 548 meter 39,83 %
Lingkungan
Jalan Lebar Kurang dari 1.5 m 135 meter 9,81 %
2 Beton 548 meter 39,83 %
Lingkungan
Aspal 694 meter 50,44 %
Konstruksi Jalan Paving 104 meter 7,56 %
Kayu 31 meter 2,25 %
Tanah/Batuan/ Lainnya 0 meter 0,00 %
PDAM 101 unit rumah 54,01 %
Sumber Air Bersih Sumber Air Bersih 86 unit rumah 45,99 %
Penyediaan Lainnya (Sungai)
3 Air Bersih dan Ketersediaan Air Cukup Tersedia 187 unit rumah 100,00 %
Air Minum Bersih Kurang Tersedia 0 unit rumah 0,00 %
Kualitas Air Bersih Baik 104 unit rumah 55,61 %
Kurang Baik 83 unit rumah 44,39 %
Panjang Drainase 1185 meter %
Kondisi Drainase Baik 0 meter 0,00 %
Buruk 1185 meter 100,00 %
Saluran Air Konstruksi Drainase Beton 1077 meter 90,89 %
4 Hujan Tanah 108 meter 9,11 %
(Drainase Lebar Drainase Lebih dari 1 m 1077 meter 90,89 %
Lingkungan) Kurang dari 1 m 108 meter 9,11 %
Ketidakmampuan Tidak Tergenang Banjir 0 unit rumah 0,00 %
Drainase Mengalirkan Tergenang Banjir 187 unit rumah 100,00 %
Limpasan Air
5 Pengelolaan Kepemilikan Jamban Memiliki Jamban Individu 176 unit rumah 94,12 %
Untuk lebih jelasnya, profil Kawasan Permukiman Kumuh Semangka – Tanjung Selor Hilir
dipetakan sebagai berikut.
Gambar 3.31 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.32 Peta Fungsi Bangunan di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.33 Peta Tipe Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.34 Peta Konstruksi Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.35 Peta Kelayakan Fisik Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.36 Peta Keteraturan Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.37 Peta Lebar Jalan di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.38 Peta Konstruksi Jalan di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.39 Peta Kondisi Jalan di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.40 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.41 Peta Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.42 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.43 Peta Lebar Saluran Drainase di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.44 Peta Konstruksi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.45 Peta Kondisi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.46 Peta Rumah Terkena Banjir di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.47 Peta Kepemilikan Jamban Pribadi di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.48 Peta Jamban Terhubung Septictank di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor
Hulu
Gambar 3.49 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.50 Peta Ketersediaan Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja
– Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.51 Peta Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja –
Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.52 Peta Sistem Pengelolaan Persampahan di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor
Hulu
Gambar 3.53 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.54 Peta Status Lahan Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin-Kamboja – Tanjung Selor Hulu
3.7.2.3 Profil Kawasan Permukiman Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor
Hulu
Kawasan permukiman Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu terdapat di Pulau Bulu
Perindu, Kelurahan Tanjung Selor Hulu, Kecamatan Tanjung Selor. Kawasan permukiman kumuh
Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu memiliki luas mencapai 3 Ha dengan tipologi/karakteristik
permukiman tepi air. Hasil pemutakhiran profil kawasan Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.15 Pemutakhiran Profil Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh Pulau Bulu Perindu–Tanjung Selor Hulu
No K r iter ia Indikato r K awasan
Pulau B ulu Per indu
A UMUM
1 Kelurahan Tanjung Selor Hulu
2 Kecamatan Tanjung Selor
