Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka penelitian untuk penyusunan tugas akhir semester pada Program Studi Destinasi Pariwisata
Rabiatul Adawiyah (2048002)
Wa Ode Lilis Anjani (2048011)
Nur Anisa (2048013)
Andi Fatmawati (2048014)
Erni Dwi Kurniawati (2048016)
Alvira Trinanda (2048019)
PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA
JURUSAN KEPARIWISATAAN
POLITEKNIK PARIWISATA NEGERI MAKASSAR
PROPOSAL UJIAN AKHIR SEMESTER A. JUDUL PEMANFAATAN PANTAI LOSARI SEBAGAI WISATA KULINER DALAM MENDUKUNG PARIWISATA DI KOTA MAKASSAR B. LATAR BELAKANG Sektor pariwisata adalah sektor unggulan (tourism is a leading sector) dan merupakan salah satu kunci penting untuk pembangunan wilayah di suatu negara dan peningkatan bagi masyarakat. Meningkatnya destinasi dan investasi pariwisata, akan menjadikan sektor pariwisata sebagai faktor kunci dalam pendapatan eskpor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan infrastruktur pariwisata. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya yang belum dikembangkan secara maksimal. Salah satu diantaranya ialah sektor pariwisata. Sektor pariwisata saat ini telah menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Pariwisata merupakan pilihan utama dalam pengembangan sebuah destinasi, dan perkembangan ini telah mengalami banyak perubahan, baik itu perubahan cara, bentuk, maupun sifat kegiatan pariwisata di destinasi tersebut. Potensi pariwisata di Indonesia yang sangat melimpah dapat mengangkat ekonomi negara apabila pengelolaannya dilakukan dengan baik oleh pemerintah, stakeholder, maupun masyarakat yang ada disekitar destinasi atau daya tarik wisata. Peranan sektor pariwisata secara nasional dewasa ini semakin penting sejalan dengan perkembangan dan kontribusi yang berikan pada sektor pariwisata melalui penerimaan devisa, maupun pendapatan daerah serta penyerapan tenaga kerja di berbagai wilayah di Indonesia. Kontribusi sektor pariwisata dalam perekonomian memberikan dampak yang positif melalui aktivitas wisatawan pada kepariwisataan Indonesia. Menurut Junaid dan Salim (2019:1), menyatakan bahwa, “Potensi wisata selayaknya dikelola semaksimal mungkin, salah satunya melalui kegiatan pariwisata. Tujuan dari pengelolaan tersebut agar potensi wisata memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakatnya. Dengan pariwisata, potensi alam dan budaya dapat dilestarikan melalui langkah atau upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, pariwisata menjadi cara atau upaya mengelola potensi daerah”. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan sektor pariwisata, perlu diupayakan pengembangan serta pengelolaan sebuah produk pariwisata. Pengembangan produk pariwisata berhubungan dengan memanfaatkan seluruh potensi wisata yang ada. Salah satu komponen yang dapat dikembangkan ialah daya tarik wisata. Daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun agar dapat menarik minat kunjungan wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan pembangunan kepariwisataan pada sebuah destinasi dan daya tarik wisata dengan memanfaatkan potensi wisata yang ada seperti potensi alam, budaya, maupun buatan. Sebuah destinasi yang memiliki potensi wisata jika dikelola dengan baik akan dapat menarik minat kunjungan wisatawan. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pembatasan daya tarik wisata begitu besar sehingga hal-hal yang diminati bagi wisatawan terbagi lagi dan dikelompokkan menjadi beberapa aspek yaitu dari wisata alam (natural tourism), wisata budaya (culture tourism), dan segala sesuatu dari hasil buatan manusia (man made resources). Daya tarik wisata memiliki keterkaitan tersendiri kepada wisatawan yang datang berkunjung ketika daya tarik wisata tersebut memiliki pengelolaan baik dalam hal yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan tersebut. Pengelolaan merupakan kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan yang manajemennya secara umum diatur oleh pemerintah daerah, namun pengelolaan juga dapat dilakukan oleh masyarakat dan swasta yang akan menghasilkan sebuah tujuan yang lebih terstruktur bagi masa depan suatu pariwisata di wilayah tersebut. Pengelolaan pariwisata pada daya tarik wisata maupun kawasan strategis pariwisata yang dilakukan bersama-sama antara pengelola suatu daya tarik wisata bersama dengan masyarakat dan stakeholder akan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat lokal secara khusus dan tidak merusak kearifan lokal di wilayah tersebut. Pariwisata jika dikelola dengan baik dan bekerja sama dengan pihak terkait, maka akan memberikan kontribusi ekonimi secara langsung kepada masyarakat lokal yang ada di sekitar destinasi ataupun daya tarik wisata, sehingga secara tidak langsung pariwisata memberikan kontribusi yang siginfikan pada pendapatan asli daerah dan pertumbuhan ekonomi masyarakat daerah. Kawasan strategis pariwisata memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Perkembangan suatu kawasan wisata tergantung pada apa yang dimiliki oleh kawasan tersebut untuk ditawarkan kepada wisatawan, hal ini tidak dapat terpisahkan dari peranan para pengelola kawasan wisata tersebut. Shabrina menyampaikan bahwa kesuksesan dari suatu kawasan wisata sangat tergantung pada aspek 3A yaitu atraksi atau attraction, aksesibilitas atau accessibility, dan fasilitas atau amenities (Shabrina, 2015). Kawasan pariwisata menyediakan produk wisata yang merupakan suatu susunan aktivitas terpadu dan terdiri dari daya tarik utama dan atraksi wisata, transportasi, dan akomodasi di mana tiap unsur dipersiapkan oleh penyedia produk dan ditawarkan terpisah kepada wisatawan. Keseluruhan komponen tersebut akan membentuk pengalaman wisata dan nilai tersendiri bagi wisatawan sehingga akan tercipta suatu kepuasan bagi wisatawan mengenai aspek 3A. Dalam hal ini, kepentingan pengelolaan pada kawasan wisata sangat berpengaruh pada minat kunjungan wisatawan untuk datang pada daya tarik wisata tersebut. Seiring dengan perkembangan pariwisata saat ini menjadikan beberapa bentuk wisata khusus yang disebut dengan istilah wisata kuliner atau culinary tourism. Wisata Kuliner biasa disebut dengan kegiatan wisata dengan mengunjungi kawasan pusat makanan yang terdapat dibeberapa tempat, baik tradisional maupun modern. Wisata kuliner merupakan salah satu metode altenatif untuk menunjang potensi bentuk wisata lainnya, seperti wisata alam, wisata bahari, wisata sejarah, wisata konservasi dan juga wisata edukasi. Besra mengatakan bahwa wisatawan yang datang untuk melakukan wisata pastinya akan mencoba berbagai kuliner yang ada pada destinasi wisata yang di kunjunginya, karena kurang lengkap rasanya jika wisatawan yang berwisata tidak mencicipi kuliner khas dari daerah yang di kunjunginya (Besra, 2012). Kegiatan kuliner menjadi motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke Destinasi Wisata ataupun Daya Tarik Wisata Kuliner.
