Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN PELAYANANPENANGGULANGAN HIV/AIDS

DI RSUD ANDI MAKKASAU KOTA AREPARE

BAB I
DEFINISI
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus(virus yang menyebabkan berkurang
ataumenurunnya kekebalan tubuh) sedang AIDS adalah Acquired Immunodeficiency Syndrome
(sindrom cacat kekebalan tubuh yang di dapat), yang merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang di sebut HIV. Virus HIV akan masuk
dan merusak sel sel darah putih, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan
terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan
penderita mudah terkena berbagai penyakit, kondisi ini disebut AIDS.
Data yang dikeluarkan oleh lembaga internasional program PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) mengenai HIV-AIDS, menyebutkan bahwa dalam dua dasa warsa terakhir ini, lebih dari
60 juta orang telah terserang virus HIV-AIDS, dan 20juta diantaranya meninggal. Dan sepertiga
dari penderita HIV-AIDS di dunia adalah orang muda, berusia di bawah 25 tahun.
Mereka juga mengumumkan bahwa di seluruh dunia, setiap 11 detik seorang tewas akibat AIDS
dan satu orang tertular virus AIDS setiap enam detik. “penyakit tersebut akan merenggut 68 juta
jiwa lagi jika upaya pencegahan tidak ditingkatkan” kata UNAIDS (United Nations AIDS).

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Pelayanan HIV/AIDS meliputi :


1. Pelayanan Pasien dengan Suspek HIV/AIDS
Pelayanan yang di berikan kepada pasien yang datang dengan resiko Heteroseksual.
2. Pelayanan pasien dengan HIV/AIDS
Pelayanan yang diberikan kepada pasien yang telah di diagnosis HIV/AIDS baik oleh
dokter Umum maupun dokter Spesialis.
3. Pelayanan HIV/AIDS di IGD
berfungsi untuk menjaring tersangka pasien HIV/AIDS,untuk menegakan diagnosa dan
mengirim pasien ke poli VCT.
4. Pelayanan HIV/AIDS rawat jalan
Pelayanan yang di lakukan terhadap pasien suspek HIV/AIDS untuk menjaring pasien di
rawat jalan, menegakkan diagnosis dan mengirim pasien ke poli VCT.
5. Pelayanan HIV/AIDS rawat inap
Pelayanan yang di lakukan terhadap pasien HIV/AIDS rawat inap berfungsi sebagai
pendukung tim HIV/AIDS dalam melakukan penjaringan tersangka serta perawatan dan
Pengobatan.
6. Poli VCT berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien HIV/AIDS di rumah sakit
dan pusat informasi tentang HIV/AIDS.Kegiatanya,meliputi;koseling,kategori,
penggobatan,pemberian ARV,ketentuan Pengawasan obat.
7. Laboratorium dan Radiologi berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostic
8. Farmasi berfungsi sebagai unit yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan ARV.
9. Rekan Medis berfungsi sebagai pendukung tim HIV/AIDS dalam pencatatan dan pelaporan
semua kegiatan HIV/AIDS

I. Panduan Pelayanan Voluntary Counseling and Testing ( VCT )

VCTadalah Program pencegahan sekaligus jembatan untuk mengakses tayangan


Manajemen Kasus (MK) dan PDP (Perawatan Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA). Layanan
VCT harus mencakup konseling Pre Test, Tes HIV dan Konseling Post Test. Kegiatan Tes dan
hasil pasien harus dijalankan atas dasar prinsip kesuka relaan dan kerahasiaan.
Pengertian dasar Layanan VCT:
1. Klien datang secara sukarela diberikan layanan konseling Pre Test dan secara suka rela
bersedia di Tes HIV (atas kehendak sendiri tanpa paksaan atau manipulasi) ditandai
dengan Informed Consent yang ditanda tangani oleh pasien.
2. Percakapan antara Klien dan Konselor VCT serta hasil tes HIV bersifat rahasia, tidak
boleh dibocorkan dalam bentuk dan cara apapun kepada pihak ketiga.
3. Berorientasi kepada Klien serta menerapkan prinsip GIPA (Greates Involvement People
Living with HIV/ AIDS).

