Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REPORT

GEOGRAFI PARIWISATA
Dosen Pengampu : Dr. SUGIHARTO, M.Si

FAROUG Al GAZALI, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh:

NAMA : HERI AGUSTINO SIMANJUNTAK

NIM : 3171131007

C - 2017

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan nikmat serta
karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Report ini. Penulisan Critical Book
Report ini bertujuan untuk memenuhi atau melengkapi tugas pada mata kuliah Geografi Pariwisata
dengan dosen pengampu Bapak Dr, SUGIHARTO, M.Si. dan Bapak FAROUG Al GAZALI, S.Pd,
M.Si

Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari masih banyak kekurangan kata atau
kalimat yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu, saya mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik dan saran dari pembaca sangat saya
harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya dan saya berharap semoga laporan ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita semua.

Akhir kata semoga laporan Critical Book Report ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian. Atas perhatiannya saya ucapkan terimah kasih.

Medan, 30 September 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................ ..............................................


B. Tujuan........................................................................................................ 2
C. Manfaat...................................................................................................... 2
D. Identitas Buku............................................................................................ 3

BAB II ISI BUKU............................................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................

A. Keunggulan dan Kelemahan Buku......................................................... 17

BAB IV PENUTUP..........................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................... 18

B. Saran....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19
IDENTITAS BUKU
A. IDENTITAS BUKU

⮚ Buku Utama
Judul Buku : Perencanaan Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat
Pengarang : Suryo Sakti Hadiwijoyo
Penerbit : Graha Ilmu
Tahun Terbit : 2012
Tebal Buku : x + 112 halaman
ISBN : 978-979-756-894-8

⮚ Buku Pembanding
Judul Buku : Buku Pegangan Desa Wisata – Materi Bimbingan Teknis Untuk
Desa Wisata
Pengarang : Irjus Indrawan
ISBN : 978-602-8679-09-1
Penerbit : Pustaka Zeedny
Tebal Buku : 124 halaman
Cetakan : Juni 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2012 mengamanatkan


bahwa kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengacu pada Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam KKNI yang diterapkan di Universitas Negeri
Medan mahasiswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan
kepada Dosen. Mahasiswa harus mengkritik buku mengenai manajemen sarana dan prasarana
pendidikan lalu membandingkan dengan buku lainnya mengenai manajemen sarana dan prasarana
pendidikan dari pengarang yang berbeda.

B. TUJUAN

Tujuan dari Critical Book Report ini adalah :


1. Meningkatkan motivasi mahasiswa untuk membaca buku terutama buku yang
dikritik tentang Bisnis Pariwisata
2. Menambah wawasan kita untuk mengetahui tentang Bisnis Pariwisata terutama
pada setiap babnya.
3. Untuk menambah wawasan bagi si pembaca buku.

C. MANFAAT

Manfaat dari Critical Book Report ini adalah :


1. Penulis dapat berpikir kritis dalam mengkritisi sebuah buku Bisnis Pariwisata.
2. Agar dapat menjadi buku acuan atau pedoman bagi si penulis untuk membacanya.
3. Penulis dapat memahami isi dari buku yang dibedah, serta dapat mempelajari buku tersebut
untuk lebih menguasai materi tentang Bisnis Pariwisata.

BAB 2

ISI BUKU
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

A. Pengertian Perencanaan

Perencanaan wilayah adalah perencanaan pengunaan ruang wilayah dan perencanaan


aktifitas pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan ruang wilayah tercakup dalam kegiatan tata
ruang, sedangkan perencaan aktifitas pada ruang wilayah tercakup dalam kegiatan-kegiatan
perencanaan pembangunan wilayah, baik jangka panjang, jangka menengah maupun jangka
pendek. Prencanaan pembangunan wilayah tidak dapat terlepas dari perencanaan tata ruang
wilayah, oleh sebab itu dalam buku ini juga akan sekilas disinggung tentang perencanaan tata
ruang wilayah.

