Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN KERJA

PPI KLINIK ASSALAAM MEDICARE

KLINIK ASSALAAM MEDICRAE


Alamat : Komplek PPMIA Assalam, pabelan PO.BOX 286 Surakarta Telp.0271-7653310

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang lingkup
D. Konsep Dasar Penyakit Infeksi
E. Landasan Hukum

BAB II STRUKTUR DAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI
A. Pengorganisasian Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
B. Kebijakan
C. Uraian tugas

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Sarana dan Fasilitas
B. Dana

BAB IV TATALAKSANA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


A. Kebijakan
B. Panduan dan SPO PPI
C. Kegiatan PPI
D. Pelaporan

BAB V PENUTUP

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection (HAIs)
merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global Health Security Agenda
(GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda yang dibahas.
Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara langsung pada
efisiensi pada manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanana
kesehatan. Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk memastikan perlindungan
kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum
dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
sangat penting bila terlebih dahulu petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep dasar
penyakit infeksi. Dengan adanya Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan profesi
yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi
dan langkah langkah pengendalian infeksi terpadu. Keberhasilan pengendalian infeksi
dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan kebijakan
pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan Klinik baik tenaga klinis maupun non
klinis, para pasien serta pengunjung Klinik.

Upaya pencegahan dan pengendalian HAIs bersifat multidisiplin, hal hal yang perlu
diperhatikan :
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi
prosedur aseptik, teknik invasive, upaya pencegahan dan lain lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah
supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotik dan lain lain yang dapat mempengaruhi
kejadian infeksi supaya lebih bijaksana.
4. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian
pelindung, masker, topi bedah, apron sepatu boot, pelindung wajah dan lain lain.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pedoman Kerja PPI di Klinik Assalaam Medicare bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan PPI di Klinik, sehingga dapat melindungi kesehatan sumber daya manusia,
pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan di Klinik.

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman kerja bagi Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dalam
melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
b. Menggerakkan tenaga kerja dalam melaksanakan pencegahan dan pegendalian
infeksi secara efektif dan efisien.
c. Menurunkan angka infeksi di Klinik.

C. RUANG LINGKUP
Pedoman kerja ini memberikan panduan bagi tenaga kerja kesehatan di Klinik dalam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan terhadap pasien.
Ruang lingkup Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi meliputi :
1. Kewaspadaan Standar yang harus diterapkan di Klinik,
 Kebersihan tangan
 Alat pelindung diri
 Etika batuk dan bersin

3
 Penyuntikan yang aman
 Sterilisasi alat dan Disinfeksi
 Pengolahan limbah
 Pemeriksaan kesehatan pegawai
2. Kewaspadaan isolasi
3. Pencegahan terjadinya HAIs dengan penerapan bundles
4. Pelayanan Surveilans PPI
5. Pendidikan, edukasi dan pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi kepada
staf, pengunjung dan pasien.
6. Peningkatan Mutu dan Program Edukasi

D. KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI


Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari masyarakat/komunitas
(Community Acquired Infection) atau terkait layanan kesehatan (Healthcare-Associated
Infections/HAIs). Penyakit infeksi yang didapat di Klinik beberapa waktu yang lalu disebut
sebagai Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi
Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-Associated Infections) dengan
pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari Klinik, tetapi juga
dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun
dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk memastikan adanya infeksi terkait layanan
kesehatan (Healthcare-Associated Infections/HAIs) serta menyusun strategi pencegahan dan
pengendalian infeksi dibutuhkan pengertian infeksi, infeksi terkait pelayanan kesehatan
(Healthcare-Associated Infections/HAIs), rantai penularan infeksi, jenis HAIs dan faktor
risikonya.
1. Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care
Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi
pada pasien selama berobat di Klinik dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana
ketika berobat tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam
klinik tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas klinik
dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada untuk
menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi. Kejadian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6 komponen rantai penularan, apabila satu
mata rantai diputus atau dihilangkan, maka penularan infeksi dapat dicegah atau
dihentikan. Enam komponen rantai penularan infeksi, yaitu:
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada
manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada tiga faktor
pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas,
virulensi dan jumlah (dosis, atau “load”). Makin cepat diketahui agen infeksi dengan
pemeriksaan klinis atau laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya
pencegahan dan penanggulangannya bisa dilaksanakan.
b. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan
penelitian, reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-
tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan organik lainnya. Dapat juga
ditemui pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas,
usus dan genetalia juga merupakan reservoir.
c. Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme)
meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta
transplasenta.
d. Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport mikroorganisme dari
wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada beberapa metode penularan yaitu: (1)
kontak: langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum

4
(makanan, air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor (biasanya serangga dan
binatang pengerat).
e. Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang
rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau
melalui kulit yang tidak utuh.
f. Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh
menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat
mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,
luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan dengan
imunosupresan. Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis
tertentu, status ekonomi, pola hidup, pekerjaan dan herediter.

Skema rantai penularan penyakit infeksi

3. Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan atau Healthcare Associated
Infections (HAIs) meliputi;
a. Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama di
klinik mencakup:
1) Infeksi Daerah Operasi (IDO)
2) Abses gigi
b. Faktor Risiko HAIs meliputi:
1) Umur: neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
2) Status imun yang rendah/terganggu (immunocompromised): penderita dengan
penyakit kronik, penderita tumor ganas, pengguna obat-obat imunosupresan.
3) Gangguan/Interupsi barier anatomis:
- Prosedur operasi: dapat menyebabkan Infeksi Daerah Operasi (IDO) atau
Surgical Site Infection (SSI).
- Luka bakar dan trauma.
- Infeksi gigi
4) Implantasi benda asing :
- Pemakaian implant pada kontrasepsi.
5) Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak bijak dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya bakteri resisten
terhadap berbagai antimikroba.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Klinik Pratama.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Kesehatan.

5
BAB II

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI


TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI KLINIK ASSALAAM MEDICARE

A. Pengorganisasian Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilits Pelayanan Kesehatan bahwa kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu standar mutu pelayanan
dan penting bagi pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung.
Pengendalian infeksi dilaksanakan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung
dari kejadian infeksi dengan memperhatikan cost effectiveness. Pelaksanaan PPI dikelola dan
diintegrasikan antara struktural dan fungsional semua instalasi / unit.
Pengelolaan pelaksanaan PPI di Klinik dilaksanakan sebagai berikut:
1. Tim PPI untuk mengelola kegiatan PPI.
2. Ketua Tim PPI bertanggung jawab langsung kepada Kepala Klinik
3. Kegiatan Tim PPI melibatkan semua komite/instalasi/ unit yang terkait.
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) disusun agar dapat mencapai visi, misi dan
tujuan dari penyelenggaraan PPI. Tim PPI dibentuk berdasarkan kaidah organisasi yang miskin struktur
dan kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara efektif dan
efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada di Klinik dapat dimanfaatkan secara optimal.

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI


TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
KLINIK ASSALAAM MEDICARE

Ketua : Kepala Klinik :

Ahmadi AMK dr. Ikun Maryanah

Poli umum Poli gigi Poli KIA Laboratorium

dr Reny S drg. fitri Tryani dr fifin Hesti

B. Kebijakan Pengorganisasian
Klinik Assalaam Medicare memiliki Tim PPI yang terdiri dari Ketua, dan Anggota yang terdiri dari
Perawat, Dokter dan anggota lainnya.

C. Uraian Tugas

1. Ketua Tim PPI


Tugas :
a. Membentuk Tim PPI dengan Surat Keputusan.
b. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi.
c. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk anggaran
yang dibutuhkan.
d. Menentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi.
6
e. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan saran dari
Tim PPI.
f. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan disinfektan di
rumah sakit berdasarkan saran dari Tim PPI.
g. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk Tim PPI.
h. Menetapkan kebijakan pemeriksaan kesehatan petugas terutama bagi petugas yang berisiko
tertular infeksi minimal 1 tahun sekali.

2. Tim PPI
Tugas :
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI, agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh
petugas kesehatan.
c. Membuat SPO PPI.
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.
e. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan dan
pengendalian infeksi.
f. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang
menggunakan.
g. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia (SDM) klinik dalam PPI.
h. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
i. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji kembali rencana
manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan manajemen klinik.

3. Anggota Lainnya
Tugas:
a. Bertanggung jawab kepada ketua Tim PPI dan berkoordinasi dengan unit terkait lainnya
dalam penerapan PPI.
b. Memberikan masukan pada pedoman maupun kebijakan terkait PPI.

7
BAB III
SARANA DAN FASILITAS PELAYANAN PENUNJANG

A. Sarana dan Fasilitas Pelayanan Penunjang


1. Sarana dan Peralatan Tim PPI
a. Komputer, printer dan internet.
b. Telepon.
c. Buku buku pengetahuan tentang infeksi rumah sakit dan lain lain yang ada kaitannya
sebagai referensi.
d. Formulir formulir pencegahan dan pencegahan infeksi.
e. Laporan surveilans HAIs.
f. Almari untuk menyimpan buku buku, formulir, laporan PPI
g. Meja tulis dan alat alat tulis.
2. Sesuai dengan tugas dan wewenangnya, Tim PPI dapat menyediakan sarana sebagai berikut :
a. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Klinik.
b. Program Pencegahan dan Pengendalian infeksi Klinik.
c. Data kejadian, hasil surveilans HAIs, unit klinik.
d. Informasi tentang hasil kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Klinik.
e. Pedoman/Panduan yang berhubungan dengan PPI.
3. Dukungan Manajemen
Dukungan yang diberikan oleh manajemen berupa :
a. Surat Keputusan pembentukan Tim PPI.
b. Menyediakan anggaran untuk:
1) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).
2) Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang kegiatan PPI.
3) Pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, laporan dan rapat rutin.

8
BAB IV
TATALAKSANA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. Kebijakan Pencegahan dan Pencegahan Infeksi


Kebijakan Pencegahan dan Pencegahan Infeksi di Klinik Assalaam Medicare sebagai berikut :
1. Menetapkan Tim PPI untuk melakukan pengkajian, perencanaan, pemantauan dan evaluasi
kegiatan PPI di Klinik serta menyediakan sumber daya untuk mendukung program PPI.
2. Menyusun dan menerapkan program PPI yang terpantau dan menyeluruh untuk mencegah
penularan infeksi terkait pelayanan kesehatan berdasarkan pengkajian risiko secara proaktif
setiap tahun.
3. Melakukan pengkajian risiko secara proaktif setiap tahunnya sebagai dasar penyusunan
program terpadu untuk mencegah penularan infeksi terkait pelayanan kesehatan di Klinik.
4. Menerapkan penggunaan alat pelindung diri (APD), tempat yang harus menyediakan APD dan
pelatihan cara memakainya.
5. Kegiatan PPI diintegrasikan dengan program PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien) dengan menggunakan indikator yang secara epidemiologi penting bagi Klinik. Data-
data surveilans PPI terintegrasi dengan data indikator mutu di Tim Peningkatan Mutu Klinik.
6. Melakukan edukasi tentang PPI kepada staf klinis dan non klinis, pasien, keluarga pasien,
serta petugas lainnya yang terlibat dalam pelayanan pasien.
7. Tim PPI melakukan pengendalian lingkungan dengan upaya perbaikan kualitas udara, kualitas
air.
8. Melaksanakan upaya pencegahan terjadinya Healthcare Associated Infections (HAIs) dengan
bundles HAIs.

B. Panduan dan Standar Prosedur Operasional (SPO)


Panduan dan SPO disusun Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Klinik Assalaam Medicare
:
1. Kewaspadaan isolasi,:
a. Kebersihan Tangan
b. Alat Pelindung Diri (APD): sarung tangan, masker, kaca mata/pelindung mata,perisai
wajah, gaun, apron, sepatu bot/sandal tertutup
c. Etika Batuk
d. Penatalaksanaan Limbah
e. Perlindungan Petugas Kesehatan
f. Penyuntikan yang aman
g. Sterilisasi alat

2. Upaya pencegahan infeksi sesuai pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, yang antara lain
infeksi daerah operasi (IDO),infeksi gigi