3 Kabupaten Bulungan
4 Luas Kawasan 3 Ha
5 Tipologi Karakeristik Permukiman di tepi air
B FISIK
Jumlah Bangunan Rumah 73 unit rumah
Fungsi Bangunan Rumah 73 unit bangunan 93,59 %
Lainnya 5 unit bangunan 6,41 %
Tipe Bangunan Rumah Tapak 0 unit rumah 0,00 %
Rumah Panggung 73 unit rumah 100,00 %
1 Kondisi Kondisi Fisik Permanen 0 unit rumah 0,00 %
Bangunan Semi Permanen 73 unit rumah 100,00 %
Bangunan
Non Permanen 0 unit rumah 0,00 %
Kelayakan Fisik Layak Huni 0 unit rumah 0,00 %
Bangunan Tidak Layak Huni 73 unit rumah 100,00 %
Keteraturan Teratur 0 unit rumah 0,00 %
Bangunan Tidak Teratur 73 unit rumah 100,00 %
Total Panjang Jalan 951 meter
Lebar Jalan Lebar Lebih dari 3 m 0 meter 0,00 %
Lebar 1.5 - 3 m 784 meter 82,44 %
Lingkungan
Jalan Lebar Kurang dari 1.5 m 167 meter 17,56 %
2 Beton 951 meter 100,00 %
Lingkungan
Aspal 0 meter 0,00 %
Konstruksi Jalan Paving 0 meter 0,00 %
Kayu 0 meter 0,00 %
Tanah/Batuan/ Lainnya 0 meter 0,00 %
PDAM 0 unit rumah 0,00 %
Sumber Air Bersih Sumber Air Bersih 73 unit rumah 100,00 %
Penyediaan Lainnya (Sungai)
3 Air Bersih dan Ketersediaan Air Cukup Tersedia 0 unit rumah 0,00 %
Air Minum Bersih Kurang Tersedia 73 unit rumah 100,00 %
Kualitas Air Bersih Baik 0 unit rumah 0,00 %
Kurang Baik 73 unit rumah 100,00 %
Panjang Drainase 0 meter %
Kondisi Drainase Baik 0 meter 0,00 %
Buruk 0 meter 0,00 %
Saluran Air Konstruksi Drainase Beton 0 meter 0,00 %
4 Hujan Tanah 0 meter 0,00 %
(Drainase Lebar Drainase Lebih dari 1 m 0 meter 0,00 %
Lingkungan) Kurang dari 1 m 0 meter 0,00 %
Ketidakmampuan Tidak Tergenang Banjir 0 unit rumah 0,00 %
Drainase
Mengalirkan Tergenang Banjir 73 unit rumah 100,00 %
Limpasan Air
Untuk lebih jelasnya, profil Kawasan Permukiman Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor
Hilir dipetakan sebagai berikut.
Gambar 3.55 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.56 Peta Fungsi Bangunan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.57 Peta Tipe Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.58 Peta Konstriksi Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.59 Peta Kelayakan Fisik Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.60 Peta Keteraturan Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.61 Peta Lebar Jalan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.62 Peta Konstruksi Jalan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.63 Peta Kondisi Jalan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.64 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.65 Peta Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.66 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.67 Peta Rumah Terkena Banjir di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.68 Peta Kepemilikan Jamban Individu di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.69 Peta Jamban Terhubung Septictank di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.70 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.71 Peta Ketersedian Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu –
Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.72 Peta Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu –
Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.73 Peta Sistem Persampahan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.74 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.75 Peta Status Lahan Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu
Kawasan permukiman Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu terdapat di Jalan S. Parman, Kelurahan Tanjung
Selor Hulu, Kecamatan Tanjung Selor. Kawasan permukiman kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu memiliki
luas mencapai 3 Ha dengan tipologi/karakteristik permukiman dataran rendah. Hasil pemutakhiran profil kawasan
