Anda di halaman 1dari 7

ACARA IV

MODAL SOSIAL MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA &


EKOWISATA

A. Pendahuluan
Pariwisata memainkan peran penting dalam proses pembangunan dan
pertumbuhan suatu wilayah. Sebagai sebuah industri, pariwisata memiliki
hubungan yang kuat dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
hidup. Pengembangan pariwisata merupakan upaya yang menjadi tanggung
jawab semua pemangku kepentingan dan masyarakat. Partisipasi masyarakat
dalam pengembangan pariwisata sangat signifikan, karena mereka dapat
memberikan informasi dan pemahaman tentang kondisi wilayahnya, serta
memastikan bahwa manfaat yang diperoleh terkait dengan kebutuhan dan
keuntungan masyarakat setempat. Keterlibatan masyarakat bukan hanya
untuk memperkuat kapasitas masyarakat lokal, tetapi juga sebagai
mekanisme untuk meningkatkan pemberdayaan warga dalam pembangunan
secara bersama-sama (Raharjana, 2010).
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menegaskan
pentingnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di bidang pariwisata. Peran
masyarakat dapat berupa memberikan saran, pertimbangan, pendapat,
tanggapan, masukan terhadap pengembangan pariwisata, serta informasi
mengenai potensi dan masalah yang ada, serta rencana pengembangan
pariwisata. Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
mendukung pengembangan pariwisata, sementara pemerintah dan sektor
swasta hanya bertugas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai
pelaku utama (Leliana, 2017). Wonosobo memiliki banyak wisata alam
menarik, termasuk beberapa di antaranya adalah objek wisata petualangan
naik gunung. Dengan lokasinya yang terletak di sekitar pegunungan,
Kabupaten Wonosobo memiliki potensi yang besar dalam pengembangan
pariwisata pendakian gunung. Beberapa objek wisata pendakian gunung
sudah ada di Kabupaten Wonosobo, salah satunya adalah Gunung Prau
(Daris dan Wijaya, 2017). Gunung Prau menjadi sumber daya yang menarik
dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata yang
menarik minat wisatawan. Dengan adanya pariwisata ini, akan muncul
berbagai usaha yang bertujuan untuk mendukung kegiatan pendakian
gunung tersebut (Ismayanti, 2010).
B. Tujuan
Mahasiswa mampu mengenal modal sosial masyarakat dalam
pengembangan wisata dan ekowisata.
C. Tinjauan Pustaka
Menurut Putnam (1993) modal sosial menjadi perekat bagi setiap
individu dalam bentuk kepercayaan, norma, dan jaringan sehingga terjadi
kerjasama yang saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama.
Putnam menganggap bahwa modal sosial sebagai seperangkat hubungan
horizontal antara orang-orang. Jaringan keterikatan sosial yang diatur oleh
norma-norma yang menentukan produktivitas suatu kelompok masyarakat
atau komunitas. Jadi menurut Putnam ada dua hal yang merupakan asumsi
dasar dari konsep modal sosial yaitu adanya jaringan hubungan dengan
norma-norma yang terkait dan keduanya saling mendukung guna mencapai
keberhasilan bagi orang-orang yang termasuk dalam jaringan tersebut.
Keinginan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pengembangan
pariwisata tentunya tidak dapat terlepas dari adanya nilai modal sosial yang
mereka miliki. Nilai modal sosial yang terkandung di dalam masyarakat
memegang peranan sangat penting dalam membantu pengembangan
pariwisata, karena masyarakat dengan modal sosial yang tinggi akan
meningkatkan partisipasi untuk mencapai tujuan bersama (Leliana, 2017).
Menurut Claiborne (2010) bahwa modal sosial yang tinggi dalam partisipasi
masyarakat dapat meningkatkan perkembangan pariwisata di lokasi tersebut.
Tingginya tingkat partisipasi masyarakat dikarenakan masyakarat
menganggap pariwisata dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat
sehingga anggapan tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan
kerjasama yang saling menguntungkan. Komponen modal sosial tersebut
berupa hubungan kepercayaan, timbal balik dan pertukaran, aturan dan
norma umum, serta keterhubungan dalam jaringan dan kelompok baik di
dalam maupun di luar masyarakat.
D. Metode Praktikum
 Alat dan Bahan
1. Kamera
2. Daftar pertanyaan
3. Alat tulis
4. Buku catatan
5. Narasumber terkait
 Waktu dan Tempat