Gambar 1 Ragam Motivasi Berkunjung ke Destinasi Pariwisata Kuliner
(Sumber: UNWTO, Global Report on Food Tourism, 2017) Hal tersebut menunjukkan bahwa wisatawan memiliki motivasi melakukan perjalanan wisata ke Destinasi Pariwisata Kuliner hanya untuk melakukan kegiatan kuliner dari pada melakukan kegiatan lainnya seperti wisata makanan, mengunjungi pasar tradisional, pameran kuliner, musuem, workshop memasak dan sebagainya. Walaupun wisata kuliner disebut sebagai wisata pelengkap, namun wisata kuliner memiliki potensi untuk dikembangkan karena tipologi wisatawan yang datang biasanya selalu tertarik dengan sesuatu hal yang menarik salah satunya makanan tradisional. Ada beberapa bentuk wisata kuliner yang terbagi sesuai dengan karakteristik pada wilayah, seperti ketika melakukan kegiatan urban tourism yaitu kegiatan berkunjung ke restaurant ketika berwisata, festival makanan yang dilakukan dipusat kota. Selain urban tourism, bentuk wisata kuliner lainnya yaitu gastronomi tourim yang merupakan kegiatan wisata pada suatu destinasi untuk menikmati makanan lokal dan festival makanan tradisional. Namun, gastronomi tourism tidak hanya sekedar melakukan kegiatan wisata kuliner, juga disertai dengan pengalaman dan sejarah serta budaya dari makanan itu sendiri, selain itu wisatawan yang melakukan gastronomi tourism juga akan mempelajari tentang proses dan filosofi setiap tahapan dalam proses pembuatan makanan tersebut serta bahan makanan yang dibutuhkan untuk membuat makanan tersebut. Salah satu destinasi yang memiliki ciri khas tentang kuliner yaitu Kota Makassar. Kota Makassar merupakan salah satu kota di Indonesia yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu pusat pariwisata di Sulawesi Selatan, kota Makassar menyediakan berbagai daya tarik wisata seperti wisata kuliner, bisa terlihat dari adanya beberapa tempat yang ada di kota Makassar yang memiliki karakteristik wisata kuliner yang terkenal. Dari hal tersebut, banyak daya tarik wisata yang memanfaatkan untuk dijadikan sebagai usaha pariwisata, dengan membuatnya menjadi wisata kuliner di beberapa tempat, salah satunya berada di daya tarik wisata Pantai Losari. Pantai Losari berada di Jalan Tanjung Bunga, Desa Maloku, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. Ruang Publik Pantai Losari memiliki panjang ±950 Page 6 54 meter dengan potensi seperti lokasi ruang publik yang strategis dan berada di pesisir pantai Kota Makassar yang memiliki keindahan pantai. Desain lantai dasar beton sepanjang 910 meter digagas oleh Pemerintah Wali Kota Makassar, DM van Switten (1945-1946). Di masa pemerintahan NICA tersebut, pemasangan lantai ditujukan untuk melindungi beberapa spot dan sarana strategis warga di Jalan Penghibur dari derasnya ombak selat Makassar. Sebelum dikenal sebagai Pantai Losari, kawasan tersebut merupakan pasar ikan dan dimanfaatkan pedagang lainnya untuk berjualan kacang, pisang epe dan makanan ringan jajanan khas Makassar lainnya. Pembangunan pantai Losari diawali tahun 1945, bangunan tambahan pantai yang pertama dibuat. Tahun ke tahun Pantai Losari terus berubah, dari sebuah garis pantai yang tidak ada apa-apanya menjadi sebuah pusat keramaian baru yang kemudian hadir banyak pedagang kaki lima untuk berjualan jajanan khas Makassar. Saat ini Pantai Losari dikenal sebagai ikon Kota Makassar dan pusat kuliner khas Makassar. Pantai Losari memiliki beberapa wisata kuliner yang sangat terkenal, namun masih ada yang belum terkelola dengan baik dan masih membutuhkan penanganan yang baik dari segi keamanan dan kenyamanan wisatawan. Salah satu kuliner yang terkenal di Pantai Losari adalah wisata kuliner Pisang Epe. Pisang Epe tersedia di sepanjang Anjungan Pantai Losari di Jalan Penghibur, deretan pedagang kaki lima (PKL) yang menjajakan pisang epe dengan varian rasa yang berbeda- beda. Pisang epe dan Pantai Losari memang sejarahnya tak bisa dipisahkan. Penjual pisang epe telah ada di sekitar Pantai Losari sejak 1970-an. Seiring Pantai Losari yang makin ramai dan menjadi ikon wisata, penjual pisang epe yang awalnya hanya 5 gerobak dorong makin menjamur dan berjejer memanjang di kawasan Pantai Losari. Pisang Epe Mandiri salah satu yang cukup legendaris. Epe dalam bahasa lokal Makassar berarti jepit. Ini