Anda di halaman 1dari 18

Critical Book Review

SOSIOLOGI PARIWISATA

Dosen Pengampu: Dr. Sugiharto, M.Si

Disusun Oleh:
Nurhayati
3163131025
B Reguler 2016

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Critical Book Review
mengenai “Sosiologi Pariwisata” tepat pada waktunya. Harapan penyusun semoga
Critical Book Review ini dapat berguna bagi penyusun sendiri dan bermanfaat bagi
yang membaca Critical Book Review ini.
Penyusun memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan Critical Book Review ini, penyusun juga membutuhkan kritik dan saran
yang membangun untuk Critical Book Review ini terutama dari Bapak Dosen
Pengampu Mata Kuliah Geografi Pariwisata sebagai koreksi dan perbaikan untuk
kedepannya. Atas saran dan masukannya penyusun mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2018


Hormat Penyusun,

Nurhayati

i
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
a. Informasi Bibliografi ……………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN
a. Latar belakang masalah ..................................................................... 2
b. Permasalahan yang akan dikaji............................................................ 2
c. Kajian teoriyang digunakan..………...……………………..……….. 2
d. Metode yang digunakan ……………………………………………. 2

BAB III PEMBAHASAN BUKU SECARA UMUM


a. Sinopsis Buku ..................................................................................... 3
b. Kelemahan dan Kelebihan................................................................... 10
c. Analisis ……………………………………………………….…… 12

BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan ....................................................................................... 13
b. Saran ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Informasi Bibliografi
Buku Sosiologi Pariwisata (Buku Utama/Buku yang di kritisi)
Judul : Sosiologi Pariwisata: Kajian sosiologis terhadap
struktur, sistem, dan dampak-dampak pariwisata
Penulis : Prof. Dr. I Gde Pitana, M.Sc
Ir. Putu G. Gayatri, M.Si
ISBN : 979-731-700-5
Dimensi Buku : 16 x 23 cm
Tebal Buku : xii + 200 halaman
Tahun Terbit : 2005
Penerbit : Penerbit ANDI Yogyakarta
Urutan cetakan : Cetakan Ke 1

1
BAB II
PERMASALAHAN SECARA UMUM

a. Latar belakang masalah


Buku yang akan di kritisi mengacu pada masalah cara menarik wisatawan agar
mau berwisata di Indonesia dan juga pengaruh dari pariwisata itu sendiri,
apakah lebih banyak berdampak positif atau malah berdampak negatif terutama
terhadap kebudayaan di Indonesia. Beragam materi dari buku ini membahas
mengenai konsep dan definisi pariwisata, interaksi antara wisatawan dengan
masyarakat lokal, struktur dan fungsi sistem kepariwisataan, dampak sosial-
budaya pariwisata, dan sebagainya.

b. Permasalahan yang akan dikaji


Membahas mengenai definisi pariwisata, interaksi antara wisatawan dengan
masyarakat lokal, struktur dan fungsi sistem kepariwisataan, dampak sosial-
budaya pariwisata, dan masih banyak lagi pembahasan lainnya.

c. Kajian teori/konsep yang digunakan


Konsepnya adalah mendeskripsikan isi dari buku tersebut untuk membahas
definisi pariwisata, interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal,
struktur dan fungsi sistem kepariwisataan, serta dampak sosial-budaya
pariwisata.

d. Metode yang digunakan


Metode yang digunakan penulis adalah kualitatif deskriptif untuk Buku
Sosiologi Pariwisata: Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem, dan
dampak-dampak pariwisata karangan Prof. Dr. I Gde Pitana, M.Sc dan Ir.
Putu G. Gayatri, M.Si.

2
BAB III
PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REVIEW

a. Sinopsis Buku
1. Merangkum
Buku Sosiologi Pariwisata: Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem, dan
dampak-dampak pariwisata (Penulis : Prof. Dr. I Gde Pitana, M.Sc dan Ir.
Putu G. Gayatri, M.Si.)

