Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan selalu diidentikan dengan pertumbuhan ekonomi yang setinggi-


tingginya. Namun hal tersebut telah menimbulkan beberapa efek negatif.
Momentum pembangunan dicapai dengan pengorbanan (at the expense of)
deteriorasi ekologis, penyusutan sumber lain, timbulnya kesenjangan sosial, dan
dependensi. Sejumlah pemikir di Massachusetts Institute of Technology dan Club
of Rome, misalnya, memperingatkan pertumbuhan penduduk dunia tetap seperti ini,
pada suatu ketika akan tercapai batas ambang (threshold) pertumbuhan, dan akan
terjadi kehancuran planet bumi ini sebagai suatu sistem.

Mereka berpendapat bahwa di dalam satu abad, batas ambang pertumbuhan tadi
akan tercapai. Pandangan yang dapat kita kategorikan sebagai Neo-Malthusian
Perspective ini pada hakekatnya mengajukan teori tentang integrasi jangka panjang
antara penduduk, sistem ekonomi dan sumber alam. Pokok-pokok pikirannya
adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan merupakan sifat yang melekat pada kependudukan dan sistem


kapital (penduduk dan kapital materiil tumbuh secara esksponensial (berlipat
ganda) melalui proses reproduksi dan produksi).

2. Ada keterbatasan potensi planet bumi, yang dapat disimpulkan dari 4 asumsi
dasar yaitu: terbatasnya cadangan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, terbatasnya kemampuan lingkungan untuk dapat menyerap
polusi, terbatasnya lahan yang dapat ditanami, dan terabatasnya produksi per
satuan lahan.

3. Tertundanya dalam waktu yang lama umpan balik (feedback), yang


mengontrol pertumbuhan fisik dunia.

4. Ada dua alternative respons yang diberikan: menghilangkan gejala adanya


keterbatasan yang menghambat pertumbuhan, atau memperlemah kekuatan
yang mendorong pertumbuhan.

1
5. Pilihan hendaknya diberikan pada equilibrium state, yaitu situasi di mana
kondisi kependudukan telah mencapai derajat kestabilan pada tingkat
tertentu yang dikehendaki, dan di mana kebutuhan materiil tercukupi dengan
memanfaatkan input yang tidak dapat diperbaharui dan menimbulkan polusi
secara minimal.

Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas dan demi kelangsungan planet bumi
pada hakekatnya kita telah menemukan landasan pemikiran dari perspektif ekologi
yang kemudian dikenal dengan pemikiran tentang sustainable development, atau
pembangunan berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sustainability development?


2. Apa pengertian water sustainability?
3. Apa pengertian waste minimization (3R)?
4. Apa pengertian resource conservation and recovery?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian sustainability development.


2. Untuk mengetahui pengertian water sustainability.
3. Untuk mengetahui pengertian waste minimization (3R)?.
4. Untuk mengetahui pengertian resource conservation and recovery.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Umum Sustainability Development

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan


yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu
merusak atau menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan


batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada
didalamnya. Ambang batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang
luwes (flexible) yang bergantung pada teknologi dan sosial ekonomi tentang
pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer dalam menerima akibat
yang ditimbulkan dari kegiatan manusia.

Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam


pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas
fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat
manusia.

Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi
juga untuk kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. Dengan demikian
diharapkan bahwa kita tidak saja mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan
yang ditugaskan (to do the thing right), tetapi juga dituntut untuk mampu
mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih menyeluruh (to do the right thing).

3
2.2 Hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber


daya yang dimiliki secara cermat dan bijaksana.
a. Sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara, hutan, kandungan
mineral, dan keanekaragaman hayati.
b. Sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, pendidikan,
kesehatan, keterampilan, dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi, informasi,
komunikasi, dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) lainnya.

