Anda di halaman 1dari 2

Raden Adiguna Prabowo / 447414

GOOD CORPORATE GOVERNANCE


Corporate Governance adalah suatu sistem hubungan yang didefinisikan sebagai suatu struktur dan
proses. Keseluruhan bagian dari perusahaan turut terlibat secara langsung dan ikut mengontrol
perusahaan, seluruh kegiatan ini dilakukan untuk mendistribusikan hak dan tanggung jawab secara
benar sehingga meningkatkan nilai shareholder dalam jangka panjang. Disisi lain aspek corporate
governance terfokus pada hubungan perusahaan dengan para stakeholdern. Di masa lalu sering
terjadi perdebatan mengenai peran stakeholder, ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa
stakeholder tidak dapat memiliki klaim atas perusahaan selain pada apa yang tertera di dalam kontrak
atau hukum. Disisi lain ada beberapa pihak yan berpendapat berbeda dengan menyebutkan bahwa
perusahaan harus memenuhi fungsi sosial yang penting, pada aspek-aspek yang memiliki dampak
sosial, dimana perusahaan harus bertindak demi kepentingan masyarakat banyak.
Dasar OECD adalah framework dan referensi dalam membentuk corporate governance. Didalamnya
terdapat 4 nilai dasar yaitu:
1. Fairness yakni framework corporate governance harus mampu melindungi hak shareholder dan
memperlakukan shareholder secara adil;
2. Responsibility yaitu framework corporate governance haruslah menghormati hak-hak
stakeholder berdasar hukum yang ada dan mendorong kerjasama yang baik diantara perusahaan
dan stakeholder dalam usaha mencapai kesejahteraan, pekerjaan, dan keberlanjutan financial;
3. Transparency yaitu framework corporate governance harus mampu memastikan pelaksanaan
perusahaan secara tepat waktu dan akurat yang didasarkan pada segala hal mengenai
perusahaan; dan
4. Accountability yakni framework corporate governance harus mampu memastikan panduan
strategis perusahaan, pemantauan efektif manajemen yang dilakukan oleh Board, serta
akuntabilitas board pada perusahaan dan shareholder.
Tingkatan dan benefit yang didapat dari Corporate Governance:
1. Level pertama yakni kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, benefit yang didapat ialah
reputasi yang lebih baik dari perusahaan, Direktur serta Manajer.
2. Level kedua ialah dengan meningkatkan corporate governance akan mendapatkan benefit biaya
yang lebih rendah daripada modal,
3. Level ketiga ialah dengan meningkatkan sistem corporate governance, maka perusahaan akan
mendapatkan akses ke pasar modal yang lebih luas,
4. Level keempat adalah kepemimpinan corporate governance yang mana pemilik benefit dapat
meningkatan efisiensi operasional. Sebagai stimulus performance dan peningkatan efisiensi
operasional dapat dilakukan dengan cara pengawasan yang lebih baik dan akuntabilitas,
pengambilan keputusan yang lebih baik, kepatuhan yang lebih baik serta mengurangi konflik.
Dengan adanya tata kelola yang baik pada perusahaan akan dianggap baik oleh investor, memberikan
kepercayaan yang besar bahwa perusahaan mampu menghasilkan return tanpa melanggar hak
shareholder maka tercipta kemudahan akses di pasar modal. Corporate governance yang baik mampu
memberikan reputasi yg baik pula pada perusahaan, oleh karna itu perusahaan harus memenuhi hak
shareholder dan kreditur dan memastikan transparansi dan akuntabilitas keuangan perusahaan,
sehingga investor merasa diuntungkan, dan bagi perusahaan akan mendapatkan kepercayaan publik
dan dinilai memiliki niat yang baik oleh masyarakat. Framework corporate governance biasanya
meliputi unsur undang-undang, regulasi, peraturan yang dibuat sendiri, komitmen secara sukarela,
dan praktik bisnis yang berasal dari keadaan suatu negara, sejarah dan tradisi

Case: American Therapeutics Inc


American Therapeutics (AT) adalah perusahaan manufaktur obat generik yang berasal dari
Bohemia,New York, dengan CEO bernama Raju V.Vegesna. obat generik lebih murah dari jenis brand
produk lainnya. Pada bisnis obat generik ketika marketing paten dari nama brand obat telah habis,
produsen manufaktur generik bisa secara legal meng-copy dan menjual dengan nama brand produk
berdasar label generik mereka. Namun, sebelum dijual di pasar brand generik harus disetujui oleh
FDA. Menjadi yang pertama di pasar sebagai obat generik mampu meningkatkan market share.
Sehingga ada tekanan besar untuk mengembangkan kemampuan produksi dan mendapatkan
persetujuan FDA sebelum pesaing muncul. Peluang itulah yang ingin diraih oleh AT, Karena paten dari
Raden Adiguna Prabowo / 447414

