Anda di halaman 1dari 22

PELESTARIAN BAHASA OSING DI KABUPATEN BAYUWANGI

Disusun oleh :

Diah Ayu Condro Kirono (2601418066)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2019

1
ABSTRAK

Masyarakat Suku Osing Dalam Melestarikan Adat Istiadatdi Tengah

Modernisasi. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada dua yakni

bagaimana upaya masyarakat suku Osing di desa Kemiren, Kecamatan Glagah,

Kabupaten Banyuwangi dalam melestarikan adat istiadat di tengah modernisasi

serta apa hambatan dan tantangan yang dihadapi masyarakat suku Osing dalam

melestarikan adat istiadatnya di desa Kemiren, Kecamatan Glagah Kabupaten

Banyuwangi.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitaatif dengan teknik

pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan

dalam menganalisis masyarakat osing melestarikan bahasa osing yang ada dalam

Kabupaten Banyuwangi ialah teori Fungsionalisme Struktural Talcolt Parsons

Kata Kunci : Sstrategi, Masyarakat Suku Osing, melestarikan, Adat Istiadat,

Modernisasi

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1

ABSTRAK .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .... ........................................................................ 5

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 6

1.3 Tujuan Masalah ......................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7

2.2 Landasan Teori .......................................................................... 8

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 10

3.1 Pengumpulan Data ................................................................... 10

3.2 Analisis Data ............................................................................. 12

3.3 Penyajian Data ......................................................................... 13

BAB IV ASAL BAHASA OSING ............................................................. 15

BAB V MERAWAT BAHASA OSING ................................................... 16

3
BAB VI BUDAYA BAHASA OSING (SUKU OSING) .......................... 17

BAB VII PENUTUP................................................................................... 18

7.1 Kesimpulan ............................................................................... 18

7.2 Saran ........................................................................................ 18

BAB VII DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 20

BAB IX LAMPIRAN ................................................................................. 21

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebudayaan jawa merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang ada

di Indonesia. Kebudayaan jawa dengan keanekaragamannya banyak mengilhami

masyarakat jawa dalam tindakan maupun perilaku keberagamaannya. Masyarakat

jawa memiliki keunikan tersendiri. Dalam segala tindakannya biasanya tidak lepas

dari tradisi atau kebiasaan yang dianut oleh para leluhurnya. Keunikannya dapat

dilihat mulai dari kepercayaan masyarakat, bahasa, kesenian, dan tradisi.

Keagamaan tradisi dan budaya local menyemangati berbagai pihak baik

pemerintah, swasta, akademis, maupun wisatawan mancanegara.

Keanekaragaman tradisi dan budaya bangsa Indonesia, terutama tradisi

dan budaya jawa bila ditelusuri dari perkembangan sejarah yang ada, merupakan

sumber inspirasi yang tak ternilai harganya karena mengandung nilai nilai filsofi

yang tinggi, dan berisi pranata social bermasyarakat. Sangat disayangkan apabila

warga Negara Indonesia sendiri kurang menghargai, memelihara, serta

melestarikan tradisi dan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyangnya.

Tradisi dan kebudayaan luhur bangsa ini tentunya patut dijaga di tengah tengah

arus budaya modern dari barat dan budaya asing lainnya yang gencar masuk.

Keberadaan masyaraka sukut osing serta budaya osing juga masih banyak

terlihat, salah satunya yang sangat jelas terlihat dari segi bahasa yang masih

kentalakan logat bahasa osingnya. Orang yang asing mendengar logat bahasa

5
osingnya mungkin terdengar sedikit unik dan menarik, contohnya dalam

pengucapan antara lain dalam sebuah kata “omah” jika pada umumnya orang

mengatakan omah cukup dikatakan omah namun pada suku osing berubah

menjadi “omyah”, dan ini di banyuwangi khususnya desa Kemiren sendiripun

sebagian besar massih bernuansakan pedesaan rumah adat osing dengan

menonjolkan keunikan suku osingnya berciri khas meliputu crocogan,

tikel/baresan, tikelbalung, dan serangan. Di balik itu, infrastuktur jalan

penghubung dari pusat kota ke desa Kemiren sendiri sudah diperbaiki oleh

pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

1.2 Rumusan Masalah

Terkait dengan judul diatas, maka saya dapat menarik beberapa rumusan

masalah yang ada dalam mini skripsi ini. Masalah tersebut yaitu :

a. Bagaimana asal mula Bahasa Osing ?

