Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PERAN STAKEHOLDER DI TORAJA

OLEH

ALVIRA TRINANDA (2048019)

MATA KULIAH PENGELOLAAN DESTINASI PARIWISATA

DESTINASI PARIWISATA
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. TEORI STAKEHOLDER DAN PENTAHELIX
1. Pengertian Stakeholder

Ramizes dalam bukunya Cultivating Peace, mengidentifikasi berbagai pendapat

mengenai stakeholder. Friedman mendefinisikan stakeholder sebagai:

“any group or individual who can affect or is affected by the achievment of the

organization’s objectives.”Terjemahan bebasnya adalah sebagai kelompok atau individu

yang dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.

Biset secara singkat mendefinisikan stakeholders adalah orang dengan suatu kepentingan

atau perhatian pada permasalahan tertentu. Sedangkan Grimble and Wellard melihat

stakeholders dari segi posisi penting dan pengaruh yang mereka miliki.

Dari definisi tersebut, maka stakeholders merupakan keterikatan yang didasari oleh

kepentingan tertentu. Dengan demikian, jika berbicara mengenai stakeholders theory

berarti membahas hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak. Hal pertama

mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder merupakan sistem yang secara

eksplisit berbasis pada pandangan tentang suatu organisasi dan lingkungannya, mengenai

sifat saling mempengaruhi antara keduanya yang kompleks dan dinamis. Stakeholder dan

organisasi.

Saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari hubungan sosial keduanya yang

berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas. Oleh karena itu organisasi memiliki

akuntabilitas terhadap stakeholdernya. Premis dasar dari teori stakeholder adalah bahwa

semakin kuat hubungan korporasi, maka akan semakin baik bisnis korporasi. Sebaliknya,

semakin buruk hubungan korporasi maka akan semakin sulit. Hubungan yang kuat dengan

para pemangku kepentingan adalah berdasarkan kepercayaan, rasa hormat, dan kerjasama.

Teori stakeholder adalah sebuah konsep manajemen strategis, tujuannya adalah untuk
membantu korporasi memperkuat hubungan dengan kelompok-kelompok eksternal dan

mengembangkan keunggulan kompetitif.

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi

untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya.

Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang

diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Gray, Kouhy dan Adams

mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan

stakeholders sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut.

Semakin powerful stakeholder, maka semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.

Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan

stakeholdernya. Salah satu tantangan pertama bagi korporasi adalah untuk

mengidentifikasi:

 Pemegang saham dan investor yang menginginkan hasil optimal atas investasi

mereka.

 Karyawan ingin tempat kerja yang aman, gaji yang kompetitif, dan keamanan

kerja.

 Pelanggan menginginkan barang dan jasa berkualitas dengan harga yang wajar.

 Masyarakat setempat ingin investasi masyarakat.

 Regulator ingin sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Pengertian Pentahelix

Pembangunan kepariwisataan direalisasikan dengan melaksanakan rencana

pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan

kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Strategi

pengembangan pariwisata yang dicanangkan pemerintah salah satunya adalah melalui

penerapan model pentahelix. Pertama kali Model Pentahelix ini, dicanangkan oleh Menteri
Pariwisata Arif Yahya, dan selanjutnya dirumuskan menjadi Peraturan Menteri (Permen)

Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi

Pariwisata Berkelanjutan. Model Pentahelix berupaya mendorong sektor pariwisata dan

sistem kepariwisataan dengan meningkatkan peran business, government, community,

academic, and media untuk menciptakan nilai manfaat kepariwisataan serta keuntungan

dan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Konsep kolaborasi yang pertama kali diperkenalkan oleh menteri pariwisata pada saat

itu, Arief Yahya yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan bahwa

pentingnya dorongan sistem kepariwisataan melalui optimasi peran business (Bisnis),

government (Pemerintah), community (Komunitas), academic (Akademisi), and media

(Publikasi) atau di singkat BGCAM agar terintegrasi dengan baik dan menciptakan

kualitas aktivitas, fasilitas, pelayanan, serta pengalaman dan nilai manfaat kepariwisataan

agar memberikan keuntungan dan manfaat pada masyarakat dan lingkungan.

3. Peran Masyarakat dalam Pariwisata

Masyarakat harus terlibat aktif dalam pengembangan pariwisata. Pariwisata juga

diharapkan dapat memberikan peluang dan akses bagi masyarakat lokal untuk

pengembangan usaha, seperti pariwisata penunjang. Hal ini digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup penduduk lokal dengan memungkinkan

mereka untuk mendapatkan keuntungan langsung dari wisatawan secara lebih ekonomis

melalui toko kerajinan, toko souvenir, warung makan dan sejenisnya sehingga penduduk

setempat dapat memperoleh lebih banyak manfaat ekonomi langsung dari wisatawan, yang

digunakan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Tingkat keterlibatan

masyarakat dalam pariwisata sangat bervariasi dan tergantung pada jenis potensi,
pengalaman, pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh individu atau masyarakat

setempat.