karena pembuatan pisang epe dijepit atau dipipihkan dengan alat press yang terbuat dari papan kayu. Setelah pisang raja dibakar, kemudian dijepit atau dipenyet. Setiap kios pisang epe sudah menyediakan meja dan kursi-kursi plastik bagi pengunjung yang ingin menikmati senja atau suasana malam di pinggir pantai sambil menyantap pisang epe. Namun, tata kelola fasilitas pada kawasan wisata ini terbilang masih belum optimal, terkhusus pada keamanan dan kenyamanan wisatawan dalam menikmati hidangan psang epe. Dari permasalahan yang ada pada Pusat kuliner Pisang epe di Pantai Losari yaitu mengenai masalah keamanan yang belum optimal, seperti parkir liar, banyaknya pencopet, beberapa penempatan amenitas berupa tempat duduk berada di pinggir laut yang masih sangat kotor sehingga yang dinilai belum terlalu memberikan kenyamanan kepada wisatawan yang datang berkunjung menikmati pisang epe. Maka dari itu perlu dilakukan pembenahan pada aspek tersebut. Selain pada permasalahan tersebut, ada beberapa inovasi dari pedagang seperti menambah kuliner khas Makassar lainnya yang bisa menarik wisatawan untuk datang menikmati wisata kuliner Pantai Losari sebagai wisata kuliner, maka atas dasar inilah penelitian dilakukan oleh penulis untuk mengetahui permasalahan pengembangan, kondisi keamanan dan kenyamanan, pengelolaan kawasan Pantai Losari sebagai wisata Kuliner, serta strategi pengembangan inovasi dalam pengelolaan wisata kuliner tersebut. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka ada tiga rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, sebagai berikut: 1. Bagaimana pemanfataan Pantai Losari sebagai wisata kuliner oleh masyarakat sekitar? 2. Bagaimana pengembangan inovasi dalam pengelolaan wisata kuliner Pantai Losari? 3. Bagaimana gambaran keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung di Pantai Losari? D. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui pemanfaatan Pantai Losari sebagai wisata kuliner oleh masyarakat sekitar 2. Untuk mengetahui pengembangan inovasi dalam pengelolaan wisata kuliner Pantai Losari 3. Untuk mengetahui gambaran keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung di Pantai Losari F. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana dalam penelitian ini instrumen kunci adalah peneliti sendiri. Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena data yang akan diperoleh di lapangan lebih banyak bersifat informasi dan keterangan yang diperoleh dari beberapa informan atau masyarakat yang ada di sekitar lokasi penelitian yaitu Pantai Losari. G. KESIMPULAN Perencanaan solusi yang ditawarkan pada permasalahan yang diangkat pada latar belakang tersebut adalah dari sisi keamanan yaitu memperketat keamanan dari Satpol PP dan penyediaan pos polisi : mengatur kemacetan dan pelaporan pada masalah-masalah yang dialami wisatawan serta adanya pembatasan pengamen yang membuat wisatawan lengah dan tidak nyaman dalam menikmati makanan kuliner. Dari sisi kenyamanan solusi yang diberikan adalah adanya peningkatan petugas kebersihan, membuat papan larangan membuang sampah, penyediaan tempat sampah yang memadai, adanya kesadaran pengunjung dan penjual, menyediakan titik parkir bagi wisata kuliner, serta adanya regulasi pintu keluar dan pintu masuk wisata kuliner. Namun pada solusi tersebut terdapat kelemahan dan kekuatan yakni apa bila diadakan pos keamanan dan pengaturan jalan beberapa masyarakat penjual keliling akan kehilangan pekerjaannya, serta beberapa wisatawan akan merasa kurang nyaman dengan adanya petugas keamanan di sekitar mereka. Namun kekuatan dari solusi yang diberikan juga cukup membawa dampak yang positif bagi peningkatan keamanan dan kenyamanan wisatawan di mana wisatawan tidak akan khawatir lagi dengan pencopet liar, kebersihan lingkungan, dan juga kenyamanan dalam menikmati kuliner yang ada di Pantai Losari. Solusi ini dinilai sangat penting karena akan meningkatkan keamanan dan kenyamanan wisatawan di mana hal itu merupakan faktor pendukung dari keinginan wisatawan untuk melakukan kunjungan kedua kali (repeat visitor) dalam suatu daya tarik wisata. Oleh karena itu, solusi ini dianggap akan sangat berkontribusi dalam mengatasi permasalahan di Pantai Losari sebagai wisata kuliner di Makassar