RINGKASAN EKSEKUTIF
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
I. PENDAHULUAN
2
merugikan jika pengembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik. Berbeda
dengan pariwisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang memberikan
dampak langsung terhadap konservasi kawasan, berperan dalam usaha pemberdayaan
ekonomi masyarakat lokal, serta mendorong pembangunan berkelanjutan (Hakim, 2004).
Secara garis besar, ekowisata merupakan konsep wisata ramah lingkungan yang mampu
meminimalisir dampak negatif terhadap alam, sosial, budaya dan kehidupan masyarakat
lokal. Konsep desa wisata dan ekowisata memiliki kesamaan mendasar dalam hal
konservasi kawasan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan.
Pariwisata merupakan salah satu potensi unggulan dan basis pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Banyuwangi. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata menjadi salah satu
prioritas unggulan pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten
Banyuwangi tahun 2010-2015. Visi Pembangunan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi
yang dituangkan dalam Renstra SKPD Pariwisata sebagai Penjabaran RPJMD Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2010-2015 adalah Mewujudkan Banyuwangi sebagai Daerah Tujuan
Wisata Nasional yang Berbasis Kebudayaan dan Potensi Alam serta Lingkungan.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kemiren dengan pertimbangan desa tersebut
sejak tahun 1995 telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjadi kawasan
wisata desa adat Using (Kompas, 2011). Selama hampir 15 tahun sejak penetapannya
menjadi kawasan desa wisata, di samping keberhasilan, tentu ada banyak masalah yang
dihadapi, utamanya dalam partisipasi masyarakat.
Secara lebih rinci, tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini ditetapkan sebagai
berikut, yaitu: 1) mengkaji aktivitas pengelolaan Kemiren sebagai desa wisata dan
ekowisata terkait dengan partisipasi masyarakat; 2) memetakan faktor pendukung dan
penghambat pengembangan program desa wisata dan ekowisata berbasis partisipasi
masyarakat di Desa Kemiren; 3) mengkaji bentuk partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan Kemiren sebagai desa wisata dan ekowisata; serta 4) merancang model
pengembangan desa wisata dan ekowisata berbasis partisipasi masyarakat di Desa
Kemiren.
3
II. METODE PENELITIAN
5
dihubungkan dengan selat di sebelah timurnya. Desa Kemiren berada sekitar 5 km arah
barat dari pusat kota Banyuwangi sehingga dekat dengan pusat ekonomi dan
pemerintahan. Jarak tempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor ke pusat kota
hanya berkisar 10-15 menit perjalanan. Sementara itu jarak dengan pusat moda
transportasi darat utama, yaitu stasiun kereta api dan terminal bus, juga relatif dekat.
Stasiun kereta api Karangasem yang merupakan stasiun kereta api terdekat dengan kota
Banyuwangi hanya berjarak sekitar 2,5 km ke arah timur dari desa Kemiren. Terminal bus
Brawijaya (Karangente) yang berada di pinggiran kota Banyuwangi berjarak sekitar 4 km
dari desa ini.
Desa Kemiren oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai desa wisata
adat Using pada tahun 1995 karena penduduknya masih memegang teguh adat dan budaya
Using. Using merupakan sebutan bagi suku yang diyakini sebagai puak pribumi
Banyuwangi, yang merupakan sisa masyarakat Blambangan lama. Kini suku Using
menempati tak lebih 9 kecamatan dari 24 kecamatan di Banyuwangi. Kecamatan-
kecamatan tersebut adalah Banyuwangi (Kota), Giri, Kabat, Rogojampi, Songgon,
Singojuruh, Cluring dan Genteng (Sari, 1994: 23). Desa-desa yang menjadi kantong-
kantong kebudayaan Using dan tetap mempertahankan budaya, adat istiadat dan seni
tradisional Using juga semakin berkurang dan mengecil. Oleh karena itulah, maka
konservasi budaya Using, utamanya di Desa Kemiren, dipandang penting untuk dilakukan.
