Anda di halaman 1dari 15

LO 2 Macam-Macam Restorasi Rigid

1. Inlay

Dental Inlay adalah restorasi gigi yang digunakan untuk


memperbaiki gigi yang rusak ringan hingga sedang. Inlay juga dapat
digunakan untuk mengembalikan gigi yang retak atau patah jika kerusakan
tidak cukup parah untuk memerlukan mahkota gigi. Inlay biasanya terbuat
dari porselen, resin komposit, dan kadang-kadang dari emas. Inlay disebut
juga restorasi intrakorona , yaitu restorasi yang terdapat di dalam kavitas
oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid dan
kemudian disemenkan ke dalam gigi yang telah dipreparasi, yang tentu
saja tidak boleh mempunyai undercut.

Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab
kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi.
Umumnya gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies
dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya
sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan
amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak
akan bertahan lama karena patah atau lepas.

Beberapa restorasi inlay yang sering digunakan adalah:

a. Inlay logam tuang dengan teknik direk

b. Inlay dan onlay logam tuang dengan teknik indirek

c. Inlay porselen

Bahan yang digunakan

a. Logam tuang

Logam tradisional bagi inlay adalah emas. Emas murni (24


karat, 100 persen atau 1000 fine) jarang sekali digunakan karena
merupakan bahan yang sangat lunak. Logam lain lalu ditambahkan
kedalamnya untuk meningkatkan sifat fisiiknya dan karena itu bahan
yang digunakan dalam inlay ”emas” tradisional adalah suatu aloi
emas. Aloi tersebut ada yang terdiri dari 60 persen emas atau lebih
dan ada pula yang hanya mengandung 20 persen emas. Aloi-aloi lain
sama sekali tidak mengandung emas tetapi hanya mengandung
kombinasi-kombinasi logam-logam lain, sehingga sering disebut
sebagai logam cor.

b. Porselen

Inlay dan vinir porselen dibuat dengan salah satu dari dua
teknik yang sangat berbeda. Pada teknik pertama,cetakan gigi dicor
dalam bahan refraktori yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi
sekali tanpa mengalami kerusaka. Bubuk porselen dicampur dengan
cairan sampai menjadi pasta dan dimasukkan ke dalam kavitas inlay
atau ke dalam permikaan labial model refraktori ini, kemudian dibakar
dalam tungku pembakaran sampai partikel-partikel porselennya
menyatu. Proses diulang beberapa kali hingga restorasi menjadi
berbentuk dan berwarna seperti yang diinginkan. Model refraktori
kemudian dibuka,biasanya dengan sand blasting atau glass bead
blasting.

Teknik kedua adalah mengecor suatu batangan kaca yang


layak cor ke dalam mould dengan lost wax technique. Restorasi kaca
ini kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran keramik yang
akan mengubah bahan menjadi keramik yang kemudian diwarnai dan
dibakar untuk mengubah penampilannya. Kedua teknik menghasilkan
restorasi keramik (biasanya disebut porselen walaupun sebetulnya
tidak akurat), tetapi bahan-bahan ini agak berbeda sifatnya.

Keuntungan dan kerugian restorasi logam tuang dan porselen yaitu:

a. Kekuatan

Pada daerah yang tipis, logam cor lebih kuat daripada


amalgam, komposit, atau semen ionomer kaca dan mempunyai
kesanggupan melawan kekuatan tensil yang lebih besar. Oleh karena
itu, bahan ini merupakan bahan pilihan untuk melindungi tonjol gigi
yang telah melemah, yang dengan ketebalan logam 1,0 mm atau
kurang sudah cukup dibandingkan dengan ketebalan minimal
amalgam yang 3mm.

Sifatnya yang kuat walau dalam potongan tipis juga membuat


bahan ini lebih ideal bagi restorasi vinir ekstrakorona seperti onlay,
dan mahkota lengkap atau sebagian. Bergatung pada aloi logam yang
digunakannya, logam cor bersifat agak duktil, yang memungkinkan
tepi restorasi diburnis agar adaptasinya lebih baik. Untuk itu, preparasi
diakhiri dengan bevel atau bahu pada tepi agar ujung logam nya bisa
tipis.