Bab 1 Pendahuluan
Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan
andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Negara-negara
seperti Thailand, Singapore, Filipina, Fiji, Maladewa, Hawaii, Tonga, Galapagos,
Barbados, Kepulauan karibia, dan sebagainya sangat bergantung pada devisa yang
didapatkan dari kedatangan wisatawan. Bagi negara-negara di Kepulauan Karibia,
pariwisata merupakan penyumbang terbesar dalam pendapatan negara. Disana,
pariwisata telah menciptakan 2,5 juta kesempatan kerja atau sekitar 25 % dari total
kesempatan kerja pada tahun 2001 (Monsen, 2004).
Bagi Indonesia, peranan pariwisata semakin terasa, terutama setelah melemahnya
peranan minyak dan gas walaupun nilai nominalnya dalam dollar sedikit
mengalami fluktuasi. Kunjungan wisatawan mancanegara menunjukkan trend naik
dalam beberapa dasawarsa. Tahun 1969, Indonesia hanya dikunjungi oleh 86.067
wisman, kemudian meningkat menjadi 2.051.686 pada tahun 1990, dan 5.064.217
pada tahun 2000. Sejak tahun 1969, jumlah kunjungan wisman hanya mengalami
pertumbuhan negatif sebanyak empat kali, yaitu tahun1982, 1998, 1999, dan 2001
(Santosa, 2001).

Bab 5 Interaksi antara Wisatawan dengan Masyarakat Lokal


Wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antara lain di dorong oleh
keinginan untuk mengenal, mengetahui, atau mempelajari daerah dan kebudayaan
masyarakat lokal. Selama berada di daerah tujuan wisata, wisatawan pasti

3
berinteraksi dengan masyarakat lokal, bukan saja mereka yang melayani langsung
kebutuhan wisatawan tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Interaksi dengan
masyarakat luas ini lebih intensif jika jenis pariwisata yang dikembangkan adalah
pariwisata budaya, karena kebudayaan melekat pada kehidupan masyarakat sehari-
hari. Pada jenis pariwisata lain, seperti marine tourism atau adventure tourism,
interaksi dengan masyarakat lokal mungkin kurang intensif karena objek yang
ditemui adalah alam/benda mati. Hubungan antara wisatawan dengan masyarakat
di carikan oleh empat hal (UNESCO, 1976, Murphy, 1985, Sharpley, 1994) sebagai
berikut:
1. Mereka saling membutuhkan untuk sementara.
2. Ada kendala ruang dan waktu yang menghambat hubungan.
3. Dalam mass-tourism, tidak ada hubungan yang bersifat spontan antara
wisatawan dengan masyarakat lokal melainkan sebagian besar diatur dalam
paket wisata yang ditangani oleh usaha pariwisata dengan jadwal yang ketat.
4. Interaksi umumnya bersifat anonim Unequal dan Unbalanced (tidak setara)
dan pada umumnya masyarakat lokal merasa lebih inferior.

Secara evolutif, Greenwood (1977) melihat hubungan antara wisatawan dengan


masyarakat lokal menyebabkan terjadinya proses komoditisasi dan komersialisasi
dari keramahtamahan masyarakat lokal. Tahapan-tahapan sikap masyarakat lokal
terhadap wisatawan mulai dari euphoria, apathy, irritation, annoyance, dan
antagonism. Adanya berbagai kritik terhadap interaksi wisatawan dengan
masyarakat lokal telah disadari oleh berbagai pihak termasuk organisasi pariwisata
internasional. Untuk mengurangi berbagai dampak negatif dan meningkatkan
dampak positif, PATA dan WTO telah mengeluarkan kode etik bagi wisatawan.
WTO juga sudah mengeluarkan kode etik Pariwisata Global yang sudah dijadikan
resolusi PBB, yaitu resolusi No. 37 tahun 2001 tanggal 26 Oktober 2001, tentang
‘Global Code of Ethics for Tourism’.