Jalan S. Parman – Tanjung Selor Hulu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.16 Profil Kawasan Permukiman Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
No K r iter ia Indikato r K awasan
Jl S. Par man
A UMUM
1 Kelurahan Tanjung Selor Hulu
2 Kecamatan Tanjung Selor
3 Kabupaten Bulungan
4 Luas Kawasan 3 Ha
5 Tipologi Karakeristik Permukiman di dataran rendah
B FISIK
Jumlah Bangunan Rumah 60 unit rumah
Fungsi Bangunan Rumah 60 unit bangunan 52,17 %
Lainnya 55 unit bangunan 47,83 %
Tipe Bangunan Rumah Tapak 19 unit rumah 31,67 %
Rumah Panggung 41 unit rumah 68,33 %
1 Kondisi Permanen 20 unit rumah 33,33 %
Bangunan Kondisi Fisik Bangunan Semi Permanen 39 unit rumah 65,00 %
Non Permanen 1 unit rumah 1,67 %
Kelayakan Fisik Layak Huni 33 unit rumah 55,00 %
Bangunan Tidak Layak Huni 27 unit rumah 45,00 %
Keteraturan Bangunan Teratur 31 unit rumah 51,67 %
Tidak Teratur 29 unit rumah 48,33 %
Total Panjang Jalan 2132 meter
Lebar Lebih dari 3 m 1354 meter 63,51 %
Lebar Jalan Lingkungan Lebar 1.5 - 3 m 225 meter 10,55 %
Jalan Lebar Kurang dari 1.5 m 553 meter 25,94 %
2 Beton 385 meter 18,06 %
Lingkungan
Aspal 1235 meter 57,93 %
Konstruksi Jalan Paving 129 meter 6,05 %
Kayu 383 meter 17,96 %
Tanah/Batuan/ Lainnya 0 meter 0,00 %
PDAM 60 unit rumah 100,00 %
Sumber Air Bersih Sumber Air Bersih 0 unit rumah 0,00 %
Penyediaan Lainnya (Sungai)
3 Air Bersih dan Ketersediaan Air Bersih Cukup Tersedia 60 unit rumah 100,00 %
Air Minum Kurang Tersedia 0 unit rumah 0,00 %
Kualitas Air Bersih Baik 0 unit rumah 0,00 %
Kurang Baik 60 unit rumah 100,00 %
Panjang Drainase 1264 meter %
Kondisi Drainase Baik 635 meter 50,24 %
Buruk 629 meter 49,76 %
Saluran Air Konstruksi Drainase Beton 835 meter 66,06 %
4 Hujan Tanah 429 meter 33,94 %
(Drainase Lebar Drainase Lebih dari 1 m 1111 meter 87,90 %
Lingkungan) Kurang dari 1 m 153 meter 12,10 %
Ketidakmampuan Tidak Tergenang Banjir 60 unit rumah 100,00 %
Drainase Mengalirkan Tergenang Banjir 0 unit rumah 0,00 %
Limpasan Air
Pengelolaan Kepemilikan Jamban Memiliki Jamban Individu 60 unit rumah 100,00 %
5 Tidak Memiliki Jamban
Air Limbah Individu 0 unit rumah 0,00 %
Individu
Untuk lebih jelasnya, profil Kawasan Permukiman Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
dipetakan sebagai berikut.
Gambar 3.76 Peta Kawasan Permukiman Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.77 Peta Fungsi Bangunan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.78 Peta Tipe Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.79 Peta Konstruksi Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.80 Peta Kelayakan Fisik Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.81 Peta Keteraturan Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.82 Peta Lebar Jalan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.83 Peta Konstruksi Jalan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.84 Peta Kondisi Jalan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.85 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.86 Peta Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.87 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.88 Peta Lebar Saluran Drainase di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.89 Peta Konstruksi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.90 Peta Kondisi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.91 Peta Rumah Terkena Banjir di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.92 Peta Kepemilikan Jamban di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.93 Peta Jamban Terhubung Septictank di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.94 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.95 Peta Ketersediaan Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung
Selor Hulu
Gambar 3.96 Peta Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor
Hulu
