PANDUAN
PELAYANAN PITC
DALAM PENANGGULAN HIV/AIDS
DISUSUN OLEH
POKJA PROGNAS
TAHUN 2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Provaider inisiated testing and counseling ( PITC ) atau Konseling dan test HIV atas inisiasi
pemberi layanan kesehatan ( KITP) adalah layanan tes dan koseling HIV yang terintegrasi
disarana kesehatan, yaitu tes dan konseling yang diprakarsai oleh petugas kesehatan ketika
pasien mencari layanan kesehatan.
Provider-Initiated Testing and Counselling (PITC) adalah konseling dan tes HIV yang
disarankan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan kepada seseorang yang datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai suatu komponen standard dari pelayanan medis. Seseorang yang
datang ke pelayanan kesehatan dengan tanda dan gejala terinfeksi HIV, merupakan tanggung
jawab penyelenggara pelayanan kesehatan untuk merekomendasikan kepada orang tersebut
untuk melakukan tes dan konseling sebagai bagian dari standar rutin dari manajemen klinis,
termasuk penyaranan konseling dan tes pada pasien TB dan seseorang yang dicurigai TB. PITC
juga bertujuan untuk mengidentifikasi infeksi HIV terhadap klien yang tidak dikenali dan tidak
dicurigai datang ke pelayanan kesehatan. Tes dan konseling HIV disarankan oleh penyelenggara
pelayanan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan yang diberikan kepada seluruh pasien
selama interaksi-interaksi klinis yang dilakukan di pelayanan kesehatan. (WHO, 2007)
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan HIV dan AIDS di
rumah sakit diperlukan perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan
dasar hukum yang digunakan adalah Peraturan Direktur RSUD Alimuddin Umar Nomor 291
Tahun 2022 Tentang Pedoman Pelayanan Upaya Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS dan
Keputusan Direktur RSUD Alimuddin Umar Nomor 445/1400/III.02/2022 tentang Tim
Kelompok Kerja dan Tim Pelaksana Layanan Komprehensif HIV/AIDS dan IMS RSUD
Alimuddin Umar
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
3. Sasaran
2
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
KEBIJAKAN
A. Landasan Hukum
3
(1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3495);
(2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437);
(3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
HIV/AIDS;
(4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral;
(5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan sebelum
Hamil, Persalinan dan masa Sesudah Melahirkan, penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual;
(6) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
(7) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor : 14 tahun 2008 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah;
(8) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor : 14 tahun 2008 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah;
(9) Keputusan Bupati Lampung Barat Nomor : B/148/KPTS/03/2012 tentang Penetapan
RSUD Liwa Sebagai Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat
yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD)
(10)Keputusan Direktur RSUD Alimuddin Umar Nomor 445/1400/III.02/2022 tentang
Tim Kelompok Kerja dan Tim Pelaksana Layanan Komprehensif HIV/AIDS
dan IMS RSUD Alimuddin Umar.
BAB IV
TATA LAKSANA
4
A. Pemberian Informasi tentang HIV dan AIDS sebelum tes
5
wali/pengampu.
Fokus informasi pada anak dan remaja meliputi:
(1) Informasi dasar HIV dan AIDS secara singkat
(2) Informasi tentang pencegahan, pengobatan dan perawatan
(3) Masalah penyingkapan status HIV kepada anak pada saatnya
(4) Masalah stigma dan diskriminasi di lingkungan keluarga & masyarakat
e) Pasien TB
Banyak pasien TB tidak menyadari kemungkinan komorbiditas dengan HIV,
sehingga petugas kesehatan perlu memberikaninformasi tentang keterkaitan HIV
dengan TB yang dilanjutkandengan penawaran tes.
6
Beberapa isu terkait persetujuan tes HIV:
1. Konfidensialitas
Pada PITC sebaiknya dilakukan tes HIV cepat yang bisa dilakukan secara serial dan
pararel. Tes HIV wajib menggunakan reagen tes HIV yang sudah diregistrasidan
dievaluasi oleh institusi yang ditunjuk Kementerian Kesehatan,dapat mendeteksi baik
antibodi HIV-1 maupun HIV-2. Tes cepat harusdilakukan sesuai prosedur yang
ditetapkan oleh pabriknya (ada dalamkotak reagensia). Hasil tes cepat dapat ditunggu
oleh pasien.
Tes HIV secara serial adalah apabila tes yang pertama memberi hasil nonreaktif,
maka tes antibodi akan dilaporkan negatif. Apabila hasil tes pertama menunjukkan
reaktif, maka perlu dilakukan tes HIV kedua pada sampel yang sama dengan
menggunakan reagen, metoda dan/atau antigen yang berbeda dari yang pertama.
Standar Nasional untuk tes HIV adalah menggunakan alur serial karena lebih murah
dan tes kedua hanyadiperlukan bila tes pertama memberi hasil reaktif saja.
Pengendalian HIV dan AIDS Nasional menggunakan strategi III dengan tiga jenis
reagen yang berbeda sensitifitas dan spesifitas-nya, dengan urutan yang
direkomendasikan sebagai berikut :
• Reagen pertama memiliki sensitifitas minimal 99 %.
• Reagen kedua memiliki spesifisitas minimal 98 %.
• Reagen ketiga memiliki spesifisitas minimal 99 %
7
BAGAN ALUR DIAGNOSIS HIV
8
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Anti HIV Hasil
Positif:
Bila hasil A1 reaktif, A2 reaktif dan A3 reaktif
Hasil Negatif:
Bila hasil A1 non reaktif
Bila hasil A1 reaktif tapi pada pengulangan A1 dan A2 non reaktif
Bila salah satu reaktif tapi tidak berisiko Hasil
Indeterminate:
Bila dua hasil tes reaktif
Bila hanya 1 tes reaktif tapi berisiko atau pasangan berisiko
Semua klien/pasien yang menjalani tes HIV perlu menerima konseling pasca tes tanpa
memandang apapun hasilnya. Konseling pasca tesmembantu klien/pasien memahami
dan menyesuaikan diri denganhasil tes dan tindak lanjut pengobatan.
9
BAB V
DOKUMENTASI
Melakukan analisis terhadap data monitoring dan evaluasi pasien yang reaktif untuk
keberhasilan rujukan ke fasilitas PDP, pasien yang non reaktif atau dalam periode
jendela untuk pemeriksaan ulang
3. SOP PITC
10