B. Teori Perencanaan Pembangunan

Teori Perencanaan yang ideal adalah yang tidak hanya mampu mengakomodasi
kepentingan dan kebutuhan masyarakat tetapi juga mampu mamadukan berbagai kepentingan
yang terlibat. Menurut Bolan dan Foster dalam Hadi (2001) dikatakan bahwa perencanaan
merupakan aktifitas moral yang mengaggap aspek sosial merupakan hal penting dalam
perencanaan pembangunan. Selanjutnya menurut Boothroyd dalam Hadi (2001) melalui interaksi
dan komunikasi, perencanaan bersama dengan masyarakat membantu mengidentifikasi masalah,
merumuskan tujuan, analisis kondisi, mencari alternatif solusi, memilih alternatif terbaik,
mengkaji alternatif terbaik dan tahap implementasi. Hal ini sering disebut dengan tujuh langkah
perencanaan (the seven steps of planning).

C. Ruang, Wilayah, dan Perwilayahan


1. Ruang
2. Wilayah
3. Perwilayahan

D. Arti Penting Perencanaan

Perencanaan berkaitan dengan faktor-faktor produksi dan sumberdaya yang terbatas, dapat
dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Pentingnya perencanaan dalam pengembangan atau pembangunan suatu wilayah antara lain
disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

1) Banyak di antara potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi diperbanyak atau
diperbaharui.
2) Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia.
3) Kesalahan perencanaan yang sudah dilaksanaka di lapangan, sering kali tidak dapat diubah
atau diperbaiki kembali.
4) Lahan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya.
5) Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian dari masyarakat yang berdomisili
di wilayah tersebut, dimana kedua hal tersebut adalah saling mempengaruhi.

BAB III PERENCANAAN PARTISIPATIF DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Konsep Perencanaan Partisipatif

Proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan kerapkali


di lakukan dari atas ke bawah (top down planning). Rencana program pengembangan masyarakat
biasanya dibuat ditingkat pusat dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Masyarakat seringkali
diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberi masukan atau peranan. Hal ini
disebabkan karena adanya anggapan untuk mencapai efisiensi dalam pembangunan bagi
masyarakat.

B. Tahapan Perencanaan Partisipatif

Agar proses perencanaan partisipatif dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dalam
konteks perencanaan partisipatif terdapat tahapan yang dapat dikembangkan menjadi tahapan-
tahapan sebagai berikut (Abe, 2005:87-88)

1. Melakukan identifikasi peserta.


2. Setelah identifikasi peserta, dimulai dengan melakukan identifikasi persoalan kritis, secara
bersama apa yang menjadi masalah, terutama untuk keperluan menemukan sebab dasar dan
kaitan antara satu dengan yang lain.
3. Melakukan analisis tujuan.
4. Memilih tujuan-tujuan yang kompleks
5. Menganalisis kekuatan dan kelemahan
C. Pembangunan Masyarakat

Jack Rothman (1974) dalam Harry Hikmat (2010:66) menyusun dan merumuskan 3 model dalam
praktek pembangunan masyarakat, yaitu :

1. Model Pengembangan Lokal (Locality Development Model)


2. Model Perencanaan Sosial (Social Planning Model)
3. Model Aksi Sosial (Social Action Model)

D. Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu


meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-
kegiatan swadaya. Untuk mencapai tujuan ini, faktor peningkatan kualitas SDM melalui
pendidikan formal dan nonformal perlu mendapat prioritas. Memberdayakan masyarakat bertujuan
“mendidik masyarakat agar mampu mendidik diri mereka sendiri” atau “membantu masyarakat
agar mampu membantu diri mereka sendiri”. Tujuan yang akan dicapai melalui usaha
pemberdayaan masyarakat, adalah masayarakat yang mandiri, berswadaya mampu mengadopsi
inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan.

E. Pola Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan harus berperan untuk mewujudkan konsep masyarakat belajar atau concept
of societal learning dan caranya adalah dengan mempertemukan top down approach dengan
bottom-up approach yang pada dasarnya adalah “kontradiktif” (Friedmann dalam Burke, 2004:
238) Kedua macam pendekatan ini kontradiktif karena masyarakat dan perencanaan sangat sering
memiliki pemahaman masalah, perumusan, tujuan dan ide-ide pemecahan praktis yang berbeda
akibat mengangannya jurang pengetahuan dan komunikasi antara perencana dengan masyarakat.

