Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan pengendalian infeksi,
diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di
rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit
tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister dan Holmes melalui
praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi
nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar, khususnya untuk
biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis
dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika,
kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran resiko ekonomik
yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi
nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat
menjalankan program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah pengendalian
infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh
efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi
tersebut kepada seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para
penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung rumah sakit Panti Rahayu
Purwodadi.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi
prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah
supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kejadian
infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap resiko
penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan bila
luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian
pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.

1
B. Tujuan

1. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan RSIA Harapan Bunda melalui pencegahan dan pengendalian
infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi kualitas
pelayanan,management resiko,clinical governace,serta kesehatan dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
a) Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,wewenang dan
tanggung jawab secara jelas.
b) Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain secara
efektif dan efisien.
c) Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.
d) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS RSIA Harapan Bunda.

C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
1. Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
2. Pelayanan surveilens PPI
3. Hand Higiene sebagai bariier protection.
4. Penggunaan APD
5. Pelayanan CSSD
6. Pelayanan Linen
7. Pelayanan Kesehatan karyawan
8. Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS.
10.Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
11.Pelayanan management resiko PPI
12.Antibiogram dan pola kuman RSIA Harapan Bunda
13.Penggunaan bahan single use yang di re-use

D. Batasan operasional
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
1. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk indonesia
,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari ( Community acquaired infection)atau berasal
dari( Hospital Acquired infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi
maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs) yaitu healthcare –
assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi
fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi
pada petugas yang didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan .

2
a. Kolonisasi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana organisme
tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, namun tanpa disertai adanya respon imun
atau gejala klinis. Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel pasien dan
petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa mengalami rasa
sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain (sebagai carrier).
b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme dimana
terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik
c. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang disertai
adanya respon imun dan gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain secara
langsung maupun tidak langsung.
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor, kalor,
rubor , tumor dan fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon
tubuh (imflamasi) yang bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan
berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia,(3) takipneu sesuai usia, (4)
leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang ) lebih
dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka bakar,
pankreatitis,atau gangguan metabolik.SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
g. Rantai penularan
h. Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai
penularan,apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau
dihentikan.
1) Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia ,
dapat berupa bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit. Ada 3 faktor yang
mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.
2) Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang
biak dan siap ditularkan pada orang lain, reservoir yang paling umum adalah manusia,
binatang, tumbuhan, tanah, air dan bahan bahan organik. Pada manusia sehat
permukaan kulit, selaput lendir saluran napas, pencernaan dan vagina merupakan
reservoir yang umum.

3
3) Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir ,pintu keluar
meliputi saluran napas,pencernaan,saluran kemih dan kelamin,kulit,membran
mukosa,trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
4) Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak; langsung dan
tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne ,(4) Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor
biasanya bnatang pengerat dan serangga.
5) Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang
supectibel) dapat melalui saluran pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.
6) Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi, faktor yang mempengaruhi umur, usia,
status gisi, ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, terpasang barrier (kateter, implantasi ),
dilakukan tindakan operasi.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi:
a) Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi kesehatan nutrisi yang
adekuat.
b) Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau
sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang.kalau kimia dengan
pemberian clorin pada air dan desinfeksi .
c) Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan
isolasi dan kewaspadaan transmisi
d) Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan
cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis
B,C dan HIV.

2. Penyakit Menular
a. AIDS

Pengertian
Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena terinfeksi HIV
(human Imunodefisiency Virus).
Penyebab
Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2)
KLASIFIKASI INFEKSI AIDS
1) Infeksi Akut.
a) Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.
b) pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu setelah kontak.

4
c) Patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas terhadap
masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi terhadap virus HIV masih ( - )
tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.
2) Infeksi Kronik Asimtomatik
a) Lamanya dapat bertahun tahun
b) Tanpa gejala, kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi
3) PGL ( Persistren Generalized Lymphadenopathy)
a) Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering terjadi pembesaran
limpa di leher posterior dan anterior.Kelompok ini berkembang menjadi AIDS kira2 10-
30 % dalam jangka waktu 24- 60 bulan.
Cara Penularan Hiv :
 Penularan melalui hubungan seksual
 Penularan melalui darah
 Penularan secara perinatal.

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu;


 Cairan vagina
 ASI
 Air mata
 Air liur
 Air seni
 Air ketuban
 Dan cairan cerebrospinal
b) Gejala dan tanda
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam
waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara bermakna baru
AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala – gejala spt :

 Diare yang berkelanjutan


 Penurunan berat badan secara drastic
 Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak
 Batuk terus menerus

b. Flu burung

Dibagi menjadi 4 sbb :


1) Seseorang dalam penyelidikan
2) Kasus suspek.
3) Kasus probabel
4) Kasus konfirmasi

1) Seseorang dalam penyelidikan


5
Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi
kemungkinan terinfeksi H5N1,mis orang sehat namun kontak erat dengan kasus atau
penduduk sehat namun tinggal didaerah flu burung ,adapun gejala yang ditimbulkan :
 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Pilek
 Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
a) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti merawat,berbicara atau
bersentuhan dengan pasien dalam jarak  1 meter.
b) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti memasak,menyembelih atau
membersihkan bulu ).
c) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti membersihkan kotoran ,bahan atau
produk lain.
d) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) mengkonsumsi produk unggas mentah atau
yang tidak dimasak dengan sempurna.
e) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) memegang atau menangani sampel hewan
atau manusia yang dicurigai mengandung H5N1.
f) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan
penderita(suspek,probabelatau konfirm) atau binatang selain unggas yang terinfeksi
(babi atau kucing.)
g) Ditemukan leukopeni.
h) Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan
eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa subtipe.
i) Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial
foto.
 Infeksi selaput mata.
 Diare atau gangguan pencernaan.
 Fatigue.

Kasus probabel flu burung.


Dengan kriteria. :
1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan pemeriksaan uji HI
menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
2. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik H5dalam spesimen
serum tunggal )menggunakan uji netralisasi(dikirim kelab rujukan
Kasus Flu burung terkonfirmasi.
6
Dengan kriteria :
1. Isolasi virus H5N1 positif
2. Hasil PCR H5N1 positif.
3. Peningkatan  4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen.
4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil  7 hari setelah awitan gejala
penyakit) dan titer antibodi metralisasi konvalesen harus pula  1/80 .
5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1  1/80 pada spesimen serum yang diambil pada
hari ke  stelah awitan disertai hasil positif uji serologi lain,mis titer HI sel darah merah
kuda  1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

Pencegahan :
1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung terinfeksi.
2. Menghindari peternakan unggas.
3. Hati hati ketika menangani unggas.
4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama 1 menit)
5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
 Setelah memgang unggas.
 Setelah memegang daging unggas.
 Setelah memasak.
 Sebelum memasak
Pengobatan.
Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi gejala dan
komplikasi yang terinfeksi.
Macam obat :
1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)

3. TUBERKULOSIS (TBC)
1) PENYEBAB
TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni micobactpi derium tuberkulosis.Kuman
ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari
ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa jenis micobakterium lainjuga dapat menyebabkan
penyakit pada manusia (matipik).Hampir semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti
kulit,otak,ginjal,tulang dan paling sering paru.
d) Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan
Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten.Di indonesia diperkirakan
terdapat 583 000 kasus baru dengan 140 000 kematian setiap tahun.

7
Faktor resiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan merokok.
e) Cara Penularan
Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.
 Masa Inkubasi
Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberculosis positif
memerlukan waktu antara 2 -10 minggu . Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner
progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten bisa
terjadi seumur hidup. Pada pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih
pendek.

 Masa penularan
Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung
BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan adekuat selama min 2
minggu,sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan persisten
AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.

Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan,virulensi


kuman,terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi
seperti intubasi dan bronkoskopi

Gejala klinis :

 Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.


 Batuk berdahak
 sesak napas
 nyeri dada
 Sering demam
 nafsu makan menurun.
 penurunan berat badan .
 BTA (+)

Pengobatan :
 Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda
DOTS (directly observed treatment shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum obat.
Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari
selama 2 bulan berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan rif 3 kali
seminggu selama 4 bulan.

Pencegahan.
 Penemuan dan pengobatan TB
 Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi.
8
 Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.

4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)


Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan kebal
terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS
Saat ini ada 2 tipe :
1. Health care asosiated (HA –MRSA)
Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit..
2. Community asosiated (CA-MRSA)
Yang baru ini ditemukan ditempat –tempat umum,fitness,loker-loker,sekolah dan perabotan
rumah tangga. Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya
lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala .Bakteri yang dibawa sipasien
menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan menyentuh barang
yang terkontaminasi. Stapylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi
kulit,jerawat,bisul,abses atau gigitan serangga, ini biasa menyebabkan bengkak, merah dan
nyeri.bakteri ini dapat menembus kulit sampai dengan menimbulkan infeksi ditulang, sendi,
aliran darah, jantung dan paru yang bias mengancam jiwa.
Penyebaran MRSA.
1) Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
2) Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga yang MRSA
3) Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4) Menyentuh hidung dari penderita MRSA

Tanda dan gejala :


1) Infeksi luka
2) Bisul

3) Folikel rambut yang terinfeksi


4) Impetigo
5) Kulit yang sakit seperti digigit serangga

Diagnose :
Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat dan dikultur untuk S
aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian
terkena antibiatikyang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di
Meticilindalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur ayng sama juga dilakukan untuk
menentukan apakah seseorang merupakan pembawa MRSA(Screning untuk carrier) tetapi
sample kulit atauselaput lender hanya dijawab tidak dibiopsi
Pengobatan MRSA :
Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti menyebar
infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap
9
antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotic berhasil
mengendalikan infeksi tapi jarang.
Tindakan pencegahan :
1. Kebersihan tangan sesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung anda.
2. Bila batuk terapkan etika batuk
3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup kain kasa,
ganti ferban sesering mungkin terutama jika basah.
4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda melalui feces dan urine
5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA.
6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang lainnya.
7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengansabun dan clorin 0,5%.

I. Kegiatan pelayanan PPIIRS

PENGERTIAN SURVEILENS ADALAH :


Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan penyebaran
penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya penyebaran penyakit :
1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa inkubasi infeksi
tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda- tanda infeksi sudah
timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi
berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.


