Anda di halaman 1dari 112

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu
dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan
biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit
tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale,
Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan
antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks
dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah
yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan
antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung
yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan
penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan
pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan
upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya
Komite Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan
program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah
pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi
nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan
tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan
rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat
maupun berobat jalan serta para pengunjung Rumah Sakit Umum Daerah dr. R
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga .

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 1


Upaya pengendalian infeksi nosokomial di RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu
diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang
tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya
pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme
pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh
terhadap resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara
atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup
memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan,
misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.

B. TUJUAN .
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi kualitas
pelayanan,management resiko,clinical governace,serta kesehatan dan
keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
 Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam
melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara
jelas.
 Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan
fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien.
 Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara
bermakna.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 2


 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS dr.
R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
 Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
 Pelayanan surveilens PPI
 Hand Higiene sebagai bariier protection.
 Penggunaan APD
 Pelayanan CSSD
 Pelayanan Linen
 Pelayanan Kesehatan karyawan
 Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
 Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama
dengan IPSRS.
 Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
 Pelayanan management resiko PPI
 Antibiogram dan pola kuman RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga
 Penggunaan bahan single use yang di re-use

D. BATASAN OPERASIONAL.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
1. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia
termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal
dari( Community acquaired infection)atau berasal dari( Hospital Acquired
infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi
maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs)
yaitu healthcare –assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya
terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 3


tidak terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas
yang didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan . Batasan
a. Kolonisasi :
merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen
infeksi,dimana organisme tersebut hidup,tumbuh dan berkembang
biak,namun tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinis.Pada
kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel pasien dan
petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen
tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang
lain (sebagai carrier).
b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme dimana terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala
klinik.
c. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang
ke orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai
adanya dolor,kalor,rubor ,tumor dan fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang
merupakan respon tubuh (imflamasi) yang bersefat sitemik.kriteria
SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan berikut : (1) hipertermi atau
hipotermia, (2) takikardia sesuai usia,(3) takipneu sesuai usia,(4)
leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah
sel muda (batang ) lebih dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi
atau non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis,atau gangguan
metabolik.SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 4


Rantai penularan .
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu
mengetahui rantai penularan,apabila salah satu rantai dihilangkan atau
dirusak maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia ,dapat berupa bakteri,virus,riketsia,jamur, dan
parasit.ada 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu :
virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup,
tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan pada orang lain,
reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang, tumbuhan,
tanah, air dan bahan bahan organik.pada manusia sehat permukaan
kulit,selaput lendir saluran napas,pencernaan dan vagina meripakan
reservoir yang umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir ,pintu keluar meliputi saluran napas,pencernaan,saluran
kemih dan kelamin,kulit,membran mukosa,trasplacenta dan darah
serta cairan tubuh lainnya.
d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1)
kontak; langsung dan tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne ,(4)
Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor biasanya bnatang pengerat
dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh
pejamu (yang suspe ctibel) dapat melalui saluran
pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.
f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak
memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi
,faktor yang mempengaruhi umur,usia,status gisi, ekonomi, pekerjaan,
gaya hidup, terpasang barrier (kateter,implantasi ), dilakukan tindakan
operasi.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi :
a. Peningkatan daya tahan pejamu.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 5


Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi kesehatan
nutrisi yang adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan
pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak makanan hingga
matang.kalau kimia dengan pemberian clorin pada air dan desinfeksi .
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan
kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan
melalui darah dan cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum
bekas pakai utamanya hepatitis B,C dan HIV.

2. Penyakit Menular.
1) AIDS

Pengertian

Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat


karena terinfeksi HIV( human Imunodefisiency Virus).

Penyebab

Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan
tipe 2 (HIV-2)

Klasifikasi infeksi aids

Infeksi Akut :
a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.

b. pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6


minggu setelah kontak.

c. patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi


imunitas terhadap masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 6


antibodi terhadap virus HIV masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24
sudah (+) sangat infeksius.

Infeksi kronik asimtomatik


a. Lamanya dapat bertahun tahun .

b. Tanpa gejala ,kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi

Pgl( persistren generalized lymphadenopathy)


Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering terjadi
pembesaran limpa di leher posterior dan anterior.Kelompok ini
berkembang menjadi AIDS kira2 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60
bulan.

Cara penularan HIV.

a. Penularan melalui hubungan seksual

b. Penularan melalui darah.

c. Penularan secara perinatal.

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu;

 Cairan vagina.
 ASI.
 Air mata.
 Air liur.
 Air seni.
 Air ketuban.
 Dan cairan cerebrospinal..
Gejala dan tanda

Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi
HIV dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD
4 secara bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan
gejala – gejala spt :

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 7


 Diare yang berkelanjutan .
 Penuunan berat badan secara drastis.
 Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak.
 Batuk terus menerus.
2). Flu burung.

Dibagi menjadi 4 sbb :

a) Seseorang dalam penyelidikan


b) Kasus suspek.
c) Kasus probabel
d) Kasus konfirmasi
Seseorang dalam penyelidikan

Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukanpenyelidikan


epidemiologi kemungkinan terinfeksi H5N1,mis orang sehat namun kontak
erat dengan kasus atau penduduk sehat namun tinggal didaerah flu
burung ,adapun gejala yang ditimbulkan :

 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Pilek
 Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat
kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti
merawat,berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak  1
meter.

2. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti
memasak,menyembelih atau membersihkan bulu ).

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 8


3. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat
kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti
membersihkan kotoran ,bahan atau produk lain.

4. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak
dengan sempurna.

5. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
memegang atau menangani sampel hewan atau manusia yang
dicurigai mengandung H5N1.

6. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) atau
binatang selain unggas yang terinfeksi (babi atau kucing.)

7. Ditemukan leukopeni.

8. Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI


menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa
subtipe.

9. Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat


memburuk pada serial foto.

 Infeksi selaput mata


 Diare atau gangguan pencernaan.
 Fatigue
Kasus probabel flu burung.

Dengan kriteria. :

1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan


pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 9


2. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik
H5dalam spesimen serum tunggal )menggunakan uji
netralisasi(dikirim kelab rujukan
Kasus Flu burung terkonfirmasi.

Dengan kriteria :

1. Isolasi virus H5N1 positif


2. Hasil PCR H5N1 positif.
3. Peningkatan  4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
spesimen.
4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil  7 hari
setelah awitan gejala penyakit) dan titer antibodi metralisasi
konvalesen harus pula  1/80 .
5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1  1/80 pada spesimen serum
yang diambil pada hari ke  stelah awitan disertai hasil positif uji
serologi lain,mis titer HI sel darah merah kuda  1/160 atau
western blot spesifik H5 positif.
Pencegahan :

1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung


terinfeksi.
2. Menghindari peternakan unggas.
3. Hati hati ketika menangani unggas.
4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama 1
menit)
5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
 Setelah memgang unggas.
 Setelah memegang daging unggas.
 Setelah memasak.
 Sebelum memasak
Pengobatan.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 10


Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga
mengurangi gejala dan komplikasi yang terinfeksi.

Macam obat :

1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)

3). TUBERKULOSIS (TBC)

Penyebab :

TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni


micobactpi derium tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena
sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari
ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa jenis micobakterium
lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).Hampir
semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti
kulit,otak,ginjal,tulang dan paling sering paru.

Epidemiologi :

Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB


setelah India dan Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb
secara laten.Di indonesia diperkirakan terdapat 583 000 kasus baru
dengan 140 000 kematian setiap tahun.

Faktor resiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan merokok.

Cara penularan :

Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.

Masa Inkubasi :

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 11


Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi
tes tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10 minggu
.Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi
primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten
bisa terjadi seumur hidup.Pada pasien dengan imun defisiensi seperti
HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.

Masa penularan :

Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya


mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani
pengobatan adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang
tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan persisten AFB positif
dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.

Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang


dikeluarkan,virulensi kuman,terjadinya aerosolisasi waktu
batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi dan
bronkoskopi

Gejala klinis :

 Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.


 Batuk berdahak
 sesak napas
 nyeri dada
 Sering demam
 nafsu makan menurun.
 penurunan berat badan .
 BTA (+)
Pengobatan :

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 12


 Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis
(OAT) dengan metoda DOTS (directly observed treatment
shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum obat.
Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan
pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2 bulan berturut
terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan rif 3 kali
seminggu selama 4 bulan.

Pencegahan :

 Penemuan dan pengobatan TB


 Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum
terinfeksi.
 Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.

4). MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)

Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit
dan hidung dan kebal terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA
lebih banyak dibandingkan AIDS

Saat ini ada 2 tipe :

1. Health care asosiated (HA –MRSA)


Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit..

2. Community asosiated (CA-MRSA)


Yang baru ini ditemukan ditempat –tempat umum,fitness,loker-
loker,sekolah dan perabotan rumah tangga.

Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya


lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala
.Bakteri yang dibawa sipasien menyebar dan berpindah pada orang
lain dengan cara kontak kulit dan menyentuh barang yang
terkontaminasi . Stapylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 13


kulit,jerawat,bisul,abses atau gigitan serangga,ini biasa menyebabkan
bengkak,merah dan nyeri.bakteri ini dapat menembus kulit sampai
dengan menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan
paru yang bias mengancam jiwa.

Penyebaran MRSA :

1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan
rumah tangga yang MRSA
3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA
Tanda dan gejala :

1. Infeksi luka
2. Bisul
3. Folikel rambut yang terinfeksi
4. Impetigo
5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnose :

Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat
dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh
dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian terkena antibiatikyang
berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di
Meticilindalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur ayng sama juga
dilakukan untuk menentukan apakah seseorang merupakan pembawa
MRSA(Screning untuk carrier) tetapi sample kulit atauselaput lender
hanya diswab tidak dibiopsi

Pengobatan MRSA :

Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi


serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan
jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap antibiotic banyak akan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 14


sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotic berhasil
mengendalikan infeksi tapi jarang.

Tindakan pencegahan :

1. Kebersihan tangansesering mungkin terutama setelah menyentuh


hidung anda.
2. Bila batuk terapkan etika batuk
3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi
dengan ditutup kain kasa, ganti ferban sesering mungkin terutama
jika basah.
4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda
melalui feces dan urine
5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk
penderita MRSA.
6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi
yang lainnya.
7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien
dengansabun dan clorin 0,5%.

3. KEGIATAN PELAYANAN PPIRS


1).SURVEILENS

Pengertian surveilens adalah :

Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya
dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya
penyebaran penyakit :

1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila
tanda- tanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat
,maka perlu diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 15


3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang
berbeda dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme
penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah
sakit.
Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.

1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang


sudah ada pada waktu masuk rumah sakit.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis
toxoplasmosis,sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah
masa kelahiran .

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :

1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka


terbuka )yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis.
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan
zat non infeksi seperti zat kimia.
Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:

1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah


dan jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah
tertular.
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang
paling sederhana seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika
,akibat penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak
rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan
yang dapat menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.
Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 16


1. Petugas rumah sakit.
2. Pengunjung pasien.
3. Antar pasien itu sendiri.
4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit.
Lingkungan.
1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.
2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.
3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.
4. Melindungi petugas.
5. Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas .

a. HAP (hospital aquared pneumonia) dan VAP (Ventilator associated

pneumonia).

1. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pasien dirawat dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan
sebelumnya tidak menderita penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat
diakibatkan karena tirah baring yang lama (koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk
gaster).

b.VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan
tanda – tanda infeksi saluran napas.

Kriteri pneumonia :

1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru.


2. Produksi sputum banyak dan purulen.
3. Hasil X – ray adanya densitas paru (infiltrate).
4. Demam >38  C dan batuk.
5. Pemeriksaan cedían sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK)
Pada orang dewasa dan anak >12 bulan didapatkan :

1. Bunyi napas menurun pekak,ronkhi basah pada daerah paru.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 17


 Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum.
 Biakan kuman dan biakan darah ()
 Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.
2. Hasil X – Ray ada infiltrasi paru,konsolidasi,cavitasi,efusi pleura baru secara
progrsif ditambah salah satu ini:

- Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum.

- Isolasi kuman dan biakan darah (+).

- Isolasi kuman patogen aspirasi tracea ,sikatan brokus atau biopsy (+).

- Titer IgM atau IGG spesifik meningkat

- Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan .

Pada umur kurang dari 12 tahun.:

- Didapatkan 2 atau = apneu,takipneu bradikardia,wheesing,ronchi


basah,,batuk ditambah satu diantaranya sbb:

1. produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen.


2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+).
3. Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).
4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan.
5. Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4x .
6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.
Faktor penyebab :

1. Lingkungan .

- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.

- Makanan ;Muntahan.

2. Peralatan .
- NGT
- ET
- Suktion kateter.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 18


Peralatan bronchospi

- Peralatan pernapasan.

3. Manusia.

- Haemofilus influenza.

- Stapilococus Aereus

- Stapilococcus pnemonia.

- MDR stains.

Faktor-faktor resiko :

1. Kondisi pasien sendiri.

- Usia > 70 tahun.

- Pembedahan (thorakotomi,abdomen)

- penyakit kronis.

- Penyakit jantung kongestif.

- Penyakit paru obstruksi kronis.

- Perokok.

- koma.

- CVD.

2. Faktor pengobatan .

- Sedasi.

-Anestesi umum.

- intubasi tracea.

- Pemakaian ventilator mekanik yang lama.

- Penggunaan antibiotika .
- penggunaan imunosupresif dan citostatika.
Prinsip dasar pencegahan :
 Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 19


 Tinggikan posisi kepala 30- 45 .
 Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction
kateter.
 Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shif.
 Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi.
 Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan
mengeluarkan lendir .
 Mobilisasi dini setelah operasi..
Peralatan ventilator.

 Bersihkan permukaan alat secara rutine dengan menggunakan detergent


netral.
 Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor.
 Breathing sirkuit,humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika
kotor.
 Termovent hepafilter diganti setiap hari.
Populasi beresiko HAP :

1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.


2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
3. Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.
Infeksi rate HAP =

Numerator x 1000=.....%
Denominator
 kasus HAP perbulan x 1000=.......%
 Hari rawat tirah baring perbulan.

Populasi beresiko VAP :

1. Terfokus spesifik diruang ICU,NICU,PICU.


2. Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
3. Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan.
4. Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 20


Clinical Pulmonari Infection score ( CPIS)

Indikator Score

1 2 3

Sekresi trakea Sedikit sedang banyak

Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir

Suhu >36.5 &<38.4 >38.5 & 8.9 >39 &<36

Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau 11.000 -

Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan


ARDS

Infeksi rate VAP =

Numerator x 1000= .....%


Denominator
 kasus VAP perbulan x 1000 =........%
 Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

c. ILI (Infeksi Luka Infus)


1. Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :
a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau
berdasarkan bukti hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa
ditemukan penyebab lainnya :
 Demam (>38° C) ,nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni
mikriba.
 Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien ≤ 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut
tanpa ditemukan penyebab lain :
 Demam (>38°C rektal),hipotermia (<37 °C),apneu,bradikardia,letargia,atau
nyeri,atau panan pada vaskular yang terlibat dan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 21


 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni
mikroba
 Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk pelaporan ILI :
 ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari
ujung kateter,tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah
maka dilaporkan sebagai ILI bukan sebagai IADP.
 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak
ditemukan infeksi lain dari bagian tubuh.
 Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai
IADP
 Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali,
sedangkan IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.
 Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
 Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
 Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah
responden terpenuhi.
 Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah
,setiap 3 bulan sekali dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat

Populasi beresiko ILI :


1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.
2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat ,pasien dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.
Pencegahan ILI :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 22


3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan
(lembab atau kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera
mungkin jika tidak diperlukan lagi.
d. ISK (Infeksi Saluran kemih)
Pengertian

Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien
masuk rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat
sewaktu dirawat atau sesudah dirawat.

Kebijakan

. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.


. Jika pasien terpasang Kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan
survey.
. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah
responden terpenuhi.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :
a. Endogen : - perubahan flora normal.
b. Eksogen : - prosedur yang tidak bersih / steril
- tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.

Infeksi Saluran Kemih Simtomatik.


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
* Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria ( urgency )
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis
mikroorganisme :
* Dua dari gejala :

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 23


- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
* dan salah satu tanda :
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah >
100.000 kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000
kuman/ml dan pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
Infeksi saluran kemih asimtomatik
Dengan salah satu criteria dibawah ini :
* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik
Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua
jenis kuman.
* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali
hasil biakan >100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari
dua jenis dan tak ada gejala :- Demam 380C, - Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
Infeksi Saluran Kemih lain.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 24


( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau
rongga perinefrik ) dengan salah satu criteria dibawah ini :
• Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
• Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara
hispatologis.
• Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
• Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
• Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
• Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
Infeksi Saluran Kemih pada neonatus
- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh
( gejala sama dengan sepsis ).

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 25


- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik.
Biakan urin positif kalau ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml urin.
Infeksi Saluran Kemih pada Anak
- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang – kadang
diare atau kencing yang sangat berbau.
- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering
kencing dan ngompol. Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas
seperti ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau nyeri pinggang.
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli –
buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif
apabila jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin
pancaran tengah atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin
100.000 atau lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.

e. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )


Definisi Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ
atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran
darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan laboratories dengan gejala / tanda
berikut :
Klinis :
1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
- Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 26


Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.
CATATAN :
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.
2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa
penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
dan Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih
diantara enam gejala berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C)
hipertermi ( 380C ) dan sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi

perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan
hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 27


- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan
kuman.
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya
dengan infeksi ditempat lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak
ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intravascular ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang
sesuai dengan sepsis.
Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejalaberikut :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea, - Bradikardi < 100/mnt
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak
ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intravaskuler ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang
sesuai dengan infeksi

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 28


CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.
Cara penghitungan :

Numerator x 1000 = ..........%


Denominator

Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %


Jumlah hari pemakaian alat kateter urine
f. ILO / IDO (Infeksi Luka Operasi/Infeksi Daerah Operasi)

Pengertian SSI
a. ILO/IDO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit
(subkutan )
b. ILO/IDO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam
(fasia dan lapisan otot)
c. ILO/IDO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam
tubuh.
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi
pra bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau
operasi terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain
tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO/IDO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sbb:
 Drainase bahan purulen dari insisi superficial
 Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 29


diambil secara aseptic dari tempat insisi superficial.
 Sekurang kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang
terlokalisir, kemerahan, atau hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan
positif atau tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak
memenuhi kriteria ini.
 Diagnosi ILO/IDO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang
menanggani pasien tersebut.
b. Faktor Risiko ILO/IDO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score,
karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik
profilaksis, lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi
darah, mandi sebelum tindakan operasi
infeksi luka operasi/infeksi daerah operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah
responden terpenuhi.
Kategori resiko :
1. Jenis luka
 Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
 Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 30


2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
 Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
 Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
 ASA 1-2,skor :0
 ASA 3-5, skor :1
= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.
Pencegahan ILO /IDO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
 Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari
operasielektif dan jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
 Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah
sekitar operasi terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya
operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum operasi dengan
menggunakan alat cukur elektric.
 Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula
darah yang terlalu rendah sebelum operasi.
 Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari
elektif operasi.
 Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine
2 % min 1 jam sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
 Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
 Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah
kebersihan tangan tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan
dari tubuh agar air mengalir dari ujung jari menuju siku,keringkan
tangan dengan handuk steril ,pakai saung tangan dan gaun steril.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 31


c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
 Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan
pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
 Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang
paling efektif terhadap patogen yang umum yang menyebabkan ILO
pada operasi jenis tersebut yang direkomendasikan.
 Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi
sehingga sat dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan
maximal.
2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
 Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
 Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasi untuk
mencegah ILO/IDO.
 Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk
lewatnya peralatan bedah.
 Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
 Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan
biarkan 10 menit kemudian bersihkan cairan tadi .
 Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai
operasi kotor.
 Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt
normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
 Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
 Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus
digunakan segera seperti instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
 Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 32


bedah saat operasi berjalan .
 Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.
 Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila
tampak kotor dan terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
 Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
 Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter
anestesi spinal / epidural/ dan bila menyiapkan obat- obatan steril.
 Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
 Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang
efektif,minimalkan jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space)
pada lokasi operasi.
 Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain
pd lokasi tubuh yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera
mingkin bila sudah tidahk dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
 Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera
laukakan penggantian verban.
 Lakukan mobilisasi sedini mungkin.
 Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi
makanan bergizi.

2). KEBERSIHAN TANGAN.

Pedoman menkebersihan tangan telah memberikan anjuran


tentang kapan dan bagaimana melakukan kebersihan tangan atau
menggosok tangan untuk pembedahan, telah mengalami perubahan secara
cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada tahun
1980 an. Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya
dengan kebersihan tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan
Wade 1990).

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 33


Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil
penelitian tentang kepatuhan tenaga kesehatan dalam menkebersihan
tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa kepatuhan menkebersihan tangan
masih kurang, yaitu:

 Skin irritation
 Inaccessible handwashing supplies
 Being too bussy
 No thinking abut it
Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari
50%, sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan
menkebersihan tangan tersebut :

Patuh
Individu Tidak Patuh %
%
Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan lainya 43 57
Mahasiswa perawat 0 100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan


yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang
menular dan penyebaran mikroorganisme multiresisten serta diakui
sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan
Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora
tetap dan sementara yang jumlahnya sangat banyak.

Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga
akar rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan
dicuci dan digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil
menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan
kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan
organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili
Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui
kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau permukaan yang

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 34


terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan atas kulit dan
sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai sabun
biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi
nosokomial (JHPIEGO, 2004).

 Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan debris


secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dan mereduksi jumlah
mikroorganisme transient dengan menggunakan bahan tertentu.
 Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien
,petugas lain,atau permukaan lingkungan (meja,tensi,stetoskop atau
toilet),organisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat saat
kebersihan tangan.Flora residen tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam
serta didalam folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat dilakukan
pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air
mengalirUntungnya pada sebagian kasus ,flora residen kemungkinan
kecil terkait dengan penyakit infeksi menular melalui udara seperti flu
burung .Tangan atau kuku petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada
lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S
.Aureus,batang gram negatif.
 Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan
permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,debris dan
mikroorganisme yang meempel sementara di tangan.sabun biasa
memerlukan gosokan untuk melepaskan mikroorganisme secara
mekanik,sementara sabun anti septik disamping membersihkan
juga dapat membunuh kuman
 Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme baik yang transien atau residen.
 Emolient

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 35


Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan
membantu mencegah kerusakan kulit.
 Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan
tangan merupakan air bersih bebas mikroorganisme ,memiliki
turbiditas rendah (jernih ,tidak berbau )
Tujuan.

1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,

2. Mereduksi jumlah microorganisme transient


 Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;
1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub
 5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien
 Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan
1. Petugas menggosok punggungdan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok keduatelapak tangan dan sela-sela
jari sebanyak 4x.
3. Jari –jari sisi dalam dari keduatangan petugas
salingmengunci sebanyak 4x
4. Petugas menggosok ibujari berputardalam genggaman
tangankanan dan lakukan sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutarujungjari– jari di
telapak tangan kiri dansebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutarujungjari– jari di
telapak tangan kiri dansebaliknya sebanyak

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 36


Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:
1. Kuku harus seujung jari tangan.
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus diobati dan dibalut
dengan balutan yang kedap air.
4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan dipakai

3). ALAT PELINDUNG DIRI

Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD),


telah digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit
perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan
resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD
menjadi sangat penting untuk melindungi staf . Termasuk Alat
pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata
(perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di
banyak negara kap, masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas.
Penahan yang sangat efektif, bagaimanapun, terbuat dari kain yang
diolah atau bahan sintetik yang menahan air atau cairan lain (darah atau
cairan tubuh) menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini,
bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak
negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang 140/in²) adalah
bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan gaun)
dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif,
karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat
kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya,
terlalu rapat untuk ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar
dicuci dan makan waktu untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya
harus putih atau terang agar kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.

Macam APD :

1. Masker

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 37


2. Sarung tangan
3. Kaca mata,
4. Topi
5. Apron/celemek

6. Pelindung kaki
7. Gaun pelindung
8. Helm

 Sarung tangan.
Tujuan memakai sarung tangan :

 Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan


tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit yang utuh dan benda-benda
yang terkontaminasi.

Jenis sarung tangan :

a) Sarung tangan steril:

 Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah

 Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif

 Penggunaanya sekali pakai.

b) Sarung tangan tidak steril

 Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

 Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa


tubuh atau bahan berbahaya

c) Sarung tangan rumah tangga

 Digunakan di linen, gizi, IPAL

 Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan


perlakuan khusus (piring yg licin, mencuci linen yang tebal,
dll)

3 saat petugas menggunakan sarung tangan :

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 38


1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang
berat (saat akan menyentuh cairan tubuh, sekresi, ekskresi,
mukosa membran dan kulit yang tidak utuh).

2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke


pada pasien (saat akan melakukan tindakan aseptik atau
menangani benda – benda yang terkontaminasi) .

3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba


dari pasien lain(saat penggunaan sarung tangan yang
benar,krn sarung tangan belum tentu tidak berlubang
walaupun kecil)

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan;

- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung


tangan.

- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .

- Hindari jamahan pada benda-benda lain.

- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus


dipahami.

 Pelindung wajah.

- Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata .

Jenis alat :

- Masker.

- Kaca mata.

- Face sheild.

3. Masker

Jenis masker:

a. Masker bedah

 Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar


operasi, poli gigi, poli bedah, VK

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 39


 Di ganti bila basah atau selesai pembedahan

 Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah,


rahang dan semua rambut muka

 Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar


sewaktu bekerja ,bicara, batuk atau bersin dan juga untuk
mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang
terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.

b. Masker khusus

 Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease,


pasien yang mendapatkan imunosupresan atau petugas atau
pasien yang sakit batuk.

 Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di


ruang isolasi.

 Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95


maka untuk penggunakan diruang isolasi TBC
menggunakan masker bedah rangkap 2.

c.Masker biasa.

 Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang


menimbulkan bau (saat pengelolaan sampah,kamar
mandi,ipal dll)

 Digunakan saat menderita batuk pilek..

 Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan


bau (personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)

 Gogless (kacamata)

 Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan


tubuh lainnya yang terkontaminasi. Pelindung mata

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 40


termasuk pelindung plastik yang jernih, kacamata
pengaman, pelindung muka dan visor.

 Digunakan untuk prosedur bedah kemoterapi,mengosongkan


drinage.

 Apron (Clemek)

 Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau


yang beresiko terjadi cipratan atau kontak dengan cairan
tubuh pasien.

 Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia


di ruang linen , dapur, IPAL, Laboratorium, VK.

 Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan


pasien (instrumen,urinal,pispot,bemgkok dll)

 Gaun.

Tujuan :

- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau


percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat
mencemari baju.

Jenis Gaun :

- Gaun pelindung tidak kedap air.

- Gaun pelindung kedap air.

- Gaun steril.

- Gaun non steril.

Indikasi penggunaan gaun :

- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan


pencemaran /kontaminasi pada pakaian petugas seperti ;

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 41


 Seperti membersihkan luka bakar.

 Tindakan drainage.

 Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang


pembuangan WC atau Toilet.

 Menangani pasien perdarahan masif.

 Tindakan bedah.

 Perawatan gigi.

- gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.

 Pelindung kaki

Tujuan :

- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau


cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan
tusukan benda tajam atau kejatuhannalkes.

- Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan>

 Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan


telapak kaki digunakan untuk melindungi kaki dari:

- Cairan atau bahan kimia yang berbahaya

-. Bahan atau peralatan yang tajam

 Topi (penutup kepala)

 Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari


cairan tubuh atau bahan berbahaya.

 Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut


dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat di daerah steril
dan juga sebaliknya melindingi kepala petugas dari bahan
– bahan berbahaya dari pasien.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 42


 Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan
area steril yang luas (operasi,pemasangan kateter vena
sentral.)

 Helm

 Terbuat dari plastik

 Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan


pekerjaan yang berhubungan dengan bangunan.

 Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan


dan penggunaan alat pelindung dilakukan ?
No. Kegiatan Cuci Sarung Jubah/ Mask
tang tangan Celem er/
an Ster bias ek Googl
il a e
Perawatan umum

1. Tanpa luka
 Memandikan √ √
/ bedding
 Reposisi √ √
2. Luka terbuka
 Memandikan √ √ K/P
/ bedding
 Reposisi √ √ K/P
3. Perawatan perianal √ √ √
4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik √ K/P
6. Penggantian balutan
 Luka operasi √ √ K/P K/P
 Luka √ √ K/P K/P
decubitus
 Central line √ √ K/P K/P
 Arteri line √ √ K/P K/P
 Cateter √ √ K/P K/P
intravena
Tindakan Khusus.

7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P


8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P
9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P
10 Pasang NGT √ √ √ K/P
.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 43


11 Mengukur suhu axilia √ K/P
.
12 Mengukur suhu rectal √ √
.
13 Kismia √ √ K/P K/P
.
14 Memandikan jenazah √ √ K/P K/P
.
Perawatan saluran nafas

15 Tubbing ventilator √ √ K/P


.
16 Suction √ √ K/P √ K/P
.
17 Mengganti plaster ETT √ √ K/P √ K/P
.
18 Perawatan TT √ K/P √√
.
19 PF dengan stethoscope √ K/P
.
20 Resusitasi √ √ √ √√
.
21 Airway management √ √ √
.
Perawatan Vasculer

22 Pemasangan infuse √ Lebi √ K/P K/P


. h
baik
23 Pengambilan darah vena √ Lebi √ K/P K/P
. h
baik
24 Punksi arteri √ Lebi √ K/P K/P
. h
baik
25 Penyuntikan IM / IV / SC √ √
.
26 Penggantian botol infuse √
.
27 Pelesapan dan √ √
. penggantian selang
infuse
28 Percikan darah / cairan √ √ √
. tubuh
29 Membuang sampah √ √ √
. medis
30 Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 44


.

4). STERILISASI

Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora


bakterial

AdalaPenguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf


atau dry heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling
tersedia saat ini yang digunakan untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling


murah dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar
(Gruendemann dan Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini
adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain
yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila
aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi
dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan menggunakan
minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber panas.

Kondisi Standar Sterilisasi Panas

Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan


harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30
menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada
132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat
terbungkus.

Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda


bergantung pada sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti
anjuran pabrik.

Panas kering:

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 45


 170ºC selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-
instrumen di oven, pemanasan hingga 170ºC, selama 1 jam dan
kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam), atau

 160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).

Ingat:

 Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai


target

 Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan


metode ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat
ini biasanya digunakan untuk alat-alat individual.

Kegiatan di unit CSD :


1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi
2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
 Pagi pukul 07.00-08.00 WIB
 Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area
ini adalah:

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 46


a. Area kerja “bersih”
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
 diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
 dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan
 dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau
diangin-anginkan untuk dikeringkan dan dimasukkan dalam
wadah steril atau DTT.

Area kerja bersih harus mempunyai:


 meja besar;
 rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak;
dan
 sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau
boiler.
b. Area penyimpanan peralatan bersih, dan
Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus
memasuki CSD melalui area ini. Lengkapi peralatan area ini
dengan:
 rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan
bersih, dan ruangan tersendiri.
c. Area penyimpanan steril atau DTT.

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup


yang steril atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril
pusat.
 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah
peralatan di kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau
kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini melindungi pak-
pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka
PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 47
d. Area Penyimpanan Steril atau DTT

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup


yang steril atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril
pusat.

