C. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan keluhan dan manifestasi klinis pasien pada skenario, kondisi pasien
dapat dikaitkan dengan oral candidiasis akibat infeksi HIV/AIDS. Adapun
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis yaitu:
1) HIV/AIDS3
a. Skrining HIV
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
merekomendasikan skrining pada pasien semua pasien di instansi
kesehatan,semua orang dengan faktor risiko tinggi HIV, harus diskrining
minimal setahun sekali.
b. Hitung Sel T CD4
Pemeriksaan ini adalah indikator yang cukup dapat diandalkan untuk
mengetahui risiko terkena infeksi oportunistik. Jumlah normal CD4 berkisar
antara 500-2000 sel/μL. Setelah serokonversi, CD4 biasanya berada dalam
jumlah rendah (rata-rata 700 sel/μL.
c. Viral Load (VL)
Viral load pada darah perifer biasanya dipakai sebagai penanda
alternatif untuk mengetahui laju replikasi virus. Akan tetapi, pemeriksaan
VL kuantitatif tidak bisa digunakan sebagai alat diagnosis, karena
kemungkinan adanya positif palsu. Sehingga biasanya, VL berkaitan dengan
laju progresi menjadi AIDS, walaupun kemampuan prediktabilitasnya masih
lebih inferior dari CD4. Dengan terapi ART (anti-retroviral) yang adekuat,
VL dapat ditekan hingga mencapai tingkat tidak terdeteksi (<20-75 kopi/
μL). Pada tingkatan ini, biasanya jumlah CD4 meningkat, dan risiko infeksi
oportunistik berkurang.
d. Pemeriksaan HIV Sekunder
Kultur virus dapat digunakan pada pemeriksaan resistensi obat secara
fenotipik, walaupun sensitivitasnya berkurang seiring dengan menurunnya
Viral Load (VL).
2) Oral candidiasis4
a. Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Larutan KOH
Pemeriksaan langsung dengan Larutan KOH dapat berhasil bila jumlah jamur cukup
banyak. Keuntungan pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara sederhana, dan
terlihat hubungan antara jumlah dan bentuk jamur dengan reaksi jaringan. Pemeriksaan
langsung harus segera dilakukan setelah bahan klinis diperoleh sebab C. albicans
berkembang cepat dalam suhu kamar sehingga dapat memberikan gambaran yang tidak
sesuai dengan keadaan klinis. Gambaran pseudohifa pada sediaan langsung/apus dapat
dikonfirmasi melalui pemeriksaan kultur, merupakan pilihan untuk menegakkan
diagnosis kandidiasis superfisial.
b. Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Pewarnaan Gram
Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan Gram sedikit membutuhkan waktu
dibandingkan pemeriksaan dengan KOH. Pemeriksaan ini dapat melihat jamur C.
albicans berdasarkan morfologinya, tetapi tidak dapat mengidentifikasi spesiesnya.
Pemulasan dengan pewarnaan Gram dapat disimpan untuk penilaian ulangan.
Pewarnaan Gram memperlihatkan gambaran seperti sekumpulan jamur dalam bentuk
blastospora, hifa atau pseudohyfae, atau campuran keduanya. Sel jaringan seperti epitel,
leukosit, eritrosit, dan mikroba lain seperti bakteri atau parasit juga dapat terlihat dalam
sediaan.
c. Pemeriksaan Kultur pada Candida albicans
Media kultur yang dipakai untuk biakan C. albicans adalah Sabouraud dextrose
agar/SDA dengan atau tanpa antibiotik, ditemukan oleh Raymond Sabouraud (1864-
1938) seorang ahli dermatologi berkebangsaan Perancis. Pemeriksaan kultur dilakukan
dengan mengambil sampel cairan atau kerokan sampel pada tempat infeksi, kemudian
diperiksa secara berturutan menggunakan Sabouraud’s dextrose broth kemudian
Sabouraud’s dextrose agar plate. Pemeriksaan kultur darah sangat berguna untuk
endokarditis kandidiasis dan sepsis. Kultur sering tidak memberikan hasil yang positif
pada bentuk penyakit diseminata lainnya.
d. Pemeriksaan Serologi dan Biologi Molekuler pada Candida albicans
Pemeriksaan serologi terhadap Candida albicans dapat menggunakan metode
imunofluoresen/fluorecent antibody test yang sudah banyak tersedia dalam bentuk rapid
test. Hasil pemeriksaan harus sejalan dengan keadaan klinis penderita, ini disebabkan
karena tingginya kolonisasi. Pemeriksaan Candida albicans dengan metode serologis
sangat berguna untuk kandidiasis sistemik.
Referensi:
1. Umarji HR. Concise Oral Medicine. CBS Publishers & Distributors PVT. Ltd. 2018.
pp2-12,54.
2. Farah CS, Balasubramaniam R, Mccullough MJ. Contemporary Oral Medicine.
Springer.2019. pp141-6
3. Yuliyanasari N. Global burden disease–human immunodeficiency virus–acquired
immune deficiency syndrome (hiv-aids). Qanun Medika-Medical Journal Faculty of
Medicine Muhammadiyah Surabaya. 2017 Jan 27;1(01).
4. Mutiawati Kv. Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Candida Albicans. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala.2016;16(1). Hal. 57-58.