Sumber-sumber daya tersebut sifatnya terbatas, sehingga dalam penggunaannya


harus cermat dan bijaksana. Ketidakcermatan dan kekurangbijaksanaan dalam
penggunaan sumber daya dapat menimbulkan beragam masalah, seperti polusi
lingkungan, kerusakan sumber daya alam, dan timbulnya masalah permukiman.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang dikenal dengan pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisiensi, dan
memerhatikan pemanfaatannya, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan
lingkungan hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjamin Pemerataan dan Keadilan. Strategi pembangunan yang
berwawasan lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor
produksi, pemerataan kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan ekonomi
untuk peningkatan kesejahteraan.
2. Menghargai Keanekaragaman Hayati Keanekaragalan hayati merupakan
dasar bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati memiliki
kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa
kini dan masa yang akan datang.
3. Menggunakan Pendekatan Integratif Dengan menggunakan pendekatan
integratif, maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan
dapat dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
4. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang Pandangan jangka panjang
dilakukan untuk merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber daya yang
mendukung pembangunan agar secara berlanjut dapat digunakan dan
dimanfaatkan.

4
2.3 Sumber Historis Kontribusi Islam Bagi Peradaban Dunia

Banyak peradaban yang hancur (mati) karena “bunuh diri” bukan karena
benturan dengan kekuatan luar. Peradaban hancur karena peradaban tersebut tidak
dibangun di atas nilai-nilai spiritualitas yang kokoh. Berbeda dengan peradaban
lainnya, peradaban Islam saat itu tumbuh berkembang dan dapat tersebar dengan
cepat dikarenakan peradaban Islam memiliki kekuatan spiritualitas. Umat Islam
kala itu bekerja keras untuk melahirkan peradaban baru dengan semangat spiritual
tinggi untuk membangun reruntuhan peradaban lama. Oleh karena itu, aspek
spiritual memainkan peran sentral dalam mempertahankan eksistensi peradaban
Islam. Orientasi kepada spiritualitas pada masa Bani Umayyah telah mendorong
pengharagaan terhadap pluralitas sehingga beragam aliran pemikiran tumbuh dan
berkembang dalam bingkai kedaulatan Islam yang memberikan ruang bagi setiap
golongan. Amroeni Drajat mengungkapkan bahwa menurut Margaret Smith dalam
Studies in Early Mysticism in the Near and Middle East di daerah Syria, misalnya,
berkembang aliran yang bercorak Helenistik, sedangkan di Alexandria, Beirut,
Jundisyapur, Nissibis, Harran, dan Antioch berkembang aliran yang bercorak
Sabean. Terdapat bukti kuat tentang toleransi penguasa-penguasa Islam dalam
aktivitas intelektual sehingga orang-orang non-uslim memiliki kebebasan dan
berlomba dalam mengembangkan kerja pikir dan dalam pelbagai lapangan
pekerjaan.

Apabila kita menengok pemerintahan Islam secara umum, para khalifah dari
Bani Umayyah seperti Abu Hasyim Khalid ibn Yazid
merintis penerjemahan karya-karya Yunani di Syria. Juga ketika masa Bani
Abbasiyah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kegiatan intelektual yang
menjadikan proses tranformasi intelektual bergerak cepat. Khalifah Al-Ma‟mun
mendirikan pusat riset dan penerjemahan di Baghdad, yang ia beri nama Bait al-
Hikmah pada tahun 830 M. Banyak penerjemah handal yang ahli menerjemahkan
dan banyak dari mereka adalah non-muslim, seperti Tsabit ibn Qurrah Al-
Harrani yang berasal dari Sabean di Harran. Menurut Margaret Smith adanya

5
kepercayaan (agama) yang berbeda ternyata tidak menghalangi mereka untuk
bekerja sama, karena para penguasa Islam memiliki visi yang maju ke depan dan
lebih mengutamakan profesionalisme. Gerakan penerjemahan ini menghasilkan
banyak sarjana, seperti, sarjana kimia Jabir ibn Hayyan Al-Azdi Ath-Thusi Ash-
Shuff (721-815) yang mengharumkan istana Khalifah Harun Al Rasyid; sarjana
yang memiliki prestasi besar seperti Ar-Razi (865-925), dokter klinis terbesar di
dunia Islam dan Barat yang mendapat julukan “Galennya Arab”; filsuf muslim
pertama yang menguasai filsafat Yunani, Al-Kindi (801-866) dan masih banyak
lagi tokoh Islam yang memiliki prestasi gemilang dari pelbagai bidang ilmu.
Semangat umat Islam mencari ilmu juga ditopang oleh suasana kondusif, yang
memungkinkan masuknya pemikiran-pemikiran baru.