1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada waktu
masuk rumah sakit.
2.Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,sifilis) dan baru
muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :


1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka terbuka )yang tidak
memberikan gejala dan tanda klinis.
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non infeksi
seperti zat kimia.

Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:
1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah dan jenis kuman
penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling sederhana seperti
pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat penggunaan
berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan yang dapat
menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.

Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :


10
1. Petugas rumah sakit
2. Pengunjung pasien
3. Antar pasien itu sendiri
4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit

Lingkungan :

1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan


2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien
3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa
4. Melindungi petugas
5. Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas

1. HAP (hospital aquared pneumonia) dan VAP (Ventilator associated


pneumonia).
HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat
dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita penyakit
infeksi saluran napas bawah.HAP dapat diakibatkan karena tirah baring yang lama (koma ,tidak
sadar tracheostomi,refluk gaster).

2. VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi
mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan tanda – tanda infeksi saluran napas.
Kriteri pneumonia :
1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru
2. Produksi sputum banyak dan purulen
3. Hasil X – ray adanya densitas paru (infiltrate)
4. Demam >38  C dan batuk
5. Pemeriksaan cedían sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK)

Pada orang dewasa dan anak >12 bulan didapatkan :


1. Bunyi napas menurun pekak,ronkhi basah pada daerah paru.
 Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum.

 Biakan kuman dan biakan darah ()

 Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.


2.Hasil X – Ray ada infiltrasi paru,konsolidasi,cavitasi,efusi pleura baru secara progrsif ditambah
salah satu ini:
- Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum.
- Isolasi kuman dan biakan darah (+).
- Isolasi kuman patogen aspirasi tracea ,sikatan brokus atau biopsy (+).
- Titer IgM atau IGG spesifik meningkat
- Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan .
Pada umur kurang dari 12 tahun.:

11
- Didapatkan 2 atau = apneu,takipneu bradikardia,wheesing,ronchi basah,,batuk ditambah satu
diantaranya sbb:
1. produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen.
2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+).
3. Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).
4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan.
5. Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4x .
6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.

Faktor penyebab :
1. Lingkungan .
- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.
- Makanan ;Muntahan.
2. Peralatan .
- NGT
- ET
- Suktion kateter
-Peralatan bronchospi
- Peralatan pernapasan

3. Manusia.
- Haemofilus influenza
- Stapilococus Aereus
- Stapilococcus pnemonia
- MDR stains

Faktor-faktor resiko :
1. Kondisi pasien sendiri
- Usia > 70 tahun
- Pembedahan (thorakotomi, abdomen)
- penyakit kronis
- Penyakit jantung kongestif
- Penyakit paru obstruksi kronis
- Perokok
- koma
- CVD
2. Faktor pengobatan
- Sedasi
-Anestesi umum
- intubasi tracea
12
- Pemakaian ventilator mekanik yang lama
- Penggunaan antibiotika
- penggunaan imunosupresif dan citostatika

Prinsip dasar pencegahan :


 Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi
 Tinggikan posisi kepala 30- 45 
 Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction kateter
 Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shif
 Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi
 Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan mengeluarkan lendir
 Mobilisasi dini setelah operasi

2. Peralatan ventilator.
 Bersihkan permukaan alat secara rutine dengan menggunakan detergent netral

 Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor

 Breathing sirkuit,humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor

 Termovent hepafilter diganti setiap hari


Populasi beresiko HAP .
1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.
2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
3. Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.
Infeksi rate HAP =
Numerator x 1000=.....%
Denominator
 kasus HAP perbulan x 1000=.......%
 Hari rawat tirah baring perbulan.
Populasi beresiko VAP :
1. Terfokus spesifik diruang ICU,NICU,PICU.
2. Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
3. Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan.
4. Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

Clinical Pulmonari Infection score ( CPIS)


Indikator Score
1 2 3
Sekresi trakea sedikit Sedang banyak
Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir
Suhu >36.5 &<38.4 >38.5 & 8.9 >39 &<36
13
Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau 11.000 -
Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan ARDS

Infeksi rate VAP =


Numerator x 1000= .....%
Denominator

 kasus VAP perbulan x 1000 =........%


 Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.
3. ILI (Infeksi Luka Infus)
1. Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :
a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan bukti
hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan penyebab lainnya :
 Demam (>38° C) ,nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikriba.
 Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien ≤ 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa ditemukan penyebab
lain :
 Demam (>38°C rektal),hipotermia (<37 °C),apneu,bradikardia,letargia,atau nyeri,atau
panan pada vaskular yang terlibat dan
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni mikroba
 Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk pelaporan ILI :
 ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter,tetapi
bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan sebagai ILI bukan
sebagai IADP.
 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi lain dari
bagian tubuh.
 Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP
 Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali, sedangkan IV LINE
untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.
A. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
B. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
C. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
D. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3 bulan sekali
dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
14
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat

Populasi beresiko ILI :


1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.
2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat ,pasien dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau luka operasi tertentu.

Pencegahan ILI :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.

2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.


3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab atau kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak diperlukan
lagi.

4. ISK (Infeksi Saluran kemih)


Pengertian
Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk rumah sakit belum
ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah dirawat.
Kebijakan
. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
. Jika pasien terpasang Kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :
a. Endogen : - perubahan flora normal.
b. Eksogen : - prosedur yang tidak bersih / steril
- tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.

2.1. Infeksi Saluran Kemih Simtomatik.


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
* Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria ( urgency )
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.

Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme :
* Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

* dan salah satu tanda :

15
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah > 100.000 kuman/ml dari
urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml dan pasien
diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2.2. Infeksi saluran kemih asimtomatik


Dengan salah satu criteria dibawah ini :
* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik

Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis kuman.

* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil biakan >
100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

2.3. Infeksi Saluran Kemih lain.


( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga perinefrik ) dengan
salah satu criteria dibawah ini :
• Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
• Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara hispatologis.
• Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
• Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
• Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
• Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2.4. Infeksi Saluran Kemih pada neonatus

16
- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh ( gejala sama dengan
sepsis ).
- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik. Biakan urin positif kalau
ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml urin.

2.5. Infeksi Saluran Kemih pada Anak


- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang – kadang diare atau kencing yang
sangat berbau.
- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan ngompol. Pada
anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau
nyeri pinggang.
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli – buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila jumlah kuman
sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi kandung
kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.

3. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )


3.1. Definisi Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang
dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan
laboratories dengan gejala / tanda berikut :

3.1.1. Klinis
1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.

CATATAN :
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.

2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara enam gejala berikut
:
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi ( 380C ) dan sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.

17
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman.
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

3.1.2. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat
lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya
dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravascular ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan sepsis.

Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejalaberikut :


- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100/mnt
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya
dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravaskuler ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi

CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.

Cara penghitungan :

Numerator x 1000 = ..........%


Denominator
Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat kateter urine

5. ILO (Infeksi Luka Operasi)


Pengertian SSI
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan )
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.
18
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra bedah
tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau operasi terencana
dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sbb:
 Drainase bahan purulen dari insisi superficial

 Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic dari
tempat insisi superficial.
 Sekurang kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan, atau
hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau tidak dilakukan
biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
 Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien tersebut.
b. Faktor Risiko ILO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis,
lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi sebelum
infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.

Kategori resiko :
1. Jenis luka
 Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0

 Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1


Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
19
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
 Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0

 Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.


3. ASA score .
 ASA 1-2,skor :0

 ASA 3-5, skor :1


= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.

Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
 Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif dan jika perlu
ditunda sampai tidak ada infeksi.
 Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat
rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum operasi
dengan menggunakan alat cukur elektric.
 Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu rendah
sebelum operasi.
 Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.

 Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1 jam sebelum
operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
 Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.

 Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan tangan
harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari ujung jari menuju
siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai saung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
 Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
 Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap patogen
yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang direkomendasikan.
 Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat dioperasi
konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.

2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .

20
 Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .

 Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.

 Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.

 Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.


b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
 Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit kemudian
bersihkan cairan tadi .
 Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.

 Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
 Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.

 Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti instrumen
jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
 Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi berjalan
.
 Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.

 Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak kotor dan
terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
 Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
 Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal / epidural/ dan bila
menyiapkan obat- obatan steril.
 Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.

 Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang efektif,minimalkan jaringanyang
mati atau ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi.
 Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi tubuh yang
terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
 Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan penggantian verban.

 Lakukan mobilisasi sedini mungkin.

 Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

21
II. Kebersihan tangan.
Pedoman menkebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang kapan dan
bagaimana melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan untuk pembedahan, telah
mengalami perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada
tahun 1980 an.
Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan kebersihan
tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade 1990).
Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang
kepatuhan tenaga kesehatan dalam menkebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa
kepatuhan menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:
 Skin irritation
 Inaccessible handwashing supplies
 Being too bussy
 No thinking abut it

Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%, sedangkan Galleger
1999 melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan tangan tersebut :
Patuh Tidak Patuh
Individu
% %
Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan 43 57
lainya
Mahasiswa perawat 0 100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap
sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran mikroorganisme
multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce
dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan
sementara yang jumlahnya sangat banyak.
Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap,
berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan kuku
jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat
menyebabkan infeksi seperti :s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora
sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau permukaan
yang terkontaminasi.Organisme ini hidup pula pada permukaan atas kulit dan sebagian besar
dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai sabun biasa dan air.Organisme inilah yang
sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).
 Kebersihan tanganadalah Proses membuang kotoran dan debris secara mekanis dari
kulit kedua belah tangan dan mereduksi jumlah mikroorganisme transient dengan
menggunakan bahan tertentu.
 Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien ,petugas
lain,atau permukaan lingkungan (meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme ini
tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan.Flora residen tinggal
dilapisan kulit yang lebih dalam serta didalam folikel rambut dan tidak hilang
seluruhnya saat dilakukan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air
mengalirUntungnya pada sebagian kasus ,flora residen kemungkinan kecil terkait
22
dengan penyakit infeksi menular melalui udara seperti flu burung .Tangan atau kuku
petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh organisme yang
menyebabkan infeksi seperti S .Aureus,batang gram negatif.
 Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga
membantu melepaskan kotoran,debris dan mikroorganisme yang meempel
sementara di tangan.sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepaskan
mikroorganisme secara mekanik,sementara sabun anti septik disamping
membersihkan juga dapat membunuh kuman
 Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme
baik yang transien atau residen.
 Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang ditambahkan pada
handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan
kulit.
 Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan tangan
merupakan air bersih bebas mikroorganisme ,memiliki turbiditas rendah (jernih
,tidak berbau )
Tujuan.
1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,
2. Mereduksi jumlah microorganisme transient
 Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;
1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub
 5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien

 Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan


1. Petugas menggosok punggungdan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok keduatelapak tangan dan sela-sela jari sebanyak 4x.
3. Jari –jari sisi dalam dari keduatangan petugas salingmengunci sebanyak 4x
4. Petugas menggosok ibujari berputardalam genggaman tangankanan dan lakukan

23
sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutarujungjari– jari di telapak tangan kiri
dansebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutarujungjari– jari di telapak tangan kiri
dansebaliknya sebanyak

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:


1. Kuku harus seujung jari tangan.
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus diobati dan dibalut
dengan balutan yang kedap air.
4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan dipakai

III. ALAT PELINDUNG DIRI

Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan bertahun-tahun
lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu
unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak
negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk melindungi staf .
Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata (perisai muka,
kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak negara kap, masker, gaun dan tirai terbuat
dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau
bahan sintetik yang menahan air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya. Bahan-bahan
tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak negara, kain katun
yang enteng (dengan hitungan benang 140/in²) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah
(masker, kap dan gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena
cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril
yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan
makan waktu untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan
kontaminasi dapat terlihat.
Macam APD :

1. Masker

2. Sarung tangan

3. Kaca mata,

4. Topi

5. Apron/celemek

6. Pelindung kaki

7. Gaun pelindung
8. Helm

1. Sarung tangan.
Tujuan memakai sarung tangan :
 Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit
yang utuh dan benda-benda yang terkontaminasi.

24
Jenis sarung tangan :
a) Sarung tangan steril:
 Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah

 Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif

 Penggunaanya sekali pakai.

b) Sarung tangan tidak steril


 Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

 Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau bahan berbahaya

c) Sarung tangan rumah tangga


 Digunakan di linen, gizi, IPAL

 Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan khusus (piring
yg licin, mencuci linen yang tebal, dll)

3 saat petugas menggunakan sarung tangan :


1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan menyentuh
cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan kulit yang tidak utuh.

2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien (saat akan
melakukan tindakan aseptik atau menangani benda – benda yang terkontaminasi .

3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien lain(saat penggunaan
sarung tangan yang benar,krn sarung tangan belum tentu tidak berlubang walaupun kecil)

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan;


- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.
- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .
- Hindari jamahan pada benda-benda lain.
- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.
2. Pelindung wajah.
- Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata .
Jenis alat :
- Masker.
- Kaca mata.
- Face sheild.
3. Masker
Jenis masker:
a. Masker bedah

 Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli bedah, VK

 Di ganti bila basah atau selesai pembedahan

 Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua rambut
muka

 Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja ,bicara, batuk
atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi
masuk ke dalam hidung atau mulut.

b. Masker khusus

 Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang mendapatkan
imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.

 Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di ruang isolasi.


25
 Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk penggunakan diruang
isolasi TBC menggunakan masker bedah rangkap 2.

c. Masker biasa.

 Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat pengelolaan
sampah,kamar mandi,ipal dll)

 Digunakan saat menderita batuk pilek..

 Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau

(personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)


4. Gogless (kacamata)
 Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi.
Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih, kacamata pengaman, pelindung muka
dan visor.

 Digunakan untuk prosedur bedah dan kemoterapi,mengosongkan drinage.

5. Apron (Clemek)
 Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi cipratan atau
kontak dengan cairan tubuh pasien.

 Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen , dapur, IPAL,
Laboratorium, VK.

 Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien (instrumen,urinal,pispot,bemgkok


dll)

6. Gaun.
Tujuan :
- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lainnya
yang dapat mencemari baju.
Jenis Gaun :
- Gaun pelindung tidak kedap air.
- Gaun pelindung kedap air.
- Gaun steril.
- Gaun non steril.
Indikasi penggunaan gaun :
- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi pada pakaian
petugas seperti ;
 Seperti membersihkan luka bakar.

 Tindakan drainage.

 Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau Toilet.

 Menangani pasien perdarahan masif.

 Tindakan bedah.

 Perawatan gigi.

- gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.


6. Pelindung kaki
Tujuan :
- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah
dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhann alkes.
- Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan>
26
 Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan untuk melindungi
kaki dari:

a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya


b. Bahan atau peralatan yang tajam
7. Topi (penutup kepala)
 Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan berbahaya.

 Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-
alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindingi kepala petugas dari bahan – bahan
berbahaya dari pasien.

 Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas
(operasi,pemasangan kateter vena sentral.)

8. Helm
 Terbuat dari plastik

 Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bangunan.

9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung dilakukan ?
No Kegiatan Cuci Sarung Jubah/ Masker
. tanga tangan Celeme /
n Steri bias k Google
l a
Perawatan umum

1. Tanpa luka
 Memandikan / √ √
bedding
 Reposisi √ √
2. Luka terbuka
 Memandikan / √ √ K/P
bedding
 Reposisi √ √ K/P
3. Perawatan perianal √ √ √
4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik √ K/P
6. Penggantian balutan
 Luka operasi √ √ K/P K/P
 Luka decubitus √ √ K/P K/P
 Central line √ √ K/P K/P
 Arteri line √ √ K/P K/P
 Cateter intravena √ √ K/P K/P
Tindakan Khusus.

7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P


8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P
9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P
10. Pasang NGT √ √ √ K/P
11. Mengukur suhu axilia √ K/P
12. Mengukur suhu rectal √ √
13. Kismia √ √ K/P K/P
14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/P
27
Perawatan saluran nafas

15. Tubbing ventilator √ √ K/P


16. Suction √ √ K/P √ K/P
17. Mengganti plaster ETT √ √ K/P √ K/P
18. Perawatan TT √ K/P √√
19. PF dengan stethoscope √ K/P
20. Resusitasi √ √ √ √√
21. Airway management √ √ √
Perawatan Vasculer

22. Pemasangan infuse √ Lebi √ K/P K/P


h
baik
23. Pengambilan darah vena √ Lebi √ K/P K/P
h
baik
24. Punksi arteri √ Lebi √ K/P K/P
h
baik
25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √
26. Penggantian botol infuse √
27. Pelesapan dan penggantian √ √
selang infuse
28. Percikan darah / cairan tubuh √ √ √
29. Membuang sampah medis √ √ √
30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P

III. Sterilisasi

Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bakterial


AdalaPenguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry heat dengan
menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang digunakan untuk proses
sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif, tetapi juga paling
sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini
adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai
fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi
dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar
lainnya sebagai sumber panas.

Kondisi Standar Sterilisasi Panas


Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan harus berada pada 106 kPa; 20 menit
untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada
132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda bergantung pada sterilisator yang
digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik.
Panas kering:

28
 170ºC selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-instrumen di oven,
pemanasan hingga 170ºC, selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-
2,5 jam), atau
 160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).
Ingat:
 Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target
 Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini lebih
pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk
alat-alat individual.

Kegiatan di unit CSD :


1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi
2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
 Pagi pukul 07.00-08.00 WIB
 Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area ini adalah:

1. a. area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor”,

Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan dikeringkan.

Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor” harus memiliki:


 sebuah konter penerimaan;1

 dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk membilas)
dengan suplai air bersih; dan

 sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan

29
b. area kerja “bersih”
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
 diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
 dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan
 dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk
dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.

Area kerja bersih harus mempunyai:


 meja besar;
 rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan
 sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
b. area penyimpanan peralatan bersih, dan
Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD melalui
area ini. Lengkapi peralatan area ini dengan:
 rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan ruangan
tersendiri.

c. area penyimpanan steril atau DTT.

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau
DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet
atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik
karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-
rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan
rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain
tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan
dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20
cm dari dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus
melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa
paket itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan,
tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas.
 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
 Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
 Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

Sistem Shelf Life: 30


4. Area Penyimpanan Steril atau DTT
Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di area ini,
pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau rak-rak yang
tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan
wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses
terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras ( lint-free)
sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan jarak 20
hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan debu dan
debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket itu rentan
atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin
sterilitas.
 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
 Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
 Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

Sistem Shelf Life:


 Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan terkait dengan
waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan efektivtas pak tersebut.
 Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak mencakup berbagai
penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi kelembaban, dan kontaminasi udara.
 Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah basah, terjatuh di lantai,
berdebu atau tidak tersegel.
 Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan, kondisi selama
penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan sebelum digunakan.
 Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah kerusakan dan
kontaminasi.
 Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan penanganan pak secara
berlebihan atau kurang tepat. Idealnya sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika
mengeluarkan dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika
mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3) ketika memilihnya dibuka
untuk digunakan.

Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas atau membahayakan efisiensi
barier bakterial atas materi yang sedang dipak adalah:
 Bakteri di udara
 Debu

31
 Kelembaban
 Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
 Terbukanya pak tersebut.
 Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak tersebut untuk
memastikannya tidak terkontaminasi.

Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya


 Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTTdari peralatan kotor dan
peralatan yang harus dibuang. Jangan memindahkan atau menyimpan peralatan ini bersama-
sama.
 Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke prosedur atau ruang operasi
dengan kereta tertutup atau wadah dengan penutup untuk mencegah kontaminasi.
 Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum membawa suplai ini ke
dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau area kerja CSD yang bersih. (Shipping boxes
mengeluarkan debu dan menjadi tempat bersarang serangga yang dapat mengontaminasi area
ini.)
 Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area penerimaan/pembersihan di CSD dengan tong
sampah tertutup dan antibocor.
 Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan dengan tong sampah
tertutup dan antibocor.
 (Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan pengelolaan peralatan yang
akan dibuang)

Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :


1. Indikator mekanik
2. Indikator Kimia
3. Indikator biologi
4. Indikator mikrobiologi

Sumber : Perkins 1983


IV. Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung tangan yang telah
tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang
mungkin terkena darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam di larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat
mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986).
Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat kontaminasi oleh
kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan
kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari 100
mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan

32
penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan,
didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi .

Proses desinfeksi barang use yang di reuse

Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :

Tingka Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


t
resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,stera dijaga : digunakan
dalam jaringan d atau DDT -bungkusan alat untuk
steril,rongga,alir harus kering. tindakan
an darah -kemasan tidak invasif.
robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif
selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/term daerah bersih berhubunga
lendir al dan dan kering guna n dengan
dengan melindungi dari respiratori :
cairan kontaminasi -LM
desinfektan lingkungan laringeal
tingkat mask.
tinggi -Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe
invasif
ultrasonic
(trans
vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscop
e
- Breast
33
pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih invasif
menggunaka ditempat yang equipment:
n detergent kering * Bedpan
dan air .jika dan urinal.
menggunaka * Manset
n tekanan
desinfektan darah.
gunakan * bed
yang *
compatibel Termometer
.
* Tourniket
* Tensi
meter

B. Desinfeksi lingkungan rumah sakit


- Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly didesinfeksi dengan
detergen netral
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan desinfeksi
tingkat menengah

VI. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi

Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996 meliputi hal-hal
sebagai berikut.namun yang terbaru menyatukan universal precaution dab body substance
isolasi (BSI) menjadi kewaspadaan isolasi dengan komponen sbb :

 Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada semua klien dan pasien


yang mengunjungi fasilitas layanan kesehatan, meliputi :

- Kebersihan tangan.

- Penggunaan APD (alat pelindung diri )

- Peralatan perawatan pasien.

- Pengendalian lingkungan.

- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.

- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.

- Penempatan pasien.

- Higiene respirasi/etika batuk.

- Praktek menyuntik yang aman.

- Praktek untuk lumbal punksi.

KOMPONEN UTAMA DAN PENGGUNAANNYA

Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya terdapat dalam Tabel 2-1. Penggunaan
pelindung (barier) fisik, mekanik, atau kimiawi di antara mikroorganisme dan individu, misalnya ketika

34
pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap atau petugas layanan kesehatan, merupakan alat yang
sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (barier membantu memutuskan rantai penyebaran
penyakit). Contohnya, tindakan berikut memberikan perlindungan bagi pencegahan infeksi pada klien,
pasien dan petugas layanan kesehatan serta menyediakan sarana bagi pelaksanaan Pencegahan Baku
yang baru:

 Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat berpotensi


menularkan infeksi.
 Kebersihan tangan—prosedur yang paling penting dalam pencegahan kontaminasi
silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang).
 Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka, selaput
lendir (mukosa), darah atau duh tubuh lainnya atau instrumen yang kotor dan
sampah yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif.

V. Management Resiko PPI


Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan ,memerlukan perhatian dan tindakan yang
baik .Terutama pencegahan dan pegendalian infeksi yang merupakan acuan mutu rumah sakit,sehingga
memerlukan tindakan yang baik.

Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :


1. Resiko adalah :
 Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan
(AS/NZS 4360:2004)
 Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009)
2. Management Resiko adalah :
 Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang –peluang
sambil mengelola efek yang tidak diharapkan. (AS/NZS 4360:2004)
 Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan
dengan resiko (ISO 3100:2009)

II. Identifikasi Resiko


Adalah proses mengenal ,menemukan dan mendiskripsikan resiko .
Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola resiko adalah mengidentifikasi
,identifikasi ini juga dibagi 2 secara Proaktif dan Reaktif.
a. Identifikasi secara proaktif.adalan kegiatan identifikasi yang dikakukan proaktif mencari
resiko yang menghalangi rumah sakit mencapai tujuan.Jika faktor resikonya belum
muncul dan bermanifestasi metoda yang dapat dilakukan dengan
cara,audit,brainstorming,pendapat ahli,FMEA,analisa swot.
b. Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah resiko muncul dan
bermanifestasi dalam bentuk insiden dan gangguan .Metoda yang digunakan adalah

35
pelaporan insiden.tentu saja kita akan melaksanakan prinsip identifiksi proaktif karena
belum menimbulkan kerugian.
III. Analisa Resiko .
Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan peringkat resiko,analisa
dilakukan dengan cara menilai :
1. seberapa sering peluang resiko muncul,
2. berat ringannya dampak yang ditimbulkan
tabel
Descripsi 1 2 3 4
Jarang Intermediate Sering Selalu terjadi
Frekuensi
Probability
Dampak
Occurrence

Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya mendapatkan


peringkat sehingga dapat menentukan skala prioritas penangannnya .
Tabel.
Peringkat Resiko .
1. Ekstrim ( 15-25)
2. Tinggi (8-12)
3. Sedang (4-6)
4. Resiko rendah (1-3)

IV. Evaluasi Resiko.


Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan kriteria resiko untuk
menentukan apakah resiko dan /besarnya dapat diterima atau ditolelir.Sedangkan
kriteria resiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnyaresiko dievaluasi
.Dengan evaluasi resiko ini setiap resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab
sesuai denga resiko,dengan demikian tidak ada resiko yang terlewat.
V. Penanganan Resiko
Adalah proses memodifikasi Resiko :
1. Menghindari resikodengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan
aktivitas yang menimbulkan resiko.
2. Mengambil atau meningkatkan resiko untuk mendapatkan peluang(lebih
baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi resiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan resiko dengan informasi pilihan

36
VI. Ruang Isolasi (kohorting)
A. Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit
Isolation precaution merupakan bagian integral dari program pengendalian infeksi nosokomial
Tujuan
Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme pathogen dari satu
pasien ke pasien lain dan dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen dan host
lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan cara Isolation Precaution sangat
diperlukan.
1. Airborne Precaution
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan sebagai berikut:
 Tekanan udara kamar negative dibandingkan dengan area skitarnya.
 Pertukaran udara 6 – 12 kali/jam.
 Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang efisien sebelum
udara dialirkan ke area lain di rumah sakit.
 Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
 Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu kamar dengan pasien lain
dengan infeksi mikroorganisme yang sama atau ditempatkan secara kohort.
 Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda.

b. Respiratory Protection
 Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika memasuki rungan pasien yang
diketahui infeksi pulmonary tuberculosis
 Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang diketahui atau diduga
mempunyai measles (rubeola) atau varicella, mereka harus memakai respiratory protection
(N 95) respirator.
 Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu memakai
perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
 Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan yang penting saja.
 Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien

2. Droplet Precaution
a. Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
 Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 ft dengan pasien lainya
b. Masker
 Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
 Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien
 Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien, kecuali untuk tujuan yang
perlu
 Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi, pasien dianjurkan pakai
masker

3. Contact Precaution
a. Penempatan pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
 Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
 Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang terkontaminasi dengan
mikroorganisme
 Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
 Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau handscrub
 Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan bahwa tangan tidak
menyentuh peralatan atau lingkungan yang mungkin terkontaminasi, untuk mencegah
berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain.
c. Gaun
37
 Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial diantisipasi bahwa pakaian
akan kontak dengan pasien, permukaan lingkungan atau peratalan pasien di dalam kamar
atau jika pasien menderita inkontaneia, diare, fleostomy, colonostomy, luka terbuka
 Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
 Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin kontak dengan permukaan
lingkungan untuk menghindari berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain
d. Transportasi pasien
 Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya untuk tujuan yang
penting saja. Jika pasien harus pindah atau keluar dari kamarnya, pastikan bahwa tindakan
pencegahan dipelihara untuk mencegah dan meminimalkan resiko transmisi
mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan dan peralatan.

Peralatan Perawatan Pasien


 Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien sendiri, atau secara kohort
 Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan pembersihan atau desinfeksi
sebelum dipakai kepada pasien lain.

Recommendation Isolation Precaution


“administrative Controls”
1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan kepada pasien, petugas, dan
pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam
menjalankanya.
Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan pencegahan)
2. Secara periodic menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan
langsung.

38
Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara penularannya :

1. Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang isolasi tersendiri.


2. Saat ini rumah sakit Panti Rahayu belum memiliki ruang isolasi
tersendiri,kedepannya akan direncakan untuk pengadaan ruang isolasi pasien
menular yang sesuai ketentuan ,untuk merawat pasien ,RS Panti Rahayu
menggunakan cara Pengelompokan (Kohorting ) pasien menular TBC,diare
berat,varicella perdarahan tak terkontrol,luka lebar dengan cairan keluar.
3. Setiap pasien harus memakai masker bedah (surgical mask rangkap 2) atau masker
N 95(bila mungkin) pada saat petugas berada diruangan tersebut. Ganti masker
setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius. Pasien tidak boleh
membuang ludah atau dahak di lantai – gunakan penampung dahak/ludah tertutup
sekali pakai (disposable)
4. Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus dilepaskan dengan hati-hati
dan masukkan kedalam tempat tertutup dilengkapi dengan laundry bag yang
berlabel ISOLASI. Tempat tersebut diletakkan di dekat pintu keluar ruang isolasi.
Setelah itu petugas harus kebersihan tangan di dalam ruang isolasi.
5. Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan:
 Termometer
 Stetoskop
 Tensimeter
 Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri)
 Tempat pembuangan limbah infeksius:
o Jas
o Instrumen
o Sampah termasuk sisa makanan, alat makan
 Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting
 Barrier atau penghalang .
 APD yang sesuai.

VII. Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit

Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit dan klinik, yang
meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan permukaan lain. Maksud pengelolaan
rumah tangga adalah :
 mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien, tamu, staf, dan
masyarakat sekitar,
 mengurangi risiko kecelakaan, dan
 mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan untuk pasien dan staf

Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti ruang tunggu dan
kantor administrasi, tergolong risiko rendah sehingga cukup dibersihkan dengan
sabun dan air. Sedangkan beberapa ruangan seperti toilet/WC, pembuangan darah
atau duh tubuh lain, tergolong risiko tinggi memerlukan disinfektan seperti klorin
0.5% atau fenol 1% yang ditambahkan pada larutan pembersih (SEARO 1988).
Penggunaan disinfektan selain sabun dan air dianjurkan pula di ruangan-ruangan
seperti ruangan operasi, kamar pulih, dan ruang perawatan intensif.