Bab 6 Struktur dan Fungsi Sistem Kepariwisataan


Pariwisata adalah suatu aktivitas yang kompleks yang dapat dipandang sebagai
suatu sistem yang besar dan mempunyai berbagai komponen, seperti ekonomi,

4
ekologi, politik, sosial, budaya, dan seterusnya. Pariwisata sebagai suatu sistem
juga dijelaskan oleh Fennel (1999), yang memandang pariwisata sebagai:
... the interrelated system that includes tourist and the associated services that are
provided and utilised (facilities, attractions, transportation, and accommodation)
to aid in their movement”. (1999:4).
Dari perspektif teori konsensus (struktural-fungsional), sistem pariwisata dunia
merupakan suatu bentuk hubungan yang saling terkait yang merupakan wahana
distribusi pendapatan dan peningkatan hubungan antarbangsa. Model sistem
pariwisata secara sederhana diusulkan oleh Leiper (1979), yang menyebutkan
bahwa sistem pariwisata terdiri atas tiga komponen utama, yaitu:
1) Daerah asal.
2) Daerah tujuan.
3) Daerah antara.
Sistem pariwisata secara sederhana juga digambarkan oleh Mathieson dan Wall
(1982), yang melihat bahwa sistem pariwisata terdiri atas tiga elemen, yaitu elemen
dinamis: perjalanan wisatawan, elemen statis: keberadaan di destinasi, dan elemen
konsekuensial, yaitu berbagai dampak yang timbul. Selanjutnya, Mill dan Morrison
(1985, cf. Fennel, 1999), sistem pariwisata terdiri dari empat komponen utama,
yaitu:
1) Market (reaching the market place).
2) Travel (the purchase of travel products).
3) Destination (the shape of travel demand).
4) Marketing (the selling of travel).
Poon (1993) melihat sistem pariwisata dengan perspektif yang berbeda pula, yang
lebih menekankan pada aspek pemasaran pariwisata. Dikatakan bahwa sistem
pariwisata terdiri atas: subsistem produksi, subsistem delivery, subsistem
manajemen, dan subsistem distribusi serta penjualan. Model sistem pariwisata yang
lebih komprehensif dengan melihat proses dan dampak pariwisata, tetapi dengan
penekanan pada daerah tujuan wisata dikembangkan oleh Burns dan Holden (1995).
Jackson (1989) melihat bahwa faktor penting yang menentukan di daerah asal
wisatawan antara lain jumlah penduduk, kemampuan finansial masyarakat, waktu
senggang yang dimiliki, sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang

5
ada. Daerah transit adalah daerah yang sebenarnya bukan merupakan tujuan akhir
perjalanan wisata tetapi wisatawan dapat menikmati daerah tersebut beberapa
waktu, baik dalam perjalanan menuju DTW maupun dalam perjalanan kembali ke
daerah asal. Daerah ini, secara geografis terdapat di antara negara asal dengan
negara tujuan wisata atau ada diantara dua negara tersebut dalam kaitannya dengan
jalur transportasi (penerbangan, kereta api, bus, dan lain-lain). Di kawasan Asia
Pasifik, daerah transit yang terkenal antara lain Singapura dan Hongkong,
sedangkan untuk kawasan Eropa adalah Frankfurt dan Zurich. Perkembangan suatu
daerah menjadi destinasi wisata dipengaruhi oleh beberapa pertanyaan penting,
seperti:
1. Attractive to client.
2. Facilities and attractions.
3. Geographic location.
4. Transport link.
5. Political stability.
6. Healthy environment.
7. No government restriction (Jackson, 1989).
Suatu destinasi harus menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh
wisatawan agar tujuan kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi. Jackson
(1989) menyebutkan bahwa ada empat elemen utama untuk mencapai tujuan umum
dan khusus dari wisatawan, yaitu fasilities, accommodation, transportation, dan
attraction. Atraksi (objek dan daya tarik) merupakan komponen yang vital karena
atraksi merupakan faktor penyebab utama mengapa seorang wisatawan
mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Terkait dengan perkembangan suatu
daerah tujuan wisata, Noronha (1977), dengan mengembangkan teori Greenwood
yang membagi perkembangan suatu destinasi (DTW) menjadi tiga fase, yaitu
discovery, lokal response and initiative, dan institutionalization. Pada fase pertama,
perkembangan pariwisata terjadi secara spontan dan sporadis, karena adanya
respons masyarakat untuk mengakomodasi wisatawan yang mulai mengunjungi
daerahnya. Selanjutnya, pada fase kedua, inisiatif masyarakat lokal sudah intensif,
dan pemerintah biasanya ikut campur dalam pengaturannya. Tetapi akhirnya sistem
pariwisata dikuasai atau didominasi oleh pihak luar (fase III), pada saat pariwisata

6
sudah menjadi “industri” skala internasional. Pada fase ini, masyarakat lokal
terpinggirkan.

