Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Porcelain fused to metals (PFM) dalam literasi yang lain disebut sebagai metals bonded
restorations (Manapallil, 2003). PFM adalah bangunan prostetik yang mempu mengikat
keramik dengan ikatan kimiawi dari hasil difusi lapisan tipis oksida antara logam paduan
dengan keramik. Tujuan utama menggunakan PFM adalah estetika. PFM terdiri dari 3 substansi
yang saling berikatan secara kimiawi yaitu logam, lapisan tipis oksida, dan keramik atau
porcelain.

PFM merupakan suatu alloy yang dilakukan coating dengan porcelain. Alloy merupakan
bahan yang digunakan untuk bangunan protetik yang mampu mengikat ceramic dengan ikatan
kimia dari lapisan tipis antara alloy dengan ceramic. Kemampuan ikatan antara alloy dengan
ceramic dapat menghasilkan teknologi restorasi untuk membuat mahkota, gigi tiruan cekat, dan
protesa.

(Anusavice, 2003).

B. PENGGUNAAN PFM

1. Cetakan single anterior dan posterior crown


2. Jembatan antar gigi anterior dan posterior (panjang dan pendek)

C. JENIS-JENIS PFM

1. High noble alloy

Terdiri dari 60% logam mulia (merupakan kombinasi dari emas, paladium dan perak) dengan
berat emas minimal 40%. High noble alloy mengandung sejumlah timah, indium dan besi yang
biasanya digunakan untuk pembentukan lapisan oksida agar bisa berikatan kimia dengan
porselin. High noble alloy biasanya berwarna kuning atau putih, memiliki kekakuan yang
rendah. High noble alloy di bagi menjadi tiga bagian :
a. Gold Platinum alloy

Gold Platinum alloy dapat digunakan untuk casting penuh serta logam-keramik restorasi.
Lebih rentan terhadap kendur, mereka harus terbatas pada jembatan rentang pendek.
Komposisi dari Gold Platinum alloy adalah Emas 85%; Platinum 12%; Seng 1%; perak
untuk menyesuaikan sifat ekspansi (dalam beberapa merek).

b. Gold-Palladium alloy

Dapat digunakan untuk casting penuh atau logam-keramik restorasi. Gold-Paladium


memiliki suhu leleh tinggi. Komposisi dari gold-paladium mengurangi kecenderungan
casting meleleh selama pembakaran porselen. Gold-palladium biasanya mengandung
indium, timah atau galium untuk pembentuk lapisan oksida. Komposisinya adalah Emas
52%; Palladium 38%; indium 8,5%; Perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi (dalam
beberapa merek).

c. Gold-copper-silver-palladium alloy

Gold-copper-silver-palladium alloy memiliki titik lebur yang rendah dan tidak digunakan
untuk aplikasi logam-keramik. Gold-copper-silver-palladium alloy mengandung perak yang
dapat menyebabkan penampilan hijau di porselen dan tembaga yang cenderung penyebab
melelehnya selama pemrosesan porselen. Komposisinya adalah Emas 72%; Tembaga 10%;
Perak 14%; Palladium 3%.

2. Noble alloy mengandung setidaknya 25% berat logam mulia. Terdiri dari emas, paladium
atau perak. Noble alloy adalah kelompok yang paling beragam. Noble alloy memiliki
kekuatan, daya tahan serta kekerasan yang relatif tinggi. Noble alloy berwarna kuning atau
berwarna putih.

a. Gold-copper-silver-palladium alloy

Gold-copper-silver-palladium alloy termasuk dalam kategori mulia tinggi. Gold-copper-


silver-palladium alloy memiliki titik leleh yang cukup rendah. Gold-copper-silver-
palladium alloy lebih sering digunakan untuk restorasi cor penuh ketimbang aplikasi PFM.
Komposisinya adalah emas 45%; Tembaga 15%; Perak 25%; Palladium 5%.
b. Palladium-copper-gallium alloy