F. Pemberdayaan Masyarakat dan Kearifan Lokal

Pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat utama dalam mengimplemetasikan


desentralisasi dan otonomi daerah dimana pembangunan mulai tahap perencana hingga
pengawasan melibatkan partisipasi masyarakat.
Kearifan lokal merupakan upaya masyarakat untuk melestarikan sumber daya agar dapat
terus digunakan untuk menghidupi mereka dan menjaga keseimbangan lingkungan.

BAB IV WISATA DAN KEPARIWISATAAN

A. Pengertian Wisata dan Pariwisata

Manusia menyadari bahwa pariwisata merupakan agen perubahan yang mempunyai


kekuatan besar dan dahsyat, namun kajian aspek sosial budaya dari kepariwisataan relatif jauh
tertinggal (Pitana, 1994).

Untuk lebih jelasnya terdapat beberapa defenisi atau pengertian pariwisata yang dikutip
dari beberapa ahli :

Mc. Intosh dan Goelder

Pariwisata adalah ilmu atau seni dan bisnis yang dapat menarik dan menghimpun
pengunjung, termasuk didalamnya berbagai akomoditsi dan catering yang dibutuhkan dan diminati
oleh pengunjung.

James J Spillane

Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dan bersifat sementara,
dilakukan perorangan ataupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian dalam
dimensi sosial budaya dan ilmu.

B. Geografi dan Sistem Kepariwisataan

Geografi memiliki pandangan sendiri terhadap geografi pariwisata, yang memfokuskan


kepada :

1) Pergerakan manusia
2) Interaksi wilayah
3) Potensi sumberdaya alam
4) Aksesibilitas
5) Dampak lingkungan fisik (fisik dan sosial)
6) Adanya persamaan dan perbedaan potensi kepariwisataan anatara satu daerah dengan
daerah lain.

C. Obyek dan Daya Tarik Wisata

Obyek dan daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Obyek wisata alam


Sumber daya alam yang berpotensi serta memilki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan
alami maupun setelah ada usaha budi daya
2. Obyek wisata sosial budaya
Obyek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik
wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, situs arkeologi, upacara adat, kerajinan dan
seni pertunjukan.
3. Obyek wisata minat khusus
Jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan
yang mempunyai motivasi khusus.

D. Paradigma Baru Pembangunan Kepariwisataan

Pembangunan Kepariwisataan pada dasarnya ditujukan untuk :

1) Persatuan dan kesatuan bangsa


2) Penghapusan kemiskinan
3) Pembangunan berkesinambungan
4) Pelestarian budaya
5) Pemenuhan kebutuhan hidup dan hak azasi manusia
6) Peningkatan ekonomi dan industri
7) Pengembangan teknologi

E. Kepariwisataan Di Era Otonomi Daerah

Pada masa lalu pembangunan ekonomi lebih di orientasikan pada kawasan Indonesia
bagian barat. Hal ini terlihat lebih berkembangnya pembangunan sarana dan prasarana dikawasan
barat Indonesia, dibandingkan dengan yang terdapat dikawasan timur Indonesia. Hal ini juga
terlihat dari pembangunan di sektor pariwisata, dimana kawasan Jawa-Bali menjadi kawasan
konsentrasi utama pembangunan kepariwisataa.

BAB V PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN PARIWISATA

A. Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata

Perencanaan berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan di masa yang


akan datang. Perencaan dan pengelolaan pariwisata berarti untuk memenuhi kesejahteraan
masyarakatm di masa datang. Oleh karena itu, kecenderungan pertumbuhan penduduk, persediaan
lahan cadangan, pertumbuhan fasilitas dan kemajuan teknologi dengan penerapannya harus
dimasukkan dalam perencanaan tersebut. Selain itu, kualitas sumberdaya pengelola pariwisata
juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan dari indutrasi pariwisata tersebut, sebab dalam
mengelola/memanajemen pariwisata memerlukan keahlian dan pengalaman seperti dikemukakan
oleh Salim (1982:223) bahwa “berapapun banyaknya modal yang dimiliki, pembangunan tidak
akan terlaksana kecuali disertai dengan sumberdaya manajerial yang mampu mengelola modal tu
untuk pembangunan.

