Anda di halaman 1dari 7

THE IDENTIFICATION OF COMMUNITY CAPACITY , IN CONCERN OF ECOTOURISM DEVELOPMENT (Case Study: Cibuni Crater, Ciwidey, Bandung Regency)

Andelissa Nur Imran1), Suhirman2), Petrus Natalivan3), Priza Marendraputra4) Urban Planning and Design Research Group School of Architecture, Planning, and Policy Development Institute Technology of Bandung

ABSTRACT
Ekowisata merupakan bagian dari kegiatan wisata yang bertujuan terutama untuk mengagumi keindahan alam dan budaya dengan tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan (konservasi) dan memberikan keuntungan terhadap komunitas lokal secara ekonomi. Komunitas lokal memiliki peran yang besar dalam pengembangan lokasi ekowisata dalam mengelola, menyajikan, dan mensosialisasikan objek wisata, yang memberikan kesempatan bagi komunitas lokal untuk berkembangan menuju kemandirian ekonomi. Pengelolaan yang baik akan memberikan rasa aman dan kepercayaan bagi wisatawan yang berkunjung. Dalam pengembangannya, ekowisata ini harus didukung dengan partisipasi komunitas lokal. Pelibatan komunitas lokal dapat menjadi kunci utama dalam pengembangan ekowisata. Pelibatan komunitas lokal dapat digunakan seoptimal mungkin, salah satunya dengan cara mengidentifikasi kapasitas komunitas lokal tersebut. kapasitas komunitas merupakan interaksi dari modal manusia, sumberdaya organisasi, dan modal sosial yang terdapat di dalam komunitas yang dapat berpengaruh dalam pemecahan permasalahan kolektif dan meningkatkan serta mensejahterakan komunitas (Chaskin, 2001). Kapasitas komunitas yang dimiliki oleh suatu komunitas dapat mempengaruhi pembangunan ekowisata yang akan dilakukan ke depannya. Kawah Cibuni yang terletak di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung merupakan salah satu objek wisata yang memiliki keindahan alam dan budaya, dengan kondisi alamnya yang masih hijau, alami, dan penduduk asli yang menempati daerah tersebut. Kawah Cibuni dikenal karena adanya sumber air panas dan kawah-kawah kecil yang aktif. Kawah Cibuni memiliki kriteria sebagai lokasi ekowisata yang ikut melibatkan peran komunitas lokal dalam pengembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapasitas komunitas lokal, yang dalam pemanfaatannya untuk pengembangan ekowisata. Kata kunci: Ekowisata, Kapasitas Komunitas, Komunitas Lokal

A. INTRODUCTION
Pariwisata merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan penggunaan waktu luangnya. Pariwisata juga merupakan suatu sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah dengan jenis yang berbeda-beda untuk tiap daerah. Sebagai sebuah sumberdaya, maka pariwisata perlu dikelola secara khusus agar perkembangannya tepat sasaran. Ekowisata sebagai sebuah konsep yang menggabungkan antara aspek

lingkungan dan pariwisata, menjadi sebuah konsep penataan pariwisata dengan menambahkan aspek partisipasi di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk mengkonservasi sumberdaya alam, khususnya keanekaragaman hayati dan mempertahankan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan di mana keduanya memberikan pengalaman ekologi kepada wisatawan, konservasi lingkungan ekologis, dan memperoleh manfaat ekonomi. Ekowisata merupakan suatu kegiatan wisata yang ramah lingkungan dengan mengadopsi prinsip pariwisata berkelanjutan sehingga memberikan dampak kecil pada kerusakan lingkungan, namun dapat menciptakan peluang kerja dan membantu kegiatan konservasi itu sendiri. Akan tetapi, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan untuk mendukung pariwisata masih belum kuat, maka dari itu harus diatasi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan kepekaan budaya di sekitarnya. Dalam pengembangannya, ekowisata membutukan peran dari komunitas lokal. Komunitas lokal dapat berpartisipasi dalam ekowisata mulai dari awal perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi. Pelibatan komunitas lokal ini sangat diperlukan karena berkaitan dengan peningkatan kualitas dan kondisi sosial dan ekonomi komunitas lokal. Hal ini juga berkaitan dengan kapasitas komunitas yang dimiliki oleh komunitas lokal tersebut. Kapasitas komunitas dapat menjadi sebuah pendekatan lain yang menekankan pada partisipasi dari individu di dalam komunitas, dalam proses membangun hubungan, perencanaan komunitas, pengambilan keputusan, dan tindakan (Gittel, Newman, Ortega, 1995 dalam Chaskin, 2001). Beberapa fokus menekankan pada organisasi dan beberapa individu; beberapa fokus menekankan pada hubungan afektivitas dan shared values, sedangkan yang lain memberikan prioritas terhadap partisipasi dan keterlibatan. Akan tetapi, kapasitas komunitas mencakup beberapa faktor, yaitu: keberadaan sumberdaya, jaringan hubungan, kepemimpinan, dan dukungan untuk pergerakan (mobilitas). Kawah Cibuni yang merupakan objek dalam penelitian ini, memiliki keunikan tersendiri yaitu memiliki perkampungan di tengah-tengah kawah tersebut. keberadaan kampung ini sudah ada dari sejak dulu. Hal-hal yang menjadi daya tarik wisata Kawah Cibuni adalah air panas dan pemandangan alamnya. Komunitas lokal di Kawah Cibuni sudah memiliki kemandirian dalam menyediakan kebutuhan hidupnya. Mereka juga sudah mulai dilibatkan untuk ikut serta dalam pengembangan ekowisata di Kawah Cibuni oleh pengelolanya. Dengan dilatarbelakangi hal ini, maka timbullah pertanyaan, bagaimanakah kapasitas komunitas lokal di Kawah Cibuni?. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kapasitas komunitas lokal dalam pengembangan ekowisata.