VIII. Peralatan yang single use yang di Re-use

Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety,maka peralatan yang


digunakan baik langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi keselamatan
39
pasien.Hal ini terkait kontaminasi yang ditimbulkan jika digunakan kembali , oleh sebab
itu dilakukan aturan peralatan yang use dan re-use sbb;
1. Peralatan yang use (sekali pakai)

 Berupa benda tajam

 Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien

 Yang penggunaannya dilakukan secara septic.

 Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non kritikal.

Kategori Alat-alat medis :


Tingka Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat
t
resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,stera dijaga : digunakan
dalam jaringan d atau DDT -bungkusan alat untuk
steril,rongga,alir harus kering. tindakan
an darah -kemasan tidak invasif.
robek -
-Bungkusan endoskopidan
harus dibuat assesoris yang
dengan dipakai dlm
menghambat tindakan
bioefektif invasif:
selama - alat ERCP
penyimpanan. -Laparoskopi
.simpan alat - Broncoskopi
steril pada area - instrument
steril guna bedah/operasi
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/term daerah bersih berhubungan
lendir al atau dan kering guna dengan
dengan melindungi dari respiratori :
cairan kontaminasi -LM laringeal
desinfektan lingkungan mask.
chlorine 0,5 -Vaginal
% speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope
40
*sigmoidesko
pe
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih invasif
menggunaka ditempat yang equipment:
n detergent kering * Bedpan dan
dan air .jika urinal.
menggunaka * Manset
n tekanan
desinfektan darah.
gunakan * bed
yang *
compatibel Termometer.
* Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.
* kontainer
darah

Batas penggunaan alat medis


Alat medis Frekuensi Dengan Proses kontrol
penggunaan melihat
ulang&pros
es
Laringeal 40x 1.Catat jumlah re-use
mask Steam pada kartu
pemeliharaan .
2.Setelah 40x alat
langsung dibuang.
3.Bila alat rusak sebelum
waktunya segera
dibuang
Nasal 5x 4.Catat jumlah re-use
spray Steam pada kartu
pemeliharaan .
5.Setelah 40x alat
langsung dibuang.
6.Bila alat rusak sebelum
waktunya segera
dibuang
Endotrace 40x 7.Catat jumlah re-use
a tube Steam pada kartu
non kinkin pemeliharaan .
8.Setelah 40x alat
langsung dibuang.
9.Bila alat rusak sebelum
waktunya segera
dibuang
Respirator 30x 10. Catat jumlah re-use

41
y valve Steam pada kartu
pemeliharaan .
11. Setelah 30x alat
langsung dibuang.
12. Bila alat rusak sebelum
waktunya segera
dibuang
Beast
pump

3. hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi


1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :
a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak berubah keutuhan,
fungsional, baik perubahan fisik, kimia biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua jenis kotoran biologis
dari setiap pemakaian yang sebelumnya dan peralatan bebas dari zat Pyrogenis, Tes
Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi kimia dengan pelarut
atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus peralatan bersertifikat yang
merupakan cara-cara yang telah ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian kesterilan,
uji-uji untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan pengendalian prosedur dengan
pencatatan pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-use atau sekali pakai
saja harus tercatat, diketahui dan disetujui oleh PPI(ICN) RSPB untuk memungkinkan
pengembangan protokol langkah demi langkah untuk proses ulang
3. Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk indonesia dan prosedur untuk menangani
alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini akan dikonsultasikan ke HICMR sesuai dengan kondisi

IX. Pengelolaan linen

Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk mengumpulkan, membawa, dan
memilih (menyortir) linen kotor dan membinatu (mencuci, mengeringkan, melipat, atau
membungkus), kemudian menyimpan dan mendistribusikannya. Memroses linen secara aman dari
berbagai sumber adalah suatu proses yang rumit. Prinsip-prinsip dan langkah-langkah utamanya
tercantum dalam Staf yang ditugasi untuk mengumpulkan, membawa dan memilih linen kotor harus
sangat berhati-hati. Mereka harus memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah tanggauntuk
mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda tajam, termasuk pecahan gelas . Staf yang
bertanggung jawab terhadap pencucian barang kotor harus memakai sarung tangan utiliti, alat
pelindung mata, dan apron plastik atau karet.
X. Pengelolaan Lingkungan dan bangunan

Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk dapat mengendalikan
berbagai faktor lingkungan (Fisik, biologi, dan sosial psikologi ) di RS dengan cara :
 Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari
lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar
sarana kesehatan sehingga infeksi nosokomial dapat di cegah dengan
mempertimbangkan cost efektif
 Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

Ruang lingkup pengelolaan lingkungan :


1. KONSTRUKSI BANGUNAN

42
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY

Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .

1.Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahanruanganpadalokasi tertentuyang meliputi
design interior,eksterior, civil dan medical.

Definisi dari kegiatan konstruksi :


Tipekegiatan renovasi ada4 type:
a.Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuk namun tidak terbatas pada: penghapus anubin langit-langit untuk inspeks
ivisual (terbatas pada 1 genteng
per5m2),lukisan(tetapitidakpengamplasan);mencakupinstalasidinding;kerjatrimlistrik;pi
pa kecil;setiapkegiatanyang
tidakmenghasilkandebuataumemerlukanpemotongandindingatauakseske langit-
langitselain untukinspeksi visual.
b.Tipe b skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu sedikit.
Termasuk,tetapitidakterbataspada,instalasipemasangankabeltelepondan
komputer,akseskeruangchase,memotongdinding atau langit-langitdi manamigrasi debu
dapat dikendalikan.
c. Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat
tinggi.Termasuk,tetapitidakterbataspada,pembongkaranataupenghapusankomponenba
ngunanbuilt-inatau rakitan, pengamplasan dindinguntuk lukisan ataumencakup dinding,
meliputi penghapusan lantai /wallpaper, ubindancaseworklangit-
langit,konstruksidindingbaru,ductworkkecil ataupekerjaanlistrikdiataslangit- langit,
kegiatan pemasangan kabel utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk,tetapitidakterbataspada,penghancuranberat,penghapusansistemplafonyanglen
gkap,dan konstruksi baru.

2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan pembangunan dan renovasi
bangunan.

3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
 Areakantor  Perawatanpasie  UGD
 Tanpapasie ndantidak  Radiology  Areaklinis
n/area tercakupdalamG  RecoveryRoo  KamarOperasi
resikorend rup3 atau4 ms  Kamarprosedur
ahyang  Laundry  RuangMatern invasifpasien
tidakterdaf  Kantin itas/VK rawatjalan
tar  ManajemenMat  Kamarbayi  AreaAnastessi
dimanapun erial  LabMicrobiol &pompajantun
 Penerimaan/Pe ogi g
mulangan  Farmasi  SemuaIntensiv
 Laboratoriumtid eCareUnit(kecu
akspesifik ali
sepertiGrup3Kori yangtertulisdiG
dorUmum(yang rup4)
dilewatipasien,s
uplai,dan linen)

43
b. Pedoman kontrol infeksi.
Kelas I - Jalankanpekerjaan
denganmetodeuntukmeminimalkanpeningkatandebudarioperasik
onstruksi
- Menggantigentenglangit-langituntukinspeksivisualsecepatnya
Kelas II - Penyediaanaktifberartiuntukmencegahdebuudaramenyebarankea
tmosfir
- Segelpintuyangtidakdigunakandenganlakban.
- Konstruksiyangmengandunglimbahsebelumditransportasiharusdal
amwadahtertutuprapat.
- Pelbasah/atauvakumdenganvakumHEPAber-filiter.
- Tempatkanlapkakidipintumasukdankeluardariareakerjadanmengga
ntiataudibersihkansaattidakadalagi proseskerja.
- IsolasisistemHVACdidaerahmanapekerjaanyangsedangdilakukan/k
ohort dengan tekanan negatif
- Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaat proyekselesai.
Kelas III  IsolasisistemHVACdi wilayahdi
manapekerjaantengahdilakukanuntuk
mencegahkontaminasidarisistem saluran.
 Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksidim
ulai.
 Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakanuni
t ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk
mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakanme
monitortekananudara
 Jangan
menghilangkanbarriersdariareakerjasampaiproyeklengkapdib
ersihkan.
 Pelbasahatau
vakumduakaliper8jamperiodekegiatankonstruksiatausesuaiy
angdiperlukandalamrangka untukmeminimalkanjejak.
 Singkirkanbahanpenghalangdenganhati-
hatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuing-
puingyang
terkaitdengankonstruksi.Bahanbarrierharusdiusapbasa,Vaku
mdenganmenggunakanHEPAatauberikan
kabutairagarlembabsebelumdisingkirkan.
 Tempatkanlimbahkonstruksidalamwadahtertutuprapatsebel
umditransportasi.
 Tempatkankesetkakidipintumasukdan
keluardariareakerjadandigantiataudibersihkansaattidakadala
gi aktifitaskerja
 Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaatproyektelahseles
ai.
Kelas IV - IsolasisistemHVACdi wilayahdi
manapekerjaantengahdilakukanuntukmencegahkontaminasisyste
msaluran.
- Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksidimulai.
- Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakanunit
ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk
mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakanmemonit
ortekananudara
- Berisegelpadaluban,pipa,salurandantusukanuntuk
mencegahmigrasidebu.
- Bangunanteroomdanmengharuskansemuapersonilmelewatiruanga
n.Pelbasahatau vakumHEPAanteroomtiap hari.
- Selamapembongkaran,kerjayangmenghasilkandebuataubekerjadil
angit-langit,sepatusekalipakaidanbaju
harusdipakaidandibuangdianteroomketikameninggalkanareakerja.
- Janganmenghilangkanbarriersdariareakerjahinggaselesaiproyekdib
ersihkan
- Singkirkanbahanpenghalanghati-
hatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuing-
puingyangterkait dengankonstruksi.

44
XI. Antibiogram
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap
antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman rumah sakit

XII. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa


Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan yang telah
kadaluwarsa

XIII. Upaya pencehan dan kesehatan karyawan

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja,juga dapat menstransmisikan
infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain.
Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah
terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis B,bila
memungkinkan haemophilus influenza,campak,tetanus,difteri,rubella,mantoux test.Alur pasca
pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV,HBV,HCV.
Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah
sakit.meliputi :
1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.
2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia ke
manuasia.
6. terapi dan follow up
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila terkena infeksi.
8. upayakan support psikososial.