b. Bagaiman cara mengatasi Bahasa Osing agar tetap menjadi bahasa khas

Banyuwangi dan agar tidak hilang ?

c. Bagaimana eksitensi Desa Kemiran sebagai desa adat Suku Osing

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian ini

yaitu :

a. Bagaimana bahasa osing masuk di Kabupaten Banyuwangi,

b. hal hal yang dapat masyarakat sekitar untuk tetap menjaga bahasa osing,

c. untuk mengetahui dan mendeskripsikan eksitensi Desa Kemiren sebagai

adat suku osing..

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa beberapa

symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa adalah sistem,

artinya bahasa itu dibentuk oleh sebuah komponen yang berpola secara tetap dan

dapat dikaidahkan.

2.1.1 Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan aspek yang begitu penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat, apalagi masyarakat

yang mempunyai bahasa khas dari daerah itu contohnya masyarakat Banyuwangi

yang mempunyai bahasa osing. Menurut pendapat Keraf bahasa mempunyai dua

pengertian. Bahasa adalah keterampilan khusus yang kompleks, berkembang

dalam diri anak-anak secara spontan.

2.1.2 Fungsi Bahasa

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi sehari-hari, baik itu bahasa lisan

maupun bahasa tulis. Seperti masyarakat Banyuwangi yang menggunakan bahasa

osing, sehingga masyarakat Banyuwangi pelu melestarikan bahsa yang menjadi

ciri khas daerahnya itu agar tidak punah oleh bahasa yang lain. Dalam beberapa

7
daerah di Banyuwangi bahasa osing atau masyarakat osing atau suku osing

mempunyai beberapa tradisi. Bahasa mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai

alat komunikasi, sebagai alat mengekspresikan diri, sebagai berpendapat social

dan berintegrasi, sebagai alat control social.

2.1.3 Aspek Bahasa

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan symbol-simbol

vokalyang bersifat arbiter. Berdasarkan pendapat Anderson ada delapan prinsip

hakikat dalam baahasa yaitu bahasa adalah suatu sistem, bahasa adalah vocal,

bahaasa tersusun dari lambing-lambang manasuka, bahasa bersifat uik (bersifat

khas), bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan, bahasa sebagai alat komunikasi,

bahasa berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada.

2.2 Landasan Teori

Dialektologi merupakan cabang ilmu terapan yang mempelajari`tentang

dialek. Hal yang dipelajari tersebut merupakan variasi bahasa diantara dan di

dalam komunitas tertentu. Dalam hal ini, variasi bahasa penting dipelajari karena

Indonesia memiliki banyak sekali daerah. Hal ini tentu saja dapat menandakan

bahwa banyak pula variasi bahasa tersebut dapat timbul disebabkan jarak wilayah

yang jauh dari pusat bahasa aslinya sehingga dapat dikatakan bahasa yang

digunakan sama, tetapi bisa saja ada kosakata ataupun intonasi yang berbeda.

Selain itu, variasi bahasa juga dapat terjadi karena terdapat wilayah yang terisolasi

factor alam. Hal ini dapat menyebabkan bahasa antara satu daerah dengan daerah

lainnya berbeda walaupun jarak wilayah tidak terlalu jauh. Factor alam yang

8
menyebabkan daerah terisolasi adalah adanya jurang, gununng, sungai, dan lain

sebagainya. Bahkan, bisa juga variasi bahasa muncul karena adanya kontak social

antara komunitas tertentu di suatu daerah dengan komuitas lainya di daerah yang

berbeda.

Dalam dialektologi, variasi bahasa tersebut tidak hanya ditampilkan

melalui penjabaran terkait aspek kebahasaan saja. Akan tetapi, variasi bahasa

tersebut akan juga dijabarkan dengan menggunakan peta bahasa. Hal tersebut

dilakukan untuk mempermudah melihat kondisi kebahasaan di suatu daerah.