Palladium-copper-gallium alloy mengandung tembaga dan kadang-kadang cenderung


kendur selama pembakaran porselen. Galium ditambahkan untuk mengurangi suhu leleh
dari Palladium-copper-gallium alloy secara keseluruhan. Komposisinya adalah Palladium
79%; Tembaga 7%; Gallium 6%.

c. Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy

Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy lebih rentan terhadap korosi. Di sisi lain,
mereka memiliki resistensi yang tinggi terhadap kendur selama pembakaran porselen dan
sangat kaku, sehingga baik untuk bentang panjang.Palladium-Silver and Silver-Palladium
juga lebih castable, lebih mudah untuk solder dan mudah untuk bekerja dengan dari paduan
logam dasar.Komposisinya meliputi Palladium 61%; perak 24%, Timah (dalam beberapa
formula). Komposisi pendukung adalah Perak 66%; Palladium 23%.

3. Base metal alloy

Telah ada sejak tahun 1970-an. Base metal alloy mengandung logam mulia kurang dari
25%, tetapi dalam kenyataannya sebagian besar tidak mengandung logam mulia sama sekali.
Base metal alloy dapat digunakan untuk casting penuh atau restorasi PFM serta untuk kerangka
gigi tiruan sebagian. Base metal alloy jauh lebih keras, kuat. Base metal alloy memiliki
ketahanan yang sangat baik.

Nikel dan Berilium merupakan unsur yang paling umum digunakan untuk logam dasar ini
dapat menyebabkan reaksi alergi ketika kontak dengan gingiva. Karena banyak perempuan
(dan sekarang laki-laki) telah peka terhadap logam ini dengan mengenakan perhiasan menusuk
kulit murah, mahkota dan jembatan yang terbuat dari paduan ini telah diketahui menyebabkan
perubahan warna gingiva, pembengkakan dan kemerahan pada individu. Namun reaksi alergi
hanya berefek pada gusi tidak untuk sistemik atau menyeluruh. Reaksi alergi tampaknya
terbatas untuk peralatan tetap (mahkota dan jembatan). Logam nikel jarang dapat menyebabkan
dermatitis apabila hanya digunakan untuk kerangka gigi tiruan lepasan sebagian. Asupan nikel
dan berilium yang sangat tinggi bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Base metal alloy
dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Nickel-chromium alloy
60% adalah nikel 0,1 % karbon sebagai pengeras. Cobalt-chromium alloy biasanya
digunakan sebagai kerangka gigi tiruan sebagian lepasan.

b. Cobalt-kromium alloy

Cobalt-chromium alloy dapat digunakan untuk fabrikasi Kerangka PFM. Masalah utama
adalah sulitnya bekerja dengan cobalt-chromium terutama pada titik leleh yang tinggi yang
menyebabkan harusnya menggunakan peralatan yang khusus. Kekerasannya yang rendah
menyulitkan kita pada saat memoles.

(Anusavice, 2003)

(Concise encyclopedia of Medical and Dental Materials, 1990)

D. SYARAT PORCELAIN FUSED TO METAL (PFM)

1. Melting temperature alloy harus lebih tinggi daripada firing temperature porselin. Serta
memiliki fusion temperature yang tinggi.
2. Metal memiliki koefisien ekspansi termal (CTE) yang kompatibel dengan porselin.
3. Metal mampu menahan deformasi saat porcelin mencapai firing temperature (jika tidak
kemungkinan akan menyebabkan fraktur).
4. Memiliki stiffness atau tingkat kekakuan yang tinggi (adanya flexing dari alloy dapat
menyebabkan porselin fraktur).
5. Metal berpotensi untuk mengikat porselin dengan kuat.
6. Tidak boleh ter-discoloration
7. Bahan-bahan yang digunakan dalam Porcelain Fused to Metal (PFM) harus biokompatibel
dengan jaringan rongga mulut.

PFM dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan komposisi logam campur, yaitu

a. High-Noble Alloy
b. Noble Alloy
c. Base Metal Alloy
Dari ketiga jenis alloy tersebut, masing-masing jenis memiliki karakteristik masing-masing, yaitu:

High-Noble Alloy Noble Alloy Base Metal Alloy

Dari putih ke
keemasan tergantung
Warna Putih Putih
pada kandungan
emas.

