Anda di halaman 1dari 158

TESIS

KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2009

NYOMAN KORIAWAN NIM : 0891561031

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugrahaNya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Ir. Gede Astawa Diputra, MT, pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Mayun Nadiasa, MT, pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, dan Ketua Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister di Universitas Udayana. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak-bapak penguji tesis, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Bupati Jembrana serta Bapak Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana yang telah memberikan ijin belajar untuk mengikuti program magister di Universitas Udayana. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada mendiang ayah tercinta, Drs. I Nengah Renta dan Ibu tercinta, Ni Nengah Konten,

yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir yang logis dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Terima kasih yang tidak terhingga juga penulis sampaikan kepada istri tercinta, Luh Putu Eny Risnayati, SE serta kedua bidadari kecil, Ni Putu Diandra Putri Sasmitha dan Ni Kadek Natasya Putri Damayanthi, yang telah dengan sabar dan penuh pengorbanan mendampingi dan memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan program pascasarjana ini. Sebagai akhir kata penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan yang telah diberikan dalam penysusunan tesis ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi selalu melimpahkan rahmat-Nya serta memberikan kebahagian dan kesejahteraan.

KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2009.

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana

NYOMAN KORIAWAN NIM : 0891561031

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

ABSTRAK KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2009 Tujuan dari terbitnya UU No.18 tahun 1999 adalah memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kontraktor serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungan antara karakteristik dengan kinerja kontraktor kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana tahun 2009. Data karakteristik dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan ke 97 (sembilan puluh tujuh) kontraktor kualifikasi kecil yang ada di Kabupaten Jembrana, sedangkan data kinerja dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 40 (empat puluh) orang pengelola proyek di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana. Metode deskripsi digunakan untuk menjelaskan karakteristik kontraktor, sedangkan metode analisis faktor digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kontraktor kualifikasi kecil dan untuk analisis hubungan karakteristik dengan kinerja menggunakan analisis korelasi sederhana. Simpulan dari penelitian ini adalah : 1). 67,01 % tingkat pendidikan penanggungjawab badan usaha adalah tamatan STM, 21,65% adalah sarjana Teknik (S1/S2/S3), 2,06 % adalah tamatan diploma teknik dan 9,28 % adalah tamatan non teknik. Sedangkan Untuk tingkat pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha sebanyak 58,76 % adalah tamatan STM, 34,02 % adalah sarjana teknik (S1/S2/S3), 4,12 % adalah tamatan diploma teknik sedangkan sebanyak 3,09 % adalah non teknik. 2). Faktor utama yang mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada kelompok I ( faktor sumber daya manusia dan keuangan) yang terdiri dari variabel Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan, Penempatan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan, Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan, Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan, Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan, Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan, Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan; 3) Pengguna jasa tidak berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruski gred 2 tetapi berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruksi gred 3 dan gred 4, sedangkan keahlian tenaga kerja tidak berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruksi gred 3 dan gred 4 tetapi berkorelasi dengan kinerja pengusaha konstruksi gred 2. Kata kunci : karakteristik, kinerja, kontraktor

ABSTRACT CHARACTERISTICS AND PERFORMANCE OF SMALL QUALIFIED CONTRACTORS IN JEMBRANA REGENCY IN 2009. The purpose of issuance of the Law no. 18 in 1999 was to give direction to growth and development of construction services to realize business structure that strong, reliable, highly competitive, and qualify result. Aims of this research were to analyze the contractor characteristics and the factors that influences the performance and correlation between characteristics with the small qualification contractor's performance in Jembrana regency in 2009. Characteristic data were collected by using questionnaire which has been distributed to 97 (ninety seven) small qualification contractors that exist in Jembrana regency, while the performance data were collected by using a questionnaire that distributed to 40 (forty) project managers in the Public Works Department of Jembrana regency. Description method was used to describe the characteristics of the contractor, while the factor analysis method were used to analyze the factors that influences the small qualification contractors performance and to analysis the correlations between characteristics with performance by using simple correlation analysis. The conclusions of this research as follows: 1) 67.01% education level of responsible person of business were engineering high school graduate or equivalent, 21.65% are scholar (S1/S2/S3), 9.28% were non-engineering graduates and 2.06% were graduate of engineering diploma. While education level of responsible person for engineering of enterprises were 58.76% graduate of engineering high school or equivalent, 34.02% were scholar (S1/S2/S3), 4.12% were engineering diploma graduate were 3.09% were non-technical. 2). Of the four factors new formed, the main factors that influences the contractor performance were found in the first group (human resources and financial factors) which consists of financial capital variables in implementation of the jobs, placement of the worker in accordance with workers education qualifications, experiences and skills, Coordination with the service user in the implementation of work, data that has been used in accordance with the actual situation on the site. Safety considerations of worker in the implementation of the work, completeness of design drawing / implementation documents; 3) Service user variable has no correlation with the grade 2 small qualification construction services performance but have correlation with grade 3 and 4 while skill worker variable have no correlation with grade 3 and 4 construction service companys performance but have correlation with the grade 2 qualifications construction companys performance. Keywords: characteristics, performance, contractor

DAFTAR ISI

Halaman PRASYARAT GELAR LEMBAR PENGESAHAN. PENETAPAN PANITIA PENGUJI UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK... ABSTRACT. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1.2 Rumusan Masalah.. 1.3 Batasan Masalah. 1.4 Tujuan Penelitian... 1.5 Manfaat Penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA... 2.1 Jasa Konstruksi... 2.1.1 Pengertian Jasa Konstruksi 2.1.2 Penggolongan Jasa Konstruksi... 2.1.3 Kualifikasi Jasa Konstruksi..... ii iii iv v vii viii ix xiv xv 1 1 6 7 7 8 9 9 9 10 10

2.1.4 Klasifikasi Jasa Konstruksi..... 2.1.5 Karakteristik Jasa Pelaksana Pekerjaan Konstruksi 2.2. Kinerja... 2.2.1 Pengertian Kinerja... 2.2.2 Pengukuran Kinerja. 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja 2.2.4 Indikator Kinerja 2.2.5 Kinerja Organisasi... 2.2.5.1 Pengukuran Kinerja Organisasi 2.2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi. 2.2.5.3 Indikator Kinerja Organisasi 2.3 Analisis dan Interpretasi Data 2.3.1 Analisis Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil..... 2.3.2 Analisis Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil. 2.3.2.1 Memilih Skala Pengukuran. 2.3.2.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 2.3.2.3 Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja.. 2.3.2.4 Pengujian Hubungan Karakteristik Dengan Kinerja.... BAB III METODE PENELITIAN... 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.. 3.2 Lokasi dan Obyek Penelitian. 3.3 Jenis dan Sumber Data.......

14 16 20 20 21 23 25 26 27 29 33 34

34 35 35 38 41 44 47 47 48 48

3.3.1 Jenis Data 3.3.2 Sumber Data 3.4 Teknik Pengumpulan Data. 3.5 Populasi dan Sampel.. 3.5.1 Populasi dan Sampel untuk penelitian karakteristik... 3.5.1 Populasi dan Sampel untuk penelitian Kinerja... 3.6 Variabel Penelitian..... 3.6.1 Variabel Penelitian Karakteristik 3.6.2 Variabel Penelitian Kinerja. 3.7 Instrument Penelitian..... 3.8 Analisis dan Penyajian Data... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil. 4.1.1 Karakteristik Personalia/ Sumber Daya Manusia... 4.1.1.1 Tingkat Pendidikan Penanggungjawab Badan Usaha.. 4.1.1.2 Tingkat Pendidikan Penanggungjawab Teknik Badan Usaha. 4.1.1.3 Jumlah Tenaga Kerja 4.1.1.4 Asal Tenaga Kerja Yang Dipekerjakan 4.1.1.5 Status Tenaga Ahli Yang Dipekerjakan... 4.1.2 Karakteristik Keuangan... 4.1.2.1 Nilai Paket Pekerjaan Yang Pernah Dikerjakan Dalam Tujuh Tahun Terakhir. 4.1.2.2 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki Saat Ini.

48 48 48 49 49 51 53 53 54 56 58 60 60 61 61 63 67 69 71 73

73 75

10

4.1.2.3 Asal Modal Usaha....................................................................... 4.1.3 Karakteristik Pengalaman Kerja. 4.1.3.1. Jumlah Paket Pekerjaan Yang Dikerjakan Dalam Tujuh Tahun Terakhir. 4.1.3.2. Pengguna Jasa Yang Sering Memakai Jasa Perusahaan. 4.1.3.3. Lama Pengalaman Perusahaan Di Bidang Konstruksi 4.1.3.4. Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani... 4.1.3.6 Sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering dikerjakan. 4.1.3.7. Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh Pekerjaan.... 4.1.3.8. Lingkup Wilayah Pengadaan/Lelang Yang Diikuti 4.1.4. Karakteristik Peralatan Yang Dimiliki... 4.1.4.1. Status Peralatan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan... 4.1.4.2. Jumlah Peralatan Kerja Yang Dimiliki Saat Ini.. 4.1.4.3. Umur Peralatan Yang Digunakan Saat Ini.. 4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil. 4.2.1 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil... 4.2.2 Kommunalitas (Communalities). 4.2.3 Ekstraksi Jumlah Faktor.. 4.2.4 Matrix Komponen (Component Matrix).

77 79

79 81 83 85 86

88 90 91

91 93 95

97

97 109 111 112

11

4.3 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil dengan Kinerja.. 4.3.1 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Gred 2 dengan Kinerja... 4.3.2 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Gred 3 dengan Kinerja... 4.3.3 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Gred 4 dengan Kinerja... BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA.. LAMPIRAN. 126 129 129 132 133 135 123 121 118

12

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 Klasifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi..... Kekayaan bersih perusahaan... Kemampuan menangani paket pekerjaan Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi. Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi Data kontraktor kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana tahun 2009. Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%........................................................ Data populasi proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana tahun 2009... Responden kuesioner penelitian kinerja.. Rekapitulasi hasil uji validitas. Rekapitulasi hasil uji reliabilitas. Hasil tes KMO dan Barletts tahap I... Nilai Anti Image Correlation tahap I... Hasil tes KMO dan Barletts tahap II.. Nilai Anti Image Correlation tahap II. Nilai Komunalitas Hasil Ekastraksi Faktor... Hasil Loading Faktor... Hasil Analisis Korelasi Karakteristik Kontaktor Gred 2 dengan Kinerja. Hasil Analisis Korelasi Karakteristik Kontaktor Gred 3 dengan Kinerja. Hasil Analisis Korelasi Karakteristik Kontaktor Gred 4 dengan Kinerja. 126 124 121 51 52 98 100 103 104 106 107 109 111 113 50 49 39 Halaman 14 18 19 29

13

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 Tingkat Pendidikan PJBU Grade 2 Tingkat pendidikan PJBU Grade 3. Tingkat Pendidikan PJBU Grade 4 Tingkat Pendidikan PJTBU Grade 2.. Tingkat Pendidikan PJTBU Grade 3.. Tingkat Pendidikan PJTBU Grade 4.. Sertifikat Keahlian PJT Grade 2. Sertifikat Keahlian PJT Grade 3. Sertifikat Keahlian PJT Grade 4. Jumlah Tenaga Kerja Grade 2 ... Jumlah Tenaga Kerja Grade 3 Jumlah Tenaga Kerja Grade 4 Asal Tenaga Kerja Grade 2 Asal Tenaga Kerja Grade 3 Asal Tenaga Kerja Grade 4 Status Tenaga Kerja Grade 2.. Status Tenaga Kerja Grade 3.. Status Tenaga Kerja Grade 4.. Nilai Paket Pekerjaan Grade 2... Nilai Paket Pekerjaan Grade 3... Nilai Paket Pekerjaan Grade 4... Kekayaan Bersih Grade 2... Kekayaan Bersih Grade 3... Kekayaan Bersih Grade 4... Asal Modal Usaha Grade 2 Asal Modal Usaha Grade 3 Asal Modal Usaha Grade 4 Halaman 61 61 62 63 64 64 65 66 66 67 68 68 69 70 70 71 72 72 73 74 74 75 76 76 77 78 78

14

4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 4.33 4.34 4.35 4.36 4.37 4.38 4.39 4.40 4.41 4.42 4.43 4.44 4.45 4.46 4.47 4.48 4.49 4.50 4.51 4.52 4.53 4.54 4.55 4.56 4.57

Jumlah Paket Pekerjaan Grade 2 Jumlah Paket Pekerjaan Grade 3 Jumlah Paket Pekerjaan Grade 4 Pengguna Jasa Grade 2... Pengguna Jasa Grade 3... Pengguna Jasa Grade 4... Lama Pengalaman Grade 2 Lama Pengalaman Grade 3 Lama Pengalaman Grade 4 Lokasi Pekerjaan Grade 2.. Lokasi Pekerjaan Grade 3.. Lokasi Pekerjaan Grade 4.. Sub Bidang Layanan Grade 2. Sub Bidang Layanan Grade 3. Sub Bidang Layanan Grade 4. Sistem Pelelangan Yang Diikuti Grade 2... Sistem Pelelangan Yang Diikuti Grade 3... Sistem Pelelangan Yang Diikuti Grade 4... Lingkup Pelelangan Grade 2.. Lingkup Pelelangan Grade 3.. Lingkup Pelelangan Grade 4.. Status Peralatan Grade 2 Status Peralatan Grade 3 Status Peralatan Grade 4 Jumlah Peralatan Yang Dimiliki Grade 2.. Jumlah Peralatan Yang Dimiliki Grade 3.. Jumlah Peralatan Yang Dimiliki Grade 4.. Umur Peralatan Yang Digunakan Grade 2. Umur Peralatan Yang Digunakan Grade 3 Umur Peralatan Yang Digunakan Grade 4.

80 80 80 82 82 82 83 84 84 85 85 85 86 87 87 89 89 89 90 90 91 92 92 93 94 94 95 96 96 97

15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kinerja dapat dikatakan sebagai suatu hasil yang dicapai ketika mengerjakan sesuatu atau tugas. Keberhasilan suatu organisasi diukur dengan kinerja organisasi, dimana kinerja organisasi sendiri sangat ditentukan oleh kinerja masing-masing individu dalam organisasi tersebut. Pengelolaan atas kinerja yang dilakukan secara strategis merupakan hal utama bagi organisasi untuk membangun dan meraih keunggulan kompetitif melalui peran sumber daya manusia dalam menjalankan strategi organisasi. Pada dasarnya kinerja merupakan tanggung jawab setiap individu yang bekerja dalam organisasi. Tanggung jawab terhadap kinerja sebenarnya tidak lahir dari manajer namun dari individu. Apabila dalam organisasi setiap individu bekerja dengan baik, berprestasi, bersemangat dan memberikan kontribusi terbaik mereka terhadap organisasi, maka kinerja organisasi secara keseluruhan baik. Dengan demikian, kinerja organisasi merupakan cermin dari kinerja individu (Mahmudi, 2005). Indikator kinerja organisasi juga penting diketahui untuk mengukur hasil yang telah dicapai. Indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen indikator yaitu : masukan

16

(input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak (impact) (Bastian,2001 dalam Syafarudin dan Tangkilisan, 2004). Tujuan dari terbitnya UU No.18 tahun 1999 adalah memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas. Hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas tentunya harus didukung oleh kesiapan faktor-faktor pendukungnya yaitu faktor manajemen, faktor keuangan, faktor sumber daya manusia, faktor pengalaman kerja, faktor sarana dan prasarana pendukung dan faktor peralatan. Kondisi penyelenggara jasa konstruksi kualifikasi kecil, khususnya di Kabupaten Jembrana, saat ini cendrung mempunyai kelemahan dalam manajemen, penguasaan teknologi, permodalan serta keterbatasan tenaga ahli dan tenaga terampil sehingga berpengaruh terhadap mutu produk, ketepatan waktu pelaksanaan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, dan modal. Hasil wawancara yang dilakukan dengan pengawas proyek serta pejabat pelaksana teknis kegiatan menunjukkan kenyataan bahwa banyak kontraktor yang hanya mengandalkan penyedia jasa untuk membuat administrasi proyek seperti laporan kemajuan proyek (laporan harian, laporan mingguan maupun laporan bulan), permohonan bahan, permohonan job mix formula sehingga sangat

menggangu jalannya proyek. Hal lainnya adalah tidak siapnya kontraktor kualifikasi kecil dalam hal permodalan, yang hanya mengandalkan uang muka proyek untuk memulai pekerjaaan di lapangan.

17

Karakteristik proyek konstruksi yang dinamis memerlukan proses pengelolaan proyek yang baik yaitu pengelolaan, pengalokasian, dan penjadwalan sumberdaya dalam proyek untuk mencapai sasaran yang dituju yaitu tepat biaya, tepat waktu dan tepat mutu hasil. Perencanaan dan pengendalian yang baik, belum menjamin terwujudnya sasaran proyek, selalu terdapat ketidakpastian atas keputusan apapun yang diambil. Proyek konstruksi sangat penuh risiko, baik risiko finansial maupun risiko manajerial, risiko finansial berkaitan dengan kegagalan perusahan dalam merealisasikan rencana finansial yang telah ditetapkan dan risiko manajerial adalah kegagalan impinan dalam mengelola perusahan, yang pada akhirnya diukur dengan kegagalan finansial. Risiko ini terjadi karena keadaan masa akan datang penuh dengan ketidakpastian.(Mahadi, 2009) Keberhasilan proyek konstruksi pada proyek pemerintah tidak hanya dilihat dari ketepatan biaya, waktu dan mutu, tetapi juga dilihat dari ada tidaknya temuan dan penyimpangan proyek setelah dilakukan pemeriksaan oleh instansi pemeriksa seperti Inspektorat, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan instansi pemeriksa lainnya. Temuan pada proyek akan menimbulkan biaya baru bagi penyedia jasa, karena harus mengembalikan sejumlah dana sebagai akibat dari penyimpangan proyek. Penguna jasa, dalam hal ini direksi proyek yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), dan Pengawas berisiko untuk mendapatkan sanksi pelanggaran disiplin kerja akibat penyimpangan proyek.

18

Penyebab umum terjadinya temuan adalah perbedaan kondisi lokasi dengan perencanaan, perubahan desain, kelebihan pembayaran, perbedaan spesifikasi, pemeriksaan yang tidak memperdulikan jenis kontrak, dan mutu pekerjaan tidak baik. Semua penyebab risiko temuan ini berpengaruh terhadap biaya proyek dan berisiko dapat merugikan negaraatau Pemerintah Daerah. Harian Balipost, edisi Selasa, 07 Juli 2009 memberitakan bahwa Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Bali I Gede Kastawa mengatakan dari pemeriksaan administrasi oleh BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jembrana TA 2008, BPK RI memberikan opini Disclaimer atau Tidak Memberikan Pendapat. Terkait dengan pemeriksaan atas laporan keuangan tersebut Dinas Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup (PULH) Kabupaten Jembrana yang saat ini menjadi Dinas Pekerjaan Umum (PU) berindikasi menimbulkan kerugian daerah atas kekurangan volume pekerjaan senilai Rp 377,45 juta. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan tujuan diterbitkannya Undangundang No. 18 Tahun 1999 yang mengharapkan akan tumbuh dan berkembangnya usaha jasa konstruksi yang mempunyai daya saing dan hasil pekerjan konstruksi yang berkualitas dan mampu berfungsi sesuai dengan perencanaan. Kondisi yang terjadi di Kabupaten Jembrana khususnya pada perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil kemungkinan disebabkan oleh dua faktor yaitu : 1. Faktor internal kontraktor itu sendiri seperti permodalan, manajemen.