Tujuan perencanaan dan pengembangan pariwisata yang lebih lanjut demi meningkatkan
kemakmuran secara serasi dan seimbang dapat tercapai seoptimal mungkin apabila pemerintah
ikut berperan dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata. Berkembangnya suatu kawasan
wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan melalui kerjasama kepariwisataan,
masyarakat dan pemerintah.Munasef (1995:1) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata
merupakan segala kegiatan dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan
semua sarana dan prasarana, barang dan jasa, fasilitas yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan
wisatawan.
Menurut Yoeti (1990:285) terdapat 3 faktor yang dapat menentukan keberhasilan
pengembangan pariwista sebagai suatu industri, ketiga faktor tersebut adalah : tersedianya obyek
atraksi wisata, adanya fasilitas asesibilitas, dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.Obyrk wisata
merupakan akhir perjalanan wisata harus mudah dicapai. Selain itu dalam pengembangan
kepariwisataan perlu diperhatikan pula kualitas lingkungan.

B. Prinsip-prinsip Perencanaan Pariwisata


Menurut Yoeti (1997) pada dasarnya prinsip-prinsip perencanaan kepariwisataan dalam ruang
lingkup lokal, regional, nasional dan internasional dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Perencaan dan pengembangan kepariwisataan haruslah merupakan satu kesatuan dengan
pembangunan regional atau nasional dari pembangunan perekonomian negara
2. Menggunakan pendekatan terpadu
3. Berada dibawah koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara keseluruhan
4. Perencanaan fisik suatu daerah tujuan wisata harus didasarkan pada penelitian atas faktor
geografinya, tidak hanya bersarkan pada faktor administrasi saja
5. Memperhatikan faktor ekologi
6. Memperhatikan faktor sosial yang ditimbulkan
7. Perencanaan pariwisata didaerah yang dekat dengan kawasan industri, perlu diperhatikan
pengadaan fasilitas hiburan guna mengantisipasi jam kerja buru yang singkat di masa datang.
8. Pariwisata tersebut bagaimanapun bentuk dan tujuan pengembangannya tidak lain untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu dalam pengembangannya perlu
memperhatikan kemungkinan peningkatan kerjasama dengan negara lain dengan prinsip saling
menguntungkan.

C. Komponen-Komponen Pengembangan Pariwisata


Pengertian dasar yang harus disediakan dalam perencanaan pariwisata adalah mengetahui
komponen-komponen pengembangan pariwisata dan hubungan internal antara komponen tersebut.
Menurut Inskeep (1991), komponen pengembangan pariwisata secara garis besar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Atraksi dan aktivitas pariwisata
2. Akomodasi
3. Fasilitas dan jasa layanan wisata lainnya
4. Faslitas dan jasa layanan transportasi
5. Infrastruktur
6. Elemen Institusional

D. Etika Perencanaan Pariwisata


Perencanaan pengembangan suatu kawasan wisata memerlukan tahapan sebgai berikut :
1. Marketing research
Pengembangann suatu kawasan wisata pada hakekatnya merpukan kegiatan yang bersifat profit atau
mencari keuntungan. Terkait dengan hal tersebut, maka dalam perencanaan pariwisata perlu
dilakukan marketing research atau riset terhadap prospek pasar dari obyek wisata yang akan
direncanakan, sehingga akan dapat diketahui bentuk wisata apa yang sebenarnya menjadi
keinginan konsumen atau keinginan pasar.

2. Situational analyis
Dalam perencaan pariwisata, harus didasarkan pada penelitian atau kajian/analisis atas faktor
geografinya, tidak hanya berdasarkan pada faktor adminisrasi saja.

3. Marketing target
Menurut Salah Wahab sebagaimana dikutip oleh Soekadijo (2000:218), pemasaran merupakan proses
manajemen yang digunakan oleh organisasi pariwisata untuj mengidentifikasikan target
wisatawan atau wisatawan yang mereka pilih, baik aktual maupun yang potensial.