1155 – 1304 derajat


Melting Range 1149-1304 derajat C 1155 – 1304 derajat C
celcius

Density 13,5 – 18,3 gr/cm3 10,5 – 11,5 gr/cm3 7,8 – 8,4 gr/cm3

Tidak semudah high Sensistif pada teknik


Castability Mudah untuk di cast
noble alloy yang ekstrem

Hardness 182 – 220 VHN 189 – 270 VHN 175 – 360 VHN

Yield Strength 450 – 572 Mpa 462 – 685 Mpa 310 -828 Mpa

Percent elongation 5 – 20 % 10 – 34 % 10 – 28 %

Membantu perlekatan
Lapisan oksida Membentuk lapisan
dengan porcelin
membantu oksida adekuat yang
Porcelain bonding bersama dengan unsur
pembentukan ikatan merupakan kunci
base metal alloy (Sn,
kimia. perlekatan porcelin
In, dll)

Sangat tidak stabil


Tahan hingga suhu Tahan hingga suhu
pada firing
Sag resistance lebih dari 950 derajat lebih dari 950 derajat
temperature dari
celsius celsius
porcelin

Adaftif terhadap Adaftif terhadap


Tarnish and rongga mulut, rongga mulut, sehingga Sangat tahan terhadap
corrosion sehingga tidak mudah tidak mudah tarnish dan korosi
mengalami tarnish mengalami tarnish

Nikel yang
Sangat aman dan terkandung dalam
Aman bagi
biokompatible dengan base metal alloy
Biocompatibility lingkungan rongga
lingkungan rongga dapat memicu reaksi
mulut
mulut. alergi pada beberapa
orang.

Scrap value Baik. Baik Buruk

(Manappallil,2003)
E. MEKANNISME PERLEKATAN

Sifat dasar yang dimiliki oleh porselen yang memungkinkan terbentuknya restorasi PFM adalah
adanya ikatan antara porselen dan logam. Tanpa ikatan ini , porselen akan cepat rusak didalam
mulut karna rapuh. Sehingga ikatan yang baik antara porselen dan logam alah sangat di perlukan.
Beberapa faktor yang mengontrol perikatan metal-keramik adalah: pembentukan ikatan kimia yang
kuat, mekanik interlocking antara dua bahan, dan tegangan sisa.

Teori ikatan logam-keramik dahulunya dibagi menjadi dua kelompok:

1. Ikatan kimia melalui permukaan logam-porselen.

Antara permukaan porselen dan metal terdapat pelekat berupa lapisan oksida yang penting untuk
menghasilkan ikatan yang baik. Pada base metal melalui choramic oxide sedangkan pada nobel
metal melalui tin oxide dan iridium oxside.

2. Penguncian mekanis antara porselen dan logam.

Antara permukaan porselin dan metal terdapat nodul-nodul. (Manapalllil, 2003)

Walaupun ikatan kimia umumnya dianggap berperan pada perlekatan logam-porselen, bukti
yang ada menunjukan bahwa untuk sebagian sistem kecil, mekanis interlocking memberikan
ikatan utama.

Pembentukan oksida pada permukaan logam berperan pada pembentukan ikatan yang kuat.
Logam mulia yang tahan terhadap oksidasi harus di tambahkan elemen-elemen yang mudah
teroksidasi seperti irdium dan timah. Logam paduan dasar mengandung unsur-unsur seperti
nikel, krom dan berilium yang mudah membentuk oksida selama degassing sehingga harus
diperhatikan untuk menghindari pembentukan oksida yang terlalu tebal.

Secara teoritis dan praktis, kekasaran, atau topography dari permukaan keramik-metal
mempunyai peranan penting dalam perikatan. Ceramik menembus kepermukaan logam kasar
sehingga dapat terjadi mekanik interlocking dengan logam yang meningkatkan perikatan.
Perluasan daerah dengan permukaan kasar juga menyediakan lebih banyak ruang untuk
terbentuknya ikatan kimia. Namun permukaan kasar juga dapat mengurangi perikatan jika
keramik tidak menembus sampai permukaan dan terdapat ronggapada permukaan.
Sisa tegangan tinggi antara logam dan seramik dapat menyebabkan kegagalan. Jika logam dan
keramik memiliki koefisien ekspansi termal yang berbeda, kedua bahan akan kontrak pada
tingkat yang berbeda selama pendinginan dan akan terbentuk tegangan sisa yang kuat diseluruh
permukaan. Jika tegangan cukup kuat keramik pada restorasi akan retak atau terpisah dari
logam. Bahkan jika tekanan kurang kuat dan tidak menyebabkan kegagalan langsung, masih
dapat melemahkan ikatan.

Untuk menghindari masalah ini keramik dan logam diformulasikan untuk memiliki koefisien
ekspansi termal yang cocok.  Kebanyakan porselin memiliki koefisien ekspansi termal antara
13,0 dan 14,0 x 10-6oC, logam memiliki koefisien termal antara 13,5 dan 14,5 x 10-6oC. Perbedaan
0,5 x 10-6oC dalam ekspansi termal antara logam dan keramik menyebabkan logam lebih sedikit
berkontak dengan keramik selama pendinginan setelah firing.

F. KOMPOSISI

Sampel presentase komposisi dari porcelain powder for metal ceramics

Kandungan Dentin porcelain Enamel porcelain

Silica (SiO2) 59.2 63.5

Alumina (Al2O2) 18.5 18.9

Soda (Na2O) 4.8 5.0

Potash (K2O) 11.8 2.3

Boric oxide (B2O3) 4.6 0.12

Zinc oxide (ZnO) 0.58 0.11

Zirconium oxide (ZrO2) 0.39 0.13


G. MANIPULASI

1. Setelah mendapatkan metal coping, diberi lapisan tipis opaque porcelain.


2. Dentin powder dicampur mengunakan air yang terdestilasi, dicampur menggunakan spatula
kaca. Sebagian besar dari gigi terbentuk oleh dentin. Bagian dari dentin, daerah incisal,
dikurangi kemudian ditambahkan dengan enamel porcelain. Setelah terbentuk dan reaksi
kondensasi berakhir, cetakan dari dentin dan enamel siap untuk dilebur
3. Drying

Restorasi diletakkan di dalam preheated porcelain furnace terbuka selama 5 – 8 menit.

4. Pembakaran/Firing/Sintering

Proses dari sintering dan penggabungan dari partikel dari massa kondensasi disebut sebagai
firing. Bubuk partikel mengalir dan mengalami fusi selama proses firing. Membuat restorasi
menjadi padat dan kuat. Proses firing berakhir di tungku pembakaran porselin. Hal-hal yang
berkaitan dengan firing antara lain:

 Tungku pembakaran porselin  tempat berlangsungnya proses firing. Banyak perusahaan


yang memproduksi tungku pembakaran ini. Tungku pembakaran modern dikendalikan oleh
komputer yang dilengkapi dengan sekumpulan program yang berfungsi untuk mengontrol
siklus firing.
 Siklus firing  Keseluran tahapan yang terlibat dalam firing disebutt siklus firing.
 Preheating  Massa yang terkondensasi tidak boleh diletakkan berdekatan dengan tungku
pembakaran.
 Vacuum firing  Selama proses firing pada porselin berlangsung, sebuah alat vakum
dengan tekanan negatif diletakkan pada tungku pembakaran. Alat vakum berfungsi untuk
menurunkan porositas pada keramik.

5. Glazing

Sebelum glazing final, restorasi dicobakan ke mulut pasien oleh dokter gigi. Bagian oklusi
di diperiksa dan sisesuaikan dengan menggunakan metode grinding. Perubahan atau
penyesuaian akhir dilakukan oleh dokter gigi untuk membentuk restorasi.
Restorasi yang telah dibentuk, siap untuk tahap akhir, yaitu glazing. Glazing adalah sebuah
proses dimana restorasi dibakar pada suhu tinggi untuk memberi permukaan yang halus dan
berkilau.

