Elemen Metal yang Digunakan untuk Logam Paduan Kedokteran Gigi dibagi menjadi
dua, yaitu noble metals dan base metals.
Base Metals Alloys
Menurut ANSI/ADA specification No. 14, berat kromium tidak kurang dari 20%, dan
berat total kromium, kobalt, dan nikel tidak kurang dari 85%. Alloys memiliki komposisi lain
juga dapat diterima oleh ADA, disediakan Alloys mematuhi dengan persyaratan toksisitas,
hipersensitivitas, dan korosi. Spesifikasi juga membutuhkan nilai minimum untuk
pemanjangan (1,5%), yield strength (500 MPa), dan modulus elastis (170 GPa).
Paduan berbasis logam sering digunakan sebagai instrumen dan peralatan dalam
kedokteran gigi. Peralatan kedokteran gigi yang yang terbuat dari cast and wrought basemetal alloy adalah sebagai berikut:
Base metal mempunyai tendensi terjadi korosi. Bila dipadu dengan noble metal, maka
akan terjadi peningkatan sifat fisis-mekanis. Secara garis besar terbagi menjadi:
Co-Cr alloys
Wrought stainless steel alloys
Ni-Cr alloys
Co-Cr-Ni and Ni-Ti alloys
Ti and Ti alloys
3. Titanium and Titanium Alloys
Maretensitic
Komposisi maretensitic diantara lain kromium 11.5 - 17%, nickel 0
2.5%, carbon 0.15 1.2%. Sifat: Baja ini dapat dikeraskan dengan pemanasan dan
mereka memiliki ketahanan tarnish sedang. Penggunaan: Martensitic digunakan pada
pembuatan instrumen dan bisa juga digunakan sebagai alat ortodontik.
Wrought
Cobalt-ChromiumNickel (Co-Cr-Ni) Alloys atau dikenal sebagai
Elgiloy. Memiliki komposisi diantara lain 40%
cobalt, 20% chromium, 15% nickel, 7%
molybdenum, 2% manganese, 0.4% beryllium
(berguna untuk menurunkan alloys melting
point), 0.15% carbon, 15.4% iron, 0.05%
lainnya.
Terdapat 4 macam kawat Elgiloy: lembut(halus/soft), ductile, semirespring dan
spring, yang paling sering digunakan yaitu soft (Elgiloy blue) karena mudah dimanipulasi
dan dipanaskan untuk mencapai resilience yang meningkat. Dari komposisi, alloy ini lebih ke
dalam jenis base-metal alloy daripada stainless steel. Mempunyai sifat yang mirip dengan
kawat stainless steel. Proses pembuatan dan manipulasi alloy ini dilakukan di standar heattreatment (482C) dalam waktu 7 menit. Temperatur rendah pada heat-treatment
menyebabkan perubahan fase dan mengurangi stress. Sifat mekanik yang dimiliki adalah
propotional limit, 1610 MPa. Yield strenghth, 1930 MPa. Tensile Strength, 2540 MPa.
Nitinol
memiliki
temperature
transition range (TTR), pada suhu dibawah
TTR, Nitinol menjadi plastic. Jika alloy
dihangatkan dari bawah ke atas TTR,
temperature
tersebut
menyebabkan
terjadinya transformasi crystallographic
dari microstructure maintensitic ke
authentic, yang disebut juga sebagai shapememory alloy.
Nitinol mempunyai tingkat elastic
modulus dan yield strength yang rendah
tetapi memiliki springback (maksimum
elastic deflection) yang tinggi dibandingkan
dengan stainless stell dan beta-titanium.
Springback yang tinggi merupakan hal yang penting jika diperlukan pembengkokan
yang banyak. Dalam manipulasinya, nitinol memiliki teknik bending tersendiri. Nitinol
merupakan logam paduan yang brittle sehingga tidak dapat di soldered atau welded,
melainkan harus dimanipulasi secara mekanis.
Referensi
Annusavice, KJ. Phillips Science of Dental Materials. 11th ed. Philadelphia: WB
Saunders, 2003.
Craig, Robert G., and John M. Powers. Restorative Dental Materials. 11th ed