PENDAHULUAN
HIV/AIDS adalah sindrom yang muncul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh virus HIV. Ini adalah penyakit dengan stigma dan diskriminasi yang
sangat besar ketika orang masih memiliki pemahaman yang terbatas tentang
HIV/AIDS(International Lobour Organization, 2018). Di Indonesia, diperkirakan ada
sebanyak 640.443 orang yang hidup dengan HIV (ODHA) di Indonesia dengan 49.000-
50.000 kasus infeksi HIV baru pada 2019. Kementerian Kesehatan melaporkan 377.564
kasus pada 2019 dan 86,5 persen dari kasus tersebut adalah usia produktif.
Menurut SIHA Kemenkes tahun 2017, Pada tahun2016dilaporkan41.250kasus
HIV barudan sampaiMaret 2017 dilaporkan 10.376 Kasus HIV baru.Secarakumulatif
telahteridentifikasi242.699orang yang terinfeksi HIV.Jumlah layanan yangada hinggaMaret
2017meliputi3.450layananKTHIVdan konsolingyang diprakarsai oleh petugas
kesehatan705layananperawatan,dukungan dan pengobatan (PDP)yang aktif melaksanakan
pengobatanARV,90layanan PTRM,1.689layanan IMSdan252layanan PPIA.
Secara global, diperkirakan 1,3 juta perempuan dan anak perempuan yang hidup
dengan HIV hamil setiap tahun. Dengan tidak adanya intervensi, tingkat penularan HIV dari
ibu yang hidup dengan HIV ke anaknya selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau
menyusui berkisar antara 15% sampai 45% (WHO, 2023).
Regulasi dan kebijakan pemerintah mengenai penanggulangan HIV AIDS
pada tingkat nasional dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan disahkannya Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 339/IV/1988 mengenai Pembentukan Panitia
Penanggulangan HIV/AIDS. Selanjutnya dibentuk Keputusan Menteri Kesehatan No.
1285/Menkes/SK/X/2002 tentang Pedoman Penanggulangan HIV dan AIDS secara terpadu,
menyeluruh dan berkualitas.Kebijakan tersebut diperbaharui dan ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan
AIDS.Dijelaskan dalam pasal 5 mengenai strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam
upaya penanggulangan HIV-AIDS secara garis besarnya yaitu meliputi
pemberdayaan masyarakat, peningkatan jangkauan pelayanan, meningkatkan pembiayaan,
meningkatkan kesediaan obat dan alatyang diperlukan dalam penanganan HIV-AIDS, dan
meningkatkan manajemen penanggulangan HIV-AIDS (Susanti, 2022).
Mengetahui status HIV lebih dini memungkinkan pemanfaatan pelayanan
HIV AIDS terkait dengan pencegahan, perawatan, dukungan, dan pengobatan merupakan
salah satu upaya dalam penanggulangan HIV AIDS.Perubahan perilaku seseorang dari
beresiko menjadi kurang beresiko terhadap kemungkinan tertular HIV memerlukan
bantuan perubahan emosional dan pengetahuan dalam suatu proses yang mendorong
nurani dan logika. Proses mendorong ini sangat unik dan membutuhkan pendekatan
individual.Oleh karena itu perlu adanya program-program pencegahan HIV AIDS yang
efektif dan memiliki jangkauan layanan yang semakin luas seperti, program
pengobatan, perawatan dan dukungan yang komprehensif bagi ODHA untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka TIM
HIV RSIA Sammarie Basra perlu menyusun pedoman pelayanan terkait dengan Pelayanan
HIV AIDS.
BAB II
LATAR BELAKANG
TUJUAN
A. Tujuan Umum
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan HIV di RSIA Sammarie Basra yaitu untuk ikut
berperan aktif dalam mendukung program pemerintah untuk melaksanakan
penanggulangan HIV/AIDS sesuai sesuai standar pelayanan bagi ODHA dan
satelitnya.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan fungsi pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT).
2. Meningkatkan fungsi pelayanan Antiretroviral Therapy (ART) atau bekerja sama
dengan rumah sakit yang ditunjuk.
3. Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO).
4. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan factor risiko Injection Drug
Use (IDU).
5. Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang yang meliputi pelayanan gizi,
laboratorium dan radiologi, pencatatan dan pelaporan.
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
1. Pasien yang sesuai kriteria dan telah mendaftar diarahkan ke poliklinik atau IGD
untuk mendapatkan skrining dan konseling sebelum tes.
2. Menghubungi dan membuat permintaan pemeriksaan kepada petugas laboratorium.
3. Mengarahkan pasien ke laboratorium untuk pengambilan sampel guna pengecekan
HIV.
4. Setelah dilakukan pengambilan sampel darah, pasien akan menunggu hasil.
5. Setelah hasil keluar, menginfokan kepada pasien untuk datang ke poliklinik atau IGD
untuk melakukan konseling hasil pemeriksaan.
6. Memberikan informasi dan edukasi terkait hasil pemeriksaan HIV kepada pasien.
7. Bila hasil positif, laporkan ke tim HIV dan dokter umum/DPJP terkait alur rujukan
pasien untuk tatalaksana lanjutan.
8. Koordinasi pencatatan dan pelaporan antara petugas laboratorium, rekam medis,
perawat atau dokter bila diperlukan.
VI
SASARAN
JADWAL KEGIATAN
BAB VIII
A. Kegiatan Evaluasi
Evaluasi
B. Pelaporan
Pelaporan dilakukan menggunakan website SIHA dan dilakukan pencatatan setiap
bulan dan setiap 3 bulan. s