19

Faktor ini memberikan pengaruh terhadap kemampuan kontraktor dalam penyediaan sarana dan prasarana termasuk penyediaan sumber daya manusia yang terampil. 2. Faktor ekternal seperti regulasi pemerintah, jumlah proyek, jumlah kontraktor. Hal ini dapat dilihat dari fakta yang terjadi di lapangan dengan peningkatan jumlah perusahaan jasa konstruksi dari tahun ke tahun, yang disebabkan dengan semakin mudahnya persyaratan untuk mendirikan suatu usaha jasa konstruksi khususnya yang berkualifikasi kecil. Peningkatan ini ternyata belum diikuti dengan peningkatan jumlah proyek yang hanya mengandalkan proyek pemerintah saja, yang tentunya sangat tergantung dari ketersediaan anggaran pemerintah. Data yang ada pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana menunjukkan pada tahun 2009 dari tiga bidang yang ada yaitu bidang cipta karya, bidang bina marga, dan bidang pengairan jumlah proyek dengan nilai dibawah Rp. 1 Milyar berjumlah 84 buah sedangkan jumlah pengusaha jasa konstruksi dengan kualifikasi kecil yang terregistrasi di Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi berjumlah 148 buah. Kesenjangan antara jumlah proyek dengan jumlah usaha jasa konstruksi yang tidak seimbang tentunya akan mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat antara perusahaan jasa konstruksi itu sendiri. Akibatnya, untuk mendapatkan margin keuntungan yang diinginkan maka kualitas pekerjaan akan dikorbankan. Hal ini tentunya akan melemahkan daya saing usaha jasa konstruksi itu sendiri dan menjadi tidak sejalan dengan tujuan dari terbitnya UU No.18 tahun 1999 yaitu memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk

20

mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas. Disisi lain, kesadaran masyarakat akan manfaat dan arti penting jasa konstruksi masih perlu ditumbuhkembangkan agar mampu mendukung terwujudnya ketertiban dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi secara optimal. Sejalan dengan meningkatnya persaingan, maka menuntut pengusaha jasa konstruksi di Kabupaten Jembrana untuk selalu meningkatkan kualifikasi dan kinerjanya, mengingat persaingan dan banyaknya pesaing yang ada, baik lokal (Kabupaten Jembrana dan Bali) maupun dari luar daerah yang sudah tentu memiliki kemampuan dan fasilitas jauh diatas kekemampuan yang dimiliki oleh pengusaha jasa konstruksi lokal. Melihat hal tersebut, maka sangatlah penting untuk meneliti karakteristik dan kinerja pengusaha jasa konstruksi dalam mengembangkan usahanya serta meningkatkan daya saing di pasaran lokal maupun luar daerah yang dapat memenuhi keinginan masyarakat pengguna jasa konstruksi tanpa mengabaikan aturan-aturan dan etika yang ada sehingga mampu untuk bersaing saat ini dan dimasa yang akan datang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana karakteristik pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana tahun 2009 terhadap syarat-syarat dasar yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa

21

Konstruksi serta Peraturan Lembaga Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 11a tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi ? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja dari pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana Tahun 2009 ? 3. Bagaimana hubungan karakteristik dengan kinerja pengusaha jasa pelaksana konstruksi kualifikasi kecil ? 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi hanya pada pengusaha jasa konstruksi untuk jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan kualifikasi kecil yang ada di Kabupaten Jembrana pada tahun 2009. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat disampaikan tujuan penelitian yaitu : 1. Untuk menganalisa karakteristik pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana terhadap syarat-syarat dasar yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi serta Peraturan Lembaga Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 11a tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. 2. Untuk menganalisa Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja dari pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana tahun 2009.

22

3. Untuk menganalisa hubungan karakteristik dengan kinerja pengusaha jasa pelaksana konstruksi kualifikasi kecil. 1.5 Manfaat Penelitian Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan (pemerintah, lembaga pengembangan profesi dan organisasi profesi) dalam mengeluarkan suatu kebijakan atau regulasi sehingga dapat meningkatkan kinerja dan daya saing pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil serta dapat bermanfaat dan memberikan tambahan wawasan bagi penelitianpenelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan sumber daya manusia dan dapat memberikan informasi serta sumbangan pemikiran yang diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan jasa konstruksi di Kabupaten Jembrana khususnya mengenai karakteristik perusahaan sehingga mampu meningkatkan daya saing dan kinerja sesuai dengan keinginan masyarakat dalam upaya menghadapi persaingan global.

23

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Jasa Konstruksi 2.1.1 Pengertian Jasa Konstruksi Menurut Undang-undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Sedangkan pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya. Keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional Nomor : 75/KPTS/LPJK/D/X/2002 mendifinisikan jasa konstruksi sebagai layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi yang disediakan oleh perencana konstruksi dan/atau layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang disediakan oleh pelaksana konstruksi dan/atau layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi yang disediakan oleh pengawas konstruksi. Sedangkan Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian dari rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang menyangkut pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan, masingmasing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya.

24

Sedangkan menurut PerLem LPJK No : 11a Tahun 2008 memberikan definisi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang menyediakan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang dibedakan menurut bentuk usaha, klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi 2.1.2 Penggolongan Jasa Konstruksi Berdasarkan Keputusan Dewan Lembaga pengembangna Jasa Konstruksi Nasional Nomor : 75/KPTS/LPJK/D/X/2002 tentang Pedoman Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi Nasional, maka Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi Nasional dibagi dalam tiga golongan yaitu Golongan Besar, Golongan Menengah, dan Golongan Kecil, yang digolongkan berdasarkan modal kerja yang berasal dari modal setor atau kekayaan yang dimiliki, dengan keketentuan sebagai berikut : 1. Badan Usaha Golongan Kecil memiliki modal kerja setinggi-tingginya Rp. 1 Milyar. 2. Badan Usaha Golongan Menengah memiliki modal kerja lebih dari Rp. 1 Milyar sampai dengan Rp. 10 Milyar. 3. Badan Usaha Golongan Besar memiliki modal usaha di atas Rp. 10 Milyar 4. Untuk badan usaha golongan menengah dan golongan besar harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT) serta telah disahkan oleh menteri terkait. 2.1.3 Kualifikasi Jasa Konstruksi Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Nasional didasarkan pada tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usahanya yang ditinjau dari :

25

1. Aspek Penanggung Jawab Badan Usaha atau Prinsipal (PJBUP), yaitu Direktur Utama atau anggota Direksi atau Pimpinan Badan Usaha untuk Kantor Pusat dan Kepala Cabang/Perwakilan untuk Kantor

Cabang/Perwakilan yang bertanggung jawab atas berjalannya operasional Badan Usaha. 2. Pemilikan Tenaga Inti sebagai Penanggung jawab Teknik Badan Usaha (PJTBU), yaitu tenaga ahli/terampil inti yang diangkat oleh Pimpinan Badan Usaha untuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan seluruh pekerjaan teknik yang dilakukan oleh Badan Usaha untuk memenuhi persyaratan usaha yang ditetapkan oleh Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi dan Penanggung jawab Bidang/Sub Bidang (PJSB), yaitu tenaga ahli/terampil inti yang memiliki sertifikat tenaga ahli/terampil dari asosiasi profesi/institusi pendidikan dan pelatihan dan diangkat oleh Pimpinan Badan Usaha untuk bertanggung jawab atas penyelenggaran pekerjaan teknik di

Bidang/Subbidang Pekerjaan Konstruksi dan untuk memenuhi persyaratan usaha yang ditetapkan oleh Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional. 3. Tenaga teknik pendukung sebagaimana yang dipersyaratkan, adalah Tenaga Ahli Inti yang terdiri atas Tenaga Ahli dan atau Tenaga Terampil dibidang teknik yang harus ada pada suatu Badan Usaha untuk memenuhi persyaratan klasifikasi dan kualifikasi pada bidang dan sub bidang pekerjaan konstruksi yang ditetapkan oleh Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional.

26

Berdasarkan tiga aspek tersebut, maka Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanan Konstruksi Nasional terdiri atas : 1. Badan Usaha Kualifikasi Kecil, yang memenuhi persyaratan memiliki seorang penanggung jawab teknik badan usaha yang dapat merangkap sebagai penanggung jawab Bidang atau merangkap sebagai tenaga teknik pendukung, diberi : a. Kualifikasi K3, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan pekerjaan konstruksi sampai nilai Rp. 100 juta. b. Kualifikasi K2, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan pekerjaan konstruksi lebih dari Rp. 100 juta sampai dengan nilai Rp. 400 juta. c. Kualifikasi K1, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan pekerjaan konstruksi lebih dari nilai Rp. 400 juta sampai dengan nilai Rp. 1 Milyar. 2. Badan Usaha Kualifikasi Menengah, memenuhi persyaratan memiliki seorang penanggung jawab teknik badan usaha dan penanggung jawab bidang untuk setiap bidang pekerjaan ditambah sejumlah tenaga ahli inti sebagai tenaga teknik pendukung, diberi : a. Kualifikasi M2, bagi yang mempunyai kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan kosntruksi lebih dari nilai Rp. 1 Milyar sampai dengan Rp. 3 Milyar.

27

b. Kualifikasi M1, bagi yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi lebih dari nilai Rp. 3 Milyar sampai dengan nilai Rp. 10 Milyar. 3. Badan Usaha Kualifikasi Besar, yang memenuhi persyaratan memiliki seorang penggung jawab teknik badan usaha dan seorang penaggung jawab bidang/sub bidang masing-masing untuk setiap bidang/sub bidang sesuai bidang/sub bidang pekerjaan dalam kualifikasinya, sejumlah tenaga ahli inti sebagai tenaga teknik pendukung sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam persyaratan klasifikasi dan kualifikasi badan usaha jasa pelaksana konstruksi, diberi kualifikasi B, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan pekerjaan konstruksi lebih dari Rp. 10 Milyar. Sedangkan menurut PerLem LPJK No.11a Tahun 2008 Penggolongan kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, yang selanjutnya dibagi menurut kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria risiko, dan/atau kriteria penggunaan teknologi, dan/atau kriteria besaran biaya, dapat dibagi jenjang kompetensinya dalam Gred sebagai berikut : a. Kualifikasi usaha besar, berupa : Gred 7 Gred 6 b. Kualifikasi usaha menengah, berupa : Gred 5

28

c. Kualifikasi usaha kecil, berupa : Gred 4 Gred 3 Gred 2 Gred 1 (usaha orang perseorangan) 2.1.4 Klasifikasi Jasa Konstruksi Klasifikasi usaha untuk badan usaha jasa pelaksana konstruksi adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Klasifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 KODE 21001 21002 21003 21004 21005 21006 21007 21101 21102 21103 21201 21202 21301 22001 22002 22003 22004 22005 22006 22007 22008 22009 22010 BIDANG/SUB BIDANG Perumahan tunggal dan koppel, termasuk perawatannya Perumahan multi hunian, termasuk perawatannya Bangunan pergudangan dan industri, termasuk perawatannya Bangunan komersial, termasuk perawatannya Bangunan-bangunan non perumahan lainnya, termasuk perawatannya Fasilitas pelatihan sport diluar gedung, fasilitas rekreasi, termasuk perawatannya Pertamanan, termasuk perawatannya Pekerjaan pemasangan instalasi asesori bangunan, termasuk perawatannya Pekerjaan dinding dan jendela kaca, termasuk perawatannya Pekerjaan interior, termasuk perawatannya Pekerjaan kayu Pekerjaan logam Perawatan Gedung / Bangunan Jalan raya, jalan lingkungan, termasuk perawatannya Jalan kereta api, termasuk perawatannya Lapangan terbang dan runway, termasuk perawatannya Jembatan, termasuk perawatannya Jalan layang, termasuk perawatannya Terowongan, termasuk perawatannya Jalan bawah tanah, termasuk perawatannya Pelabuhan atau dermaga, termasuk perawatannya Drainase Kota, termasuk perawatannya Bendung, termasuk perawatannya

29

Lanjutan Tabel 2.1 Klasifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi 23 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 53 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 22011 22012 22013 22014 22101 22102 22103 22201 22202 22203 22204 22205 22206 22207 22208 22301 23001 23002 23003 23004 23005 23006 23007 23008 23009 23010 23011 24001 24002 24003 24004 24005 24006 24007 24008 Irigasi dan Drainase, termasuk perawatannya Persungaian Rawa dan Pantai, termasuk perawatannya Bendungan, termasuk perawatannya Pengerukan dan Pengurugan, termasuk perawatannya Pekerjaan penghancuran Pekerjaan penyiapan dan pengupasan lahan Pekerjaan penggalian dan pemindahan tanah Pekerjaan pemancangan Pekerjaan pelaksanaan pondasi, termasuk untuk perbaikannya Pekerjaan kerangka konstruksi atap, termasuk perawatannya Pekerjaan atap dan kedap air, termasuk perawatannya Pekerjaan pembetonan Pekerjaan konstruksi baja, termasuk perawatannya Pekerjaan pemasangan perancah pembetonan Pekerjaan pelaksana khusus lainnya Pekerjaan pengaspalan, termasuk perawatannya Instalasi pemanasan, ventilasi udara dan AC dalam bangunan, termasuk perawatannya Perpipaan air dalam bangunan, termasuk perawatannya Instalasi pipa gas dalam bangunan, termasuk perawatannya Insulasi dalam bangunan, termasuk perawatannya Instalasi lift dan escalator, termasuk perawatannya Pertambangan dan manufaktur, termasuk perawatannya Instalasi thermal, bertekanan, minyak, gas, geothermal (Pekerjaan Rekayasa), termasuk perawatannya Konstruksi alat angkut dan alat angkat (Pekerjaan Rekayasa), termasuk perawatannya Konstruksi perpipaan minyak, gas dan energi (Pekerjaan Rekayasa), termasuk perawatannya Fasilitas produksi, penyimpanan minyak dan gas (Pekerjaan Rekayasa), termasuk perawatannya Jasa penyedia peralatan kerja konstruksi Pembangkit tenaga listrik semua daya, termasuk perawatannya Pembangkit tenaga listrik dengan daya maksimal 10 MW / unit, termasuk perawatannya Pembangkit tenaga listrik energi baru dan terbarukan, termasuk perawatannya Jaringan transmisi tenaga listrik tegangan tinggi dan ekstra tegangan tinggi, termasuk perawatannya Jaringan transmisi telekomunikasi dan atau telepon, termasuk perawatannya Jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah, termasuk perawatannya Jaringan distribusi tenaga listrik tegangan rendah, termasuk perawatannya Jaringan distribusi telekomunikasi dan atau telepon, termasuk

30

Lanjutan Tabel 2.1 Klasifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 24009 24010 24011 25001 25002 25003 25004 25005 25006 25007 perawatannya Instalasi kontrol dan instrumentasi, termasuk perawatannya Instalasi listrik gedung dan pabrik, termasuk perawatannya Instalasi listrik lainnya, termasuk perawatannya Perpipaan minyak, termasuk perawatannya Perpipaan gas, termasuk perawatannya Perpipaan air bersih / limbah, termasuk perawatannya Pengolahan air bersih, termasuk perawatannya Instalasi pengolahan limbah, termasuk perawatannya Pekerjaan pengeboran air tanah, termasuk perawatannya Reboisasi / Penghijauan, termasuk perawatannya

Sumber : LPJK, 2010 (http//: www.lpjk.org.id)

2.1.5 Karakteristik Jasa Pelaksana Pekerjaan Konstruksi Kemampuan suatu organisasi perusahaan dalam menentukan posisi meraih kesuksesan tergantung dari pengelolaan dan karakter sumber daya yang dimiliki sebagai keunggulan kompetitif dalam meningkatkan daya saing. Karakteristik suatu organisasi akan memberikan efek persaingan dalam memenangkan persaingan bisnis yang merupakan jawaban dalam pengembangan bentuk badan usaha (Alwi, 2000). Menurut Surat Keputusan LPJK Nomor 11a Tahun 2008, diterangkan bahwa karakteristik jasa pelaksana pekerjaan konstruksi berkaitan dengan kualifikasi bentuk badan usaha. Dalam Surat Keputusan LPJK Nomor 11a Tahun 2008, dijelaskan beberapa pengertian penting : 1. Kualifikasi merupakan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman/kompetensi dan kemampuan usaha yang dijalankan. 2. SBU adalah sertifikat badan usaha yaitu wujud registrasi sebagai tanda bukti pengakuan atas penetapan klasifikasi atau kualifikasi badan usaha.

31

3. NRBU adalah nomor registrasi badan usaha yang diberikan oleh Badan Pelaksana Registrasi Badan Usaha/BPRU, yang dicantumkan pada Sertifikat Badan Usaha/SBU 4. Usaha jasa konstruksi adalah usaha yang bergerak dibidang jasa konstruksi mencakup jenis usaha, kalsifikasi, dan kualifikasi usaha jasa konstruksi. 5. Gred merupakan suatu bentuk penggolongan kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi, yang terdiri dari : a. Gred 1, untuk kualifikasi usaha perseorangan atau kecil b. Gred 2, 3, 4, untuk kualifikasi usaha kecil. c. Gred 5, untuk kualifikasi usaha menengah. d. Gred 6, untuk kualifikasi usaha besar e. Gred 7, untuk kualifikasi usaha besar termasuk badan usaha asing yang membuka kantor perwakilan. Kualifikasi merupakan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman/kompetensi dan kemampuan usaha yang dijalankan dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu : 1. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan kualifikasi usaha berdasarkan potensi kemampuan tenaga kerja sebagai keunggulan kompetitif dalam melakukan pengelolaan usaha. Sumber daya manusia yang digunakan harus memiliki kualifikasi dan klasifikasi yang sesuai seperti pendidikan, keterampilan kerja, keahlian kerja serta pengalaman kerja.

32

2.

Kekayaan Bersih Kekayaan bersih merupakan kemampuan modal keuangan yang digunakan

untuk membiayai pengelolaan perusahaan dan pelaksanaan pekerjaan, juga dapat digunakan sebagai penilaian atas kemampuan badan usaha dalam menetapkan kualifikasi perusahaan. Tabel. 2.2 Kekayaan Bersih Perusahan No 1 2 3 4 5 6 7 Gred 1 2 3 4 5 6 7 Kekayaan Bersih Tidak disyaratkan 50.000.000 s/d 600.000.000 100.000.000 s/d 800.000.000 400.000.000 s/d 1.000.000.000 1.000.000.000 s/d 10.000.000.000 3.000.000.000 s/d 25.000.000.000 10.000.000.000 s/d tak dibatasi

Sumber : LPJK No. 11a Tahun 2008 3. Kemampuan Menangani Paket Pekerjaan Kemampuan menangani paket pekerjaan merupakan batasan kompetensi perusahaan berdasarkan pengalaman yang dimiliki dalam menangani paket pekerjaan kurun waktu tujuh tahun terakhir. Pengalaman tersebut dapat juga dilihat dari nilai minimum kumulatif pekerjaan yang diselesaikan dan jumlah paket pekerjaan yang dapat ditangani pada gred sebelumnya selama kurun waktu tujuh tahun terakhir.

33

Tabel 2.3 Kemampuan Menangani Paket Pekerjaan


No 1 2 3 4 5 6 7 Gred 1 2 3 4 5 6 7 Jml Paket Pekerjaan 1 2 3 3 5 8 8 Batas Nilai satu Pekerjaan (Rp) 0 s/d 100.000.000 0 s/d 300.000.000 0 s/d 600.000.000 0 s/d 1.000.000.000 >1.000.000.000 s/d 10.000.000.000 >1.000.000.000 s/d 25.000.000.000 >1.000.000.000 s/d tak terbatas Pengalaman Nilai Minimal Kumulatif Pekerjaan Tidak dipersyaratkan 200.000.000 400.000.000 800.000.000 2.500.000.000 12.000.000.000 32.000.000.000

Sumber : LPJK No. 11a Tahun 2008 4. Peralatan Peralatan pada dasarnya merupakan teknologi yang digunakan sebagai sarana pendukung dalam pelaksanaan operasional pekerjaan. Kriteria dalam penggunaan teknologi pada pelaksanaan pekerjaan ditentukan berdasarkan besaran biaya dan volume pekerjaan yang terdiri dari : a. Badan usaha perseorangan gred 1, 2, dan gred 3 dapat melaksanakan pekerjaan dengan kriteria teknologi sederhana mencakup pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan alat kerja sederhana dan tidak menggunakan tenaga ahli. b. Badan usaha gred 4 dapat melaksanakan pekerjaan dengan kriteria teknologi madya mencakup pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan sedikit peralatan berat dan memerlukan sedikit tenaga ahli.

34

c. Badan usaha gred 5, gred 6 dan gred 7 dapat melaksanakan pekerjaan dengan kriteria teknologi tinggi mencakup pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan banyak alat berat dan tenaga ahli yang terampil. Lebih lanjut dalam PerLem LPJK No.11a Tahun 2008, pasal 14 disebutkan bahwa Badan Usaha dengan kualifikasi Gred 2, Gred 3, dan Gred 4 dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan kriteria risiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil. Yang dimaksud dengan kriteria risiko kecil adalah mencakup konstruksi yang pekerjaan

pelaksanaannya dan pemanfaatan bangunan-konstruksinya

tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda. Berteknologi sederhana dimaksudkan adalah pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli. 2.2. Kinerja 2.2.1 Pengertian Kinerja Kinerja atau performance sering diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya menyatakan hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yanng telah disusun. Mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998, dalam Wibowo, 2007). Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. Implementasi kinerja

35

dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Menurut Gibson, dkk (1990) kinerja merupakan suatu keberhasilan mencapai suatu tujuan. Kinerja organisasi merefleksikan suatu pencapaian dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan organisasi, baik yang diukur dari visi, misi, tujuan dan target sasaran. Pencapaian ini tidak terlepas dari individu-individu yang bekerja dalam organisasi tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kepuasan kerja individu akan mempengaruhi kinerja. Namun ada juga yang berpendapat sebaliknya bahwa kinerja justru mempengaruhi kepuasan karyawan dalam organisasi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan suatu proses kegiatan dalam organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan, visi, dan misi organisasi, serta menunjukkan hasil yang telah dicapai dalam upaya tersebut. 2.2.2 Pengukuran Kinerja Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan pekerjaan terhadap penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan (Wibowo,2007). Sedarmayanti (2007) menguraikan bahwa terlepas dari besar, jenis, sektor atau spesialisasinya, setiap organisasi biasanya cenderung tertarik pada pengukuran kinerja dalam aspek berikut.

