Anda di halaman 1dari 106

PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan pengendalian
infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak
dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh
rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister dan Holmes
melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi
nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar, khususnya
untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis
dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika,
kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran resiko
ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik dalam penggunaan
infeksi nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat
menjalankan program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah pengendalian
infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh
efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut
kepada seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat
maupun berobat jalan serta para pengunjung RS Azzahra.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di RS Azzahra bersifat multidisiplin, hal-hal yang
perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi prosedur
aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah supaya
tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kejadian
infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap resiko penularan
penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan
tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian pelindung,
masker, topi bedah dan lain-lain.

B. Tujuan
1. Tujuan umum .

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Bunda Plb melalui pencegahan dan pengendalian
infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi kualitas pelayanan,
management resiko, clinical governace, serta kesehatan dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
 Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas, wewenang dan
tanggung jawab secara jelas.
 Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain
secara efektif dan efisien.
 Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS RS Azzahra.

C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
 Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
 Pelayanan surveilens PPI
 Hand Higiene sebagai bariier protection.
 Penggunaan APD
 Pelayanan CSSD
 Pelayanan Linen
 Pelayanan Kesehatan karyawan
 Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
 Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS.
 Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
 Pelayanan management resiko PPI
 Antibiogram dan pola kuman RS Azzahra
 Penggunaan bahan single use yang di re-use

D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
I. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk indonesia
,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari( Community acquaired infection)atau berasal
dari( Hospital Acquired infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal
infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs) yaitu
healthcare –assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit juga
bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat
terjadi pada petugas yang didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan . Batasan
a. Kolonisasi :

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,dimana organisme
tersebut hidup,tumbuh dan berkembang biak,namun tanpa disertai adanya respon imun atau
gejala klinis.Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel pasien dan
petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa mengalami rasa
sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain (sebagai carrier).

b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme dimana
terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.
c. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang disertai
adanya respon imun dan gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain secara
langsung maupun tidak langsung.
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor,kalor,rubor
,tumor dan fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon
tubuh (imflamasi) yang bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan
berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia,(3) takipneu sesuai usia,(4)
leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang ) lebih
dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka bakar,
pankreatitis,atau gangguan metabolik.SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.

Rantai penularan.
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai
penularan,apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau
dihentikan.
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia,
dapat berupa bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit. Ada 3 faktor yang mempengaruhi
terjadinya infeksi yaitu: virulensi, patogenesis, jumlah dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan pada orang lain, reservoir yang paling umum adalah manusia,
binatang, tumbuhan, tanah, air dan bahan - bahan organik. Pada manusia sehat
permukaan kulit, selaput lendir saluran napas, pencernaan dan vagina meripakan
reservoir yang umum.

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022
c. Pintu keluar adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan reservoir, pintu keluar
meliputi saluran napas, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit, membran mukosa,
trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak; langsung dan
tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) Vehicle; makan, minuman, darah, (5) vektor
biasanya bnatang pengerat dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang
supectibel) dapat melalui saluran pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.
f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi, faktor yang mempengaruhi umur, usia,
status gizi, ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, terpasang barrier (kateter,implantasi),
dilakukan tindakan operasi.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi.


a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi kesehatan nutrisi yang
adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau sterilisasi
ataupun memasak makanan hingga matang.kalau kimia dengan pemberian clorin pada air
dan desinfeksi .
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan isolasi dan
kewaspadaan transmisi.

d. Tindakan pencegahan paska pajanan.


Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan
tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,C dan HIV.

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022

BAB II
PENYAKIT MENULAR.
1. AIDS
 Pengertian
Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena terinfeksi HIV(
human Imunodefisiency Virus).
 Penyebab
Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2)
 Klasifikasi Infeksi Aids
1. Infeksi Akut.
- Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.
- Pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu setelah kontak.
- Patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas terhadap
masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi terhadap virus HIV masih
negatif tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.
2. Infeksi Kronik Asimtomatik
- Lamanya dapat bertahun tahun .
- Tanpa gejala ,kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi
3. PGL ( Persistren Generalized Lymphadenopathy)
Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering terjadi pembesaran limpa
di leher posterior dan anterior.Kelompok ini berkembang menjadi AIDS kira2 10-30 %
dalam jangka waktu 24- 60 bulan.
 Cara Penularan HIV.
1. Penularan melalui hubungan seksual
2. Penularan melalui darah.
3. Penularan secara perinatal.

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu;


- Cairan vagina.
- ASI.
- Air mata.
- Air liur.
- Air seni.
- Air ketuban.
- Dan cairan cerebrospinal..
 Gejala dan tanda

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu 5
sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara bermakna baru AIDS mulai
berkembang dan menunjukan gejala – gejala spt :
- Diare yang berkelanjutan .
- Penuunan berat badan secara drastic.
- Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak.
- Batuk terus menerus.

2. FLU BURUNG
Dibagi menjadi 4 sbb :
 Seseorang dalam penyelidikan
 Kasus suspek.
 Kasus probabel
 Kasus konfirmasi

1. Seseorang dalam penyelidikan


Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukanpenyelidikan epidemiologi kemungkinan
terinfeksi H5N1,mis orang sehat namun kontak erat dengan kasus atau penduduk sehat namun
tinggal didaerah flu burung ,adapun gejala yang ditimbulkan :
 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Pilek
 Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
a. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti merawat,berbicara atau bersentuhan
dengan pasien dalam jarak  1 meter.
b. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti memasak,menyembelih atau
membersihkan bulu ).
c. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti membersihkan kotoran ,bahan atau
produk lain.
d. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) mengkonsumsi produk unggas mentah atau
yang tidak dimasak dengan sempurna.
e. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) memegang atau menangani sampel hewan
atau manusia yang dicurigai mengandung H5N1.

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022
f. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) atau binatang selain unggas yang terinfeksi
(babi atau kucing.)
g. Ditemukan leukopeni.
h. Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan
eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa subtipe.
i. Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial
foto.
 Infeksi selaput mata
 Diare atau gangguan pencernaan.
 Fatigue

2. Kasus probabel flu burung.


Dengan kriteria. :
1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan pemeriksaan uji HI
menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
2. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik H5dalam spesimen
serum tunggal )menggunakan uji netralisasi(dikirim kelab rujukan).

3. Kasus Flu burung terkonfirmasi.


Dengan kriteria :
1. Isolasi virus H5N1 positif
2. Hasil PCR H5N1 positif.
3. Peningkatan  4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen.
4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil  7 hari setelah awitan gejala
penyakit) dan titer antibodi metralisasi konvalesen harus pula  1/80 .
5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1  1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari
ke  stelah awitan disertai hasil positif uji serologi lain,mis titer HI sel darah merah kuda
 1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

Pencegahan :
1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung terinfeksi.
2. Menghindari peternakan unggas.
3. Hati hati ketika menangani unggas.
4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama 1 menit)
5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
 Setelah memgang unggas.
 Setelah memegang daging unggas.

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022
 Setelah memasak.
 Sebelum memasak

Pengobatan.
Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi gejala dan komplikasi
yang terinfeksi.
Macam obat :
1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)

4. COVID 19 Kasus Varian Omicron ( B.1.1.529


 Definisi kasus varian Omicron (B.1.1.529)
Kasus probable dan konfirmasi varian Omicron (B.1.1.529) memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Kasus Probable varian Omicron (B.1.1.529) adalah kasus konfirmasi COVID- 19
dengan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan positif S-Gene Target Failure
(SGTF) atau uji deteksi Single Nucleotide Polymorphism (SNP) berbasis Polymerase
Chain Reaction (PCR) mengarah ke varian Omicron.
b. Kasus konfirmasi varian Omicron (B.1.1.529) adalah kasus konfirmasi
COVID-19 dengan hasil pemeriksaan sekuensing positif Omicron SARS-CoV-2.
 Pemeriksaan
Dalam melakukan deteksi varian Omicron (B.1.1.529) perlu memastikan semua spesimen
kasus konfirmasi COVID-19 diperiksa dengan ketentuan:
a. Bagi laboratorium yang melakukan pemeriksaan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)
termasuk pemeriksaan RT-PCR:
i. yang memiliki kit yang langsung dapat mendeteksi SGTF atau SNP (dengan tambahan
1 atau lebih target gen selain S) yang mengarah ke arah varian Omicron dan sudah
tervalidasi, maka pemeriksaan dapat langsung dilakukan tanpa Nucleic Acid
Amplification Test (NAAT) pendahuluan.
ii. yang tidak memiliki kit yang langsung dapat mendeteksi SGTF atau SNP yang
mengarah ke arah varian Omicron dan sudah tervalidasi, maka laboratorium harus
mendeteksi COVID-19 terlebih dahulu dengan menggunakan Nucleic Acid
Amplification Test (NAAT), kemudian sampeldikirim ke laboratorium rujukan untuk
dilanjutkan dengan pemeriksaan SGTF atau SNP yang mengarah ke arah varian
Omicron.
b. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan pemeriksaan dengan Rapid Diagnostic
Test Antigen (RDT-Ag), maka melakukan pengambilan spesimen ulang untuk dikirim ke
laboratorium rujukan yang dapat mendeteksi SGTF.

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
PEDOMAN PPI RS AZZAHRA TAHUN 2022

Dalam rangka penguatan surveilans genomik COVID-19, maka spesimen kasus konfirmasi
COVID-19 dilakukan pemeriksaan WGS di beberapa laboratorium sesuaidengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Pelacakan dan Karantina
Setiap kasus konfirmasi COVID-19 baik varian Omicron (B.1.1.529) maupun varian
lainnya harus segera dilakukan pelacakan kontak. Ketentuan pelacakan kontak dan karantina
varian Omicron pada prinsipnya sama dengan varian lainnya mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/4641/2020 tentang Panduan Pelaksanaan
Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, dan Isolasi DalamRangka Percepatan Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
d. Isolasi
Kasus probable dan konfirmasi varian Omicron (B.1.1.529.) baik yang bergejala
(simptomatik) maupun tidak bergejala (asimptomatik) melakukan isolasi
a. Tempat isolasi
i. Kasus konfirmasi COVID-19 dengan gejala berat-kritis dirawat di rumah sakit
penyelenggara pelayanan COVID-19.
ii. Kasus konfirmasi COVID-19 dengan gejala sedang, atau gejala ringan disertai
komorbid yang tidak terkontrol dapat dirawat di rumah sakit lapangan/rumah
sakit darurat atau rumah sakit yang penyelenggarapelayanan COVID-19.
iii. Gejala klinis untuk kasus konfirmasi COVID-19 varian Omicron pada
prinsipnya sama dengan gejala klinis COVID-19 varian lainnya.
iv. Kasus konfirmasi COVID-19 tanpa gejala (asimptomatik) dan gejalaringan
dapat melakukan isolasi mandiri jika memenuhi syarat klinis dan syarat rumah.
1. Syarat klinis dan perilaku
a. usia < 45 tahun;
b. tidak memiliki komorbid;
c. dapat mengakses telemedicine atau layanan kesehatan lainnya;
dan
d. berkomitmen untuk tetap diisolasi sebelum diizinkan keluar
2. Syarat rumah dan peralatan pendukung lainnya
a. dapat tinggal di kamar terpisah, lebih baik lagi jika lantai
terpisah;
b. ada kamar mandi di dalam rumah terpisah dengan penghuni
rumah lainnya; dan
c. dapat mengakses pulse oksimeter
Jika pasien tidak memenuhi syarat klinis dan syarat rumah, maka pasienharus
melakukan isolasi di fasilitas isolasi terpusat. Selama isolasi, pasien harus
dalam pengawasan Puskesmas atau satgas setempat.
Isolasi terpusat dilakukan pada fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah
pusat, pemerintah daerah, atau swasta yang dikoordinasikanoleh puskesmas dan
dinas kesehatan.
v. Untuk pasien yang di rawat di rumah sakit dan sudah mengalami perbaikan
klinis dilakukan pemeriksaan RT-PCR sebanyak 2(dua) kali dengan jarak
waktu pemeriksaan 24 (dua puluh empat) jam. Apabila hasil