4. Tourism Promotion
Dalam pemasaran sering digunakan promosi dan publikasi dengan tujuan agar keberadaan suatu obyek
wisata dapat diketahui oleh wisatawan atau calon wisatawan.

5. Pemberdayaan masyarakat setempat


Pembangunan kawasan wisata pada hakekatnya tidak dapat melepaskan diri atau meninggalkan
keberadaan warga setempat. Selain itu pembangunan pariwisata seharusnya mampu
memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat untuk berusaha dab bekerja. Hal lain yang
mendasari perlunya pemberdayaan masyarakat setempat karena pemberdayaan masyarakat
merupakan prasyarat utama dalam mengimplementasikan desentralisasi dan otomi daerah
dimana pembangunan mulai tahap perencanaan hingga pengawasan melibatkan pertisipasi
masyarakat.

Sedangkan untuk menjadikan suatu kawasan wisata menjadi obyek yang berhasil haruslah
memperhatikan faktor sebagai berikut :
1. Faktor kelangkaan
2. Faktor kealamiahan
3. Faktor keunikan
4. Faktor pemberdayaan masyarakat
5. Faktor Optimalisasi lahan
6. Faktor Pemerataan

E. Perencanaan dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan


Dalam definisi yang sederhana pembangunan sering dirumuskan sebagai proses perubahan
terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nsional yang lain yang dinilai lebih baik
(Moeljarto, 1987:3). Pembangunan tidak dibatasi pada level PNB/Pendapatan Perkapita saja, akan
tetapi juga ditunjang dengan kemakmuran dan kesejahteraan penduduk yang meningkat.
Hal demikian telah menjadi inspirasi bagi lahirnya paradigma pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan konteks pembangunan berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan
sebagai pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap
memperhatikan kelestarian, memberi peluang bagi generasi muda uuntuk memanfaatkan dan
mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial yang telah ada.

BAB VI PARIWISATA PERDESAAN DAN DESA WISATA

A. Pariwisata Pedesaan
Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah sebagai obyek sekaligus juga sebagai subyek dari
kepariwisataan. Sebagai suatu obyek maksudnya adalah bahwa kehidupan perdesaan merupakan
tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subyek adalah bahwa desa dengan segala aktivitas
sosial budayanya merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktifitas kepariwisataan, dan apa
yang di hasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung.

B. Desa Wisata
1. Pengertian desa wisata
Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR), yang dimaksud dengan Desa Wisata adalah : suaru kawasan
perdesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari
kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan
dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perkonomian yang unik dan menarik serta
mempunyai potemsi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya:
atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya.

2. Tipologi Desa Wisata


Menurut pola proses dan tipe pengelolaannya desa atau kampung wisata di Indonesia terbagi
menjadi 2 bentuk yaitu :
a) Tipe Terstuktur, di tandai dengan karakter lahan terbatas yang dilengkapi dengan
infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut, lokasi pada umunya terpisah dari
masyarakat, serta lahan tidak terlalu besar.
b) Tipe Terbuka, di tandai dengan karakter yaitu tumbuh dan menyatunya kawasan dengan
struktur kehidupan, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal.

3. Jenis Wisatawan yang mengunjungi Desa Wisata


Karena bentuk wisata pedesaan yang khas, maka diperlukan suatu segmen pasar tersendiri.
Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa tipe wisatawan yang akan mengunjungi desa
wisata, yaitu :
a) Wisatawan Domestik
b) Wisatawan Mancanegara

C. Community Based Tourism

Adapu definisi Community Based Tourism (CBT) adalah pariwisata yang menyadari
kelangsungan budaya, sosial, dan lingkungan. Supaya pelaksanaan Community Based Tourism
dapat berhasil dengan baik, terdapat elemen-elemen yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Sumberdaya alam dan budaya
2. Organisasi-organisasi masyarakat
3. Manajemen
4. Pembelajaran (Learning)