 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah


peralatan di kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau
kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak
dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat
diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah
tangga dan ventilasi terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu
dan bebas kain tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah
tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT
harus disimpan dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50
cm dari langit-langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan.
(Kardus melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang
serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai
peringatan bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan
menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin
sterilitas.
 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu
dipertahankan.
 Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut
hingga dibuka.
 Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 48


Sistem Shelf Life:

 Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan


peristiwa dan bukan terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat
membahayakan integritas dan efektivtas pak tersebut.
 Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan
sterilitas pak mencakup berbagai penanganan, berkurangnya
integritas pak, penetrasi kelembaban, dan kontaminasi udara.
 Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya,
telah basah, terjatuh di lantai, berdebu atau tidak tersegel.
 Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas
pengepakan, kondisi selama penyimpanan dan pengangkutan, dan
jumlah penanganan sebelum digunakan.
 Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat
mencegah kerusakan dan kontaminasi.
 Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan
penanganan pak secara berlebihan atau kurang tepat. Idealnya
sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika mengeluarkan
dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika
mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3)
ketika memilihnya dibuka untuk digunakan.

Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan


sterilitas atau membahayakan efisiensi barier bakterial atas
materi yang sedang dipak adalah:

 Bakteri di udara
 Debu
 Kelembaban
 Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
 Terbukanya pak tersebut.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 49


 Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan,
periksalah pak tersebut untuk memastikannya tidak
terkontaminasi.

Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan


Lainnya

 Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan


DTTdari peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang.
Jangan memindahkan atau menyimpan peralatan ini bersama-
sama.
 Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan
DTT ke prosedur atau ruang operasi dengan kereta tertutup atau
wadah dengan penutup untuk mencegah kontaminasi.
 Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman
sebelum membawa suplai ini ke dalam ruang prosedur, ruang
operasi, atau area kerja CSD yang bersih. (Shipping boxes
mengeluarkan debu dan menjadi tempat bersarang serangga
yang dapat mengontaminasi area ini.)
 Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area
penerimaan/pembersihan di CSD dengan tong sampah tertutup
dan antibocor.
 Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat
pembuangan dengan tong sampah tertutup dan antibocor.
 (Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan
pengelolaan peralatan yang akan dibuang)

Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :

1. Indikator mekanik

2. Indikator Kimia

3. Indikator biologi

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 50


4. Indikator mikrobiologi

Sumber : Perkins 1983

f. Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung
tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan
adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena
darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam
di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat
menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan
petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP
1986).
Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi
derajat kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya,
studi yang dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10
mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari
100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan
didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar
alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan,
didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi .

Proses desinfeksi barang use yang di reuse


Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :

Tingka Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


t resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk
steril,rongga,aliran harus kering. tindakan
darah -kemasan tidak invasif.
robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 51


bioefektif
selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir dan dengan dan kering guna dengan
cairan melindungi dari respiratori :
desinfektan kontaminasi -LM
tingkat tinggi lingkungan laringeal
mask.
-Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe
invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscope
- Breast
pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih invasif
menggunakan ditempat yang equipment:
detergent dan kering * Bedpan dan
air .jika urinal.
menggunakan * Manset
desinfektan tekanan
gunakan yang darah.
compatibel * bed
*
Termometer.
* Tourniket
* Tensi meter

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 52


Desinfeksi lingkungan rumah sakit
- Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly
didesinfeksi dengan detergen netral
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan
dengan desinfeksi tingkat menengah

5). KEWASPADAAN STANDAR DAN BERDASARKAN TRANSMISI

Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996


meliputi hal-hal sebagai berikut.namun yang terbaru menyatukan
universal precaution dab body substance isolasi (BSI) menjadi
kewaspadaan isolasi dengan komponen sbb :

 Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada semua klien


dan pasien yang mengunjungi fasilitas layanan kesehatan, meliputi :

- Kebersihan tangan.

- Penggunaan APD (alat pelindung diri )

- Peralatan perawatan pasien.

- Pengendalian lingkungan.

- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.

- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.

- Penempatan pasien.

- Higiene respirasi/etika batuk.

- Praktek menyuntik yang aman.

- Praktek untuk lumbal punksi.

KOMPONEN UTAMA DAN PENGGUNAANNYA

Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya terdapat


dalam Tabel 2-1. Penggunaan pelindung (barier) fisik, mekanik, atau
kimiawi di antara mikroorganisme dan individu, misalnya ketika
pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap atau petugas layanan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 53


kesehatan, merupakan alat yang sangat efektif untuk mencegah
penularan infeksi (barier membantu memutuskan rantai penyebaran
penyakit). Contohnya, tindakan berikut memberikan perlindungan
bagi pencegahan infeksi pada klien, pasien dan petugas layanan
kesehatan serta menyediakan sarana bagi pelaksanaan Pencegahan
Baku yang baru:

 Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat


berpotensi menularkan infeksi.
 Kebersihan tangan—prosedur yang paling penting dalam
pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau benda
terkontaminasi ke orang).
 Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit
yang terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh
lainnya atau instrumen yang kotor dan sampah yang
terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif.

6).MANAGEMENT RESIKO PPI

Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan


,memerlukan perhatian dan tindakan yang baik .Terutama pencegahan
dan pegendalian infeksi yang merupakan acuan mutu rumah
sakit,sehingga memerlukan tindakan yang baik.

Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :

1. Resiko adalah :

 Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada


pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004)
 Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009)
2. Management Resiko adalah :

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 54


 Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan
peluang –peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan.
(AS/NZS 4360:2004)
 Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi berkaitan dengan resiko (ISO 3100:2009)
3. Identifikasi Resiko
Adalah proses mengenal ,menemukan dan mendiskripsikan resiko .

Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola resiko adalah


mengidentifikasi ,identifikasi ini juga dibagi 2 secara Proaktif dan
Reaktif.

a. Identifikasi secara proaktif.adalan kegiatan identifikasi yang


dikakukan proaktif mencari resiko yang menghalangi rumah
sakit mencapai tujuan.Jika faktor resikonya belum muncul dan
bermanifestasi metoda yang dapat dilakukan dengan
cara,audit,brainstorming,pendapat ahli,FMEA,analisa swot.

b. Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah


resiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden dan
gangguan .Metoda yang digunakan adalah pelaporan
insiden.tentu saja kita akan melaksanakan prinsip identifiksi
proaktif karena belum menimbulkan kerugian.

4. Analisa Resiko .

Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan


peringkat resiko,analisa dilakukan dengan cara menilai :

1. seberapa sering peluang resiko muncul,


2. berat ringannya dampak yang ditimbulkan
tabel

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 55


Descripsi 1 2 3 4
Jarang Intermediate Sering Selalu terjadi
Frekuensi
Probabilit
y
Dampak
Occurence

Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya


mendapatkan peringkat sehingga dapat menentukan skala prioritas
penangannnya .

Tabel.

Peringkat Resiko .

1. Ekstrim ( 15-25)

2. Tinggi (8-12)

3. Sedang (4-6)

4. Resiko rendah (1-3)

5.. Evaluasi Resiko.

Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan


kriteria resiko untuk menentukan apakah resiko dan /besarnya dapat
diterima atau ditolelir.Sedangkan kriteria resiko adalah kerangka acuan
untuk mendasari pentingnyaresiko dievaluasi .Dengan evaluasi resiko
ini setiap resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai
denga resiko,dengan demikian tidak ada resiko yang terlewat.

5. Penanganan Resiko

Adalah proses memodifikasi Resiko :

1. Menghindari resikodengan memutuskan untuk tidak memulai


atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan resiko.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 56


2. Mengambil atau meningkatkan resiko untuk mendapatkan
peluang(lebih baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi resiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan resiko dengan informasi pilihan

7). RUANG ISOLASI (KOHORTING)


A. Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit
Isolation precaution merupakan bagian integral dari program
pengendalian infeksi nosokomial

Tujuan

Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi


mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari
pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen dan host
lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan
cara Isolation Precaution sangat diperlukan.

1. Airborne Precaution

a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan
sebagai berikut:

 Tekanan udara kamar negative dibandingkan dengan area


skitarnya.
 Pertukaran udara 6 – 12 kali/jam.
 Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan
udara yang efisien sebelum udara dialirkan ke area lain di
rumah sakit.
 Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 57


 Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu
kamar dengan pasien lain dengan infeksi mikroorganisme yang
sama atau ditempatkan secara kohort.
 Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi
berbeda.
b. Respiratory Protection
 Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika
memasuki rungan pasien yang diketahui infeksi pulmonary
tuberculosis
 Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien
yang diketahui atau diduga mempunyai measles (rubeola) atau
varicella, mereka harus memakai respiratory protection (N 95)
respirator.
 Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella
tidak perlu memakai perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
 Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar,
hanya tujuan yang penting saja.
 Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada
pasien
2. Droplet Precaution

a.Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri,
tempatkan pasien secara kohart
 Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien
dengan jarak 3 ft dengan pasien lainya
b. Masker
 Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
 Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk
ruangan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 58


c.Pemindahan pasien
 Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar
pasien, kecuali untuk tujuan yang perlu
 Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama
transportasi, pasien dianjurkan pakai masker
3. Contact Precaution

a.Penempatan pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara
kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
 Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
 Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan
yang terkontaminasi dengan mikroorganisme
 Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
 Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial
atau handscrub
 Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan
yakinkan bahwa tangan tidak menyentuh peralatan atau
lingkungan yang mungkin terkontaminasi, untuk mencegah
berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan
lain.
c.Gaun
 Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien
bial diantisipasi bahwa pakaian akan kontak dengan pasien,
permukaan lingkungan atau peratalan pasien di dalam
kamar atau jika pasien menderita inkontaneia, diare,
fleostomy, colonostomy, luka terbuka
 Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
 Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin
kontak dengan permukaan lingkungan untuk menghindari

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 59


berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan
lain
d. Transportasi pasien
 Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari
kamar, hanya untuk tujuan yang penting saja. Jika pasien
harus pindah atau keluar dari kamarnya, pastikan bahwa
tindakan pencegahan dipelihara untuk mencegah dan
meminimalkan resiko transmisi mikroorganisme ke pasien
lain atau permukaan lingkungan dan peralatan.
e. Peralatan Perawatan Pasien

 Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada


pasien sendiri, atau secara kohort
 Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort,
lakukan pembersihan atau desinfeksi sebelum dipakai
kepada pasien lain.

Recommendation Isolation Precaution

“administrative Controls”

1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan
kepada pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk
meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam
menjalankanya.

Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan


pencegahan)

2. Secara periodic menilai ketaatan terhadap tindakan


pencegahan dan adanya perbaikan langsung.

Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara


penularannya :
1. Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang isolasi
tersendiri.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 60


2. Saat ini rumah sakit Panti Rahayu belum memiliki ruang
isolasi tersendiri,kedepannya akan direncakan untuk
pengadaan ruang isolasi pasien menular yang sesuai
ketentuan ,untuk merawat pasien ,RS Panti Rahayu
menggunakan cara Pengelompokan (Kohorting ) pasien
menular TBC,diare berat,varicella perdarahan tak
terkontrol,luka lebar dengan cairan keluar.
3. Setiap pasien harus memakai masker bedah (surgical mask
rangkap 2) atau masker N 95(bila mungkin) pada saat
petugas berada diruangan tersebut. Ganti masker setiap 4-
6 jam dan buang di tempat sampah infeksius. Pasien tidak
boleh membuang ludah atau dahak di lantai – gunakan
penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable)
4. Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus
dilepaskan dengan hati-hati dan masukkan kedalam tempat
tertutup dilengkapi dengan laundry bag yang berlabel
ISOLASI. Tempat tersebut diletakkan di dekat pintu keluar
ruang isolasi. Setelah itu petugas harus kebersihan tangan
di dalam ruang isolasi.
5. Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan:
 Termometer
 Stetoskop
 Tensimeter
 Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri)
 Tempat pembuangan limbah infeksius:
o Jas
o Instrumen
o Sampah termasuk sisa makanan, alat makan
 Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting
 Barrier atau penghalang .
 APD yang sesuai.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 61


8). PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH
SAKIT

Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah


sakit dan klinik, yang meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan
permukaan lain. Maksud pengelolaan rumah tangga adalah :

 mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari


pasien, tamu, staf, dan masyarakat sekitar,

 mengurangi risiko kecelakaan, dan

 mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan


untuk pasien dan staf

Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti


ruang tunggu dan kantor administrasi, tergolong risiko rendah
sehingga cukup dibersihkan dengan sabun dan air. Sedangkan
beberapa ruangan seperti toilet/WC, pembuangan darah atau duh
tubuh lain, tergolong risiko tinggi memerlukan disinfektan seperti
klorin 0.5% atau fenol 1% yang ditambahkan pada larutan
pembersih (SEARO 1988). Penggunaan disinfektan selain sabun
dan air dianjurkan pula di ruangan-ruangan seperti ruangan
operasi, kamar pulih, dan ruang perawatan intensif.

9). PERALATAN YANG SINGLE USE YANG DI RE-USE

Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety,maka


peralatan yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung
sangat mempengaruhi keselamatan pasien.Hal ini terkait
kontaminasi yang ditimbulkan jika digunakan kembali , oleh sebab
itu dilakukan aturan peralatan yang use dan re-use sbb;

1. Peralatan yang use (sekali pakai)

 Berupa benda tajam

 Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien

 Yang penggunaannya dilakukan secara septic.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 62


 Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non
kritikal.

Kategori Alat-alat medis :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk tindakan
steril,rongga,alira harus kering. invasif.
n darah -kemasan tidak -endoskopidan
robek assesoris yang
-Bungkusan dipakai dlm
harus dibuat tindakan
dengan invasif:
menghambat - alat ERCP
bioefektif -Laparoskopi
selama - Broncoskopi
penyimpanan. - instrument
.simpan alat bedah/operasi
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir atau dengan dan kering guna dengan
cairan melindungi dari respiratori :
desinfektan kontaminasi -LM laringeal
chlorine 0,5 lingkungan mask.
% -Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic (trans
vaginal probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 63


*sigmoideskope
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon invasif
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih equipment:
menggunakan ditempat yang * Bedpan dan
detergent dan kering urinal.
air .jika * Manset
menggunakan tekanan darah.
desinfektan * bed
gunakan yang * Termometer.
compatibel * Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.
* kontainer
darah

Batas penggunaan alat medis

Alat medis Frekuensi Dengan melihat Proses kontrol


penggunaan
ulang&proses
Laringeal mask 40x 1. Catat jumlah re-
steam use pada kartu
pemeliharaan .
2. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
3. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Nasal spray 5x 4. Catat jumlah re-
steam use pada kartu
pemeliharaan .
5. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
6. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Endotracea tube 40x 7. Catat jumlah re-
non kinkin steam use pada kartu
pemeliharaan .
8. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
9. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 64


Respiratory 30x 10.Catat jumlah re-
valve steam use pada kartu
pemeliharaan .
11.Setelah 30x alat
langsung dibuang.
12.Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Beast pump

2. hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi

 Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :


a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan
tidak berubah keutuhan, fungsional, baik perubahan
fisik, kimia biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin
membersihkan semua jenis kotoran biologis dari setiap
pemakaian yang sebelumnya dan peralatan bebas dari
zat Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik
akibat reaksi kimia dengan pelarut atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-
siklus peralatan bersertifikat yang merupakan cara-cara
yang telah ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian
kesterilan, uji-uji untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan
dan pengendalian prosedur dengan pencatatan
pemakaian alat tersebut
 Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan
disposible/Re-use atau sekali pakai saja harus tercatat,
diketahui dan disetujui oleh PPI(ICN) RSPB untuk
memungkinkan pengembangan protokol langkah demi
langkah untuk proses ulang
 Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk
indonesia dan prosedur untuk menangani alat-alat yang

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 65


sudak kadaluarsa, hal ini akan dikonsultasikan ke
HICMR sesuai dengan kondisi

10). PENGELOLAAN LINEN

Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk


mengumpulkan, membawa, dan memilih (menyortir) linen kotor dan
membinatu (mencuci, mengeringkan, melipat, atau membungkus),
kemudian menyimpan dan mendistribusikannya. Memroses linen secara
aman dari berbagai sumber adalah suatu proses yang rumit. Prinsip-prinsip
dan langkah-langkah utamanya tercantum dalam Staf yang ditugasi untuk
mengumpulkan, membawa dan memilih linen kotor harus sangat berhati-
hati. Mereka harus memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah
tanggauntuk mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda tajam,
termasuk pecahan gelas . Staf yang bertanggung jawab terhadap pencucian
barang kotor harus memakai sarung tangan utiliti, alat pelindung mata, dan
apron plastik atau karet.

11). PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN BANGUNAN

Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan


untuk dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan (Fisik, biologi, dan
sosial psikologi ) di RS dengan cara :

 Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi


mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan sehingga
infeksi nosokomial dapat di cegah dengan mempertimbangkan
cost efektif
 Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja
Ruang lingkup pengelolaan lingkungan :

1. Konstruksi bangunan
2. Udara

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 66


3. Air
4. Pembersihan lingkungan rumah sakit
5. Pembersihan lingkungan di r.gizi
6. Pembersihan di ruang laundry
Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .

1. Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahanruanganpadalokasi
tertentuyang meliputi design interior,eksterior, civil dan medical.
Definisi dari kegiatan konstruksi :
Tipekegiatan renovasi ada4 type:
a.Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuknamuntidakterbataspada:penghapusanubinlangit-langit untuk
inspeksi visual (terbatas pada 1 genteng per 5m2), l ukisan (tetapi
tidak pengamplasan); mencakupinstalasidinding;kerja trimlistrik;pipa
kecil;setiap kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau memerlukan
pemotongan dinding atau akses ke langit-langitselain untuk inspeksi
visual.
b.Tipe b skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu
sedikit.
Termasuk,tetapitidakterbataspada,instalasipemasangankabelteleponda
n komputer,akseskeruangchase,memotongdinding atau langit-langitdi
manamigrasi debu dapat dikendalikan.
c.Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat
tinggi.Termasuk,tetapitidakterbataspada,pembongkaranataupenghapu
sankomponenbangunanbuilt-inatau rakitan, pengamplasan dinding
untuk lukisan atau mencakup dinding, meliputi penghapusan lantai /
wallpaper, ubindan casework langit-langit, konstruksi dinding baru,
ductwork kecil atau pekerjaan listrik diatas langit- langit, kegiatan
pemasangan kabel utama.
d. Tipe dan penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada,penghancuran berat, penghapusan
sistem plafon yang lengkap,dan konstruksi baru.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 67


2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan
pembangunan dan renovasi bangunan.

3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
 Areakanto  Perawatanpasie  UGD
r ndantidak  Radiology
 Tanpapasi tercakupdalam  RecoveryRo  Areaklinis
en/area Grup3 atau4 oms  KamarOperasi
resikorend  Laundry  RuangMater  Kamarprosed
ahyang  Kantin nitas/VK urinvasifpasie
tidakterdaf  ManajemenMat  Kamarbayi n rawatjalan
tar erial  LabMicrobi  AreaAnastessi
dimanapu  Penerimaan/Pe ologi &pompajantu
n mulangan  Farmasi ng
 Laboratoriumti  SemuaIntensi
dakspesifik veCareUnit(k
sepertiGrup3Ko ecuali
ridorUmum(ya yangtertulisdi
ng Grup4)
dilewatipasien,s
uplai,dan linen)

b. Pedoman kontrol infeksi.


Kelas I - Jalankanpekerjaan
denganmetodeuntukmeminimalkanpeningkatandebudariopera
sikonstruksi
- Menggantigentenglangit-langituntukinspeksivisualsecepatnya

Kelas II - Penyediaanaktifberartiuntukmencegahdebuudaramenyebarank
eatmosfir
- Segelpintuyangtidakdigunakandenganlakban.
- Konstruksiyangmengandunglimbahsebelumditransportasiharu
sdalamwadahtertutuprapat.
- Pelbasah/atauvakumdenganvakumHEPAber-filiter.
- Tempatkanlapkakidipintumasukdankeluardariareakerjadanme
nggantiataudibersihkansaattidakadalagi proseskerja.
- IsolasisistemHVACdidaerahmanapekerjaanyangsedangdilaku
kan/kohort dengan tekanan negatif

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 68


- Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaat proyekselesai.

Kelas  IsolasisistemHVACdi wilayahdi


III manapekerjaantengahdilakukanuntuk
mencegahkontaminasidarisistem saluran.
 Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksi
dimulai.
 Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakan
unit ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk
mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakan
memonitortekananudara
 Jangan
menghilangkanbarriersdariareakerjasampaiproyeklengka
pdibersihkan.
 Pelbasahatau
vakumduakaliper8jamperiodekegiatankonstruksiatausesu
aiyangdiperlukandalamrangka untuk
meminimalkanjejak.
 Singkirkanbahanpenghalangdenganhati-
hatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuing-
puingyang
terkaitdengankonstruksi.Bahanbarrierharusdiusapbasa,V
akumdenganmenggunakanHEPAatauberikan
kabutairagarlembabsebelumdisingkirkan.
 Tempatkanlimbahkonstruksidalamwadahtertutuprapatse
belumditransportasi.
 Tempatkankesetkakidipintumasukdan
keluardariareakerjadandigantiataudibersihkansaattidakad
alagi aktifitaskerja
 Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaatproyektelahse
lesai.
Kelas - IsolasisistemHVACdi wilayahdi
IV manapekerjaantengahdilakukanuntukmencegahkontaminasisy
stemsaluran.
- Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksidimu
lai.
- Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakanunit
ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk
mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakanmem
onitortekananudara
- Berisegelpadaluban,pipa,salurandantusukanuntuk
mencegahmigrasidebu.
- Bangunanteroomdanmengharuskansemuapersonilmelewatirua
ngan.Pelbasahatau vakumHEPAanteroomtiap hari.
- Selamapembongkaran,kerjayangmenghasilkandebuataubekerj
adilangit-langit,sepatusekalipakaidanbaju

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 69


harusdipakaidandibuangdianteroomketikameninggalkanareak
erja.
- Janganmenghilangkanbarriersdariareakerjahinggaselesaiproy
ekdibersihkan
- Singkirkanbahanpenghalanghati-
hatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuing-
puingyangterkait dengankonstruksi.

12) . ANTIBIOGRAM
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap
antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman rumah sakit

13). PENGELOLAAN BAHAN ATAU OBAT KADALUWARSA

Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan
yang telah kadaluwarsa

14). UPAYA PENCEHAN DAN KESEHATAN KARYAWAN

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja,juga dapat


menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain. Saat
menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat
pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya, imunisasi yang dianjurkan
hepatitis B, bilamemungkinkan haemophilus influenza, campak, tetanus, difteri,
rubella, mantoux test.Alur pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi
untuk HIV,HBV,HCV.

Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari
rumah sakit.meliputi :

1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.


2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. Surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut
dari manusia ke manuasia.
6. Terapi dan follow up

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 70


7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila
terkena infeksi.
8. Upayakan support psikososial.

A. Tujuan:

1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.


2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.

Unsur yang dibutuhkan .

1. petugas yang berdedikasi.


2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.
Pelaksanaan :

a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi


hepatitis B, iminisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.

- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.

- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48


jam

B. Evaluasi

1. dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.


2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehtan yang lalu.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 71


4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :
 SPO PPI
 Kewaspdaan isolasi
 Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
 Informasi resiko ekspos.
 Alur mangemen dan tindak lanjut.
 Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan :

1. Virus H5N1

Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.

2. Virus HIV.

Resiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam


waktu 4 jam pasca pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan
Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan
HIV seroologidan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring
lanjutan nya.

3. Virus Hepatitis B.

Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan


dilakukan pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif
HbsAg atau HbeAg.

C. Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :

Penyakit Masa Menular Cara Kewaspada Masa petugas Tindakan


inkubasi selama/ virus transmisi an yang diliburkan/
shedding perlu tindakan
dijalankan
Abses Selama luka kontak Kontak konserfatif
mengeluarkan
cairan tubuh
Acinetoba Luka bakar yang Flora N kulit Standar dan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 72


cter di hydroterapi manusia, kontak
baumanii mukus
menbran dan
tanah.
Bertahan di
tempat
lembab dan
kering
sampai
berbulan,
menular
melalui
peralatan
rawat
respirasi,
tangan
petugas,
humidifier,
stetoscop,
termometer,
matras,
bantal, prmk
TT, mop,
gorden,
tempat mandi
luka terbuka
Adenoviru 6-9 hari Sekret saluran Droplet, Konserfatif
s type 1-7 nafas kontak
Aspergilos Infeksi jar luas Inhalasi Kontak dan
is dengan cairan stadium airbone
berlebihan airbone,
conidia
candidiasi Standar,
s kontak
Chlamidia Standar,
C kontak,
trachomati termasuk
s seksual
Congenital Sampai umur 1 Kontak Standar, Restriksi 7 hari
rubella tahun dengan bahan kontak
nasofaring
dan urin
Conjungti 5- 12 14 hari stl onset Kontak Kontak Sampai mata Pengobatan
vitis hari dengan standar tidak kluar
*adenovir tangan, alat kotoran
us type 8 terkontamina
si

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 73


Campak 5-21 hari 3-4 hr stl bercak Droplet yang Transmisi Restriksi 7 hari Pengobatan
timbul mel besar (kontak udara setelah bercak simtomatik
nasofaring dekat) & merah timbul
udara (yg imun) 5hr
stl ekspos- 21
hr stl ekspos
Campiloba Standar
cter
Closrtidiu kontak
m difficile
Cytomegal Tidak Tahan di Kontak dg Standar Tidak perlu
o virus diketahui lingkungan dlm sekresi hand
wkt pendek &eksresi : hygiene
saliva dan
urin
Difteria Sekresi dr Droplet, Sampai terapi Pengobatan
mulut kontak antibiotika simtomatik
mengandung telah lengkap dan virus.
c difteriae dan sampai 2 Minum
kultur berjarak eritromicin
24 jam 3x 1 tb
dinyatakan sampai 7
negatif, perlu hari
imunisasi tiap
10 tahun
Gastroente Kontak px, Standar atau Tidak
ritis konsumsi kontak mengolah
*salmonell makanan/ air makanan sp 2x
a terkontamina jarak 24jam
*shingella si kultur feses
*yenteroc negatif
olitica
Glardia Feses Kontak
lambilia

Hepatitis 15- 50 2 minggu, Fekal oral Standar Libur di area Vaksinasi


A hari kadang2 sp 6 melalui feses perawatan/ hepatitis a
bulan (prematur) pengolahanma
kanan,i
minggu setelah
sakit kuning
imunisasi
paksa ekspos
Hepatitis B:6- Akut atau kronik Perkutaneus Standar Tidak perlu -segera
B,D 24mgg dg HbsAg mukosa, kulit dibatasi smp periksa
D: 3-7 positif yg tdk utuh HbeAg negatif. HbsAg atau
mgg kontak dgn HbeAg,tida

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 74


darah, semen, k perlu
cairan divaksin
vagina, bila petugas
cairan tubuh telah
yg lain mengandun
g Anti HBs
≥ 10
mliu/ml
Hepatitis Perkutaneus Standar Restriksi
C,F,G mukosa kulit sampai kondisi
yg tdk utuh membaik
kontak gdn / sampai
darah, semen, HceAg negatif
cairan
vagina,
cairan tubuh
yg lain
Herpes 2-14 hr Asiptomatik dpt Kontak dgn Standar, Retriksi tidak
simplex mengeluarkan ludah karier kontak perlu, tp
virus mengandung tangan dibatasi kontak
virus dgn px
langsung/ lwt
sekresi luka
aberasi/
cairan vesikel
HIV Perkutaneus Standar Kurang dari
mukosa, kulit 4 jam paska
yg tdk utuh pajanan
kontak dgn
darah, semen, -diberikan
cairan arv,azt dan
vagina, 3 tc.
cairan yubuh -dilakukan
yg lain pemeriksaan
HIVserologi
dan menitor
setelah 3
bln,9bln,11
bln
Helicobact Standar
er pylori
MDRO Kontak luka Kontak
(MRSA,
VRE,
VISA,
ESBL,
Srep

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 75


pneumoni
a
Influensa 1-5hr Infeksius pd 3hr Airbone, kontak Vaksinasi pd
pertama kontak petugas yg
sakit.Virus dpt langsung/ rentan.
dikeluarkan droplet dgn Amantadin
sblm gejala sekresi untuk kontak
timbul smp 7hr saluran napas dgn influensa
stlh dimulai A
sakit, lebih
panjang pd anak
dan orang
Hemophil Standar
us droplet
Influenzae
Dewasa
Anak

Batuk non Droplet Kontak


Human produktif, sekret Droplet
Metapneu kongesti nasal respirasi
mo virus whezing,
(HMPV) bronkhiolitis,
pneumonia pada
anak
+ 11,5 tahun
Novirus 12-48 Diare, KLB Makanan, air Kontak,
jam terkontamiba makanan,
si feses air
N 2-10 hr Kontak dgn Trasmisi Libur spm -perlu
meningitis sekret saluran mel droplet 24jam stlh profilaksis
napas terapi paska dgn
ekspos. Rif2x600
Rifampin2x60 mg selama 2
0mg, 2hr; hari ,dan
ciprofloxacin1 dosis
x500mg atau tunggal
ceftriaxon250 cipro1x1,ata
mg IM u
ceftriaxone
250 mg IM
Parotitis, 16-18hr Community Kontak Trasmisi Vaksinasi
Mumps (12- acquired, virus dengan droplet efektif, MMR
25hr) berada dlm droplet atau Restriksi sp
saliva 6-7hr sbl langsung dgn 9hr stlh onset
parotitis sp 9hr sekret sal parotitis.
stl onset Px napas, yi Petugas renyan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 76


immunokompro saliva, : 12hr paska
mls hidung dan ekspos
mulut pertama sp 25
hr stlh ekspos
terakhir
Parvovirus 6-10hr Menular sblm Kontak dgn Transmisi Tidak perlu
/B19 bercak merah sp droplet besar, drolpet restriksi
7hr stlh onset muntahan
Pertusis 7-10 hr F catarrhal Kontak dgn Transmisi Vaksin
sangat menular sekresi sal droplet sp 5 direkomen
napas, hr umur 11-64 th
droplet besar menerima petugas dgn
kontak dekat antibiotik pertusis:
restriksi fase
catarrhal sp mg
3 stl onst / 5 hr
stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Pollomyeli Nonparal Sal napas 1mgg Kontak Transmisi Imunisasi
tis itik: 3- stlh gejala cairan sal kontak direkomendasi
6hr; muncul, dlm napas, benda kan
paralitik feses bbrp mgg- terkontamina
7-12hr bulan stlh gejala si fese
muncul
Rubella 12-23hr, Sangat menular Kontak dgn Transmisi 5hr stlh bintik
bintik saat bintik droplet droplet dan keluar :
merah merah keluar, nasofaring px kontak dgn petugas rentan
timbul virus lepas cairan sal 7hr stl ekspos
14-16hr 1mgg sblm smp napas pertama sp
stlh 5-7hr stl onset, 21hr stl ekspos
ekspos congenital terakhir
rubella bisa
melepas virus
berbulan-
bertahun2
RSV 2-8hr Orang sakit Tangan Transmisi Batasi kontak
(infeksi (terserin dapat terkontamina kontak erat dgn pasien
virus g mengeluarkan si saat dhn droplrt rawat dan
respiratori 4-6hr) virus selama 3- merawat atau aerosol lingkungan
k) 8hr. Tp pd bisa pasien atau partikel bila ada KLB
anak 3-4mgg menyentuh kecil RSV Restriksi
benda mati, sampai gejala
transmisi akut hilang
RSV bila