Adapun Tujuan Program Layanan VCT adalah:


1. Meningkatkan kesadaran populasi beresiko tentang status kesehatan HIV nya.
2. Meningkatkan kesadaran populasi beresiko untuk membuat keputusan dan
mempertahankan perubahan perilaku yang aman terhadap penularan HIV.
3. Meningkatkan jumlah populasi beresiko dan anggota keluarganya dalam upaya mencegah
perluasan penularan HIV.
4. Membantu mereka yang di identifikasi terinfeksi HIV untuk segera mendapatkan
pertolongan kesehatan sesuai kebutuhan.

TAHAPAN PELAKSANAAN VCT


Tahapan penerimaan Konseling Pra testing
1. Penerimaan pasien Rawat Jalan tanpa register Rekam Medik
a. Informasikan kepada pasien tentang pelayanan tanpa nama (anonimus) sehingga nama
tidak di tanyakan.
b. Pestikan pasien datang tepat waktu dan usahakan tidak menunggu
c. Jelaskan tentang prosedur VCT
d. Buat catatan rekam medik pasien dan pastikan setiap pasien mempunyai nomor
kodenya sendiri.
e. Kartu periksa konseling dan testing pasien mempunyai kartu dengan nomor kode, data
di tulis oleh konselor.
2. Penerimaan pasien rawat Jalan dan rawat Inap
Pendaftaran melalui loket bpjs ataupun umum ke poli VCT atau poli tujuan (dalam,paru,
kandungan, anak, kulit dan kelamin), pasien yang di curigai suspek HIV di lanjut atau di
rujuk ke poli VCT. Di poli VCT pasien di konseling sesuai indikasi, bila pasien setuju dan
menandatangani informed consent maka akan di lanjutkan untuk test darah di
laboratorium. Setelah dari laboratorium pasien kembali ke poli VCT menunggu hasil test.
Untuk meminimalkan kesalahan, kode harus diperiksa ulang oleh konselor dan perawat
atau pengambil darah.
Tanggung jawab pasien dalam konseling adalah sebagai berikut:
a. Bersama konselor mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan informasi akurat dan
lengkap tentang HIV -AIDS , perilaku beresiko, testing HIV-AIDS dan pertimbangan
yang terkait dengan hasil negatif atau positif.
b. Sesudah melakukan konseling lanjutan, diharapkan dapat melindungi dirinya dan
keluarganya dari penyebaran infeksi, dengan cara menggunakan berbagai informasi
dan alat prevensi yang tersedia bagi mereka
c. Untuk pasien HIV positif memberitahu pasangan atau keluarganya akan status HIV
dirinya dan merencanakan kehidupan lanjut.