Gambar 3.97 Peta Sistem Persampahan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.98 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.99 Peta Status Lahan Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu
3.7.2.5 Profil Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Kawasan permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir terdapat di Kelurahan Tanjung
Selor Hilir, Kecamatan Tanjung Selor. Kawasan permukiman kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor
Hilir memiliki luas mencapai 8 Ha dengan tipologi/karakteristik permukiman dataran rendah dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.17 Profil Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
No K r iter ia Indikato r K awasan
Sabanar Lama
A UMUM
1 Kelurahan Tanjung Selor Hlir
2 Kecamatan Tanjung Selor
3 Kabupaten Bulungan
4 Luas Kawasan 8 Ha
5 Tipologi Karakeristik Permukiman di dataran rendah
B FISIK
Jumlah Bangunan Rumah 297 unit rumah
Fungsi Bangunan Rumah 297 unit bangunan 96,12 %
Lainnya 12 unit bangunan 3,88 %
Tipe Bangunan Rumah Tapak 57 unit rumah 19,19 %
Rumah Panggung 240 unit rumah 80,81 %
1 Kondisi Permanen 82 unit rumah 27,61 %
Bangunan Kondisi Fisik Bangunan Semi Permanen 104 unit rumah 35,02 %
Non Permanen 111 unit rumah 37,37 %
Kelayakan Fisik Layak Huni 204 unit rumah 68,69 %
Bangunan Tidak Layak Huni 93 unit rumah 31,31 %
Keteraturan Bangunan Teratur 297 unit rumah 100,00 %
Tidak Teratur 0 unit rumah 0,00 %
Total Panjang Jalan 2630 meter
Lebar Jalan Lebar Lebih dari 3 m 0 meter 0,00 %
Lebar 1.5 - 3 m 1441 meter 54,79 %
Lingkungan
Jalan Lebar Kurang dari 1.5 m 1189 meter 45,21 %
2 Beton 1967 meter 74,79 %
Lingkungan
Aspal 0 meter 0,00 %
Konstruksi Jalan Paving 0 meter 0,00 %
Kayu 380 meter 14,45 %
Tanah/Batuan/ Lainnya 284 meter 10,80 %
PDAM 121 unit rumah 40,74 %
Sumber Air Bersih Sumber Air Bersih 187 unit rumah 62,96 %
Penyediaan Lainnya (Sungai)
3 Air Bersih dan Ketersediaan Air Bersih Cukup Tersedia 297 unit rumah 100,00 %
Air Minum Kurang Tersedia 0 unit rumah 0,00 %
Kualitas Air Bersih Baik 83 unit rumah 27,95 %
Kurang Baik 214 unit rumah 72,05 %
Panjang Drainase 1653 meter %
Kondisi Drainase Baik 0 meter 0,00 %
Buruk 1653 meter 100,00 %
Saluran Air Konstruksi Drainase Beton 1244 meter 75,26 %
4 Hujan Tanah 409 meter 24,74 %
(Drainase Lebar Drainase Lebih dari 1 m 811 meter 49,06 %
Lingkungan) Kurang dari 1 m 842 meter 50,94 %
Ketidakmampuan Tidak Tergenang Banjir 30,00 unit rumah 10,10 %
Drainase Mengalirkan Tergenang Banjir 267,00 unit rumah 89,90 %
Limpasan Air
Pengelolaan Kepemilikan Jamban Memiliki Jamban Individu 297 unit rumah 100,00 %
5 Air Limbah Individu Tidak Memiliki Jamban 0 unit rumah 0,00 %
Individu
Untuk lebih jelasnya, profil Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor
Hulu dipetakan sebagai berikut.
Gambar 3.100 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.101 Peta Fungsi Bangunan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.102 Peta Tipe Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.103 Peta Konstruksi Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.104 Peta Kelayakan Fisik Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor
Hilir
Gambar 3.105 Peta Keteraturan Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.106 Peta Lebar Jalan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.107 Peta Konstruksi Jalan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.108 Peta Kondisi Jalan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.109 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.110 Peta Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor
Hilir
Gambar 3.111 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.112 Peta Lebar Saluran Drainase di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama –Tanjung Selor
Hilir
Gambar 3.113 Peta Konstruksi Saluran Drainase di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung
Selor Hilir
