PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu
dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan
biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit
tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale,
Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan
antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks
dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah
yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan
antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung
yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan
penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan
pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan
upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya
Komite Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan
program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah
pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi
nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan
tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan
rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat
maupun berobat jalan serta para pengunjung Rumah Sakit Umum Daerah dr. R
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga .
B. TUJUAN .
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi kualitas
pelayanan,management resiko,clinical governace,serta kesehatan dan
keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam
melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara
jelas.
Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan
fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien.
Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara
bermakna.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
Pelayanan surveilens PPI
Hand Higiene sebagai bariier protection.
Penggunaan APD
Pelayanan CSSD
Pelayanan Linen
Pelayanan Kesehatan karyawan
Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama
dengan IPSRS.
Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
Pelayanan management resiko PPI
Antibiogram dan pola kuman RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga
Penggunaan bahan single use yang di re-use
D. BATASAN OPERASIONAL.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
1. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia
termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal
dari( Community acquaired infection)atau berasal dari( Hospital Acquired
infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi
maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs)
yaitu healthcare –assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya
terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga
2. Penyakit Menular.
1) AIDS
Pengertian
Penyebab
Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan
tipe 2 (HIV-2)
Infeksi Akut :
a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.
Cairan vagina.
ASI.
Air mata.
Air liur.
Air seni.
Air ketuban.
Dan cairan cerebrospinal..
Gejala dan tanda
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi
HIV dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD
4 secara bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan
gejala – gejala spt :
Batuk
Sakit tenggorokan
Pilek
Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat
kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti
merawat,berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak 1
meter.
7. Ditemukan leukopeni.
Dengan kriteria. :
Dengan kriteria :
Macam obat :
1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)
Penyebab :
Epidemiologi :
Cara penularan :
Masa Inkubasi :
Masa penularan :
Gejala klinis :
Pencegahan :
Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit
dan hidung dan kebal terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA
lebih banyak dibandingkan AIDS
Penyebaran MRSA :
1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan
rumah tangga yang MRSA
3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA
Tanda dan gejala :
1. Infeksi luka
2. Bisul
3. Folikel rambut yang terinfeksi
4. Impetigo
5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnose :
Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat
dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh
dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian terkena antibiatikyang
berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di
Meticilindalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur ayng sama juga
dilakukan untuk menentukan apakah seseorang merupakan pembawa
MRSA(Screning untuk carrier) tetapi sample kulit atauselaput lender
hanya diswab tidak dibiopsi
Pengobatan MRSA :
Tindakan pencegahan :
Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya
dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya
penyebaran penyakit :
1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila
tanda- tanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat
,maka perlu diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut.
pneumonia).
1. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pasien dirawat dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan
sebelumnya tidak menderita penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat
diakibatkan karena tirah baring yang lama (koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk
gaster).
b.VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan
tanda – tanda infeksi saluran napas.
Kriteri pneumonia :
- Isolasi kuman patogen aspirasi tracea ,sikatan brokus atau biopsy (+).
1. Lingkungan .
- Makanan ;Muntahan.
2. Peralatan .
- NGT
- ET
- Suktion kateter.
- Peralatan pernapasan.
3. Manusia.
- Haemofilus influenza.
- Stapilococus Aereus
- Stapilococcus pnemonia.
- MDR stains.
Faktor-faktor resiko :
- Pembedahan (thorakotomi,abdomen)
- penyakit kronis.
- Perokok.
- koma.
- CVD.
2. Faktor pengobatan .
- Sedasi.
-Anestesi umum.
- intubasi tracea.
- Penggunaan antibiotika .
- penggunaan imunosupresif dan citostatika.
Prinsip dasar pencegahan :
Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi.
Numerator x 1000=.....%
Denominator
kasus HAP perbulan x 1000=.......%
Hari rawat tirah baring perbulan.
