Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standart profesi yang telah
ditetapkan.
Dengan meningkatnya jumlah kasus HIV khususnya pada kelompok
pengguna napza suntik (penasun/IDU = Injecting Drug User), pekerja seks
(Sex Worker) dan pasangan, serta waria di beberapa tempat di Kabupaten
Jember, maka kemungkinan terjadinya resiko penyebaran infeksi HIV ke
masyarakat umum tidak dapat diabaikan. Kebanyakan dari mereka yang
beresiko tertular HIV tidak mengetahui akan status HIV mereka, apakah
sudah terinfeksi atau belum.
Dari data yang ada (detiknews. Kamis, 01Desember 2016, 15:44WIB )
jumlah penderita ODHA di Jawa Timur sejak 1989 hingga September 2016
mencapai 54.275 jiwa. Dari jumlah tersebut, yang mengidap HIV mencapai
36.881 jiwa, sedangkan yang divonis AIDS sebanyak 17.394 jiwa. Dan data
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) mencatat jumlah penderita HIV/AIDS di
wilayah Jember mencapai 2.745 jiwa hingga Septeber 2016.
Melihat tingginya prevalensi di atas masalah HIV/AIDS saat ini bukan
hanya masalah kesehatan dari penyakit menular semata, tetapi sudah
menjadi maslah kesehatan masyarakat yang sangat luas. Oleh karena itu
penanganan tidak hanya dari segi medis tetapi juga dari psikososial dengan
berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Salah satunya adalah deteksi dini dengan cara
tes sukarela yang dikenal dengan istilah VCT (VOLUNTARY COUNSELLING
AND TESTING) dan juga melakukan kegiatan di masyarakat seperti Testing
HIV ditempat umum, posyandu dan pada faktor risiko, melakukan kunjungan
rumah kepada ODHA yang telah LFU dan juga melakukan penyuluhan di
SMP/SMA sederajat di wilayah kerja Puskesmas Kencong. Maka dari itu perlu
dibuat standart pelayanan yang bisa dijadikan pedoman bagi semua pihak

1
yang memberikan pelayanan upaya kesehata masyarakat tentang pelayanan
HIV/AIDS di Puskesmas Nogosari.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
a. Memberikan wawasan dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian
kepada masyarakat/ siswa sekolah tentang isu HIV/AIDS.
b. Menghilangkan stigma dan deskriminasi terhadap ODHA.
c. Mendeteksi dini kasus HIV/AIDS di masyarakat.
d. ODHA lebih teratur lagi untuk minum obat ARV.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan Upaya Kesehatan
Masyarakat tentang HIV/AIDS.
b. Meningkatkan pemahaman dalam pencegahan dan penangggulangan
HIV/AIDS.
c. Meningkatkan kebersamaan dari seluruh pemangku kepentingan untuk
melakukan percepatan pencapaian program HIV/AIDS dan PIMS.
d. Meningkatkan kepedulian Masyarakat dan/atau siswa untuk
memahami pentingnya melakukan tes HIV dan pengobata ARV bagi
ODHA secara dini.
e. Untuk mengurangi resiko penularan HIV, menghambat perburukan
infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV dan
menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


a. Ruang lingkup pelayanan UKM HIV/AIDS meliputi:
1. Kelompok masyarakat seperti PS (Pekerja Seksual), Waria, pengguna
napza suntik (penasun/IDU = Injecting Drug User), Gay/LSL dan
masyarakat umum termasuk siswa SMP dan SMA sederajat.
2. Perorangan bagi yang merasa beresiko bisa melakukan test VCT (Ibu
hamil, pasien TB, dan pasien IMS).
3. ODHA yang perlu didampingi termasuk pasien ODHA yang LFU.

D. Batasan Operasional
1. HIV/AIDS
HIV(Human Immuno-deficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan
AIDS.

2
AIDS(Acquired Immuno Deficiency Sydrome) adalah suatu gejala
berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang.
2. PENYULUHAN
Pendidikan non-formal kepada individu atau masyarakat yang dilakukan
secara sistematik, terencana dan terarah dalam usaha perubahan perilaku
yang berkelanjutan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan
dan perbaikan kesejahteraan.
3. PEMERIKSAAN HIV
Pemeriksaan terhadap antibodi yang terbuka akibat masuknya virus HIV
ke dalam tubuh, atau pemeriksaan antigen yang mendeteksi adanya virus
itu sendiri atau komponennya.
4. MANAGER KASUS
Petugas penanganan kasus yang berasal dari tenaga medis atau non
medis yang telah mengikuti pelatihan managemen kasus
5. ODHA (orang yang hidup dengan HIV/AIDS)
Orang yang tubuhnya telah terinfeksi virus HIV/AIDS
6. PERAWATAN DAN DUKUNGAN
Layanan komprehensif yang disediakan untuk ODHA dan keluarganya.
Termasuk dalam konseling lanjutan, perawatan, terapi dan pecegahan
oportinistik, dukungan sosioekonomi danperawatan di rumah
7. PERIODE JENDELA.
Suatu periode atau masa sejak orang terinfeksi HIV sampai badan orang
tersebut membentuk antibodi melawan HIV yang cukup untuk dapat
dideteksi dengan pemeriksaan ritun tes HIV.
8. INFOMED CONSENT
Persetujuan yang diberikan oleh orang dewasa yang secara kognisi dapat
mengambil keputusan dengan sadar untuk melaksanakan prosedur (tes
HIV, operasi,tindakan medik lainnya)bagi dirinya atau atas spesimen yang
berasal dari dirinya. Juga persetujuan memberikan informasi tetntang
dirinya untuk suatu keperluan penelitian.
9. PMTCT (Prevention of Mother-To-Child Transmission)
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada anak yang akan atau sedang
atau sudah dilahirkan. Layanan PMTCT bertujuan mencegah penularan
HIV dari ibu kepada anak.
10. PASIEN TB
Pasien yang terinfeksi oleh bakteri tuberkulosa. TB seering merupakan
infeksi yang menumpang pada mereka yang telah terinfeksi HIV.
3
11. FAKTOR RESIKO
Klien yang beresiko untuk menularkan dan tertular oleh virus HIV. Klien
yang termasuk dari faktor resiko adalah pengguna napza suntik
(penasun/IDU = Injecting Drug User), pekerja seks (Sex Worker) dan
pasangan, waria, gay/LSL, ibu hamil, pasien TB, pasien dengan IMS,
pasien dengan hepatitis dan pasien dengan diabetes.
12. ARV (Anti Retroviral Virus)
Obat yang dapat mencegah virus HIV semakin banyak

E. Prinsip Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarkat HIV/AIDS


1. Masyarakat paham tentang HIV/AIDS dan tidak ada stigma di masyarakat.
2. Masyarakat bisa lebih dini mendeteksi adanya virus HIV/AIDS sehingga
penanganan lebih cepat.
3. ODHA lebih aktif dan teratur dalam minum obat dan tidak ada lagi yang
Lost Follow UP.

F. Model Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat HIV/AIDS


1. Penyuluhan HIV/AIDS
2. Kunjungan Rumah

G. Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013
tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2014
tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral
5. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
6. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

4
BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM di Program P2-HIV

No Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan keterangan


Formal
1. Kepala Klinik Memiliki keahlian Dokter Umum Penganggun
dan manajerial dan g jawab di
Penanggung pengembangan Puskesmas
Jawab VCT layanan VCT/CST Kencong
dan penanganan adalah
program Kepala
perawatan. Serta Puskesmas
bertanggung dan/atau
jawab secara dokter
medis dalam Pemegang
penyelenggaraan Program P2
layananVCT/CST
2. Konselor Pelatihan Dokter Umum/ Dokter,
konseling sesuai Perawat pemegang
dengan standart Program P2-
WHO atau lebih HIV
sesuai kebutuhan
3. Petugas Pelatihan Dokter PJ Program
Manajer Kasus Managemen Umum/Perawa P2, bidan
kasus t/ bidan wilayah, dan
petugas VCT
4. Petugas Pelatihan tentang Analis
Laboratorium teknik memproses Kesehatan
testing HIV
dengan cara
ELISA, testing
cepat,
danmengikuti
algoritma testing
yang diadopsi dari
WHO

5
5. Petugas Memiliki keahlian Perawat/Bidan Yang sudah
Administrasi di bidang mengenal
administrasi, ruang lingkup
pelatihan RR PDP pelayanan
VCT
6. Petugas kamar Pelatihan tentang apoteker
obat pengobatan ARV

Semua petugas layanan program P2-HIV bertanggung jawab atas


konfidensialitas klien. Klien akan menandatangani dokumen konfidensialitas
terlebih dahulu yang memuat perlindungan dan kerahasiaan klien.
Pendokumentasian data haru dipersiapkan secara tepat dan cepat agar
memudahkan dalam pelayanan dan rujukan.