36

1. Aspek finansial Meliputi anggaran suatu organisasi. Karena aspek finansial dapat dianalogikan sebagai aliran darah dalam tubuh manusia, aspek finansial merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengukuran kinerja. 2. Kepuasan pelanggan Dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas, maka organisasi dituntut untuk terus menerus memberikan pelayanan berkualitas prima. 3. Operasi bisnis internal Informasi operasi bisnis internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan organisasi sudah seirama untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi seperti yang tercantum dalam rencana startegis. 4. Kepuasan karyawan Karyawan merupakan aset yang harus dikelola dengan baik, apalagi dalam organisasi yang banyak melakukan inovasi, peran strategis karyawan sangat nyata. 5. Kepuasan komunitas dan shareholders/stakeholders Kegiatan instansi pemerintah berinteraksi dengan berbagai pihak yang menaruh kepentingan terhadap keberadaannya. Untuk itu informasi dari pengukuran kinerja perlu didesain untuk mengakomodasikan kepuasan dari stakeholders. 6. Waktu

37

Ukuran waktu merupakan variabel yang perlu diperhatikan dalam desain pengukuran kinerja. Kita sering membutuhkan informasi untuk pengambilan keputusan, namun informasi tersebut lambat diterima, kadang sudah tidak relevan/kadaluarsa. 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2007), mengemukakan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja, sebagai berikut. 1. Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu. 2. Leadership factors, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader. 3. Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja. 4. System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi. 5. Contextual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Hersey, Blanchard, dan Johnson (dalam Wibowo, 2007) menjelaskan bahwa ada tujuh faktor yang mempengaruhi kinerja dan dirumuskan dengan akronim ACHIEVE, sebagai berikut. 1. A- ability (knowledge dan skill) 2. C- clarity (understanding atau role perception) 3. H- help (organisational support)

38

4. I- incentive (motivation atau willingness) 5. E- evaluation (coaching dan performance feedback) 6. V- validity (valid dan legal personnel practices) 7. E environment (environmental fit) Mahmudi (2005) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sebagai berikut. 1. Faktor personal /individu, meliputi : pengetahuan, keterampilam(skill, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu; 2. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader; 3. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim; 4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur dalam organisasi; 5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Pada sistem penilaian kinerja tradisional, kinerja hanya dikaitkan dengan faktor personal, namun dalam kenyataannya, kinerja sering dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar faktor personal, seperti sistem, situasi, kepemimpinan, atau tim. Proses penilaian kinerja individual tersebut harus

39

diperluas dengan penilaian kinerja tim dan efektivitas manajernya. Hal itu karena yang dilakukan individu merupakan refleksi perilaku anggota grup dan pimpinan 2.2.4 Indikator kinerja Menurut Sedarmayanti (2007), indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Indikator harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari organisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukkan kemampuan dalam rangka dan /atau menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Hersey, Blanchard, dan Johnson (dalam Wibowo, 2007) menjelaskan bahwa ada tujuh indikator kinerja, sebagai berikut. 1. Tujuan. Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan menunjukkan ke arah mana kinerja harus dilakukan. 2. Standar. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai 3. Umpan balik

40

Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan

umpanbalik, dilakukan terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja. 4. Alat atau Sarana Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. 5. Kompetensi Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. 6. Motif Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. 7. Peluang Peluang perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada adanya kekurangan kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan untuk memenuhi syarat. 2.2.5 Kinerja Organisasi Kinerja organisasi atau kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer. Informasi

41

tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyatannya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi tentang kinerja dalam organisasinya. Definisi mengenai kinerja organisasi dikemukakan oleh Bastian (2001) dalam Syarifuddin & Tangkilisan (2004) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi tersebut. Jadi kinerja organisasi tidak hanya merupakan pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, tapi juga bagaimana proses yang dialami oleh organisasi tersebut dalam mencapai hasil sesuai dengan tujuan, visi, dan misi organisasi. 2.2.5.1 Pengukuran kinerja organisasi Terdapat empat pendekatan berbeda yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja organisasi (Wibowo, 2007), sebagai berikut. 1) A Balanced Scorecard Merupakan serangkaian ukuran yang memberi manajer puncak pandangan bisnis yang cepat tetapi komprehensif. Manajer harus melihat bisnis dalam empat perspektif yaitu customer perspectves, internal perspectives, innovation and learning perspectives, dan financial perspectives. 2) The European Foundation for Quality Management Model Terdapat sembilan elemen dalam model ini yaitu:

42

a) kepemimpinan, tentang bagaimana perilaku dan tindakan tim eksekutif dan semua pemimpin lain memberi inspirasi, mendukung, dan meningkatkan budaya total quality management; b) kebijakan dan strategi, tentang bagaiman organisasi memformulasikan, menyebarkan dan mereview kebijakan dan strategi dan mengubahnya ke dalam rencana dan tindakan; c) manajemen sumber daya manusia, tentang bagaimana organisasi merealisasi potensi sepenuhnya dari segenap sumber daya manusianya; d) sumber daya, tentang bagaimana organisasi mengelola sumber daya secara efektif dan efisien; e) proses, tentang bagaimana organisasi mengidentifikasi, mengelola, mereview dan memperbaiki prosesnya; f) kepuasan pelanggan, tentang apa yang dicapai organisasi dalam hubungan dengan kepuasan pelanggan eksternalnya; g) kepuasan pekerja, tentang apa yang diperoleh organisasi dalam hubungan dengan kepuasan orangnya sendiri; h) dampak pada masyarakat, tentang apa yang dicapai organisasi dalam memuaskan kebtuhan konsumen dan harapan masyarakat lokal, nasional, dan internasional; i) hasil bisnis, tentang apa yang dicapai organisasi dalam hubungannya dengan sasaran bisnis yang direncanakan dan memuaskan kebutuhan dan harapan setiap orang dengan kepentingan dalam organisasi. 4. Economic Value Added

43

Terdapat empat ukuran favorit dalam model Economic Value Added ini, yaitu : addedvalue, market value added, cash flow return on investment ,dan total shareholder. 5. Traditional Financial Measures Merupakan ukuran finansial tradisional, yang antara lain termasuk : return on equity, return on capital employed, earnings per share, price/eraning ratio, return on sales, assets turnover, overall overheads/sales ratio, profit or sales or added value per employer, output per employee (produktivitas). 2.2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi Syafruddin dan Hessel (2004) merangkum dari beberapa sumber mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi, sebagai berikut. Tabel 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi
Perspektif No Faktor-faktor /Pendekatan Referensi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tujuan organisasi Budaya organisasi Sumber daya manusia Kepemimpinan Koordinasi Teknologi Raw materials Lingkungan fisik/sarana prasarana Budaya organisasi Struktur organisasi Strategi

Proses Proses Proses Proses Proses Proses Proses Proses Proses Proses Metode

Yuwono (2002),Atmosoeprato(2001) Yuwono (2002), Susanto (2000) Yuwono (2002),Ruky (2001), Soesilo (2000) Yuwono (2002), Susanto (2000), Ruky (2001) Susanto (2000) Ruky (2001) Ruky (2001) Ruky (2001), Soesilo (2000) Ruky Atmosoeprato(2001) Soesilo Atmosoeprato(2001) Soesilo (2000), (2001), (2000),

44

Lanjutan Tabel 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi 12 13 14 15 Sistem Informasi Politik Ekonomi Sosial Metode Sistem Sistem Sistem Soesilo (2000), Atmosoeprato(2001) Atmosoeprato(2001) Atmosoeprato(2001)

Sumber : Syafruddin dan Hessel (2004) Ada beberapa komponen pokok yang dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan yaitu : 1. Keuangan (Money) Keuangan berkaitan dengan adanya dukungan modal dalam suatu perusahaan yang berguna untuk memperlancar program peningkatan kinerja. Menurut Iman Suharto (1995), bahwa keuangan dalam suatu perusahaan adalah modal yaitu dana yang disiapkan untuk pendanaan jangka panjang, yang difungsikan untuk membiayai seluruh aktivitas dan kebutuhan perusahaan dalam melakukan suatu pekerjaan dan dalam pengelolaan proses manajemen perusahaan. Sumber pendanaan bagi suatu perusahaan dapat dikelompokkan menjadi : a. Modal sendiri (equity capital), diperoleh melalui penerbitan saham baru atau menahan laba dalam kurun waktu tertentu. b. Modal dari luar, berupa hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Tenaga kerja (Manpower) Kinerja suatu organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang ada dalam suatu perusahaan, dengan menilai kemampuan, motivasi, kreatif dan mampu mnegmbangkan inovasi. Syafarudin Alwi (2001) menjelaskan bahwa tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang kompetitif sebagai

45

suatu keunggulan daya saing yang difungsikan untuk mampu mengantisipasi perubahan dan melakukan pengelolaan terhadap perubahan secara cepat sehingga sumber daya manusia pada manajemen organisasi dapat menentukan tingkat keberhasilan dalam persaingan atau sering disebtu dengan keunggulan kompetitif. 3. Peralatan dan mesin-mesin (Machines) Peralatan merupakan modal lain yang harus dimiliki oleh perusahaan sebagai peningkatan kualitas dan profesionalisme perusahaan yang mengedepankan teknologi sebagai sumbernya untuk mampu meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan, disamping menunjukkan kemampuan kualitas serta tingkat profesionalisme perusahaan yang dimiliki. Dorodjatun Kuntjoro Jakti (2004), menjelaskan bahwa selain sumber daya manusia, perusahaan harus mampu memiliki object embodied technology (technopower) yang mengacu pada teknologi peralatan, perkakas, fasilitas fisik dan lain-lain sebagai penunjang kegiatan operasional. Disamping itu kesiapan peralatan yang dimiliki akan menunjukkan faktor finansial perusahaan dan menunjang proses pelaksanaan proyek. Fandy Tjiptono (2003) berpendapat bahwa, teknologi berupa peralatan-peralatan penunjang kinerja merupakan penjelmaan secara fisik dari pengetahuan, dimana teknologi dirancang dengan baik guna memperluas kemampuan manusia untuk meningkatkan daya saing. Produktifitas dan kualitas perusahaan sebagian besar dipacu melalui proses adopsi teknologi yang memberikan dampak positif menuju era globalisasi. Semakin besar dan semakin canggihnya kemampuan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan

46

akan menunjukkan tingginya kemampuan sumber daya manusia yang dipakai untuk mengoperasikan peralatan tersebut. 4. Material (Materials) Material merupakan salah satu bagian dari sumber daya perusahaan, yang ketersediaannya dibutuhkan untuk membantu proses pelaksanaan pekerjaan sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan perencanaan. Menurut Asiyanto (2004), kebutuhan material sangat tergantung dari program kerja yang telah disusun perusahaan, keberhasilan suatu hasil pekerjaan dan kualitasnya akan ditentukan oleh ketersediaan material atau stok material perusahaan yang digunakan untuk mendukung dalam proses penyelesaian suatu pekerjaan. 5. Pasar (Market) Pasar dalam suatu dunia usaha berfungsi untuk menghubungkan manajemen suatu organisasi dengan pasar yang bersangkutan melalui sebuah informasi, yang selanjutnya informasi tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasi kesempatan dan permasalahan yang berkaitan dengan pasar dan nantinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan-keputusan yang akan diambil. Selain itu menurut Fandy Tjiptono (2004), pasar secara umum mengandung pengertian bahwa pasar adalah permintaan yang dibuat oleh sekelompok pembeli potensial atau individu terhadap barang atau jasa. Keadaan pasar atau tingkat permintaan pasar dalam suatu usaha bisnis akan memberikan peluang yang besar dalam pengembangan usaha, integritas usaha, serta memberikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas daya saing

47

perusahaan terhadap produk atau jasa yang mempunyai sumber daya untuk dipasarkan. 6. Metode (Methods) Metode sangat berkaitan dengan bagaimana cara mencapai hasil kerja yang maksimal dalam suatu perusahaan, dengan melakukan pengelolaan terhadap sumber daya yang ada untuk mendukung peningkatan kinerja perusahaan. Menurut Iman Suharto (1995), dalam suatu organisasi atau perusahaan dibutuhkan suatu aspek perencanaan dan pengendalian sumber daya untuk memudahkan dalam proses dan pengoperasian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan lebih mudah. Untuk memudahkan perencanaan dan pengelolaan sumber daya perusahaan dibutuhkan suatu sistem yang berbasis teknologi yaitu Sistem Informasi Manajemen (SIM), terdiri dari perangkat keras dan lunak, yang digunakan untuk mendukung operasi unit fungsional dalam struktur perusahaan. Sistem ini merupakan kombinasi personil, kebijakan, prosedur dan sistem (manual atau komputer) yang membantu terlaksananya kegiatan, pengendalian dan kinerja perusahan. 2.2.5.3 Indikator Kinerja Organisasi Indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan (Bastian, 2001 dalam Syafruddin & Tangkilisan, 2004) yang telah ditetapkan dalam memperhitungkan elemen-elemen indikator berikut ini.

48

1. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya. 2. Indikator keluaran (outputs) yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik. 3. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). 4. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. 5. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi. Dari pekerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau kompetensinya. Sementara itu, dari segi organisasi dipengaruhi oleh seberapa baik pemimpin memberdayakan pekerjanya ; bagaimana mereka memberikan penghargaan pada pekerja; dan bagaimana mereka membantu meningkatkan kemampuan kinerja pekerja melalui coaching,mentoring, dan counselling. 2.3 Analisis dan Interprestasi Data 2.3.l. Analisis Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil Analisis Karakeristik Perusahaan Jasa Konstruksi adalah suatu penelitian yang analisis datanya dilaksanakan dengan analisis deskriptif terhadap faktor -

49

faktor yang berhubungan dengan karakeristik perusahaan jasa konstruksi yaitu personalia/sumber daya manusia (prinsipal, penanggung jawab teknis, dan tanaga ahli), pembiayaan/keuangan (kemampuan keuangan), proses/pengalaman kerja, dan peralatan. Deskripsi dari penelitian ini akan menjelaskan mengenai

karakeristik perusahaan jasa konstruksi yang ada di Kabupaten Jembrana berdasarkan pada faktor- faktor yang berhubungan dengan karakeristik perusahaan jasa konstuksi selanjutnya dijabarkan dalam pertanyaan yang disusun dalam bentuk kuesioner, sehingga dalam pengolahan data akan menghasilkan tabel statistik deskriptif dan gambar grafik dari setiap variabel yang diteliti. 2.3.2 Analisis Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil Analisis kinerja merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja kontraktor, dengan melakukan suatu pengukuran yang memiliki skala nilai dari pertanyaan yang disusun dalam suatu kuisioner. Pengukuran pada dasarnya adalah usaha untuk menilai sesuatu berdasarkan pada satuan nilai tertentu. Untuk melakukan pengukuran terhadap kinerja kontraktor dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi variabel tersebut dengan melakukan penilaian atas faktor keuangan, tenaga kerja, peralatan, material, pasar, dan terhadap metode yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu untuk memudahkan dalam melakukan pengukuran terhadap kinerja kontraktor, ada beberapa hal yang dilakukan yaitu:

50

2.3.2.1 Memilih Skala Pengukuran Penyusunan skala pengukuran menurut Suliyanto (2006), dilakukan untuk memudahkan dalam pembuatan skala pengukuran pada kuisioner. Ada beberapa skala pengukuran yang dapat digunakan dalam suatu penelitian diantaranya: 1. Skala Likerts Skala likerts biasanya digunakan untuk mengukur tanggapan atau respons seseorang tentang obyek sosial dan banyak pilihan respons yang digunakan, namun yang paling sering digunakan adalah 5 pilihan respons. 2. Skala Guttman Skala ini digunakan untuk mendapatkan penegasan, yang terdiri dari dua alternatif pilihan jawaban, dimana penelitian menginginkan suatu jawaban yang tegas dari suatu permasalahan yang ditanyakan kepada responden, dengan skala nilai yaitu nilai 0 dan 1. 3. Skala Semantic Diferensial Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk pilihan ganda tetapi tersusun dari sebuah garis kontinum dimana nilai yang negative terletak disebelah kiri sedangkan nilai yang sangat positif terletak disebelah kanan. 4. Skala Rating Skala ini biasanya digunakan untuk mentransformasikan data kuantitatif menjadi kualitatif atau mentransformasikan data kualitatif menjadi data kuantitatif. Skala untuk menentukan nilai dari suatu pengukuran instrumen menurut Suliyanto (2006), dapat digunakan satuan nilai pada suatu atribut yang akan

51

diukur, dengan menggunakan beberapa skala yang sesuai bentuk penelitian yang akan dilakukan, diantaranya: 1. Skala Nominal Skala nominal adalah skala yang digunakan untuk memberikan katagori saja, sehingga memiliki tingkatan paling rendah dalam riset. 2. Skala Ordinal Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan memiliki tingkatan lebih tinggi dibandingkan skala nominal karena tidak menyatakan katagori saja tetapi sudah dapat menyatakan peringkat. 3. Skala interval Skala interval merupakan skala pengukuran yang sudah dapat digunakan menyatakan peringkat antar tingkatan, yang memiliki kejelasan jarak antar tingkatan. 4. Skala rasio Skala rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan. Untuk memudahkan dalam melakukan pengukuran terhadap kinerja kontraktor, maka dalam penelitian ini skala pengukuran yang dipakai adalah skala Likerts, dengan tingkat pengukuran adalah menggunakan skala ordinal. Langkahlangkah dalam penyusunan skala Likerts adalah: a. Menetapkan variabel yang akan diteliti b. Menentukan indikator-indikator yang dapat mengukur variabel yang diteliti.

52

c. Menurunkan indikator tersebut menjadi daftar pertanyaan (kuisioner). Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likerts mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif, apabila item bernilai positif maka angka terbesar diletakkan pada sangat penting, sedangkan apabila item bernilai negatif maka angka terbesar diletakkan pada sangat tidak penting. Banyak pilihan respons yang digunakan untuk memberikan skala penilaian sehingga dapat mengakibatkan kesulitan dalam membedakan pilihan respons yang satu dengan yang lainnya atau sebaliknya terlalu sedikit sehingga hasilnya kurang baik. Namun pada skala Likerts pilihan respons yang biasanya digunakan adalah 5 pilihan respons untuk mengukur variabel pada instrumen dari penelitian,yaitu: Skala/skor 5 = Sangat penting, 4 = Penting, 3 = Cukup penting, 2 = Kurang penting dan 1 = Tidak penting. 2.3.2.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Pengujian validitasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dibuat merupakan alat yang tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur, dalam hal ini apakah kuesioner sudah cukup dipahami oleh semua responden yang diindikasikan oleh kecilnya jawaban yang tidak terlalu menyimpang dengan rata-rata jawaban responden lain. Pengujian validitas dan reliabilitas juga diperlukan untuk menentukan apakah hasil suatu penelitian valid dan reliabel sehingga informasi yang diterima dapat membantu untuk memecahkan masalah yang sebenarnya.