Indikator Score
1 2 3
Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien
masuk rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat
sewaktu dirawat atau sesudah dirawat.
Kebijakan
perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan
hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
Pengertian SSI
a. ILO/IDO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit
(subkutan )
b. ILO/IDO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam
(fasia dan lapisan otot)
c. ILO/IDO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam
tubuh.
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi
pra bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau
operasi terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain
tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO/IDO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sbb:
Drainase bahan purulen dari insisi superficial
Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang
Skin irritation
Inaccessible handwashing supplies
Being too bussy
No thinking abut it
Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari
50%, sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan
menkebersihan tangan tersebut :
Patuh
Individu Tidak Patuh %
%
Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan lainya 43 57
Mahasiswa perawat 0 100
Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga
akar rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan
dicuci dan digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil
menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan
kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan
organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili
Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui
kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau permukaan yang
Macam APD :
1. Masker
6. Pelindung kaki
7. Gaun pelindung
8. Helm
Sarung tangan.
Tujuan memakai sarung tangan :
Pelindung wajah.
Jenis alat :
- Masker.
- Kaca mata.
- Face sheild.
3. Masker
Jenis masker:
a. Masker bedah
b. Masker khusus
c.Masker biasa.
Gogless (kacamata)
Apron (Clemek)
Gaun.
Tujuan :
Jenis Gaun :
- Gaun steril.
Tindakan drainage.
Tindakan bedah.
Perawatan gigi.
Pelindung kaki
Tujuan :
Helm
1. Tanpa luka
Memandikan √ √
/ bedding
Reposisi √ √
2. Luka terbuka
Memandikan √ √ K/P
/ bedding
Reposisi √ √ K/P
3. Perawatan perianal √ √ √
4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik √ K/P
6. Penggantian balutan
Luka operasi √ √ K/P K/P
Luka √ √ K/P K/P
decubitus
Central line √ √ K/P K/P
Arteri line √ √ K/P K/P
Cateter √ √ K/P K/P
intravena
Tindakan Khusus.
4). STERILISASI
Panas kering:
Ingat:
Bakteri di udara
Debu
Kelembaban
Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
Terbukanya pak tersebut.
1. Indikator mekanik
2. Indikator Kimia
3. Indikator biologi
f. Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung
tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan
adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena
darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam
di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat
menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan
petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP
1986).
Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi
derajat kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya,
studi yang dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10
mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari
100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan
didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar
alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan,
didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi .
- Kebersihan tangan.
- Pengendalian lingkungan.
- Penempatan pasien.
1. Resiko adalah :
4. Analisa Resiko .
Tabel.
Peringkat Resiko .
1. Ekstrim ( 15-25)
2. Tinggi (8-12)
3. Sedang (4-6)
5. Penanganan Resiko
Tujuan
1. Airborne Precaution
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan
sebagai berikut:
a.Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri,
tempatkan pasien secara kohart
Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien
dengan jarak 3 ft dengan pasien lainya
b. Masker
Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk
ruangan
a.Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara
kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan
yang terkontaminasi dengan mikroorganisme
Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial
atau handscrub
Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan
yakinkan bahwa tangan tidak menyentuh peralatan atau
lingkungan yang mungkin terkontaminasi, untuk mencegah
berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan
lain.
c.Gaun
Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien
bial diantisipasi bahwa pakaian akan kontak dengan pasien,
permukaan lingkungan atau peratalan pasien di dalam
kamar atau jika pasien menderita inkontaneia, diare,
fleostomy, colonostomy, luka terbuka
Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin
kontak dengan permukaan lingkungan untuk menghindari
“administrative Controls”
1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan
kepada pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk
meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam
menjalankanya.
1. Konstruksi bangunan
2. Udara
1. Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahanruanganpadalokasi
tertentuyang meliputi design interior,eksterior, civil dan medical.