6
pemasaran dan promosi, peningkatan kualitas budaya dan lingkungan serta
pengembangan sumber daya manusia (Pitana, 2009: 114). Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, pemerintah telah menghasilkan beberapa produk kebijakan yang
berkaitan dengan pariwisata daerah; yaitu 1) RPJMD th. 2010-2015 yang dijabarkan
dalam Renstra SKPD Pariwisata, 2) Perda no.13 tahun 2012 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan, dan 3) Perda no.08 th. 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah th. 2012-2032 yang pada pasal 64 mengatur tentang kawasan Peruntukan
Pariwisata. Seluruh kebijakan pemerintah daerah yang berhubungan dengan pariwisata
tersebut menjadi arah dan pedoman dalam pembangunan dan pengembangan sektor
kepariwisataan di Banyuwangi, termasuk di antaranya di Kemiren.
Meskipun penetapan Kemiren sebagai kawasan peruntukan pariwisata desa wisata
Using ini telah diatur oleh pemerintah daerah, tetapi di tingkat pemerintahan desa
Kemiren belum ada peraturan desa yang khusus mengatur masalah pariwisata desa atau
desa wisata. Beberapa hal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah dalam
pengembangan pariwisata di Kemiren antara lain: 1) Pembangunan Anjungan Wisata
Using dengan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang pengelolaannya saat ini
masih diserahkan kepada pihak swasta, 2) Pembangunan dan peningkatan sarana dan
prasarana penunjang pariwisata melalui peningkatan mutu jalan utama Kemiren,
pembangunan 6 toilet berstandar internasional, bantuan dana stimulus untuk rumah adat
Using, dll, 3) Peningkatan SDM melalui beragam pelatihan kepariwisataan, ketrampilan,
industri kreatif, studi banding desa wisata, dll. serta pembinaan seni-budaya, 4) Bantuan
dana dan promosi untuk kegiatan-kegiatan adat yang telah masuk dalam Kalender Wisata
Tahunan Banyuwangi tahun 2013 seperti Ider Bumi dan Tumpeng Sewu, 5) Bantuan dana
pengembangan wisata melalui PNPM Mandiri Pariwisata, 6) Bantuan dana melalui
BPNB (Balai Pelestarian Nilai-Nilai Budaya) Yogyakarta untuk pelestarian seni tradisi,
adat dan nilai budaya, dan 7) Bantuan dana melalui dana Kesmas DPRD Kabupaten
Banyuwangi, dan lain-lain.
7
memperkuat dan menunjang keberadaan Desa Wisata Using Kemiren, tetapi harapan akan
sinergi dan hubungan yang saling menguntungkan antara pihak pengelola dengan
masyarakat Kemiren tidak terjalin dengan baik.
Peran pihak swasta juga terlihat pada acara Cultural Trip (Jalan-Jalan jelajah
Budaya) yang diselenggarakan oleh Gelar, salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang pengembangan program berbasis konten lokal, tradisi dan kontemporer yang
berpusat di Jakarta, bekerjasama dengan Majalah National Geographic Indonesia. Pada
acara tersebut, salah satu destinasi yang ditawarkan adalah mengunjungi desa adat Using
di Kemiren. Keterlibatan pihak swasta yang berfungsi sebagai tour operator seperti
kegiatan ini perlu dijalin dan dikembangkan lebih luas sebagai salah satu motor
penggerak pengembangan wisata desa di Kemiren.
Pada acara Tumpeng Sewu dan Ider Bumi, pihak swasta juga turut berperan dalam
pendanaan acara dengan kontrapretasi berupa pemasangan umbul-umbul atau baliho iklan
produk perusahaan yang mendanai kegiatan tersebut. Peran dan keterlibatan pihak swasta
juga terlihat pada promosi dan liputan acara-acara seni, budaya dan tradisi Using di
Kemiren. Beberapa media massa cetak dan elektronik baik lokal maupun nasional telah
sering melakukan liputan budaya yang merupakan daya tarik wisata utama di Kemiren.
Peran media massa ini sangat penting sebagai media pemasaran daya tarik wisata
Kemiren untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.