A. Tahap Konseling pra testing HIV-AIDS


1. Periksa ulang nomor kode pasien dalam formulir
2. Perkenalan dan arahan
3. Membangun kepercayaan pasien pada konselor yang merupakan dasar utama bagi
terjaganya kerahasiaan sehingga terjalin hubungan baik dan terbina sikap saling
memahami.
4. Alasan kunjungan dan klarifikasi tentang fakta dan mitos tentang HIV-AIDS
5. Penilaian resiko untuk membantu pasien mengetahui faktor resiko dan menyiapkan diri
untuk pemeriksaan darah
6. Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan
memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan status HIV.
7. Di dalam konseling pra testing seorang konselor VCT harus dapat membuat
keseimbangan antara pemberian informasi, penilaian resiko dan merespon kebutuhan
emosi pasien.
8. Konselor VCT melakukan penilaian sistem dukungan
9. Pasien memberikan persetujuan tertulisnya ( informed concent) sebelum dilakukan
testing HIV-AIDS.
B. Konseling pra testing HIV-AIDS dalam keadaan khusus
1. Dalam keadaan pasien terbaring maka konseling dapat dilakukan di samping tempat
tidur atau dengan memindahkan tempat tidur pasien ke ruang yang nyaman dan terjaga
kerahasiaanya
2. Dalam keadaan pasien tidak stabil maka VCT tidak dapat dilakukan langsung kepada
pasien dan menunggu hingga kondisi pasien stabil
3. Dalam keadaan pasien kritis tetapi stabil dapat dilakukan konseling.
C. Informed concent
Semua pasien sebelum menjalani testing HIV harus memberikan persetujuan tertulisnya
Aspek penting didalam persetujuan tertulis itu adalah sebagai berikut:
1. pasien telah diberi penjelasan cukup tentang risiko dan dampak sebagai akibat dari
tindakannya dan pasien menyetujuinya.
2. pasien mempunyai kemampuan menangkap pengertian dan mampu menyatakan
persetujuannya (secara intelektual dan psikiatris)
3. pasien tidak dalam paksaan untuk memberikan persetujuan meski konselor memahami
bahwa mereka memang sangat memerlukan pemeriksaan HIV
4. untuk pasien yang tidak mampu mengambil keputusan bagi dirinya karena keterbatasan
dalam memahami informasi maka tugas konselor untuk berlaku jujur dan obyektif dalam
menyampaikan informasi sehingga pasien memahami dengan benar dan dapat
menyatakan persetujuannya.
D. Testing HIV dalam VCT
Prinsip testing HIV-AIDS adalah sukarela dan terjaga kerahasiaannya. Testing
dimaksud untuk menegakan diagnosis.Terdapat serangkaian testing yang berbeda-beda
karena perbedaan prinsip perbedaan prinsip metoda yang digunakan. Testing yang
digunakan adalah testing serologis untuk mendeteksi antibody HIV dalam serum atau
plasma. Spesimen adalah darah pasien yang di ambil secara intravena, plasma atau
serumnya. Pada saat ini belum digunakan specimen lain seperti saliva, urin, dan spot darah
kering. Penggunaan metode testing cepat ( rapid testing) memungkinkan pasien
mendapatkan hasil testing pada hari yang sama. Tujuan Tes HIV adalah Untuk membantu
menegakkan diagnosis, pengamanan darah donor (skrining), untuk surveilans, dan untuk
penelitian. Hasil testing yang di sampaikan kepada pasien adalah benar milik pasien.
Petugas laboratorium harus menjaga mutu dan konfidensialitas. Hindari terjadinya
kesalahan, baik teknis (technical error). Maupun manusia (human error) dan administrare
(administrative error) .petugas laboratorium (perawat) mengambil darah setelah pasien
menjalani konseling pra testing.
Bagi pengambil darah dan teknisi laboratorium harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Sebelum testing harus didahului dengan konseling dan penandatanganan informed
consent.
2. Hasil testing HIV harus diverifikasikan oleh dokter pathologi klinik atau dokter
terlatih atau dokter penanggung jawab laboratorium.
3. Hasil diberikan kepada konselor dalam amplop tertutup.
4. Dalam laporan pemeriksaan hanya di tulis nomor atau kode pengenal.
5. Jangan member tanda berbeda yang mencolok terhadap hasil yang positif atau negaif
6. Meskipun spesimen berasal dari sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya yang
berbeda , tetap harus dipastikan bahwa klien telah menerima konseling dan
menandatangani informed consent.
E. Konseling Pasca Testing
Konseling pasca testing membantu pasien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasiL
testing. Konselor mempersiapkan pasien untuk menerima hasil testing, memberikan hasil
testing dan menyediakan informasi selanjutnya.
Konselor mengajak pasien mendiskusikan strategi untuk menurunkan penularan HIV-
AIDS.
Kunci utama dalam menyampaikan hasil testing.
1. Periksa ulang seluruh hasil pasien dalam catatan medik. Lakukan hal ini sebelum pasien,
untuk memastikan kebenarannya.
2. Sampaikan hasil hanya kepada pasien secara tatap muka atau empat mata.
3. Berhati-hatilah dalam memanggil pasien dari ruang tunggu
4. Seorang konselor tak diperkenankan memberikan hasil pada pasien atau lainnya secara
verbal dan non verbal selagi berada di ruang tunggu.
5. Hasil testing tertulis.

Tahapan penatalaksanaan konseling pasca testing


1. Penerimaan klien pasca testing
a. Memanggil pasien secara wajar
b. Pestikan pasien datang tepat waktu dan usahakan tidak menunggu
c. Ingat akan semua kunci utama dalam menyampaikan hasil testing
2. Pedoman penyampaian hasil testing negatif
a. Periksa kemungkinan terpapar dalam periode jendela
b. Buatlah ikhtisar dan gali lebih lanjut berbagai hambatan untuk seks aman,
pemberian makanan pada bayi dan penggunaan jarum suntik yang aman.
c. Periksa kembali reaksi emosi yang ada
d. Buatlah rencana lebih lanjut
3. Pedoman penyampaian hasil testing positif
a. Perhatikan komunikasi non verbal saat memanggil pasien memasuki ruang
konseling
b. Pastikan pasien siap menerima hasil
c. Tekankan kerahasiaan
d. Lakukan secara jelas dan langsung
e. Sediakan waktu cukup untuk menyerap informasi tentang hasil periksa apa
yang diketahui pasien tentang hasil testing
f. Dengan tenang bicarakan apa arti hasil pemeriksaan
g. Galilah ekspresi dan ventiasikan emosi.
4. Terangkan secara ringkas tentang perawatan lanjutan :
a. Tersedianya fasilitas untuk tindak lanjut dan dukungan
b. Dukungan informasi verbal dengan informasi tertulis
c. Adanya dukungan dari orang dekat
d. Strategi mekanisme penyesuaian diri
e. Rencanakan tindak lanjut atau rujukan jika diperlukan.
f. Lanjutkan dengan menjalin hubungan komunikasi di luar.

10. Konfindensialitas
Persetujuan untuk mengungkapkan status HIV seorang individu kepada pihak
ketiga seperti institusi rujukan, petugas kesehatan yang secara tidak langsung
melakukan perawatan kepada klien yang terinfeksi dan pasangannya, harus
senantiasa diperhatikan. Persetujuan ini dituliskan dan dicantumkan dalam
catatan modik. Konselor bertanggung jawab mengomunikasikan secara jelas
perluasan konfidensialitas yang ditawarkan kepada klien.Dalam keadaan normal,
penjelasan rinci seperti ini di lakukan dalam konseling pra testing atau saat
penandatanganan kontrak pertama.Berbagai konfidensialitas, artinya rahasia
diperluas kepada orang lain, harus terlebih dulu dibicarakan dengan klien. Orang
lain yang di maksud adalah anggota keluarga, orang yang dicintai, orang yang
merawat, teman yang bisa dipercaya, atau rujukan peayanan lainnya ke
pelayanan medik dan keselamatan klien. Konfidensialitas juga dapat dibuka jika
diharuskan oleh hukum (statutory) yang jelas.Contoh, ketika kepolisian
membutuhkan pengungkapan status untuk perlindungan kepada korban
perkosaan.Korban perkosaan dapat segera diberikan ART agar terlindungi dari
infeksi HIV.
Pelayanan Dukungan Berkelanjutan
1. Konseling lanjutan
Sesudah konseling pasca testing, di mana klien telah menerima hasil testing,
perlu mendapatkan pelayanan dukungan berkelanjutan. Salah satu layanan yang
di tawarkan adalah dukungan konseling lanjutan sebagai bagian dari VCT ,
apapun hasil testing yang diterima klien. Namun karena persepsi klien terhadap
hasil testing berbeda beda, maka dapat saja konseling lanjutan sebagai pilihan
jika di butuhkan kien untuk menyesuaikan diri dengan status HIV.
a. Kelompok dukungan VCT
Kelompok pendukung vct dapat di kembangkan oleh ODHA, masyarakat yang
peduli HIV-AIDS, dan penyelenggara layanan.Layanan ini terdapat di tempat
layanan VCT dan di masyarakat. Konselor atau kelompok ODHA akan
membantu klien, baik dengan negatif maupun positif. Untuk bergabung dalam
kelompok ini.Kelompok dukungan VCT dapat diikuti oleh pasangan dan
keluarga.
b. Pelayanan penanganan manajemen kasus
Tujuan membantu klien untuk mendapatkan pelayanan berkolanjutan yang
dibutuhkan.Tahapan dalam menejer kasus, indentifikasi, penilaian kebutuhan
pengembangan rencana tidak individu, rujukan sesuai kebutuhan dan tepat
dan koordinasi pelayanan tindak lanjut.
c. Perawatan dan dukungan
Begitu diagnosis klien ditegakkan dengan HIV positif, maka ia perlu dirujuk
dengan pertimbangan akan kebutuhan perawatan dan dukungan. Kesempatan
ini digunakan klien dan klinisi untuk menyusun rencana dan jadwal pertemuan
konseling lanjutan di mana penyakitnya menuntut tindakan medik lebih lanjut,
seperti pemberian terapi dan akses ke ART.
d. Layanan psikiatrik
Banyak pengguna Zat psikoaktif mempunyai gangguan psikiatrik lain atau
gangguan mental berat yang belum dikonseling (dual diagnosis). Pada saat
menerima hasil positif testing HIV, walaupun telah dipersiapkan lebih dulu
dalam konseling pra testing dan diikuti konseling pasca-testing, klien dapat
mangalami goncangan jiwa yang cukup berat, sepert depresi, gangguan panik,
kecemasan yang hebat atau agresif dan resiko bunuh diri. Bila keadaan
tersebut terjadi, maka perlu dirujuk ke fasilitas layanan psikiatrik.
e. Konseling kepatuhan berobat
WHO merekomendasikan dibutuhkan waktu untuk memberikan pengetahuan
dan persiapan guna meningkatnya kepatuhan sebelum dimulai terapi ARV.
Persiapannya termasuk melakukan penilaian kemampuan individu untuk
patuh pada terapi skrining penyalahgunaan NAPZA atau gangguan mental
yang akan memberi dampak pada HIV. Sekali terapi dimulai, harus dilakukan
monitoring terus menerus yang dinilai oleh dokter, jumlah obat (kuantitatif
berguna tetapi merupakan subyek kesalahan dan manipulasi) dan divalidasi
dengan daftar pertanyaan kepada pasien.Konseling perlu untuk membantu
pasien mencari jalan keluar dari kesulitan yang mungkin timbul dari
pemberian terapi dan mempengaruhi kepatuhan.
Model keyakinan kesehatan mengatakan setiap individu akan masuk dalam
perilaku sehat seperti kepatuhan minum obat bila mereka percaya obat
tersebut manjur untuk penyakitnya dan memberikan konsekuensi serius pada
mereka, dan mereka percara aksi obat akan mengurangi keparahan penyakit.
Model ini harus mempertimbangkan aspek akan antisipasi terjadinya kendala
misalnya dana (harus berungkali datang untuk VCT dan mengambil obat dan
sebagainya) sera keuntungan yang diperoleh. Factor penting kepatuhan
adalah keyakinan individu akan kemampuannya untuk menjaga kapatuhan-
berobat jangka panjang agar tujuan pengobatan tercapai. Konselor harus
dapat menilai factor ini dan mengembangkan strategi menanggapinya
misalnya, bila klien melaporkan kepada dokter bahwa mereka merasa
obatnya sangat toksik dan membuatnya kesehatan mereka menjadi
memburuk.

2. Panduan ART
3. Panduan PMTCT
4. Panduan Pelaksanaan infeksi oofertunistik
5. Panduam ODHA dengan factor resiko IDU
6. Panduan fungsi pelayanan penunjang
7. Panduan rujukan
BAB III
TATA LAKSANA