Di pihak lain, porselen mempunyai kekuatan kompresif yang


tinggi tetapi rendah dalam kekuatan tensilnya. Ini berarti bahan ini
relative getas dalam potongan tipis, paling sedikit sampai bahan ini
disemenkan pada gigi dan mendapatkan dukungan dari jaringan gigi.
Oleh karena itu restorasi porselen jangan diberi bevel, dan diperlukan
ketebalan minimal agar restorasi tidak pecah. Bagi porselen
konvensional, ketebalan ini minimal sekitar 1,5mm, tapi bagi vinir
porselen yang tidak terkena tekanan oklusal, 0,5mm atau kurang
sudah memadai.

b. Ketahanan Terhadap Abrasi

Walaupun amalgam menyerupai email dalam ketahananya


terhadap abrasi, baik komposit maupun semen ionomer kaca
cenderung aus dengan lebih cepat dari pada email, terutama
dipermukaan oklusal.

Logam tuang dan porselen paling sedikit sama kuatnya dengan


email dalam menahan abrasi, dan memang ada keyakinan bahwa
porselen lebih resisten daripada email sehingga restorasi porselen
berantagonis dengan gigi asli, gigi aslinya itu yang akan aus lebih
cepat. Ini akan benar-benar terjadi jiuka pengupaman (glazing)
porselen tidak sempurna atau tidak terkikis.
Jika terdapat kavitas abrasi dileher gigi, komposit atau semen
ionomer mungkin sudah cukup menahan abrasi selanjutnya. Kadang-
kadang untuk mengulangi hal ini dipakai inlay porselen atau inlay
logam cor.

c. Penampilan

Emas sering merupakan bahan yang paling disukai untuk


alasan estetika karena lebih menarik daripada amalgam dan tidak
rusak seperti silikat. Selain itu, dilingkungan masyarakat tertentu,
emas di anggap sebagai symbol status jika diletakkan di depan atau di
pinggir mulut. Dengan di perkenalkannya bahan restorasi sewarna
dengan gigi yang lebih andal, mode tersebut lambat laun menghilang
dan kini relative sedikit pasien yang meminta tambalan emas.

d. Versatilitas

Logam cor merupakan bahan yang sangat serbaguna. Dengan


teknik indirek, restorasi oklusal dan konturaksial serta daerah
kontaknya dapat di bentuk dengan akurat di laboratorium. Jika
restorasi tuang di buat pada pasien yang harus juga di buatkan gigi
tiruan sebagian lepas, bidang pemandu, dudukan test,dan reciprocal
ledge dapat sekaligus di bentuk pada restorasinya sewaktu dalam
tahap laboratorium.

e. Biaya

Biaya merupakan kelemahan terbesar dari restorasi logam


tuang dan porselen. Penyebab tingginya biaya adalah jumlah waktu
yang harus dialokasikan. Selalu ada tahap laboratorium sehingga
minimal harus ada dua perjanjian klinis dengan pasien. Pertama untuk
preparasi gigi dan pencetakan, dan kedua untuk pengepasan restorasi
setelah dibuat di laboratorium. Waktu ekstra yang harus di keluarkan
oleh dokter gigi dan peteknik gigi tak terhindarkan lagi menyebabkan
biaya yang beberapa kali lebih mahal dari pada restorasi plastisnya
yang setara.
f. Penyemenan

Faktor yang lemah pada setiap restorasi yang di semenkan


adalah penyemenan. Tepi suatu restorasi yang tepat-rapat sekalipun
masih mempunyai celah beberapa micrometer (10-16 mikrometer)
dari dinding kavitas. Kerapatan tepi restorasi dengan demikian
bergantung seluruhnya pada semen.

Secara ringkas, keuntungan dan kekurangan inlay dirangkum di


bawah ini:

a. Inlay akan menambah kekuatan gigi lebih besar daripada tumpatan


biasa

b. Inlay lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa.

c. Lebih sederhana dibanding crown karena lebih sedikit jaringan gigi


yang diambil

d. Karena melalui proses laboratorium, inlay lebih mahal dibanding


tambalan biasa.