C. Kegiatan Tim PPI


1. Menyusun Panduan dan SPO PPI
2. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam menetapkan upaya/program
pengendalian infeksi di unit kerja
3. Memantau pelaksanaan surveilans HAIs secara aktif dan terus menerus pada pasien IDO.
4. Memantau pelaksanaan upaya pencegahan infeksi dan evaluasi hasil pemeriksaan
sarana/peralatan yang berkaitan dengan infeksi di unit kerja dan mengusulkan uapaya
tindaklanjut.
5. Melaksanakan pengembangan dan pendidikan PPI bagi staf PPI dan staf Klinik lainnya, di
dalam maupun di luar Klinik
6. Menyebarkan informasi hal hal yang terkait infeksi HAIs, melalui program sosialisasi dan
orientasi kepada karyawan baru Klinik
7. Melaksanakan pertemuan berkala rapat kerja sesuai jadwal kerja yang disepakati :

9
8. TIM PPI Melaksanakan kegiatan Rapat :

Jenis Rapat Waktu Materi Peserta


Rapat rutin Setiap bulan minggu Evaluasi monitoring Anggota Tim PPI
Komite PPI ke 2 jam 08.00 wib kegiatan bulan PPI
sampai dengan Upaya pencegahan
selesai dan pengendalian
infeksi

Rapat Setiap 3 bulan Laporan INM dan Tim PPI dan Tim
dengan Tim temuan hasil PMKP
PMKP surveilans
Rapat Setiap 3 bulan Koordinasi hasil Komite PPI dengan
terkait laporan PPI unit terkait ( poli
dengan unit Tindak lanjut kegiatan Umum,poli gigi,Poli
terkait PPI dari hasil laporan KIA, Laboratorium)
PPI

Rapat Sewaktu waktu Sesuai dengan Kepala Klinik, Tim


Insendentil masalah atau hal PMKP, Tim PPI
yang perlu segera
dibahas atau
diselesaikan

10
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Pengertian
Pencatatan dan pelaporan komite PPI yaitu mengkomunikasikan secara tertulis kepada tim
kesehatan lain yang memerlukan data kesehatan atau data kejadian infeksi secara teratur. Hasil
audit yang telah lengkap dikaji ulang bersama pihak manajemen dan staf di area yang diaudit
sebelum dilaporkan. Di dalam laporan harus diinformasikan bagaimana audit dilakukan, metode
yang dipakai, data kepatuhan, temuan, dan rekomendasi.

B. Laporan Komite PPI


Tim PPI menyusun laporan kegiatan kepada Kepala Klinik melalui Tim PPI, terdiri dari :
1. Laporan Mingguan: memberikan umpan balik yang cepat (contoh selama KLB atau setelah
terjadi kejadian tertusuk jarum).
2. Laporan Bulanan: berisikan tentang surveilans, hasil audit, edukasi, pelatihan, dan konsultasi.
3. Laporan Tribulan: merupakan laporan formal termasuk rekomendasi.
4. Laporan tahunan: suatu ringkasan audit yang dilaksanakan selama setahun dan menghasilkan
perubahan atau perbaikan, biasanya diilustrasikan dengan grafik
5. Pelaporan dibutuhkan untuk memahami bagaimana melakukan intervensi yang lebih tepat
sehingga perubahan perilaku dapat dicapai.

C. Monitoring dan evaluasi


1. Monitoring kejadian infeksi dan kepatuhan terhadap pelaksanaan PPI dilakukan oleh Tim PPi
2. Monitoring surveilans menggunakan formulir terdiri dari : formulir pasien pasien baru, formulir
harian, dan formulir bulanan.
3. Monitoring dilakukan oleh Komite PPI dengan frekuensi minimal setiap bulan.
4. Evaluasi oleh Komite PPI minimal setiap 3 bulan.

11
BAB VII
PENUTUP

Pedoman Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik Assalaam Medicare ini diharapkan
dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
infeksi di dalam Klinik,,terutama dalam mewujudkan keselamatan pasien di Klinik serta melindungi para
petugas dan pengunjung klinik dari kemungkinan terpapar dengan HAIs, sehingga penerapan PPI ini
berdampak pada peningkatan kualitas yang bermutu, efektif dan efisien serta tercapainya kendali mutu
dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan. Penerapan PPI di klinik akan terlaksana dengan optimal
bila di dukung oleh komitmen para pengambil kebijakan dan seluruh petugas kesehatan yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan. Disamping itu petugas di Klinik Assalaam Medicare diharapkan mampu
memahami program PPI ini agar dapat melakukan pengawasan dan pemantauan kualitas pelayanan
kesehatan pada masyarakat sekitar.

12

Anda mungkin juga menyukai