Bab 7 Dampak Sosial-Budaya Pariwisata


Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung melibatkan masyarakat
sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Dampak
pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan
menjadi delapan kelompok besar (Cohen, 1984), yaitu:
1) Dampak terhadap penerimaan devisa.
2) Dampak terhadap pendapatan masyarakat.
3) Dampak terhadap kesempatan kerja.
4) Dampak terhadap harga-harga.
5) Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan.
6) Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol.
7) Dampak terhadap pembangunan pada umumnya.
8) Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Peranan pariwisata juga sangat besar bagi Indonesia. Devisa yang diterima secara
berturut-turut pada tahun 1996, 1997, 1998, 1999, dan 200 adalah sebesar 6,307.69,
5,321.46, 4,331.09, 4,710.22, dan 5,748.80 juta dolar AS (santos, 2001). Pada tahun
2002 dan 2003, meskipun mengalami tragedi Kuta (Bom Bali), nilai devisa juga
masih tetap tinggi, yaitu 4.496 US Milyard Dollar tahun 2002 dan 4.037 US Milyard
Dollar tahun 2003 (Nirwandar, 2004). Di samping berbagai dampak yang dinilai
positif, hampir semua penelitian juga menunjukkan adanya beragam dampak
negatif, seperti semakin memburuknya kesenjangan pendapatan antarkelompok
masyarakat, memburuknya ketimpangan antardaerah, hilangnya kontrol
masyarakat lokal terhadap sumberdaya ekonomi, munculnya neo-kolonialisme atau
neo-imperialisme, dan sebagainya. Banyak peneliti menyebutkan bahwa pariwisata
telah menjadi wahana eksploitasi dari negara-negara berkembang (daerah tujuan
wisata). Studi tentang dampak sosial-budaya pariwisata selama ini cenderung
mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat kedatangan
wisatawan dengan tiga asumsi yang umum, yaitu (Martin, 1998: 171):

7
1) Perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari
sistem sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang
lebih lemah.
2) Perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous.
3) Perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana
identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri dengan
teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer-oriented
economy dan jet-age lifestyles.
Secara teoritis, Cohen (1984) mengelompokkan dampak sosial budaya pariwisata
ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu:
1) Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat
dengan masyarakat yang lebih luas termasuk tingkat otonomi atau
ketergantungannya.
2) Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat.
3) Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial.
4) Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata.
5) Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat.
6) Dampak terhadap pola pembagian kerja.
7) Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial.
8) Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan.
9) Dampak terhadap meningkatnya penyimpanan sosial.
10) Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.
Sedangkan Figuerola (dalam Pearce, 1989: 218) mengidentifikasi ada enam
kategori dampak sosial-budaya, yaitu:
1. Dampak terhadap struktur demografi.
2. Dampak terhadap bentuk dan tipe mata pencaharian.
3. Dampak terhadap transformasi nilai.
4. Dampak terhadap gaya hidup tradisional.
5. Dampak terhadap pola konsumsi.
6. Dampak terhadap pembangunan masyarakat yang merupakan manfaat
sosial-budaya pariwisata.