B. Tujuan:
1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.
2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.

Unsur yang dibutuhkan .


1. petugas yang berdedikasi.
2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.
Pelaksanaan :
a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B,
iminisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.
- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.
- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam
C. Evaluasi
1. dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.
2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehtan yang lalu.
4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :
 SPO PPI
 Kewaspdaan isolasi
 Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
 Informasi resiko ekspos.
 Alur mangemen dan tindak lanjut.
45
 Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan :
1. Virus H5N1
Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.
2. Virus HIV.
Resiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam pasca pajanan
dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana harus dilakukan
pemeriksaan HIV seroologidan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutan nya.
3. Virus Hepatitis B.
Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan dilakukan
pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg atau HbeAg.
D. Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :
Penyakit Masa Menular Cara transmisi Kewaspa Masa petugas Tindakan
inkubasi selama/ daan diliburkan/
virus yang tindakan
shedding perlu
dijalanka
n
Abses Selama luka kontak Kontak konserfatif
mengeluarka
n cairan
tubuh
Acinetoba Luka bakar
Flora N kulit Standar
cter yang di
manusia, mukus dan
baumanii hydroterapi
menbran dan kontak
tanah. Bertahan di
tempat lembab
dan kering sampai
berbulan, menular
melalui peralatan
rawat respirasi,
tangan petugas,
humidifier,
stetoscop,
termometer,
matras, bantal,
prmk TT, mop,
gorden, tempat
mandi luka terbuka
Adenoviru 6-9 hari Sekret Droplet, Konserfatif
s type 1-7 saluran nafas kontak
Aspergilos Infeksi jar Inhalasi stadium Kontak
is luas dengan airbone, conidia dan
cairan airbone
berlebihan
candidiasi Standar,
s kontak
Chlamidia Standar,
C kontak,
trachoma termasu
tis k seksual
Congenital Sampai umur Kontak dengan Standar, Restriksi 7 hari
rubella 1 tahun bahan nasofaring kontak
dan urin
Conjungtiv 5- 12 14 hari stl Kontak dengan Kontak Sampai mata Pengobatan
itis hari onset tangan, alat standar tidak kluar
46
*adenovir terkontaminasi kotoran
us type 8
Campak 5-21 hari 3-4 hr stl Droplet yang besar Transmis Restriksi 7 hari Pengobatan
bercak timbul (kontak dekat) & i udara setelah bercak simtomatik
mel udara merah timbul
nasofaring (yg imun) 5hr
stl ekspos- 21
hr stl ekspos
Campiloba Standar
cter
Closrtidiu kontak
m difficile
Cytomegal Tidak Tahan di Kontak dg sekresi Standar Tidak perlu
o virus diketahui lingkungan &eksresi : saliva hand
dlm wkt dan urin hygiene
pendek
Difteria Sekresi dr mulut Droplet, Sampai terapi Pengobatan
mengandung c kontak antibiotika simtomatik dan
difteriae telah lengkap virus.
dan sampai 2 Minum
kultur berjarak eritromicin 3x 1
24 jam tb sampai 7 hari
dinyatakan
negatif, perlu
imunisasi tiap
10 tahun
Gastroent Kontak px, Standar Tidak
eritis konsumsi atau mengolah
*salmonell makanan/ air kontak makanan sp 2x
a terkontaminasi jarak 24jam
*shingella kultur feses
*yenteroc negatif
olitica
Glardia Feses Kontak
lambilia

Hepatitis 15- 50 2 minggu, Fekal oral melalui Standar Libur di area Vaksinasi
A hari kadang2 sp 6 feses perawatan/ hepatitis a
bulan pengolahanma
(prematur) kanan,i
minggu
setelah sakit
kuning
imunisasi
paksa ekspos
Hepatitis B:6- Akut atau Perkutaneus Standar Tidak perlu -segera periksa
B,D 24mgg kronik dg mukosa, kulit yg dibatasi smp HbsAg atau
D: 3-7 HbsAg positif tdk utuh kontak HbeAg negatif. HbeAg,tidak perlu
mgg dgn darah, semen, divaksin bila
cairan vagina, petugas telah
cairan tubuh yg mengandung Anti
lain HBs ≥ 10 mliu/ml
Hepatitis Perkutaneus Standar Restriksi
C,F,G mukosa kulit yg tdk sampai kondisi
utuh kontak gdn membaik
47
darah, semen, / sampai
cairan vagina, HceAg negatif
cairan tubuh yg
lain
Herpes 2-14 hr Asiptomatik Kontak dgn ludah Standar, Retriksi tidak
simplex dpt karier mengandung kontak perlu, tp
mengeluarka virus langsung/ lwt tangan dibatasi
n virus sekresi luka kontak dgn px
aberasi/ cairan
vesikel
HIV Perkutaneus Standar Kurang dari 4 jam
mukosa, kulit yg paska pajanan
tdk utuh kontak
dgn darah, semen, -diberikan arv,azt
cairan vagina, dan 3 tc.
cairan yubuh yg -dilakukan
lain pemeriksaan
HIVserologi dan
menitor setelah 3
bln,9bln,11 bln
Helicobact Standar
er pylori
MDRO Kontak luka Kontak
(MRSA,
VRE, VISA,
ESBL, Srep
pneumoni
a
Influensa 1-5hr Infeksius pd Airbone, kontak kontak Vaksinasi pd
3hr pertama langsung/ droplet petugas yg
sakit.Virus dgn sekresi saluran rentan.
dpt napas Amantadin
dikeluarkan untuk kontak
sblm gejala dgn influensa
timbul smp A
7hr stlh
dimulai sakit,
lebih panjang
pd anak dan
orang
Hemophil Standar
us droplet
Influenzae
Dewasa
Anak

Batuk non Droplet sekret Kontak


Human produktif, respirasi Droplet
Metapneu kongesti
mo virus nasal
(HMPV) whezing,
bronkhiolitis,
pneumonia
pada anak
+ 11,5 tahun
48
Novirus 12-48 Diare, KLB Makanan, air Kontak,
jam terkontamibasi makanan
feses , air
N 2-10 hr Kontak dgn sekret Trasmisi Libur spm -perlu profilaksis
meningitis saluran napas mel 24jam stlh dgn Rif2x600 mg
droplet terapi paska selama 2 hari
ekspos. ,dan dosis tunggal
Rifampin2x600 cipro1x1,atau
mg, 2hr; ceftriaxone 250
ciprofloxacin1x mg IM
500mg atau
ceftriaxon250
mg IM
Parotitis, 16-18hr Community Kontak dengan Trasmisi Vaksinasi
Mumps (12-25hr) acquired, droplet atau droplet efektif, MMR
virus berada langsung dgn Restriksi sp 9hr
dlm saliva 6- sekret sal napas, yi stlh onset
7hr sbl saliva, hidung dan parotitis.
parotitis sp mulut Petugas
9hr stl onset renyan : 12hr
Px paska ekspos
immunokom pertama sp 25
promls hr stlh ekspos
terakhir
Parvovirus 6-10hr Menular Kontak dgn droplet Transmis Tidak perlu
/B19 sblm bercak besar, muntahan i drolpet restriksi
merah sp 7hr
stlh onset
Pertusis 7-10 hr F catarrhal Kontak dgn sekresi Transmis Vaksin
sangat sal napas, droplet i droplet direkomen
menular besar kontak dekat sp 5 hr umur 11-64 th
menerim petugas dgn
a pertusis:
antibioti restriksi fase
k catarrhal sp
mg 3 stl onst /
5 hr stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Pollomyeli Nonparal Sal napas Kontak cairan sal Transmis Imunisasi
tis itik: 3- 1mgg stlh napas, benda i kontak direkomendasi
6hr; gejala terkontaminasi kan
paralitik muncul, dlm fese
7-12hr feses bbrp
mgg-bulan
stlh gejala
muncul
Rubella 12-23hr, Sangat Kontak dgn droplet Transmis 5hr stlh bintik
bintik menular saat nasofaring px i droplet keluar :
merah bintik merah dan petugas rentan
timbul keluar, virus kontak 7hr stl ekspos
14-16hr lepas 1mgg dgn pertama sp
stlh sblm smp 5- cairan sal 21hr stl ekspos
49
ekspos 7hr stl onset, napas terakhir
congenital
rubella bisa
melepas virus
berbulan-
bertahun2
RSV 2-8hr Orang sakit Tangan Transmis Batasi kontak
(infeksi (terserin dapat terkontaminasi i kontak dgn pasien
virus g mengeluarka saat merawat erat dhn rawat dan
respiratori 4-6hr) n virus pasien atau droplrt lingkungan bila
k) selama 3-8hr. menyentuh benda atau ada KLB RSV
Tp pd bisa mati, transmisi RSV aerosol Restriksi
anak 3-4mgg bila menyentuh partikel sampai gejala
mata atau hidung kecil akut hilang
MRSA Kontak Strandar Retriksi
dengan transmisi perawatan
petugas, kontak, pasien dan
mungkn dapat pengolahan
karier nares airbone makanan bila
anterior, petugas
tangan, dengan lesi
axilla, kulit basah
perineum, tidak perlu
nasofaring, retriksi bila
orofaring kolonisasi
Streptococ Kontak sisi Kulit, faring Standar Retriksi
A terinfeksi & rektum, vagina berdasar perawatan
mensekresi transmisi pasien &
pengolahan
makanan sp 24
jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi
petugas dg
kolonisasi
Salmonell Orang- orang lewat
a, fekal oral air/
Shingella makanan
terkontaminasi
Sypilis Kontak langsung dg Kontak
lesi primer atau
sekunder sypilis
Tuberkolo Sp 1 bl Inhalasi droplet Airbone, Sampai -petugas yg
sis minum OAT nuklei kontak terbukti non terexpose perlu
(mengel infeksius tes mantoux bila
uarkan c indurasinya> 10
tubuh mm perlu
infeksius profilaksis INH
) sesuai
rekomendasi
lokal
Varicella Sp lesi kering Airbone, 8 hari pasca Vaksinasi varicella
& berkusta kontak, kontak sp 21
50
standar hari paska
kontak, beri
imuno globulin
IV paska
kontak,
imunisasi
petugas paska
pajanan dalam
4 hari
Vibrio Kontak feces
kolera