Harun Nasution dalam Pembentukan Kebudayaan Islam menyatakan, “Mereka


dapat menerima filsafat Pythagoras, Plato, Aristoteles dan lainnya, sungguh pun
mereka bukan orang-orang beragama.” Nurcholish Madjid dalam Tradisi Islam:
Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia menyatakan, ”Kreativitas
akan terhambat jika suatu masyarakat terjerembab ke dalam pandangan-pandangan
atavisme dan pemujaan masa lampau.
” Oleh karena itu, dalam keadaan tertentu diperlukan kemampuan
“memutuskan diri” dari budaya masa lampau yang negatif. Kemampuan itu sendiri
dihasilkan oleh sikap-sikap kritis yang bersifat membangun. Jadi, kita sebagai umat
Islam yang bergerak di dunia modern saat ini harus tidak memandang sejarah
peradaban yang pernah dicapai pada masa lalu sebagai prestasi yang selalu
diagung-agungkan. Kita harus berani menggali spirit dari kemajuan masa lampau
dan jangan hanya bernostalgia dengan capaian masa lampau.

2.4 Sumber Sosiologis Kontribusi Islam Bagi Peradaban Dunia

Islam yang berkembang pada masa Bani Umayyah melalui ekspansi besar-
besaran dilanjutkan pada masa Al-Walid ibn Abdul Malik pada tahun 711 M.,

6
kemudian terus berlanjut pada masa Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah di Spanyol,
akhirnya sampai di Spanyol. Dari peradaban Islam yang ada di Spanyol, Islam
mampu memberikan pengaruh besar kepada dunia Barat yang turut serta
mempelajari ilmu pengetahuan yang ada di dunia Islam. Islam juga berkembang
melalui karya-karya ilmuwan Islam seperti Al-Farabi dengan karyanya astrolabe di
bidang astronomi. Di bidang kedokteran muncul, seperti, Ar-Razi dan Ibnu Sina,
yang salah satu karyanya berjudul Al-Q ān ūn f ī al-Thibb. Melalui berbagai tokoh
Islam lain, yang juga dikenal di dunia Barat dan Timur, muncul seperti Ibnu Rusyd,
Al-Ghazali dan Ibnu Zuhr yang juga merupakan filsuf Islam. Secara kultural agama
Islam yang lahir di luar hegemoni dua dinasti yang berkuasa yakni Romawi dan
Persia menjadikan umat Islam memiliki sikap terbuka sehinggga sikap mereka
positif terhadap pelbagai budaya bangsa-bangsa lain itu. Dengan demikian,
peradaban Islam yang pertama kali menyatukan khazanah bersama secara
internasional dan kosmopolit. Sebelum peradaban Islam, ilmu pengetahuan memang
telah ada, namun sifat dan semangatnya sangat nasionalistis dan parokialistis,
dengan ketertutupan masing-masing bangsa dari pengaruh luar karena merasa paling
benar. Para peneliti modern tentang sejarah ilmu pengetahuan berselisih pendapat
tentang nilai orisinalitas kontiribusi dan peranan orang-orang muslim. Bertrand
Russel, misalnya, cenderung meremehkan tingkat orisinalitas kontribusi Islam di
bidang filsafat, namun tetap mengisyaratkan adanya tingkat orisinalitas yang tinggi
di bidang matematika dan ilmu kimia. Dalam bidang filsafat, peranan orang-orang
Islam, meskipun tidak bisa diremehkan, hanyalah dianggap sebagai pemindah
(transmitter ) dari Yunani Kuno ke Eropa Barat.