8
Mathieson dan Wall (1982) menemukan bahwa pariwisata telah mengubah struktur
internal dari masyarakat sehingga terjadi pembedaan antara mereka yang
mempunyai hubungan dengan pariwisata dan mereka yang tidak. Sharpley (1994)
melihat bahwa pariwisata merangsang munculnya komunikasi yang lebih intensif
di dalam masyarakat lokal. Masyarakat dapat memanfaatkan peluang yang
diberikan oleh pariwisata dan manfaat ekonomi pariwisata dapat digunakan dalam
kegiatan pelestarian budaya dan secara nyata pariwisata memberikan kontribusi
didalam pelestarian bangunan-bangunan bersejarah atau keagamaan. Pariwisata
juga menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk karena peluang kerja dan
kehadiran tamu merangsang kaum muda untuk pindah ke lokasi dimana pariwisata
berkembang. Budaya pariwisata adalah budaya mondial dengan dominasi budaya
barat. Salah satu ciri dari budaya barat ini adalah kuatnya daya sentripetal yang
melakukan penetrasi, merasuki semua budaya masyarakat dunia lainnya. Penetrasi
budaya ini akhirnya akan menyebabkan terjadinya homogenisasi, yaitu semakin
miripnya ciri-ciri atau penampakan suatu daerah dengan daerah lain. Proses
homogenisasi atau coca colaisasi ini sepintas terlihat sederhana tetapi konsekuensi
budayanya secara jangka panjang akan sangat struktural karena generasi yang
sekarang masih anak-anak akan kehilangan selera terhadap makanan tradisionalnya
termasuk cara pembuatannya.
Pengaruh terhadap aspek kesenian, adat istiadat dan agama bisa terjadi secara
langsung karena adanya proses komoditifikasi terhadap berbagai aspek kebudayaan
atau terjadi secara tidak langsung melalui proses jangka panjang. Akulturasi
merupakan proses yang wajar dalam setiap pertemuan antar budaya. Namun
demikian, ia juga mengakui adanya komoditisasi dari berbagai aspek keagamaan
yang memunculkan konflik karena pengaruh pariwisata. Pendapat ini didukung
oleh Burns dan Holden (1995), yang melihat perubahan fungsi kebudayaan karena
kebudayaan dipandang sebagai sumberdaya komersial. Beragam penelitian
menunjukkan bahwa pariwisata telah merusak atau menghancurkan kebudayaan
lokal. Pariwisata secara langsung memaksa ekspresi kebudayaan lokal untuk di
modifikasi agar sesuai dengan kebutuhan pariwisata. Namun, disisi lain, De Kadt
(1979) mengungkapkan bahwa kesenian, kerajinan, dan berbagai aspek
kebudayaan lokal bisa mengalami revitalisasi akibat kedatangan pariwisata.

9
Komoditisasi dan keaslian selalu merupakan topik yang muncul dalam setiap
pembicaraan dampak pariwisata terhadap sosial-budaya masyarakat setempat.
Berdasarkan penelitian di negeri-negeri kepulauan Pasifik, MacNaught (1982)
mengatakan bahwa pariwisata telah mencabut masyarakat dari bentuk asli ekspresi
budayanya, karena tuntutan wisatawan. Gempuran dari luar melalui pariwisata
ternyata justru memperkuat pencarian kedalam, atau mencari identitas dari
beberapa masyarakat di DTW. Hal ini sesuai dengan teori bahwa cultural identity
only emerges under condition of contrast, most often condition of opposition
(Jonathan Friedman, 1993: 740).

b. Kelemahan dan Kelebihan Buku


Buku Sosiologi Pariwisata: Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem,
dan dampak-dampak pariwisata (Penulis : Prof. Dr. I Gde Pitana, M.Sc
dan Ir. Putu G. Gayatri, M.Si.)
 Penulisnya adalah Prof. Dr. I Gde Pitana, M.Sc dan Ir. Putu G.
Gayatri, M.Si.

 Target penulis ditujukan untuk mahaiswa yang mempelajari dan mengkaji


mengenai pariwisata dan perkembangannya di Indonesia dari waktu ke
waktu serta menerangkan dampak dari bidang pariwisata yang terus
dikembangkan pemerintah dalam usaha mendapatkan tambahan bagi devisa
negara.
 Jika terdapat kutipan dari bahasa asing, penulis tidak memberikan arti
maupun makna terkait materi yang dibahasnya.
 Target penulis dalam menyampaikan informasi dalam buku ini menurut
penyusun sudah berhasil karena bab serta sub bab yang dibahas merupakan
pembahasan lengkap mengenai pariwisata dan perkembangannya.
 Cara penjelasan dalam buku ini cukup mudah dimengerti.