Variasi bahasa tersebut dalam peta bahasa dipisahkan oleh yang namanya garis

isoglos. Berkas isogloss tersebut akan menjadi pembeda antara bahasa di suatu

daerah lain di sektarnya. Secara tiak langsung, dengan hanya melihat peta bahasa,

kondisi kebahasaan di suatu daerah akan tampak jelas dan mudah untuk

ditafsirkan lebih mendalam. Namun, sebelumnya data variasi bahasa di suatu

daerah tersebut dituangkan ke dalam peta bahasa, peneliti dialektologi harus

melakukan penelitian lapangan ke daearh sasaran penelitian. Model metode

penelitian lapangan ini dalam dialektologi disebut metode pupuan lapangan.

Hampir sama dengan metode penelitian ilmu lainnya, metode pupuan lapangan ini

merupakan model metode yang menggunakan sistem wawancara langsung.

Tataran daftar tanyaan yang digunakan pada saat wawancara adalah tataran unsur

leksikal.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pengumpulan Data

Reduksi Data

Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian

dilakukan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,

perhatian pada penyederhanaan, keabstrakan dan transformasi data awal

yang muncul dari catatan di lapangan.

Pendekatan Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini

maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,

dimana data yang dihasilkan bersifat deskriptif atau penelitian kualitatif

berusaha mengerti dan mengungkapkan suatu kejadian atau peristiwa

dengan mencoba berinteraksi dengan mencoba berinteraksi dengan orang-

orang dalam situasi atau fenomena yang sedang dikaji. Selain itu, dalam

tahapan penelitian dan kemudian mengolah data yang didapat selama

penelitian sampai menyimpulkan data selama proses yang berlangsung

dari awal sampai akhir kegiatan.

10
Jenis Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka

jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif juga dapat disebut dengan penelitian yang terbatas pada usaha

mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaiman

adanya sehingga bersifat untuk mengungkapkan fakta.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Desa Kemiren, Kecamatan Glagah,

Kabupaten Banyuwangi. Penyusunan ini didahului dengan penelitian awal

yaitu dengan melakukan pengumpulan data yang menunjang masalah yang

diteliti. Alas an penelitian ini dilakukan karena Desa Kemiren merupakan

salah satu desa yang dianggap melestarikan adat dan bahasa osing.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah masayarakat desa

Kemiren, tokoh masyarakat setempat. Subjek-subjek yang di wawancari

adalah orang-orang yang mengerti dan memahami bahasa osing,

masyarakat yang lama bertempat tinggal atau masyarakat yang asli lahir di

Desa Kemiren, orang yang dianggap berpengaruh di desa tersebut. Dan

penelitian menentukan beberapa informan yang dianggap sebagai oranng

yang mengetahui bahasa osing itu sendiri.

11
3.2 Analisis Data

Berdasarkan penelitian ini teknik analisi data yang digunakan

adalah teknik analisi data secara kualitatif, yaiti dengan cara

mengumpulkan berbagai sumber informasi dalam data kemudian

digeneralisasikan. Analisis data merupakan langkah terakhir sebelum

didapatkan kesimpulan.

Data Primer

Data primer merupakan data penelitian diperoleh secara langsung

dari sumber asli (misalnya masyarakat asli dari bahan yang kita jadikan

penelitian). Sumber asli tersebut bisa dijadikan untuk menjawab

penelitian. Data primer dapat dilakukan dengan wawancara dan observasi.

Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung atau melalui media. Contohnya dengan

membaca buku-buku, karya ilmiah, artikel-artikel dari internet yang ada

hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam tugas ini. Data

sekunder juga berupa foto atau video.

12
3.3 Penyajian Data

Sekumpulan data yang terorganisir sehingga dapat memberi

deskripsi menuju penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai

relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan

disajikan secara sistematis.

Observasi

Observasi merupakan salah satu cara oengumpulan data yang tidak

hanya mengukur wawancara dari informan namun juga dapat digunakan

untuk merekan berbagai fenomenayang terjadi. Observasi ini diadakan

pengamatan langsung dilapangan dan mengamati aktifitas ditempat

penelitian.

Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.percakapan

ini dilakukan oleh dua orang, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancari yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Wawancara merupakan kegiatan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat mengetahui

informasi tertentu. Pada wawancara penulis mengadakan tanya jawab

dengan informan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk

tujuan penelitian.

13
Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya dari seseorang.

Dokementasi yang berebentuk tulisan misalnya catatn harian, sejarah

kehidupan, cerita, biografi. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara.