SK Dir No. 015/SK/DIR-RSAz/VIII/2022


Dr. Betti Hariani, MM
positif, maka lokasi isolasi pasien dapat dipindahkan ke fasilitas
isolasi terpusat, atau melakukan isolasi mandiri jika memenuhi
syarat rumah sesuai dengan kriteria isolasi.
vi. Kasus konfirmasi COVID-19 Warga Negara Indonesia yang
merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dapat
menggunakan bukti identitas berupa paspor dan Surat Jaminan
Pelayanan (SJP) dari pimpinan rumah sakit untuk dapat
dirawat di rumah sakit lapangan/rumah sakit darurat atau
rumah sakit penyelenggara pelayanan COVID-19. Sebaiknya
PPLN dengan gejala ringan atau tanpa gejala (asimptomatik)
isolasi dilakukan di tempat isolasi khusus untuk luar negeri,
sedangkan PPLN dengan gejala sedang dan berat dilakukan
isolasi di rumah sakit.
b. Kriteria dinyatakan selesai isolasi/sembuh
i. Pada kasus konfirmasi COVID-19 yang tidak bergejala
(asimptomatik), isolasi dilakukan selama minimal 10
(sepuluh) hari sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.
ii. Pada kasus konfirmasi COVID-19 dengan gejala, isolasi
dilakukan selama 10 (sepuluh) hari sejak muncul gejala
ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari bebas
gejala demam dan gangguan pernapasan. Dengan demikian
untuk kasus-kasus yang mengalami gejala selama 10 (sepuluh)
hari atau kurang harus menjalani isolasi selama 13 (tiga belas)
hari. Dalam hal masih terdapat gejala setelah hari ke 10
(sepuluh), maka isolasi mandiri masih tetap dilanjutkan
sampai dengan hilangnya gejala tersebut ditambah 3 (tiga)
hari.
iii. Pada kasus konfirmasi COVID-19 yang sudah mengalami
perbaikan klinis pada saat isoman/isoter dapat dilakukan
pemeriksaan NAAT termasuk pemeriksaan RT-PCR pada hari
ke-5 dan ke-6 dengan selang waktu pemeriksaan 24 jam. Jika
hasil negatif atau Ct>35 2 kali berturut- turut, maka dapat
dinyatakan selesai isolasi/sembuh. Pembiayaan untuk
pemeriksaan ini dilakukan secara mandiri,
iv. Pada kasus konfirmasi COVID-19 yang sudah mengalami
perbaikan klinis pada saat isoman/isoter akan tetapi tidak

11
dilakukan pemeriksaan NAAT termasuk pemeriksaat RT-PCR
pada hari ke-5 dan ke-6 dengan selang waktu 24 jam, maka
pasien harus melakukan isolasi sebagaimanaketentuan kriteria
selesai isolasi/sembuh pada huruf b angka 2) diatas.

e. TUBERKULOSIS (TBC)
 Penyebab
TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni micobactpi derium
tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,tetapi dapat
bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa jenis
micobakterium lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).Hampir
semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling
sering paru.
 Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan
Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten.Di indonesia diperkirakan
terdapat 583 000 kasus baru dengan 140 000 kematian setiap tahun.
Faktor resiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan merokok.
 Cara penularan.
Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.
 Masa Inkubasi
Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberculosis positif
memerlukan waktu antara 2 -10 minggu .Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner
progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten bisa
terjadi seumur hidup.Pada pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa
lebih pendek.
 Masa penularan
Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung
BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan adekuat selama min 2
minggu,sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan persisten
AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.

12
Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan,virulensi
kuman,terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi
seperti intubasi dan bronkoskopi
 Gejala klinis :
- Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.
- Batuk berdahak
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Sering demam
- Nafsu makan menurun.
- Penurunan berat badan .
- BTA (+)
 Pengobatan :
Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda DOTS
(directly observed treatment shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum obat.
Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari
selama 2 bulan berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan rif 3 kali seminggu
selama 4 bulan.
 Pencegahan.
- Penemuan dan pengobatan TB
- Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi.
- Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.

4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)


 Pengertian
Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan kebal
terhadap antibiotika. Jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS. Saat ini
MRSA ada 2 tipe :
1. Health care asosiated (HA –MRSA)

13
Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit..
2. Community asosiated (CA-MRSA)
Yang baru ini ditemukan ditempat –tempat umum,fitness,loker-loker,sekolah dan
perabotan rumah tangga.
Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah,jika daya
tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala .Bakteri yang dibawa sipasien menyebar
dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan menyentuh barang yang
terkontaminasi . Stapylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi kulit,jerawat,bisul,abses
atau gigitan serangga,ini biasa menyebabkan bengkak,merah dan nyeri.bakteri ini dapat
menembus kulit sampai dengan menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung
dan paru yang bias mengancam jiwa.
 Penyebaran MRSA.
1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga yang
MRSA
3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA
Tanda dan gejala :
1. Infeksi luka
2. Bisul
3. Folikel rambut yang terinfeksi
4. Impetigo
5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga

 Diagnose :
Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat dan dikultur untuk S
aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian
terkena antibiatikyang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di
Meticilindalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur ayng sama juga dilakukan untuk
menentukan apakah seseorang merupakan pembawa MRSA(Screning untuk carrier) tetapi
sample kulit atauselaput lender hanya diswab tidak dibiopsi

14
 Pengobatan MRSA :
 Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti menyebar
infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap
antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotic berhasil
mengendalikan infeksi tapi jarang.
Tindakan pencegahan :
1. Kebersihan tangansesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung anda.
2. Bila batuk terapkan etika batuk
3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup kain kasa,
ganti ferban sesering mungkin terutama jika basah.
4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda melalui feces dan urine
5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA.
6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang lainnya.
7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengansabun dan clorin 0,5%.

15
BAB III
KEGIATAN PELAYANAN PPIRS

A. SURVEILENS
Merupakan suatu pengamatan yang sistematis, efektif dan terus menerus terhadap
timbulnya dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya penyebaran penyakit :
1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa inkubasi infeksi
tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda- tanda infeksi
sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti masa inkubasi dari
infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi
infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.


1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada
waktu masuk rumah sakit.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,sifilis) dan
baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :


1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka terbuka )yang tidak
memberikan gejala dan tanda klinis.
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non infeksi
seperti zat kimia.

Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:

16
1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah dan jenis kuman
penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling sederhana
seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat penggunaan
berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan yang dapat
menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.

Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :


1. Petugas rumah sakit.
2. Pengunjung pasien.
3. Antar pasien itu sendiri.
4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit.
5. Lingkungan.

Program Pencegahan infeksi di rumah sakit


1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.
2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.
3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.
4. Melindungi petugas.
5. Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas .

B. INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi adalah adanya organisme dalam jaringan tubuh atau cairan tubuh yang disertai efek
samping klinik (baik lokal atau sistemik) pada host. Infeksi harus dibedakan dengan kolonisasi, dimana
adanya organisme pada kulit, dalam jaringan tubuh atau dalam cairan tubuh tetapi tanpa disertai efek
samping klinik, dan peradangan, kondisi tersebut akibat dari respon jaringan terhadap injuri atau
rangsangan oleh agen noninfeksius. Infeksi yang terjadi selama hospitalisasi tetapi pasien tidak infeksi

17
atau tidak pada masa inkubasi ketika masuk rumah sakit didefinisikan sebagai nosokomial.
Prinsip-prinsip penting dalam mendefinisikan infeksi nosokomial adalah informasi yang
digunakan untuk menentukan adanya infeksi dan klasifikasinya sebaiknya merupakan kombinasi
hasil pemeriksaan klinis dan hasil test laboratorium atau tes-tes lainnya :
a. Bukti klinis adanya infeksi didapat dari observasi langsung infeksi pada pasien atau dari
sumber-sumber data yang lain, seperti status pasien.
b. Bukti laboratorium berupa hasil biakan, test deteksi antigen atau antibodi, atau visualisasi
mikroskopik
c. Data pendukung diambil dari pemeriksaan diagnostik yang lain seperti : sinar X
d. Infeksi pada neonatus dan anak kecil, dimana manifestasi kliniknya berbeda dengan dewasa,
diberlakukan kriteria khusus.
e. Diagnosa infeksi oleh dokter yang merawat atau dokter bedah, yang didapat dari observasi
langsung waktu pembedahan, pemeriksaan endoskopi dan prosedur diagnosa lainnya, atau
juga dari pemeriksaan klinis merupakan kriteria yang dapat diterima, kecuali terdapat bukti
kuat yang tidak mendukung.
f. Tidak ada bukti atau tanda-tanda tentang infeksi atau masa inkubasi ketika masuk rumah sakit.

C. JENIS-JENIS INFEKSI NOSOKOMIAL


Berikut ini adalah infeksi-infeksi nosokomial yang dimonitor oleh tim pengendalian infeksi
dengan cara surveylance.
1. HAP (hospital aquared pneumonia) dan VAP (Ventilator associated pneumonia).
a. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien
dirawat dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak
menderita penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat diakibatkan karena tirah
baring yang lama (koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk gaster).
b. VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan tanda
– tanda infeksi saluran napas.

 Kriteri pneumonia :
1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru.
2. Produksi sputum banyak dan purulen.
18
3. Hasil X – ray adanya densitas paru (infiltrate).
4. Demam >38  C dan batuk.
5. Pemeriksaan cedían sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK)

Pada orang dewasa dan anak >12 bulan di dapatkan:


1. Bunyi napas menurun pekak, ronkhi basah pada daerah paru.
 Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum
 Biakan kuman dan biakan darah ()
 Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.
2. Hasil X – Ray ada infiltrasi paru,konsolidasi,cavitasi,efusi pleura baru secara
progrsif ditambah salah satu ini:
 Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum.
 Isolasi kuman dan biakan darah (+).
 Isolasi kuman patogen aspirasi tracea ,sikatan brokus atau biopsy (+).
 Titer IgM atau IGG spesifik meningkat
 Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan .

Pada umur kurang dari 12 tahun.:


Didapatkan 2 atau = apneu,takipneu bradikardia, wheesing, ronchi basah, batuk
ditambah satu diantaranya sbb:
1. Produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen.
2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+).
3. Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).
4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan.
5. Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4x .
6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.

 Faktor Penyebab :
1. Lingkungan
- Legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.
- Makanan ;Muntahan.

19
2. Peralatan .
- NGT
- ET
- Suktion kateter.
- Peralatan bronchospi
- Peralatan pernapasan.
3. Manusia.
- Haemofilus influenza.
- Stapilococus Aereus
- Stapilococcus pnemonia.
- MDR stains.

 Faktor - faktor resiko :


1. Kondisi pasien sendiri.
- Usia > 70 tahun.
- Pembedahan (thorakotomi,abdomen)
- penyakit kronis.
- Penyakit jantung kongestif.
- Penyakit paru obstruksi kronis.
- Perokok.
- Koma.
- CVD.

2. Faktor pengobatan
- Sedasi.
- Anestesi umum.
- intubasi tracea.
- Pemakaian ventilator mekanik yang lama.
- Penggunaan antibiotika .
- penggunaan imunosupresif dan citostatika.

20
 Prinsip dasar pencegahan :
- Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi.
- Tinggikan posisi kepala 30- 45 .
- Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction
kateter.
- Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shif.
- Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi.
- Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan
mengeluarkan lendir.
- Mobilisasi dini setelah operasi..

 Populasi beresiko HAP


1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.
2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
3. Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.

Infeksi rate HAP = Numerator x 1000=.....%


Denominator

 kasus HAP perbulan x 1000=.......%


 Hari rawat tirah baring perbulan.

Populasi beresiko VAP :


1. Terfokus spesifik diruang ICU,NICU,PICU.
2. Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
3. Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan.
4. Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

Clinical Pulmonari Infection score ( CPIS)


Score
Indikator
1 2 3
Sekresi trakea sedikit sedang banyak
Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir
Suhu >36.5 & <38.4 >38.5 & 8.9 >39 &<36
21
Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau -
11.000
Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan
ARDS

Infeksi rate VAP = Numerator x 1000 = .....%


Denominator

 kasus VAP perbulan x 1000 =........%


 Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

2. ISK (Infeksi Saluran kemih)


 Pengertian
Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien
masuk rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu
dirawat atau sesudah dirawat.
 Kebijakan
- Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
- Jika pasien terpasang Kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
- Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah
responden terpenuhi.
 Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :
a. Endogen : Perubahan flora normal.
b. Eksogen : Prosedur yang tidak bersih / steril
Contoh : Tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.

2.1. Infeksi Saluran Kemih Simtomatik.


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
 Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria ( urgency )
- Polakisuria

22
- Nyeri Suprapubik.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis
mikroorganisme.

 Dua dari gejala :


- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
dan salah satu tanda :
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak
disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak
disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan
jumlah > 100.000 kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah
100.000 kuman/ml dan pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2. 2. Infeksi Saluran Kemih Asimtomatik.


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik

23
- Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua
jenis kuman.
* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali
hasil biakan > 100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari
dua jenis dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

2.3. Infeksi Saluran Kemih lain.


(dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga
perinefrik) dengan salah satu kriteria dibawah ini :
 Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
 Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara
hispatologis.
 Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
- Dan salah satu dari tanda :
 Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
 Biakan darah positif
 Radiologi terdapat tanda infeksi
 Diagnosis dokter
Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai

Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :


- Demam 380C
- Hipotermia

24
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2.4. Infeksi Saluran Kemih pada neonatus


- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal
tumbuh ( gejala sama dengan sepsis ).
- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi
suprapubik. Biakan urin positif kalau ditemukan kuman lebih dari
100.000/ml urin.

2.5. Infeksi Saluran Kemih pada Anak


- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang –
kadang diare atau kencing yang sangat berbau.
- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering
kencing dan ngompol. Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin
jelas seperti ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau nyeri
pinggang.

25
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi
buli – buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa
berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan
positif apabila jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila
melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah
kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.

3. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )


 Definisi Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ
atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran darah
primer dapat ditetapkan secara klinis dan laboratories dengan gejala / tanda berikut :
a. Klinis
 Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian
antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
- Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
- Dan semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
 Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain.
 Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.
CATATAN :

26
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3
jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau
rectal.

 Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa
penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
- Dan Semua gejala / tanda di bawah ini :
 Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
 Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

 Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih
diantara enam gejala berikut :
 Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 37 0C)
- Hipertermi (380C) dan sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
Tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan
sirkulasi perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan
hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan
letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan
perdarahan.
- Dan semua gejala / tanda di bawah ini :

27
 Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada
pertumbuhan kuman.
 Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
 Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

b. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan. Ditemukan satu diantara 2 kriteria
berikut :
1. Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat lain.
2. Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
- Dan Satu diantara tanda berikut :
 Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman
tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ /
jaringan ) lain.
 Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang
menggunakan alat intravascular ( kateter intravena ) dan dokter telah
memberikan antimikroba yang sesuai dengan sepsis.

Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejala berikut :


- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100/mnt
- Dan Satu diantara tanda berikut :

28
 Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman
tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan
lain )
 Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan
alat intravaskuler ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan
antimikroba yang sesuai dengan infeksi.
CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.

Cara penghitungan :
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat kateter urine

4. ILO (Infeksi Luka Operasi)


 Pengertian SSI
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit
(subkutan).
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia
dan lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.

Kategori operasi :
Operasi bersih, adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra bedah
tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius, gastroinestinal,
orofaring, urinarius atau traktus biliaris atau operasi terencana dengan penutupan kulit
primer atau tanpa pemakaian drain tertutup.

29
 Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- Mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)
- Terjadi hal 2 sbb:
1. Drainase bahan purulen dari insisi superficial
2. Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang
diambil secara aseptic dari tempat insisi superficial.
- Sekurang kurangnya terdapat :
 Satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang
terlokalisir, kemerahan, atau hangat pada perabaan.
 Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan
positif atau tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak
memenuhi kriteria ini.
 Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani
pasien tersebut.
b. Faktor Risiko ILO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier
MRSA, lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik
profilaksis, lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi
darah, mandi sebelum infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden
terpenuhi.

 Kategori resiko :
1. Jenis luka
- Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0

30
- Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
Keterangan :
- Luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- Kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
- Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
- Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
- ASA 1-2, skor : 0
- ASA 3-5, skor : 1

= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.

 Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
 Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari
operasielektif dan jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
 Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah
sekitar operasi terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi
(pencukuran dilakukan 1 jam sebelum operasi dengan menggunakan alat
cukur elektric.
 Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula
darah yang terlalu rendah sebelum operasi.

31
 Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif
operasi.
 Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2
% min 1 jam sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
 Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
 Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah
kebersihan tangan tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari
tubuh agar air mengalir dari ujung jari menuju siku,keringkan tangan
dengan handuk steril, pakai saung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
 Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan
pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
 Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling
efektif terhadap patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada
operasi jenis tersebut yang direkomendasikan.
 Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi
sehingga sat dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan
maximal.

2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
 Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
 Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk
mencegah ILO.
 Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk
lewatnya peralatan bedah.
 Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.

32
 Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan
biarkan 10 menit kemudian bersihkan cairan tadi .
 Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai
operasi kotor.
 Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt
normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
 Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
 Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan
segera seperti instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
 Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar
bedah saat operasi berjalan .
 Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.
 Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila
tampak kotor dan terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
 Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
 Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi
spinal / epidural/ dan bila menyiapkan obat- obatan steril.
 Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
 Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang
efektif,minimalkan jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space)
pada lokasi operasi.
 Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain
pd lokasi tubuh yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera
mingkin bila sudah tidahk dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
 Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan
penggantian verban.
 Lakukan mobilisasi sedini mungkin.
33
 Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi
makanan bergizi.

D. Kebersihan tangan.
Pedoman menkebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang kapan dan bagaimana
melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan untuk pembedahan, telah mengalami
perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada tahun 1980
an.
Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan kebersihan tangan
memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade 1990).
Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang kepatuhan
tenaga kesehatan dalam menkebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa kepatuhan
menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:
 Skin irritation
 Inaccessible handwashing supplies
 Being too bussy
 No thinking abut it

Kepatuhan kebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%, sedangkan Galleger 1999
melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan tangan tersebut :

Individu Patuh % Tidak Patuh %

Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan lainya 43 57
Mahasiswa perawat 0 100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai
sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran mikroorganisme multiresisten serta
diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal

34
ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang jumlahnya sangat
banyak.
Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan
kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan kuku jari tangan sebagian
besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti :
s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui kontak
dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini
hidup pula pada permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta
memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi nosokomial
(JHPIEGO, 2004).
 Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan debris secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dan mereduksi jumlah mikroorganisme transient dengan menggunakan
bahan tertentu.
a. Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien ,petugas lain,atau
permukaan lingkungan (meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme ini tinggal dilapisan
luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan.Flora residen tinggal dilapisan kulit yang
lebih dalam serta didalam folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat dilakukan
pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air mengalirUntungnya pada sebagian
kasus ,flora residen kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi menular melalui
udara seperti flu burung. Tangan atau kuku petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada
lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S. Aureus, batang
gram negatif.
b. Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga
membantu melepaskan kotoran,debris dan mikroorganisme yang meempel sementara di
tangan.sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepaskan mikroorganisme secara
mekanik,sementara sabun anti septik disamping membersihkan juga dapat membunuh
kuman
c. Agen antiseptik

35
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme baik
yang transien atau residen.
d. Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang ditambahkan pada
handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit.

e. Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan tangan merupakan air
bersih bebas mikroorganisme, memiliki turbiditas rendah (jernih ,tidak berbau ).

 Tujuan
1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,
2. Mereduksi jumlah microorganisme transient

 Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;


1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub

 5 moment kebersihan tangan :


1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien

 Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan


1. Petugas menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari sebanyak 4x.

36
3. Jari –jari sisi dalam dari kedua tangan petugas saling mengunci sebanyak 4x
4. Petugas menggosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari – jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari – jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya sebanyak

 Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:


1. Kuku harus seujung jari tangan.
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus diobati dan dibalut dengan balutan yang kedap air.
4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan dipakai

E. ALAT PELINDUNG DIRI


Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan
bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada staf
yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan
resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk
melindungi staf .
Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata
(perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak negara kap, masker,
gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, bagaimanapun, terbuat
dari kain yang diolah atau bahan sintetik yang menahan air atau cairan lain (darah atau cairan
tubuh) menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas
karena mahal. Di banyak negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang 140/in²) adalah
bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan tirai. Sayangnya, katun
enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena cairan dapat menembusnya dengan mudah,
yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat
untuk ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk
dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan kontaminasi dapat
terlihat.
37
Macam APD :
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Kaca mata,
4. Topi
5. Apron/celemek
6. Pelindung kaki
7. Gaun pelindung
8. Helm

1. Sarung tangan.
Tujuan memakai sarung tangan :
 Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit
yang utuh dan benda-benda yang terkontaminasi.
 Jenis sarung tangan :
a. Sarung tangan steril:
- Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah
- Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif
- Penggunaanya sekali pakai.
b. Sarung tangan tidak steril
- Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan
- Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau bahan
berbahaya
c. Sarung tangan rumah tangga
- Digunakan di linen, gizi, IPAL
- Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan khusus
(piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll)
 3 saat petugas menggunakan sarung tangan :
1. Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan
menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan kulit yang tidak
utuh.

38
2. Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien (saat akan
melakukan tindakan aseptik atau menangani benda – benda yang terkontaminasi .
3. Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien lain(saat
penggunaan sarung tangan yang benar,krn sarung tangan belum tentu tidak
berlubang walaupun kecil)
 Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan;
- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.
- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .
- Hindari jamahan pada benda-benda lain.
- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.

2. Pelindung wajah.
 Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata .
 Jenis alat :
- Masker.
- Kaca mata.
- Face sheild.

3. Masker
a. Masker bedah
 Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli bedah, VK
 Di ganti bila basah atau selesai pembedahan
 Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua rambut
muka
 Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja ,bicara,
batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang
terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.
a. Masker khusus
 Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang mendapatkan
imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.
 Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di ruang isolasi.

39
 Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk penggunakan
diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah rangkap 2.
b. Masker biasa.
 Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat
pengelolaan sampah,kamar mandi,ipal dll)
 Digunakan saat menderita batuk pilek..
 Digunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau (personal
higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)
4. Gogless (kacamata)
 Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang
terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih, kacamata
pengaman, pelindung muka dan visor.
 Digunakan untuk prosedur bedah dan kemoterapi,mengosongkan drinage.

5. Apron (Clemek)
 Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi cipratan
atau kontak dengan cairan tubuh pasien.
 Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen , dapur, IPAL,
Laboratorium, VK.
 Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien
(instrumen,urinal,pispot,bemgkok dll)

6. Gaun.
 Tujuan :
Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh
lainnya yang dapat mencemari baju.
 Jenis Gaun :
- Gaun pelindung tidak kedap air.
- Gaun pelindung kedap air.
- Gaun steril.
- Gaun non steril.

40
 Indikasi penggunaan gaun :
Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi pada
pakaian petugas seperti ;
 Seperti membersihkan luka bakar.
 Tindakan drainage.
 Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau Toilet.
 Menangani pasien perdarahan masif.
 Tindakan bedah.
 Perawatan gigi.
Gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.

7. Pelindung kaki
 Tujuan :
- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya
dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhann alkes.
- Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan
- Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan untuk
melindungi kaki dari:
a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya
b. Bahan atau peralatan yang tajam

8. Topi (penutup kepala)


 Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan berbahaya.
 Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindingi kepala petugas dari
bahan – bahan berbahaya dari pasien.
 Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas
(operasi,pemasangan kateter vena sentral.)

9. Helm
 Terbuat dari plastik

41
 Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bangunan.

Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung dilakukan
?
Cuci Sarung tangan Jubah/ Masker/
No. Kegiatan
tangan Steril biasa Celemek Google
Perawatan umum
1. Tanpa luka
 Memandikan / bedding √ √
 Reposisi √ √
2. Luka terbuka
 Memandikan / bedding √ √ K/P
 Reposisi √ √ K/P
3. Perawatan perianal √ √ √
4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik √ K/P
6. Penggantian balutan
 Luka operasi √ √ K/P K/P
 Luka decubitus √ √ K/P K/P
 Central line √ √ K/P K/P
 Arteri line √ √ K/P K/P
 Cateter intravena √ √ K/P K/P
Tindakan Khusus
7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P
8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P
9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P
10. Pasang NGT √ √ √ K/P
11. Mengukur suhu axilia √ K/P
12. Mengukur suhu rectal √ √
13. Kismia √ √ K/P K/P
14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/P
Perawatan saluran nafas
15. Tubbing ventilator √ √ K/P
16. Suction √ √ K/P √ K/P
17. Mengganti plaster ETT √ √ K/P √ K/P
18. Perawatan TT √ K/P √√
19. PF dengan stethoscope √ K/P
20. Resusitasi √ √ √ √√
21. Airway management √ √ √
Perawatan Vasculer
22. Pemasangan infuse √ Lebih √ K/P K/P
baik

42
23. Pengambilan darah vena √ Lebih √ K/P K/P
baik
24. Punksi arteri √ Lebih √ K/P K/P
baik
25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √
26. Penggantian botol infuse √
27. Pelesapan dan penggantian selang √ √
infuse
28. Percikan darah / cairan tubuh √ √ √
29. Membuang sampah medis √ √ √
30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P

F. STERILISASI
Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bakterial Adalah
Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry heat dengan menggunakan
oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang digunakan untuk proses sterilisasi.
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif,
tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001). Pada
umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain
yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah,
instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan
menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber panas.

Kondisi Standar Sterilisasi Panas


 Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan harus berada pada 106 kPa;
20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang
lebih tinggi pada 132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda bergantung pada sterilisator
yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik.
 Panas kering :
- 170ºC selama 1 jam (total cycle time-meletakkan instrumen-instrumen di oven,
pemanasan hingga 170ºC, selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam),
atau 160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).
Ingat:
43
- Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target
- Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini lebih pendek,
hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk alat-alat
individual.

Kegiatan di unit CSD :


1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi
2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
 Pagi pukul 07.00-08.00 WIB
 Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area ini adalah:
a. Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor”,
Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan dikeringkan. Area
penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor” harus memiliki:
 Sebuah konter penerimaan;1
 Dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk membilas) dengan
suplai air bersih; dan
 Sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan
b. Area kerja “bersih”
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
 diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
 dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan dikirim untuk disimpan
seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk dikeringkan dan dimasukkan
dalam wadah steril atau DTT.
Area kerja bersih harus mempunyai:
 meja besar;
 rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan
 sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
c. Area penyimpanan peralatan bersih, dan

44
Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD melalui area
ini. Lengkapi peralatan area ini dengan:
 rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan ruangan
tersendiri.
d. Area penyimpanan steril atau DTT.
Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di
area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau
rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini
melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat
diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi
terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras (lint-
free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan
jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20 cm dari
dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. Kardus melepaskan debu
dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket
itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini
tidak menjamin sterilitas.
 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
 Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
 Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

Sistem Shelf Life:


 Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan terkait dengan
waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan efektivtas pak tersebut.
 Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak mencakup berbagai
penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi kelembaban, dan kontaminasi udara.

45
 Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah basah, terjatuh di lantai,
berdebu atau tidak tersegel.
 Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan, kondisi selama
penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan sebelum digunakan.
 Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah kerusakan dan
kontaminasi.
 Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan penanganan pak secara
berlebihan atau kurang tepat. Idealnya sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika
mengeluarkan dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika
mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3) ketika memilihnya dibuka
untuk digunakan.

Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas atau membahayakan


efisiensi barier bakterial atas materi yang sedang dipak adalah:
 Bakteri di udara
 Debu
 Kelembaban
 Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
 Terbukanya pak tersebut.
 Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak tersebut untuk
memastikannya tidak terkontaminasi.
Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya
 Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTT dari peralatan kotor dan
peralatan yang harus dibuang. Jangan memindahkan atau menyimpan peralatan ini bersama-
sama.
 Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke prosedur atau ruang
operasi dengan kereta tertutup atau wadah dengan penutup untuk mencegah kontaminasi.
 Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum membawa suplai ini ke
dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau area kerja CSD yang bersih. (Shipping boxes
mengeluarkan debu dan menjadi tempat bersarang serangga yang dapat mengontaminasi area
ini.)

46
 Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area penerimaan/pembersihan di CSD dengan tong
sampah tertutup dan antibocor.
 Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan dengan tong sampah
tertutup dan antibocor.
 (Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan pengelolaan peralatan yang
akan dibuang)

Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :


1. Indikator mekanik
2. Indikator Kimia
3. Indikator biologi
4. Indikator mikrobiologi
Sumber : Perkins 1983

G. DEKONTAMINASI
Merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung tangan yang telah
tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang
mungkin terkena darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam di larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat
mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986).
Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat kontaminasi
oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Nyström (1981)
menemukan kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari
100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan
penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan,
didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi .

47
Proses desinfeksi barang use yang di reuse
Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :
Tingkat
Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat
resiko
Alat yg masuk, Sterilisasi Sterilisasi harus Alat yang
penetrasi dalam steam, sterad dijaga : digunakan untuk
jaringan steril, atau DDT  Bungkusan alat tindakan invasif.
rongga, aliran harus kering.
darah  Kemasan tidak
robek
 Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif
selama
Kritis
penyimpanan.
 Simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
 Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Alat yang Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kontak dengan steam/termal daerah bersih dan berhubungan
selaput lendir dan dengan kering guna dengan respiratori :
cairan melindungi dari  LM laringeal
desinfektan kontaminasi mask.
tingkat tinggi lingkungan  Vaginal
speculum.
 Endotrakeal non
Semi kritis
kinkin.
 Probe invasif
ultrasonic (trans
vaginal probe).
 Fleksible
*colonoscope
 Breast pump

48
Alat yang Bersihkan alat Simpan dalam Alat non invasif
kontak dengan dengan keadaan bersih equipment:
kulit menggunakan ditempat yang  Bedpan dan
detergent dan kering urinal.
air. jika  Manset tekanan
Non kritis menggunakan darah.
desinfektan  bed
gunakan yang  Termometer.
compatibel  Tourniket
 * Tensi meter

Desinfeksi lingkungan rumah sakit


 Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly didesinfeksi dengan
detergen netral.
 Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan desinfeksi
tingkat menengah

49
BAB IV
KOMPONEN UTAMA PENCEGAHAN INFEKSI DAN PENGGUNAANNYA

I. PENGGUNAAN PELINDUNG
Penggunaan pelindung (barier) fisik, mekanik, atau kimiawi di antara mikroorganisme dan
individu, misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap atau petugas layanan
kesehatan, merupakan alat yang sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (barier membantu
memutuskan rantai penyebaran penyakit). Contohnya, tindakan berikut memberikan perlindungan
bagi pencegahan infeksi pada klien, pasien dan petugas layanan kesehatan serta menyediakan
sarana bagi pelaksanaan Pencegahan Baku yang baru:
 Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat berpotensi menularkan infeksi.
 Kebersihan tangan—prosedur yang paling penting dalam pencegahan kontaminasi silang
(orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang).
 Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka, selaput lendir
(mukosa), darah atau duh tubuh lainnya atau instrumen yang kotor dan sampah yang
terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif.

A. Management Resiko PPI


Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan ,memerlukan perhatian dan
tindakan yang baik .Terutama pencegahan dan pegendalian infeksi yang merupakan acuan mutu
rumah sakit,sehingga memerlukan tindakan yang baik.
Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :
1. Resiko adalah :
 Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan
(AS/NZS 4360:2004)
 Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009)
2. Management Resiko adalah :

50
 Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang –peluang sambil
mengelola efek yang tidak diharapkan. (AS/NZS 4360:2004)
 Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan
dengan resiko (ISO 3100:2009)

B. Identifikasi Resiko
Adalah proses mengenal ,menemukan dan mendiskripsikan resiko. Hal pertama yang
dilakukan untuk mengelola resiko adalah mengidentifikasi ,identifikasi ini juga dibagi 2 secara
Proaktif dan Reaktif.
a. Identifikasi secara proaktif.adalan kegiatan identifikasi yang dikakukan proaktif mencari
resiko yang menghalangi rumah sakit mencapai tujuan. Jika faktor resikonya belum muncul
dan bermanifestasi metoda yang dapat dilakukan dengan cara, audit, brain storming, pendapat
ahli, FMEA, analisa swot.
b. Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah resiko muncul dan
bermanifestasi dalam bentuk insiden dan gangguan. Metoda yang digunakan adalah pelaporan
insiden tertentu saja kita akan melaksanakan prinsip identifiksi proaktif karena belum
menimbulkan kerugian.

C. Analisa Resiko.
Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan peringkat resiko,analisa
dilakukan dengan cara menilai :
1. Seberapa sering peluang resiko muncul,
2. Berat ringannya dampak yang ditimbulkan

TABEL PERINGKAT RESIKO


1 2 3 4
Descripsi Selalu
Jarang Intermediate Sering
terjadi
Frekuensi
Probability
Dampak
Occurence
Keterangan : Ekstrim ( 15-25), Tinggi (8-12), Sedang (4-6), Resiko rendah (1-3).

51
Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya mendapatkan peringkat
sehingga dapat menentukan skala prioritas penangannnya.

D. Evaluasi Resiko.
Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan kriteria resiko
untuk menentukan apakah resiko dan /besarnya dapat diterima atau ditolelir.Sedangkan kriteria
resiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnyaresiko dievaluasi .Dengan evaluasi
resiko ini setiap resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai denga resiko,dengan
demikian tidak ada resiko yang terlewat.

E. Penanganan Resiko
Adalah proses memodifikasi Resiko :
1. Menghindari resikodengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan aktivitas
yang menimbulkan resiko.
2. Mengambil atau meningkatkan resiko untuk mendapatkan peluang(lebih baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi resiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan resiko dengan informasi pilihan

II. RUANG ISOLASI (KOHORTING)


A. Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit
Isolation precaution merupakan bagian integral dari program pengendalian infeksi
nosokomial.

B. Tujuan
Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme pathogen dari
satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen dan
host lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan cara Isolation Precaution
sangat diperlukan.

52
1. Airborne Precaution
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan sebagai berikut:
 Tekanan udara kamar negative dibandingkan dengan area skitarnya.
 Pertukaran udara 6 – 12 kali/jam.
 Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang efisien
sebelum udara dialirkan ke area lain di rumah sakit.
 Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
 Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu kamar dengan pasien lain
dengan infeksi mikroorganisme yang sama atau ditempatkan secara kohort.
 Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda.
b. Respiratory Protection
 Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika memasuki rungan pasien
yang diketahui infeksi pulmonary tuberculosis
 Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang diketahui atau diduga
mempunyai measles (rubeola) atau varicella, mereka harus memakai respiratory
protection (N 95) respirator.
 Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu memakai
perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
 Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan yang penting
saja.
 Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien

2. Droplet Precaution
a. Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
 Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 ft dengan pasien
lainya
b. Masker

53
 Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
 Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien
 Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien, kecuali untuk tujuan
yang perlu
 Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi, pasien dianjurkan pakai
masker

3. Contact Precaution
a. Penempatan pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
 Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
 Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang terkontaminasi dengan
mikroorganisme
 Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
 Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau handscrub
 Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan bahwa tangan tidak
menyentuh peralatan atau lingkungan yang mungkin terkontaminasi, untuk mencegah
berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain.
c. Gaun
 Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial diantisipasi bahwa
pakaian akan kontak dengan pasien, permukaan lingkungan atau peratalan pasien di
dalam kamar atau jika pasien menderita inkontaneia, diare, fleostomy, colonostomy,
luka terbuka
 Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
 Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin kontak dengan permukaan
lingkungan untuk menghindari berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau
lingkungan lain
d. Transportasi pasien

54
 Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya untuk tujuan yang
penting saja. Jika pasien harus pindah atau keluar dari kamarnya, pastikan bahwa
tindakan pencegahan dipelihara untuk mencegah dan meminimalkan resiko transmisi
mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan dan peralatan.

Peralatan Perawatan Pasien


 Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien sendiri, atau secara kohort
 Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan pembersihan atau desinfeksi
sebelum dipakai kepada pasien lain.

C. Recommendation Isolation Precaution


“administrative Controls”
1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan kepada pasien, petugas, dan
pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam
menjalankanya.
Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan pencegahan)
2. Secara periodic menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan
langsung.

55
a. Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara penularannya :
1. Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang isolasi tersendiri.
2. Saat ini rumah sakit Bunda Plb belum memiliki ruang isolasi tersendiri,kedepannya akan
direncakan untuk pengadaan ruang isolasi pasien menular yang sesuai ketentuan ,untuk
merawat pasien ,RS Azzahra menggunakan cara Pengelompokan (Kohorting ) pasien
menular TBC,diare berat,varicella perdarahan tak terkontrol,luka lebar dengan cairan
keluar.
3. Setiap pasien harus memakai masker bedah (surgical mask rangkap 2) atau masker N
95(bila mungkin) pada saat petugas berada diruangan tersebut. Ganti masker setiap 4-6
jam dan buang di tempat sampah infeksius. Pasien tidak boleh membuang ludah atau
dahak di lantai – gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable)
4. Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus dilepaskan dengan hati-hati dan
masukkan kedalam tempat tertutup dilengkapi dengan laundry bag yang berlabel
ISOLASI. Tempat tersebut diletakkan di dekat pintu keluar ruang isolasi. Setelah itu
petugas harus kebersihan tangan di dalam ruang isolasi.
5. Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan:
 Termometer
 Stetoskop
 Tensimeter
 Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri)
 Tempat pembuangan limbah infeksius:
- Jas
- Instrumen
- Sampah termasuk sisa makanan, alat makan
 Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting
 Barrier atau penghalang .
 APD yang sesuai.

b. Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit

56
Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit dan klinik, yang
meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan permukaan lain. Maksud pengelolaan rumah tangga
adalah :
 Mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien, tamu, staf, dan masyarakat
sekitar,
 Mengurangi risiko kecelakaan, dan
 Mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan untuk pasien dan staf
Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti ruang tunggu dan kantor
administrasi, tergolong risiko rendah sehingga cukup dibersihkan dengan sabun dan air. Sedangkan
beberapa ruangan seperti toilet/WC, pembuangan darah atau duh tubuh lain, tergolong risiko tinggi
memerlukan disinfektan seperti klorin 0.5% atau fenol 1% yang ditambahkan pada larutan
pembersih (SEARO 1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan air dianjurkan pula di
ruangan-ruangan seperti ruangan operasi, kamar pulih, dan ruang perawatan intensif.

c. Peralatan yang single use yang di Re-use


Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety,maka peralatan yang
digunakan baik langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi keselamatan pasien.Hal ini
terkait kontaminasi yang ditimbulkan jika digunakan kembali , oleh sebab itu dilakukan aturan
peralatan yang use dan re-use sbb;
1. Peralatan yang use (sekali pakai)
 Berupa benda tajam
 Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien
 Yang penggunaannya dilakukan secara septic.
 Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non kritikal.

Kategori Alat-alat medis :

57
Tingkat
Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat
resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi  Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad harus dijaga : digunakan untuk
dalam jaringan atau DDT  Bungkusan tindakan invasif.
steril,rongga,alir alat harus  Endoskopi dan
an darah kering. assesoris yang
 Kemasan dipakai dlm
tidak robek tindakan invasif :
 Bungkusan - alat ERCP
harus - Laparoskopi
dibuat - Broncoskopi
dengan - instrument
menghamb bedah/operasi
at bioefektif
selama
penyimpan
an
 Simpan alat
steril pada
area steril
guna
melindungi
dari
kontaminas
i
lingkungan.
 Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus
segera
dipakai

Semi kritis Alat yang Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kontak dengan steam/termal daerah bersih berhubungan dengan
selaput lendir atau dengan dan kering respiratori :
cairan guna  LM laringeal
desinfektan melindungi mask.
chlorine 0,5 % dari  Vaginal
kontaminasi speculum.
lingkungan  Endotrakeal non
kinkin.
 Probe invasif
ultrasonic (trans
vaginal probe).

58
 Fleksible
endocopes:
* colonoscope
* sigmoideskope
 Breast pump

Non kritis Alat yang Bersihkan alat Simpan dalam Alat non invasif
kontak dengan dengan keadaan bersih equipment:
kulit menggunakan ditempat yang * Bedpan dan urinal.
detergent dan kering * Manset tekanan
air, jika darah.
menggunakan * bed
desinfektan * Termometer.
gunakan yang * Tourniket
compatibel * Tensi meter
* Pot obat pasien.
* kontainer darah

Batas penggunaan alat medis


Frekuensi
Dengan
Alat medis penggunaan ulang Proses kontrol
melihat
& proses
Laringeal 40x steam  Catat jumlah re-use pada
mask kartu pemeliharaan .
 Setelah 40x alat
langsung dibuang.
 Bila alat rusak sebelum
waktunya segera
dibuang

Nasal spray 5x steam  Catat jumlah re-use pada


kartu pemeliharaan .
 Setelah 40x alat
langsung dibuang.
 Bila alat rusak sebelum
waktunya segera
dibuang

Endotracea 40x steam  Catat jumlah re-use pada


tube non kartu pemeliharaan .
kinkin  Setelah 40x alat
langsung dibuang.

59
 Bila alat rusak sebelum
waktunya segera
dibuang.

Respiratory 30x steam  Catat jumlah re-use pada


valve kartu pemeliharaan .
 Setelah 30x alat
langsung dibuang.
 Bila alat rusak sebelum
waktunya segera
dibuang

Beast pump

3. hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi


1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :
a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak berubah keutuhan,
fungsional, baik perubahan fisik, kimia biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua jenis kotoran
biologis dari setiap pemakaian yang sebelumnya dan peralatan bebas dari zat
Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi kimia dengan
pelarut atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus peralatan bersertifikat
yang merupakan cara-cara yang telah ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian
kesterilan, uji-uji untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan pengendalian prosedur
dengan pencatatan pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-use atau sekali
pakai saja harus tercatat, diketahui dan disetujui oleh PPI (ICN) RSPB untuk
memungkinkan pengembangan protokol langkah demi langkah untuk proses ulang
3. Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk indonesia dan prosedur untuk menangani
alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini akan dikonsultasikan ke HICMR sesuai dengan
kondisi.
2. Pengelolaan linen

60
Memproses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk mengumpulkan,
membawa, dan memilih (menyortir) linen kotor dan membinatu (mencuci, mengeringkan, melipat,
atau membungkus), kemudian menyimpan dan mendistribusikannya. Memroses linen secara aman
dari berbagai sumber adalah suatu proses yang rumit. Prinsip-prinsip dan langkah-langkah
utamanya tercantum dalam Staf yang ditugasi untuk mengumpulkan, membawa dan memilih linen
kotor harus sangat berhati-hati. Mereka harus memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah
tangga untuk mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda tajam, termasuk pecahan gelas .
Staf yang bertanggung jawab terhadap pencucian barang kotor harus memakai sarung tangan utiliti,
alat pelindung mata, dan apron plastik atau karet.

3. Pengelolaan Lingkungan dan bangunan


Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk dapat
mengendalikan berbagai faktor lingkungan (Fisik, biologi, dan sosial psikologi ) di RS dengan cara
:
 Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan
kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan
sehingga infeksi nosokomial dapat di cegah dengan mempertimbangkan cost efektif
 Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

Ruang lingkup pengelolaan lingkungan :


1. KONSTRUKSI BANGUNAN
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY

Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .


1. Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahan ruangan pada lokasi tertentu yang
61
meliputi design interior, eksterior, civil dan medical.
Tipe kegiatan renovasi ada 4 type :
a. Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuk namun tidak terbatas pada: penghapusan ubin langit-langit untuk inspeksi visual
(terbatas pada 1genteng per 5 m2), lukisan (tetapi tidak pengamplasan); mencakup instalasi
dinding; kerja trim listrik; pipa kecil; setiap kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau
memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit selain untuk inspeksi visual.
b. Tipe b skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu sedikit.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel telepon dan komputer, akses
ke ruang chase,memotong dinding atau langit-langit di mana migrasi debu dapat dikendalikan.
c. Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat tinggi.Termasuk, tetapi
tidak terbatas pada, pembongkaran atau penghapusan komponen bangunan built-in atau
rakitan, pengamplasan dinding untuk lukisan atau mencakup dinding, meliputi penghapusan
lantai / wallpaper, ubin dan casework langit-langit, konstruksi dindingbaru, ductwork kecil
atau pekerjaan listrik di atas langit- langit, kegiatan pemasangan kabel utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat, penghapusan sistem plafon
yang lengkap, dan konstruksi baru.

2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan pembangunan dan renovasi
bangunan.

3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
 Area kantor  Perawatan pasien  UGD  Area klinis
 Tanpa pasien/ area dan tidak  Radiology  Kamar Operasi
resiko rendah yang tercakup dalam  Recovery  Kamar prosedur
tidak terdaftar Grup 3 atau 4 Rooms invasif pasien

62
dimanapun  Laundry  Ruang rawat jalan
 Kantin Maternitas /  Area Anastessi &
 Manajemen VK pompa jantung
Material  Kamar bayi  Semua Intensive
 Penerimaan/Pem  Lab Care Unit
ulangan Microbiologi (kecuali yang
 Laboratorium  Farmasi tertulis di Grup
tidak spesifik 4)
seperti Grup
3Koridor Umum
(yang dilewati
pasien, suplai,
dan linen)

b. Pedoman kontrol infeksi.


Kelas I - Jalankan pekerjaan dengan metode untuk meminimalkan
peningkatan debu dari operasi konstruksi
- Mengganti genteng langit-langit untuk inspeksi visual
secepatnya
Kelas II - Penyediaan aktif berarti untuk mencegah debu udara
menyebaran ke atmosfir
- Segel pintu yang tidak digunakan dengan lakban.
- Konstruksi yang mengandung limbah sebelum ditransportasi
harus dalam wadah tertutup rapat.
- Pel basah / atau vakum dengan vakum HEPA ber-filiter.
- Tempatkan lap kaki di pintu masuk dan keluar dari area kerja
dan mengganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi proses
kerja.
- Isolasi sistem HVACdi daerah mana pekerjaan yang sedang
dilakukan/kohort dengan tekanan negatif
- Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek selesai.
Kelas III  Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan tengah
dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari sistem saluran.
 Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum konstruksi
dimulai.
 Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja menggunakan
unit ventilasi saringan HEPA atau metode lain untuk
mempertahankan tekanan negatif. Keselamatan umum akan
memonitor tekanan udara
 Jangan menghilangkan barriers dari area kerja sampai proyek
lengkap dibersihkan.
 Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam periode kegiatan
konstruksi atau sesuai yang diperlukan dalam rangka untuk
meminimalkan jejak.
 Singkirkan bahan penghalang dengan hati-hati untuk

63
meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing yang
terkait dengan konstruksi. Bahan barrier harus diusap basa,
Vakum dengan menggunakan HEPA atau berikan kabut air
agar lembab sebelum disingkirkan.
 Tempatkan limbah konstruksi dalam wadah tertutup rapat
sebelum ditransportasi.
 Tempatkan keset kaki di pintu masuk dan keluar dari area kerja
dan diganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi aktifitas kerja
 Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek telah
selesai.
Kelas IV - Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan tengah
dilakukan untuk mencegah kontaminasi system saluran.
- Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum konstruksi
dimulai.
- Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja menggunakan
unit ventilasi saringan HEPA atau metode lain untuk
mempertahankan tekanan negatif. Keselamatan umum akan
memonitor tekanan udara
- Beri segel pada luban, pipa, saluran dan tusukan untuk
mencegah migrasi debu.
- Bangun anteroom dan mengharuskan semua personil
melewati ruangan. Pel basah atau vakum HEPA anteroom
tiap hari.
- Selama pembongkaran, kerja yang menghasilkan debu atau
bekerja di langit-langit, sepatu sekali pakai dan baju harus
dipakai dan dibuang di anteroom ketika meninggalkan area
kerja.
- Jangan menghilangkan barriers dari area kerja hingga selesai
proyek dibersihkan
- Singkirkan bahan penghalang hati-hati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan puing-puing yang terkait dengan
konstruksi.
4. Antibiogram
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap antibiotika
yang digunakan untuk menentukan pola kuman rumah sakit

5. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa


Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan yang telah
kadaluwarsa

6. Upaya pencehan dan kesehatan karyawan

64
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja, juga dapat
menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain.
Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah
terinfeksi apa saja dan status imunisasinya, imunisasi yang dianjurkan hepatitis B, bila
memungkinkan haemophilus influenza, campak, tetanus, difteri, rubella, mantoux test. Alur pasca
pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV, HBV, HCV.

a. Pedoman
Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah
sakit meliputi :
1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.
2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia ke
manuasia.
6. terapi dan follow up
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila terkena infeksi.
8. upayakan support psikososial.

b. Tujuan
1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.
2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.
c. Unsur yang dibutuhkan
1. Petugas yang berdedikasi.
2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.
d. Pelaksanaan :
65
1. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B, iminisasi masal
dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .
2. Management pasca pajanan.
- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.
- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.
- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam
e. Evaluasi
1. Dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.
2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehtan yang lalu.
4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :
 SPO PPI
 Kewaspdaan isolasi
 Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
 Informasi resiko ekspos.
 Alur mangemen dan tindak lanjut.
 Penyimpanan data
f. Pajanan dan tindakan
1. Virus H5N1
Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.
2. Virus HIV.
Resiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam pasca
pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana
harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologidan dicatat sampai jadwal pemeriksaan
monitoring lanjutan nya.
3. Virus Hepatitis B.

66
4. Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan dilakukan
pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg atau HbeAg.

67
BAB V
TATA LAKSANA PENYAKIT MENULAR

A. Tata laksana penyakit menular dan pencegahannya

Menular Kewaspada Masa


Masa selama/ Cara an yang petugas
Penyakit Tindakan
inkubasi virus transmisi perlu diliburkan/
shedding dijalankan tindakan
Abses Selama kontak Kontak konserfatif
luka
mengeluark
an cairan
tubuh
Acinetobact Luka bakar Flora N kulit Standar dan
er baumanii yang di manusia, kontak
hydroterapi mukus
menbran dan
tanah.
Bertahan di
tempat
lembab dan
kering
sampai
berbulan,
menular
melalui
peralatan
rawat
respirasi,
tangan
petugas,
humidifier,
stetoscop,
termometer,
matras,
bantal, prmk
TT, mop,
gorden,
tempat mandi
luka terbuka

68
Adenovirus 6-9 hari Sekret Droplet, Konserfatif
type 1-7 saluran kontak
nafas
Aspergilosi Infeksi jar Inhalasi Kontak dan
s luas dengan stadium airbone
cairan airbone,
berlebihan conidia
candidiasis Standar,
kontak
Chlamidia Standar,
C kontak,
trachomatis termasuk
seksual
Congenital Sampai Kontak Standar, Restriksi 7
rubella umur 1 dengan bahan kontak hari
tahun nasofaring
dan urin
Conjungtivi 5- 12 hari 14 hari stl Kontak Kontak Sampai mata Pengobatan
tis onset dengan standar tidak kluar
*adenoviru tangan, alat kotoran
s type 8 terkontamina
si
Campak 5-21 hari 3-4 hr stl Droplet yang Transmisi Restriksi 7 Pengobatan
bercak besar (kontak udara hari setelah simtomatik
timbul mel dekat) & bercak merah
nasofaring udara timbul (yg
imun) 5hr stl
ekspos- 21 hr
stl ekspos
Campilobac Standar
ter
Closrtidium kontak
difficile
Cytomegal Tidak Tahan di Kontak dg Standar Tidak perlu
o virus diketahui lingkungan sekresi hand
dlm wkt &eksresi : hygiene
pendek saliva dan
urin
Difteria Sekresi dr Droplet, Sampai terapi Pengobatan
mulut kontak antibiotika simtomatik
mengandung telah lengkap dan virus.
c difteriae dan sampai 2 Minum
kultur eritromicin
berjarak 24 3x 1 tb
jam sampai 7
dinyatakan hari

69
negatif, perlu
imunisasi tiap
10 tahun
Gastroenter Kontak px, Standar atau Tidak
itis konsumsi kontak mengolah
*salmonella makanan/ air makanan sp
*shingella terkontamina 2x jarak
*yenterocol si 24jam kultur
itica feses negatif
Glardia Feses Kontak
lambilia

Hepatitis A 15- 50 hari 2 minggu, Fekal oral Standar Libur di area Vaksinasi
kadang2 sp melalui feses perawatan/ hepatitis a
6 bulan pengolahanm
(prematur) akanan,i
minggu
setelah sakit
kuning
imunisasi
paksa ekspos
Hepatitis B:6-24mgg Akut atau Perkutaneus Standar Tidak perlu -segera
B,D D: 3-7 kronik dg mukosa, kulit dibatasi smp periksa
mgg HbsAg yg tdk utuh HbeAg HbsAg atau
positif kontak dgn negatif. HbeAg,tida
darah, semen, k perlu
cairan divaksin
vagina, bila petugas
cairan tubuh telah
yg lain mengandun
g Anti HBs
≥ 10
mliu/ml
Hepatitis Perkutaneus Standar Restriksi
C,F,G mukosa kulit sampai
yg tdk utuh kondisi
kontak gdn membaik
darah, semen, / sampai
cairan HceAg
vagina, negatif
cairan tubuh
yg lain
Herpes 2-14 hr Asiptomati Kontak dgn Standar, Retriksi tidak
simplex k dpt ludah karier kontak perlu, tp
mengeluark mengandung tangan dibatasi
an virus virus kontak dgn px

70
langsung/ lwt
sekresi luka
aberasi/
cairan vesikel
HIV Perkutaneus Standar Kurang dari
mukosa, kulit 4 jam paska
yg tdk utuh pajanan
kontak dgn
darah, semen, -diberikan
cairan arv,azt dan
vagina, 3 tc.
cairan yubuh -dilakukan
yg lain pemeriksaa
n
HIVserolog
i dan
menitor
setelah 3
bln,9bln,11
bln
Helicobacte Standar
r pylori
MDRO Kontak luka Kontak
(MRSA,
VRE,
VISA,
ESBL, Srep
pneumonia
Influensa 1-5hr Infeksius Airbone, kontak Vaksinasi pd
pd 3hr kontak petugas yg
pertama langsung/ rentan.
sakit.Virus droplet dgn Amantadin
dpt sekresi untuk kontak
dikeluarkan saluran napas dgn influensa
sblm gejala A
timbul smp
7hr stlh
dimulai
sakit, lebih
panjang pd
anak dan
orang
Hemophilu Standar
s Influenzae droplet
Dewasa
Anak

71
Batuk non Droplet Kontak
Human produktif, sekret Droplet
Metapneum kongesti respirasi
o virus nasal
(HMPV) whezing,
bronkhioliti
s,
pneumonia
pada anak
+ 11,5
tahun
Novirus 12-48 jam Diare, KLB Makanan, air Kontak,
terkontamiba makanan,
si feses air
N 2-10 hr Kontak dgn Trasmisi Libur spm -perlu
meningitis sekret saluran mel droplet 24jam stlh profilaksis
napas terapi paska dgn
ekspos. Rif2x600
Rifampin2x6 mg selama
00mg, 2hr; 2 hari ,dan
ciprofloxacin dosis
1x500mg atau tunggal
ceftriaxon250 cipro1x1,at
mg IM au
ceftriaxone
250 mg IM
Parotitis, 16-18hr Community Kontak Trasmisi Vaksinasi
Mumps (12-25hr) acquired, dengan droplet efektif, MMR
virus droplet atau Restriksi sp
berada dlm langsung dgn 9hr stlh onset
saliva 6-7hr sekret sal parotitis.
sbl parotitis napas, yi Petugas
sp 9hr stl saliva, renyan : 12hr
onset Px hidung dan paska ekspos
immunoko mulut pertama sp 25
mpromls hr stlh ekspos
terakhir
Parvovirus/ 6-10hr Menular Kontak dgn Transmisi Tidak perlu
B19 sblm bercak droplet besar, drolpet restriksi
merah sp muntahan
7hr stlh
onset
Pertusis 7-10 hr F catarrhal Kontak dgn Transmisi Vaksin
sangat sekresi sal droplet sp 5 direkomen
menular napas, hr umur 11-64 th

72
droplet besar menerima petugas dgn
kontak dekat antibiotik pertusis:
restriksi fase
catarrhal sp
mg 3 stl onst /
5 hr stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Pollomyelit Nonparaliti Sal napas Kontak Transmisi Imunisasi
is k: 3-6hr; 1mgg stlh cairan sal kontak direkomendas
paralitik 7- gejala napas, benda ikan
12hr muncul, terkontamina
dlm feses si fese
bbrp mgg-
bulan stlh
gejala
muncul
Rubella 12-23hr, Sangat Kontak dgn Transmisi 5hr stlh bintik
bintik menular droplet droplet dan keluar :
merah saat bintik nasofaring px kontak dgn petugas
timbul 14- merah cairan sal rentan 7hr stl
16hr stlh keluar, napas ekspos
ekspos virus lepas pertama sp
1mgg sblm 21hr stl
smp 5-7hr ekspos
stl onset, terakhir
congenital
rubella bisa
melepas
virus
berbulan-
bertahun2
RSV 2-8hr Orang sakit Tangan Transmisi Batasi kontak
(infeksi (tersering dapat terkontamina kontak erat dgn pasien
virus 4-6hr) mengeluark si saat dhn droplrt rawat dan
respiratorik an virus merawat atau aerosol lingkungan
) selama 3- pasien atau partikel bila ada KLB
8hr. Tp pd menyentuh kecil RSV
bisa anak 3- benda mati, Restriksi
4mgg transmisi sampai gejala
RSV bila akut hilang
menyentuh
mata atau
hidung

73
MRSA Kontak Strandar Retriksi
dengan transmisi perawatan
petugas, kontak, pasien dan
mungkn dapat pengolahan
karier nares airbone makanan bila
anterior, petugas
tangan, dengan lesi
axilla, kulit basah
perineum, tidak perlu
nasofaring, retriksi bila
orofaring kolonisasi
Streptococ Kontak sisi Kulit, faring Standar Retriksi
A terinfeksi & rektum, berdasar perawatan
mensekresi vagina transmisi pasien &
pengolahan
makanan sp
24 jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi
petugas dg
kolonisasi
Salmonella, Orang- orang
Shingella lewat fekal
oral air/
makanan
terkontamina
si
Sypilis Kontak Kontak
langsung dg
lesi primer
atau sekunder
sypilis
Tuberkolosi Sp 1 bl Inhalasi Airbone, Sampai -petugas yg
s minum droplet nuklei kontak terbukti non terexpose
OAT (mengeluar infeksius perlu tes
kan c tubuh mantoux
infeksius) bila
indurasinya
> 10 mm
perlu
profilaksis
INH sesuai
rekomendas
i lokal

74
Varicella Sp lesi Airbone, 8 hari pasca Vaksinasi
kering & kontak, kontak sp 21 varicella
berkusta standar hari paska
kontak, beri
imuno
globulin IV
paska kontak,
imunisasi
petugas paska
pajanan
dalam 4 hari
Vibrio Kontak feces
kolera

Zoster Tutupi lesi, Retriksi


*lokal jangan sampai lesi
kontak dg mengering
pasien dan
rawat mengelupas
* Jangan Retriksi
menyeluruh kontak dg sampai semua
atau orang pasien lesi kering
immuno dan
kompromai mengelupas
s
* paska Jangan Dari hr ke 10
pajanan kontak dg paska pajanan
(person pasien pertama sp
yang rawat hari ke 21
rentan) atau hr 28
bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas

B. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.
1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

75
C. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas
Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
Tidak divaccin HIBG 1x dan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan
diberikan vaksin HB resiko tinggi,dapat
diperlakukan sebagai
sumber HBsAg
Pernah diberi vaksin Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan
tapi tidak diketahui 1.jika titernya cukup pengobatan
serokonversinya tidak perlu perlu
terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri boosster
HB dalam waktu 7
hari.
Diketahui non HBIG 1x(dalam Tidak ada Jika sumbermerupakan
serokonversinya waktu 72 jam)+ 1x pengobatan resiko tinggi dapat
dosis vaksin diperlakukan sebagai
HB(dalam waktu 7 sumber HbsAg (+)
hari)
Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
serokonversinya 1.jika (-) obat seperti pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti non
non serokonversi. serokonversi.
2.jika titer tidak 2.jika titer tidak cukup
cukup HBIG 1x + booster vaksin HB.
booster vaksin HB 3.jika tter cukup tidak
dan ulangi perlu diobati.
pemeriksaan setelah
4 minggu.
3.Jika titer
cukup,tidak perlu
diobati
- HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
- Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :


Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
negatif
HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan diobati seperti pasien HIV (+),jika
nasehat. resiko tinggi.
Setelah kejadian
diketahui dari pasien

76
HIV (+) staf harus
dirujuk kefasilitas
post exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2 jam
setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .

Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .

Tunda proses
kehamilan selama 3
bulan.

Jangan memberikan
donor darah .

Suntikan zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk tablet)

Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis

HIV (+) Tidak


perlu
diobati
Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C
Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber Sumber tidak diketahui
HbsAg (-)
Hepatitis C negatif Berikan nasehat Tidak Tidak perlu diobati konsul dokter
untuk melakukan perlu internist jika perlu.
pemeriksaan 0,3,6,12 diobati
bln pemeriksaan
HVC dengan PCR

77
dan diperiksa LVT
untuk mengetahui
status infeksinya

Sarankan untuk
meminalkan
penularan

Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular

D. Petunjuk penggunaan ARV


1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.
2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan serebrospinal,semen,vagina,amnion
dari pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.
F. Status HIV pasien.
Positif Resiko
Pajanan Tidak diketahui Positif Rejimen
tinggi
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP -
Mukosa/kulit Pertimbangkan Berikan rejimen 2 Berikan rejimen AZT 300mg/12
tidak utuh rejimen 2 obat obat 2 obat jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28
hari
- Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen 2 Berikan rejimen AZT 300mg/12
tajam solid obat. obat. 3 obat jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28
- Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen 3 Berikan rejimen hari,Lop/r
tajam berongga obat obat 3 obat 400/100mg/12
jam x28 hari.

G. Pemeriksaan swab dan kultur, merupakan saran pemeriksaan swab kuman pada
a. lantai, dinding dan AC
b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.
c. Kultur darah pada surveilens IL

78
BAB VI
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Ketenagaan
Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan
PENDIDIKAN
NO JENIS TENAGA SERTIFIKAT JUMLAH
FORMAL
1 Dokter spesialis Anestesi PPI lanjut 1
2 IPCN D-3 PPI dasar 1/150 TT
3 Perawat D-3 Cssd 1
4 Sanitasi linen D-3 Management linen 1
5 Sanitasi gizi D-3 Management Gizi 1
6 farmasi D-3 1
7 Laborat D-3

Kualifikasi ketenagaan PPI


1. Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.
2. Minimal pendidikan D3
3. Mempunyai sertipikat PPI (basic maupun advand)
4. Bekerja purna waktu

B. Uraian Tugas :
a. Direktur.
- Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan
- Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan upya
PPI
- Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk
anggaran yang dibutuhkan.
- Menentukan kebijakan PPI
- Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS

79
- Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial menularkan
penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS.
- Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

b. IPCO ketua komite PPI


 Kriteria IPCO ;
- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI
- Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
- Memiliki kemampuan leadership.
 Tugas IPCO sbb;
- Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.
- Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.
- Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika.
- Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens infeksi dan deteksi
dini KLB.
- Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan dengan
prosedur terapi.
- Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.

c. IPCN
 Kriteria IPCN :
- dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI
- Memiliki komitmen di bidang PPI
- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.
- Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident
- Bekerja purna waktu.
 Uraian tugas :
- Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi
diruang perawatan.
- Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas dalam menjalankan
kewaspaan isolasi.
- Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS.

80
- Melaksanakan pelatihan PPIRS.
- Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI memperbaiki
kesalahan.
- Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas.
- Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi PPI
- audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah, laundry, Gizi dengan menggunakan
daftar tilik.
- Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiótica yang rasional.
- Membuat laboran surveilens.
- Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
- Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman
penggunaannya.
- Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
- Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan SDM PPIRS.
- Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.
- Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan
tindakan yang menyimpang dari SPO.
- Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
- Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
- Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
- Membuat SPO PPI
- Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.

d. IPCLN
 Kriteria IPCLN :
- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.
- Memiliki komitmen di bidang PPI
- Memiliki kemampuan leadership
 Tugas IPCLN :

81
- Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang perawatan
kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat pasien pulang.
- Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
- Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
- Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan
tindakan yang menyimpang dari SPO.
- Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
- Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB (HAIs).
- Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.
- Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit.

e. Tugas Anggota laboratorium


- Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang berkaitan dengan
pengendalian infeksi nosokomial kepada petugas laborat.
- Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
- Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
- Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi nosokomial.

f. Tugas Anggota linen :


- Memisahkan linen infeksius dan non infeksius
- Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
- Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
- Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.

g. Tugas Anggota gizi :


- Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.
- Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab petugas gisi.
- Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.

h. Tugas Anggota IPSRS :


- Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.

82
- Memantau penggunaan bahan desinfektan.
- Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman diruang tertentu.
- Memantau proses pembakaran incenerator.
- Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium

C. Distribusi Tenaga.
Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara komprehensif dari
setiap unit pelayanan di rumah sakit ;
 QMR, IGD, Poli rawat jalan, Unit Rawat inap, Sekretariat, akuntansi, IPSRS, Gizi, linen,
farmasi, SMF, laboratorium.
 ICU, House keeping (CS).

83
BAB VII
STANDART FASILITAS

A. Fasilitas bagi petugas.


1. Denah
Ruangan PPIRS terintegrasi dengan ruangan perkantoran dengan komite lain Rumah sakit
2. Standart Fasilitas.
NO FASILITAS JUMLAH
A Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3 1

B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10

B. Fasilitas pelayanan .
1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan ,petugas
laboratorium,relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan tindakan-tindakan keamanan
biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa fasilitas
tersebut telah ditetapkan .
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak ,pembatasan dan karantina jika diperlukan
misalnya:
 Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
 Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial dan bantuan psikologi
 Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat tersebut (rumah
sakit /kamar jenazah)

84
5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan dipatuhi
(cmplience kebersihan tangan).
6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit menular, dengan
menyediakan lokasi diluar ugd,sebagai tempat pemeriksaan awal, identifikasi sebagai
pengobatan darurat, pasien yang perlu dirujuk untuk penatalaksaan selanjutnya.

