Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL JOURNAL REVIEW GEOGRAFI

TRANSPORTASI DAN PERMUKIMAN


(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geografi
Transportasi dan Permukiman yang di ampu oleh Dosen :
Drs.Mbina Pinem,M,Si.

Oleh :
INDRI OKTAVIA
3181131008
Kelas : A 2018 PENDIDIKAN GOEGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

1
EXCECUTIVE SUMMARY

Critical Journal Review dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kurikulum KKNI dalam
mata kuliah Geografi Transportasi dan Permukiman, dalam penyusunan makalah penulis
mengunakan 2 jurnal yang berjudul “Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh
di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat dan Kajin Karakteristik Kawasan Permukiman Kumuh di
Kampung Kota”

Sistematika penysunan makalah pun mengikuti sistematika yang ada dalam kontrak
perkuliahan Geografi Transportasi dan Permukiman dengan dosen mata kuliah Bapak Drs.Mbina
Pinem,M,Si. Mungkin makalah ini masih jauh dari kata sempurna , tapi tidak ada salahnya untuk
dicoba membaca isi dari makalah ini karena makalah ini mancakup tetang bagaimana seorang
guru atau pendidik yang baik, berkarakter, dan mempunyai etika.

Makalah ini juga sangat menarik dibaca di kalangan masyarakat dan para orang tua
karena seperti yang kita tahu bahwa pendidikan itu bukan hanya msalah seorang guru atau
pendidik semata melainkan peran masyarakat dan keluarga sangat penting, karena guru hanya
sebgai fasilitator untuk mengarahkan pengetahuan yang lebih baik dan prilaku anak didik yang
baik.

Maka dari itu semoga para pembaca menyukai makalah saya dan dapat mengambil
makna yang tersirat dalam makalah saya ini.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat beliau
saya dapat menyusun makalah CJR ini. Makalah CJR ini disusun untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Geografi Transportasi dan Permukiman.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen kami Drs. Mbina Pinem,M,Si
sebagai dosen pengajar Geografi Transportasi dan Permukiman karena telah memberi saya
kesempatan untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Saya juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada banyak pihak yang banyak membantu kami untuk menyusun
makalah ini.

Menyusun makalah ini tidaklah jauh dari kata sempurna dan mungkin masih banyak yang
melenceng dari materi. Oleh karena itu dimohon kritik dan saran sangat di harapkan untuk
membangun agar kami kedepan nya bisa menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Dan juga
dalam menulis makalah ini ada kesalahan dalam penulisan dan tata bahasa yang mungkin tidak
sesuai.

Medan, 26 Oktober 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

EXCECUTIVE SUMMARY……………………………...…………………………………….2

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………3

DAFTAR ISI………………………………………………………………...…………………...4

BAB I : PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR…………………………………………….…………..…. 5


B. Tujuan Penulisan CJR……………………………………………….……..…………….. 5
C. Manfaat CJR……………………………………………………………..………………. 5
D. Identitas Artikel dan Jurnal yang di review……………………………………..……….. 6

BAB II : RINGKASAN ISI JURNAL

A. Jurnal Utama…………………………………………………………..…………………. 7
B. Jurnal Pembanding………………………………………………...……………………..12

BAB III : PEMBAHASAN

A. Kelebihan …………………………...………………………...………………………...16
B. Kelemahan …………………...……………..………………….……………………..…16

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………….………………………...17
B. Saran…………………………………………………….……………………………….17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….………………………….....15

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Critical Journal Review (CJR) sangat penting bagi kalangan pendidikan terutama untuk
mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu jurnal maka mahasiswa/i
ataupun si pengkritik dapat membandingkan jurnal dengan tema yang sama, dapat
melihat mana jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik untuk
digunakan berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut,
setelah dapat mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu
jurnal karena sudah mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk
digunakan dan sudah mengerti bagaimana cara menulis atau langkah-langkah apa saja
yang diperlukan dalam penulisan jurnal tersebut.