1. Waktu : 28-29 April 2023

2. Tempat : Gunung Prau

 Cara Kerja
1. Melakukan observasi di lokasi wisata tentang modal sosial
2. Melakukan wawancara kepada pengelola dan pihak terkait
3. Menyusun laporan sementara praktikum uraikan modal sosial di lokasi
praktikum
E. Hasil dan Pembahasan
Modal sosial memiliki peran penting dalam mempersatukan individu
melalui kepercayaan, norma, dan jaringan yang menghasilkan kerjasama
yang saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial
merupakan hubungan horizontal antara individu-individu. Hubungan ini
terbentuk melalui jaringan keterikatan sosial yang diatur oleh norma-norma
yang mempengaruhi produktivitas kelompok masyarakat atau komunitas
tertentu. Dalam konsep modal sosial, terdapat dua asumsi dasar, yaitu adanya
jaringan hubungan yang didukung oleh norma-norma, dan keduanya saling
mendukung untuk mencapai kesuksesan bagi individu yang terlibat dalam
jaringan tersebut (Putnam, 1993).
Modal sosial dan partisipasi merupakan konsep yang saling berhubungan
dalam setiap kegiatan masyarakat. Menurut Claiborne (2010) masyarakat
dapat memiliki kesempatan menjadi lebih baik untuk terlibat dan
mendapatkan informasi dengan adanya ikatan sosial yang kuat, pertemuan,
kelompok atau asosiasi anggota. Apabila masyarakat menekankan kebutuhan
modal sosial sebagai sumberdaya, maka dapat menjadikan komunitas
semakin berkembang. Selain itu juga dapat memperkuat dan meningkatkan
modal sosial yang terdapat di dalam masyarakat. Pariwisata merupakan
sektor yang memerlukan keterlibatan seluruh stakeholder dan masyarakat
dalam pengembangannya. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu
bagian terpenting. Nilai modal sosial yang terkandung dalam partisipasi
masyarakat merupakan salah satu yang dapat mendorong pengembangan
pariwisata.

Di Gunung Prau modal social masyarakat yaitu berupa :

1. Kepercayaan
Modal sosial mengenai kepercayaan adalah keterlibatan masyarakat
dalam pengelolaan kawasan Gunung Prau. Masyarakat dilibatkan dalam
perencanaan wisata, kegiatan wisata, serta kegiatan lingkungan yang
dilakukan oleh komunitas dari luar daerah. Selain itu, masyarakat juga ikut
terlibat dalam pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana yang ada
serta sebagai pengelola lokasi wisata seperti penjaga loket hingga ranger.
2. Tindakan Pro-Lingkungan
Tindakan pro-lingkungan yang seringkali dilakukan di Gunung Prau
berupa penanaman dengan tujuan untuk penyelamatan hutan serta reboisasi
yang didasarkan oleh alih fungsi lahan serta pembalakan liar sehingga
merusak tegakan di Gunung Prau. Penanaman ini tidak hanya dilakukan oleh
Perhutani, namun banyak komunitas maupun ormas serta pelajar yang
melakukan penanaman di kawasan Gunung Prau.
3. Norma Sosial
Terdapat beberapa norma sosial yaitu dilarang mengambil apapun seperti
memetik tanaman, dilarang meninggalkan apapun seperti meninggalkan
sampah, dilarang membunuh apapun, dan adanya himbauan untuk membawa
turun sampah selama pendakian. Selain untuk menghormati dan menaati
aturan yang ada, hal tersebut juga dapat menjaga kelestarian ekosistem agar
terhindar dari kerusakan.
4. Jaringan Sosial
Gunung Prau merupakan kawasan ekowisata yang dikelola oleh Perhutani.
Selain itu masyarakat sekitar juga ikut berperan dalam pengelolaannya,
terutama pada kegiatan wisata. Terdapat Kerjasama dengan pihak eksternal
seperti Lembaga Masyarakat Desa Hutan ( LMDH ), hal ini bertujuan untuk
lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan Perhutani sangat terbuka
kepada semua masyarakat untuk mengajak bekerja sama asal sesuai dengan
undang–undang dan aturan–aturan yang berlaku. Selain bekerjasama dengan
LMDH pihak pengelola juga bekerjasama dengan polres.

F. Kesimpulan
Nilai modal sosial yang terkandung dalam partisipasi masyarakat
merupakan salah satu yang dapat mendorong pengembangan pariwisata.
Dalam pengembangan wisata dan ekowisata. Gunung Prau merupakan
kawasan ekowisata yang dikelola oleh Perhutani dan masyarakat sekitar,
masyarakat sekitar diberi kepercayaan untuk terlibat dalam pengelolaan
kawasan Gunung Prau. Terdapat tindakan pro lingkunga yaitu berupa
penanaman dengan tujuan untuk penyelamatan hutan serta reboisasi.
Wisatawan juga diharapkan untuk menghormati dan menaati aturan yang ada
untuk menjaga kelestarian ekosistem agar terhindar dari kerusakan.
Daftar Pustaka

Claiborne, Petra. (2010). Community Participation in Tourism


Development and The Value of Social Capital (The Case of
Bastimentos, Bocas del Toro, Panama). University of
Gothenburg.

Daris, R. M., & Wijaya, H. B. (2017). Pengaruh pariwisata pendakian


gunung prau terhadap ekonomi masyarakat Desa Patak Banteng
Kabupaten Wonosobo. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah
Kota), 6(2), 125-130.

Ismayanti, 2010. Pengantar Pariwisata Djony Herfan, ed., Jakarta:


Gramedia Widiasarana Indoneisa.

Leliana, D. H. (2017). Modal Sosial Masyarakat Dalam Pengembangan


Pariwisata (Studi Kasus: Destinasi Wisata Waduk Riam
Kanan) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Putnam, Robert D. (1993). The Prosperous Community: Social Capital


and Public Life. The American Prospect.

Raharjana, Destha Titi. (2010) Membangun Pariwisata Bersama Rakyat:


Kajian Pariwisata Lokal dalam Membangun Desa Wisata di
Dieng Plateau. Jurnal Kawistara.
Proses wawancara Pendaki yang membawa Pendaki yang membawa
turun kembali sampah turun kembali sampah

Beberapa peraturan yang Pendakian Puncak Gunung Parau


terdapat disepanjang jalur
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai