Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
High care unit (HCU) adalah unit pelayanan rumah sakit bagi pasien dengan kondisi
stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan
pengobatan, perawatan dan pemantauan rumah sakit secara ketat.
Tujuannya ialah agar bisa diketahui secara dini perubahan-perubahan yang
membahayakan, sehingga bisa di pindahkan ke ICU untuk dikelola lebih baik lagi. Untuk
mewujudkan pelayanan HCU yang optimal diperlukan adanya kebijakan tata kelola
manajemen tertulis meliputi, uraian tugas dan tanggung jawab yang terinci maupun secara
klinis atau teknis medis yang dituangkan dalam standar prosedur operasional HCU.
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
dibawah direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-
penyulit yang potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan sarana-prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik,
perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut
(Kemenkes, 2011).
Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan penyelesaian atau
jalan keluar dalam waktu yang terbatas. Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal
pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Pasien dalam kondisi gawat membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.
Suatu perawatan intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam
bidang keperawatan dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan untuk merawat pasien yang
sedang kritis (Vicky, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu High Care Unit ( HCU) ?
2. Bagaimana Pelayanan di HCU ?
3. Bagaimana Indikasi Masuk dan Keluar HCU dan ICU ?

1
4. Apa itu Intensive Care Unit (ICU)?
5. Bagaimana fungsi dan tujuan ICU
6. Bagaimana alur keluar masuk ICU?

C. TUJUAN
1.Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui Konsep Intensive High care unit (HCU) daan
Konsep Intensive Care Unit (ICU) serta proses keperawatan kritis di dalamnya
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui definisi High Care Unit (HCU) dan Intensive Care
Unit (ICU)
b. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan tujuan High Care Unit (HCU) dan
Intensive Care Unit (ICU)
c. Mahasiswa dapat mengetahui indikasi pasien masuk dan keluar HCU dan ICU
d. Mahasiswa dapat mengetahui alur pasien masuk High Care Unit(HCU) dan
Intensive Care Unit (ICU).
e. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat kritis dalam pemenuhan kebutuhan
dasar pasien.
f. Mahasiswa dapat mengetahui cara komunikasi dan kerjasama tim dalam
keperawatan kritis.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa serta dapat memandirikan mahasiswa dalam mempelajari Konsep Perawatan
Ruang Intensive High Care Unit (HCU) dan Intensive Care Unit (ICU).
2. Bagi Pendidikan

Dengan adanya makalah ini Institusi pendidikan berhasil menjadikan mahasiswa


yang lebih mandiri dalam membuat suatu karya tulis dan menambah wawasan
pengetahuan para mahasiswa.

2
3. Pembaca

Dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pembaca dan pembaca dapat
memahami tentang Konsep Perawatan Ruang Intensive High Care Unit (HCU) dan
Intensive Care Unit (ICU).

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. High Care Unit (HCU)


1. Definisi High care unit (HCU)
High care unit adalah unit pelayanan rumah sakit bagi pasien dengan kondisi stabil dari
fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan,
perawatan dan pemantauan rumah sakit secara ketat.
2. Pelayanan HCU
Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang dilaksanakan melalui pendekatan multidisplin
yang terdiri dari dokter spesialis dan dokter umum serta dibantu oleh perawat yang bekerja
secara interdisiplin dengan fokus pelayanan mengutamaan pada pasien yang membutuhkan
pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat sesuai dengan standar prosedur operasional
yang berlaku dirumah sakit.
Ruang lingkup pemantauan yang harus di lakukan antara lain :
a. Tingkat kesadaran
b. Fungsi pernafasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien.
c. Oksigen dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus.
d. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8jam atau disesuaikan dengan
keadaan pasien.
Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang dilakukan :
1) Bantuan Hidup Dasar / Basic Life supporter ( BHD/BLS) dan Bantuan Hidup
Lanjut/Advanced Life supporter (BHL/ALS).
a) Jalan nafas (Airway) : membebaskan jalan nafas sampai dengan melakukan
intubasi endotrakeal
b) Pernafasan ventilasi (Breathing) :mampu melakukan bantuan nafas
c) Sirkulasi: mampu melakukan resusitasi cairan, defibrilasi dan kompresi jantung
luar.
2) Terapi oksigen

4
3) Penggunaan obat-obatan untuk memelihara /stabilisasi, obat inotropik, obat anti
nyeri, obat anti aritma jantung, obat-obatan yang bersifat vasoaktif, dll.
4) Nutrisi internal ataupun parenteral campuran
5) Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien
6) Evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan.
3. Indikasi masuk dan keluar HCU
Penentuan indikasi pasien masuk ke HCU dan keluar dari HCU serta pasien yang
tidak dianjurkan untuk dirawat di HCU ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Indikasi Masuk
1) Pasien gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
komplikasi.
2) Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif.
b. Indikasi Keluar
1) Pasien sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan ketat.
2) Pasien/keluarga yang menolak untuk di rawat di HCU (atas dasar informed consent)
4. Contoh kasus indikasi masuk berdasarkan keluhan sistem organ :
a. Sistem kardiovaskular
1) Infark miokard dengan hemodinamik stabil
2) irama jantung dengan hemodinamik stabil
3) Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung sementara /menetap
dengan hemodinamik stabil
b. Sistem pernapasan
Gangguan pernapasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif
c. Sistem Saraf
1) Cidera kepala sedang sampai berat atau stroke yang stabil dan memerlukan tirah
baring dan memerlukan pemeliharaan jalan nafas secara khusus, seperti hisap
lendir berkala.
2) Cidera sumsum tulang belakang bagian leher yang stabil.
d. Sistem saluran pencernaan

5
Pendarahan saluran cerna bagian atas tanpa hipotensi ortostatik dan respon dengan
pemberian cairan.
e. Pembedahan
Paska bedah besar dengan hemodinamik stabil tapi masih memerlukan resusitasi
cairan.
B. Intensive Care Unit (ICU)
1. Definisi
Unit perawatan kritis atau ICU adalah merupakan unit perawatan khusus yang
membutuhkan keahlian dalam penyatuan informasi, membuat keputusan dan dalam membuat
prioritas, karena saat penyakit menyerang sistem tubuh, sistem yang lain terlibat dalam upaya
mengatasi adanya ketidakseimbangan. Esensi asuhan keperawatan kritis tidak berdasarkan
kepada lingkungan yang khusus ataupun alat-alat, tetapi dalam proses pengambilan keputusan
yang didasarkan pada pemahaman yang sungguh-sungguh tentang fisiologik dan psikologik
(Hudak & Gallo, 2012).

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf
yang khusus dan pelengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan, dan
terapi bagi yang menderita penyakit akut, cedera atau penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan sarana dan prasarana serta peralatan khusus
untuk menunjang fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf dalam mengelola
keadaan tersebut. Saat ini di Indonesia, rumah sakit kelas C yang lebih tinggi sebagai penyedia
pelayanan kesehatan rujukan yang profesional dan berkualitas dengan mengedepankan
keselamatan pasien.

Adapun beberapa kriteria pasien yang memerlukan perawatan di ICU adalah:

a. Pasien berat, kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus menerus,
contoh gagal nafas berat, syok septik.

6
b. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasive atau non invasive sehingga
komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi, contoh paska bedah besar dan luas,
pasien dengan penyakit jantung, paru, ginjal, atau lainnya.
c. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut, sekalipun
manfaat ICU sedikit, contoh pasien dengan tumor ganas metastasis dengan
komplikasi, tamponade jantung, sumbangan jalan nafas.
Sedangkan pasien yang tidak perlu masuk ICU adalah:
1) Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium).
2) Pasien yang menolak terapi bantuan hidup.
3) Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi, contoh karsinoma
stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan vegatatif.
2. Fungsi Dan Tujuan ICU

a. Fungsi ICU dari segi fungsinya dapat dibagi menjadi:

1) ICU Medik
2) ICU trauma/bedah
3) ICU umum
4) ICU pediatrik
5) ICU neonatus
6) ICU respiratorik
Semua jenis ICU tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengelola pasien
yang sakit kritis sampai yang terancam jiwanya. ICU di Indonesia umumnya berbentuk
ICU umum, dengan pemisahan untuk CCU (Jantung), Unit dialisis dan neonatal ICU.
Alasan utama untuk hal ini adalah segi ekonomis dan operasional dengan menghindari
duplikasi peralatan dan pelayanan dibandingkan pemisahan antara ICU Medik dan
Bedah.

b. Berikut adalah tujuan dari ICU:

1) Menyelamatkan kehidupan

7
2) Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan
monitaring evaluasi yang ketat disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data
yang didapat dan melakukan tindak lanjut.
3) Meningkatkan kualitas pasien dan mempertahankan kehidupan.
4) Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.
5) Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan
pasien.
3. JENIS-JENIS ICU
Pelayanan ICU dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. ICU Primer
Ruang Perawatan Intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang
memerlukan perawatan ketat (high care). Ruang perawatan intensif mampu
melakukan resusitasi jantung paru dan memberikan ventilasi bantu 24-48 jam.
Kekhususan yang dimiliki ICU primer adalah:
1) Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat, dan
ruang rawat pasien lain.
2) Memiliki kebijakan/kriteria pasien yang masuk dan yang keluar.
3) Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala
4) Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru.
5) Konsulen yang membantu harus siap dipanggil
6) Memiliki 25% jumlah perawat yang cukup telah mempunyai sertifikat
pelatihan perawatan intensif, minimal satu orang per shift.
7) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen
untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi (Depkes RI,
2006).
b. Pelayanan ICU sekunder adalah pelayanan yang khusus mampu memberikan
ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak
terlalu kompleks. Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder adalah:
1) Ruangan tersendiri, berdekatan dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang
rawat lain.