14
BAB IV

ASAL BAHASA OSING

Dulu Bahasa Osing yang digunakan masyarakat Banyuwangi, hanya

menjadi alat komunikasi bagi kaum minoritas yang tinggal di pedalaman.

Lambat laun, bahasa yang digunakan sebagaian masyarakat adat osing di Desa

Alien, Kecamatan Rogojampi, itu malah berkembang menjadi bahasa

multietnis bagi mereka yang hidup dan tinggal Banyuwangi, Kabupaten Jawa

Timur. Artinya, Bahasa Osing tidak lagi dipandang hanya untuk komunikasi

suku osing, tetapi mereka yang bersuku Jawa, Madura, Mataram, dan

Baliyang tinggal di “Bumi Blambangan” secara tidak langsung terpengaruh

dan menggunakan Bahasa Osing. Penggunaan Bahasa Osing aktif di 13

Kecamatan Banyuwangi. Menurut Ketua Tim Bahasa Osing, Maskur, bahasa

dan sastra osing yang dulu lebih dikenal dengan bahasa dan sastra

blambangan, pernah mencapai kejayaan pada abad XIV-XVIII. Bahkan syair-

syair Sri Tanjung, tokoh pejuang Banyuwangi dan Sudamala serta Sang

Setyawan yang diakui sebagai puncak karya sastra aliran sastra Blambangan,

telah dipahatkan di teras Pendapa Candi Penataran yang dibangun pada mas

Majapahit tahun 1375. Namun, peperangan dan kekuasaan VOC pada abad

setelah itu menghentikan perkembangan bahasa dan sastra Blambangan yang

kemudian berkembang hanya sebagai bahasa dan sastra lisan.

15
BAB V

MERAWAT BAHASA OSING

Pada era Bupati Samsul Hadi beliau memiliki program pengembangan

pembelajaran bahasa osing disekolah terus berlanjut, bahkan bupati

mewajibkan semua sekolah dasar dan sekolah menengah pertama memasukan

bahasa osing dalam mata pelajaran di sekolah. Kemudian pada era Bupati

Ratna Ani Lestari dengan diterbitkannya peraturan daerah (perda) Nomor 5

tahun 2007 tentang Pembelajaran Bahasa Daerah pada Jenjang Pendidikan

Dasar. Ada lima materi yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa osing,

mulai dari cara membaca, mendengarkan, menulis, sastra osing, dan berbicara.

Pesatnya perkembangan bahsa osing salah satunya karena kuatnya kesenian di

Banyuwangi. Lagu-lagu bahasa osing juga termasuk salah satu cara menjaga

bahasa osing, karena lagu-lagunya sangat digemari. Pengenalan bahasa osing

juga dilakukan oleh sejumlah organisasi perkumpulan masyarakat

Banyuwangi yang merantau ke luar daerah dan tergabung dalam ikatan

Keluarga Besar Banyuwangi (Ikawangi). Komunitas orang Bayuwangi mulai

dari “Lare Osing”, Pemuda Banyuwangi, Osengbaen, Laros Jaga Tarok,

Kelompok Mahasiswa Banyuwangi, Prajurit Blambangan, dan Blambangan

Family Club. Setiap kumpul bersama komunitas Ikawangi, kata Dayat osing

panggilan akrabnya, mereka selalu menggunakan bahasa osing, bahkan

banyak masyarakat luar Banyuwangi yang tertarik mempelajari bahasa itu.

16
BAB VI

EKSITENSI DESA KEMIREN

Kecamatan Glagah khususnya di Desa Kemiren. Sangat kental akan adat

istiadat dan budaya suku Osing. Ini yang menjadikan Desa Kemiren di

Banyuwangi sendiri terkenal dan kaya akan budaya dan tradisinya. Sehingga,

Pemerintah Daerah menetapkan sebagai Daerah cagar budaya dan

mengembankannya sebagai Desa Wisata (Suku) using (Osing) pada tahun

1995 oleh Bupati Purnomo Sidik. Saat ini pada era kepemimpinan Bupati

Abdullah Azwar Anas, tidak hanya membenahi dan promosi besar-besar di

sector wisata alam. Keistimewaan desa adat kemiren, masih menjaga tradisi-

tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang mereka. Barong ider bumi,