53

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui korelasi item pertanyaan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan rumus korelasi product moment (Sugiyono,2006). nXY (X).(Y) ry = [nX2 (X)2].[nY2-(Y)2] ..(1)

Dimana : rxy = koefisien korelasi x = variabel bebas y = variabel terikat n = Jumlah sampel

Besar kecilnya hubungan antara dua variabel dinyatakan dalam bilangan yang disebut Koefisien korelasi yang besarnya antara +1 0 -1, dimana besaran

koefisien korelasi -1 dan + 1 adalah korelasi yang sempurna sedangkan koefisien korelasi 0 atau mendekati 0 dianggap tidak berhubungan antara dua variabel yang diuji. Tabel. 2.5 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi NO INTERVAL KOEFISIEN 1 0,00 0,199 2 0,20 0,399 3 0,40 0,599 4 0,60 0,799 5 0,80 1,000 Sumber : Sugiyono, 2006 TINGKAT HUBUNGAN Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

54

Menurut Nugroho (2005) menilai kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel. Untuk pengujian reliabilitas dapat digunakan pendekatan dengan

menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut

2.rb ri = 1 + rb Dimana : ri = reliabilitas internal rb = nilai korelasi product moment ..(2)

Kaidah keputusan adalah jika ri hitung > t tabel berarti reliabel dan apabila sebaliknya ri hitung < t tabel berarti tidak reliabel Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa reliabilitas pada dasarnya

mengandung pengertian sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya jika hasil pengukuran tersebut dilakukan kembali akan memberikan suatu hasil yang relatif sama, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen. Untuk menguji reliabilitas suatu daftar pertanyaan dari sebuah variabel penelitian digunakan koefisien Cronbachs Alpha. Besarnya koefisien Cronbachs Alpha menunjukan tingkat reliability daftar pertanyaan tersebut. Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:72) suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai

55

Cronbachs Alpha > 0,6 sedangkan menurut Sekaran (1992) dalam Dwi Priyatno (2008:26) dikatakan reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. 2.3.2.3 Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Untuk pengujian faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh terhadap kinerja pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil dipergunakan teknik analisis faktor. Analisis faktor adalah alat yang digunakan untuk mereduksi data yaitu proses meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor (Santoso, 2006). Menurut Santoso (2006), tahapan proses analisis faktor yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Memilih variabel yang layak untuk dianalisis faktor Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai variabel mana yang layak untuk dimasukan dalam analisis selanjutnya Pengujian dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada kemudian variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian. Jika sebuah variabel mempunyai kecendrungan mengelompok dan

membentuk kelompok faktor, maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain (Santoso,2004). Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan nilai KMO (KaiserMeyer-Olkin) dan nilai MSA (Measures of Sampling Adequacy). a. Nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)

56

Untuk menguji kesesuaian analisis faktor maka digunakan nilai KMO, nilai tersebut harus lebih besar dari 0,50 dengan signifikan < 0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunakan. Nilai KMO yang lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga faktor tidak layak digunakan (Hair, 1998). Sebagai alat ukur jika nilai MSA (Measures of Sampling Adequacy) dapat digunakan untuk persyaratan ini, yaitu nilai MSA dari masing-masing variabel harus lebih besar dari 0,5. b. Nilai MSA (Measures of Sampling Adequacy) adalah untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak (Wibisono, 2000). Nilai MSA berkisar 0 sampai I dengan kreteria ( Santoso, 2004) : (l). MSA = I , variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. (2). MSA > 0,5 variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. (3). MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut atau dikeluarkan. 2. Susunan Ekstraksi Variabel. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel menjadi beberapa kelompok faktor, dengan menggunakan metode PCA (Principal Component Analysis). Penentuan terbentuknya jumlah faktor dilakukan dengan

57

melihat nilai eigen yang menyatakan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian dari variabel- variabel yang dianalisis. Nilai eigen (eigen value) dibawah I tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk (Santoso,2004). Setiap kelompok faktor memiliki kemampuan untuk menjelaskan keragaman total yang berbeda-beda Kelompok faktor pertama memiliki kemampuan menjelaskan yang lebih tinggi dari pada kelompok faktor kedua dan seterusnya (Wibisono,2000). Atau dengan kata lain, faktor-faktor yang diekstrasi ( exstracted) sedemikim rupa, menerangkan bahwa faktor pertama menyumbang terbesar terhadap seluruh varian dari seluruh variabel asli, faktor kedua menyumbang terbesar kedua, dan begitu seterusnya. ( Supranto,2000). 3. Rotasi Kelompok Faktor Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks komponen akan menunjukkan distribusi variabel-variabel pada sejumlah kelompok faktor yang terbentuk. Angka-angka pada kelompok faktor tersebut disebut loading factor yang menunjukkan korelasi antara variabel dan kelompok faktor. Suatu variabel akan masuk kesuatu kelompok faktor berdasarkan loading factor terbesar yang dimiliki yang dapat dilihat pada komponen ( component matrixs) yang dihasilkan. Tetapi pada beberapa kasus, faktor loading yang dihasilkan pada matrik komponen masih kurang jelas dalam menggambarkan perbedaan diantara kelompok faktor yang ada. Sehingga untuk memperjelas dilakukan proses rotasi, yang menghasilkan matriks komponen rotasi (Rotated Component Matrixs).

58

4. Menamakan Faktor Setelah terbentuk kelompok faktor, maka proses dilanjutkan dengan memberikan nama terhadap kelompok faktor tersebut. Tidak ada aturan khusus dalam penamaan ini, hanya saja penamaan dari suatu faktor hendaknya mencerminkan variabel-variabel yang tergabung atau terbentuk didalamnya. 2.3.2.4. Pengujian Hubungan Karakteristik dengan Kinerja Hubungan karakteristik dengan kinerja merupakan hubungan dua variabel yang saling terkait dan dapat saling mempengaruhi, oleh karena itu untuk mengetahui hubungan antar dua variabel tersebut dapat dilakukan suatu pengujian menggunakan korelasi product moment atau dengan analisis regresi. Menurut Sugyono (2006), korelasi produk moment merupakan suatu teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dan pembuktian hipotesis hubungan dua variabel. Untuk mendapatkan nilai hubungan kedua variabel tersebut atau nilai koefisien korelasi sampel dapat digunakan rumus paling sederhana yang dapat digunakan menghitung koefisien korelasi berupa pendekatan koefisien korelasi dua variabel seperti dibawah ini xy rxy = (x2y2) .(3)

Dimana : rxy = koefisien korelasi antara variabel x dengan y x = deviasi rata-rata variabel x = (xi - x ) y = deviasi rata-rata variabel y = (yi y)

59

Pengujian signifikan koefisien korelasi dapat juga menggunakan tabel dengan kesalahan dalam perhitungan sampel ( : 0,05), yang selanjutnya apabila hasil

perhitungan diperoleh hasil dengan korelasi positif atau harga t hitung untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan ( dk ) : 11- 2 lebih besar dari t tabel, maka dapat dikatakan hubungan antara karakteristik dengan kineria memiliki hubungan yang sangat kuat sehingga untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi tersebut maka dapat berpedoman tabel interpretasi nilai r (tabel 2.5). Korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, dimana setiap regresi pasti ada korelasinya tetapi korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi adalah korelasi artara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan sebab akibat, atau hubungan fungsional. Analisis regresi secara umurn digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau pedikator, sehingga akan dapat diputuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independen, hal itu dapat dilakukan dengan dua jenis regresi yaitu 1. Analisis Regresi Linier Sederhana Secara umum analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis satu variabel dependen dengan satu variabel independen. Persamaan umum analisis regresi linier sederhana adalah: Y' : a + bX (5).(4)

60

Dimana: Y' : subyek dalam variabel yang diprediksikan a : harga Y' bila X = 0 (harga konstan) b : angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. X : subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. 2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda yaitu didasarkan pada hubungan

fungsionalnya, dimana mempunyai lebih dari satu variabel bebas ( X ) terhadap variabel terikat ( Y ). Persamaan umurn dari analisis regresi linier berganda adalah Y' : a + b1X1 + b2X2+ b3X3 + b4X4+ ......+ bnXn (5) dimana: Y' : subyek dalam variabel yang diprediksikan

b1,b2 b3, b4,... ... bn : koefisien regresi X1,X2,X3,X4......Xn : variabel bebas

61

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian Latar Belakang Permasalahan

Identifikasi Permasalahan

Kajian Pustaka

Menentukan Variabel Penelitian

Menentukan Populasi dan Sampel Penelitian Membuat Format Kuesioner TIDAK

Uji Validitas dan Reliabilitas YA Pengumpulan Data

Pembahasan dan Analisis Data

Simpulan dan Saran

62

3.2 Lokasi dan Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jembrana, dengan objek penelitian semua usaha jasa konstruksi yang ada di lima asosiasi profesi yang ada di Kabupaten Jembrana dan memberikan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan kualifikasi kecil. 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari pengusaha jasa konstruksi dengan kualifikasi kecil dengan mendistribusikan kuesioner serta data sekunder

bersumber dari web site, buku-buku/literatur serta aturan-aturan yang berkaitan dengan penelitian ini. 3.3.3 Sumber Data; Dalam penelitian ini data diperoleh dari sumber berupa populasi dan sampel 3.4 Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2008) berpendapat bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan melakukan interview (wawancara), kuioner (angket), observasi (pengamatan) dan gabungan ketiganya. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipakai ada teknik pengumpulan data gabungan yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan interview (wawancara), teknik pengumpulan data dengan kuisioner (angket), dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan (observasi).

63

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi dan Sampel untuk penelitian karakteristik Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono;2008). Dalam penelitian ini, untuk mengetahui karakteristik konstruksi dengan kualifikasi kecil berikut : Tabel. 3.1 Data Kontraktor Kualifikasi Kecil Tahun 2009 Kabupaten Jembrana Gred Asosiasi 1 Gapensi Gapeksindo Gapeknas Aspekindo Apaksindo Jumlah 2 30 4 11 2 2 49 3 42 3 16 61 4 28 3 7 38 pengusaha jasa

jumlah populasi dapat dilihat pada tabel

Sumber : LPJK, 2010 (http//: www.lpjk.org.id) Dalam penelitian ini populasinya adalah semua kontraktor kualifikasi kecil yang ada di Kabupaten Jembrana yang tergabung dalam lima asosiasi profesi sebanyak 148 pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil yang pengambilan sampelnya menggunakan teknik sampling Proportionate Startified Random

64

Sampling. Teknik ini digunakan karena populasi mempunyai unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Cara yang dipakai untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, dengan tingkat kesalahan 10 % sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 97. Semakin kecil tingkat kesalahan maka jumlah sampel yang diperlukan semakin besar sehingga akan membutuhkan waktu, tenaga serta dana yang semakin besar pula. Tabel 3.2 Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1 %, 5 % dan 10 %.

Sumber : Sugiyono, 2006

65

Dengan menggunakan tabel diatas maka dapat ditentukan jumlah sampel yang diperlukan untuk setiap gred kontraktor yaitu 1. Gred 2 49/150 x 97 = 31,68 ~ 32 sampel/responden 2. Gred 3 61/150 x 97 = 39,44 ~ 40 sampel/responden 3. Gred 4 38/150 x 97 = 24,57 ~ 25 sampel/responden Jumlah 97 sampel/responden

Setelah didapatkan jumlah sampel yang diperlukan maka penentuan sampel mana yang akan dijadikan responden dilakukan dengan cara pengundian. Cara ini dilakukan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua sampel di masing-masing gred untuk menjadi responden. 3.5.1 Populasi dan Sampel untuk penelitian Kinerja Populasi yang dipilih adalah proyek pada dinas PU Kabupaten Jembrana tahun anggaran 2009. Tabel 3.3. Data Populasi Proyek Dinas PU Kab. Jembrana tahun 2009 No 1 2 3 4 5 Jenis Proyek Pembangunan Gedung Kantor Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Trotoar Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan (DAK) Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan (APBD) Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan Jumlah 4 Paket 3 Paket 9 Paket 7 Paket 12 Paket

66

Lanjutan Tabel 3.3 Irigasi 6 Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air Bersih 7 Rehabilitasi/Pemeliharaan Tanggul Sungai 8 9 Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Pembangunan Fasilitas Umum Pedesaan Jumlah Total Sumber : Dinas PU Kab Jembrana,2009 Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan purposive sampling, yaitu penelitian yang didasari atas kemampuan dan pengetahuan serta pertimbangan tertentu dapat menentukan pilihannya dalam memilih responden yang diyakini mampu memberikan jawaban pada kuesioner sesuai dengan topik penelitian ( Sugiono,2007). Berdasarkan pendapat tersebut, maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 responden terdiri dari pejabat pembuat komitemen, pejabat pelaksana teknis kegiatan serta pengawas lapangan yang terlibat dalam proyek konstruksi. Tabel 3.4. Responden Kuisioner Penelitian Kinerja
No Keterangan Responden Jumlah

4 Paket

Bantaran

2 Paket

3 Paket 7 Paket 51 Paket

1 2 3 4

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bidang Cipta Karya Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bidang Bina Marga Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bidang Pengairan

1 1 1

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Fasilitas 1 Umum Pedesaan

67 Lanjutan Tabel 3.4 5 6 7 8 9 10 11 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Bidang Cipta Karya Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Bidang Bina Marga Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Bidang Pengairan 2 2 1

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Pembangunan 1 Fasilitas Umum Pedesaan Pengawas Kegiatan Bidang Cipta Karya 9 Pengawas Kegiatan Bidang Bina Marga Pengawas Kegiatan Bidang Pengairan Jumlah 10 11 40

Sumber : Dinas PU Kab. Jembrana, 2009 Jumlah responden dari masing-masing bidang tidak sama, hal ini tergantung dari jumlah staf teknis dibidang tersebut yang menjadi pengawas serta jumlah kegiatan dibidang tersebut. 3.6 Variabel Penelitian 3.6.1 Variabel Penelitian Karakteristik Untuk penelitian tentang karakteristik variabelnya sebagai berikut : a. Sumber Daya Manusia/Personalia (1) (2) (3) (4) (5) (6) Penanggung jawab Tingkat Pendidikan Kesesuaian keahlian dengan jabatan Status tenaga kerja/tenaga ahli yang dimiliki Jumlah tenaga kerja Asal tenaga kerja

b. Kemampuan Keuangan/Pembiayaan

68

(1) (2)

Nilai pekerjaan Total kekayaan bersih

c. Pengalaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah pekerjaan yang pernah diambil Sertifikat yang dimiliki Pengguna jasa yang sering memakai Lama pengalaman di bidang konstruksi Lokasi pekerjaan yang pernah diambil Jenis pekerjaan yang diambil Cara mendapatkan pekerjaan

d. Peralatan (1) (2) (3) Kepemilikan alat Jumlah alat yang dimiliki Umur/kondisi

3.6.2 Variabel Penelitian Kinerja Untuk penelitian kinerja variabelnya adalah sebagai berikut : 1. Faktor Keuangan a) Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan b) Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan c) Besar kecilnya modal dalam perusahaan d) Adanya pinjaman dari bank e) Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan 2. Faktor Sumber Daya Manusia

69

a) Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan b) Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan c) Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan d) Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi e) Usia tenaga kerja yang dipekerjakan f) Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli g) Cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan 3. Faktor Peralatan a) Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan b) Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. c) Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. d) Penggunaan internet 4. Faktor Material a) Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam

pelaksanaan proyek b) Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan c) Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender. 5. Faktor Metode Kerja a) Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan b) Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan c) Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan d) Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan

70

e) Mensub kontrakkan sebagaian pekerjaan f) Besarnya struktur organisasi dalam perusahaan g) Panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan h) Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan 6. Faktor Politik a) Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah b) Stabilitas keamanan c) Kepastian hukum 7. Faktor Kepemimpinan a) Sikap pimpinan kepada staf b) Motivasi pimpinan terhadap staf c) Penghargaan terhadap staf yang berprestasi 3.7 Instrument Penelitian Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupaun alam. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik yang biasanya disebut Instrument Penelitian (Sugiyono, 2008). Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk ceklist dengan menggunakan skala Likert. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor sebagai berikut : 1. Setuju/Selalu/sangat positif, diberi skor 5 2. Setuju/Sering/Positif, diberi skor 4

71

3. Ragu-ragu/Kadang-kadang/Netral, diberi skor 3 4. Tidak Setuju/hampir tidak pernah/negatif, diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju/tidak pernah, diberi skor 1 Untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan pengukuran terhadap instrumen penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen penelitian sebelum dilakukan pengambilan data yang sebenarnya, yaitu: 1. Uji Validitas Pengujian validitasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dibuat merupakan alat yang tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur, dalam hal ini apakah kuesioner sudah cukup dipahami oleh semua responden yang diindikasikan oleh kecilnya jawaban yang tidak terlalu menyimpang dengan rata-rata jawaban responden lain. Menurut Nugroho (2005) menilai kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masingmasing butir pertanyaan. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel. 2. Uji Reliabilitas Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa reliabilitas pada dasarnya

mengandung pengertian sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya jika hasil pengukuran tersebut dilakukan kembali akan memberikan suatu hasil yang relatif sama, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen. Untuk menguji reliabilitas suatu daftar pertanyaan dari sebuah variabel penelitian digunakan koefisien Cronbachs Alpha. Besarnya koefisien

72

Cronbachs Alpha menunjukan tingkat reliability daftar pertanyaan tersebut. Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:72) suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > 0,6 sedangkan menurut Sekaran (1992) dalam Dwi Priyatno (2008:26) dikatakan reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Pengujian validitas dan reabilitas hanya dilakukan pada pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan jawaban yang menggunakan skala Likerts, sedangkan untuk pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak menggunkan skala Likerts hanya akan dioleh secara deskriptif 3.8 Analisis dan Penyajian Data Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh melalui hasil survey serta untuk lebih memudahkan memahami isi data dan lebih komunikatif, maka penyajian hasil pengumpulan data dapat dibuat secara formal berupa deskripsi dari data yang diperoleh pada waktu mengadakan penelitian.. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Statistik deskriptif Statistik deskriptif merupakan suatu analisis data yang diperoleh dengan teknik angket (Kuesioner) terhadap sampel yang mewakili populasi yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau menggambarkan karakteristik kontraktor sebagai objek yang diteliti melalui data sampel.

73

2. Analisis Korelasi Analisis korelasi merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada/tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini digunakan analisis korelasi ganda yang merupakan teknik analisis korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen secara bersamaan. Dalam penelitian ini analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan kinerja perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil yang ada di Kabupaten Jembrana tahun 2009 3. Analisis Faktor Teknik ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja pengusaha jas\a konstruksi kualifikasi kecil. Analisis faktor adalah alat yang digunakan untuk mereduksi data yaitu proses meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor (Santoso, 2006).

74

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil Karakteristik perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil yang ada di Kabupaten Jembrana terdiri dari gred 2, gred 3 dan gred 4. Untuk memudahkan dalam mendeskripsikan jawaban kuesioner tentang karakteristik perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil maka dikelompokan sesuai dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan karakteristik jasa konstruksi kualifikasi kecil seperti faktor personalia/sumber daya manusia, faktor keuangan, faktor pengalaman kerja, dan faktor peralatan. Faktor personalia/sumber daya manusia terdiri dari lima pertanyaan untuk mengetahui tingkat pendidikan penanggungjawab badan usaha, tingkat pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha, jumlah tenaga kerja, asal tenaga kerja serta status tenaga ahli yang dipekerjakan. Faktor keuangan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui nilai paket pekerjaan tujuh tahun terakhir, kekayaan bersih, dan modal yang dimiliki. Faktor pengalaman kerja terdiri dari tujuh pertanyaan untuk mengetahui jumlah paket pekerjaan yang dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir, pengguna jasa yang paling sering memakai jasa perusahaan, lama pengalaman di bidang konstruksi, lokasi pekerjaan, sub bidang pekerjaan yang sering dikerjakan, sistem pengadaan dalam memperoleh pekerjaan, dan lingkup wilayah lelang yang diikuti.