Indikasi inlay:

1. Baik untuk kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar


2. Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan
(pegangan), misalnya: inlay bukal atau disto/mesial inlay yang perlu
untuk dibuatkan “ Rest Seat”, untuk gigi tiruan.
3. Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5 jarak central fossa ke puncak
cusp
4. Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang mengalami
kerusakan akibat adanya karies sekunder
5. Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang
digunakan untuk menggigit (pada gigi belakang)
6. Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang
tersisa sedikit (pada gigi belakang).

Kontraindikasi inlay:
1. Frekuensi karies tinggi
2. OH pasien jelek
3. Permukaan oklusal yang berat

Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar
untuk mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang
memilki bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal
dapat menjadi indikasi apakah gigi pasien bruxism/clenching.

4. Ketidakmampuan untuk memeliharanya


Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive
dapat menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik
memerlukan real-perfect moisture control.yang menjamin
keberhasilan kliniknya.
5. Preparasi subgingival yang tajam

Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi


dengan kedalaman tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan
mempengaruhi cetakan dan akan sulit untuk di selesaikan.

Dibawah ini diuraikan secara lebih lengkap mengenai indikasi yang paling
sering bagi setiap restorasi:

a. Inlay Logam Tuang Direct

Teknik inlay logam tuang secara direct hanya dapat diterapkan pada
kavitas yang sangat kecil. Dengan demikian, sifat kuatnya suatu logam
tuang tidak termanfaatkan dengan maksimal. Hanya sedikit inlay logam
tuang direct yang dibuat dan ini pun biasanya diindikasikan bersama-sama
dengan beberapa restorasi lain.

b. Inlay Logam Tuang Indirect

Teknik indirect memungkinkan dibuatnya variasi desain preparasi


yang lebih banyak. Tipe yang paling sering dipakai adalah inlay yang juga
melindungi tonjol gigi dengan jalan menutup permukaan oklusal, yang biasa
disebut onlay. Indikasi kedua yang paling sering untuk inlay indirect adalah
sebagai bagian dari suatu jembatan atau piranti lain yang menggantikan gigi
hilang.

c. Inlay Porselen

Inlay atau onlay porselen memiliki keuntungan dalam hal


penampilannya yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay logam tuang
dan lebih tahan abrasi daripada komposit. Oleh karena itu, porselen cocok
untuk permukaan oklusal gigi posterior yang restorasinya luas dan
penampilannya diperlukan. Selain itu, porselen dapat juga dipakai di
permukaan bukal yang terlihat baik di gigi anterior maupun posterior.
Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan
permukaan email melalui sistem etsa asam tampaknya akan menguatkan
gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi berlapis komposit atau
semen ionomer-resin komposit.

Macam-Macam Inlay

1. Bahan Inlay Logam antara lain:


a. Emas

b. Duro silver

c. Accolite

d. Caves

Indikasi Inlay Logam:

1) Untuk karies yang besar dan dalam, terutama yang meluas sampai
aproksimal.

2) Sebagai penyangga dari bridge.

3) Gigi yang mengalami abrasi yang luas atau karies yang lebar
meskipun dangkal.

4) Pada kasus dimana diperlukan:

a) Perlindungan terhadap jaringan periodontal.

b) Kontak yang lebih baik dengan gigi tetangga.


c) Menghindari penimbunan sisa makanan.

Konta Indikasi Inlay Logam:

1) Oral hygine pasien yang buruk.

2) Pasien dengan insiden karies yang tinggi.

3) Pasien muda di bawah usia 10 tahun.

2. Bahan Inlay Non Logam:


a. Porselen
b. Resin komposit

Keuntungan:

a) Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.

b) Permukaan licin seperti kaca.

c) Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik.

Kerugian:
a) Ketahanan terhadap benturan rendah.

b) Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.

c) Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus.