Tumpeng Sewu, arak-arakan dan seni barong. Tahun 2013 Pemerintah

Baanyuwangi juga mencetuskan sekaligus mengadakan event-event tertentu

setiap tahun yang diadakan di Desa Kemiren, contohnya adalah Ngopi Sewu,

Tumpeng Sewu, Mepe Kasur. Tidak hanya itu, untuk mempresentasikan

semua hal yang terkait suku Osing baik rumah adat, seni, budayanya

masyarakat ataupun wisatawan local maupun asing dapat mengunjungi

Sanggar Ganjah Arum yang merupakan upaya pelestarian budaya osing. Ini

yang menjadikan bukti bahwa keberadaan suku osing di Desa Kemiren masih

kuat dan sangat dilestarikan di desa tersebut.

17
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Orang Osing atau bahasa osing bertempat tinggal di Kabupaten

Banyuwangi, sebuah kabupaten yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa Timur.

Beberapa abad yang lalu, wilayah yang sekarang dikenal sebagai kabupaten

Banyuwangi ini merupakan wilayah utama kerajaan blambaangan. Bahasa osing

hampir punah, oleh sebab itu para tokoh masyarakat berusaha menjaga agar

bahasa khas Banyuwangi tetap menjadi bahasa daerah Banyuwangi khusunya 9

kecamatan dari 24 kecamatan yang ada di Banyuwangi. Cara-cara agar bahasa

osing tidak punah adalah memasukkan bahasa osing kedalam bidang pendidikan,

agar anak-anak sejak dini sudah mengenal bahasa khas daerahnya dan membentuk

komunitas-komunitas yang terdiri dari orang osing atau suku osing. Suku osing

memiliki banyak budaya-budaya, contohnya mepe kasur,tumpeng sewu, ngopi

sewu yang ada di Desa Kemiren atau tradisi-tradisinya seperti seni barong,

tumpeng sewu, arak-arakan, barong ider bumi.

7.2 Saran

Sebagai masyarakat osing atau suku osing yang berada di Kabupaten

Banyuwangi kita memiliki kewajiban atau tanggung jawab untuk melestarikan

bahasa osing sebagai bahasa khas daerah kita. Bahasa osing merupakan turunan

dari nenek moyang kita yang seharusnya kita jaga dan kita rawat. Sebagai para

18
pemuda kita bisa mengikuti komunitas-komunitas yang sudah terbentuk unntuk

menjaga tradisi-tradisinya, untuk memperkebangkan lagi budaya-budayanya,

memahami bahasa dan tradisi suku osing untuk kita turunkan kepada generasi

berikutnya.

Dan untuk pemerintah jangan pernah bosan untuk memfasilitasi

masyarakat dalam menjalankan prosesi ritual atau adat istiadat yang sudah

dilestarikan sekian lama ini. Dan juga terus berjuang mempromosikan desa

Kemiren sebagai Desa Adatosing agar semakin banyak wisatawan yang datang,

karena banyaknya wisatawan yang datang maka bisa memberdayakan

perekonomian warga sekitar

19
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Murdiyasti dkk. 2013. Eksekutiv Summary: Kebijakan

Akselerasi Pengembangan Kawasan Wisata Using. Jember: Lembaga

Penelitian Universitas Jember.

Evan Purnama, Proposal film documentar seni Kebudayaan Osing dalam

program budaya Tribute to East Java Heritage. Surabaya: Institute

Teknologi Sepuluh November.

Saputra, Heru S.P Dari Lisan ke Tulisan dan Seni Pertujukan, Kajian

Bandingan: Resepsi dan Transformasi Mantra Using. Makalah

dipresentasikan pada seminar internasional sastra Bandingn di Fakultas

Sastra Universitas Jember, 10 Desember 2004.

20
Lampiran

Seselan huruf S Kata Asli

Ulyan Udan

Byanyu Banyu

Udyan Udan

Kembyang Kembang

Dyadi Dadi

Umyah Umah

Kata Pertanyaan Arti

Paran Apa

Apuo Mengapa

Kelendhi / kelendai Bagaimana

Aran iro paran Siapa (nama kamu siapa?)

Kata-kata Arti

Sira, ira, hira Kamu

Isun Saya

Ring, nong Di

Peces Uang

Nono Tidak ada

21
Lare Anak

Emong Tidak mau

Gedhigi Begini

Gedhigu Begitu

22

Anda mungkin juga menyukai