Zoster Tutupi lesi, Retriksi sampai


*lokal jangan lesi mengering
kontak dg dan
pasien rawat mengelupas
* Jangan Retriksi sampai
menyeluru kontak dg semua lesi
h atau pasien kering dan
orang mengelupas
immuno
komprom
ais
* paska Jangan Dari hr ke 10
pajanan kontak dg paska pajanan
(person pasien rawat pertama sp
yang hari ke 21 atau
rentan) hr 28 bila di
beri lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas

A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.
1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas
Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
Tidak divaccin HIBG 1x dan diberikan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan resiko
vaksin HB tinggi,dapat diperlakukan
sebagai sumber HBsAg
Pernah diberi vaksin tapi Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan
tidak diketahui 1.jika titernya cukup pengobatan
serokonversinya tidak perlu perlu
terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri boosster
HB dalam waktu 7
hari.
Diketahui non HBIG 1x(dalam waktu Tidak ada Jika sumbermerupakan resiko
serokonversinya 72 jam)+ 1x dosis pengobatan tinggi dapat diperlakukan
vaksin HB(dalam sebagai sumber HbsAg (+)
waktu 7 hari)
51
Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
serokonversinya 1.jika (-) obat seperti pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti non
non serokonversi. serokonversi.
2.jika titer tidak cukup 2.jika titer tidak cukup booster
HBIG 1x + booster vaksin HB.
vaksin HB dan ulangi 3.jika tter cukup tidak perlu
pemeriksaan setelah 4 diobati.
minggu.
3.Jika titer cukup,tidak
perlu diobati
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :

Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
negatif HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan nasehat. diobati seperti pasien HIV (+),jika resiko
Setelah kejadian tinggi.
diketahui dari pasien
HIV (+) staf harus
dirujuk kefasilitas post
exposur
propilaksis(PEP) dalam
waktu 2 jam setelah
pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .

Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .

Tunda proses
kehamilan selama 3
bulan.

Jangan memberikan
donor darah .

Suntikan zidovudine
selama 4 minggu (250
mg 3x/hari) atau 150
mg 2x/hari(untuk
tablet)

Tidak perlu pemberian


pengobatan
propilaksis

52
HIV (+) Tidak perlu
diobati

D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C


Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber Sumber tidak diketahui
HbsAg (-)
Hepatitis C negatif Berikan nasehat untuk Tidak perlu Tidak perlu diobati konsul dokter
melakukan diobati internist jika perlu.
pemeriksaan 0,3,6,12
bln pemeriksaan HVC
dengan PCR dan
diperiksa LVT untuk
mengetahui status
infeksinya

Sarankan untuk
meminalkan
penularan

Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular

. Petunjuk penggunaan ARV


1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.
2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan serebrospinal,semen,vagina,amnion dari
pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.

F. . Status HIV pasien.


Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Resiko Rejimen
tinggi
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP
-
Mukosa/kulit Pertimbangkan Berikan rejimen Berikan rejimen
AZT 300mg/12
tidak utuh rejimen 2 obat 2 obat 2 obat
jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28
hari
- Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen Berikan rejimen AZT 300mg/12
tajam solid obat. 2 obat. 3 obat jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28
- Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen Berikan rejimen hari,Lop/r
tajam berongga obat 3 obat 3 obat 400/100mg/12
jam x28 hari.

XV. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab kuman pada
a. lantai,dinding dan ,AC
b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.

53
c. Kultur darah pada surveilens ILI

BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Ketenagaan.

Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan

No Jenis tenaga Pendidikan formal sertipikat Jumlah


1 Dokter spesialis Anestesi PPI lanjut 1
2 ICN D-3 PPI dasar 1/150 TT
3 Perawat D-3 cssd 1
4 Sanitasi linen D-3 Management linen 1
5 Sanitasi gizi D-3 Management Gizi 1
6 farmasi D-3 1
7 Laborat D-3
54
Kualifikasi ketenagaan PPI
1. Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.
2. Minimal pendidikan D3
3. Mempunyai sertipikat PPI (basic maupun advand)
4. Bekerja purna waktu

B. Uraian Tugas :
B.1. Direktur.
 Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan
 Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan upya PPI
 Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk anggaran yang
dibutuhkan.
 Menentukan kebijakan PPI
 Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS
 Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial menularkan penyakit
untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS.
 Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

B.2. IPCO ketua komite PPI


B.2.1 Kriteria IPCO ;
- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI
- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
- memiliki kemampuan leadership.
Tugas IPCO sbb;
 Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.
 Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.
 Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika.
 Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens infeksi dan deteksi dini
KLB.
 Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan dengan
prosedur terapi.
 Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.

B.2 IPCN
B.2.1Kriteria IPCN :

55
- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI
- Memiliki komitmen di bidang PPI
- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.
- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident
- Bekerja purna waktu.
B.2.2 Uraian tugas :
 Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi diruang
perawatan.
 Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas dalam menjalankan
kewaspaan isolasi.
 Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS.
 Melaksanakan pelatihan PPIRS.
 Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI memperbaiki kesalahan.
 Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .
 Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi PPI
 audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan menggunakan daftar tilik.
 Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiótica yang rasional.
 Membuat laboran surveilens.
 Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
 Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman
penggunaannya.
 Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
 Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan SDM PPIRS.
 Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan tindakan yang
menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
 Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
 Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh
petugas kesehatan rumah sakit.
 Membuat SPO PPI
 Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.

B.4 . IPCLN
B.4.1 Kriteria IPCLN :
- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.
- Memiliki komitmen di bidang PPI
- Memiliki kemampuan leadership
B.4.1.1 Tugas IPCLN :
56
 Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang perawatan kemudian
menyerahkan nya pada IPCN saat pasien pulang.
 Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
 Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan tindakan
yang menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
 Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB (HAIs).
 Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.
 Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .

B.5.Tugas Anggota laboratorium


 Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang berkaitan dengan
pengendalian infeksi nosokomial kepada petugas laborat.
 Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
 Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
 Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi nosokomial.
B.6. Tugas Anggota linen:
 Memisahkan linen infeksius dan non infeksius
 Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
 Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.
B.6. Tugas Anggota gisi :
 Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.
 Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab petugas gisi.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.
B.7. Tugas Anggota IPSRS :
 Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan.
 Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman diruang tertentu.
 Memantau proses pembakaran incenerator.
 Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium

C. Distribusi Tenaga.
Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara komprehensif dari setiap
unit pelayanan di rumah sakit ;
 QMR,IGD,Poli rawat jalan,Unit Rawat inap,
Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gisi,lien,farmasi,SMF,laborat,Iko,
 ICU,House keeping (CS).

57
BAB III
STANDART FASILITAS

A. Fasilitas bagi petugas.


1. Denah
Ruangan PPIRS terintegrasi dengan ruangan perkantoran dengan komite lain Rumah sakit
Digedung IKO lantai 3 .

2. Standart Fasilitas.

No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3 1

B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1
58
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10

B. Fasilitas pelayanan .
1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan ,petugas
laboratorium,relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan tindakan-tindakan keamanan biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa fasilitas tersebut
telah ditetapkan .
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak ,pembatasan dan karantina jika diperlukan misalnya:
 Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
 Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial dan bantuan psikologi
 Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat tersebut (rumah
sakit /kamar jenazah)

5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan dipatuhi (cmplience
kebersihan tangan )
6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit menular,dengan
menyediakan lokasi diluar ugd,sebagai tempat pemeriksaan awal ,identifikasi sebagai
pengobatan darirat,pasien yang perlu dirujuk untuk penatalaksaanselanjutnya.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian Infeksi di masing – masing unit
kerja sbb :
1. Tata laksana pelayanan unit surveilens
a. Penanggung jawab
- ICN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
- ICN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- ICN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan divalidasi oleh dokter
penaggungjawab pasien.
- ICN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- ICN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur tembusan ke QMR
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.

59
- ICN
- Petugas Laborat.
- Petugas yang dilakukan survei (swab tanga petugas)
- Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter penanggung jawab pasien,
kemudian mengajukan permohonan pemeriksaan kepada petugas laborat.
- ICN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan dilakukan swab / kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- ICN, IPCLN
- Petugas kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- ICN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi kinerja staf SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD
a. Penanggung jawab
- ICN, petugas ruangan
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku expedisi diruangan yang
bersangkutan dan buku expedisi di OK
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen sesuai ruangan yang
mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan bouwie dict tes pada
mesin autoclav terlebih dahulu (untuk mengetahui kesiapan mesin autoclave .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator kimia pada setiap
peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
60
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik lakukan
penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan dengan buku expedisi
ruangan dan CSSD
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap hasil sterilisasi

5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan ditulis pada
buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin 0,5% dan deterjen
selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- ICN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang diindikasikan untuk
dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter penaggung jawab
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya sesuai SPO
kultur
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada ruangan yang
mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan kpian kepada ICN
- ICN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur dan SMF

7 . Pelayanan kesehatan karyawan.


a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja

61
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari ulang tahun.
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3 bulan sekali
Ruang iko dan icu : petugas dilakukan pemeriskasaan TB,Hepatitis B setiap tahun
Sekali.
Unit Gisi : pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
- Hasil diidentifikasi
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
- Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan kepada
direktur dan SMF.
8 .Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa akan dilakukan
renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
 kebisingan,debu.
 Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
 renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan renovasi,alat
penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk mengetes
kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan tes swab lantai dan didinding
ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan

Selesai renovasi

Diamkan selama
1 bln dan uji
swab

Hasil baik Hasil tak baik

Ruangan siap
Desinfeksi dinding
digunakan
dan lantai dengan 62
larutan chlorine 0,5
%
Lakukan swab ulang

Hasil baik ruangan


siap digunakan

9. Pelayanan pembuatan ruang kohort


a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
- Syarat dan denah terlampir

10. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan lPAL


11. Kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang,dokter,baru staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan

63
BAB V
LOGISTIK

Tata cara logistik PPIRS


1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika batuk,pencegahan dan
pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Penditribusian

64
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :


a. Pencegahan dan Pengendalian PPI
b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi ;
a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko :
 csd,iko,icu,laboratorium,Radiologi,sanitasi gizi,linen
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas).
e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit

65
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan ;
1. Penatalaksanaan Ergonomi
2. Pencahayaan
3. Pengawaan dan pengaturan udara
4. Suhu dan kelembaban
5. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
6. Penyehatan air
7. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan pemantauan terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas

H. Pendidikan dan pelatihan PPI


a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam
- Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan kebakaran
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.