Gambar 3.114 Peta Kondisi Saluran Drainase di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung Selor
Hilir
Gambar 3.115 Peta Rumah Terkena Baniir di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.116 Peta Kepemilikan Jamban Individu di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung
Selor Hilir
Gambar 3.117 Peta Jamban Terhubung Septictank di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung
Selor Hilir
Gambar 3.118 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung Selor
Hilir
Gambar 3.119 Peta Ketersedian Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Permukiman Kumuh
Sabanar Lama–Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.120 Peta Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar
Lama–Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.121 Peta Sistem Pengolahan Persampahan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–
Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.122 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung Selor Hilir
Gambar 3.123 Peta Status Lahan Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung Selor Hilir
3.7.2.6 Profil Kawasan Permukiman Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Kawasan permukiman Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu terdapat di Kelurahan Tanjung
Selor Hulu, Kecamatan Tanjung Selor. Kawasan permukiman kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor
Hulu memiliki luas mencapai 25 Ha dengan tipologi/karakteristik permukiman di tepi air dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.18 Profil Kawasan Permukiman Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
K awasan
No K r iter ia Indikato r
Tanj ung Rumbia
A UMUM
1 Kelurahan Tanjung Selor Hulu
2 Kecamatan Tanjung Selor
3 Kabupaten Bulungan
4 Luas Kawasan 25 Ha
5 Tipologi Karakeristik Permukiman di tepi air
B FISIK
1 Kondisi Jumlah Bangunan Rumah 78 unit rumah
Bangunan Fungsi Bangunan Rumah 78 unit bangunan 96,30 %
Lainnya 3 unit bangunan 3,70 %
Tipe Bangunan Rumah Tapak 0 unit rumah 0,00 %
Rumah Panggung 78 unit rumah 100,00 %
Kondisi Fisik Permanen 0 unit rumah 0,00 %
Bangunan Semi Permanen 0 unit rumah 0,00 %
Non Permanen 78 unit rumah 100,00 %
Kelayakan Fisik Layak Huni 0 unit rumah 0,00 %
Bangunan Tidak Layak Huni 78 unit rumah 100,00 %
Keteraturan Teratur 0 unit rumah 0,00 %
Bangunan Tidak Teratur 78 unit rumah 100,00 %
2 Jalan Lingkungan Total Panjang Jalan 1760 meter
Lebar Jalan Lebar Lebih dari 3 m 699 meter 39,70 %
Lingkungan Lebar 1.5 - 3 m 1061 meter 60,30 %
Lebar Kurang dari 1.5 m 0 meter 0,00 %
Beton 489 meter 27,76 %
Aspal 0 meter 0,00 %
Konstruksi Jalan Paving 0 meter 0,00 %
Kayu 573 meter 32,54 %
Tanah/Batuan/ Lainnya 699 meter 39,70 %
3 Penyediaan Air PDAM 0 unit rumah 0,00 %
Bersih dan Air Sumber Air Bersih Sumber Air Bersih 78 unit rumah 100,00 %
Minum Lainnya (Sungai)
Ketersediaan Air Cukup Tersedia 78 unit rumah 100,00 %
Bersih Kurang Tersedia 0 unit rumah 0,00 %
Kualitas Air Bersih Baik 0 unit rumah 0,00 %
Kurang Baik 78 unit rumah 100,00 %
4 Saluran Air Hujan Panjang Drainase 594 meter
(Drainase Kondisi Drainase Baik 0 meter 0,00 %
Lingkungan) Buruk 594 meter 100,00 %
Konstruksi Drainase Beton 594 meter 100,00 %
Tanah 0 meter 0,00 %
Lebar Drainase Lebih dari 1 m 594 meter 100,00 %
Kurang dari 1 m 0 meter 0,00 %
Ketidakmampuan Tidak Tergenang Banjir 10 unit rumah 12,82 %
Drainase Mengalirkan Tergenang Banjir 68 unit rumah 87,18 %
Limpasan Air
5 Pengelolaan Air Kepemilikan Jamban Memiliki Jamban Individu 0 unit rumah 0,00 %
Limbah Tidak Memiliki Jamban
Individu 78 unit rumah 100,00 %
Individu
Jamban Terhubung Terhubung 0 unit rumah 0,00 %
Tangki Septik Tidak Terhubung 78 unit rumah 100,00 %
(langsung ke sungai)
Untuk lebih jelasnya, profil Kawasan Permukiman Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor
Hulu dipetakan sebagai berikut.