perusahaan johnson untuk produk Desyrel yakni antidepresan berakhir pada petengahan 1980 an, AT
mengembangkan obat generik baru sebagai salinan dari Desyrel yang diberi nama Trazodone
Hydrochloride. Tahun 1987, Charles Y chang seorang ahli kimia teratas di FDA, diberi uang senilai
$13.000 oleh AT untuk membeli perabot dan perlengkapan komputer, perusahaan juga membayar
$1.688 untuk biaya pengiriman dan biaya lain yang berasal dari Chang. Biaya yang dikeluarkan
tersebut disamarkan dan dirubah menjadi biaya relokasi karyawan sehingga sulit untuk dilacak.
Selebihnya usaha untuk mempercepat proses persetujuan obatnya, perusahaan memperoleh
informasi tambahan dari Jan T sturm, petugas perlindungan konsumen FDA.

Analisis
1. Terdapat beberapa tindakan yg tidak etis yang dilakukan oleh CEO AT dengan melakukan
penyuapan dan gratifikasi terhadap pihak FDA serta telah memanipulasi laporan keuangan
perusahaan. Stakeholder dalam kasus tersebut adalah perusahaan American Therapeutics sebagai
produsen dari obat, FDA sebagai regulator, dan konsumen yang menggunakan produk obat
tersebut.
2. Walaupun pihak konsumen tidak disebutkan di dalam kasus, namun pihak konsumen harus
mendapat perhatian utama karena jika tidak diperhatikan produk tersebut dapat membahayakan
konsumen. Prioritas kedua diberikan kepada FDA, kedua pihak ini seharusnya berjalan beriringan
sehingga keduanya tetap dapat menguntungkan dan beretika di industri tersebut, ketiga,
kompetitor karena akibat penyuapan tersebut berdampak pada operasional kompetitor.
3. Beberapa tindakan etis yang dilanggar oleh Vegesna, Chang dan Sturm.
a. Vegesna memamanipulasi keuangan perusahaan untuk mempercepat proses persetujuan,
b. Chang menerima uang yang diberikan oleh Vegesna atas dasar keinginan mempercepat
proses persetujuan dan
c. Sturm menyampaikan informasi internal perusahaan kepada pihak luar.
4. Telah terjadi pelanggaran Prinsip utilitarian dan keadilan pada kasus ini karena konsumen tidak
mendapatkan informasi yang benar, dan perusahaan lebih mementingkan profitabilitas
perusahaan semata, padahal dengan melakukan tindakan tersebut konsumen yang lebih dirugikan,
dan produsen obat generik lain juga terkena dampaknya karena kepercayaan konsumen terhadap
produsen obat generik akan menurun dikarenakan konsumen khawatir apakah obat yang akan
mereka konsumsi aman atau tidak. Selain itu kasus ini juga melanggar Hak dari para konsumen
karena hak-hak akan perlindungan konsumen dilanggar oleh AT . Yang paling diuntungkan pada
kasus ini adalah AT dan anggota FDA yang terlibat, karena telah mendapatkan keuntungan sepihak
dari tindakan kurang etis tersebut. Pihak AT menerima persetujuan di awal dan Anggota FDA
tersebut mendapat keuntungan pribadi dari sejumlah gratifikasi yang diberikan oleh AT.
5. Pihak yang dirugikan dalam kasus ini jelas adalah konsumen karena konsumen berisiko
mengkonsumsi obat yang proses persetujuannya tidak dilakukan dengan cara yang benar dan tidak
aman. Namun, dalam jangka panjang AT dan anggota FDA tersebut berisiko mengalami kerugian
akan tindakannya tersebut. Tujuan utama dari perilaku tersebut adalah manfaat secara finansial
bagi perusahaan AT, dengan diluncurkannya obat tersebut AT akan mendahului para pesaingnya
sebagai pelopor antidepresan generik, meningkatkan jumlah market sharenya. Tindakan ini justru
membahayakan industri generik karena secara keseluruhan akan mengurangi trust dari konsumen
akan obat yang akan mereka konsumsi.
6. Pada kasus ini, AT tidak melakukan upaya good corporate governance, AT telah melanggar nilai-
nilai dasar corporate governance yaitu
a. fairness karena dampak dari tindakan penyuapan Vegesna berdampak pada reputasi
perusahaan yang buruk dan akan merugikan para shareholder perusahaan,
b. responsibility yaitu AT telah melanggar hak konsumen dengan tidak menyampaikan informasi
yang benar,
c. transparency dan accountability yakni dengan melakukan manipulasi laporan keuangan
perusahaan dengan mengubah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan tidakan penyuapan
dengan biaya relokasi karyawan. Tindakan yang telah dilakukan oleh AT jelas akan merusak
reputasi perusahaan itu sendiri sebagai dampak dari tindakan yang tidak menerapkan prinsip
good corporate governance.

Anda mungkin juga menyukai