B. Tujuan Penulisan CJR


Critical journal Review ini dibuat bertujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Geografi
Transportasi dan Permukiman untuk membuat Critical Journal Review (CJR) sehingga
dapat menambah pengetahuan untuk melihat atau membandingkan dua atau beberapa
jurnal yang baik dan yang  benar. Setelah dapat membandingkan maka akan dapat
membuat suatu jurnal karena sudah dapat membandingkan mana jurnal yang sudah baik
dan mana jurnal yang masih perlu diperbaiki dan juga karena sudah mengerti langkah-
langkah dari  pembuatan suatu jurnal.

C. Manfaat CJR
Manfaat penulisan Critical Journal Review ( CJR), yaitu :
1. Dapat membandingkan dua atau lebih jurnal yang direview.
2. Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu jurnal.
3. Supaya kita dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CJR yang benar.
4. Dan dapat menulis bagaimana jurnal yang baik dan benar.
5. Menambah pengetahuan kita tentang isi-isi dari jurnal-jurnal penelitian.

5
D. Identitas Artikel dan Jurnal yang di Review
Jurnal Utama
1. Judul Artikel : Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman
Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat
2. Nama Jurnal : Jurnal TEKNIK POMITS
3. Edisi Terbit : 2014
4. No Volume : Vol 3, No 2
5. Pengarang Artikel : Niken Fitria dan Rulli Pratiwi Setiawan
6. Nomor ISSN : 2337-3539

Jurnal Pembanding

1. Judul Artikel : KAJIAN KARAKTERISTIK KAWASAN


PEMUKIMAN KUMUH DI KAMPUNG KOTA
2. Nama Jurnal : Jurnal Teknik PWK
3. Edisi Terbit : 2015
4. No Volume : Volume 4, no 2
5. Pengarang Artikel : Raisya Nursyahbani dan Bitta Pigawati
6. Nomor ISSN :-

6
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

A. Jurnal Utama
ABSTRAK
Wilayah permukiman yang terdapat di Kelurahan Kapuk, merupakan salah satu
permukiman di Jakarta Barat dimana terdapat kawasan kumuh didalamnya. Kawasan
kumuh yang ditemui pada wilayah tersebut memiliki tingkat kekumuhan mulai dari
tingkat kumuh ringan, sedang bahkan hingga berat. Artikel ini merupakan bagian dari
penelitian mengenai arahan peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh di
Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat. Dalam artikel ini akan membahas mengenai tahapan
identifikasi karakteristik lingkungan permukiman kumuh yang terdapat di masing-masing
tingkat kekumuhan yang terdapat di Kelurahan Kapuk menggunakan teknik statistical
descriptive. Setelah dilakukan identifikasi, didapatkan karakteristik yang dimiliki oleh
permukiman kumuh diwilayah studi yang ditinjau dari 5 aspek, yaitu kondisi fisik,
ekonomi, ketersediaan sarana dan prasarana, sosial, dan juga bahaya (hazard).
PENDAHULUAN
Menurut data Dinas Perumahan DKI Jakarta, jumlah penduduk Jakarta pada tahun
2011 berjumlah 9.607.787 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.315.763 jiwa/ha. Jumlah
penduduk miskin di Jakarta tahun 2012 mencapai 363.200 jiwa. Dari luas total wilayah
DKI Jakarta yang mencapai 66.200 Ha, sebesar 49,47% diperuntukan sebagai kawasan
perumahan dan permukiman dimana terdapat 5,4% permukiman kumuh didalamnya
dengan 392 RW kumuh.
Permukiman kumuh merupakan keadaan lingkungan hunian dengan kualitas yang
sangat tidak layak huni, dengan ciri-ciri antara lain kepadatan bangunan snagat tinggi
dalam luasan yang terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas
bangunan yang sangat rendah, tidak terlayaninya prasarana lingkungan yang memadai
dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya.
Berdasarkan menetapkan kelurahan-kelurahan di DKI Jakarta yang memiliki RW
kumuh didalamnya, dimana salah satunya adalah Kelurahan Kapuk, Kecamatan