Gambar 3.124 Peta Fungsi Bangunan di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.125 Peta Tipe Bangunan di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.126 Peta Kondisi Bangunan di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.127 Peta Kelayakan Fisik Bangunan di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.128 Peta Lebar Jalan di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.129 Peta Konstruksi Jalan di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.130 Peta Kondisi Jalan di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.131 Peta Sumber Air Bersih di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.132 Peta Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.133 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.134 Peta Kondisi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.135 Peta Konstruksi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.136 Peta Lebar Saluran Drainase di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.137 Peta Kepemilikan Jamban di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.138 Peta Jamban Terhubung Septictank di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.139 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
Gambar 3.140 Peta Status Lahan di Kawasan Kumuh Tanjung Rumbia – Tanjung Selor Hulu
10. Contents
BAB 3 PROFIL PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DI KABUPATEN BULUNGAN...................................................1
3.1 Kondisi Wilayah dan Letak Geografis Kabupaten Bulungan..............................................2
Tabel 3.2 Luas setiap kelas penutup lahan Kabupaten Bulungan dari mosaik citra SPOT 4 tahun 2009/
2010 11
Gambar 3.2 Peta Penutup Lahan Kab Bulungan tahun 2010.................................................................................... 12
Gambar 3.3 Peta potensi rawan bencana banjir di Kabupaten Bulungan ............................................................. 14
Gambar 3.4 Peta Potensi Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Bulungan ....................................................... 16
Gambar 3.5 Peta Potensi Rawan Bencana Geologi di Kabupaten Bulungan ......................................................... 18
Tabel 3.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Rata‐Rata Penduduk Per Keluarga
Menurut Kecamatan Tahun 2014 ...................................................................................................................................... 19
Tabel 3.4 Ringkasan realisasi APBD 5 tahun terakhir (Rp) ....................................................................................... 20
Tabel 3.5 Rekapitulasi Realisasi anggaran sanitasi dan belanja modal Sanitasi untuk periode 5 tahun (x
Rp.1.000) .................................................................................................................................................................................. 20
Tabel 3.6 Kemampuan Fiskal/Ruang Kabupaten Bulungan ..................................................................................... 21
Tabel 3.7 Ringkasan realisasi APBD 5 tahun terakhir (Rp) ....................................................................................... 21
Tabel 3.8 Fasilitas Pendidikan yang Tersedia di Kabupaten Bulungan ................................................................. 22
Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Bulungan Per Kecamatan ........................................................... 22
Tabel 3.10 Jumlah Rumah Per Kecamatan..................................................................................................................... 22
Tabel 3.11 Data Cakupan Layanan Air Bersih............................................................................................................... 29
Tabel 3.12 Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Bulungan ....................................................................... 30
Gambar 3.6 Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Bulungan ................................................. 31
Tabel 3.13 Pemutakhiran Profil Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh Semangka – Tanjung Selor Hilir32
Gambar 3.7 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Semangka – Tanjung Selor Hilir............................................. 34
Gambar 3.8 Peta Fungsi Bangunan Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir ................................................... 35
Gambar 3.9 Peta Tipe Rumah Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir ............................................................. 36
Gambar 3.10 Peta Konstruksi Rumah Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir .............................................. 37
Gambar 3.12 Peta Keteraturan Rumah Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir ............................................ 39
Gambar 3.13 Peta Lebar Jalan Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir ............................................................ 40
Gambar 3.14 Peta Konstruksi Jalan Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir .................................................. 41
Gambar 3.15 Peta Kondisi Jalan Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir......................................................... 42
Gambar 3.16 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir.............................................. 43
Gambar 3.17 Peta Ketersedian Air Bersih di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir.................................. 44
Gambar 3.18 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir ......................................... 45
Gambar 3.19 Peta Lebar Saluran Drainase di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir ................................ 46
Gambar 3.20 Peta Konstruksi Saluran Drainase di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir....................... 47
Gambar 3.21 Peta Kondisi Saluran Drainase di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir ............................. 48
Gambar 3.22 Peta Rumah Terkena Banjir di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir .................................. 49
Gambar 3.24 Peta Jamban Terhubung dengan Septictank di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir .... 51
Gambar 3.25 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir.........................52
Gambar 3.27 Peta Kondisi Sarana Persampahan di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir......................54
Gambar 3.28 Peta Sistem Persampahan di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir.....................................55
Gambar 3.29 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir......................................56
Gambar 3.30 Peta Status Lahan di Kawasan Semangka – Tanjung Selor Hilir........................................................... 57
Tabel 3.14 Pemutakhiran Profil Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung
Selor Hulu............................................................................................................................................................................................. 58
Gambar 3.31 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu....................60
Gambar 3.32 Peta Fungsi Bangunan di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu.......61
Gambar 3.33 Peta Tipe Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu.................62
Gambar 3.34 Peta Konstruksi Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu.....63
Gambar 3.35 Peta Kelayakan Fisik Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor
Hulu 64
Gambar 3.36 Peta Keteraturan Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu ..65
Gambar 3.37 Peta Lebar Jalan di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu..................66
Gambar 3.38 Peta Konstruksi Jalan di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu.........67
Gambar 3.39 Peta Kondisi Jalan di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu...............68
Gambar 3.40 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu.........69
Gambar 3.41 Peta Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor
Hulu 70
Gambar 3.42 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu.....71
Gambar 3.43 Peta Lebar Saluran Drainase di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor
Hulu 72
Gambar 3.44 Peta Konstruksi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung
Selor Hulu............................................................................................................................................................................................. 73
Gambar 3.45 Peta Kondisi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor
Hulu 74
Gambar 3.46 Peta Rumah Terkena Banjir di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu75
Gambar 3.47 Peta Kepemilikan Jamban Pribadi di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung
Selor Hulu............................................................................................................................................................................................. 76
Gambar 3.48 Peta Jamban Terhubung Septictank di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung
Selor Hulu............................................................................................................................................................................................. 77
Gambar 3.49 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor
Hulu 78
Gambar 3.50 Peta Ketersediaan Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐
Kamboja – Tanjung Selor Hulu..................................................................................................................................................... 79
Gambar 3.51 Peta Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja
– Tanjung Selor Hulu........................................................................................................................................................................ 80
Gambar 3.52 Peta Sistem Pengelolaan Persampahan di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung
Selor Hulu............................................................................................................................................................................................. 81
Gambar 3.53 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu .82
Gambar 3.54 Peta Status Lahan Rumah di Kawasan Kumuh Hasanuddin‐Kamboja – Tanjung Selor Hulu.83
Tabel 3.15 Pemutakhiran Profil Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh Pulau Bulu Perindu–Tanjung
Selor Hulu............................................................................................................................................................................................. 84
Gambar 3.55 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu........................86
Gambar 3.56 Peta Fungsi Bangunan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu............87
Gambar 3.57 Peta Tipe Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu.....................88
Gambar 3.58 Peta Konstriksi Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu...........89
Gambar 3.59 Peta Kelayakan Fisik Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu90
Gambar 3.60 Peta Keteraturan Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu.......91
Gambar 3.61 Peta Lebar Jalan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu.......................92
Gambar 3.62 Peta Konstruksi Jalan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu.............93
Gambar 3.63 Peta Kondisi Jalan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu...................94
Gambar 3.64 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu.............95
Gambar 3.65 Peta Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu96
Gambar 3.66 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu.........97
Gambar 3.67 Peta Rumah Terkena Banjir di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu .98
Gambar 3.68 Peta Kepemilikan Jamban Individu di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor
Hulu 99
Gambar 3.69 Peta Jamban Terhubung Septictank di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor
Hulu 100
Gambar 3.70 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor
Hulu 101
Gambar 3.71 Peta Ketersedian Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu
Perindu – Tanjung Selor Hulu..................................................................................................................................................... 102
Gambar 3.72 Peta Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu –
Tanjung Selor Hulu......................................................................................................................................................................... 103
Gambar 3.73 Peta Sistem Persampahan di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu . 104
Gambar 3.74 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu....105
Gambar 3.75 Peta Status Lahan Rumah di Kawasan Kumuh Pulau Bulu Perindu – Tanjung Selor Hulu .. 106
Tabel 3.16 Profil Kawasan Permukiman Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu..........................................107
Gambar 3.76 Peta Kawasan Permukiman Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu........................................109
Gambar 3.77 Peta Fungsi Bangunan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu...........................110
Gambar 3.78 Peta Tipe Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu.................................... 111
Gambar 3.79 Peta Konstruksi Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu.........................112
Gambar 3.80 Peta Kelayakan Fisik Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu................113
Gambar 3.81 Peta Keteraturan Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu......................114
Gambar 3.82 Peta Lebar Jalan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu......................................115
