BAB I
DEFINISI
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus(virus yang menyebabkan berkurang
ataumenurunnya kekebalan tubuh) sedang AIDS adalah Acquired Immunodeficiency Syndrome
(sindrom cacat kekebalan tubuh yang di dapat), yang merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang di sebut HIV. Virus HIV akan masuk
dan merusak sel sel darah putih, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan
terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan
penderita mudah terkena berbagai penyakit, kondisi ini disebut AIDS.
Data yang dikeluarkan oleh lembaga internasional program PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) mengenai HIV-AIDS, menyebutkan bahwa dalam dua dasa warsa terakhir ini, lebih dari
60 juta orang telah terserang virus HIV-AIDS, dan 20juta diantaranya meninggal. Dan sepertiga
dari penderita HIV-AIDS di dunia adalah orang muda, berusia di bawah 25 tahun.
Mereka juga mengumumkan bahwa di seluruh dunia, setiap 11 detik seorang tewas akibat AIDS
dan satu orang tertular virus AIDS setiap enam detik. “penyakit tersebut akan merenggut 68 juta
jiwa lagi jika upaya pencegahan tidak ditingkatkan” kata UNAIDS (United Nations AIDS).
BAB II
RUANG LINGKUP
10. Konfindensialitas
Persetujuan untuk mengungkapkan status HIV seorang individu kepada pihak
ketiga seperti institusi rujukan, petugas kesehatan yang secara tidak langsung
melakukan perawatan kepada klien yang terinfeksi dan pasangannya, harus
senantiasa diperhatikan. Persetujuan ini dituliskan dan dicantumkan dalam
catatan modik. Konselor bertanggung jawab mengomunikasikan secara jelas
perluasan konfidensialitas yang ditawarkan kepada klien.Dalam keadaan normal,
penjelasan rinci seperti ini di lakukan dalam konseling pra testing atau saat
penandatanganan kontrak pertama.Berbagai konfidensialitas, artinya rahasia
diperluas kepada orang lain, harus terlebih dulu dibicarakan dengan klien. Orang
lain yang di maksud adalah anggota keluarga, orang yang dicintai, orang yang
merawat, teman yang bisa dipercaya, atau rujukan peayanan lainnya ke
pelayanan medik dan keselamatan klien. Konfidensialitas juga dapat dibuka jika
diharuskan oleh hukum (statutory) yang jelas.Contoh, ketika kepolisian
membutuhkan pengungkapan status untuk perlindungan kepada korban
perkosaan.Korban perkosaan dapat segera diberikan ART agar terlindungi dari
infeksi HIV.
Pelayanan Dukungan Berkelanjutan
1. Konseling lanjutan
Sesudah konseling pasca testing, di mana klien telah menerima hasil testing,
perlu mendapatkan pelayanan dukungan berkelanjutan. Salah satu layanan yang
di tawarkan adalah dukungan konseling lanjutan sebagai bagian dari VCT ,
apapun hasil testing yang diterima klien. Namun karena persepsi klien terhadap
hasil testing berbeda beda, maka dapat saja konseling lanjutan sebagai pilihan
jika di butuhkan kien untuk menyesuaikan diri dengan status HIV.
a. Kelompok dukungan VCT
Kelompok pendukung vct dapat di kembangkan oleh ODHA, masyarakat yang
peduli HIV-AIDS, dan penyelenggara layanan.Layanan ini terdapat di tempat
layanan VCT dan di masyarakat. Konselor atau kelompok ODHA akan
membantu klien, baik dengan negatif maupun positif. Untuk bergabung dalam
kelompok ini.Kelompok dukungan VCT dapat diikuti oleh pasangan dan
keluarga.
b. Pelayanan penanganan manajemen kasus
Tujuan membantu klien untuk mendapatkan pelayanan berkolanjutan yang
dibutuhkan.Tahapan dalam menejer kasus, indentifikasi, penilaian kebutuhan
pengembangan rencana tidak individu, rujukan sesuai kebutuhan dan tepat
dan koordinasi pelayanan tindak lanjut.
c. Perawatan dan dukungan
Begitu diagnosis klien ditegakkan dengan HIV positif, maka ia perlu dirujuk
dengan pertimbangan akan kebutuhan perawatan dan dukungan. Kesempatan
ini digunakan klien dan klinisi untuk menyusun rencana dan jadwal pertemuan
konseling lanjutan di mana penyakitnya menuntut tindakan medik lebih lanjut,
seperti pemberian terapi dan akses ke ART.
d. Layanan psikiatrik
Banyak pengguna Zat psikoaktif mempunyai gangguan psikiatrik lain atau
gangguan mental berat yang belum dikonseling (dual diagnosis). Pada saat
menerima hasil positif testing HIV, walaupun telah dipersiapkan lebih dulu
dalam konseling pra testing dan diikuti konseling pasca-testing, klien dapat
mangalami goncangan jiwa yang cukup berat, sepert depresi, gangguan panik,
kecemasan yang hebat atau agresif dan resiko bunuh diri. Bila keadaan
tersebut terjadi, maka perlu dirujuk ke fasilitas layanan psikiatrik.
e. Konseling kepatuhan berobat
WHO merekomendasikan dibutuhkan waktu untuk memberikan pengetahuan
dan persiapan guna meningkatnya kepatuhan sebelum dimulai terapi ARV.
Persiapannya termasuk melakukan penilaian kemampuan individu untuk
patuh pada terapi skrining penyalahgunaan NAPZA atau gangguan mental
yang akan memberi dampak pada HIV. Sekali terapi dimulai, harus dilakukan
monitoring terus menerus yang dinilai oleh dokter, jumlah obat (kuantitatif
berguna tetapi merupakan subyek kesalahan dan manipulasi) dan divalidasi
dengan daftar pertanyaan kepada pasien.Konseling perlu untuk membantu
pasien mencari jalan keluar dari kesulitan yang mungkin timbul dari
pemberian terapi dan mempengaruhi kepatuhan.
Model keyakinan kesehatan mengatakan setiap individu akan masuk dalam
perilaku sehat seperti kepatuhan minum obat bila mereka percaya obat
tersebut manjur untuk penyakitnya dan memberikan konsekuensi serius pada
mereka, dan mereka percara aksi obat akan mengurangi keparahan penyakit.
Model ini harus mempertimbangkan aspek akan antisipasi terjadinya kendala
misalnya dana (harus berungkali datang untuk VCT dan mengambil obat dan
sebagainya) sera keuntungan yang diperoleh. Factor penting kepatuhan
adalah keyakinan individu akan kemampuannya untuk menjaga kapatuhan-
berobat jangka panjang agar tujuan pengobatan tercapai. Konselor harus
dapat menilai factor ini dan mengembangkan strategi menanggapinya
misalnya, bila klien melaporkan kepada dokter bahwa mereka merasa
obatnya sangat toksik dan membuatnya kesehatan mereka menjadi
memburuk.
2. Panduan ART
3. Panduan PMTCT
4. Panduan Pelaksanaan infeksi oofertunistik
5. Panduam ODHA dengan factor resiko IDU
6. Panduan fungsi pelayanan penunjang
7. Panduan rujukan
BAB III
TATA LAKSANA
Dalam waktu yang singkat virus human immunodeficien virus (HIV) telah mengubah
keadaan sosial,moral,ekonomi dan kesehatan dunia.Saat ini HIV/AIDS merupakan masalah
kesehatan terbesar yang dihadapi oleh komunitas global.
Saat ini,Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan melakukan peningkatan fungsi
pelayanan kesehatan bagi orang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).Kebijakan ini menekankan
kemudahan akses bagi orang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk mendapatkan layanan
pencegahan,pengobatan,dukungan dan perawatan,sehingga diharapkan lebih banyak orang hidup
dengan HIV/AIDS(ODHA) yang memperolah pelayanan yang berkualitas
Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan standar pelayanan
bagi rujukan orang HIV/AIDS(ODHA) dan satelitnya.dengan langkah-langkah pelaksanaan
sebagai berikut :
Meningkatkan fungsi pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT)
Meningkatkan fungsi pelayanan Prevention Mother to Cild Transmision (PMTCT)
Meningkatkan fungsi pelayanan Antiretroviral Therapy (ART) atau bekerjasama
dengan RS yang ditunjuk
Meningkatkan fungsi pelayanan infeksi aoaportunistik (IO)
Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan faktor risiko Injection Drug Use
(IDU);dan
Meningkatnya fungsi pelayanan penunjang,yang meliputi:pelayanan
gizi,laboratorium,dan radiologi,pencatatan dan peloporan
Untuk memenuhi standar tersebut diatas maka RSUD Andi Makkasau telah menetapkan dan
membuat :
1. Surat keputusan Direktur RSUD Andi Makkasau Kota Parepare NO....................
TENTANG pelayanan Program nasional di RSUD Andi Makkasau termasuk
penanggulangan HIV/AIDS TAHUN 2018
2. Direktur RSUD Andi Makkasau menyusun program pelayanan penanggulangan
HIV/AIDS dibuktikan dengan rapat koordinasi dengan kepala bidang,kepala unit
pelayanan,ketua/ anggota tim penanggulangan HIV/AIDS (UMAN)
3. Direktur RSUD Andi Makkasau telah menetapkan keseluruhan proses/mekanisme dalam
pelayanan penanggulangan HIV/AIDS termasuk pelaporan yang dibuktikan dengan:
a. Tersedia Rancangan Kegiatan Anggaran (RKA) program penanggulangan
HIV/AIDS yang dijabarkan dalam bentuk pelatihan ,melengkapi fasilitas dan
APD
b. Ada laporan pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS
4. Surat Keputusan Direktur RSUD Andi Makkasau Kota Parepare
NO...........................TENTANG TIM Penanggukangan HIV/AIDS lingkup Rumah Sakit
Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare TAHUN 2018 Dibuktikan dengan :
a. Adanya uraian tugas masing-masing TIM yang terlampir dalam surat keputusan
b. Ada program kerja TIM HIV/AIDS
c. Ada laporan pelaksanaan kegiatan TIM HIV/AIDS
5. Terlaksananya pelatihan internal dan eksternal untuk meningkatkan kemampuan teknis
Tim HIV/AIDS dan tenaga kesehatan lain yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan.
6. Kebijakan Direktur RSUD Andi Makkasau NO..................TENTANG Sistem Rujukan
Terpadu (SISRUTE) Di RSUD Andi Makkasau tahun 2018 dibuktikan dengan
a. Laporan pelaksanaan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
b. Daftar pasien HIV/AIDS yang dirujuk
c. Ada perjanjian kerja sama dengan fasilitas palayana kesehatan rujukan dan
Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya
7. Terlaksananya pelayanan VCT,ART,PMTCT,IO,ODHA dengan faktor risiko IDU dan
Penunjang sesuai dengan kebijakan yang dibuktikan dengan laporan pelaksanaan
pelayanan.
BAB IV.
DOKUMENTASI