7
Cengkareng, Jakarta Barat dengan tipologi kekumuhan kumh ringan, sedang hingga
berat.
Secara umum, apabila dilihat secara fisik, masing- masing tingkat RW kumuh
tersebut memiliki karakteristik dasar yang beragam. Karakteristik dasar yang dapat
ditemui di permukiman kumuh ringan, (RW 07) adalah adanya kedekatan dengan pusat
kegiatan sosial-ekonomi berupa industri dan juga Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
(Survey Primer, 2013). Kedua, permukiman kumuh dengan kategori sedang (RW 01, 03,
04 dan 13), berdasarkan lokasinya, permukiman ini memiliki karakteristik lokasi
permukiman kumuh di daerah bantaran kali (Survei Primer, 2013). Terakhir, karakeristik
kumuh yang ditemui di permukiman dengan kategori permukiman kumuh berat (RW 12
dan 16), adalah RW dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dimana RW
12 memiliki kepadatan penduduk sebesar 449,58 jiwa/Ha dan RW 16 sebesar 1.431,79
jiwa/Ha.
Berangkat dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka dilakukan
penelitian guna merumuskan arahan yang tepat terkait peningkatan kualitas lingkungan
permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat. Dalam perumusan arahan
tersebut, langkah awal yang dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi karakteristik
permukiman kumuh yang terbentuk di masing-masing tingkat kekumuhan yang ada.
Langkah ini dilakukan dengan cara eksplorasi dan juga identifikasi secara mendalam
dengan meninjau permukiman kumuh yang ada dari beberapa aspek dimana tidah hanya
fisik saja,tetapi juga dari segi sosial, ekonomi, sarana dan prasarana, dan bahaya (hazard).
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada proses identifikasi karakteristik
permukiman kumuh di wilayah studi merupakan hasil survei primer melalui observasi
dan kuesioner. Tahapan observasi yang dilakukan merupakan observasi pasif dimana
peneliti datang langsung ke wilayah studi untuk mengamati, namun peneliti tidak terlibat
secara aktif/langsung dalam segala bentuk kegiatan yang dilakukan di wilayah studi
tersebut. Selain mengamati, peneliti juga mengumpulkan data berupa dokumentasi
lapangan berupa foto guna melengkapi data dan juga memberikan sajian visual terkait
dengan kondisi eksisting di wilayah studi.

8
Metode Analisis
Dalam mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk
digunakan teknik analisis yaitu analisis statistical descriptive. Metode deskriptif yaitu
metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah fenomena
yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-
fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi
yang rasional dan akurat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Karakteristik Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk
Untuk mencapai sasaran ini digunakan teknik analisis statistik deskriptif dengan
menggunakan kuesioner yang ditanyakan kepada 100 sampel yang terbagi atas
masyarakat penghuni permukiman kumuh rendah, sedang dan berat di Kelurahan Kapuk.
Pada pembahasan ini untuk melihat karakteristik permukiman yang ada akan dijelaskan
karakteristik yang ada dengan mengacu pada kelima aspek yang diteliti di masing-masing
permukiman kumuh di wilayah studi.
1. Permukiman Kumuh Ringan
a. Aspek Sarana dan Prasarana
Dari segi sarana dan prasarana umuumnya kondisi sarana dan prasarana
permukiman kumuh rendah cenderung lebih baik dibandingkan dengan kategori
permukiman kumuh lainnya. Beberapa sarana dan prasarana yang cukup baik
penyediaannya, antara lain adalah air bersih, aksesibilitas, dan persampahan. Untuk air
bersih umumnya masyarakat telah mengakses air PAM (50%). Dari segi aksesibilitas,
umumnya kondisi jalan yang terdapat di lingkungan permukiman ini cukup baik dan
sudah diperkeras dan diantara ketiga kategori tersebut, permukiman kumuh rendah
memiliki persentase jalan yang terawat paling besar (62,5%).
b. Aspek Fisik
Untuk kondisi bangunan, memiliki kesamaan karakteristik pada seluruh kawasan
permukiman kumuh Kelurahan Kapuk, termasuk permukiman kumuh tingkat rendah,
yaitu memliki konstruksi bangunan semi permanen. Hal tersebut terlihat dari bahan
material yang digunakan masyarakat dalam membangun rumah mereka.
c. Aspek Sosial