8
2) Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan.
3) Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat menanggulangi setiap
saat bila diperlukan.
4) Memiliki seorang Kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensif care atau
bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab
secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan resusitasi
jantung paru (bantuan hidup dasara dan hidup lanjut).
5) Memiliki tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU dan minimal
berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun.
6) Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam
batas tertentu, melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang
hidup.
7) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen
untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi.
8) Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi (Depkes RI,
2006).
c. ICU Tersier
Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan intensif,
mampu memberikan pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan atau bantuan
hidup multi system yang kompleks dalam jangka waktu yang tidak terbatas serta
mampu melakukan bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler
invasif dalam jangka waktu yang terbatas. Kekhususan yang dimiliki ICU tersier
adalah:
1) Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit
2) Memilik kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan.
3) Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap saat
bila diperlukan.
4) Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensif care atau dokter
ahli konsultan intensif care yang lain, yang bertanggung jawab secara

9
keseluruhan. Dan dokter jaga yang minimal mampu resusitasi jantung paru
(bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut).
5) Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat ICU dan minimal
berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama tiga tahun.
6) Mampu melakukan semua bentuk pemantuan dan perawatan intensif baik
invasive maupun non-invasif.
7) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen
untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi.
8) Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medic dan perawat
agar dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien.
9) Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam
medic, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian (Depkes RI, 2006).
4. Indikasi Masuk Dan Keluar ICU
Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas sedangkan kebutuhan
pelayanan ICU yang lebih tinggi banyak, maka diperlukan mekanisme untuk membuat
prioritas. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di
ICU.
a. Kriteria Masuk
1) Golongan pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi seperti: dukungan ventilasi, alat penunjang fungsi organ, infus,
obat vasoaktif/inotropic, obat anti aritmia. Sebagai contoh pasien pasca bedah
kardiotoraksis, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang
mengancam nyawa.
2) Golongan pasien prioritas 2
Golongan pasien memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab
sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan
intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Sebagai contoh pasien yang
mengalami penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau pasien yang

10
telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada golongan pasien prioritas 2 tidak
mempunyai batas karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
3) Golongan pasien priorotas 3
Pasien golongan ini adalah pasien kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, yang disebabkan penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di
ICU pada golongan ini sangat kecil. Sebagai contoh ntara lain pasien dengan
keganasan metastatic disertai penyulit infeksi, pericardial tamponande, sumbatan
jalan nafas, atau pesien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai kmplikasi
penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi
kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi
atau resusitasi jantung paru.
4) Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan dengan catatan bahwa
pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar
fasilitas terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3. Sebagai contoh: pasien
yang memebuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif
dan hanya demi perawataan yang aman saja, pasien dengan perintah “Do Not
Resuscitate”, pasien dalam keadaan vegetative permanen, pasien yang ddipastikan
mati batang otak namun hanya karena kepentingan donor organ, maka pasien dapat
dirawat di ICU demi menunjang fungsi organ sebelum dilakukan pengambilan organ
untuk donasi.
b. Kriteria Keluar
1) Penyakit pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak memerluka terapi
atau pemantauan yang intensif lebih lanjut.
2) Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat
atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien
tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus (Kemenkes RI, 2011).

11
5. Alur Pelayanan ICU
Pasien yang memerlukan pelayanan ICU berasal dari :
a. Pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b. Pasien dari High Care Unit (HCU)
c. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti kamar bersalin, ruang
endoskopi, ruang dialysis, dan sebagainya.
d. Pasien dari bangsal (Ruang Rawat Inap)
6. Karakteristik Perawat ICU
Karakteristik Perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan intensif meliputi:
a. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan konsisten
b. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
c. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan khusus serta diikuti oleh
nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
e. Menerapkan ketrampilan komunikasi secara efektif
f. Mendemonstrasikan kemampuan ketrampilan klinis yang tinggi.
g. Menginterpretasiakan analisa situasi yang kompleks.
h. Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga.
i. Berpikir kritis
j. Mampu menghadapai tantangan
k. Mengembangkan pengetahuan dan penelitian
l. Berpikir ke depan
m. Inovatif

7. Peran Perawat Kritis


Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan komprehensif. Untuk pasien yang kritis, waktu adalah sesuatu hal
yang vital. Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana
perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat (Talbot,
1997).