75

Faktor peralatan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui status peralatan yang dimiliki, jumlah peralatan kerja yang dimiliki dan umur peralatan kerja yang dimiliki. 4.1.1 Karakteristik Personalia/ Sumber Daya Manusia 4.1.1.1 Tingkat Pendidikan Penanggungjawab Badan Usaha Untuk tingkat pendidikan penanggungjawab badan usaha masing-masing gred dapat digambarkan sebagi berikut :

d. Non teknik 6,25%

a. S1/S2/S3 Teknik 25,00%

c. SMU/SMK atau sederajat 62,50%

b. Diploma Teknik 6,25%

Gambar 4.1 Tingkat Pendidikan PJBU Gred 2

d. Non teknik 12,50%

a. S1/S2/S3 Teknik 17,50% b. Diploma Teknik 0,00%

c. SMU/SMK atau sederajat 70,00%

Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan PJBU Gred 3

76

d. Non teknik 8,00%

a. S1/S2/S3 Teknik 24,00% b. Diploma Teknik 0,00%

c. SMU/SMK atau sederajat 68,00%

Gambar 4.3 Tingkat Pendidikan PJBU Gred 4 Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Penanggung Jawab Badan Usaha (PJBU) untuk Gred 2 adalah 62,5 % berlatar belakang pendidikan SMU/SMK atau sederajat, 25 % berlatar belakang sarjana (S1/S2/S3), sedangkan dengan latar belakang pendidikan diploma teknik dan non teknik masing-masing sebesar 6,25 %. Penanggungjawab Badan Usaha untuk Gred 3 yaitu 70 % memiliki latar belakang SMU/SMK atau sederajat, 17,5 % memiliki latar belakang S1/S2/S3, dan 12,5 % dengan latar belakang pendidikan non teknik. Sedangkan Penanggungjawab Badan Usaha untuk gred 4 adalah 68 % memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK atau sederajat, 24 % memiliki latar belakang pendidikan S1/S2/S3 serta 8 % dengan latar belakang pendidikan non teknik. Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa sebagian besar perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana (67,01%) memiliki

77

penanggung jawab badan usaha (PJBU) dengan latar belakang pendidikan SMA/SMK atau sederajat Dalam Perlem LPJK No. 11a tahun 2008 tidak disebutkan pendidikan minimal bagi penanggungjawab badan usaha tetapi disebutkan bahwa PJBU adalah pimpinan badan usaha yang ditetapkan sebagai penanggungjawab badan usaha sedangkan dalam Undang-undang No. 18 tahun 1999 juga tidak menyebutkan pendidikan minimal bagi penanggungjawab badan usaha. Meskipun tidak disebutkan tentunya orang yang menjadi penanggunjawab badan usaha merupakan orang yang memiliki kemampuan manajerial tinggi sehingga bisa memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. 4.1.1.2 Tingkat Pendidikan Penanggungjawab Teknik Badan Usaha Untuk tingkat pendidikan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJTBU) untuk Gred 2 adalah 28,13 % berlatar belakang pendidikan SMU/SMK atau sederajat, 56,25 % berlatar belakang sarjana (S1/S2/S3), sedangkan dengan latar belakang pendidikan diploma teknik sebesar 6,25 % dan non teknik sebesar 9,38 %.

d. Non teknik 9,38% c. SMU/SMK atau sederajat 28,13%

a. S1/S2/S3 T eknik 56,25%

b. Diploma T eknik 6,25%

Gambar 4.4 Tingkat Pendidikan PJTBU Gred 2

78

d. Non teknik 0,00%

a. S1/S2/S3 Teknik 20,00%

b. Diploma Teknik 5,00%

c. SMU/SMK atau sederajat 75,00%

Gambar 4.5 Tingkat Pendidikan PJTBU Gred 3

d. Non teknik 0,00%

a. S1/S2/S3 Teknik 28,00%

c. SMU/SMK atau sederajat 72,00%

b. Diploma Teknik 0,00%

Gambar 4.6 Tingkat Pendidikan PJTBU Gred 4 Penanggungjawab Teknik Badan Usaha untuk Gred 3 adalah 75 % memiliki latar belakang SMU/SMK atau sederajat, 20 % memiliki latar belakang S1/S2/S3, dan 5 % dengan latar belakang pendidikan diploma teknik. Sedangkan Penanggungjawab Teknik Badan Usaha untuk gred 4 yaitu 72 % memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK atau sederajat, dan 28 % memiliki latar belakang pendidikan S1/S2/S3. Dari uraian diatas dapat dirata-ratakan bahwa sebanyak 58,76%

79

penanggungjawab teknik badan usaha perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana memiliki latar belakang pendidikan SMU/SMK atau sederajat. Didalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tidak disebutkan latar belakang pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha tetapi hanya diatur bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja. Peraturan Lembaga LPJK No. 11a Tahun 1999 juga tidak mensyaratkan pendidikan minimal bagi penanggungjawab teknik badan usaha tetapi menyebutkan bahwa PJT (Penanggung Jawab Teknik) adalah tenaga ahli atau tenaga terampil bersertifikat yang ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab dalam hal teknik atas keseluruhan kegiatan Badan Usaha. Untuk sertifikat keahlian yang dimiliki oleh PJT , gred 2 menyatakan bahwa 84,38 % penanggungjawab teknik yang dimiliki mempunyai sertifikat keahlian dan keterampilan kerja dan sisanya sebesar 15,63% hanya memiliki sertifikat keahlian kerja saja.

c. Sertifikat Keterampilan kerja 0,00% b. Sertifikat Keahlian kerja 15,63%

d. T idak memiliki sertifikat 0,00%

a. Sertifikat keahlian & keterampilan kerja 84,38%

Gambar 4.7 sertifikat keahlian PJT gred 2

80

c. Sertifikat Keterampilan kerja 0,00% b. Sertifikat Keahlian kerja 20,00%

d. Tidak memiliki sertifikat 0,00%

a. Sertifikat keahlian & keterampilan kerja 80,00%

Gambar 4.8 sertifikat keahlian PJT gred 3


c. Sertifikat Keterampilan kerja 0,00% b. Sertifikat Keahlian kerja 32,00% a. Sertifikat keahlian & keterampilan kerja 68,00% d. Tidak memiliki sertifikat 0,00%

Gambar 4.9 sertifikat keahlian PJT gred 4 sedangkan perusahaan jasa konstruksi gred 3 menyatakan bahwa 80,00 % penanggungjawab teknik yang dimiliki mempunyai sertifikat keahlian dan

keterampilan kerja dan sisanya sebesar 20,00% hanya memiliki sertifikat keahlian kerja saja dan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 menyatakan bahwa 68,00 % penanggungjawab teknik yang dimiliki mempunyai sertifikat keahlian dan

81

keterampilan kerja dan sisanya sebesar 32,00% hanya memiliki sertifikat keahlian kerja saja. Dari uraian dan gambar diatas maka dapat dirata-ratakan bahwa sebanyak 78,35% pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil sudah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan dalam Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi serta PerLem LPJK No. 11a Tahun 2008 yang mensyaratkan bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja. 4.1.1.3 Jumlah Tenaga Kerja Untuk jumlah tenaga kerja (teknik/non teknik) dapat dijelaskan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 adalah 81,25 % memiliki tenaga teknik/non teknik sebanyak kurang dari lima orang, sedangkan sisanya sebanyak 18,75 % memiliki tenaga teknik/non teknik antara lima sampai sepuluh orang.

b. > 5-10 orang 18,75%

c. > 10-15 orang d. > 15-20 orang 0,00% e. > 20 orang 0,00% 0,00%

a. 5 orang 81,25%

Gambar 4.10 Jumlah Tenaga Kerja (teknik/Non Teknik) Gred 2

82

c. > 10-15 orang 0,00% b. > 5-10 orang 0,00%

d. > 15-20 orang 0,00% e. > 20 orang 0,00%

a. 5 orang 100,00%

Gambar 4.11 Jumlah Tenaga Kerja (teknik/Non Teknik) Gred 3

d. > 15-20 orang 0,00% b. > 5-10 orang 20,00%

c. > 10-15 orang 0,00%

e. > 20 orang 0,00%

a. 5 orang 80,00%

Gambar 4.12 Jumlah Tenaga Kerja (teknik/Non Teknik) Gred 4 Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu 100 % memiliki tenaga teknik/non teknik sebanyak kurang dari lima orang, sedangkan perusahaan jasa konstruksi gred 4 adalah 80 % memiliki tenaga teknik/non teknik sebanyak kurang dari lima orang, dan 20 % lagi memiliki tenaga teknik/non teknik antara lima sampai sepuluh orang sehingga dapat dirata-ratakan bahwa sebanyak 88,66% perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil memiliki tenaga kerja dengan jumlah kurang dari lima orang.

83

Dalam Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 maupun Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tidak disebutkan jumlah minimal tenaga kerja yang harus dimiliki akan tetapi jumlah yang diperlukan sesuai dengan jenis pekerjaan yang diberikan oleh pengguna jasa 4.1.1.4 Asal Tenaga Kerja Yang Dipekerjakan Untuk asal tenaga kerja yang diperkerjakan oleh perusahan jasa konstruksi Gred 2 yaitu 81 % tenaga kerja yang dipekerjakan merupakan tenaga kerja yang merupakan warga disekitar lokasi proyek atau tempat perusahaan beralamat sedangkan sisanya sebanyak 19 % merupakan tenaga kerja yang berasal dari lintas kabupaten di provinsi Bali.

b. Lintas Kabupat en yang ada di Provinsi Bali 18,75%

c. Lintas Pulau (Sumat era, Jawa dll) 0,00%

d. T enaga Kerja Asing (WNA) 0,00%

a. Warga di lokasi perusahaan beralamat 81,25%

Gambar 4.13 Asal Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 2 Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu sebesar 70 % tenaga kerja yang dipekerjakan merupakan tenaga kerja yang merupakan warga disekitar lokasi proyek atau tempat perusahaan beralamat sedangkan sisanya sebanyak 30 % merupakan tenaga kerja yang berasal dari lintas kabupaten di Provinsi Bali

84

b. Lintas Kabupaten yang ada di Provinsi Bali 30,00%

c. Lintas Pulau (Sumatera, Jawa dll) 0,00%

d. T enaga Kerja Asing (WNA) 0,00%

a. Warga di lokasi perusahaan beralamat 70,00%

Gambar 4.14 Asal Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 3

d. T enaga Kerja Asing (WNA) 0,00%

c. Lint as P ulau (Sumat era, Jawa dll) 0,00%

b. Lint as Kabupat en yang ada di Provinsi Bali 0,00%

a. Warga di lokasi perusahaan beralamat 100,00%

Gambar 4.15 Asal Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 4 sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4, semua tenaga kerja yang dipekerjakan berasal dari sekitar lokasi perusahaan/proyek beralamat sehingga dapat dirata-ratakan bahwa sebagian besar perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil (81,44%) tenaga yang dipekerjakan merupakan warga di lokasi perusahaan tersebut beralamat sedangkan sisanya merupakan tenaga kerja yang berasal dari luar Kabupaten Jembrana. Hal ini memang tidak dipersyaratkan dalam Undang-

85

undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 maupun Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tentang syarat-syarat dasar sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan jasa konstrksi kualifikasi kecil ikut mengurangi penggangguran di Kabupaten Jembrana khususnya dan di provinsi Bali umumnya. 4.1.1.5 Status Tenaga Ahli Yang Dipekerjakan Untuk status tenaga ahli yang dipekerjakan dapat dijelaskan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 adalah sebesar 75% tenaga kerja yang dipekerjakan merupakan tenaga kerja dengan status karyawan tetap sedangkan sisanya sebanyak 25 % merupakan tenaga kerja dengan status kontrak. Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu sebesar 20 % tenaga kerja yang dipekerjakan merupakan tenaga kerja dengan status karyawan tetap sedangkan sisanya sebanyak 80 % merupakan tenaga kerja dengan status kontrak.

b. Karyawan Tidak Tetap (Kontrak, freelance dll) 25,00%

a. Karyawan Tetap 75,00%

Gambar 4.16 Status Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 2

86

a. Karyawan T etap 20,00%

b. Karyawan T idak T etap (Kontrak, freelance dll) 80,00%

Gambar 4.17 Status Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 3

b. Karyawan Tidak Tetap (Kontrak, freelance dll) 52,00%

a. Karyawan Tetap 48,00%

Gambar 4.18 Status Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 4 sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 48 % tenaga kerja yang dipekerjakan merupakan tenaga kerja dengan status karyawan tetap sedangkan sisanya sebanyak 52 % merupakan tenaga kerja dengan status kontrak. Dapat dirata-ratakan sebesar 56,64 % perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil menggunakan pegawai dengan status kontrak. Dari uraian diatas rata-rata sebesar 54,64 % perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil yang ada di Kabupaten Jembrana memiliki karyawan dengan status karyawan tidak tetap (Kontrak).

87

Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak diatur secara tegas akan tetapi setiap badan usaha semua kualifikasi harus memilki penaggungjawab teknik sehingga pekerjaan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis. Hal ini dilakukan adalah untuk menekan biaya operasional sehingga perekrutan karyawan dilakukan dengan sistem kontrak sesuai dengan kebutuhan di proyek dan waktu pelaksanaan proyek. 4.1.2 Karakteristik Keuangan 4.1.2.1 Nilai Paket Pekerjaan Yang Pernah Dikerjakan Dalam Tujuh Tahun Terakhir Untuk nilai paket pekerjaan yang pernah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir dapat dijelaskan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 adalah sebesar 75% nilai paket pekerjaan yang pernah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir > Rp. 100 juta Rp.400 juta sedangkan sisanya sebanyak 25 % dalam tujuh tahun terakhir pernah mengerjakan paket pekerjaan senilai > Rp. 50 juta Rp. 100 juta
a. 0 Rp. 50 Juta 0,00%

e. > Rp. 1 Milyard 0,00% d. > Rp. 400 Juta Rp. 1 Milyard 0,00% c. > Rp. 100 Juta Rp.400 Juta 75,00%

b. > Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta 25,00%

Gambar 4.19 Nilai Paket Pekerjaan Tujuh Tahun Terakhir Gred 2

88

e. > Rp. 1 Milyard 0,00% d. > Rp. 400 Juta Rp. 1 Milyard 15,00%

a. 0 Rp. 50 Juta 0,00% b. > Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta 10,00%

c. > Rp. 100 Juta Rp.400 Juta 75,00%

Gambar 4.20 Nilai Paket Pekerjaan Tujuh Tahun Terakhir Gred 3

a. 0 Rp. 50 Juta 0,00% e. > Rp. 1 Milyard 0,00%

b. > Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta 0,00% c. > Rp. 100 Juta Rp.400 Juta 32,00%

d. > Rp. 400 Juta Rp. 1 Milyard 68,00%

Gambar 4.21 Nilai Paket Pekerjaan Tujuh Tahun Terakhir Gred 4 Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu sebesar 75 % dalam tujuh tahun terakhir pernah mengerjakan paket dengan nilai > Rp. 100 juta Rp. 400 juta, 15 % lagi pernah mengerjakan paket dengan nilai > Rp. 400 juta Rp. 1 Miliyar sedangkan sisanya sebanyak 10 % pernah mengerjakan paket pekerjaan dalam tujuh tahun terakhir senilai > Rp. 50 juta Rp. 100 juta, sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 68 % pernah mengerjakan pekerjaan

89

senilai > Rp. 400 juta Rp. 1 miliyar sedangkan sisanya sebanyak 32 % pernah mengerjakan paket pekerjaan senilai > Rp. 100 juta Rp. 400 juta. Dari uraian diatas dapat dirata-ratakan bahwa sebesar 63,92 % pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil mengerjakan paket pekerjaan dalam tujuh tahun terakhir sebesar Rp. 100 juta Rp. 400 juta. hal ini sudah sesuai dengan tujuan ditertikannya Undang-Undang No. 18 tahun 1999 yaitu untuk mewujudkan stuktur usaha yang kokoh, andal dan berdaya saing tinggi serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a Tahun 2008 dimana dari nilai paket pekerjaan dapat dilihat tingkat kualitas dan daya saing serta kinerja perusahaan tersebut 4.1.2.2 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki Saat Ini Untuk kekayaan bersih yang dimiliki saat ini oleh perusahan jasa konstruksi Gred 2 sebanyak 78% memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta - Rp. 200 juta sedangkan sisanya sebanyak 22 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 200 juta Rp. 1 miliyar

b. > Rp. 200 Juta Rp. 1 Milyard 21,88%

c. > Rp. 1 Milyard 0,00%

a. Rp. 50 juta - Rp. 200 Juta 78,13%

Gambar 4.22 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki oleh Gred 2

90

Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 sebesar 20 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta - Rp. 200 juta sedangkan sisanya sebanyak 80 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 200 juta Rp. 1 miliyar.

c. > Rp. 1 Milyard 0,00%

a. Rp. 50 juta Rp. 200 Juta 20,00%

b. > Rp. 200 Juta Rp. 1 Milyard 80,00%

Gambar 4.23 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki oleh Gred 3

c.

> Rp. 1 Milyard 0,00%

a. Rp. 50 juta Rp. 200 Juta 28,00%

b. > Rp. 200 Juta Rp. 1 Milyard 72,00%

Gambar 4.24 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki oleh Gred 4 Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 4 sebesar 28 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta - Rp. 200 juta sedangkan sisanya sebanyak 72 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 200 juta Rp. 1 miliyar. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 58,76 % pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil sudah mempunyai tingkat kemampuan modal yang

91

sesuai dengan Undang-Undang 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 yang telah menetapkan besaran kekayaan bersih untuk gred 2 adalah Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 600 juta, untuk gred 3 adalah sebesar Rp. 100 juta sampai dengan Rp. 800 juta dan untuk gred 4 sebesar Rp. 400 juta sampai dengan Rp. 1 Milyard. Hal ini juga menunjukan bahwa pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil semakin memiliki daya saing serta struktur usaha yang semakin andal sehingga mampu menghasilkan pekerjaan konstruksi yang berkualitas. 4.1.2.3 Asal Modal Usaha Untuk asal modal usaha yang dimiliki yang dimiliki saat ini dapat dijelaskan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 yaitu 87,5 % modal yang dimiliki merupakan modal yang berasal hasil patungan/saham sedangkan sisanya sebanyak 12,5 % modal yang dimiliki merupakan modal sendiri.

c. Kredit dari bank a. Modal sendiri 0,00% 12,50%

b. Modal Patungan/Saham 87,50%

Gambar 4.25 Asal Modal Usaha Yang Dimiliki oleh Gred 2

92

Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 sebesar 20 % modal yang dimiliki berasal dari kredit bank sedangkan sisanya sebanyak 80 % memiliki modal usaha yang berasal dari patungan/saham.

c. Kredit dari bank 20,00%

a. Modal sendiri 0,00%

b. Modal Patungan/Saham 80,00%

Gambar 4.26 Asal Modal Usaha Yang Dimiliki oleh oleh Gred 3 Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 4 yaitu sebesar 80 % memiliki modal usaha yang berasal dari patungan/saham, sebesar 12 % memiliki modal usaha yang berasal dari modal sendiri sedangkan sisanya sebanyak 8 % modal usaha yang dimiliki berasal dari kredit bank

c. Kredit dari bank 8,00%

a. Modal sendiri 12,00%

b. Modal Pat ungan/Saham 80,00%

Gambar 4.27 Asal Modal Usaha Yang Dimiliki oleh Gred 4

93

Dari uraian diatas maka dari 97 pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil sebanyak 82,47 % pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil menyatakan bahwa modal usaha yang dimilki berasal dari modal patungan sedangkan sebanyak 10,31 % menyatakan bahwa modal yang dimilki berasal dari bantuan kredit perbankan. Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tidak mensyarakan asal modal usaha ttetapi hal ini bisa menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan di sektor keuangan, khususnya sektor perbankan belum memberikan kemudahan bagi para pengusaha konstruksi kualifikasi kecil yang ada di Kabupaten Jembrana untuk memperoleh kredit. 4.1.3 Karakteristik Pengalaman Kerja 4.1.3.1. Jumlah Paket Pekerjaan Yang Dikerjakan Dalam Tujuh Tahun Terakhir Untuk paket pekerjaan yang dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 sebesar 15,63 % mengerjakan satu proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 68,75 % mengerjakan tiga proyek dalam tujuh tahun terakhir, 6,25 % mengerjakan lima proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 6,25 % mengerjakan tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sedangkan sisanya sebanyak 3,13 % mengerjakan lebih dari tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir. Untuk perusahan jasa konstruksi Gred 3 adalah sebesar 5 % mengerjakan tiga proyek dalam tujuh tahun terakhir, 5 % mengerjakan lima proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 5 % mengerjakan tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sedangkan sisanya sebanyak 85 % mengerjakan lebih dari tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir.

94

d. 9 proyek 6,25%

e. > 9 proyek 3,13% a. 3 proyek 15,63%

c. 7 proyek 6,25%

b. 5 proyek 68,75%

Gambar 4.28 Jumlah Paket Yang Dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir oleh Gred 2

a . 3 pr oye k 0,00%

b. 5 pr oye k 5,00% c . 7 pr oye k 5,00% d. 9 pr oye k 5,00%

e . >9 pr oye k 85,00%

Gambar 4.29 Jumlah Paket Yang Dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir oleh Gred 3
a. 3 proyek 16,00% b. 5 proyek 8,00% e. > 9 proyek 52,00% d. 9 proyek 12,00%

c. 7 proyek 12,00%

Gambar 4.30 Jumlah Paket Yang Dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir oleh Gred 4

95

Sedangkan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 4 sebesar 16 % mengerjakan satu proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 8 % mengerjakan tiga proyek dalam tujuh tahun terakhir, 12 % mengerjakan lima proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 12 % mengerjakan tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sedangkan sisanya sebanyak 52 % mengerjakan lebih dari tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 49,48 % dari 97 pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil yang dijadikan sampel menyatakan dalam tujuh tahun terakhir mengerjakan paket pekerjaan lebih dari sembilan peket pekerjaan sehingga hal ini sudah memenuhi peraturan lembaga LPJK No.11a Tahun 2008 yang mensyaratkan bahwa untuk pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil jumlah paket pekerjaan yang harus dikerjakan minimal tiga proyek dalam tujuh tahun terakhir. Ini menunjukakan bahwa pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil sudah mampu bersaing dan mempunyai kinerja yang baik dalam penyelenggaran jasa konstruksi. 4.1.3.2. Pengguna Jasa Yang Sering Memakai Jasa Perusahaan Pengguna Jasa Yang Sering Memakai Jasa Perusahaan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 sebanyak 100 % pengguna jasa yang menggunkan jasa perusahaan adalah pemerintah. Untuk perusahan jasa konstruksi Gred 3 adalah sebesar 5 % yang sering menggunakan jasa perusahaan adalah pihak swasta sedangkan sisanya sebanyak 95 % yang sering memakai jasa perusahaan adalah pihak pemerintah, sedangkan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 4 sebesar 100 % yang sering menggunakan jasa perusahaan adalah pihak pemerintah.