Salah satu unsur dari pemangku kepentingan yang penting juga untuk dilihat
keterlibatannya dalam pengembangan desa wisata di Kemiren adalah perguruan tinggi
dan lembaga-lembaga pemberi bantuan dana (lembaga donor) dalam bidang pelestarian
tradisi, seni dan budaya serta pemberdayaan masyarakat. Sementara kegiatan pengabdian
kepada masyarakat lebih banyak dilakukan oleh perguruan tinggi lokal yang ada di
Banyuwangi dalam bentuk penyelenggaraan kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa.
Keberadaan para peneliti dan institusi perguruan tinggi yang selama ini melakukan
penelitian dan PPM (pengabdian kepada masyarakat) semestinya dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat Kemiren untuk menjalin kerjasama dengan mereka dalam pengembangan
pariwisata di Kemiren. Hal ini penting dilakukan karena perguruan tinggi memiliki
sumberdaya manusia, kapasitas keilmuan yang memadai serta jaringan luas yang
memungkinkan membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam pengembangan
pariwisata di Kemiren. Selama ini peran perguruan tinggi dalam program-program yang
8
bersentuhan langsung dengan masyarakat Kemiren sebatas pada pengabdian kepada
masyarakat dalam bentuk KKN yang inipun biasanya tidak memiliki dampak yang
maksimal bagi masyarakat. Peran dan keterlibatan lembaga donor atau lembaga pemberi
bantuan juga cukup penting untuk ikut dalam pengembangan pariwisata di Kemiren.
Dengan adanya kebudayaan Using yang khas di Kemiren maka masyarakat kemiren
sebenarnya memiliki potensi untuk bekerjasama dengan berbagai lembaga donor yang
berhubungan dengan pelestarian dan apresiasi seni, tradisi dan budaya masyarakat lokal.
9
pemberian informasi, 3) partisipasi dengan konsultasi, 4) partisipasi untuk mendapatkan
insentif materi, dan 5) partisipasi fungsional. Sementara itu, dua jenis partisipasi yang
belum ditemukan di Kemiren adalah partisipasi interaktif dan mobilisasi diri. Partisipasi
interaktif dan mobilisasi diri ini secara umum bercirikan kemandirian dalam
pengorganisasian masyarakat dalam melakukan analisis bersama, pengembangan dan
pembuatan atau penguatan institusi. Dua tipe partisipasi tertinggi ini memandang
partisipasi sebagai suatu hak dan tak hanya sebagai alat mencapai tujuan proyek.
Partisipasi jenis ini juga memiliki kecenderungan untuk melibatkan metodologi
interdisipliner dan memanfaatkan proses pembelajaran yang terstruktur dan sistematis.
Selain itu, kelompok lokal secara mandiri mampu mengontrol pembuatan keputusan lokal
dan menentukan cara memanfaatkan sumberdaya dan masyarakat mampu mengambil
inisatif yang terpisah dari institusi luar. Salah satu hal yang bisa menjadi penilaian ada atau
tidaknya bentuk partisipasi ini adalah keberadaan seperangkat aturan beserta lembaga/
organisasi masyarakat. Selama penelitian berlangsung tidak ditemukan adanya Perdes
tentang pariwisata dan lembaga pengelola pariwisata desa di Kemiren.
10
peluang, sedangkan faktor penghambat merupakan gabungan dari kelemahan dan
ancaman.
11
D.2. Analisis Strategi
A. Simpulan
1. Aktifitas pengelolaan Kemiren sebagai desa wisata dan ekowisata terbagi atas peran
dan keterlibatan pemerintah, peran dan keterlibatan swasta, peran dan keterlibatan
masyarakat (partisipasi masayarakat);
2. Bentuk partisipasi masyarakat Kemiren dalam pengembangan pariwisata terbagi
dalam 5 tipologi, yaitu 1) partisipasi pasif, 2) partisipasi dalam pemberian informasi,
3) partisipasi dengan konsultasi, 4) partisipasi untuk mendapatkan insentif materi,
dan 5) partisipasi fungsional. Sementara bentuk partisipasi interaktif dan mobilisasi
diri tidak ditemukan di Kemiren;
3. Terdapat 14 faktor pendukung dan 10 faktor penghambat pengembangan pariwisata
berbasis partisipasi masyarakat di Desa Kemiren; dan
4. Hasil penilaian faktor internal dan eksternal Desa Kemiren untuk pengembangan
desa wisata dan ekowisata berbasis partisipasi masyarakat secara keseluruhan
dijabarkan dalam 15 strategi prioritas pengembangan.