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 77


menyentuh
mata atau
hidung
MRSA Kontak dengan Strandar Retriksi
petugas, transmisi perawatan
mungkn karier kontak, pasien dan
nares anterior, dapat pengolahan
tangan, axilla, airbone makanan bila
perineum, petugas
nasofaring, dengan lesi
orofaring kulit basah
tidak perlu
retriksi bila
kolonisasi
Streptococ Kontak sisi Kulit, faring Standar Retriksi
A terinfeksi & rektum, berdasar perawatan
mensekresi vagina transmisi pasien &
pengolahan
makanan sp 24
jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi petugas
dg kolonisasi
Salmonell Orang- orang
a, lewat fekal
Shingella oral air/
makanan
terkontamina
si
Sypilis Kontak Kontak
langsung dg
lesi primer
atau sekunder
sypilis
Tuberkolo Sp 1 bl minum Inhalasi Airbone, Sampai -petugas yg
sis OAT droplet nuklei kontak terbukti non terexpose
(mengeluar infeksius perlu tes
kan c tubuh mantoux
infeksius) bila
indurasinya
> 10 mm
perlu
profilaksis
INH sesuai
rekomendasi

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 78


lokal
Varicella Sp lesi kering & Airbone, 8 hari pasca Vaksinasi
berkusta kontak, kontak sp 21 varicella
standar hari paska
kontak, beri
imuno globulin
IV paska
kontak,
imunisasi
petugas paska
pajanan dalam
4 hari
Vibrio Kontak feces
kolera
Zoster Tutupi lesi, Retriksi
*lokal jangan kontak sampai lesi
dg pasien rawat mengering dan
mengelupas
* Jangan kontak Retriksi
menyeluru dg pasien sampai semua
h atau lesi kering dan
orang mengelupas
immuno
komproma
is
* paska Jangan kontak Dari hr ke 10
pajanan dg pasien rawat paska pajanan
(person pertama sp hari
yang ke 21 atau hr
rentan) 28 bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas

D. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.

1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.


2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

E. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum
bekas

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 79


Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
Tidak divaccin HIBG 1x dan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan
diberikan vaksin HB resiko tinggi,dapat
diperlakukan sebagai sumber
HBsAg
Pernah diberi vaksin Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan
tapi tidak diketahui 1.jika titernya cukup pengobatan
serokonversinya tidak perlu perlu
terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri boosster
HB dalam waktu 7
hari.
Diketahui non HBIG 1x(dalam Tidak ada Jika sumbermerupakan
serokonversinya waktu 72 jam)+ 1x pengobatan resiko tinggi dapat
dosis vaksin diperlakukan sebagai sumber
HB(dalam waktu 7 HbsAg (+)
hari)
Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
serokonversinya 1.jika (-) obat seperti pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti non
non serokonversi. serokonversi.
2.jika titer tidak 2.jika titer tidak cukup
cukup HBIG 1x + booster vaksin HB.
booster vaksin HB 3.jika tter cukup tidak perlu
dan ulangi diobati.
pemeriksaan setelah
4 minggu.
3.Jika titer
cukup,tidak perlu
diobati
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

F. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :

Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
negatif
HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan diobati seperti pasien HIV (+),jika
nasehat. resiko tinggi.
Setelah kejadian
diketahui dari pasien
HIV (+) staf harus
dirujuk kefasilitas

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 80


post exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2 jam
setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .

Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .

Tunda proses
kehamilan selama 3
bulan.

Jangan memberikan
donor darah .

Suntikan zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk tablet)

Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis

Tidak
HIV (+) perlu
diobati

G. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C


Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber Sumber tidak diketahui
HbsAg (-)
Hepatitis C negatif Berikan nasehat Tidak Tidak perlu diobati konsul dokter
untuk melakukan perlu internist jika perlu.
pemeriksaan 0,3,6,12 diobati
bln pemeriksaan
HVC dengan PCR
dan diperiksa LVT

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 81


untuk mengetahui
status infeksinya

Sarankan untuk
meminalkan
penularan

Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular

H. . Petunjuk penggunaan ARV

1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.


2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan
serebrospinal,semen,vagina,amnion dari pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.

I . Status HIV pasien.

Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Rejimen


Resiko tinggi
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu -
PPP PPP
Mukosa/kulit Pertimbangkan Berikan Berikan AZT
tidak utuh rejimen 2 obat rejimen 2 rejimen 2 300mg/12 jam
obat obat x 28 hari,3TC
150 mg/12 jam
28 hari
- Tusukan Berikan rejimen Berikan Berikan AZT
benda tajam 2 obat. rejimen 2 rejimen 3 300mg/12 jam
solid obat. obat x 28 hari,3TC
150 mg/12 jam
Berikan rejimen 28 hari,Lop/r
- Tusukan 2 obat Berikan Berikan 400/100mg/12
benda tajam rejimen 3 rejimen 3 jam x28 hari.
berongga obat obat

J. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab kuman


pada

a. lantai,dinding dan ,AC

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 82


b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.

c. Kultur darah pada surveilens ILI

E. LANDASAN HUKUM

1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.

2. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

3. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.

4. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333 / Menkes / SK/ XII
/ 1999 tentang standart pelayanan Rumah sakit.

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang standart


minimal pelayana Rumah Sakit.

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.270/MenKes/SK/III?2007 tentang


Pedoman Managerial PPI di Rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainya.

7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi


dan tata kerja Departemen Kesehatan.

8. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi


dan tata kerja Departemen Kesehatan.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 83


BAB II

STANDART KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI KETENAGAAN.

Jenis ketenagaan menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia NO


: 270 / MENKES / SK / III / 2007

No Jenis tenaga Pendidikan Sertipikat Jumlah


formal
1 IPCO (Infektion Dokter spesialis PPI dasar 1
Prevention and
Control Officer
2 IPCN (Infektion D-3 PPI dasar 1/ 100-150TT
Prevention and
Control Ners )
3 IPCLN (Infektion D-3 PPI dasar 1 unit/ruang
and Control rawat
Prevention Ners

B. URAIAN TUGAS :

B.1. Direktur.

 Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan


 Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upya PPI
 Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
 Menentukan kebijakan PPI
 Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 84


 Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS.
 Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

B.2. IPCO ketua komite PPI

B.2.1 Kriteria IPCO ;

- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI

- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

- memiliki kemampuan leadership.

Tugas IPCO sbb;

 Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.


 Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.
 Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi
antibiotika.
 Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens infeksi
dan deteksi dini KLB.
 Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang
berhubungan dengan prosedur terapi.
 Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.

B.3 IPCN

B.3.1Kriteria IPCN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.

- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident

- Bekerja purna waktu.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 85


B.3.2 Uraian tugas :

 Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang


terjadi diruang perawatan.
 Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas dalam
menjalankan kewaspaan isolasi.
 Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS.
 Melaksanakan pelatihan PPIRS.
 Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI
memperbaiki kesalahan.
 Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .
 Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan
konsultasi PPI
 audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan
menggunakan daftar tilik.
 Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiótica yang rasional.
 Membuat laboran surveilens.
 Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
 Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman penggunaannya.
 Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
 Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan SDM PPIRS.
 Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap
tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada
KLB.
 Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
 Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami
dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 86


 Membuat SPO PPI
 Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.

B.4 . IPCLN

B.4.1 Kriteria IPCLN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki kemampuan leadership

B.4.1.1 Tugas IPCLN :

 Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang


perawatan kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat pasien pulang.
 Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
 Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap
tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada
KLB.
 Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB
(HAIs).
 Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.
 Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 87


BAB III

STANDART FASILITAS

A. FASILITAS BAGI PETUGAS.


1. Denah
Ruangan PPIRS karena masih belum mempunyai ruangan kusus sementara
menempati salah satu ruangan di ruang Lavende .
2. Standart Fasilitas.

No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung ruang Lavender 1

B Peralatan
Meja 3
Kursi 3
Komputer 1
Line internet -
Almari kaca 2
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10

B. Fasilitas pelayanan .

1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan


,petugas laboratorium,relawan dan pihak lain.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 88


2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk
menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
direkomendasikan dan tindakan-tindakan keamanan biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa
fasilitas tersebut telah ditetapkan .
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak ,pembatasan dan karantina jika
diperlukan misalnya:
 Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
 Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial
dan bantuan psikologi
 Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat
tersebut (rumah sakit /kamar jenazah)
5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada
dan dipatuhi (cmplience kebersihan tangan )
6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit
menular,dengan menyediakan lokasi diluar ugd,sebagai tempat
pemeriksaan awal ,identifikasi sebagai pengobatan darirat,pasien yang
perlu dirujuk untuk penatalaksaanselanjutnya.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 89


BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian Infeksi di


masing – masing unit kerja sbb :

1. Tata laksana pelayanan unit surveilens


a. Penanggung jawab
- IPCN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
- IPCN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- IPCN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan
divalidasi oleh dokter penaggung jawab pasien.
- IPCN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- IPCN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 90


- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.
- IPCN
- Petugas Laborat.
- Pasien yang dilakukan survei
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter
penanggung jawab pasien, kemudian mengajukan permohonan
pemeriksaan kepada petugas laborat.
- IPCN dan IPCLN mempersiapkan pasien yang akan dilakukan swab /
kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- IPCN, IPCLN
- Petugas kebersihan (Hygiene Sanitasi)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- IPCN dan HS melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi
kinerja HS

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 91


- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah
lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau cairan
tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD
a. Penanggung jawab
- IPCN, petugas ruangan
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku expedisi
diruangan yang bersangkutan dan buku expedisi di CSSD
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen sesuai
ruangan yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan bouwie
dict tes pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk mengetahui kesiapan
mesin autoclave .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator kimia
pada setiap peralatan yang akan disterilkan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 92


- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik
lakukan penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan dengan
buku expedisi ruangan dan CSSD
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap hasil
sterilisasi
5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas Loundry (linen)
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas laundry / linen mengambil kotor setiap pagi keruangan
- Petugas laundry/linen dan ruangan mencocokan linen kotor di ruangan,
ditulis pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas laundry/ linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin
0,5% dan deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai SPO.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 93


- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- IPCN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang
diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter
penaggung jawab
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya
sesuai SPO kultur
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada
ruangan yang mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan kpian
kepada IPCN
- IPCN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur
dan SMF

7 . Pelayanan kesehatan karyawan.

a. Penanggung jawab
-Komite PPI
-K3
b. Perangkat kerja
-Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada
-Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- K3 mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari
ulang tahun.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 94


-Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan
kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3
bulan sekali
Ruang IBS dan ICU : petugas dilakukan pemeriskasaan TB,Hepatitis
B setiap tahun Sekali.
Instalasi Gizi : pemeriksaan tiypoid tiap 1 tahun sekali
-Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
-Hasil diidentifikasi
-Bersama K3 melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
-Komite PPI dan K3 melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan
kepada direktur dan SMF.