96

a. Pero rang an 0 ,0 0 %

b . Perus ahaan s was ta (lo kal/as ing ) 0 ,0 0 %

c. Pemerintah 10 0 ,0 0 %

Gambar 4.31 Pengguna Jasa Yang Sering MenggunakanJasa Perusahaan Gred 2

a. Perorangan 0,00%

b. Perusahaan swasta (lokal/asing) 5,00%

c. Pemerintah 95,00%

Gambar 4.32 Pengguna Jasa Yang Sering MenggunakanJasa Perusahaan Gred 3

b. Perusahaan swast a (lokal/asing) 0,00%

a. P erorangan 0,00%

c. Pemerint ah 100,00%

Gambar 4.33 Pengguna Jasa Yang Sering MenggunakanJasa Perusahaan Gred 4

97

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 97,94 % dari 97 pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil yang dijadikan sampel menyatakan pengguna jasa yang paling sering menggunakan jasa adalah pemerintah. Hal ini tidak dipersyaratkan dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tetapi ini menunjukan bahwa pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil dalam mendapatkan pekerjaan masih sangat tergantung dari proyek pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Jembrana, yang sudah tentu jumlah proyek sangat tergantung dari kemampuan keuangan daerah. 4.1.3.3. Lama Pengalaman Perusahaan Di Bidang Konstruksi Untuk lama pengalaman perusahaan di bidang konstruksi dapat dijelaskan bahwa 75 % perusahaan jasa konstruksi Gred 2 memiliki pengalaman 0-5 tahun dan 25 % memiliki pengalaman > 5-10 tahun. Untuk perusahan jasa konstruksi Gred 3 adalah 70 % memiliki pengalaman di bidang konstruksi selama 0-5 tahun, 12,5 % memiliki pengalaman >5-10 tahun, 12,5 % memiliki pengalaman di bidang konstruksi >10-15 tahun dan 5 % memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun

b. > 5 10 tahun 25,00%

c. > 10 15 tahun 0,00%

d. > 15 tahun 0,00%

a. 0 5 tahun 75,00%

Gambar 4.34 Lama Pengalaman Perusahaan di Bidang Konstruksi untuk Gred 2

98

c. > 10 15 tahun 12,50% b. > 5 10 tahun 12,50%

d. > 15 tahun 5,00%

a. 0 5 tahun 70,00%

Gambar 4.35 Lama Pengalaman Perusahaan di Bidang Konstruksi untuk Gred 3

d. > 15 tahun 28,00%

a. 0 5 tahun 8,00%

b. > 5 10 tahun 40,00% c. > 10 15 tahun 24,00%

Gambar 4.36 Lama Pengalaman Perusahaan di Bidang Konstruksi untuk Gred 4 sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 8 % memiliki pengalaman di bidang konstruksi selama 0-5 tahun, 40 % memiliki pengalaman di bidang konstruksi selama >5-10 tahun, 24 % memiliki pengalaman di bidang konstruksi selama > 10-15 tahun sedangkan sisanya 28 % menyatakan memiliki pengalaman selama > 15 tahun. Dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan.

99

4.1.3.4. Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani

c. Nasional 0,00%

b. Prov. Bali 0,00%

a. Kab. Jembrana 100,00%

Gambar 4.37 Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani oleh Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 2

b. Prov. Bali 0,00%

c. Nasional 0,00%

a. Kab. Jembrana 100,00%

Gambar 4.38 Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani oleh Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 3

b. Prov. Bali 0,00%

c. Nasional 0,00%

a. Kab. Jembrana 100,00%

Gambar 4.39 Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani oleh Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 4

100

Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa semua perusahaan jasa konstruksi (Gred 2, Gred 3 dan Gred 4) mengambil pekerjaan yang berlokasi di Kabupaten Jembrana khususnya dan Provinsi Bali pada umumnya. Dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi hal ini menunjukan bahwa pengusaha jasa konstruski kualifikasi kecil tidak mampu dan atau tidak mau bersaing keluar dari Kabupaten Jembrana. 4.1.3.6 Sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering dikerjakan Untuk perusahan Jasa Kosntruksi Gred 2 sebanyak 25% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang perumahan, sebanyak 18,75% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang gedung, sebanyak 3,13% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jembatan, sebanyak 21,88% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jalan, sebanyak 12,50% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang landscape/pertamanan serta sebanyak 18,75% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang pengairan/irigasi.

f . Pengair an/ Ir igasi 18,75% e. Landscape/ Per tamana n 12,50% d. Jalan 21,88%

a. Per umahan 25,00%

b. Gedung c. Jembatan 3,13% 18,75%

Gambar 4.40 Sub Bidang Layanan Yang Paling Sering Ditangani oleh Gred 2

101

f. Pengairan/Irigasi e. 17,50% Landscape/Perta manan 2,50% d. Jalan 22,50% c. Jembatan 2,50%

a. Perumahan 5,00%

b. Gedung 50,00%

Gambar 4.41 Sub Bidang Layanan Yang Paling Sering Ditangani oleh Gred 3 Untuk Gred 3 sebanyak 5% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang perumahan, sebanyak 50% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang gedung, sebanyak 2,5% menyatakan

paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jembatan, sebanyak 22,50% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jalan, sebanyak 2,50% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang landscape/pertamanan serta sebanyak 17,50% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang pengairan/irigasi.
f. Pengairan/Irigasi 8,00% a. Perumahan 8,00% b. Gedung 32,00%

e. Landscape/Pertamanan 8,00%

d. Jalan 32,00%

c. Jembatan 12,00%

Gambar 4.42 Sub Bidang Layanan Yang Paling Sering Ditangani oleh Gred 4

102

Untuk Gred 4 sebanyak 8% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang perumahan, sebanyak 32% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang gedung, sebanyak 12% menyatakan

paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jembatan, sebanyak 32% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jalan, sebanyak 8% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang landscape/pertamanan serta sebanyak 8% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang pengairan/irigasi. Dari uraian diatas maka dari 97 perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil paling banyak menyatakan sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering dikerjakan adalah sub bidang pekerjaan gedung yaitu sebanyak 35,05 % sedangkan sub bidang terbanyak berikutnya adalah sub bidang jalan sebanyak 24,74 %. Ini dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan . 4.1.3.7. Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh Pekerjaan Untuk sistem lelang/pengadaan yang diikuti dalam memperoleh pekerjaan Dari gambar diatas dapat dijelaskan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 2 sebesar 3,13 % memperoleh pekerjaan dengan sistem penunjukan langsung, sebanyak 3,13 % memperoleh pekerjaan dengan sistem pemilihan langsung, 3,13 % memperoleh pekerjaan dengan sistem pelelangan terbatas sedangkan sisanya sebanyak 90,63 % memperoleh pekerjaan dengan mengikuti pelelangan umum. Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 3 sebanyak 20 % memperoleh pekerjaan

103

dengan mengikuti pelelangan dengan cara penunjukan langsung sedangkan sebanyak 80 % memperoleh pekerjaan dengan mengikuti pelelangan terbatas.
b. Pemilihan Langsung 3,13%

a. Penunjukan Langsung 3,13%

c. Pelelangan T erbat as 3,13%

d. Pelelangan Umum 90,63%

Gambar 4.43 Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 2
d. Pelelangan Umum 0,00% a. Penunjukan Langsung 20,00% b. Pemilihan Langsung 0,00%

c. Pelelangan T erbatas 80,00%

Gambar 4.44 Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 3
b. P emilihan Langsung c. P elelangan 0,00% T erbat as 8,00%

a. P enunjukan Langsung 0,00%

d. P elelangan Umum 92,00%

Gambar 4.45 Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 4

104

Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 8 % mengikuti pelelangan terbatas dalam memperoleh pekerjaan dan sisanya sebanyak 92 % memperoleh pekerjaan dengan sistem pelelangan umum. Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tidak mensyaratkan hal ini. 4.1.3.8. Lingkup Wilayah Pengadaan/Lelang Yang Diikuti Untuk lingkup wilayah pengadaan/lelang yang diikuti dalam memperoleh pekerjaan oleh masing-masing gred dapat digambarkan sebagai berikut :

c. Nasional 0,00%

b. Prov. Bali 0,00%

a. Kab. Jembrana 100,00%

Gambar 4.46 Lingkup Pelelangan/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 2

b. Prov. Bali 0,00%

c. Nasional 0,00%

a. Kab. Jembrana 100,00%

Gambar 4.47 Lingkup Pelelangan/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 3

105

b. Prov. Bali 0,00%

c. Nasional 0,00%

a. Kab. Jembrana 100,00%

Gambar 4.48 Lingkup Pelelangan/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 4 Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa semua perusahaan jasa konstruksi (Gred 2, Gred 3 dan Gred 4) lingkup pelelangan/pengadaan yang diikuti dalam memperoleh pekerjaan adalah di Kabupaten Jembrana. Dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi hal ini menunjukan bahwa pengusaha jasa konstruski kualifikasi kecil tidak mampu dan atau tidak mau bersaing keluar dari Kabupaten Jembrana. 4.1.4. Karakteristik Peralatan Yang Dimiliki 4.1.4.1. Status Peralatan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Untuk Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh Dari gambar diatas dapat dijelaskan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 2 sebanyak 78,13 % status peralatan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan merupakan sewa/kontrak dan sebesar 21,88 % menggunkan peralatan milik sendiri dalam pelaksanaan pekerjaan.

106

Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 3 sebanyak 80 % peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan merupakan peralatan dengan status sewa/kontrak sedangkan sebesar 20 % menggunkan peralatan milik sendiri dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. Milik Sendiri 21,88%

a. Sewa/Kontrak 78,13%

Gambar 4.49 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 2

b. Milik Sendiri 20,00%

a. Sewa/Kontrak 80,00%

Gambar 4.50 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 3

107

b. Milik Sendiri 44,00% a. Sewa/Kontrak 56,00%

Gambar 4.51 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 4 Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 56 % melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan peralatan sewa/kontrak dan sisanya sebanyak 44 % menggunakan peralatan milik sendiri. Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi hal ini menunjukan bahwa pengusaha jasa konstruski kualifikasi kecil lebih memilih untuk menyewa alat dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi. Hal ini tentunya akan lebih efisien dalam penghitungan biaya pelaksanaan konstruksi 4.1.4.2. Jumlah Peralatan Kerja Yang Dimiliki Saat Ini Untuk jumlah peralatan kerja yang dimiliki saat ini oleh perusahaan jasa konstruksi gred 2 adalah sebesar 84,38 % memiliki peralatan kurang dari lima jenis peralatan dalam melaksanakan pekerjaan dan sebanyak 15,63 % memiliki peralatan antara lima sampai sepuluh jenis peralatan dalam pelaksanaan pekerjaan.

108

Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 3 yaitu sebesar 80 % memiliki peralatan kurang dari lima jenis peralatan dalam melaksanakan pekerjaan dan sebanyak 20 % memiliki peralatan antara lima sampai sepuluh jenis peralatan dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. > 5 10 jenis 15,63%

c. > 10 15 jenis 0,00%

d. > 15 jenis 0,00%

a. < 5 jenis 84,38%

Gambar 4.52 Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 2
c. > 10 15 jenis 0,00% b. > 5 10 jenis 20,00%

d. > 15 jenis 0,00%

a. < 5 jenis 80,00%

Gambar 4.53 Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 3

109

c. > 10 15 jenis 0,00% b. > 5 10 jenis 32,00%

d. > 15 jenis 0,00%

a. < 5 jenis 68,00%

Gambar 4.54 Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 4 Sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 adalah sebesar 68 % memiliki peralatan kurang dari lima jenis peralatan dalam melaksanakan pekerjaan dan sebanyak 32 % memiliki peralatan antara lima sampai sepuluh jenis peralatan dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hanya dipersyaratkan bahwa Badan Usaha dengan kualifikasi Gred 2, Gred 3, dan Gred 4 dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan kriteria risiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil. Yang dimaksud dengan kriteria risiko kecil adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dan pemanfaatan bangunan-konstruksinya

tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda. Berteknologi sederhana dimaksudkan adalah pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli. 4.1.4.3. Umur Peralatan Yang Digunakan Saat Ini Untuk umur peralatan kerja yang dimiliki saat ini oleh Dari gambar diatas dapat dijelaskan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 2 sebanyak 18,75 %

110

peralatan yang dimiliki berumur kurang dari tiga tahun, sebesar 75 % menyatakan memiliki peralatan dengan umur antara tiga samapai lima tahun dan 6,25 % memiliki peralatan dengan umur lebih dari lima tahun. Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 3 yaitu sebesar 10 % menyatakan peralatan yang dimiliki berumur kurang dari tiga tahun, dan sisanya sebesar 90 % menyatakan memiliki peralatan dengan umur antara tiga sampai lima tahun.

c. > 5 tahun 6,25%

a. < 3 tahun 18,75%

b. 3 5 tahun 75,00%

Gambar 4.55 Umur peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 2
c. > 5 tahun a. < 3 t ahun 0,00% 10,00%

b. 3 5 t ahun 90,00%

Gambar 4.56 Umur peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 3

111

c. > 5 tahun 20,00%

a. < 3 tahun 8,00%

b. 3 5 tahun 72,00%

Gambar 4.57 Umur peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 4 Sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 adalah sebanyak 8 % peralatan yang dimiliki berumur kurang dari tiga tahun, sebesar 72 % menyatakan memiliki peralatan dengan umur antara tiga sampai lima tahun dan sebanyak 20 % memiliki peralatan dengan umur lebih dari lima tahun. Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi tentunya semakin baru peralatan yang dimiliki akan memberikan pengaruh baik terhadap hasil pelaksanaan jasa konstruksi. 4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil 4.2.1 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil Pada pembahasan ini dilakukan analisis data terhadap hasil tabulasi data dari jawaban 40 responden terhadap kuesioner kinerja.

112

Sebelum data yang terkumpul bisa diproses lebih lanjut maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji realibilitas terhadap instrument penelitian. Menurut Nugroho (2005) menilai kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel. Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas No Item Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Nilai r hitung 0,457 0,612 0,683 0,463 0,552 0,538 0,660 0,714 0,780 0,881 0,768 0,726 0,533 0,432 0,397 0,596 0,397 0,496 0,719 0,561 0,553 0,886 0,815 0,487 Nilai r tabel 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

113 Lanjutan Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas

0,484 26 0,629 27 0,602 28 0,629 29 0,694 30 0,685 31 0,818 32 0,871 33 0,751 Sumber : Hasil Analisis

25

0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai koefisien korelasi (Corrected Item-Total Correlation) atau product moment (r) pada uji validitas yang dilakukan menggunakan bantuan program SPSS. Nilai koefisien korelasi (Corrected ItemTotal Correlation) atau product moment (r) yang didapat kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji dua sisi dan jumlah data (n) = 40, maka didapat nilai tabel yang besarnya 0,312. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi yang dihasilkan lebih besar dari nilai r hitung sehingga dapat disimpulkan semua item pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid dan dapat dilanjutkan dengan melakukan uji reliabilitas. Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:72) suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > 0,6 sedangkan menurut Sekaran (1992) dalam Dwi Priyatno (2008:26) dikatakan reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner yang dilakukan dengan bantuan program SPSS didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini :

114

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Jumlah ItemPertanyaan 33 Sumber : Hasil Analisis Nilai Cronbach's alpha hitung 0,856 Nilai Cronbach's alpha Minimal 0,60

Keterangan Reliabel

Dari tabel diatas dapat diketahui besarnya koefisien Cronbachs Alpha (koefisien hitung reliabilitas alpha) besarnya diatas nilai Cronbachs Alpha minimum yang ditentukan yaitu 0,60 sehingga dapat dinyatakan bahwa semua item pertanyaan yang berjumlah 33 adalah reliabel. Setelah semua item pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel maka dilanjutkan dengan melakukan analisis faktor sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut persepsi pengguna jasa pada perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil (Gred 1, 2, 3 dan 4) yang ada di Kabupaten Jembrana sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang paling mempengaruhi kinerja perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil yang ada di Kabupaten Jembrana.. Mengacu dari tujuan serta landasan teori yang dijadikan dasar maka diketahui ada 33 variabel penelitian. Secara rinci ke 33 variabel yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1 2 3 4 Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan Besar kecilnya modal dalam perusahaan Adanya pinjaman dari bank

115

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi Usia tenaga kerja yang dipekerjakan Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli Cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. Penggunaan internet Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam pelaksanaan proyek Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender. Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan Mensub kontrakkan sebagaian pekerjaan Besarnya struktur organisasi dalam perusahaan Panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan

116

27 28 29 30 31 32 33

Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Stabilitas keamanan Kepastian hukum Sikap pimpinan kepada staf Motivasi pimpinan terhadap staf Penghargaan terhadap staf yang berprestasi

Tahap pertama yang dilakukan dalam melakukan analisis faktor adalah pembuatan matrix korelasi yang akan digunakan memilih variabel-variabel yang layak dimasukkan untuk analisis faktor sedangkan variabel yang tidak layak harus dikeluarkan dan tidak disertakan dalam proses selanjutnya. Untuk keperluan pembuatan matrix korelasi maka digunakan KMO and Barletts test dan Anti Image Correlation. MSA adalah ukuran dari matrix korelasi dari masing-masing variabel individual untuk mengevaluasi kecukupan menerapkan faktor analisis. Jika nilai KMO MSA (Kaiser-Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy) lebih besar dari 0,5 serta nilai Sig. < 0,05, berarti korelasi antar variabel adalah cukup kuat sehingga proses analisis faktor dapat dilanjutkan untuk kelompok variabel tersebut (Hair dkk, 1998). Dari hasil pengolahan data dengan SPSS for Windows versi 17 dapat ditampilkan tabel 4.3 yang memuat KMO and Bartlett's Measure of Sampling Adequancy (MSA).

117

Tabel 4.3 Hasil Tes KMO and Bartlett's Test Tahap I


KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square df Sig.