Terdapat dua pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat


dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama
mengatakan, “Bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filsuf Yunani seperti
Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M), yang
kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480 – 524 M) dan John
Scotus.” Pendapat kedua menyatakan, ”Bahwa orang Eropa belajar filsafat orang-orang
Yunani dari buku-buku filsafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa

7
Arab oleh filsuf Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi.”Terhadap pendapat pertama
Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya. Alasan yang dikemukakan Hoesin salinan
buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge , Categories, dan Porphyry telah
dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap
Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara.
Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi
sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury,
seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku
Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang
telah dikerjakan oleh filsuf Islam.

2.5 Sumber Filosofis dan Teologis Kontribusi Islam Bagi Peradaban


Dunia

Umat Islam pada masa lalu telah bersungguh-sungguh menjalani “mission


sacred ”.Mereka sebagai umat penengah (wasath ) dan saksi atas-manusia serta saksi
untuk Allah, yang adil, fair , objektif, dan ḫan ī f (penuh kerinduan dan pemihakan
kepada yang benar). Semangat para filsuf dan ilmuwan Islam untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tidak lepas dari semangat ajaran Islam, yang
menganjurkan para pemeluknya belajar segala hal, sebagaimana perintah Allah Swt.
dalam Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad. Ini menjadi dasar teologis yakni
dengan melakukan pengkajian yang lebih sistematis akan sumber-sumber ajaran
agama dan penghargaan yang lebih baik, namun tetap kritis kepada warisan kultural
umat, dan pemahaman yang lebih tepat akan tuntutan zaman yang semakin
berkembang secara cepat. Secara filosofis, Islam memiliki semangat membangun
peradaban yang oleh Nabi Muhammad diterjemahkan dalam bentuk “Masyarakat
Madani” atau “Masyarakat Medinah” sebagai civil society kala rasul hidup dan terus

8
membangun kerjasama dengan masyarakat Medinah yang majemuk, dan berhasil.
Membentuk “common platform ” atau kalimat pemersatu (kalimatun sawā` ).

BAB III
PENUTUP

9
3.1 Kesimpulan

Kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama


dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar,maka kemajuan yang
dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam.Dunia Barat sekarang
sejatinya berterimakasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya pihak
Barat (non Muslim)telah sengaja menutup-nutupi peran besar atas jasa para pejuang
dan ilmuwan muslimtersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai
terlupakan. Oleh karena itu,umat Islam perlu kembali menggelorakan semangat
keilmuan para ilmuwan muslimatas sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban
umat manusia di dunia dalammenyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

10
Al-Faruqi, Ismail R., & Lois Lamya Al-Faruqi. 1986. The Cultural Atlas of Islam . New
York: Macmillan Publishing Company.

Bobrick, Benson. 2013. Kejayaan Sang Khalifah Harun Ar-Rasyid Kemajuan


Peradaban Dunia pada Zaman Keemasan Islam. Jakarta: Alvabet.

Kartanegara, Mulyadhi. 2006. Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam. Jakarta: Baitul Ihsan.

Lothrop Stoddard. 1966. Dunia Baru Islam (The New World of Islam). Jakarta: Panitia
Penerbit.

Madjid, Nurcholish. 2008. Islam Agama Peradaban . Jakarta: Paramadina.

Maman. 2012. Pola Berpikir Sains Membangkitkan kembali Tradisi Keilmuan Islam.
Bogor: QMM Publishin.

Purnama, Tata Septayuda. 2011. Khazanah Peradaban Islam . Solo: Tinta Medina.

Syarif, Amru. 2013. Rihlah ‘Aql . Kairo: Maktabah Al-Syuruq al-Jadidah.

Tujuh, Bhulle nol. Bagaimana Kontribusi Islam pada Pengembangan Peradaban


Dunia. Dikutip 29 September 2019 dari academia:
https://www.academia.edu/34033612/Bagaimana_Kontribusi_Islam_pada_Pengembang
an_Peradaban_Dunia

11

Anda mungkin juga menyukai