2. Onlay

Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu


atau lebih tonjol gigi/ cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami
perubahan karena restorasi sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik,
maka inlay dengan dua permukaan tidak akan adekuat lagi. Hal ini
memerlukan suatu restorasi yang meliputi seluruh daerah oklusal. Dan
dalam keadaan ini, onlay MOD merupakan jenis restorasi yang tepat. (
Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)

Indikasi :

1. Pengganti restorasi amalgam yang rusak.


2. Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan
lingual.
3. Restorasi karies interproksimal gigi posterior.
4. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat.
5. Abrasi gigi posterior yang luas
6. Kerusakan gigi posterior yang besar tetapi email dan dentin bagian
bukal dan lingual masih sehat
7. Memperbaiki fungsi oklusi
8. Lebar ishtmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups
9. Mahkota klinis masih tinggi
10. Untuk restorasi posterior pasca perawatan saluran akar dengan dinding
bukal dan lingual masi utuh.

Indikasi yang populer bagi onlay adalah menggantikan restorasi


amalgam yang rusak. Juga berguna untuk merestorasi lesi karies yang
mengenai kedua permukaan proksimal. Ciri-ciri utama dari restorasi ini
adalah mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan
dengan gingival dan hal ini merupakan suatu pertimbangan periodontal
yang sangat membantu. (Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)

Onlay merupakan modifikasi dari MOD inlay dimana telah terjadi


kerusakan mengenai lebih dari 1 cups atau lebih dari 2/3 dataran oklusal.
Biasanya lebih luas dari inlay dan menutupi salah satu atau lebih tonjol
gigi tersebut.

Kontraindikasi:

1. Dinding bukal dan lingual rusak


2. Mahkota klinis yang pendek
3. OH buruk
4. Pada pasien dengan usia muda (kurang dari 10 tahun)
5. Insidensi karies tinggi

Kelebihan onlay:
1. Menutupi sebagian / seluruh permukaan oklusal sehingga
memperbaiki fungsi oklusi.
2. Tekanan oklusal onlay bisa diteruskan merata ke jaringan gigi.
3. Tekanan pada onlay lebih menyatu
4. Mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan
dengan gingival
3. Mahkota Vinir Sebagian

Veneer yaitu melapisi permukaan gigi dengan bahan restorasi yang


menyerupai warna gigi asli. Veneer diindikasikan pada gigi yang berubah
warna oleh karena : obat tetrasiklin, fluor yang berlebihan, rokok dan
umur.

Indikasi:

1. Fraktur pada sebagian mahkota.


2. Karies yang besar, apabila melibatkan sudut insisal gigi anterior.
3. Kavitas permukaan labial yang besar atau klas V, khususnya apabila
berhubungan dengan karies aproksimal atau restorasi klas II.
4. Pit yang hipoplastik.
5. Perubahan warna (staining tetrasiklin).
6. Gigi-gigi yang mengalami kelainan bentuk (gigi insisivus lateral yang
konus).
7. Diperlukan perubahan pada posisi aksial kurang dari 1 mm.
8. Atrisi yang berat, abrasi, atau erosi (biasanya mengenai beberapa gigi
atau kemungkinan seluruh rahang).
9. Diperlukan penutupan menyeluruh untuk retainer jembatan.

Kontraindikasi:

1. Kebersihan mulut serta motivasi yang buruk.


2. Gigi dengan tambalan yang besar. Gigi mungkin telah ditambal
berulang kali dan memperlihatkan vitalitas yang kecil apabila
dibandingkan dengan gigi-gigi sebelahnya serta gigi-gigi
antagonisnya. Gambaran radiografi memperlihatkan kalsifikasi
saluran akar serta pembentukan dentin sekunder.
3. Pasien berusia di bawah 18 tahun di mana pada gambaran radiografi
menunjukkan rongga pulpa yang masih lebar.
4. Gigi yang sangat pendek karena fraktur sebagian besar mahkota.

Kelebihan:
1. Reduksi jaringan gigi minimal
2. Memperbaiki estetis dan anatomis

Kekurangan:

1. Harga mahal dibanding komposit

4. Mahkota Penuh

Full crown adalah suatu restorasi yang terbuat dari logam campur
yang dituang dan dipasang menyelubungi seluruh permukaan gigi bagian
mahkota.