.617 1343.585 528 .000

Sumber : Hasil Analisis Pada tabel 4.3 di atas terlihat Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett's Measure of Sampting Adequacy (MSA) besarnya adalah 0,617 dan nilai Sig. = 0,000. Dari hasil tersebut memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunakan. Oleh karena nilai KMO hasil pengolahan : 0,617 > 0,5, dan nilai Sig. < 0,05 maka kumpulan 33 variabel penelitian tersebut dapat diproses lebih lanjut. Proses selanjutnya adalah dilakukan analisis faktor dengan Anti Image Matrices. Anti Image Matrices digunakan untuk menentukan yang mana variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan. Kriteria penentuan Anti Image Matrices adalah angka korelasi yang terdapat pada Anti Image Correlation yaitu matrix dari korelasi parsial diantara variabel setelah dilakukan analisis faktor yang menggambarkan tingkat seberapa jauh faktor tersebut menjelaskan hasil dari analisa faktor. Bila angka Anti Image Correlation suatu variabel lebih besar dari 0,5, maka variabel tersebut dapat dianalisis lanjut. Jika angka Anti Image Correlation suatu variabel lebih kecil atau sama dengan 0,5 maka variabel tersebut harus dikeluarkan dan tidak diikutkan pada analisis lanjut. Dari hasil pengolahan data dapat disajikan tabel 4.4 yang memuat Anti Image Correlation sebagai berikut :

118

Tabel 4.4 Nilai Anti Image Correlation Tahap I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Variabel Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan (X1) Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2) Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3) Adanya pinjaman dari bank (X4) Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan (X5) Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan (X6) Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan (X7) Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan (X8) Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi (X9) Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (X10) Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli (X11) Cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan (X12) Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan (X13) Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. (X14) Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. (X15) Penggunaan internet (X16) Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam pelaksanaan proyek (X17) Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan (X18) MSA 0,891 0,807 0,634 0,523 0,635 0,842 0,594 0,667 0,663 0,560 0,582 0,355 0,806 0,547 0,770 0,584 0,541 0,561 Keterangan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan

119

Lanjutan Tabel 4.4 Nilai Anti Image Correlation Tahap I 19 Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender.(X19) Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan (X20) Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.(X21) Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan (X22) Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan (X23) Mensub kontrakkan sebagaian pekerjaan (X24) Besarnya struktur organisasi dalam perusahaan (X25) Panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan (X26) Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan (X27) Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah (X28) Stabilitas keamanan (X29) Kepastian hukum (X30) 0,880 Digunakan

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

0,647 0,830 0,652 0,657 0,205 0,199 0,224 0,520 0,413 0,702 0,579 0,829 0,597 0,431

Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Tidak Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan

Tabel 4.4 kepada staf (X31) 31 Lanjutan Sikap pimpinan 32 33 Motivasi pimpinan terhadap staf (32) Penghargaan terhadap berprestasi (X33) staf yang

Sumber : Hasil Analisis Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa ada enam variabel yang memiliki Nilai Anti Image Correlation lebih kecil dari syarat yang ditentukan yaitu sebesar 0,5 yaitu variabel cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan (X12), mensub kontrakkan sebagaian pekerjaan (X24), besarnya struktur organisasi dalam

120

perusahaan (X25), panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan (X26), kebijakan yang dikeluarkan pemerintah (X28) dan penghargaan terhadap staf yang berprestasi (X33), sedangkan variabel lainnya memiliki Nilai Anti Image Correlation > 0,5 dan memenuhi syarat untuk analisis lebih lanjut. Pada analisis faktor tahap II, ke enam variabel tersebut dikeluarkan atau tidak diikutsertakan dalam proses analisis karena memiliki nilai Anti Image Correlation kurang dari 0,5 yang berarti bahwa variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut atau dikeluarkan. Dari hasil pengolahan analisis faktor tahap II dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 17 dapat ditampilkan tabel 4.5 yang memuat O and rtlett's Measure of Sampling Adequancy (MSA) sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil tes KMO dan Barletts tahap II

KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square df Sig. .861 1042.018 351 .000

Sumber : Hasil Analisis Pada tabel 4.5 di atas terlihat Nilai Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett's Measure of Sampting Adequacy (MSA) adalah sebesar 0,861 dan nilai Sig. = 0,000. Oleh karena nilai Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett's Measure of Sampting Adequacy (MSA) hasil pengolahan tahap II lebih besar dari 0,05 dan nilai Sig. < 0,05 yang

121

berarti bahwa variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut maka kumpulan 33 variabel penelitian tersebut dapat diproses lebih lanjut. Proses selanjutnya dilakukan analisis faktor dengan Anti Image Matrices. Anti Image Matrices digunakan untuk menentukan yang mana variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan. Kriteria penentuan Anti Image Matrices adalah angka korelasi yang terdapat pada Anti Image Correlation yaitu matrix dari korelasi parsial diantara variabel setelah dilakukan analisis faktor yang menggambarkan tingkat seberapa jauh faktor tersebut menjelaskan hasil dari analisa faktor. Bila angka Anti Image Correlation suatu variabel lebih besar dari 0,5, maka variabel tersebut dapat dianalisis lanjut. Jika angka Anti Image Correlation suatu variabel lebih kecil atau sama dengan 0,5 maka variabel tersebut harus dikeluarkan dan tidak diikutkan pada analisis lanjut. Dari hasil analisis faktor tahap II dengan Anti Image Matrices dapat disajikan tabel 4.6 yang memuat Anti Image Correlation sebagai berikut : Tabel 4.6 Nilai Anti Image Correlation Tahap II No 1 2 3 4 5 6 7 Variabel Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan (X1) Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2) Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3) Adanya pinjaman dari bank (X4) Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan (X5) Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan (X6) Penempatan sesuai dengan kualifikasi MSA 0,857 0,927 0,932 0,913 0,933 0,853 0,941 Keterangan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan

122 Lanjutan tabel 4.6 Nilai Anti Image Correlation Tahap II pendidikan (X7) Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan (X8) Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi (X9) Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (X10) Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli (X11) Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan (X13) Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. (X14) Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. (X15) Penggunaan internet (X16) Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam pelaksanaan proyek (X17) Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan (X18) Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender.(X19) Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan (X20) Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.(X21) Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan (X22) Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan (X23) Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan (X27) Stabilitas keamanan (X29)

8 9 10 11 13 14 15 16 17 18 19

0,871 0,891 0,778 0,889 0,840 0,834 0,858 0,613 0,743 0,870 0,928

Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan

20 21 22 23 27 29

0,781 0,867 0,893 0,804 0,751 0,850

Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan

123 Lanjutan tabel 4.6 Nilai Anti Image Correlation Tahap II

30 31 32

Kepastian hukum (X30) Sikap pimpinan kepada staf (X31) Motivasi pimpinan terhadap staf (32)

0,825 0,906 0,864

Digunakan Digunakan Digunakan

Sumber : Hasil Analisis Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai Anti Image Correlation lebih besar dari 0,5 sehingga seluruh variabel tersebut memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut untuk mencari nilai Communalities dari 33 variabel dengan metode Pricipal Component Anaysis menggunakan bantuan program SPSS versi 17. 4.2.2 Kommunalitas (Communalities) Komunalitas pada dasarnya adalah jumlah varian (%) dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh kelompok faktor yang ada , berarti bahwa nilai tersebut menunjukkan seberapa baik tiap-tiap variabel yang diwakili oleh setiap kelompok faktor yang terbentuk (Santoso,2004). Semakin besar nilai komunalitas sebuah variabel maka semakin erat hubungannya dengan kelompok faktor yang terbentuk. Tabel 4.7 Nilai Komunalitas No 1 2 3 4 5 Variabel Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan (X1) Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2) Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3) Adanya pinjaman dari bank (X4) Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan Komunalitas 0,852 0,913 0,788 0,649 0,721

124 Lanjutan tabel 4.7 Nilai Komunalitas (X5) Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan (X6) Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan (X7) Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan (X8) Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi (X9) Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (X10) Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli (X11) Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan (X13) Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. (X14) Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. (X15) Penggunaan internet (X16) Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam pelaksanaan proyek (X17) Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan (X18) Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender.(X19) Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan (X20) Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.(X21) Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan (X22) Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan (X23) Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan (X27) Stabilitas keamanan (X29) Kepastian hukum (X30) Sikap pimpinan kepada staf (X31)

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

0,754 0,700 0,788 0,603 0,741 0,754 0,730 0,788 0,595 0,816 0,739 0,875 0,864 0,759 0,662 0,600 0,836 0,573 0,693 0,736 0,711

125 Lanjutan tabel 4.7 Nilai Komunalitas 27 Motivasi pimpinan terhadap staf (X32)

0,697

Sumber : Hasil Analisis Dari tabel 4.7 dapat dilihat nilai kommunalitas terbesar adalah untuk variabel modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2) adalah sebesar 0,913. Ini berarti bahwa sekitar 91,3 % varian dari variabel modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk demikian halnya untuk nilai varian dari variabel yang lain. Sedangkan nilai kommunalitas terkecil adalah untuk variabel penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan (X27) adalah sebesar 0,573 4.2.3 Ekstraksi Jumlah Faktor Ekstraksi faktor digunakan untuk menentukan jumlah kelompok faktor yang terbentuk. Ekstraksi faktor dalam penelitian ini menggunakan metode PCA (Principal Componen Analysis). Dari hasil analisis diperoleh empat kelompok faktor yang terbentuk dengan eigen value diatas satu. Hasil ekstraksi selangkapnya tersaji pada tabel 4.8 berikut Tabel 4.8 Hasil Ekstraksi Faktor
Nilai Eigen Keragaman Total (%) Keragaman Total Komulatif (%) Keterangan

Kelompok Faktor

1 2 3 4

15,404 1,901 1,461 1,171

57,052 7,040 5,409 4,338

57,052 64,092 69,502 73,839

Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan

Sumber : Hasil Analisis

126

4.2.4 Matrix Komponen (Component Matrix) Penelitian ini menggunakan rotasi varimax, yaitu metode yang bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga akan menghasilkan matriks yang lebih sederhana untuk mempermudah interpretasi dengan meminimalkan variabel yang dimiliki loading factor tinggi terhadap faktornya. Setelah jumlah faktor terbentuk maka dilanjutkan dengan proses penetapan variabel. Interpretasi dilakukan dengan melihat factor loading (korelasi) suatu variabel dengan faktornya. Loading faktor dapat menjelaskan seberapa besar bisa mengukur faktor yang terbentuk dari tiap- tiap kelompok faktor. Batasan factor loading lebih besar dari 0,5 (Santoso, 2004). Bila faktor loading sebuah variabel lebih kecil dari 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan dari model. Semakin besar nilai loading faktor yang dibentuk maka semakin tinggi ranking variabel tersebut didalam faktor tersebut. Adapun variabel yang tidak dimasukkan pada salah satu kelompok faktor, ini disebabkan tidak ditemukannya perbedaan secara nyata kedalam faktor variabel tergabung walaupun setelah mengalami rotasi ulang yaitu variabel Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan (X5) dan variabel adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi (X9) karena tidak ada yang lebih besar dari cut off point > 0,55 ( santoso, 2004), sehingga variabel ini tidak diperhitungkan dan dikeluarkan dari kelompok yang terbentuk. Hasil loading faktor selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.

127

Tabel 4.9 Hasil Loading Faktor Kinerja Kelompok Faktor Variabel Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2) Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan (X7) Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan (X8) Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan (X20) Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.(X21) Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan (X22) Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan (X23) Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan (X1) Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3) Adanya pinjaman dari bank (X4) Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli (X11) Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan (X13) Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam pelaksanaan proyek (X17) Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan (X18) Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender.(X19) Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan (X6) Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (X10) Penggunaan internet (X16) Stabilitas keamanan (X29) Kepastian hukum (X30) Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. (X14) Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. (X15) Loading Factor 0,604 0,677 0,605 0,836 0,685 0,618 0,715 0,616 0,601 0,557 0,533 0,509 0,813 0,771 0,644 0,501 0,781 0,875 0,558 0,623 0,634 0,652

II

III

IV

128 Lanjutan Tabel 4.9 Hasil Loading Faktor Kinerja Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan (X27) Sikap pimpinan kepada staf (X31) Motivasi pimpinan terhadap staf (X32) Sumber : Hasil Analisis

0,578 0,789 0,675

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dengan dua kali proses rotasi , dari 27 variabel yang memiliki angka pembatas cut off point > 0,55 sebanyak 25

variabel yang terbentuk dan menghasilkan empat faktor baru yang direduksi terhadap ke 33 variabel awal. Adapun ke empat faktor baru tersebut yaitu : 1) Faktor 1, terdiri dari variabel Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2), variabel Penempatan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan (X7), variabel Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan (X8), variabel Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan (X20), variabel Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.(X21), variabel Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan (X22) dan variabel Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan (X23). Faktor ini diberi nama sumber daya manusia dan keuangan. 2) Faktor 2 terdiri dari variabel Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan (X1), variabel Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3), variabel Adanya pinjaman dari bank (X4), variabel Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli (X11), variabel Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan (X13), variabel Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam pelaksanaan proyek (X17), variabel Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan (X18) dan variabel Ketersediaan

129

material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender.(X19). Faktor ini diberi nama faktor administrasi. 3) Faktor 3 terdiri dari perusahaan variabel Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam

(X6), variabel Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (X10),

variabel Penggunaan internet (X16), variabel Stabilitas keamanan (X29) dan variabel Kepastian hukum (X30). Faktor ini diberi nama faktor keamanan. 4) Faktor 4 terdiri dari variabel Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. (X14), variabel Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. (X15), variabel Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan (X27), variabel Sikap pimpinan kepada staf (X31) dan variabel Motivasi pimpinan terhadap staf (X32). Faktor ini diberi nama Faktor Kepemimpinan Dari empat faktor baru yang terbentuk dengan nilai total varians kumulatif sebesar 73,839 %, faktor utama yang mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada kelompok I ( faktor sumber daya manusia dan keuangan) dengan nilai eigen sebesar 15,404 dan nilai keragaman total sebesar 57,052 %, yang terdiri dari variabel : a. Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan Kontraktor menempatkan modal keuangan sebagai salah satu faktor yang mentukan kinerja. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil sangat tergantung dengan modal yang dimiliki dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. b. Penempatan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan.

130

Kinerja perusahaan ditentukan juga oleh penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Penepatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kaulifikasi bisa mempengaruhi kinerja perusahaan. c. Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan. Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja juga sangat menentukan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaaan akan sangat terbantu dengan penempatan tenaga kerja yang berpengalaman serta memiliki keterampilan. d. Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan. Semakin sering melakukan koordinasi dengan pihak pengguna jasa maka kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat ditekan sehingga tentunya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. e. Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Data yang lengkap dan akurat mengenai keadaan sebenarnya di lapangan sangat menetukan dalam penentuan metode kerja yang akan dipakai adala melaksanakan pekerjaan. f. Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan. Untuk meningkatkan kinerja perlu juga diperhatikan keselamatan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam bekerja yang tentunya akan mampu meningkatkan kinerja. g. Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan Kelengkapan gambar disain dalam pelaksanaan pekerjaan akan sangat menentukan hasil akhir dari pekerjaan itus sendiri, sehingga semakin lengkap

131

dan detail gambar pelaksanaan maka akan semakin memberikan hasil yang memuaskan. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap kinerja kontraktor yaitu ada pada kelompok II (faktor administrasi) dengan nilai eigen sebesar 1,901 dan nilai keragaman total sebesar 7,040 %, yang terdiri dari variabel variabel Modal

keuangan dalam pengelolaan perusahaan (X1), variabel Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3), variabel Adanya pinjaman dari bank (X4), variabel Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli (X11), variabel Penggunaan

komputer dalam kegiatan operasional perusahaan (X13), variabel Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam pelaksanaan proyek (X17), variabel Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan (X18) dan variabel Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender.(X19). Faktor ketiga yang mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada kelompok III ( faktor keamanan ) dengan nilai eigen sebesar 1,461 dan nilai keragaman total sebesar 5,409 %, yang terdiri dari variabel variabel Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan (X6), variabel Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (X10), variabel Penggunaan internet (X16), variabel Stabilitas keamanan (X29) dan variabel Kepastian hukum (X30). Faktor keempat yang mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada kelompok IV ( faktor kepemimpinan) dengan nilai eigen sebesar 1,171 dan nilai keragaman total sebesar 4,338 % yang terdiri dari variabel variabel Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. (X14), variabel Inovasi dalam

132

merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. (X15), variabel Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan (X27), variabel Sikap pimpinan kepada staf (X31) dan variabel Motivasi pimpinan terhadap staf (X32) 4.3 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil dengan Kinerja Untuk mengetahui korelasi karakteristik pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil dengan kinerja dilakukan analisis korelasi korelasi ganda (R) dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution), dalam melakukan analisis korelasi maka harus ditentukan terlebih dahulu variabel dependent dan variabel independennya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent (X) adalah karakteristik sedangkan yang menjadi variabel dependennya (Y) adalah variabel kinerja. Kedua variabel tersebut kemudian dijabarkan dalam indikator-indikator sebagai berikut : 1. Variabel Penelitian Karakteristik (X) (X1) Sumber Daya Manusia/Personalia (X1.1) Penanggung jawab badan usaha (PJBU) (X1.2) Tingkat Pendidikan penanggungjawab teknik (PJTBU) (X1.3) Sertifikat keahlian tenaga kerja (X1.4) Jumlah tenaga kerja (X1.5) Asal tenaga kerja (X1.6) Status tenaga kerja (X2) Keuangan

133

(X2.1) Nilai paket pekerjaan (X2.2) Total kekayaan bersih (X2.3) Asal modal usaha (X3) Pengalaman (X3.1) Jumlah paket pekerjaan yang pernah diambil (X3.2) Pengguna jasa (X3.3) Lama pengalaman perusahaan (X3.4) Lokasi Pekerjaan (X3.5) Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X3.6) Sistem lelang yang sering diikuti (X3.7) Lingkup wilayah pengadaan (X4) Peralatan (X4.1) Status alat (X4.2) Jumlah alat yang dimiliki (X4.3) Umur/kondisi 2. Variabel Penelitian Kinerja (Y) (Y1) Faktor Keuangan (Y1.1) Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan (Y1.2) Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (Y1.3) Besar kecilnya modal dalam perusahaan (Y1.4) Adanya pinjaman dari bank (Y1.5) Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan (Y2) Faktor Sumber Daya Manusia

134

(Y2.1) Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan (Y2.2) Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan (Y2.3) Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan (Y2.4) Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi (Y2.5) Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (Y2.6) Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli (Y2.7) Cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan (Y3) Faktor Peralatan (Y3.1) Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan (Y3.2) Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. (Y3.3) Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti

bahan/material. (Y3.4) Penggunaan internet (Y4) Faktor Material (Y4.1) Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam pelaksanaan proyek (Y4.2) Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan (Y4.3) Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender. (Y5) Faktor Metode Kerja (Y5.1) Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan (Y5.2) Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan

135

(Y5.3) Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan (Y5.4) Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan (Y5.5) Mensub kontrakkan sebagaian pekerjaan (Y5.6) Besarnya struktur organisasi dalam perusahaan (Y5.7) Panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan (Y5.8) Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan (Y6) Faktor Politik (Y6.1) Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah (Y6.2) Stabilitas keamanan (Y6.3) Kepastian hokum 4.3.1 Korelasi Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 2 Dengan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 2 Analisis korelasi karakteristik kontraktor kualifikasi gred 2 terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil diperoleh hasil seperti tabel 4.10 berikut ini : Tabel 4.10 Analisa Korelasi Karakteristik Kontraktror Gred 2 terhadap Kualitas Pekerjaan Faktor (X) PJBU (X1) PJTBU (X2) Sertifikat keahlian tenaga kerja (X3) Jumlah tenaga kerja (X4) Asal tenaga kerja (X5) Kualitas (Y) Korelasi 0,839 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,870 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,780 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,780 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,812 Keterangan Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif

136 Lanjutan Tabel 4.10 Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) 0,000 0,759 0,000 0,722 0,000 0,807 0,000 0,591 0,000 0,853 0,000

Status tenaga kerja (X6) Nilai paket pekerjaan (X7) Total kekayaan bersih (X8) Asal modal usaha (X9) Jumlah paket pekerjaan yang pernah diambil (X10) Pengguna jasa (X11) Lama pengalaman perusahaan (X12) Lokasi Pekerjaan (X13) Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14) Sistem lelang yang sering diikuti (X15) Lingkup wilayah pengadaan (X16) Status alat (X17) Jumlah alat yang dimiliki (X18) Umur/kondisi alat (X19) Sumber : Hasil Analisis

Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif

Tidak Ada Nilai Korelasi 0,812 Korelasi positif 0,000 Tidak Ada Nilai Korelasi 0,941 Korelasi positif 0,000 0,469 Korelasi positif 0,007 Tidak Ada Nilai Korelasi 0,807 Korelasi positif 0,000 0,736 Korelasi positif 0,000 0,784 Korelasi positif 0,000

Tabel 4.10 menggambarkan bahwa hasil korelasi karakteristik kontaktor gred 2 terhadap kualitas pekerjaan diperoleh sebagai berikut : 1) Variabel PJBU (X1), PJTBU (X2), Sertifikat keahlian tenaga kerja (X4), Jumlah tenaga kerja (X5), Status tenaga kerja (X6), Nilai paket pekerjaan (X7), Total kekayaan bersih (X8), Asal modal usaha (X9), Jumlah peket pekerjaan yang pernah diambil (X10), Lama pengalaman perusahaan (X12), Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14), Sistem lelang yang sering

137

diikuti (X15), Status alat (X17), Jumlah alat yang dimiliki (X18) dan Umur/kondisi alat (X19) berpengaruh/berkorelasi terhadap kinerja

perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil gred 2. Sedangkan tingkat hubungan yang terjadi adalah positif. Hal ini menggambarkan bahwa ada hubungan searah antara variabel tersebut dengan kinerja perusahaan jasa konstruksi gred 2. Dilihat dari nilai korelasinya, maka variabel sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14) memiliki nilai korelasi paling besar yaitu 0,941. Ini berarti bahwa semakin sering suatu sub bidang dikerjakan maka akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan itu sendiri. Sedangkan nilai korelasi paling kecil dimiliki oleh variabel sistem lelang yang paling sering diikuti (X15) dengan nilai korelasi sebesar 0,469. Ini artinya bahwa sistem lelang juga ikut mempengaruhi kinerja perusahaan walaupun korelasinya masuk kategori sedang. 2) Variabel Pengguna jasa (X11), Lokasi pekerjaan (X13) dan Lingkup wilayah pengadaan (X16) tidak berpengaruh atau tidak berkorelasi terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi gred 2. 4.3.2 Korelasi Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 3 Dengan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 3 Analisis korelasi karakteristik kontraktor kualifikasi gred 3 terhadap kinerja pekerjaan diperoleh hasil seperti tabel 4.11 berikut ini :

138

Tabel 4.11 Analisa Korelasi Karakteristik Kontraktror Gred 3 terhadap Kinerja Faktor (X) PJBU (X1) PJTBU (X2) Sertifikat keahlian tenaga kerja (X3) Jumlah tenaga kerja (X4) Asal tenaga kerja (X5) Status tenaga kerja (X6) Nilai paket pekerjaan (X7) Total kekayaan bersih (X8) Asal modal usaha (X9) Jumlah paket pekerjaan yang pernah diambil (X10) Pengguna jasa (X11) Lama pengalaman perusahaan (X12) Lokasi Pekerjaan (X13) Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14) Sistem lelang yang sering diikuti (X15) Lingkup wilayah pengadaan (X16) Status alat (X17) Jumlah alat yang dimiliki (X18) Umur/kondisi alat (X19) Sumber : Hasil Analisis Kualitas (Y) Korelasi 0,897 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,833 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi 0,752 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,817 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,775 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,840 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,817 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,685 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,739 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,488 Sig.(2 tailed) 0,001 Korelasi 0,731 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi 0,889 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,817 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi 0,685 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,685 Sig.(2 tailed) 0,000 Korelasi 0,666 Sig.(2 tailed) 0,000 Keterangan Korelasi positif Korelasi positif Tidak Ada Nilai Korelasi Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Tidak Ada Nilai Korelasi Korelasi positif Korelasi positif Tidak Ada Nilai Korelasi Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif

139

Tabel 4.11 menggambarkan bahwa hasil korelasi karakteristik kontraktor gred 3 terhadap kinerja perusahaan diperoleh sebagai berikut : 1) Variabel PJBU (X1), PJTBU (X2), Jumlah tenaga kerja (X4), Asal tenaga kerja (X5), Status tenaga kerja (X6), Nilai paket pekerjaan (X7), Total kekayaan bersih (X8), Asal modal usaha (X9), Jumlah paket pekerjaan yang pernah diambil (X10), Pengguna jasa (X11), Lama pengalaman perusahaan (X12), sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14), Sistem lelang yang sering diikuti (X15), Status alat (X17), Jumlah alat yang dimiliki ( X18) dan Umur/kondisi alat (X19) berpengaruh/berkorelasi terhadap kinerja

perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil gred 3. Sedangkan tingkat hubungan yang terjadi adalah positif. Hal ini menggambarkan bahwa ada hubungan searah antara variabel tersebut dengan kinerja perusahaan jasa konstruksi gred 3. Dilihat dari nilai korelasinya, maka variabel penanggungjawab badan usaha (X1) memiliki nilai korelasi paling besar yaitu 0,897. Ini berarti bahwa penanggungjawab badan usaha memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan baik buruknya kinerja perusahaan. Sedangkan nilai korelasi paling kecil dimiliki oleh variabel pengguna jasa (X11) dengan nilai korelasi sebesar 0,488. Ini artinya bahwa pengguna jasa yang menggunakan jasa perusahaan juga ikut mempengaruhi kinerja perusahaan walaupun tingkat korelasinya masuk kategori sedang. 2) Variabel Sertifikat keahlian tenaga kerja (X3), Lokasi pekerjan (X13 dan Lingkup wilayah pengadaan (X16) tidak berpengaruh atau tidak berkorelasi terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi gred 3.