8. Pelayanan renovasi bangunan

a. Penanggung jawab
-Ketua komite PPI
-IPSRS

b. Perangkat kerja

-Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan


-Pemeriksaan swab lantai
-Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.

c. Tata laksana

- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa akan


dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
 kebisingan,debu.
 Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
 renovasi

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 95


- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan
renovasi,alat penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk
mengetes kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan tes swab
lantai dan didinding ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan
ruangan boleh digunakan .

Selesai renovasi

Diamkan selama 1
bln dan uji swab

Hasil tak baik


Hasil baik

Desinfeksi dinding dan lantai


Ruangan siap
dengan larutan chlorine 0,5 %
digunakan

Lakukan swab ulang

Hasil baik ruangan siap


digunakan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 96


9. Pelayanan pembuatan ruang kohort

a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
- Syarat dan denah terlampir

10. Kebersihan tangan

a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang,dokter,baru
staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 97


BAB V

LOGISTIK

Tata cara logistik PPIRS

1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika
batuk,pencegahan dan pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk
dimintakan persetujuan.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 98


3. Penditribusian

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :


A. Ketepatan identifikasi pasien
 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
B. Peningkatan komunikasi efektif
 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
 Komunikasi antar perawat
 Komunikasi perawat dengan dokter
 Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di
Rumah Sakit dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
 Menggunakan komunikasi SBAR :
 Saat pergantian shift jaga.
 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 99


 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping
terapi/tindakan atau pemburukan kondisi pasien melalui
telepon kepada dokter yang merawat.
C. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan
tinggi pada obat-obat yang termasuk dalam daftar obat HAM.
 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.
D. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
E. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
a. Infeksi luka infus
b. Infeksi saluran kencing
c. Infeksi luka operasi superfisial
d. VAP ( Ventilator aquired pneumonia)
e. HAP (Hospital aquired pneumonia)
f. Kepatuhan kebersihan tangan.
 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
F. Pengurangan risiko pasien jatuh.
 Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko
dan tindak lanjut kepada pasien yang dirawat .
 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi
di masing-masing unit pelayanan.
 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 100


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :


a. Pencegahan dan Pengendalian PPI
b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan
meliputi ;
a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko :
 csd,iko,icu,laboratorium,Radiologi,sanitasi gizi,linen
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas).
e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 101


h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan ;
1. Penatalaksanaan Ergonomi
2. Pencahayaan
3. Pengawaan dan pengaturan udara
4. Suhu dan kelembaban
5. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
6. Penyehatan air
7. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan pemantauan
terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 102


c. Limbah gas
H. Pendidikan dan pelatihan PPI
a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam
- Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan kebakaran
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau
Intansi lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
 Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.
 Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
 Surveilens
- ILI
- ILO/IDO
- ISK
- VAP
- HAP
- Kepatuhan kebersihan tangan.
 Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau
wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
 Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 103


- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
 Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
 Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.

I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan


Meliputi :

a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI


b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik
diminta atau tidak.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

a. Penerapan system pencatatan dan pelaporan di RSUD dr R Goeteng


Taroenadibrata Purbalingga .
Tujuan:
o Mendapatkan data untuk memetakan masalah – masalah yang
berkaitan dengan keselamatan pasien
o Sebagaibahanpembelajaranuntukmenyusunlangkah
langkahagarKTDyangserupa tidakterulang kembali
o Sebagaidasaranalisisuntukmendesainulangsuatusistemasuhanpelay
ananpasien menjadilebihaman

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 104


o Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (KTDdanKNC)
o Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
b. RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata mewajibkan agar setiap insiden
keselamatan pasien dilaporkan kepada komite keselamatan pasien
rumah sakit
c. Laporan insiden keselamatan pasien di RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga bersifat:
- Non punitive (tidakmenghukum)
- Rahasia
- Independen
- Tepatwaktu
- Berorientasipadasistem
d. Pelaporan Insiden keselamatan pasien menggunakan lembar Laporan
Insiden Keselamatan Pasien yang berlaku di RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga dan diserahkan kepada Komite
KeselamatanPasien RSUS dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Bagian/unitmencatatkejadian IKP di buku pencatatan IKP masing-
masing.
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan
kepada komite keselamatan pasien dalamwaktu :
 1 x 24 jam untuk kejadian yang merupakan sentinelevents
(berdampak kematian atau kehilangan fungsi mayor secara
permanen).Apabila pelaporan secara tertulis sebelum siap,
pelaporan KTD dapat disampaikan secara lisan terlebih dahulu.
 2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak klinis / konsekuens /
keparahan tidak signifikan, minor, dan moderat.
Tindaklanjutdaripelaporan:
 Tingkatrisiko rendah dan moderat: investigasi sederhana oleh
bagian / unityang terkai tinsiden (5W:what,who,where,when,why).
 Tingkat risikotinggidan ekstrim: RootCause Analysis (RCA)yang
dikoordinasi oleh komite keselamatan pasien.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 105


 Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat
risiko merah (ekstrim) maka komite keselamatan pasien segera
melaporkan kejadian tersebut kepada direktur RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
 Bila insiden keselamatan pasien yangterjadi mempunyai tingkat
risiko kuning (tinggi) maka komite keselamatan pasien segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
 Komite keselamatan pasien RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga melakukan rekapitulasi laporan insiden keselamatan
pasien dan analisisnya setiaptiga bulan kepada RSUD dr R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.

B. PENERAPANINDICATOR KESELAMATAN PASIEN.

a. Komite Keselamatan Pasien RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata


Purbalingga menetapkan indicator keselamatan berdasarkan atas
pertimbangan high risk, high impact, high volume,prone problem.
b. Komite Keselamatan Pasien RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga menjelaskan definisioperasional,frekuensi pengumpulan
data,periode analisis, caraperhitungan,sumber data,target dan
penanggungjawab.
c. Komite Keselamatan Pasien RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan
kesinambungan penerapanindicatorkeselamatan pasien
d. Komite Keselamatan Pasien RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga bertanggungjawabdalamprosespengumpulandata, analisis
dan memberikanmasukan kepada Direksi berdasarkan pengkajian
tersebut.
e.Indikatordikumpulkandandianalisissetiapbulan.Setiaptigabulanindicator
dianalisis dan difeed back kan kepada unitterkait.
f. Jumlah indicator keselamatan pasien perlu ditinjau ulangsetiap 3 tahun
sekali

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 106


C. ANALISIS AKARMASALAH
a. Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien RSUD dr R
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga menerapkan metod
erootcauseanalysis (RCA) atau analisaa kara masalah, yaitu suatu
kegiatan investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan
identifikasi penyebab masalah dasar dan untuk menentukan tindakan
agarkejadian yangsama tidakterulang kembali.
b. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD
yang sering terjadi di RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

c. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinel events.


d. Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi dan
ekstrim diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45 hari dan
dibutuhkan tindakan segera yang melibatkan Direktur.
e. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada
sesuatu yang benar, maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsur kan:
dokter yang mempunyai kemampuan dalam melakukan RCA, unsur
keperawatan, dan SDM lainyang terkait dengan jenis insiden
keselamatan pasien yang terjadi.
f. Dalam melakukan RCA langkah – langkah yang diambil adalah
membentuk tim RCA, observasi lapangan, pendokumentasian,
wawancara, studi pustaka, melakukan asesmen dan diskusi untuk
menentukan faktor kontribusi dan akar masalah.
g. Hasil temuan dari RCA di tindak lanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar
kejadian yang sama tidak terulang kembali

D. STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK

1. Standar Mutu Klinik: RSPR harus mampu memberikan pelayanan yang

terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien

maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena

proses pelayanan.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 107


2. Indikator Mutu Klinik:

1). Indikator Non Bedah

a). Angka dekubitus

b). Angka kejadian infeksi jarum infus

c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.

d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%

e). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan

aman bagi lingkungan.

f). Dilakukannya kegiatan pemantauan

g). Hasil swab: tangan, dinding dan lantai, AC yang memenuhi

standart (SPM)

h). Hasil kultur: Pus, darah dan ujung kateter

2) Unit CSSD :

a). Indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan

dan hasilnya baik

b). Maintence autoclave .

c). Kalibrasi Autoclave external baik

d). Indikator mekanik,kimia,biologi

3) Upaya kesehatan :

a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi

kebutuhan petugas.

b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap

ruangan ,wastafel dan ruangan publik.

c). Edukasi PPI pada calon karyawan .

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 108


d). Edukasi PPI pada karyawan .

e). Edukasi pada mahasiswa praktek

f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui

sistem informasi rumah sakit

g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala

h). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .

i). Tersediannya APD yang diperlukan

j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada

perawat senior

k). Penyehatan lingkungan

l). Ruangan dan lingkungan yang bersih

m). Sampah dibuang sesuai jenisnya

n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar

menjadi abu)

o). Terlaksananya formularium antibiotika.

3. Indikator mutu lingkungan

1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan

perundangan yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop,

Perda)

2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.

3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius

4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan

Lingkungan Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus

E. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 109


a) Kelompok Pelayanan Non-Bedah

1) Angka infeksi karena Jarum Infus

Angka Kejadian Infeksi Kulit karena Jarum Infus per Bulan


x 1000
Jumla h hari dirawat pasien yangter pasang ivline dalam bulanitu

2) Angka infeksi luka operasi

Angka infeksi luka operasi X 100


Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan

3) Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator

Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator x 1000


Total Pasien yang terpasang ventilator dalam satu bulan

4) Angka i saluran kemih

Angka i saluran kemih x 1000


Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut.

5) Angka pneumonia karena tirah baring (HAP

Angka pneumonia karena tirah baring (HAP) x 1000


Total pasien tirah baring dalam satu bulan

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 110


BAB IX
PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan


pencegahan dan pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit
PPIRS saja. Namun juga tanggung jawab semua pihak yang berada di Rumah Sakit
Umum Daerah dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf ,pasien dan
pengunjung Rumah sakit.,sehingga dapat merubah perilaku yang sehat,penyaiapan
sarana dan prasarana PPI .upaya pencegahan dan pengendalian infeksi disadari atau
tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan dukungan penuh dari
management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
Rumah Sakit Umum Daerah dr R Goeteng Tarenadibrata Purbalingga,lebih baik
mencegah dari pada mengobati.

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 111


Purbalingga, 31 Desember 2014

Ketua Komite PPI


RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

dr.Indra Adi Nugroho. Msc.SpPD


NIP.19750315 201001 1 009

PEDOMAN PELYANAN PPI RS GT Page 112

Anda mungkin juga menyukai