9
Ditinjau dari aspek sosial, Umumnya masyarakat penghuni permukiman kumuh
rendah merupakan pendatang yang berasal dari luar Jakarta, dimana sebagian dari mereka
masih menggunakan KTP Asal Daerah . Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat
penghuni permukiman kumuh rendah tersebut cenderung baru beberapa tahun berada
pada wilayah tersebut.
d. Aspek Ekonomi
Untuk aspek ekonomi, mayoritas penghuni permukiman kumuh rendah memiliki
mata pencaharian sebagai buruh. Penghasilan masyarakat yang didapat per bulannya
berkisar antara Rp. 2.100.000 s/d 2.500.000. Hal tersebut dikarenakan karakteristik
masyarakatnya yang sebagian besar bekerja sebagai buruh sehingga kurang lebih mereka
menerima gaji sesuai dengan dengan UMR DKI Jakarta, yaitu sebesar Rp. 2.441.301.
e. Aspek Bahaya (Hazard)
Permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk sebagian besar merupakan daerah rawan
banjir, termasuk dengan wilayah permukiman kumuh rendah. Namun kondisi
genangan/banjir yang terdapat pada permukiman kumuh ringan ini cenderung lebih
rendah dibandingkan dengan permukiman kumuh berat. Pada wilayah ini, ketinggian
banjir biasanya berkisar antara 25 cm – 50 cm, dengan lama genangan umumnya selama
sehari.
2. Permukiman Kumuh Sedang
a. Aspek Sarana dan Prasarana
Kondisi pemenuhan sarana dan prasarana di permukiman kumuh tingkat sedang
ada yang cukup baik, namun ada pula yang masih kurang baik. Kondisi sarana dan
prasarana yang cukup baik diantaranya adalah air bersih dan aksesibilitas. Sama halnya
dengan permukiman kumuh rendah, untuk pemenuhan kebutuhan akan air bersih,
umumnya masyarakat menggunakan sumber air dari PAM (PALYJA).
b. Aspek Fisik
Untuk kondisi fisik rumah yang terdapat di permukiman kumuh sedang ini
memiliki karakteristik permukiman semi-permanen, sama seperti yang terdpat pada
permukiman kumuh rendah. Umumnya masyarakat menggunakan bahan bangunan
berupa asbes sebagai atap rumah mereka, semen sebagai bahan lantai dan ½ tembok ½
papan sebagai bahan dinding nya.

10
c. Aspek Sosial
Untuk aspek sosial, berbeda dengan masyarakat permukiman kumuh ringan yang
sebagian besar merupakan penduduk luar Jakarta, pada permukiman ini proporsi antara
penduduk asli Jakarta dengan penduduk Luar Jakarta cukup seimbang, masing-masing
sebesar (49%) dan (51%).
d. Aspek Ekonomi
Untuk aspek ekonomi, berbeda dengan masyarakat permukiman kumuh rendah
yang umumnya didominasi oleh pekerjaan sebagai buruh, pada permukiman ini meskipun
banyak pula masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai buruh, namun pekerjaan yang
paling banyak dimiliki oleh masyarakat tingkat kumuh ini adalah sebagai pedagang
(26%). Sedangkan untuk pengahasilan yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat
kumuh sedang sama dengan terdapat di kumuh ringan, yaitu berada pada rentang Rp.
2.100.000 s/d Rp 2.500.000.
e. Aspek Bahaya (Hazard)
Sama halnya dengan permukiman kumuh rendah, pada permukiman ini umumnya
juga memiliki ketinggian banjir/genangan setinggi antara 25 cm – 50 cm. dengan lama
genangan selama sehari dan dengan intensitas terjadinya banjir setiap setahun sekali.
3. Permukiman Kumuh Berat
a. Aspek Sarana dan Prasarana
Pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarana dasar yang terdapat di
permukiman kumuh berat umumnya cenderung kurang baik dibandingkan dengan kedua
kategori permukiman lainnya. Dari segi persampahan, hanya sedikit masyarakat yang
memiliki tong sampah dirumahnya (4%). Masyarakat permukiman ini cenderung lebih
sering untuk membuang sampahnya dengan cara menimbunnya pada lahan yang kosong
yang terdapat di wilayah tersebut.
b. Aspek Fisik
Untuk kondisi fisik tidak jauh berbeda dengan yang terdapat pada permukiman kumuh
rendah dan juga sedang, pada wilayah permukiman ini juga cenderung memiliki
konstruksi bangunan yang semi permanen.
c. Aspek Sosial