140

4.3.3 Korelasi Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 4 Dengan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 4 Analisis korelasi karakteristik kontraktor kualifikasi gred 4 terhadap kualitas pekerjaan diperoleh hasil seperti tabel 4.12 berikut ini : Tabel 4.12 Analisa Korelasi Karakteristik Kontraktror Gred 4 terhadap Kualitas Pekerjaan Kualitas (Y) Korelasi 0,878 PJBU (X1) Sig.(2 tailed) 0,000 PJTBU (X2) Korelasi 0,680 Sig.(2 tailed) 0,000 Sertifikat keahlian tenaga Korelasi kerja (X3) Sig.(2 tailed) Jumlah tenaga kerja (X4) Korelasi Sig.(2 tailed) Asal tenaga kerja (X5) Korelasi 0,621 Sig.(2 tailed) 0,000 Status tenaga kerja (X6) Korelasi 0,507 Sig.(2 tailed) 0,000 Nilai paket pekerjaan (X7) Korelasi 0,796 Sig.(2 tailed) 0,000 Total kekayaan bersih (X8) Korelasi 0,621 Sig.(2 tailed) 0,000 Asal modal usaha (X9) Korelasi Sig.(2 tailed) Jumlah paket pekerjaan yang Korelasi 0,323 pernah diambil (X10) Sig.(2 tailed) 0,115 Pengguna jasa (X11) Lama pengalaman perusahaan (X12) Lokasi Pekerjaan (X13) Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14) Sistem lelang yang sering diikuti (X15) Lingkup wilayah pengadaan Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Korelasi Faktor (X) Keterangan Korelasi positif Korelasi positif Tidak Ada Nilai Korelasi Tidak Ada Nilai Korelasi Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif Korelasi positif

Tidak Ada Nilai Korelasi Tidak berkorelasi Tidak signifikan > 0,05 0,600 Korelasi positif 0,000 Tidak Ada Nilai Korelasi Tidak Ada Nilai Korelasi 0,577 Korelasi positif 0,003 0,701 Korelasi positif 0,000 Tidak Ada Nilai

141 Lanjutan Tabel 4.12 Sig.(2 tailed) Korelasi Sig.(2 tailed) Jumlah alat yang dimiliki Korelasi (X18) Sig.(2 tailed) Umur/kondisi alat (X19) Korelasi Sig.(2 tailed) Sumber : Hasil Analisis (X16) Status alat (X17) Korelasi Tidak Ada Nilai Korelasi Tidak Ada Nilai Korelasi 0,796 Korelasi positif 0,000

Tabel 4.12 menggambarkan bahwa hasil korelasi karakteristik kontraktor gred 4 terhadap kualitas pekerjaan diperoleh sebagai berikut : 1) Variabel PJBU (X1), PJTBU (X2), Asal tenaga kerja (X5), Status tenaga kerja (X6), Nilai paket pekerjaan (X7), Total kekayaan bersih (X8), Pengguna jasa (X11), Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14), sistem lelang yang sering diikuti (X15) dan Umur/kondisi alat (X19) berpengaruh/berkorelasi terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil gred 4. Sedangkan tingkat hubungan yang terjadi adalah positif. Hal ini menggambarkan bahwa ada hubungan searah antara

variabel tersebut dengan kinerja perusahaan jasa konstruksi gred 4. Dilihat dari nilai korelasinya, maka variabel penanggungjawab badan usaha (X1) memiliki nilai korelasi paling besar yaitu 0,878. Ini berarti bahwa penaggungjawab badan usaha memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan baik buruknya kinerja perusahaan. Sedangkan nilai korelasi paling kecil dimiliki oleh variabel sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14) dengan nilai korelasi sebesar 0,577. Ini artinya bahwa sub bidang yang paling sering dikerjakan juga berpengaruh terhadap kinerja walauapun pengaruhnya tidak terlalu kuat.

142

2) Variabel Sertifikat keahlian tenaga kerja (X3), Jumlah tenaga kerja (X4), Asal modal usaha (X9), Jumlah paket pekerjaan yang pernah diambil (X10), Lama pengalaman perusahaan (X12), Lokasi Pekerjaan (X13), Lingkup wilayah pengadaan (X16), Status alat (X17) dan Jumlah alat yang dimiliki (X18) tidak berpengaruh atau tidak berkorelasi terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi gred 4.

143

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Sebesar 67,01 % tingkat pendidikan penanggungjawab badan usaha adalah tamatan STM, 21,65% adalah sarjana teknik (S1/S2/S3), 2,06 % adalah tamatan diploma teknik, 9,28 % tingkat pendidikan penanggung jawab badan usaha adalah tamatan non teknik, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memenuhi syarat dasar dalam Undang-undang No. 18 tahun 1999 dan Perlem LPJK No. 11a tahun 2008 yang tidak menyebutkan pendidikan minimal bagi penanggungjawab badan usaha tetapi disebutkan bahwa PJBU adalah pimpinan badan usaha yang ditetapkan sebagai penanggungjawab badan usaha. Sebesar 58,76 % pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memiliki penanggungjawab teknik badan usaha adalah tamatan STM, 34,02 % memiliki penanggungjawab teknik badan usaha adalah sarjana teknik (S1/S2/S3), 4,12 % memiliki penanggungjawab teknik badan usaha adalah tamatan diploma teknik sedangkan sebanyak 3,09 % memiliki penanggungjawab teknik badan usaha adalah non teknik. Sebanyak 78,35 % pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memiliki penanggungjawab teknik badan usaha dengan sertifikat keahlian dan

144

keterampilan serta sebanyak 21,65 % memiliki penaggungjawab teknik badan usaha dengan sertifikat keahlian kerja. Sehingga untuk tingkat pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha dan sertifikat yang dimiliki oleh penanggungjawab teknik badan usaha dapat disimpulkan semua pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memenuhi syarat dasar karena didalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tidak disebutkan latar belakang pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha, tetapi hanya diatur bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja. Sedangkan Peraturan Lembaga LPJK No. 11a Tahun 1999 juga tidak mensyaratkan pendidikan minimal bagi penanggungjawab teknik badan usaha, tetapi menyebutkan bahwa PJT (Penanggung Jawab Teknik) adalah tenaga ahli atau tenaga terampil bersertifikat yang ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab dalam hal teknik atas keseluruhan kegiatan Badan Usaha. Sebesar 58,76 % perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil memiliki kekayaan bersih antara Rp.200 juta - Rp. 1 Miliar, sedangkan sisanya sebanyak 41,24 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta Rp. 200 juta. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana sudah memenuhi syarat dasar dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 yang mensyaratkan bahwa Badan Usaha Golongan Kecil memiliki modal kerja setinggi-tingginya Rp. 1 Milyar. Sedangkan PerLem LPJK No.11a Tahun 2008 mensyaratkan bahwa

145

pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memilki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta Rp. 1 miliar. 2. Faktor yang paling mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada kelompok faktor sumber daya manusia dan keuangan. Kelompok faktor tersebut adalah modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan, penempatan tenaga kerja

sesuai dengan kualifikasi pendidikan, pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan, koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan, data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan, pertimbangan keselamatan pekerja dalam

pelaksanaan pekerjaan dan kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan. 3. Pengguna jasa tidak berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruksi untuk gred 2 tetapi berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruksi gred 3 dan gred 4, sedangkan keahlian tenaga kerja tidak berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruksi kualifikasi untuk gred 3 dan gred 4 tetapi berkorelasi dengan kinerja pengusaha konstruksi gred 2. Jumlah tenaga kerja, asal modal usaha, jumlah paket pekerjaan, lama pengalaman perusahaan, status alat serta jumlah alat tidak berkorelasi dengan kinerja perusahaan jasa konstruksi untuk gred 4 tetapi berkorelasi positif dengan gred 2 dan 3. Dilihat dari nilai korelasi untuk gred 2, maka sub bidang yang paling sering dikerjakan memiliki nilai korelasi paling besar yaitu 0,941. Sedangkan nilai korelasi paling kecil dimiliki oleh sistem lelang yang paling sering diikuti dengan nilai korelasi sebesar 0,469. ini berarti bahwa semakin berpengalaman

146

dalam mengerjakan suatu sub bidang maka akan berpengaruh terhadap kinerja. Sedangkan dilihat dari nilai korelasinya untuk gred 3 dan gred 4, maka penanggungjawab badan usaha memiliki nilai korelasi paling besar yaitu 0,897 dan 0,878. Ini berarti bahwa baik buruknya kinerja ditentukan oleh penaggungjawab badan usaha. Sedangkan nilai korelasi paling kecil untuk gred 3 adalah pengguna jasa dengan nilai korelasi sebesar 0,488 dan nilai korelasi paling kecil untuk gred 4 adalah sub bidang yang paling sering dikerjakan dengan nilai korelasi sebesar 0,577. 5.2 Saran Mengacu pada simpulan di atas maka diajukan saran sebagai berikut : 1. Mengingat faktor sumber daya manusia dan keuangan merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja pengusaha konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana maka disarankan untuk melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan baik pemerintah maupun swasta dan selalu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kinerja. 2. Untuk pengambil kebijakan di bidang perbankan disarankan untuk mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan yang memberikan kemudahan bagi para pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil mendapatkan bantuan perbankan.

147

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 2002. Keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional tentang Pedoman Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi Nasional. Jakarta : Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. Anonim. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum. Alwi, Syafarudin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta : BPFE Ariana, I Komang Agus. 2009. Karakteristik Dan Kinerja Konsultan Perencana Konstruksi Di Kota Denpasar Dan Badung Tahun 2008. (tesis). Denpasar : Universitas Udayana Astrawan Putra, I Komang Alit. 2008. Hubungan Karakteristik Dengan Kinerja Kontraktor Di Kota Denpasar. (tesis). Denpasar : Universitas Udayana Dharma, Surya. 2005. Manajemen Kinerja, Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Hadi, Sutrisno. 1986. Metodelogi Research jilid 1, 2. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada. Ismiandewi, Kadek Lisa. 2009. Pengaruh Karakteristik Individu Dan Karakteristik Pekerjaan Serta Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pekerja Dan Kinerja Organisasi Pada Lembaga Swadaya Masyarakat di Bali. (tesis). Denpasar : Universitas Udayana Jakti, Dorodjatun Kuncoro. 2004. Kiat Meraih Peluang di Era Kebangkitan Jasa Konstruksi, Profesionalisme Tulang Punggung Kompetensi dan Daya Saing. Jakarta : PT Tren Pembangunan Kodoatie, Robert J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : PT. Refika Aditama

148

Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Siagian, Sondang P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Soeharto, Imam. 1995. Manajemen Operasional. Jakarta : Erlangga. Proyek, Dari Konseptual Sampai

Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta : LP3ES Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Manajemen. Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi Offset Tjiptono, Fandy. 2003. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta : Andi Offset Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran, Strategi Pemasaran dalam Berbagai Posisi Persaingan. Yogyakarta : Andi Offset. Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Wirawan, Nata. 2001. Statistik 1 edisi 2. Denpasar : Keraras Mas. Yasin, N. 2006. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

149

KUESIONER PENELITIAN KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL (GRED 1, 2, 3 4) DI KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2009.

Kuesioner atau angket ini disusun sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian dalam rangka penyusunan tesis pada program pascasarjana Universitas Udayana. Data atau Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/I berikan semata-mata hanya untuk keperluan akademis dan tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara/i. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaanya untuk memberikan jawaban yang paling sesuai dengan kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i yang ada saat ini. Setiap jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan merupakan bantuan yang tidak ternilai harganya bagi penelitian ini dan saya menjamin kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan Atas waktu serta kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti

150

Petunjuk Pengisian : 1. Untuk pengisian identitas, Bapak/Ibu/Saudara/i cukup mengisi titik-titik. 2. Untuk menjawab pertanyaan, Bapak/Ibu/Saudara/i cukup memberi tanda silang ( X ) pada kolom jawaban yang telah disediakan yang paling sesuai dengan kondisi Bapak/ibu/Saudara/i saat ini. Pertanyaan berikut tentang bagaimana karakteristik perusahaan Bapak/ibu/Saudara/i saat ini 1. IDENTITAS RESPONDEN Nama Umur Pendidikan Alamat perusahaan Posisi Anda di perusahan Masa Kerja Anda Kualifikasi/Gred Kontraktor 2. PERTANYAAN : Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan kondisi perusahaan Bapak/ibu/Saudara/i saat ini : : : : : : :

NO

PERTANYAAN
PERSONALIA/SUMBER DAYA MANUSIA

Tingkat pendidikan penangung jawab badan usaha a. S1/S2/S3 Teknik b. Diploma Teknik c. STM d. Non teknik

151

Tingkat pendidikan penanggung jawab teknik badan usaha a. S1/S2/S3 Teknik b. Diploma Teknik c. STM d. Non teknik

Sertifikat yang dimiliki oleh penanggungjawab teknik badan usaha a. sertifikat Keahlian kerja dan sertifikat keterampilan kerja b. sertifikat keahlian kerja c. sertifikat keterampilan kerja d. tidak memiliki sertifikat

Jumlah tenaga kerja (teknik/non teknik) a. 5 orang b. > 5-10 orang c. > 10-15 orang d. > 15-20 orang e. > 20 orang

Asal tenaga kerja yang dipekerjakan a. Warga di lokasi perusahaan beralamat b. Lintas Kabupaten yang ada di Provinsi Bali c. Lintas Pulau (Sumatera, Jawa dll) d. Tenaga Kerja Asing (WNA)

Status tenaga ahli yang dipekerjakan di perusahaan a. Karyawan Tetap b. Karyawan Tidak Tetap KEUANGAN

Nilai paket pekerjaan yang pernah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir a. 0 Rp. 50 Juta b. > Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta c. > Rp. 100 Juta Rp.400 Juta

152

d. > Rp. 400 Juta Rp. 1 Milyard e. > Rp. 1 Milyard 2 Kekayaan bersih yang dimiliki saat ini a. Rp. 50 juta - Rp. 200 Juta b. > Rp. 200 Juta Rp. 1 Milyard c. > Rp. 1 Milyard 3 Modal yang dimiliki berasal dari a. Modal sendiri b. Modal Patungan/Saham c. Kredit dari bank PENGALAMAN KERJA 1 Jumlah paket pekerjaan yang telah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir a. 3 proyek b. 5 proyek c. 7 proyek d. 9 proyek e. > 9 proyek 2 Pengguna jasa yang sering memakai jasa perusahaan a. Perorangan b. Perusahaan swasta (lokal/asing) c. Pemerintah 3 Lama pengalaman perusahaan di bidang konstruksi a. 0 5 tahun b. > 5 10 tahun c. > 10 15 tahun d. > 15 tahun 4 Lokasi pekerjaan yang sering ditangani a. Kab. Jembrana b. Prov. Bali

153

c. Nasional 5 Sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering dikerjakan a. Perumahan b. Gedung c. Jembatan d. Jalan e. Landscape/Pertamanan f. Pengairan/Irigasi 6 Sistem lelang/pengadaan yang diikuti dalam memperoleh pekerjaan a. Penunjukan Langsung b. Pemilihan Langsung c. Pelelangan Terbatas d. Pelelangan Umum 7 Lingkup wilayah pengadaan/lelang yang diikuti a. Kab. Jembrana b. Prov. Bali c. Nasional PERALATAN YANG DIMILIKI 1 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan a. Sewa/Kontrak b. Milik Sendiri 2 Jumlah peralatan kerja yang dimiliki saat ini a. < 5 jenis b. > 5 10 jenis c. > 10 15 jenis d. > 15 jenis 3 Umur peralatan yang digunakan saat ini a. < 3 tahun b. 3 5 tahun c. > 5 tahun

154

KUESIONER PENELITIAN KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL (GRED 1, 2, 3 4) DI KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2009.

Kuesioner atau angket ini disusun sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian dalam rangka penyusunan tesis pada program pascasarjana Universitas Udayana. Data atau Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/I berikan semata-mata hanya untuk keperluan akademis dan tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara/i. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaanya untuk memberikan jawaban yang paling sesuai dengan kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i yang ada saat ini. Setiap jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan merupakan bantuan yang tidak ternilai harganya bagi penelitian ini dan saya menjamin kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan Atas waktu serta kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti

155

Petunjuk Pengisian : 3. Untuk pengisian identitas, Bapak/Ibu/Saudara/i cukup mengisi titik-titik. 4. Untuk menjawab pertanyaan, Bapak/Ibu/Saudara/i cukup memberi tanda cek list ( ) pada kolom jawaban yang telah disediakan yang paling sesuai dengan kondisi Bapak/ibu/Saudara/i saat ini. Pertanyaan berikut tentang seberapa penting faktor-faktor memberikan pengaruh terhadap kinerja kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaannya. 5. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka setiap jawaban akan diberi skor sebagai berikut : Setuju/Selalu/sangat positif, diberi skor 5 Setuju/Sering/Positif, diberi skor 4 Ragu-ragu/Kadang-kadang/Netral, diberi skor 3 Tidak Setuju/hampir tidak pernah/negatif, diberi skor 2 Sangat tidak setuju/tidak pernah, diberi skor 1 1. IDENTITAS RESPONDEN Nama Pendidikan : :

Posisi/Jabatan Anda dalam proyek :. 2. PERTANYAAN : Menurut saudara seberapa penting faktor-faktor berikut ini memberikan pengaruh terhadap kinerja kontraktor dalam melaksanakan pekerjannya ?
No Pertanyaan Tidak Kurang Cukup Sangat Penting Penting Penting Penting Penting

FAKTOR KEUANGAN

156

1 2 3 4 5

Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan Besar kecilnya modal dalam perusahaan Adanya pinjaman dari bank Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan FAKTOR SUMBER DAYA MANUSIA Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan Penempatan personil sesuai dengan kualifikasi pendidikan Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi Usia tenaga kerja yang dipekerjakan Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli Cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan FAKTOR PERALATAN Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. Penggunaan internet FAKTOR MATERIAL

6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16

17

Pengadaan material disediakan langsung oleh

157

18 19

20 21 22 23 24 25 26 27

perusahaan dalam pelaksanaan proyek Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen tender. FAKTOR METODE KERJA Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan Mensub kontrakkan sebagaian pekerjaan Besarnya struktur organisasi dalam perusahaan Panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan FAKTOR POLITIK Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Stabilitas keamanan Kepastian hukum FAKTOR KEPEMIMPINAN

28 29 30

158

31 32 33

Sikap pimpinan kepada staf Motivasi pimpinan terhadap staf Penghargaan terhadap staf yang berprestasi

Anda mungkin juga menyukai