85
BAB VIII
TATA LAKSANA PELAYANAN

Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian Infeksi di masing – masing
unit kerja sbb :
1. Tata laksana pelayanan unit surveilens
a. Penanggung jawab
- ICN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
- ICN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- ICN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan divalidasi oleh dokter
penaggungjawab pasien.
- ICN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- ICN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur tembusan ke QMR
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.
- ICN
- Petugas Laborat.
- Petugas yang dilakukan survei (swab tanga petugas)
- Petugas IPSRS

86
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter penanggung jawab
pasien, kemudian mengajukan permohonan pemeriksaan kepada petugas laborat.
- ICN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan dilakukan swab /
kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- ICN, IPCLN
- Petugas kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- ICN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi kinerja staf SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD

4. Tatalaksana Pelayanan CSSD


a. Penanggung jawab

87
- ICN, petugas ruangan
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku expedisi diruangan
yang bersangkutan dan buku expedisi di OK
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen sesuai ruangan
yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan bouwie dict tes
pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk mengetahui kesiapan mesin autoclave .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator kimia pada setiap
peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik lakukan
penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan dengan buku expedisi
ruangan dan CSSD
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap hasil sterilisasi

5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen

88
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan ditulis pada
buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin 0,5% dan
deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI

c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- ICN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang diindikasikan untuk
dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter penaggung jawab

89
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya sesuai SPO
kultur
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada ruangan yang
mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan kpian kepada ICN
- ICN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur dan SMF
7 . Pelayanan kesehatan karyawan.
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari ulang tahun.
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne : Petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3 bulan sekali
Ruang IKO dan ICU : Petugas dilakukan pemeriskasaan TB,Hepatitis B setiap
tahun sekali.
Unit Gizi : Pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
- Hasil diidentifikasi
 Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
 Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan kepada
direktur dan SMF.
7. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja

90
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa akan dilakukan
renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
 kebisingan,debu.
 Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
 renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan renovasi,alat
penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk mengetes
kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan tes swab lantai dan didinding
ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan

91
Selesai renovasi

Diamkan selama
1 bln dan uji
swab

Hasil baik Hasil tak baik

Ruangan siap
digunakan Desinfeksi dinding
dan lantai dengan
larutan chlorine 0,5
%

Lakukan swab ulang

Hasil baik ruangan


siap digunakan

92
8. Pelayanan pembuatan ruang kohort
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
- Syarat dan denah terlampir

9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan lPAL


10. Kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang,dokter,baru staf
pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan

93
BAB IX
LOGISTIK

Tata cara logistik PPIRS


1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika batuk,pencegahan dan
pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Penditribusian

94
BAB X
KESELAMATAN KERJA

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :


a. Pencegahan dan Pengendalian PPI
b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas

B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi ;


a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko :
 csd,iko,icu,laboratorium,Radiologi,sanitasi gizi,linen
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas).
e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi

C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya


a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3

D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :


a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok

95
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan ;
a. Penatalaksanaan Ergonomi
b. Pencahayaan
c. Pengawaan dan pengaturan udara
d. Suhu dan kelembaban
e. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
f. Penyehatan air
g. Penyehatan tempat pencucian

F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan pemantauan terhadap ;


a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis

G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas


a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas

H. Pendidikan dan pelatihan PPI


a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam
- Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan kebakaran

96
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Intansi lain bagi
personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
 Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.
 Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
 Surveilens
- ILI
- ILO
- ISK
- VAP
- HAP
- Kepatuhan kebersihan tangan.
 Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
 Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
 Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
 Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.

I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan

97
Meliputi :
a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI
b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik diminta atau tidak.

98
BAB XI
KESELAMATAN PASIEN

Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :


1. Ketepatan identifikasi pasien
 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
- Komunikasi antar perawat
- Komunikasi perawat dengan dokter
- Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di Rumah Sakit Bunda.
 Menggunakan komunikasi SBAR :
- Saat pergantian shift jaga.
- Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
- Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
- Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan atau pemburukan
kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang merawat.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan tinggi pada obat-obat
yang termasuk dalam daftar obat HAM.
 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
- Infeksi luka infus
- Infeksi saluran kencing
- Infeksi luka operasi superfisial
- VAP ( Ventilator aquired pneumonia)
- HAP (Hospital aquired pneumonia)
- Kepatuhan kebersihan tangan.
 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.

99
 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
 Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko dan tindak lanjut kepada
pasien yang dirawat .
 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masing-masing unit
pelayanan.
 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.

100
BAB XII
PENGENDALIAN MUTU

A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN


a. Penerapan system pencatatan dan pelaporan di RS Azzahra mempunyai tujuan:
 Mendapatkan data untuk memetakan masalah – masalah yang berkaitan dengan
keselamatan pasien
 Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun langkah-langkah agar KTD yang
serupa tidak terulang kembali
 Sebagai dasar analisis untuk mendesain ulang suatu sistem asuhan pelayanan
pasien menjadi lebih aman
 Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (KTD dan KNC)
 Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
b. RS Azzahra mewajibkan agar setiap insiden keselamatan pasien dilaporkan kepada komite
keselamatan pasien rumah sakit
c. Laporan insiden keselamatan pasien di RS Azzahra bersifat :
 Non punitive (tidak menghukum)
 Rahasia
 Independen
 Tepat waktu
 Berorientasi pada sistem
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien menggunakan lembar Laporan Insiden
Keselamatan Pasien yang berlaku di RS Azzahra dan diserahkan kepada Komite
Keselamatan Pasien RS Azzahra. Bagian/unit mencatat kejadian IKP di buku pencatatan
IKP masing-masing.
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan kepada komite
keselamatan pasien dalam waktu :
 1 x 24 jam untuk kejadian yang merupakan sentinel events (berdampak kematian atau
kehilangan fungsi mayor secara permanen). Apabila pelaporan secara tertulis belum
siap, pelaporan KTD dapat disampaikan secara lisan terlebih dahulu.

101
 2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak klinis/konsekuensi/keparahan tidak
signifikan, minor, dan moderat.
f. Tindak lanjut dari pelaporan :
 Tingkat risiko rendah dan moderat : investigasi sederhana oleh bagian/unit yang
terkait insiden (5W:what,who,where,when,why).
 Tingkat risiko tinggi dan ekstrim : Root Cause Analysis (RCA) yang dikoordinasi
oleh komite keselamatan pasien.
- Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko merah
(ekstrim) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan kejadian tersebut
kepada Direksi RS Azzahra dan Yayasan.
- Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko kuning
(tinggi) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan kejadian tersebut
kepada Direksi RS Azzahra.
- Komite keselamatan pasien RS Bunda Plb melakukan rekapitulasi laporan
insiden keselamatan pasien dan analisisnya setiap tiga bulan kepada direksi RS
Azzahra

B. PENERAPAN INDICATOR KESELAMATAN PASIEN.


a. Komite Keselamatan Pasien RS Azzahra menetapkan indicator keselamatan
berdasarkan atas pertimbangan high risk, high impact, high volume, prone problem.
b. Komite Keselamatan Pasien RS Azzahra menjelaskan definisi operasional, frekuensi
pengumpulan data, periode analisis, cara perhitungan, sumber data, target dan penanggung
jawab.
c. Komite Keselamatan Pasien RS Azzahra bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
dan kesinambungan penerapan indicator keselamatan pasien
d. Komite Keselamatan Pasien RS Azzahra bertanggung jawab dalam proses pengumpulan
data, analisis dan memberikan masukan kepada Direksi berdasarkan pengkajian tersebut.
e. Indikator dikumpulkan dan dianalisis setiap bulan. Setiap tiga bulan indicator dianalisis
dan di feed back kan kepada unit terkait.
f. Jumlah indicator keselamatan pasien perlu ditinjau ulang setiap 3 tahun sekali

102
C. ANALISIS AKAR MASALAH
a. Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, RS Azzahra menerapkan
metode root cause analysis (RCA) atau analisa akar masalah, yaitu suatu kegiatan
investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan identifikasi penyebab masalah
dasar dan untuk menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
b. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD yang sering terjadi
di RS Azzahra.
c. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinel events.
d. Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi dan ekstrim
diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45 hari dan dibutuhkan tindakan segera yang
melibatkan Direksi.
b. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada sesuatu yang
benar, maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan : dokter yang mempunyai
kemampuan dalam melakukan RCA, unsur keperawatan, dan SDM lain yang terkait
dengan jenis insiden keselamatan pasien yang terjadi.
c. Dalam melakukan RCA langkah langkah yang diambil adalah membentuk tim RCA,
observasi lapangan, pendokumentasian, wawancara, studi pustaka, melakukan asesmen
dan diskusi untuk menentukan faktor kontribusi dan akar masalah.
d. Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar kejadian yang
sama tidak terulang kembali

D. STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK


1. Standar Mutu Klinik: RSPR harus mampu memberikan pelayanan yang terbukti aman
bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien maupun karyawan dari segala
bentuk kejadian yang dapat timbul karena proses pelayanan.
2. Indikator Mutu Klinik:
 Indikator Non Bedah
- Angka dekubitus
- Angka kejadian infeksi jarum infus
- Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
- Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%

103
- Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman bagi
lingkungan.
- Dilakukannya kegiatan pemantauan
- Hasil swab : Tangan,dinding dan lantai,AC yang memenuhi standart
(SPM)
- Hasil kultur : Pus,darah dan ujung kateter
 Unit CSSD :
- Indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan hasilnya
baik
- Maintence autoclave .
- Kalibrasi Autoclave external baik
- Indikator mekanik,kimia,biologi
 Upaya kesehatan :
- Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan petugas.
- Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap ruangan ,wastafel
dan ruangan publik.
- Edukasi PPI pada calon karyawan .
- Edukasi PPI pada karyawan .
- Edukasi pada mahasiswa praktek
- Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui sistem informasi
rumah sakit
- Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
- Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .
- Tersediannya APD yang diperlukan
- Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada perawat senior
- Penyehatan lingkungan
- Ruangan dan lingkungan yang bersih
- Sampah dibuang sesuai jenisnya
- Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar menjadi abu)
- Terlaksananya formularium antibiotika.
3. Indikator mutu lingkungan

104
 Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan perundangan yang
berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop, Perda)
 Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.
 Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
 Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan
 Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus

E. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut


1. Angka Infeksi Karena Jarum Infus
Angka Kejadian Infeksi Kulit karena Jarum infus per Bulan x 100%
Jumlah hari dirawat pasien yang terpasang IV line dalam 2 bulan itu

2. Angka Infeksi Karena Luka Operasi (ILO/IDO)


Angka infeksi luka operasi x 100%
Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan

3. Angka Infeksi Pneumonia


Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator x 100%
Total Pasien yang terpasang ventilator dalam satu bulan

4. Angka Infeksi Saluran Kemih


Angka infeksi saluran kemih x 1000
Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut.

5. Angka Infeksi Tirah Baring


Angka infeksi karena tirah baring (HAP) x 100 %
Total pasien tirah baring dalam satu bulan

6. Angka infeksi Aliran Darah Primer


Angka Infeksi Aliran Darah Primer x 1000
Total pasien tirah baring dalam satu bulan

105
PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPIRS saja. Namun juga
tanggung jawab semua pihak yang berada di RS Azzahra.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah upaya - upaya edukasi PPI kepada staf, pasien dan pengunjung Rumah sakit, sehingga dapat
merubah perilaku yang sehat, penyaiapan sarana dan prasarana PPI. Upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan
dukungan penuh dari management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS Azzahra,lebih
baik mencegah dari pada mengobati.

Ditetapkan di : Ujung Batu

Pada tanggal : 16 Agustus 2022

Direktur RS Az-Zahra,

dr. Betti Hariani, MM

106

Anda mungkin juga menyukai