B. Distribusi Ketenagaan
Di Program P2-HIV terdapat 3 orang petugas yaitu:
1. Penanggung Jawab Program P2-HIV : Izzah Nurlaeli
2. Pelaksana : Izzah Nurlaeli
3. Konselor :
4. Petugas Laboratorium : Putri sulistyaningrum
5. Administrasi/Petugas RR : Izzah Nurlaeli
6. Manajer Kasus : Izzah Nurlaeli

6
C. Jadwal Kegiatan Program P2-HIV
1. Jadwal kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di SMP/sederajat dan
SMA/sederajat menyesuaikan dengan kegiatan Program UKS.
2. Jadwal kegiatan testing HIV/AIDS dilakukan setiap bulan dalam waktu 1
tahun.
3. Jadwal Kunjungan dan/atau pendampingan ODHA dilakukan setiap bulan
dalam waktu 1 tahun.

7
BAB III
STANDART FASILITAS

A. Denah Ruangan
Mengesuaikan kondisi di lapangan, tetapi lenih baiknya ada tempat
penyuluhan, konseling, pemeriksaan yang terpisah-pisah.
B. Standart Fasilitas
a. Fasilitas dan Sarana untuk kegiatan penyuluhan dan testing HIV/AIDS
1. Tempat untuk melakukan penyuluhan HIV/AIDS.
2. Tempat tersendiri untuk Pengambilan Darah
Peralatan yang ada di ruang pengambilan darah dan laboratorium:
a. Jarum dan semprit steril
b. Tabung dan botol tempat penyimpanan darah
c. Stiker kode
d. Kapas alkohol
e. Cairan handsanitezer
f. Sarung tangan karet
g. Apron plastik
h. Cairan antiseptik
i. Tempat sampah medis
j. Reagen untuk testing dan peralatannya
k. Buku-buku register
b. Peralatan
Peralatan yang harus dibawa saat kegiatan di masyarakat, banyak berupa
media untuk tindakan konseling kepada klien yaitu:
1. Lembar balik HIV/AIDS dan IMS
2. Leaflet
3. Form testing HIV/AIDS
4. Brosur yang berisi bahan penegtahuan tentang HIV/AIDS, IMS, KB,
ANC, TB, hepatitis, penyalahgunaan NAPZA, perilaku sehat, nutrisi,
pencegahan penularan dan seks aman.
5. Lembar balik pengobatan HIV/AIDS
6. Timbangan dan tensi.

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat P2-HIV


1. Kegiatan Penyuluhan SMP/sederajat dan SMA/sederajat
PJ program P2-HIV berkoordinasi dengan PJ program UKS dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh PJ
program UKS.
2. Mobile VCT/testing HIV
Layanan ini diawali dengan survey atau penelitian atas kelompok
masyarakat di wilayah tersebut dan survey tentang layanan kesehatan
dan layanan dukungan lainnya di daerah setempat.
a. Petugas yang bertanggung jawab
1. LSM
2. layanan kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran
b. Alur pendaftaran
Pendaftaran langsung dilakukan oleh petugas LSM atau layanan
kesehatan yang bertindak sebagai tenaga administrasi ketika kegiatan
mobile VCT, pendaftaran dilakukan setelah kegiatan konseling Pra
Tes.
c. Alur Pelayanan
1. Konseling Pra Testing
Tahapan Penatalaksanaa
a. Penerimaan Klien
 Informasikan kepada klien tentang pelayanan tanpa nama
 Jelaskan prosedur VCT
 Buat catatan rekam medis klien dan pastikan setiap klien
mempunyai nomor kodenya sendiri
b. Konseling pra Testing HIV/AIDS
 Periksa ulang nomor kode klien dalam formulir
 Perkenalan dan arahan
 Membangun kepercayaan klien pada konselor yang merupakan
dasar utama bagi terjaganya kerahasiaan
 Alasan kunjungan dan klarifikasi tentang fakta dan mitos tentang
HIV/AIDS
 Penilaian resiko untuk membantu klien mengetahui faktor resiko
dan meyiapkan diri untuk pemeriksaan darah