11
Untuk kondisi sosial dilihat dari aspek tingkat pendidikan, umumnya masyarakat
permukiman kumuh rendah memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan
dengan permukiman kumuh rendah dan sedang, dimana pada permukiman kumuh ini
mayoritas masyarakatnya berada pada jenjang pendidikan tamat SD/sederajat (34%).
d. Aspek Ekonomi
Kondisi masyarakat permukiman kumuh berat apabila dilihat dari segi ekonomi
tergolong lebih rendah dengan lainnya, dimana mayoritas masyarakat permukiman ini
memiliki penghasilan dengan rentang antara Rp. 1.100.000 s/d 1.500.000.
e. Aspek Bahaya (Hazard)
Pada permukiman kumuh berat kondisi ketinggian genangan/banjir yang ada
umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan dua kategori permukiman kumuh lainnya,
dimana pada permukiman kumuh ini ketinggian rata-rata antara 50 meter s/d 1 meter
(47%).
B. Jurnal Pembanding
ABSTRAK
Kemunculan kampung kota merupakan fenomena yang banyak terjadi terutama di
negara-negara berkembangdansebenarnya adalah sebuah bentuk asli dari kota-kota di
Indonesia. Disisi lain, dalam kampung kota yang padat juga terdapatberbagai
masalahyang selanjutnya dapat menyebabkan munculnya pemukiman kumuh dalam
kampung kota tersebut (Budihardjo, 1997). Sehubungan dengan hal tersebut, kondisi
yang terjadi di Kampung Gandekan memiliki permasalahan yang menarik untuk
dijadikan sebagai obyek penelitiankarena memiliki keunikan tersendiri sebagai salah satu
Kampung Kota yang memiliki keterkaitan dengan sejarah kota Semarang, namun disisi
lain saat ini tengah menghadapi berbagai permasalahan baik secara sosial, ekonomi dan
budaya maupun yang terkait dengan kemunculan kawasan kumuh didalamnya. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik kawasan pemukiman kumuh yang
terdapat di Kampung Gandekan Semarang besertatingkat kekumuhannya. Hasil analisis
dari kajianterhadap karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kampung Gandekan
diketahui bahwakarakteristik pemukiman kumuh yang terdapat diKampung Gandekanini,
dari karakteristik penghuninyaadalah merupakan warga campuran antara pribumi dengan
etnis Tionghoa yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan dan penghasilan