B. METHODS OF RESEARCH
Penelitian mengenai identifikasi kapasitas komunitas lokal Kawah Cibuni merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus tunggal. Metode penelitian ini dibagi menjadi metode pengumpulan data dan metode analisis data.

1) Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer didapatkan dengan cara mengobservasi langsung ke wilayah penelitian dan mewawancarai semua anggota di dalam komunitas lokal Kawah Cibuni. Berikut ini adalah tabel pengumpulan data yang digunakan selama penelitian:
Table 1. Metode Pengumpulan Data No. 1 Data Karakteristik dan potensi ekowisata Kawah Cibuni Karakteristik Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Modal-modal yang dimiliki Komunitas Lokal Modal Fisik Wawancara dan Observasi Modal Finansial Modal Lingkungan Modal Teknologi Modal Manusia Modal Sosial Source Buku, Jurnal Methods of Collecting Data Studi Literatur

Wawancara dan Observasi

Survey primer

. Survey primer

2) Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian identifikasi kapasitas komunitas lokal dalam pengembangan ekowisata adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan metode content analysis.

C. OVERVIEW
Kawah Cibuni merupakan objek wisata yang letaknya paling ujung dari wilayah Ciwidey. Kawah Cibuni mempunyai daya tarik wisata berupa keindahan alam dan sumberdaya lokalnya yang berupa air panas. Air panas di Kawah Cibuni diyakini dapat membantu penyembuhan berbagai penyakit. Oleh karena itu, kawasan ini sudah ramai dikunjungi sejak dulu. Namun baru ramai dikunjungi wisatawan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

Kawah Cibuni memiliki sebuah komunitas kecil yang tinggal di tengah-tengah kawah tersebut. komunitas kecil ini sudah ada sejak dahulu kala. Pada awalnya, hanya 1 keluarga yang tinggal di sini, kemudian turun temurun hingga sampai saat ini ada 8 keluarga yang tinggal. Dengan keberadaan komunitas tersebut, hal ini dapat menguntungkan pihak pengelola wisata untuk mengembangan kawasan tersebut menjadi kawasan ekowisata. Karakteristik sosial ekonomi dari komunitas lokal Kawah Cibuni dilihat dari mata pencahariannya. Sebagian besar memiliki pekerjaan bertani dan berkebun. Hal ini disebabkan dari letak Kawah Cibuni yang dikelilingi oleh lahan pertanian dan perkebunan. Sedangkan karakteristik sosial budaya tercermin dari budaya-budaya dan tradisi yang rutin dilakukan komunitas tersebut pada waktu-waktu tertentu. Komunitas lokal disana memiliki dua buah tradisi tahunan, yaitu pada tanggal 25 Safar dan 14 Maulud. Tradisi ini dilakukan sebagai peringatan tanggal pertama kalinya Kawah Cibuni ditemukan.