D. Parisata Perdesaan dalam Konteks Suistainable Tourism

Apabila ditelaah lebih medalam, ciri-ciri pariwisata perdesaan sebagaimana dijelaskan di


atas pada dasarnya merupakan bagian dari bentuk Suistainale Tourims. Model parisata perdesaan
memiliki nilai pemanfaatan lingkungan sosial, kelestarian kebudayaan masyarakat serta memiliki
semangat pemberdayaan masyarakat lokal. secara sosiologis maupun antropologis, bentuk
pariwisata perdesaan lebih menekankan masyarakat sebagai subyek, atau perilaku peristiwa
tersebut. Hal ini lebih populer dengan nama Community Based Tourism Model.

E. Pariwisata Perdesaan dalam Konteks Global

Era globalisasi memberikan perubahan pada hampir semua sektor, termasuk sektor
pariwisata. Menurut Go (1994) Terkait hal tersebut terdapat 2 hal yang dianggap secara signifikan
akan mempengaruhi perkembangan dunia kepariwisataan pada waktu mendatang, yaitu :

1. kecenderungan adanya standarisasi dalam pengembangan produk dan pemasaran


2. kecenderungan demasifikasi atau fragmentasi pasar.

F. Arti Penting Konsep Desa Wisata


Pengembangan konsep desa wisata dinilai sangat efektif dalam rangka mengenalkan serta memberi
peluang sebesar-besarnya kepada masyarakat di perdesaan untuk memahami esensi dunia parisata
serta menikmati hasil dari kepariwisataan tersebut.

BAB VII PENGEMBANGAN PARIWISATA PERDESAAN DAN DESA WISATA BERBASIS


MASYARAKAT

A. Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat (Community Bassed Rural Tourism)


Nurhidayati (2008) sebagaimana dikutip oleh Gde Satrya (2010) mendefinisikan Community
Bassed Rural Tourismn (CBT) sebagai berikut :
1. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk
mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata.
2. Memberikan keuntungan kepada masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-
usaha pariwisata
3. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dengan distribusi keuntungan
kepada komunitas yang kurang beruntung di perdesaan.

B. Pendekatan dalam Pengembangan Desa Wisata

Pengembangan dari desa wisata harus direncanakan secara hati-hati agar dampak yang
timbul dapat terkontrol. Berdasarkan penelitian dan studi yang telah dilakukan oleh United Nation
Development Program (UNDP), terdapat 2 pendekatan yang dapat digunakan dalam perencanaan
dan pengembangan desa wisata, yaitu :

1. Pendekatan Pasar Pengembangan Desa Wisata (Interaksi langsung, Setengah langsung,


dan Tidak langsung)
2. Pendekatan Fisik Pengembangan Desa Wisata , pendekatan ini merupakan solusi yang
umum dalam mengembangkan sebuah desa melalui sektor pariwisata dengan
menggunakan standart khusus dalam mengontrol dan menerapkan aktifitas konservasi.

C. Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat

Model Pendekatan masyarakat (Community Approach) menjadi standar baku bagi proses
pengembangan pariwisata di daerah pinggiran, dimana melibatkan masyarakat di dalamnya adalah
faktor yang sangat penting bagi kesuksesan produk wisata.

D. Pemberdayaan Perempuan dalam Pengembangan Pariwisata Perdesaan

Pembangunan pariwisata memerlukan partisipasi dan kontribusi dari perempuan, demikian


pula perempuan dapat menikmati hasil pembangunan pariwisata (Ismi dkk, 2008). Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam proses pemberdayaan peran perempuan perdesaan dalam pengembangan
pariwisata antara lain berupa :

1. Capacity Building, adalah peningkatan kapasitas kelembagaan agar memiliki kemampuan


untuk melaksanakan pembangunan pariwisata, baik bagi para pemegang keputusan, para
perencana, pengelola, pelaksana maupun stakeholders lainnya.
2. Cultural Adjustment atau penyesuaian kultural berkaitan dengan pentingnya keterlibatan
aktif perempuan dalam pengembangan pariwisata, terutama melalui penyadaran tentang
sensitivitas gender baik terhadap keluarga, lingkungan, pemerintah maupun industri
terkait.
3. Sctructural Adjsutment, penyesuain sktruktural perlu dilakukan terutama peraturan daerah
tentang pembangunan pariwisata dengan memberi tempat yang lebih luas bagi perempuan
untuk berkontribusi secara aktif.
4. Sarana dan Prasarana

BAB III
PEMBAHASAN

Kelebihan :

a) Dilihat dari segi cover buku ini memiliki kelebihan tersendiri sehingga pembaca memiliki

ketertarikan untuk membaca buku ini.

b) Materi yang diberkan menggunakan bahasa yang sesuai ejaan EYD sehingga mudah

dipahami.

c) Dalam buku ini penulis juga menyampaikan materi dengan sederhana yang mudah

dimengerti oleh para pembaca

d) Menjelaskan teori secara lengkap tentang pengetahuan-pengetahuan wisata di pedesaan

Kekurangan :

✔ Dalam penyajian dari segi materi masih kurang, yaitu dalam buku ini tidak dijelaskan aspek
penunjang terbentuknya Desa Wisata dan juga tidak dijelaskan secara khusus contoh desa
wisata yang bagus di Indonesia.

Buku Pembanding :

Di dalam Buku Pembanding, karena buku nya berjudul Pengantar Buku Pegangan Desa
Wisata – Materi Bimbingan Teknis Untuk Desa Wisata maka kelebihan dan kekurangan yang
dapat saya ambil adalah
1. Dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca khususnya masyarakat
desa yang masih berlatar belakang budaya Jawa
2. Menjelaskan mengenai beberapa aspek penunjang terbentuknya Desa Wisata. Pembaca
dapat dengan mudah memperoleh bimbingan teknis secara rinci
3. Dibagian akhir dari buku ini, dilampiri sosok penulis beserta latar belakang dan
pengalaman penulis dalam mengembangkan desa wisata
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, tentunya hal dan peran yang harus
dilakukan oleh pemerintah adalah membangun sebuah pembangunan yang menyeluruh, aspiratif
dan bottom-up. Pembangunan harus dimulai dari apa yang dibutuhkan masyarakat terhadap ruang-
ruang kehidupan mereka, mengfasilitasi apa yang dibutuhkan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan dari pembangunan yang dilakukan.
Pembangunan tentunya harus lebih banyak diarahkan kepada masyarakat. Hal ini
dimaksudkan bahwa keterlibatan dan peran masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan,
merupakan kunci keberhasilan suatu program. Dengan adanya partisipasi masyarakat, tentunya
memiliki nilai etika tersendiri, serta memicu sikap dan perilaku memiliki dan menjaga
sertamemelihara, demi keberlanjutan pembangunan itu sendiri.
Mengupayakan bagaimana masyarakat merespon dan menanggapi akan hal tersebut.
Sehingga menjadi suatu kepuasan bagi setiap masyarakat, terutama masyarakat miskin.memberi
keluasaan bagi mayarakat untuk mengambil sebuah keputusan tanpa diskriminasi

B. Saran
Kita sebagai seorang calon pendidik maupun calon pembisnis tidak hanya diharapkan
mampu bekerja dalam ranah pendidikan tetapi juga mampu mengelola kompetensi yang ada di
alam ini seperi SDA maupun SDM agar dapat mengembangkan potensi dalam lingkungan kita.
Dengan membaca buku ini semakin banyak pengetahuan kita sebagai masyarakat mengenali
potensi yang ada di desanya, sehingga mampu meningkatkan taraf hidupnya melalui desa wisata
dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Dengan adanya makalah ini penulis
mengharapkan apabila ada kesalahan dalam penulisan agar memberi tahu penulis. Karena segala
kekurangan datang dari kita dan kebenaran dari Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijoyo, Suryo. 2012. Perencanaan Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat.


Yogyakarta : Graha Ilmu.
Indrawan, Irjus. 2015. Buku Pegangan Desa Wisata – Materi Bimbingan Teknis Untuk Desa
Wisata.Yogyakarta.Pustaka Zeedny.

Anda mungkin juga menyukai