9
 Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak
terinfeksi HIV dan menyiapkan mental klien dengan status HIV
 Melakukan penilaian sistem dukungan
 Klien memberi persetujuan tertulis sebelum melakukan tindakan
testing HIV/AIDS
2. Informed Concent
a. Semua klien sebelum menjalani testing HIV harus memberikan
persetujuan tertulis tujuannya adalah:
1. Tidak ada paksaan terhadap klien untuk melakukan testing HIV
setelah dilakukan kegiatan konseling pra testing.
2. Klien dalam kondisi sadar dalam melakukan tindakan testing
karena kemampuannya memahami apa itu HIV/AIDS
b. Batasan untuk dapat menyatakan persetujuan testing HIV
Batasan umur yang bisa memberikan persetujuan yakni umur 12
tahun. Secara hukum untuk anak laki-laki umur 19 tahun dan
perempuan umur 16 tahun atau pernah menikah.
3. Testing HIV dalam VCT
Prinsip testing HIV adalah sukarela dan terjaga kerahasiaannya.
Testing yang digunakan adalah testing seroligis untuk mendeteksi
antibodi HIV dalam serum atau plasma. Di Puskesmas Kencong
menggunakan spesimen adalah darah klien yang diambil sevara
intravena, plasma atau serum. Penggunaan metode testing cepat
(rapid testing) memungkinkan klien mendapatkan hasil testing pada
hari yang sama.

10
BAGAN ALUR TESTING HIV

4. Konseling Pasca Testing


a. Penerimaan pasien
b. Pedoman penyampaian hasil testing negatif
 Periksa kemunginan terpapar dalam masa jendela
c. Pedoman penyampaian hasil testing positif
 Pastikan klien menerima hasil
 Tekankan kerahasian klien
 Lakukan secara jelas dan langsung
 Sedikan waktu untuk klien menyerap informasi
d. Diskusi dan tanya jawab seputar tindakan yang dilakukan ketika hasil
testing positif

11
e. Konfisensialitas
Persetujuan untuk mengungkapkan status HIV seorang individu
kepada pihak ketiga seperti institusi rujukan, petugas kesehatan yang
secara tidak langsung melakukan perawatan kepada klien VCT dan
etika Pemberitahuan kepada pasangan
3. Kunjungan/Pendampingan ODHA
Kunjungan/Pendampinga ODHA dilakukan pada ODHA yang sudah
mengetahui status HIV dan siap untuk melakukan pengobatan, serta pada
ODHA yang sudah melakukan pengobatan tetapi pasien tidak rutin minum
obat dan sudah tidak ambil obat minimal 3 bulan.
a. Petugas yang bertanggung jawab
Petugas manager kasus
b. Alur Kegiatan
Petugas manager kasus bertanya ke petugas RR apakah ada ODHA
yang perlu didampingi bila ada Petugas manager kasus meminta data
pasien berupa nama pasien, alamat rumah, dan nomor hp pasien.
Manager kasus bisa menghubungi pasien lebih dahulu dan bila tidak
ada respon petugas bisa mengunjungi ke rumah pasien. Bila petugas
manager kasus sudah berkunjun ke ODHA yang LFU dan pasien
tersebut bersedia untuk berobat lagi maka petugas manager kasus
bisa mengantar pasien tersebut ke layanan PDP

12
BAB V
LOGISTIK

Logistik Program P2-HIV meliputi


1. Barang habis pakai (BHP)
2. Alat Rumah Tangga

Mekanisme permintaan barang habis pakai


 Permintaan alat habi pakai dilakukan pada jam kerja (07.30 WIB s/d
14.00 WIB)
 Permintaan obat langsung dilakukan di kamar obat

Mekanisme permintaan alat tulis kantor


 Permintaan barang ATK dan ART diajukan setiap kali kebuutuhan
habis
 Permintaan keudian diajukan ke bendahara barang

13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil
Sistem tersebut meliputi:
2. Asesmen risiko
3. Indentifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
4. Pelaporan dan analisis insiden
5. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut
6. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh :


1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
1. Menciptakan budaya keselamatan pasien
2. Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD)
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)

STANDART KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang hal-hal yang berhubungan dengan keselamat pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci keselamatan bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

14
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)
Adalah kejadian yang mengakibatkan cidera akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil keputusan suatu tindakan yang seharusnya diambil dan bukan
karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.

KEJADIAN NYARIS CIDERA (KNC)


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil, yang dapat menciderai pasien.

KEJADIAN SENTINEL
Adalah suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cidera
yang serius.

C. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter puskesmas
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global, ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.
Setiap 37 hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000
penduduk berusia 15-40 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru
25% terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan


kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat
masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk
migran. Sementara potensi penularan di masyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan
kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama jarum suntik narkoba, tato dsb).

Penyakit Hepatitis B dan C potensial untuk menularkan melalui tindakan


pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar
2,08%, pada 1998 angka kesakitan Hepatitis C di masyarakat menurut
WHO adalah 2,01%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara
klinis karena tidak meberikan gejala. Dengan munculnya penyebaran
penyakit tersebut di atas memperkuat keinginan untuk mengembangkan
dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi

Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Kewaspadaan


Umum”, tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan
melakukan kontak langsung dengan pasien dlam waktu 24 jam secara
terus-menerus tentunya mempunyai risiko terpajan infeksi, oleh sebab itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dari risiko
tertulr penyakit.

16
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi
2. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai risiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan
tempat kerjanya, untuk meghindarai paparan tersebut setiap petugas
harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”
C. Tindakan beresiko terpajan
1. Cuci tsngsn ysng kursng benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangnan peralatan tajam secara tidak aman
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
D. Prinsip keselamatan kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan
dan sterilisasi peralatan ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu:
1. Mencuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung
3. Pengelolahan alat bekas pakai
4. Pengelolahan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. pengelolahan limbah dan sanitasi ruangan

17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Program P2-HIV Puskesmas Kencong:


a. target pelaporan PKP terpenuhi.
b. Target pelaporan SPM terpenuhi
c. Target Pemeriksaan test HIV pada ibu hamil, pasien TB dan IMS 100%
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan form PKP tahunan, form
SPM dan laporan bulanan dari SIHA, yang diaudit oleh Tim mutu.

18
BAB IX
PENUTUP

Kemajuan suatu perkembangan hampir selalu diikuti dengan kemajuan


teknologi. Hal yang positif ini mau tidak mau akan menimbulkan suatu masalah baru
yang lazim disebut accident. Dan seiring perkembangan masalah tersebut banyak
solusi yang didapat. Salah satunya dalam kegiatan Program P2-HIV sudah banyak
masyarakat dan para siswa yang paham tentang masalah HIV/AIDS, dan stigma
sudah mulai menurun.
Selain itu dengan adanya terapi ART yang diharapkan bisa menurunkan
angka kesakitan pasien dengan HIV/AIDS dan bisa meningkatkan kualitas hidup
ODHA sehingga ODHA juga memiliki kesempatan untuk melakukan hidup normal.
Program P2-HIV adalah salah satu program UKM di Puskesmas Kencong
yang melakukan kegiatan Penyuluhan di sekolah SMP/sederajat dan SMA/sederajat
dan skrining awal pada pasien-pasien yang dianggap berisiko HIV/AIDS. Dan
dengan adanya kegiatan itu maka masyarakat dan siswa lebih pahan dan stigma
juga sudah mulai berkurang serta pasien yang terinfeksi virus HIV bisa tertangani
dengan cepat dan bisa langsung mengakses obat ARV. Dan untuk pasien yang Lost
Follow Up bisa segera diketahui masalah yang menyebabkan pasien tersebut tidak
bisa ambil obat. Oleh karena itu diperlukan adanya pedoman internal Program P2-
HIV sebagai panduan dalam melakukan kegiatan Program P2-HIV Puskesmas
Kencong.
Dalam pembuatan pedoman internal Program P2-HIV ini kami menyadari
bahwa jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran untuk perbaikan merupakan sesuatu yang sangat berguna dalam
meningkatkan isi dari pedoman ini.

19

Anda mungkin juga menyukai