Full metal crown

Indikasi Mahkota Penuh:

1. Pilihan terakhir apabila mahkota sebagian tidak dapat menggantikan


fungsi gigi yang hilang.
2. Gigi molar dan gigi premolar, namun tidak menutup kemungkinan un-
tuk gigi anterior-posterior yang lain.
3. Gigi yang telah direstorasi besar tetapi dipertanyakan mutunya.
4. Gigi yang mempunyai karies yang sangat luas.
5. Gigi yang sangat pendek dan tidak member resistensi kecuali dengan
mahkota penuh.

Kontraindikasi Mahkota Penuh


Oral Higiene yang buruk. OH yang buruk dapat menggagalkan restorasi.

Kelebihan:

Mahkota penuh sangat kuat.

Kekurangan:

1. Mahal.
2. Banyak membuang struktur sehat gigi.
3. Mahkota penuh dari logam merupakan isolator panah yang buruk dan
estetiknya buruk.

5. Mahkota Pasak

Mahkota adalah restorasi rigid sebagian/ seluruh mahkota yang


disemenkan. Rekonstruksi kembali gigi yang kerusakannya lebih besar
daripada gigi yang sehat. Mahkota pasak merupakan restorasi pada gigi
yang telah mengalami perawatan saluran akar yang sebagian besar
mahkota giginya rusak oleh karena karies, trauma, dll sehingga retensi
utama terletak pada saluran akar.

Diperlukan untuk merestorasi gigi anterior yang sudah tidak


mempunyai cukup jaringan gigi untuk mendukung restorasi sederhana atau
suatu mahkota. Mahkota pasak mempunyai pasak yang pas dengan saluran
akar dan menyediakan retensi bagi restorasi yang ada di mahkota tetapi
tidak untuk memperkuat gigi.

Kerusakan mahkota gigi asli yang cukup parah akan menimbulkan


masalah retensi. Pada gigi posterior, dan kadang-kadang pada gigi
anterior, masalah ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan pasak
dentin untuk retensi inti amalgam atau komposit. Meskipun demikian,
pada kebanyakan kasus karies sudah mengenai pulpa, dan gigi yang sudah
dirawat saluran akar, khususnya pada gigi dengan akar tunggal yang lurus.
Keadaan ini sebaikknya harus diantisipasi terlebih dahulu sebelum
melakukan pengisian saluran akar sehingga dapat digunakan tehnik
pengisian yang memungkinkan digunakannya saluran akar membantu
retensi. Ini umumnya berarti bahwa 1/3 saluran akar diisi dengan point
endodontic dan bahan pengisi , 2/3 saluran akar dengan bahan yang dapat
dikeluarkan nantinya tanpa mengganngu pengisian apikal.

Indikasi:

1. Gigi vital/ non vital


2. Sudah tidak bisa ditambal lagi
3. Karies yang meluas sampai menghilangkan cusp gigi
4. Jaringan periodontal sehat
5. Tidak ada riwayat alergi pada bahan mahkota pasak
6. Gigi antagonisnya masih bagus sehingga tidak menjadi iritasi pada
bagian mukosa palatal.
7. Retensi pada gigi yang akan diberi mahkota masih baik dalam artian
masih mampu menerima beban mahkota pasak itu sendiri
8. Akar gigi masih bagus.

Kontraindikasi:

1. Karies pada gigi masih belum meluas masih tergolong pit dan fissure
2. Jaringan pendukung tidak memungkinkan adanya mahkota karena
adanya periodontitis kronis
3. Tidak adanya gigi antagonis sehingga menyebabkan mukosa palatal
iritasi
4. Gigi yang akan dibuatkan mahkota masih vital artinya tidak sampai
perforasi.
5. Kondisi gigi pada lengkung rahang tidak crowded.

SUMBER
Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan
Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B.


Saunders.

Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6.


Jakarta: Widya Medika.
Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St
Louis Mosby.

Anda mungkin juga menyukai