66
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Intansi lain bagi
personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
 Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.
 Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
 Surveilens
- ILI
- ILO
- ISK
- VAP
- HAP
- Kepatuhan kebersihan tangan.
 Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
 Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
 Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
 Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.

I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan


Meliputi :
a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI
b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik diminta atau tidak.

67
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :


1. Ketepatan identifikasi pasien
1.1 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
2.1 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
2.1.1 Komunikasi antar perawat
2.1.2 Komunikasi perawat dengan dokter
2.1.3 Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di Rumah Sakit Panti
Rahayu.
2.2 Menggunakan komunikasi SBAR :
2.2.1 Saat pergantian shift jaga.
2.2.2 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
2.2.3 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
2.2.4 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan atau
pemburukan kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang merawat.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


3.1 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan tinggi pada obat-obat
yang termasuk dalam daftar obat HAM.
3.2 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

68
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
5.1 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
5.1.1 Infeksi luka infus
5.1.2 Infeksi saluran kencing
5.1.3 Infeksi luka operasi superfisial
5.1.4 VAP ( Ventilator aquired pneumonia)
5.1.5 HAP (Hospital aquired pneumonia)
5.1.6 Kepatuhan kebersihan tangan.
5.2 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
5.3 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
5.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5.5 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
6.1 Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko dan tindak lanjut
kepada pasien yang dirawat .
6.2 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
6.3 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masing-masing
unit pelayanan.
6.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

a. Penerapansystempencatatan dan pelaporan diRS Panti Rahayu mempunyai


tujuan:
 Mendapatkan data untuk memetakan masalah – masalah yang berkaitan dengan
keselamatan pasien
 Sebagaibahanpembelajaranuntukmenyusunlangkah-langkahagarKTDyangserupa
tidakterulang kembali
 Sebagaidasaranalisisuntukmendesainulangsuatusistemasuhanpelayananpasien
menjadilebihaman
 Menurunkanjumlahinsiden keselamatan pasien(KTDdanKNC)

 Meningkatkanmutu pelayanan dan keselamatanpasien

b. RS Panti Rahayu mewajibkan agarsetiap insiden keselamatan pasien dilaporkan kepada komite
keselamatan pasien rumah sakit
c. Laporan insiden keselamatan pasien diRS Panti Rahayubersifat:
- Non punitive (tidakmenghukum)

69
- Rahasia
- Independen
- Tepatwaktu
- Berorientasipadasistem
d. Pelaporan insidenkeselamatanpasienmenggunakanlembarLaporanInsiden Keselamatan
PasienyangberlakudiRS Panti Rahayu dandiserahkankepada KomiteKeselamatanPasienRS Panti
Rahayu. Bagian/unitmencatatkejadian IKP di buku pencatatan IKP masing-masing.
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan kepada komite
keselamatan pasien dalamwaktu :
- 1 x 24 jamuntuk kejadian yang merupakan sentinelevents (berdampakkematianatau
kehilangan fungsimayorsecarapermanen).Apabila pelaporansecara tertulisbelum
siap,pelaporanKTDdapatdisampaikan secara lisan terlebih dahulu.

- 2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak klinis/konsekuensi/keparahan tidak signifikan,


minor, dan moderat.
f. Tindaklanjutdaripelaporan:
- Tingkatrisiko rendahdanmoderat:investigasisederhanaolehbagian/unityang
terkaitinsiden(5W:what,who,where,when,why).
- Tingkat risikotinggidan ekstrim: RootCause Analysis (RCA)yang dikoordinasi oleh komite
keselamatan pasien.
a. Bilainsidenkeselamatanpasienyangterjadimempunyaitingkatrisikomerah(ekstrim)
makakomitekeselamatan pasiensegeramelaporkankejadian tersebutkepadadireksiRS Panti
Rahayudan Yayasan(kantor YAKKUM).
b. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunya itingkat risiko kuning(tinggi)
makakomitekeselamatan pasiensegeramelaporkankejadian tersebutkepadaDireksiRS Panti
Rahayu.
c. Komite keselamatan pasien RS Panti Rahayumelakukan rekapitulasi laporan insiden
keselamatan pasien dan analisisnya setiaptiga bulan kepadadireksiRS Panti Rahayu

B. PENERAPANINDICATOR KESELAMATAN PASIEN.

a. Komite Keselamatan PasienRS Panti Rahayumenetapkan indicator keselamatan berdasarkan


atas pertimbanganhigh risk, high impact, high volume,prone problem.
b.Komite Keselamatan PasienRS Panti Rahayu menjelaskan
definisioperasional,frekuensipengumpulan data,periode analisis,
caraperhitungan,sumberdata,targetdan penanggungjawab.
c. Komite Keselamatan PasienRS Panti Rahayubertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan
kesinambungan penerapanindicatorkeselamatan pasien

70
d.Komite Keselamatan PasienRS Panti Rahayu bertanggungjawabdalamprosespengumpulandata,
analisis dan memberikanmasukan kepada Direksiberdasarkan pengkajiantersebut.
e. Indikatordikumpulkandandianalisissetiapbulan.Setiaptigabulanindicatordianalisis dan difeed
back kan kepada unitterkait.
f. Jumlahindicatorkeselamatan pasienperlu ditinjau ulangsetiap 3 tahunsekali

C. ANALISIS AKAR MASALAH


a. Dalam rangkameningkatkanmutudankeselamatanpasien,RS Panti Rahayu menerapkan
metoderootcauseanalysis(RCA)atauanalisaakarmasalah,yaitu suatu kegiatan
investigasiterstrukturyang bertujuanuntuk melakukanidentifikasipenyebabmasalah
dasardanuntukmenentukan tindakan agarkejadian yangsama tidakterulang kembali.
b. RCAdilakukanpadainsidenmediskejadian nyariscedera dan KTDyang sering terjadi diRSPanti
Rahayu.

c. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinelevents.


d.Insidenkeselamatanpasienyang dikatagorikansebagailevel tinggidanekstrim
diselesaikandalamkurunwaktupaling lama45haridandibutuhkantindakansegera yang melibatkan
Direksi.
e. Agarpenemuanakarmasalah danpemecahanmasalahmengarahpadasesuatuyang
benar,makaperludibentuk timRCAyang berunsurkan:dokteryangmempunyai kemampuandalam
melakukanRCA,unsurkeperawatan,danSDM lainyang terkait denganjenisinsiden keselamatan
pasien yangterjadi.
f. DalammelakukanRCAlangkahlangkahyangdiambiladalahmembentuktimRCA, observasi
lapangan, pendokumentasian,wawancara, studi pustaka, melakukan asesmen dan
diskusiuntukmenentukan faktorkontribusidan akarmasalah.
g. HasiltemuandariRCAditindaklanjuti,direalisasidandievaluasiagarkejadianyang sama
tidakterulang kembali
STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK

1. Standar Mutu Klinik: RSPR harus mampu memberikan pelayanan yang terbukti aman bagi

semua orang yang berada didalamnya baik pasien maupun karyawan dari segala bentuk

kejadian yang dapat timbul karena proses pelayanan.

2. Indikator Mutu Klinik:

1). Indikator Non Bedah

a). Angka dekubitus

b). Angka kejadian infeksi jarum infus

c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.

d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%

71
e). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman bagi

lingkungan.

f). Dilakukannya kegiatan pemantauan

g). Hasil swab : tangan,dinding dan lantai,AC yang memenuhi standart (SPM)

h). Hasil kultur : Pus,darah dan ujung kateter

2) Unit CSSD :

a). - indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan hasilnya baik

b). - maintence autoclave .

c). Kalibrasi Autoclave external baik

d). Indikator mekanik,kimia,biologi

3) Upaya kesehatan :

a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan petugas.

b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap ruangan ,wastafel

dan ruangan publik.

c). Edukasi PPI pada calon karyawan .

d). Edukasi PPI pada karyawan .

e). Edukasi pada mahasiswa praktek

f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui sistem informasi

rumah sakit

g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala

h). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .

i). Tersediannya APD yang diperlukan

j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada perawat senior

k). Penyehatan lingkungan

l). Ruangan dan lingkungan yang bersih

m). Sampah dibuang sesuai jenisnya

n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar menjadi abu)

o). Terlaksananya formularium antibiotika.

3. Indikator mutu lingkungan

72
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan perundangan yang

berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop, Perda)

2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.

3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius

4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan

Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus

B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut

a) Kelompok Pelayanan Non-Bedah

1) Angka infeksi karena Jarum Infus

Angka Kejadian Infeksi Kulit karena Jarum Infus per Bulan


x 100 %
Jumlah hari dirawat pasien yang terpasangiv line dalambulan itu

2) Angka infeksi luka operasi x 100 %

Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan

3) Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator x 100%

Total Pasien yang terpasang ventilator dalam satu bulan

4) Angka i saluran kemih x 100%

Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut.

5) Angka pneumonia karena tirah baring (HAP) x 100 %

Total pasien tirah baring dalam satu bulan

73
BAB IX
PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPIRS saja. Namun juga tanggung
jawab semua pihak yang berada di RSIA Harapan Bunda.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah
upaya-upaya edukasi PPI kepada staf ,pasien dan pengunjung Rumah sakit.,sehingga dapat merubah
perilaku yang sehat,penyaiapan sarana dan prasarana PPI .upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan dukungan penuh dari
management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RSIA Harapan
Bunda,lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Pringsewu,02 Februari 2017

Direktur

Dr. Septiana Citradewi

74
BAB X
LANDASAN HUKUM

1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009tentang Rumah sakit.


2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang standart minimal pelayana
Rumah Sakit.
3. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08 tentang
Pembentukan komite dan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.
4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.
6. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standart
pelayanan Rumah sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan tata kerja
Departemen Kesehatan.

75

Anda mungkin juga menyukai