Anda di halaman 1dari 3

AGNES MAUREEN SENJAYA

1906296923

HIV/AIDS
1. Jelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam kasus ini dan tujuan pemeriksaannya.
a. Dokter gigi perlu terlebih dahulu menyelidiki riwayat kesehatan pasien. Ini mencakup
riwayat kesehatan lengkap, status penyakit, jumlah CD4, viral load, dan medikasi saat
ini
b. Tes kadar CD4 dan viral load pasien. Tes untuk mengetahui status kesehatan pasien
seperti jumlah CD4 untuk tingkat imunodefisiensi. Jumlah CD4 harus > 500 per μl.
Viral load untuk memastikan potensi penularan inf
2. Buat rencana perawatan lengkap terkait kasus berikut pertimbangannya
a. Tanyakan pasien mengenai kondisi HIV, apakah pasien rutin meminum obat ART dan
jenis obat - obatan apa saja yang mereka konsumsi
b. Melakukan pemeriksaan penunjang CD4 cell count dan viral load dikarenakan pasien
sudah ada manifestasi oral, ditakutkan HIV sudah berprogres menjadi AIDS
c. Melakukan scaling beserta debridement pada jaringan pseudomembran gingiva dan
pemberian CHX
d. Resep farmakologis pasien NUG dengan HIV/AIDS
i. Obat kumur antimikroba setiap hari dan antibiotik sistemik, khususnya
metronidazol 250 mg 3 kali sehari, selama 7 - 14 hari.
ii. Jika pasien tidak dapat mentoleransi metronidazole
1. Clindamycin 150 mg 4 kali sehari, atau
2. Amoksisilin-clavulanate 875 mg dua kali sehari selama 7 -10 hari
iii. Dapat dikombinasikan dengan antifungal untuk menekan infeksi oportunis
candidiasis → fluconazole selama 10 hari
e. KIE
i. Komunikasi perihal kondisi yang ditemukan dalam oral pasien merupakan
manifestasi dari kondisi HIV pasien yang ditakutkan berprogresi jadi AIDS
atau tidak terkontrol
ii. Informasikan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang
iii. Memastikan pasien menjaga oral hygiene dan diet sehat untuk menjaga imun
3. Jelaskan pertimbangan yang diperlukan dalam merawat pasien yang memiliki status HIV
positif [pertimbangan perawatan ortodonti cekat]
a. Pasien dengan status HIV tidak diketahui
i. Pasien asimtomatik → perawatan ortodontik dapat dilakukan dengan
menerapkan tindakan pencegahan standar dan prosedur pengendalian infeksi
ii. Pasien simtomatik → perawatan ortodontik ditunda, pasien harus disarankan
untuk menjalani tes HIV atau merujuk ke dokter spesialis HIV
b. Pasien HIV positif
i. Pasien simtomatik → perawatan ortodontik dapat ditunda sampai gejalanya
berkurang serta kondisi sistemik dan mulut lainnya teratasi
ii. Pasien asimtomatik → lakukan anamnesis apakah pasien sedang menjalani
pengobatan ART. Bila tidak, harus dirujuk untuk pengobatan HIV. Koordinasi
dengan dokter umum pasien dalam menyesuaikan pengobatan agar sesuai
dengan status kesehatan pasien. Tes kadar CD4 dan viral load pasien. Tes
untuk mengetahui status kesehatan pasien seperti jumlah CD4 untuk tingkat
imunodefisiensi. Jumlah CD4 harus > 500 per μl. Viral load untuk
memastikan potensi penularan infeksi HIV sebaiknya < 1000 copy/ml.
c. Rencana perawatan ortodontik
i. Meminimalkan paparan darah, perawatan yang konservatif dan berdurasi
singkat (jika memungkinkan, perawatan non-ekstraksi), janji temu lebih
jarang, removable appliance untuk memudahkan menjaga kebersihan mulut
dan mengurangi peradangan gingiva, penekanan pada kebersihan mulut yang
baik
ii. Peralatan yang tajam dan ujung kawat yang tajam harus dihindari untuk
mencegah goresan dan luka pada rongga mulut pasien dan juga pada dokter.
iii. Orang yang terinfeksi HIV lebih rentan terhadap infeksi Candida karena
kurangnya kekebalan tubuh. Hal tersebut diperparah dengan terapi
ortodontik. Oleh karena itu, penggunaan termoplastik baru yang tidak terlalu
berpori pada removable appliance, dan pemeliharaan kebersihan mulut yang
baik akan mengurangi adhesi dan kolonisasi Candida.
d. Apabila perlu dilakukan ekstraksi gigi untuk perawatan ortodonti cekat
i. Akibat gangguan regulasi sistem kekebalan tubuh dan potensi efek samping
obat ART, terdapat peningkatan gangguan hematologi. jumlah trombosit dan
neutrofil, perdarahan dan waktu pembekuan harus diperiksa untuk
mengetahui kecenderungan perdarahan, mempunyai efek langsung pada
perawatan gigi invasif.
ii. Terapi profilaksis pra-operasi tidak diperlukan kecuali pada pasien yang
memiliki neutropenia <500 sel/µl dikarenakan berisiko terkena endokarditis
bakterial.
iii. Penggunaan obat kumur sebelum dan sesudah perawatan untuk menghindari
infeksi mulut (klorheksidin glukonat 0,12%). Pasien dapat berkumur sebelum
prosedur dan setidaknya tiga hari setelah perawatan untuk membantu
mengurangi dan mencegah perkembangbiakan mikroba mulut.

REFERENSI
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5596288/
https://www.hivguidelines.org/guideline/hiv-periodontal/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10194426/

Anda mungkin juga menyukai