Dalam waktu yang singkat virus human immunodeficien virus (HIV) telah mengubah
keadaan sosial,moral,ekonomi dan kesehatan dunia.Saat ini HIV/AIDS merupakan masalah
kesehatan terbesar yang dihadapi oleh komunitas global.
Saat ini,Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan melakukan peningkatan fungsi
pelayanan kesehatan bagi orang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).Kebijakan ini menekankan
kemudahan akses bagi orang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk mendapatkan layanan
pencegahan,pengobatan,dukungan dan perawatan,sehingga diharapkan lebih banyak orang hidup
dengan HIV/AIDS(ODHA) yang memperolah pelayanan yang berkualitas
Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan standar pelayanan
bagi rujukan orang HIV/AIDS(ODHA) dan satelitnya.dengan langkah-langkah pelaksanaan
sebagai berikut :
 Meningkatkan fungsi pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT)
 Meningkatkan fungsi pelayanan Prevention Mother to Cild Transmision (PMTCT)
 Meningkatkan fungsi pelayanan Antiretroviral Therapy (ART) atau bekerjasama
dengan RS yang ditunjuk
 Meningkatkan fungsi pelayanan infeksi aoaportunistik (IO)
 Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan faktor risiko Injection Drug Use
(IDU);dan
 Meningkatnya fungsi pelayanan penunjang,yang meliputi:pelayanan
gizi,laboratorium,dan radiologi,pencatatan dan peloporan
Untuk memenuhi standar tersebut diatas maka RSUD Andi Makkasau telah menetapkan dan
membuat :
1. Surat keputusan Direktur RSUD Andi Makkasau Kota Parepare NO....................
TENTANG pelayanan Program nasional di RSUD Andi Makkasau termasuk
penanggulangan HIV/AIDS TAHUN 2018
2. Direktur RSUD Andi Makkasau menyusun program pelayanan penanggulangan
HIV/AIDS dibuktikan dengan rapat koordinasi dengan kepala bidang,kepala unit
pelayanan,ketua/ anggota tim penanggulangan HIV/AIDS (UMAN)
3. Direktur RSUD Andi Makkasau telah menetapkan keseluruhan proses/mekanisme dalam
pelayanan penanggulangan HIV/AIDS termasuk pelaporan yang dibuktikan dengan:
a. Tersedia Rancangan Kegiatan Anggaran (RKA) program penanggulangan
HIV/AIDS yang dijabarkan dalam bentuk pelatihan ,melengkapi fasilitas dan
APD
b. Ada laporan pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS
4. Surat Keputusan Direktur RSUD Andi Makkasau Kota Parepare
NO...........................TENTANG TIM Penanggukangan HIV/AIDS lingkup Rumah Sakit
Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare TAHUN 2018 Dibuktikan dengan :
a. Adanya uraian tugas masing-masing TIM yang terlampir dalam surat keputusan
b. Ada program kerja TIM HIV/AIDS
c. Ada laporan pelaksanaan kegiatan TIM HIV/AIDS
5. Terlaksananya pelatihan internal dan eksternal untuk meningkatkan kemampuan teknis
Tim HIV/AIDS dan tenaga kesehatan lain yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan.
6. Kebijakan Direktur RSUD Andi Makkasau NO..................TENTANG Sistem Rujukan
Terpadu (SISRUTE) Di RSUD Andi Makkasau tahun 2018 dibuktikan dengan
a. Laporan pelaksanaan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
b. Daftar pasien HIV/AIDS yang dirujuk
c. Ada perjanjian kerja sama dengan fasilitas palayana kesehatan rujukan dan
Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya
7. Terlaksananya pelayanan VCT,ART,PMTCT,IO,ODHA dengan faktor risiko IDU dan
Penunjang sesuai dengan kebijakan yang dibuktikan dengan laporan pelaksanaan
pelayanan.

BAB IV.
DOKUMENTASI

1. SK Direktur Tentang Program Nasional tentang pelayanan penanggulangan HIV/AIDS


2. Panduan pelayanan Penanggulangan HIV/AIDS di RSUD Andi Makkasau
3. Program Rencana Pelayanan Penanggulangan HIV/AIDS
4. RKA tentang progam Nasional(Prognas)
5. Laporan Pelaksanaan Program penanggulangan HIV/AIDS
6. SK TIM Penanggulangan HIV/AIDS dan Uraian Tugas
7. Program Kerja TIM HIV/AIDS
8. Laporan Pelaksanaan Kegiatan VCT,ART,IO,ODHA dengan faktor risiko IDU dan
penunjang oleh TIM HIV/AIDS
9. Laporan Pelaksanaan Pelatihan
10. Laporan Pelaksanaan Rujukan
11. Daftar pasien HIV/AIDS yang dirujuk
12. Perjanjian Kerja sama dengan RS lain dan Yayasan Pendamping ODHA
13. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Ditetapkan di Parepare
Pada………. 2018

Direktur RSUD AndiMakkasau

RENNY ANGGRAENI SARI

Anda mungkin juga menyukai