12
ekonomi yang masih rendah, dari karakteristik huniannya sebagian besar masih tergolong
jenis hunian yang belum layak huni,dari karakteristik sarana prasarana terutama untuk
kepentingan privat masih belum memadai sedangkan dari karakteristik lingkungannya
diketahui bahwa kondisi lingkungan didalamnya cenderung tidak teratur dan masih
belum memenuhi standar kebutuhan pemukimanseperti tidak adanya keberadaan ruang
terbuka hijau maupun non hijau yang dapat digunakan untuk kegiatan aktifitas bersama.
Adapun hasil dari analisis tingkat kekumuhannya, Kampung Gandekan memiliki kategori
yang terbagi menjadi dua jenis tipologi tingkat kekumuhan yakni tingkat kumuh sedang
dan tingkat kumuh rendah.
PENDAHULUAN
Perkembangan suatu kota tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk. Berkaitan
dengan hal tersebut terdapatberbagai macam sebab yang mendorong adanya pertumbuhan
penduduk secara umum, diantaranya adalah akibat dari tingginya angka perpindahan
penduduk dari desa ke kota atau sering disebut sebagai arus urbanisasi.
Kampung Kota secara umum diketahui sebagai suatu pemukiman yang tumbuh di
kawasan urbantanpa perencanaan infrastruktur dan jaringan ekonomi kota. Kampung
Kota juga bisa disebut dengan berbagai istilah akademik lainnya seperti informal
settlement, illegal settlement, slums atau spontaneous settlement/shelter (Pidato
Pengukuhan Prof. Ir. Bakti Setiawan, MA. Ph.d). Kampung Kota merupakan sebuah
sistem permukiman pedesaan, mewakili suatu budaya bermukim, memberi corak dan
aktifitas khas perkotaan tersendiri yang berkaitan dengan konsep survival
(mempertahankan diri) terhadap kultur moderen perkotaan disekitarnya (Budihardjo,
1997).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif deskripstif. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh
data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono,
2003:14).
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Karakteristik Penghuni

13
Pada masa dahulu penghuni di Kampung Gandekan hanya diperuntukan bagi
keluarga dan pekerja Saudagar Tasripin saja namun seiring dengan perkembangan kota
Semarang yang semakin pesat, penghuni di Kampung Gandekan memiliki karakteristik
yang beragam sehingga tidak hanya dari kalangan pribumi saja bahkan hampir setengah
penduduk yang kini mendiami Kampung Gandekan berasal dari jenis Tionghoa.
Peningkatan jumlah dan jenis penghuni di Kampung Gandekan merupakan akibat dari
bertambahnya jumlah pendatang dari berbagai daerah yang kemudian berkeluarga dan
tinggal menetap dikawasan tersebu. Adapun dari sisi sosial ekonominya, karakteristik
penghuni Kampung Gandekan masih beradapadatingkat rendah baik dari segi pendidikan
maupun pendapatan dan sebagian besa rmasih bekerja pada sektor swasta (pekerja
rendahan). Rendahnya tingkat sosial ekonomi penghuni Kampung Gandekan ini juga
berbanding lurus dengan kepadatan penduduk didalamnya.
Karakteristik Hunian
Sebagian besar hunian di Kampung Gandekan didominasi oleh bangunan yang
masih kurang layak huni karena belum memiliki persyaratan sesuai standar kesehatan
hunian. Kondisi bangunan seperti ini lebih banyak ditemukan padawilayah RT I. Adapun
definisi tidak layak huni yang dimaksud dalam hal ini adalah dari sisi jenis bangunan
yang masih semi permanen maupun semi permanen, luasan bangunan yang berukuran
kecil dan sempit, tidak adanya pemisahan bagian untuk ruang privat maupun ruang
bersama, kurangnya perawatan dari pemilikhunianterhadap bangunan huniaannya dan
tidak adanya sertifikat kepemilikan yang sah oleh masyarakat terhadap hunian yang
ditinggalinya selama ini.
Karakteristik Sarana Prasarana
Baik wilayah RT I maupun RT II sarana prasarana yang tersedia kondisinya
hampir sama yakni sebagian besar masih belum memenuhi kebutuhan sarana prasarana
yang berkualitas baik untuk sarana peribadatan, jaringan persampahan, drainase, sanitasi
maupun tingkat pelayanan air bersih. Namun demikian prasarana jalan yang terdapatdi
Kampung Gandekan telahmemiliki kondisi yang sangat baik kecuali padagang-gang
tertentu yang sempit menuju kumpulan rumah kumuh.
Karakteristik Lingkungan