12
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat
daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh,
kegawatan di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates. Keperawatan
gawat darurat secara khusus berkonsentrasi pada respon manusia pada masalah yang
mengancam hidup seperti trauma atau operasi mayor. Pencegahan terhadap masalah
kesehatan merupakan hal penting dalam praktik keperawatan gawat darurat. (Hartshorn
et all, 1997). Peran perawat kritis sebagai berikut:
a. Advokat
Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak
diinginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu (Potter
dan Perry, 2005).
b. Care giver
Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan (Vicky, 2010).
c. Kolaborator
Peran ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan lainnya
seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya
memberikan pelayanan yang baik (Vicky, 2010).
d. Peneliti
Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode
pemberian pelayanan (Vicky, 2010). Selain itu juga meningkatkan pengetahuan
dan mengembangkan ketrampilan, baik dalam praktik maupun dalam pendidikan
keperawatan (Aryatmo, 1993).
e. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian layanan dapat terarah
serta sesuai kebutuhan (Vicky, 2010).

13
f. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan
terutama mengenai keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010).

8. Kolaborasi Tim Keperawatan Kritis


Kolaborasi Tim dalam Keperawatan Kritis
Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin dari beberapa disiplin
ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang
keahliannya dan bekerjasama di dalam tim. Tim tersebut terdiri dari:
a. Spesialis anestesi
b. Dokter spesialis
c. Perawat ICU
d. Dokter ahli mikrobiologi klinik
e. Ahli farmasi klinik
f. Ahli nutrisi
g. Fisioterapis
h. Tenaga lain sesuai klasifikasi pelayanan ICU
Tim Multi disiplin mempunyai 5 (lima) karakteristik:
1) Staf medik dan keperawatan yang tanggung jawab
2) Staf medik, keperawatan, farmasi klinik, farmakologi klinik, gizi klinik dan
mikrobiologi klinik yang berkolaborasi pada pendekatan
3) Mempergunakan standar, protocol atau guideline untuk memastikan pelayanan
yang konsisten baik oleh dokter, perawat maupun staf yang lain.
4) Memiliki dedikasi untuk melakukan koordinasi dan komunikasi.
5) Menekankan pada pelayaanan yang sudah tersertifikasi, pendidikan, penelitian,
masalah etik dan pengutamaan pasien (Kemenkes, 2011)
Peran koordinasi dan integritas dalam kerjasma tim
Mengingat keadaan pasien yang sedang dalam kondisi kritis, maka sistem kerja tim
multidisiplin diatur sebagai berikut :

14
a) Dokter primer yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya
dan memberi pandangan atau usulan
b) Ketua tim melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan
anggota tim lainnya.
c) Ketua tim berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan usulan-
usulan anggota tim dan memberikan perintah baik tertulis dalam
status maupun lisan.
d) Untuk menghindari kesimpangsiuran/tumpang tindih pelaksanaan pengelolaan
pasien, maka perintah yang dijalankan oleh petugas hanya yang berasal dari
ketua tim saja (Kemenkes,2011).

9. Konsep Holism Dalam Keperawatan Kritis

Salah satu teori yang mendasari praktik keperawatan profesional adalah memandang
manusia secara holistik, yaitu meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural dan
spiritual sebagai suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan
mempengaruhi dimensi lainnya. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik ini
merupakan salah satu konsep

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

High care unit (HCU) adalah unit pelayanan rumah sakit bagi pasien dengan kondisi
stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan
pengobatan, perawatan dan pemantauan rumah sakit secara ketat.
Tujuannya ialah agar bisa diketahui secara dini perubahan-perubahan yang
membahayakan, sehingga bisa di pindahkan ke ICU untuk dikelola lebih baik lagi. Untuk
mewujudkan pelayanan HCU yang optimal diperlukan adanya kebijakan tata kelola
manajemen tertulis meliputi, uraian tugas dan tanggung jawab yang terinci maupun secara
klinis atau teknis medis yang dituangkan dalam standar prosedur operasional HCU.
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
dibawah direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan sarana-prasarana
serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
ketrampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut (Kemenkes, 2011).
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi pembaca
baik tenaga kesehatan khususnya perawat.
Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi. Oleh sebab
itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

16
17

Anda mungkin juga menyukai