Figure 1. Kawah Cibuni

D. ANALYSIS
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan kesesuaian karakteristik Kawah Cibuni terhadap karakteristik ekowisata
Table 2. Kesesuaian Karakteristik Kawah Cibuni terhadap Karakteristik Ekowisata No. 1 2 3 4 Indikator Pelestarian lingkungan alam dan budaya lokal Harmonisasi antara lingkungan binaan dan lingkungan alam sekitarnya Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati Membangun kesadaran dan penghargaan terhadap pentingnya lingkungan dan budaya lokal Penilaian V V V V

No. 5

Indikator Pembelajaran terhadap wisatawan tentang pentingnya konservasi alam dan budaya lokal Memberikan kesempatan pada komunitas lokal untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan kawasan wisata Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konservasi lingkungan alam Peningkatan kapasitas komunitas lokal Mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lokal Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan akibat kegiatan wisata Pelibatan masyarakat lokal dalam proses perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan kawasan ekowisata Peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dalam kehidupan masyarakat sehari-hari melalui tambahan dari pariwisata Pengalokasian pendapatan setempat untuk kegiatan konservasi wilayah setempat

Penilaian V

7 8 9 10

V V V V

11

12

13

Kapasitas komunitas berkaitan erat dengan sumberdaya yang dimiliki komunitas tersebut untuk membantuk keterlibatan mereka dalam pengembangan ekowisata. Sumberdaya tersebut dibagi ke dalam beberapa bagian seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Kapasitas Komunitas Lokal Kawah Cibuni Modal Fisik Untuk mendukung kegiatan wisata di Kawah Cibuni, komunitas lokal menyediakan rumah penduduk, mushola, tempat sampah, WC, dan warung-warung kecil. Modal Finansial Dalam penyediaan kebutuhan publik, seperti fasilitas umum dan fasilitas sosial, komunitas lokal di Kawah Cibuni memakai dana masingmasing, tanpa bantuan dari pihak luar. Hal ini dipicu karena belum adanya pengelolaan khusus dari pihak pengelola wisata Modal Lingkungan Kawah Cibuni memiliki sumberdaya lokal berupa lumpur dan gas belerang, serta pohon balakaceu. Sumberdaya tersebut dapat diakses dengan mudah namun dalam mempergunakannya harus menghindari dampak negatif yang mungkin akan muncul

Tabel 3. Kapasitas Komunitas Lokal Kawah Cibuni Modal Teknologi Komunitas lokal disana berinisiatif untuk menggunakan teknologi sederhana berupa turbin dengan memanfaatkan tenaga air sungai untuk menghasilkan listrik. Hal ini disebabkan belum adanya listrik yang bisa menjangkau tempat mereka Modal Manusia Komunitas lokal Kawah Cibuni merupakan sumberdaya manusia yang cukup berkualitas. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan mereka yang sudah mempunyai inisiatif dalam menciptakan listrik sendiri, selain itu mereka juga sudah memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan alamnya. Modal Sosial Modal sosial yang dimiliki komunitas lokal Kawah Cibuni belum terlalu kuat.Walaupun jejaring di antara anggota komunitas sudah terjalin cukup baik, namun jejaring dengan komunitas lain di luar komunitas lokal belum terjalin. Hal ini agak menyulitkan mereka untuk mengembangkan ekowisata di Kawah Cibuni.

Modal Fisik yang dimiliki komunitas lokal Kawah Cibuni berupa bangunan dan infrastruktur penunjang wisata. Bangunan yang disediakan antara lain rumah penduduk yang berfungsi sebagai tempat menginap, warung-warung, mushola, dan WC umum. Sedangkan infrastruktur penunjang wisata yang disediakan adalah tempat pemandian air panas, tempat sampah, jembatan, dan saung untuk berteduh. Semua fasilitas wisata ini merupakan fasilitas yang ramah lingkungan. Dalam penyediaan fasilitas-fasilitas tersebut, komunitas lokal di sana tidak mendapat bantuan dana dari pihak pengelola maupun pihak pemerintah. Mereka hanya menggunakan modal yang mereka miliki saja untuk menyediakan fasilitas tersebut.

Figure 2. Mushola dan Penginapan di Rumah Penduduk Selain fasilitas yang ramah lingkungan, mereka juga menciptakan teknologi sederhana berupa turbin air untuk menciptakan listrik. Turbin ini digerakkan dengan menggunakan aliran air sehingga terciptalah listrik yang dapat menerangi kampung mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sudah memiliki inisiatif dalam menciptakan listrik sendiri dengan segala kemampuan dan modal yang mereka miliki.

Figure 2. Turbin Air Penghasil Listrik

E. CONCLUSION F. REFERENCES
Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press, 2008. Chaskin, Robert J., Prudence Brown, Sudhir Venkatesh, and Avis Vidal. Building Community Capacity. New York: Walter de Gruyter, 2001.

Anda mungkin juga menyukai