Definisi dari kegiatan konstruksi :
Tipekegiatan renovasi ada4 type:
a.Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuknamuntidakterbataspada:penghapusanubinlangit-langit untuk
inspeksi visual (terbatas pada 1 genteng per 5m2), l ukisan (tetapi
tidak pengamplasan); mencakupinstalasidinding;kerja trimlistrik;pipa
kecil;setiap kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau memerlukan
pemotongan dinding atau akses ke langit-langitselain untuk inspeksi
visual.
b.Tipe b skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu
sedikit.
Termasuk,tetapitidakterbataspada,instalasipemasangankabelteleponda
n komputer,akseskeruangchase,memotongdinding atau langit-langitdi
manamigrasi debu dapat dikendalikan.
c.Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat
tinggi.Termasuk,tetapitidakterbataspada,pembongkaranataupenghapu
sankomponenbangunanbuilt-inatau rakitan, pengamplasan dinding
untuk lukisan atau mencakup dinding, meliputi penghapusan lantai /
wallpaper, ubindan casework langit-langit, konstruksi dinding baru,
ductwork kecil atau pekerjaan listrik diatas langit- langit, kegiatan
pemasangan kabel utama.
d. Tipe dan penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada,penghancuran berat, penghapusan
sistem plafon yang lengkap,dan konstruksi baru.
3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.
Kelas II - Penyediaanaktifberartiuntukmencegahdebuudaramenyebarank
eatmosfir
- Segelpintuyangtidakdigunakandenganlakban.
- Konstruksiyangmengandunglimbahsebelumditransportasiharu
sdalamwadahtertutuprapat.
- Pelbasah/atauvakumdenganvakumHEPAber-filiter.
- Tempatkanlapkakidipintumasukdankeluardariareakerjadanme
nggantiataudibersihkansaattidakadalagi proseskerja.
- IsolasisistemHVACdidaerahmanapekerjaanyangsedangdilaku
kan/kohort dengan tekanan negatif
12) . ANTIBIOGRAM
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap
antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman rumah sakit
Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan
yang telah kadaluwarsa
Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari
rumah sakit.meliputi :
A. Tujuan:
B. Evaluasi
1. Virus H5N1
2. Virus HIV.
3. Virus Hepatitis B.
D. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.
E. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum
bekas
Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
negatif
HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan diobati seperti pasien HIV (+),jika
nasehat. resiko tinggi.
Setelah kejadian
diketahui dari pasien
HIV (+) staf harus
dirujuk kefasilitas
Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .
Tunda proses
kehamilan selama 3
bulan.
Jangan memberikan
donor darah .
Suntikan zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk tablet)
Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis
Tidak
HIV (+) perlu
diobati
Sarankan untuk
meminalkan
penularan
Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.
4. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333 / Menkes / SK/ XII
/ 1999 tentang standart pelayanan Rumah sakit.
STANDART KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI KETENAGAAN.
B. URAIAN TUGAS :
B.1. Direktur.
B.3 IPCN
B.3.1Kriteria IPCN :
B.4 . IPCLN
STANDART FASILITAS
No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung ruang Lavender 1
B Peralatan
Meja 3
Kursi 3
Komputer 1
Line internet -
Almari kaca 2
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10
B. Fasilitas pelayanan .
a. Penanggung jawab
-Komite PPI
-K3
b. Perangkat kerja
-Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada
-Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- K3 mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari
ulang tahun.
a. Penanggung jawab
-Ketua komite PPI
-IPSRS
b. Perangkat kerja
c. Tata laksana
Selesai renovasi
Diamkan selama 1
bln dan uji swab
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
- Syarat dan denah terlampir
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang,dokter,baru
staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan
LOGISTIK
1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika
batuk,pencegahan dan pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk
dimintakan persetujuan.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien
maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena
proses pelayanan.
standart (SPM)
2) Unit CSSD :
3) Upaya kesehatan :
kebutuhan petugas.
perawat senior
menjadi abu)
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan
Perda)