B. KETERLIBATAN STAKEHOLDER DI TORAJA

1. Peran Kedudukan Stakeholder

Model pelaksanaan pengembangan destinasi pariwisata daerah yang diusulkan

untuk diterapkan dalam pengembangan potensi wisata yang ada di kabupatenTana

Toraja mengacu pada kondisi aktual saat ini berupa potensi dan wisata alam. Untuk

mengembangkan wisata-wisata terdapat stakeholder yang teribat (pemerintah, lembaga

non pemerintah), SDM, programprogram, dana dan fasilitas. Berdasarkan keterlibatan

stakeholders dan berdasarkan berdasar kondisi saat ini di dapatkan pogram-program

yang diharpakan apat memberikan arahan yang jelas dalam upaya pengembangan

daerah tujuan wisata di kabupaten Tana Toraja ke depannya.

Dalam membangun pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja

bertanggung jawab memfasilitasi masyarakat untuk bersama mengelola pariwisata

sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam hal sarana dan prasarana yang

mendukung efektivitas program atau kegiatan. Pemerintah dalam hal ini Dinas

Pariwisata menyediakan lahan untuk masyarkat sekitar objek wisata untuk tempat

membuka usaha. Pemerintah juga melakukan pembinaan kepada masyarakat yang

diberdayakan di objek wisata, masyarakat di ajak bagaimana menjaga dan mengelola

objek wisata agar tetap lestari dan menarik hati para pengunjung. Namun di sisi lain

pemerintah belum melibatkan pihak swasta baik investor atau perusahaan-perusahaan

dalam pengelolaan potesni pariwisata yang ad di Tana Toraja. Pemerintah belum

melibatkan pihak investor karen pengambil kebijakan di daerah Tana Toraja belum

menerima tawaran dari investor.


Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah telah melakukan beberapa langkah

yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar. Beberapa kegiatan yang

dilakukan Disbudpar yaitu: mengadakan pembinaan dan penyuluhan kepada

masyarakat sekitar objek wisata untuk menciptakan masyarakat yang sadar wisata,

mengikutsertakan masyarakat dalam melestarikan dan menjaga alam dan hutan,

mengajak masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan di lokasi wisata dengan

mengadakan kerja bakti bersamasama, serta ikut melestarikan budaya adatistiadat di

sekitar objek wisata, budaya kuliner, dan membantu meningkatkan keindahan dan

keramahan terhadap pengunjung.

2. Pentahelix

Banyaknya objek wisata masih belum mampu meningkatkan pendapatan

masyarakat setempat. Hal ini terlihat dari pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten

Tana Toraja jauh lebih besar daripada penerimaan asli daerah. Oleh karena itu,

pengelolaan potensi pariwisata di Kabupaten Tana Toraja harus menjadi perhatian

khusus Pemerintah Daerah, yang tercermin dalam arah kebijakan (visi) pemerintah

bahwa tujuan utama pembangunan pariwisata menjadikan Toraja sebagai destinasi

kedua setelah Bali. Hal ini bisa dicapai jika Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja

memerhatikan kondisi infrastruktur menuju objek-objek wisata, meningkatkan

pemeliharaan objek-objek wisata yang ada dengan merencanakan dan menerapkan

ketentuan hukum di lingkungan objek wisata, mengawasi pengelolaan, pendapatan dan

pengeluaran daerah, meningkatkan sumber daya manusia sebagai daya tarik bagi

investor, melaksanakan SOP ( Standar Operasional Prosedur ).

3. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Toraja

Keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola kawasan wisata merupakan

suatu kunci dari bentuk pemberdayaan masyarakat yang secara langsung dapat
memberikan dampak positif dari segi ekonomi, sosial maupun budaya. Bentuk

keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola kawasan wisata di Tana Toraja ditinjau

pada setiap daya tarik wisata berdasarkan karakteristik dari setiap jenis wisata yaitu

wisata budaya, wisata alam dan agrowisata, dan wisata religi. Adapun aspek-aspek

penilaian yang ditinjau yaitu adanya komunitas sebagai pihak pengelola kawasan

wisata, penyedia jasa transportasi, penyedia jasa komodasi, pemandu lokal.

Contoh lebih spesifiknya adalah beberapa kerajinan lokal yang diusahakan

oleh masyarakat lokal yang dapat dipromosikan bagi masyarakat lokal maupun

wisatawan untuk menambah pendapat ekonomi bagi para pengusahanya maupun

sebagai bentuk pemberdayaan bagi masyarakat untuk meningkatkan keterampilan

mereka.

Untuk keterlibatan di bidang jasa akomodasi seperti homestay dan pemandu

lokal, masyarakat Toraja belum terlibat maksimal. Sementara itu sangat banyak potensi

yang dimiliki masyarakat yang akan menunjang peningkatan ekonominya.

Anda mungkin juga menyukai