Lampiran : Peraturan Direktur Tentang Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Otika Medika
Nomor : 012.2/Pelayanan-PPI/RSOM/I/2023
PEDOMAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan
pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi terkait layanan kesehatan.
Infeksi terkait layanan kesehatan masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya
merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah
berupaya mengendalikan infeksi terkait layanan kesehatan.
Pengendalian infeksi terkait layanan kesehatan dipelopori oleh Nightingale,
Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik.
Tantangan dalam pengendalian infeksi terkait layanan kesehatan semakin kompleks dan
sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi terkait layanan kesehatan dapat mencapai jumlah
yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan
obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif
berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta
sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi terkait layanan kesehatan dan
pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang
sistematik dalam penggunaan infeksi terkait layanan kesehatan, dengan adanya Komite
Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program
pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang
terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi terkait layanan kesehatan dipengaruhi
oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian
infeksi tersebut kepada seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis,
para penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung Rumah Sakit Otika
Medika.
Upaya pengendalian infeksi terkait layanan kesehatan di Rumah Sakit Otika Medika
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk
mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah
supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap resiko
penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang
dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian
pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Otika Medika melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen/ unit dengan
meliputi kualitas pelayanan, management resiko, clinical governace, serta kesehatan
dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan
lain secara efektif dan efisien.
Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPI Rumah Sakit Otika
Medika.
D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
1. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk
Indonesia ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari komunitas (Community
acquaired infection) atau berasal dari rumah sakit (Hospital Acquired infection). Karena
seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi, maka istilah infeksi terkait
layanan kesehatan (Hospital Acquired Infection) diganti menjadi HAIs yaitu Healthcare
Assosiated Infections dengan arti lebih luas, yang tidak hanya terjadi dirumah sakit juga
bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas pada pasien namun infeksi
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat melakukan tindakan medis atau
perawatan. Batasan :
a. Kolonisasi :
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana organisme
tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, namun tanpa disertai adanya respon
imun atau gejala klinis. Pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan
kuman patogen tanpa mengalami rasa sakit tetapi dapat menularkan kuman tersebut
ke orang lain (sebagai carrier).
b. Infeksi :
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme)
dimana terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.
c. Penyakit infeksi :
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang
disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain
secara langsung maupun tidak langsung.
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor,
kalor, rubor, tumor dan fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflammatory Response Syndrome).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan
respon tubuh (inflamasi) yang bersifat sistemik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau
lebih keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia,(3)
takipneu sesuai usia, (4) leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit
jumlah sel muda (batang) lebih dari 10 %. SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non
infeksi seperti luka bakar, pankreatitis, atau gangguan metabolik. SIRS yang
disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
g. Rantai penularan .
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui
rantai penularan, apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi
dapat dicegah atau dihentikan.
1. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia, dapat berupa bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit. Ada 3 faktor
yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : virulensi, patogenesis, jumlah
mikroorganisme.
2. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak, dan siap ditularkan pada orang lain. Reservoir yang paling
umum adalah manusia, binatang, tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik.
Pada manusia sehat permukaan kulit, selaput lendir saluran napas, pencernaan,
dan vagina merupakan reservoir yang umum.
3. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir. Pintu
keluar meliputi saluran napas, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
kulit, membran mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
4. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak; langsung
dan tidak langsung, (2) droplet , (3) airborne , (4) Vehicle ;makan, minuman,
darah, (5) vektor; biasanya binatang pengerat dan serangga.
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
5. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu dapat
melalui saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih, atau luka.
6. Pejamu (host) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup
untuk melawan agen infeksi, faktor yang mempengaruhi umur, usia, status gizi,
ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, terpasang barrier (kateter,implantasi),
dilakukan tindakan operasi.
2. Metode Pengumpulan Data (Surveilan)
Surveilan adalah pengumpulan data kesehatan yang penting secara terus menerus
sistematis, analisis dan interpretasi dan didesiminasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan secara berkala untuk digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi suatu tindakan pelayanan kesehatan. Tujuan dilakukannya pengumpulan data
adalah untuk memperoleh data dasar dari ISK, IDO, Phlebitis, Dekubitus, VAP, IADP,
dll, meningkatkan kewaspadaan dini adanya KLB, untuk menilai standar mutu layanan,
sebagai sarana identifikasi adanya malpraktik, untuk menilai keberhasilan program PPI,
dan sebagai tolak ukur akreditasi. Pengumpulan data dilakukan oleh IPCN yang
kompeten, berpengalaman, dan sudah mendapatkan pelatihan PPI basic dan advance.