10
 Didalam buku ini terdapat daftar gambar dan daftar tabel yang cukup
lengkap.
 Dapat dilihat bahwa yang disampaikan kepada pembaca, berhubungan
antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.
 Bahasa yang digunakan penulis mudah untuk dipahami sehingga pembaca
tidak mengalami kesulitan dalam memahami isi bahasan buku ini meskipun
penulis lebih sering mengungkap pariwisata yang berdampak pada
kebudayaan masyarakat Bali.
 Gagasan yang diajukan penulis sangat logis karena menggunakan beberapa
buku untuk referensi serta dibagikan akhir buku.
 Contoh/bukti pendukung yang diberikan penulis adalah data-data referensi
yang bisa mendukung pikiran utama penulis.
 Contoh yang ada, sesuai dengan pembahasan buku serta tidak bertentangan
dengan isinya.
 Pada buku ini tidak tercantum kesimpulan/rangkuman diakhir buku maupun
di penghujung akhir bab.
 Penulis juga tidak menjelaskan apakah penulis mencapai tujuannya dalam
buku ini atau tidak.
 Buku ini tidak disertai dengan indeks yang akan berguna bagi pembaca saat
menemukan kata-kata sulit dalam pokok bahasan dalam buku ini.
 Meskipun tidak tercantum indeks, tetapi penulis menggunakan foto note di
bagian paling bawah teks buku sehingga pembaca lebih jelas mengenai
maksud dari penulisan.
 Buku ini dominan membahas dampak yang ditimbukan pariwisata daripada
solusi penanganan masalah dari dampak tersebut.
 Buku ini sudah sangat lengkap membahas mengenai pariwisata dan
perkembangannya serta dampak pariwisata terhadap kebudayaan di
Indonesia.
 Secara keseluruhan buku ini sangat layak untuk dijadikan bahan referensi
bagi pembaca.

11
c. Analisis Buku
1. Tujuan penulisan buku dan inti dari penulisan
Tujuan penulisan buku adalah untuk pemahaman materi bagi
mahasiswa khususnya yang sedang mendalami materi bidang pariwisata.
Selain itu, maraknya dampak yang ditimbulkan pariwisata terkait
kebudayaan yang bercampur dan tidak original lagi. Maka, diharapkan
melalui critical book ini bisa sedikit menyebarluaskan informasi
mengenai hal ini sehingga kaum remaja saat ini tidak hanya berwisata
saha melainkan juga menjaga kebusamaan kita.
2. Isi secara umum yang terdapat pada daftar isi dan pendahuluan
Isinya meliputi definisi pariwisata, interaksi antara wisatawan
dengan masyarakat lokal, struktur dan fungsi sistem kepariwisataan,
beserta dampak sosial-budaya pariwisata.
3. Penilaian kualitas isi

12
Kualitas isi kedua buku ini sangat bagus karena mendeskripsikan
dan mengupas bahasan materi kepariwisataan yang semakin kompleks
pada zaman sekarang ini terutama menyangkut masalah hancurnya
kebudayaan masyarakat Indonesia. Kita sebagai warga dan masyarakat
Indonesia yang baik hendaknya bisa berlaku lebih bijak dalam melihat
hal ini. Tentunya kita juga tidak ingin budaya kita rusak atau
terkontaminasi oleh kebudayaan asing dalam hal dampak negatif yang
ditimbulkan.

13
BAB IV
PENUTUP

a. Kesimpulan
Wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antara lain di dorong oleh
keinginan untuk mengenal, mengetahui, atau mempelajari daerah dan kebudayaan
masyarakat lokal. Selama berada di daerah tujuan wisata, wisatawan pasti
berinteraksi dengan masyarakat lokal, bukan saja mereka yang melayani langsung
kebutuhan wisatawan tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Interaksi dengan
masyarakat luas ini lebih intensif jika jenis pariwisata yang dikembangkan adalah
pariwisata budaya, karena kebudayaan melekat pada kehidupan masyarakat sehari-
hari.
Pariwisata dapat meningkatkan nilai jual keindahan alam Indonesia, tetapi kita
hendaknya mampu memilah mana yang baik untuk kita ambil dan mana yang
kurang baik. Ini berkaitan erat dengan kebudayaan yang kita pegang dimana kita
menganut kebudaayan Timur Tengah yang menjunjung tinggi etika sopan santun
baik dalam bersikap, bertutur kata, berbusana, dan sebagainya.

b. Saran
Penyusun juga merekomendasikan buku ini bagi pembaca sebagai sumber
referensi bacaan khususnya yang sedang mendalami materi kepariwisataan karena
isi yang disampaikan tergolong lengkap dan bermanfaat untuk memahami
perubahan yang terjadi akibat pariwisata terhadap bidang kebudayaan kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Pitana, I., G., dkk. 2005. Sosiologi Pariwisata: Kajian sosiologis terhadap struktur,
sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta. Penerbit ANDI Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai