PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standart profesi yang telah
ditetapkan.
Dengan meningkatnya jumlah kasus HIV khususnya pada kelompok
pengguna napza suntik (penasun/IDU = Injecting Drug User), pekerja seks
(Sex Worker) dan pasangan, serta waria di beberapa tempat di Kabupaten
Jember, maka kemungkinan terjadinya resiko penyebaran infeksi HIV ke
masyarakat umum tidak dapat diabaikan. Kebanyakan dari mereka yang
beresiko tertular HIV tidak mengetahui akan status HIV mereka, apakah
sudah terinfeksi atau belum.
Dari data yang ada (detiknews. Kamis, 01Desember 2016, 15:44WIB )
jumlah penderita ODHA di Jawa Timur sejak 1989 hingga September 2016
mencapai 54.275 jiwa. Dari jumlah tersebut, yang mengidap HIV mencapai
36.881 jiwa, sedangkan yang divonis AIDS sebanyak 17.394 jiwa. Dan data
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) mencatat jumlah penderita HIV/AIDS di
wilayah Jember mencapai 2.745 jiwa hingga Septeber 2016.
Melihat tingginya prevalensi di atas masalah HIV/AIDS saat ini bukan
hanya masalah kesehatan dari penyakit menular semata, tetapi sudah
menjadi maslah kesehatan masyarakat yang sangat luas. Oleh karena itu
penanganan tidak hanya dari segi medis tetapi juga dari psikososial dengan
berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Salah satunya adalah deteksi dini dengan cara
tes sukarela yang dikenal dengan istilah VCT (VOLUNTARY COUNSELLING
AND TESTING) dan juga melakukan kegiatan di masyarakat seperti Testing
HIV ditempat umum, posyandu dan pada faktor risiko, melakukan kunjungan
rumah kepada ODHA yang telah LFU dan juga melakukan penyuluhan di
SMP/SMA sederajat di wilayah kerja Puskesmas Kencong. Maka dari itu perlu
dibuat standart pelayanan yang bisa dijadikan pedoman bagi semua pihak
1
yang memberikan pelayanan upaya kesehata masyarakat tentang pelayanan
HIV/AIDS di Puskesmas Nogosari.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
a. Memberikan wawasan dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian
kepada masyarakat/ siswa sekolah tentang isu HIV/AIDS.
b. Menghilangkan stigma dan deskriminasi terhadap ODHA.
c. Mendeteksi dini kasus HIV/AIDS di masyarakat.
d. ODHA lebih teratur lagi untuk minum obat ARV.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan Upaya Kesehatan
Masyarakat tentang HIV/AIDS.
b. Meningkatkan pemahaman dalam pencegahan dan penangggulangan
HIV/AIDS.
c. Meningkatkan kebersamaan dari seluruh pemangku kepentingan untuk
melakukan percepatan pencapaian program HIV/AIDS dan PIMS.
d. Meningkatkan kepedulian Masyarakat dan/atau siswa untuk
memahami pentingnya melakukan tes HIV dan pengobata ARV bagi
ODHA secara dini.
e. Untuk mengurangi resiko penularan HIV, menghambat perburukan
infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV dan
menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi.
D. Batasan Operasional
1. HIV/AIDS
HIV(Human Immuno-deficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan
AIDS.
2
AIDS(Acquired Immuno Deficiency Sydrome) adalah suatu gejala
berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang.
2. PENYULUHAN
Pendidikan non-formal kepada individu atau masyarakat yang dilakukan
secara sistematik, terencana dan terarah dalam usaha perubahan perilaku
yang berkelanjutan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan
dan perbaikan kesejahteraan.
3. PEMERIKSAAN HIV
Pemeriksaan terhadap antibodi yang terbuka akibat masuknya virus HIV
ke dalam tubuh, atau pemeriksaan antigen yang mendeteksi adanya virus
itu sendiri atau komponennya.
4. MANAGER KASUS
Petugas penanganan kasus yang berasal dari tenaga medis atau non
medis yang telah mengikuti pelatihan managemen kasus
5. ODHA (orang yang hidup dengan HIV/AIDS)
Orang yang tubuhnya telah terinfeksi virus HIV/AIDS
6. PERAWATAN DAN DUKUNGAN
Layanan komprehensif yang disediakan untuk ODHA dan keluarganya.
Termasuk dalam konseling lanjutan, perawatan, terapi dan pecegahan
oportinistik, dukungan sosioekonomi danperawatan di rumah
7. PERIODE JENDELA.
Suatu periode atau masa sejak orang terinfeksi HIV sampai badan orang
tersebut membentuk antibodi melawan HIV yang cukup untuk dapat
dideteksi dengan pemeriksaan ritun tes HIV.
8. INFOMED CONSENT
Persetujuan yang diberikan oleh orang dewasa yang secara kognisi dapat
mengambil keputusan dengan sadar untuk melaksanakan prosedur (tes
HIV, operasi,tindakan medik lainnya)bagi dirinya atau atas spesimen yang
berasal dari dirinya. Juga persetujuan memberikan informasi tetntang
dirinya untuk suatu keperluan penelitian.
9. PMTCT (Prevention of Mother-To-Child Transmission)
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada anak yang akan atau sedang
atau sudah dilahirkan. Layanan PMTCT bertujuan mencegah penularan
HIV dari ibu kepada anak.
10. PASIEN TB
Pasien yang terinfeksi oleh bakteri tuberkulosa. TB seering merupakan
infeksi yang menumpang pada mereka yang telah terinfeksi HIV.
3
11. FAKTOR RESIKO
Klien yang beresiko untuk menularkan dan tertular oleh virus HIV. Klien
yang termasuk dari faktor resiko adalah pengguna napza suntik
(penasun/IDU = Injecting Drug User), pekerja seks (Sex Worker) dan
pasangan, waria, gay/LSL, ibu hamil, pasien TB, pasien dengan IMS,
pasien dengan hepatitis dan pasien dengan diabetes.
12. ARV (Anti Retroviral Virus)
Obat yang dapat mencegah virus HIV semakin banyak
G. Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013
tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2014
tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral
5. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
6. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
4
BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM di Program P2-HIV
5
5. Petugas Memiliki keahlian Perawat/Bidan Yang sudah
Administrasi di bidang mengenal
administrasi, ruang lingkup
pelatihan RR PDP pelayanan
VCT
6. Petugas kamar Pelatihan tentang apoteker
obat pengobatan ARV
B. Distribusi Ketenagaan
Di Program P2-HIV terdapat 3 orang petugas yaitu:
1. Penanggung Jawab Program P2-HIV : Izzah Nurlaeli
2. Pelaksana : Izzah Nurlaeli
3. Konselor :
4. Petugas Laboratorium : Putri sulistyaningrum
5. Administrasi/Petugas RR : Izzah Nurlaeli
6. Manajer Kasus : Izzah Nurlaeli
6
C. Jadwal Kegiatan Program P2-HIV
1. Jadwal kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di SMP/sederajat dan
SMA/sederajat menyesuaikan dengan kegiatan Program UKS.
2. Jadwal kegiatan testing HIV/AIDS dilakukan setiap bulan dalam waktu 1
tahun.
3. Jadwal Kunjungan dan/atau pendampingan ODHA dilakukan setiap bulan
dalam waktu 1 tahun.
7
BAB III
STANDART FASILITAS
A. Denah Ruangan
Mengesuaikan kondisi di lapangan, tetapi lenih baiknya ada tempat
penyuluhan, konseling, pemeriksaan yang terpisah-pisah.
B. Standart Fasilitas
a. Fasilitas dan Sarana untuk kegiatan penyuluhan dan testing HIV/AIDS
1. Tempat untuk melakukan penyuluhan HIV/AIDS.
2. Tempat tersendiri untuk Pengambilan Darah
Peralatan yang ada di ruang pengambilan darah dan laboratorium:
a. Jarum dan semprit steril
b. Tabung dan botol tempat penyimpanan darah
c. Stiker kode
d. Kapas alkohol
e. Cairan handsanitezer
f. Sarung tangan karet
g. Apron plastik
h. Cairan antiseptik
i. Tempat sampah medis
j. Reagen untuk testing dan peralatannya
k. Buku-buku register
b. Peralatan
Peralatan yang harus dibawa saat kegiatan di masyarakat, banyak berupa
media untuk tindakan konseling kepada klien yaitu:
1. Lembar balik HIV/AIDS dan IMS
2. Leaflet
3. Form testing HIV/AIDS
4. Brosur yang berisi bahan penegtahuan tentang HIV/AIDS, IMS, KB,
ANC, TB, hepatitis, penyalahgunaan NAPZA, perilaku sehat, nutrisi,
pencegahan penularan dan seks aman.
5. Lembar balik pengobatan HIV/AIDS
6. Timbangan dan tensi.
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
9
Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak
terinfeksi HIV dan menyiapkan mental klien dengan status HIV
Melakukan penilaian sistem dukungan
Klien memberi persetujuan tertulis sebelum melakukan tindakan
testing HIV/AIDS
2. Informed Concent
a. Semua klien sebelum menjalani testing HIV harus memberikan
persetujuan tertulis tujuannya adalah:
1. Tidak ada paksaan terhadap klien untuk melakukan testing HIV
setelah dilakukan kegiatan konseling pra testing.
2. Klien dalam kondisi sadar dalam melakukan tindakan testing
karena kemampuannya memahami apa itu HIV/AIDS
b. Batasan untuk dapat menyatakan persetujuan testing HIV
Batasan umur yang bisa memberikan persetujuan yakni umur 12
tahun. Secara hukum untuk anak laki-laki umur 19 tahun dan
perempuan umur 16 tahun atau pernah menikah.
3. Testing HIV dalam VCT
Prinsip testing HIV adalah sukarela dan terjaga kerahasiaannya.
Testing yang digunakan adalah testing seroligis untuk mendeteksi
antibodi HIV dalam serum atau plasma. Di Puskesmas Kencong
menggunakan spesimen adalah darah klien yang diambil sevara
intravena, plasma atau serum. Penggunaan metode testing cepat
(rapid testing) memungkinkan klien mendapatkan hasil testing pada
hari yang sama.
10
BAGAN ALUR TESTING HIV
11
e. Konfisensialitas
Persetujuan untuk mengungkapkan status HIV seorang individu
kepada pihak ketiga seperti institusi rujukan, petugas kesehatan yang
secara tidak langsung melakukan perawatan kepada klien VCT dan
etika Pemberitahuan kepada pasangan
3. Kunjungan/Pendampingan ODHA
Kunjungan/Pendampinga ODHA dilakukan pada ODHA yang sudah
mengetahui status HIV dan siap untuk melakukan pengobatan, serta pada
ODHA yang sudah melakukan pengobatan tetapi pasien tidak rutin minum
obat dan sudah tidak ambil obat minimal 3 bulan.
a. Petugas yang bertanggung jawab
Petugas manager kasus
b. Alur Kegiatan
Petugas manager kasus bertanya ke petugas RR apakah ada ODHA
yang perlu didampingi bila ada Petugas manager kasus meminta data
pasien berupa nama pasien, alamat rumah, dan nomor hp pasien.
Manager kasus bisa menghubungi pasien lebih dahulu dan bila tidak
ada respon petugas bisa mengunjungi ke rumah pasien. Bila petugas
manager kasus sudah berkunjun ke ODHA yang LFU dan pasien
tersebut bersedia untuk berobat lagi maka petugas manager kasus
bisa mengantar pasien tersebut ke layanan PDP
12
BAB V
LOGISTIK
13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil
Sistem tersebut meliputi:
2. Asesmen risiko
3. Indentifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
4. Pelaporan dan analisis insiden
5. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut
6. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. Tujuan
1. Menciptakan budaya keselamatan pasien
2. Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD)
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)
14
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)
Adalah kejadian yang mengakibatkan cidera akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil keputusan suatu tindakan yang seharusnya diambil dan bukan
karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
KEJADIAN SENTINEL
Adalah suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cidera
yang serius.
C. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter puskesmas
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global, ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.
Setiap 37 hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000
penduduk berusia 15-40 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru
25% terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
16
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi
2. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai risiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan
tempat kerjanya, untuk meghindarai paparan tersebut setiap petugas
harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”
C. Tindakan beresiko terpajan
1. Cuci tsngsn ysng kursng benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangnan peralatan tajam secara tidak aman
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
D. Prinsip keselamatan kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan
dan sterilisasi peralatan ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu:
1. Mencuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung
3. Pengelolahan alat bekas pakai
4. Pengelolahan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. pengelolahan limbah dan sanitasi ruangan
17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
18
BAB IX
PENUTUP
19