Perencanaan pengumpulan data dilakukan setiap tahun oleh Komite PPI,
kemudian dilakukan pengumpulan data setiap hari oleh IPCN dengan bantuan IPCLN.
Lalu analisa data dilakukan setiap bulan oleh IPCN, dilanjutkan dengan interpretasi data
setiap bulan oleh IPCN bersama IPCO. Diseminasi hasil surveilans setiap bulan oleh
Ketua Komite PPI ke pihak-pihak yang berkepentingan (direktur, dokter, ruangan yang
bersangkutan, dan komite mutu). Dan dievaluasi setiap bulan oleh IPCN bersama dengan
IPCO
3. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi (vaksin Hepatitis B), promosi kesehatan nutrisi yang
adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau
sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang, kalau kimia dengan pemberian
clorin pada air dan desinfeksi .
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan isolasi
dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan
cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis
B,C dan HIV.
4. Proses Pelaporan
Laporan Harian
Meliputi :
- Temuan kejadian ido
- Temuan kejadian phlebitis
- Temuan dekubitus
- Temuan kejadian isk terkait kateter urine
-
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
Laporan Trimester
- Laporan demografi pasien isolasi
- Laporan kejadian tindakan di bagian
- Laporan pencapaian proker
- Laporan sepsis
- Laporan kejadian post tindakan minor igd
- Laporan kejadian isk terkait kateter
- Laporan indikator pmkp
- Laporan kejadian ido
- Laporan kejadian tertusuk jarum
- Laporan program kerja
- Laporan rekapitulasi kejadian HAIs
- Laporan jenis operasi
- Laporan kejadian dekubitus
- Laporan kejadian phlebitis
- Laporan rencana program kerja
Laporan Tahunan
- Laporan program kerja tahunan
- Laporan pembuatan program kerja tahunan
E. Landasan Hukum
Perumusan dan penyusunan pedoman penyelengaraan Komite PPI mengacu kepada :
1. Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menkes RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. Peraturan Menkes RI No. 159b/Menkes/Per/II/1998 tentang Rumah Sakit
4. SK.Menkes RI No. 1333 Menkes/SK/XlI/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
5. Peraturan Menkes RI No. 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
6. Peraturan MENAKER No. 5/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
7. Peraturan MENKES No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
8. Peraturan MENKES No. 159b/Menkes/Per/lI/1988 tentang Pengaturan Cara-cara Akreditasi
Rumah Sakit
9. SK Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI NoYM.00.03.2.2.571 tentang
Sertifikat Akreditasi Rumah sakit
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah
Ruangan PPIRS terintegrasi dengan ruangan perkantoran dengan komite lain Rumah sakit
B. Standar Fasilitas.
No Fasilitas Jumlah
A Fisik/ bangunan 0
Gedung perkantoran 0
B Peralatan
Meja 0
Kursi 0
Komputer 0
Line internet 0
Almari kaca 0
Peralatan tulis 0
Buku perpustakaan PPI 0
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
5. Tatalaksana Linen
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
a. Penanggung jawab
- Ka. Unit Laundry
- Petugas laundry
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
- Trolley linen
- Cairan yang digunakan untuk dekontaminasi
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan ditulis pada
buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin 0,5% dan
deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian menggunakan mesin cuci khusus linen infeksius
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai SPO.
- Penyediaan linen 3x jumlah bed ruangan untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- UPSRS
b. Perangkat kerja
- Instrument identifikasi ICRA renovasi bangunan
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada komite PPI dan UPSRS bahwa akan
dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
Kebisingan, debu.
Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
Renovasi
- Komite PPI dan UPSRS mengeluarkan izin kontruksi renovasi bangunan
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan renovasi, alat
penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk mengetes
kesiapan bangunan, selama didiamkan dilakukan tes swab lantai dan didinding
ruangan, jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan
Selesai renovasi
Diamkan selama
1 bln dan uji
swab
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Upaya keselamatan pasien :
A. Ketepatan identifikasi pasien
Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
B. Peningkatan komunikasi efektif
1. Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
a. Komunikasi antar perawat
b. Komunikasi perawat dengan dokter
c. Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di Rumah Sakit
Otika Medika.
2. Menggunakan komunikasi SBAR :
a. Saat pergantian shift jaga.
b. Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
c. Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
d. Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan atau
pemburukan kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang merawat.
C. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
1. Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan tinggi pada obat-
obat yang termasuk dalam daftar obat HAM.
2. Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.
D. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
E. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1. Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
a. Infeksi luka infus
b. Infeksi saluran kencing
c. Infeksi daerah operasi
d. dekubitus
e. Kepatuhan kebersihan tangan.
2. Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
3. Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
4. Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5. Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
F. Pengurangan risiko pasien jatuh.
1. Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko dan tindak lanjut
kepada pasien yang dirawat .
2. Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
3. Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masing-
masing unit pelayanan.
4. Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
8. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko kuning (tinggi) maka
komite keselamatan pasien segera melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi RS Otika
Medika.
9. Komite keselamatan pasien RS Otika Medika, melakukan rekapitulasi laporan insiden
keselamatan pasien dan analisisnya setiap tiga bulan kepada direksi RS Otika Medika.
1. Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, RS Otika Medika menerapkan
metode root cause analysis (RCA) atau analisa akar masalah, yaitu suatu kegiatan
investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan identifikasi penyebab masalah dasar
dan untuk menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
a. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD yang sering terjadi
di RS Otika Medika.
b. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinel events.
c. Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi dan ekstrim
diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45 hari dan dibutuhkan tindakan segera
yang melibatkan Direksi.
2. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada sesuatu yang benar,
maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan : dokter yang mempunyai kemampuan
dalam melakukan RCA, unsur keperawatan, dan SDM lain yang terkait dengan jenis insiden
keselamatan pasien yang terjadi.
a. Dalam melakukan RCA langkah langkah yang diambil adalah membentuk tim RCA,
observasi lapangan, pendokumentasian, wawancara, studi pustaka, melakukan asesmen
dan diskusi untuk menentukan faktor kontribusi dan akar masalah.
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
b. Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar kejadian yang
sama tidak terulang kembali
D. Standar Dan Indikator Mutu Kinerja Klinik
1. Standar Mutu Klinik : RSPR harus mampu memberikan pelayanan yang terbukti aman
bagi semua orang yang berada di dalamnya baik pasien maupun karyawan dari segala
bentuk kejadian yang dapat timbul karena proses pelayanan.
2. Indikator Mutu Klinik:
a. Indikator Non Bedah
1) Angka kejadian dekubitus
2) Angka kejadian infeksi jarum infus/ phlebitis
3) Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
4) Target surveilens angka kejadian infeksi <15‰
5) Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman bagi
lingkungan.
6) Dilakukannya kegiatan pemantauan
7) Hasil swab : Tangan petugas, dinding dan lantai, AC yang memenuhi standart
(SPM)
8) Hasil kultur : Pus, darah dan ujung kateter
b. Unit CSSD :
1) Indikator bouwie dict test, kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan hasilnya
baik
2) Maintence autoclave .
3) Kalibrasi Autoclave external baik
4) Indikator mekanik, kimia, biologi
c. Upaya kesehatan :
1) Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan petugas.
2) Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap ruangan, wastafel
dan ruangan publik.
3) Edukasi PPI pada calon karyawan .
4) Edukasi PPI pada karyawan .
5) Edukasi pada mahasiswa praktek
6) Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui sistem informasi
rumah sakit
7) Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
8) Terlaksananya ruangan kohort/ anteroom ruang Elisabeth
9) Tersediannya APD yang diperlukan
10) Terlaksananya survei complience kebersihan tangan pada perawat senior
11) Penyehatan lingkungan
12) Ruangan dan lingkungan yang bersih
13) Sampah dibuang sesuai jenisnya
14) Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar menjadi abu)
15) Terlaksananya formularium antibiotika.
e. Angka pneumonia
Angka Pneumonia karenatirah baring(HAP)
x 100 %
Total pasientirah baring dalam satu bulan
RUMAH SAKIT OTIKA MEDIKA
Jln.Raya Serang-Pandeglang Km.11 Baros
Telepon (0254) 250135 / 0878 7870 8232
Email: rsotikamedika@otikabanten.com
BAB IX
PENUTUP
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPIRS saja. Namun juga
tanggung jawab semua pihak yang berada di Rumah Sakit Otika Medika.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf, pasien dan pengunjung rumah sakit, sehingga dapat
merubah perilaku yang sehat, penyiapan sarana dan prasarana PPI. Upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan
dukungan penuh dari management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Otika
Medika, lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Tim Penyusun :
1. Ns.Mawartiana Octavia Lestari,S.Kep