Gambar 3.83 Peta Konstruksi Jalan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu.............................116
Gambar 3.84 Peta Kondisi Jalan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu...................................117
Gambar 3.85 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu............................118
Gambar 3.86 Peta Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu...............119
Gambar 3.87 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu........................120
Gambar 3.88 Peta Lebar Saluran Drainase di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu................121
Gambar 3.89 Peta Konstruksi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu......122
Gambar 3.90 Peta Kondisi Saluran Drainase di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu............123
Gambar 3.91 Peta Rumah Terkena Banjir di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu.................124
Gambar 3.92 Peta Kepemilikan Jamban di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu.....................125
Gambar 3.93 Peta Jamban Terhubung Septictank di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu . 126
Gambar 3.94 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu........127
Gambar 3.95 Peta Ketersediaan Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh S. Parman –
Tanjung Selor Hulu......................................................................................................................................................................... 128
Gambar 3.96 Peta Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung
Selor Hulu........................................................................................................................................................................................... 129
Gambar 3.97 Peta Sistem Persampahan di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu....................130
Gambar 3.98 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu.....................131
Gambar 3.99 Peta Status Lahan Rumah di Kawasan Kumuh S. Parman – Tanjung Selor Hulu.....................132
Tabel 3.17 Profil Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir...................................133
Gambar 3.100 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir..............................135
Gambar 3.101 Peta Fungsi Bangunan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor
Hilir 136
Gambar 3.102 Peta Tipe Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir 137
Gambar 3.103 Peta Konstruksi Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor
Hilir 138
Gambar 3.104 Peta Kelayakan Fisik Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung
Selor Hilir........................................................................................................................................................................................... 139
Gambar 3.105 Peta Keteraturan Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor
Hilir 140
Gambar 3.106 Peta Lebar Jalan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir .. 141
Gambar 3.107 Peta Konstruksi Jalan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
142
Gambar 3.108 Peta Kondisi Jalan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir143
Gambar 3.109 Peta Akses Air Bersih di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor Hilir
144
Gambar 3.110 Peta Ketersediaan Air Bersih di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama –
Tanjung
Selor Hilir........................................................................................................................................................................................... 145
Gambar 3.111 Peta Kualitas Air Bersih di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama – Tanjung Selor
Hilir 146
Gambar 3.112 Peta Lebar Saluran Drainase di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama –Tanjung
Selor Hilir........................................................................................................................................................................................... 147
Gambar 3.113 Peta Konstruksi Saluran Drainase di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–
Tanjung Selor Hilir.......................................................................................................................................................................... 148
Gambar 3.114 Peta Kondisi Saluran Drainase di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung
Selor Hilir........................................................................................................................................................................................... 149
Gambar 3.115 Peta Rumah Terkena Baniir di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung
Selor Hilir........................................................................................................................................................................................... 150
Gambar 3.116 Peta Kepemilikan Jamban Individu di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–
Tanjung Selor Hilir.......................................................................................................................................................................... 151
Gambar 3.117 Peta Jamban Terhubung Septictank di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–
Tanjung Selor Hilir.......................................................................................................................................................................... 152
Gambar 3.118 Peta Kondisi Saluran Air Limbah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar
Lama–
Tanjung Selor Hilir.......................................................................................................................................................................... 153
Gambar 3.119 Peta Ketersedian Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Permukiman
Kumuh
Sabanar Lama–Tanjung Selor Hilir........................................................................................................................................... 154
Gambar 3.120 Peta Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan di Kawasan Permukiman Kumuh
Sabanar Lama–Tanjung Selor Hilir........................................................................................................................................... 155
Gambar 3.121 Peta Sistem Pengolahan Persampahan di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar
Lama–
Tanjung Selor Hilir.......................................................................................................................................................................... 156
Gambar 3.122 Peta Kepemilikan Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung Selor
Hilir 157
Gambar 3.123 Peta Status Lahan Rumah di Kawasan Permukiman Kumuh Sabanar Lama–Tanjung Selor
Hilir 158
Profil Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Bulungan| 3-183