Beberapa tujuan dari glazing antara lain:

 Meningkatkan aspek estetika


 Meningkatkan aspek higienitas
 Meningkatkan kekuatan restorasi. Porcelain atau restorasi yang mengalami proses glazing
jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan ceramic yang tidak mengalami proses glazing.
Proses glazing juga mencegah kemungkinan terjadinya keretakan.

6. Cooling/pendinginan

Proses pendinginan dari porselin yang telah dibakar harus dikontrol. Proses pendinginan yang
terlalu cepat dapat menyebabkan keretakan pada restorasi atau dapat memicu tekanan di dalam
restorasi yang akan melemahkan restorasi tersebut.

KESIMPULAN

Pembuatan dan pemakaian bahan porcelain fused to metals (PFM) untuk tujuan restorasi
gigi, harus memperhatikan sifat, tipe, komposisi, serta cara atau teknik pengolahan bahan tersebut.
PFM membutuhkan ketelitian dalam pemanipulasiannya. Jika terdapat kesalahan, dapat berdampak
pada segi estetika dari produk yang dihasilkan serta ketidaknyamanan dalam penggunaannya oleh
pasien.

Hal ini sangat penting diketahui bagi perawat gigi. Perawat gigi diharapkan mampu
membantu dokter gigi dalam menangani pasien yang ingin atau membutuhkan restorasi yang
menggunakan PFM. Perawat gigi juga diharapkan mampu memberikan saran kepada pasien supaya
bisa merawat PFM yang digunakan pasien di dalam rongga mulut

Komposisi Porselen Dental

Komposisi Porselen Dental

1. Feldspar
Bahan ini merupakan mineral yang mengandung unsur-unsur kalium, natrium, potasium, sodium,
alumunium dan silikat dengan perbandingan tertentu untuk menentukan suhu peleburan. Feldspar
dapat diperoleh dalam bentuk soda feldspar (Na2O, Al2O3, 6SiO2), lime feldspar (CaO, Al2O3,
6SiO2 ), dan potas feldspar (K2O, Al2O3, 6SiO2 ). Jika dibakar akan meleleh menjadi bahan yang
bening seperti gelas yang membentuk matriks atau sebagai pengikat bagi kaolin dan quartz.
Feldspar juga dapat digunakan sebagai bahan flux.
2. Kaolin
Merupakan tanah liat berwarna putih. Jika dibakar tidak berubah warna. Bahan ini memberi warna
tidak bening (opaque) pada porselen. Porselen untuk keperluan di bidang kedokteran gigi sedikit
sekali atau bahkan tidak mengandung kaolin.
3. Quartz
Bahan ini sejenis pasir (silika) yang berfungsi memberi kekerasan dan kekuatan pada porselen.
Susunan butir-butirnya bertindak sebagai kerangka yang tahan panas. Sifatnya keras, stabil,
merupakan bahan campuran terbesar dalam kaca (glass) dan porselen kedokteran gigi. Quartz
dengan struktur heksagonal adalah bentuk silika yang paling stabil.
Bentuk struktur kristal silika :
• Quartz dipanaskan pada suhu 867oC akan mengalami recontructive transformation menjadi
tridymite (rhombohedral)
• Tridymite dipanaskan pada suhu 1470oC berubah menjadi cristobalite (kubik)
• Cristobalite dipanaskan pada suhu lebih dari 1700oC melebur dan terjadi fused quartz dan
amorphous
4. Pigmen
Bahan ini berfungsi sebagai pemberi warna pada porselen agar sesuai dengan warna gigi. Sebagai
pigmen digunakan oksida-oksida logam, misalnya indium memberi warna kuning, chrom memberi
warna merah muda, kobalt memberi warna kebiru-biruan dan titanium membuat bahan menjadi
lebih opaque.
5. Flux
Penambahan ini dimaksudkan untuk menambah kelelehan atau kecairan, merendahkan temperatur
lebur, serta menyerap bahan-bahan pencemar yang tidak dikehendaki. Sebagai flux biasanya
dipakai karbonat-karbonat kalium dan natrium, borax, gelas atau oksida timah.

Anda mungkin juga menyukai