14
Pada Kampung Gandekan secara keseluruhan, masih tidak teratur terutama untuk
wilayah RT I. Pendirian bangunannya tidak memperhatikan garis sempadan jalan
maupun sungai. Selain itu tidak terdapatvegetasi hijau yang terlihat dilingkungan sekitar
maupun ruang terbuka baik hijau maupun non hijau yang dapat digunakan sebagai ruang
berkumpul bagi masyarakatnya.
Karakteristik Tingkat Kekumuhan
Untuk mengetahui karakteristik pemukiman kumuh di Kampung Kota (Studi
kasus : Kampung Gandekan Semarang) ini maka selanjutnya perlu dilakukan analisis
tingkat kekumuhan. Setelah sebelumnya telah dilakukan tahapan analisis pertama yang
dilakukan dengan metode analisis statistik deskriptif maka selanjutnya dilakukan analisis
Tingkat Kekumuhan untuk mengetahui tingkat kekumuhan yang terdapatdi Kampung
Gandekan.

15
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan
 Pada kedua jurnal dilengkapi dengan katalog seperti judul jurnal, nama jurnal,
penulis, lembaga penerbit, nomor dan volume, tahun terbit.
 Dilengkapi dengan pendahuluan
 Pada jurnal pembanding memiliki sumber yang banyak, sehingga informasi dan data
yang dituliskan adalah benar dan luas.
 Ke dua jurnal tersebut juga memiliki pendapat beberapa ahli yang telah dirangkum
dengan baik oleh penulis

B. Kekurangan
 Pada kedua jurnal tersebut materi yang disampaikan penulis sulit untuk dimengerti
dan dipahami oleh pembaca.
 Pada jurnal pembanding memiliki refrensi yang sangat lama
 Jurnal utam hanya memiliki sedikit sumber refrensi
 Pada jurnal pembanding diatas tidak memiliki ISSN

16
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari kedua jurnal tersebut didapat kesimpulan :
Masing-masing permukiman kumuh yang terdapat di Kelurahan Kapuk memiliki
karakteristiknya masing-masing. Setelah dilakukan identifikasi, ditemukan beberapa
kecendurangan yang kemudian membentuk karakter spesifik di masing-masing
permukiman kumuh tersebut,diantaranya adalah : 1). Pada permukiman kumuh ringan,
keberadaan kegiatan ekonomi yang berada disekitarnya turut mempengaruhi karakter
yang dimiliki oleh permukiman tersebut,seperti misalnya dalam hal kondisi prasarana
drainase, asal daerah masyarakat, status kependudukan masyarakat, asal pemilihan lokasi
bermukim, dan juga jenis pekerjaan masyarakat. 2). Pada permukiman kumuh sedang,
umumnya kondisinya cenderung menengahi, dimana terdapat beberapa aspek yang
memiliki kesamaan dengan permukiman kumuh ringan, seperti misalnya dalam hal
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan ketinggian genangan. Namun terdapat
beberapa aspek pula yang memiliki kesamaan dengan permukiman kumuh berat, seperti
dalam hal kondisi prasarana drainase, alasan pemilihan lokasi bermukim, dan status
kependudukan masyarakat. 3). Pada permukiman kumuh berat, ternyata terdapat
kecenderungan bahwa semakin buruk tingkat kategori kumuhnya, semakin buruk pula
kondisinya dibandingkan dengan kedua kategori permukiman kumuh lainnya (ringan dan
sedang) terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, dan juga bahaya (hazard) terhadap banjir/genangan.

B. SARAN
Didalam kelebihan dari jurnal tersebut agar lebih dipertahankan dan diperkuat
lagi, dan mengenai kekurangan jurnal agar lebih teliti lagi untuk mencapai hasil yang
lebih maksimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Niken, Rulli Pratiwi Setiawan. 2014. Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman
Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat . Jurnal TEKNIK POMITS

Nursyahbani Raisya, Bitta Pigawati. 2015. KAJIAN KARAKTERISTIK KAWASAN


PEMUKIMAN KUMUH DI KAMPUNG KOTA (Studi Kasus: Kampung Gandekan Semarang).
Jurnal Teknik PWK

18

Anda mungkin juga menyukai