13
B. Saran
B.1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi
1. Disbudpar meningkatkan kegiatan-kegiatan terkait pengembangan SDM pariwisata
desa, seperti pelatihan teknis dan manajerial kepariwisataan dan diiringi dengan
pendampingan masyarakat untuk mengawal proses.
2. Dishub mengupayakan tersedianya transportasi umum dari pusat kota ke Desa
Kemiren dan desa-desa wisata lain di sekitarnya; seperti Taman Suruh, Kalibendo,
Olehsari, Bakungan, Ijen.
3. Disbudpar dan Dispenda bersama-sama dengan pemerintah desa Kemiren
mengupayakan terjalinnya hubungan yang sinergis antara pengelola Anjungan Wisata
Using dan pemerintah desa Kemiren sehingga kebutuhan yang mendesak akan sarana
dan prasarana penunjang pariwisata desa terpenuhi; misalnya tempat pertunjukan yang
representatif, lokasi yang memadai bagi pelaksanaan festival-festival kesenian yang
diselenggarakan sebagai pendukung ritual adat, dan tempat penjualan souvenir khas
Kemiren.
4. DPU mengupayakan pengadaan lampu penerangan di sepanjang jalan utama Kemiren.
5. Disbudpar dan BPMPD (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa) siap
mengawal Pemerintah Desa Kemiren dalam pembuatan Perdes pariwisata berbasis
partisipasi masyarakat apabila pemerintahan yang bersangkutan membutuhkan
bimbingan.
6. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi membantu tata kelola museum benda-
benda kuno di Kemiren dalam hal identifikasi jumlah dan sejarah masing-masing
benda koleksi, pembuatan katalog benda-benda koleksi, dan perawatan yang tepat
bagi masing-masing benda koleksi.
7. Mengalihkan pelaksanaan acara-acara dinas yang biasanya diselenggarakan di hotel-
hotel atau gedung-gedung pemerintah di pusat kota ke Kemiren (Anjungan Wisata
Using).
14
memudahkan pengelolaan, koordinasi dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak
terkait.
2. Pemerintah desa bersama-sama dengan pihak terkait merintis pembuatan pusat data
Kemiren yang berisi informasi dan dokumentasi kekayaan seni, tradisi dan budaya
Using di Kemiren sebagai bentuk konservasi budaya dan daya tarik wisata khusus
pendidikan.
3. Pemerintah desa secara aktif mengidentifikasi masalah yang muncul berkaitan
dengan pengembangan pariwisata
4. Pemerintah desa secara aktif menjalin kerjasama dengan LPPM dari PTS/PTN dan
lembaga-lembaga donor untuk membantu pengembangan pariwisata desa.
5. Pemerintah desa membuat program penguatan branding image Kemiren sebagai desa
wisata adat Using. Sebagai contoh pembuatan paglak di sepanjang jalan Kemiren.
Penguatan branding image ini merupakan nilai tambah yang dapat membedakan
Kemiren dengan desa-desa lainnya.
6. Merancang program-program wisata alam pedesaan berbasis masyarakat.
7. Bekerjasama dengan desa-desa lain yang memiliki potensi wisata.
8. Bersama masyarakat dan pihak terkait lainnya mengusahakan adanya tempat
penjualan souvenir/kerajinan bagi wisatawan.
15
3. Menghormati nilai-nilai tradisi dan budaya masyarakat lokal dalam pengembangan
usaha jasa pariwisata.
16