Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM KERJA

VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING)

RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA SUNGAILIAT

TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

Konseling dan Tes Sukarela HIV (Voluntary Counseling and Testing) adalah
suatu proses konseling yang dilakukan oleh konselor terlatih dan bertujuan
membantu klien memecahkan masalahnya terkait dengan isu seputar HIV-
AIDS.

a. Pengertian
1. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang
menyerangan system kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan
AIDS.
2. AIDS atau Aqcuired Immune Deficiency Syndrome adalah kumpulan
dari gejala penyakit akibat berkurangnya kemampuan pertahanan diri
yang disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh virus HIV.
3. Masa jendela (window period) adalah masa antara mulai terinfeksi
(masuk) HIV hingga terbentuknya antibodi HIV yang dapat dideteksi
melalui pemeriksaan laboratorium sekitar 2 minggu.

b. Prisip Penularan HIV


1. Exit (keluar) : virus keluar dari dalam tubuh orang dengan HIV
2. Survive (bertahan) : virus harus tetap bertahan hidup setelah keluar
3. Sufficient (cukup) : jumlah virus harus cukup untuk menginfeksi
4. Enter (masuk) : virus masuk ke tubuh orang melalui aliran darah

c. Cara Penularan HIV


Penularan HIV terjadi melalui kontak seksual, darah dan produk darah,
dan ibu HIV ke anak.
1. Seksual
Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah cara paling
dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan
seksual dapat terjadi selama sanggama laki-laki dengan perempuan
atau laki-laki dengan laki-laki. Sanggama berarti kontak seksual
dengan penetrasi vaginal, anal, oral seksual antara dua individu.
Risiko tertingi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tidak terlindungi
dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung (mulut ke
penis atau mulut ke vagina) masuk dalam kategori risiko rendah
tertular HIV. Tingkat risiko tergantung pada jumlah virus yang keluar
dan masuk ke dalam tubuh seseorang, seperti pada luka sayat/gores
pada mulut, perdarahan gusi atau penyakit gigi mulut atau pada alat
genital.
2. Pajanan oleh darah terinfeksi, produk darah atau transplantasi organ
dan jaringan.
Penularan dari darah dapat terjadi jika donor tidak dilakukan uji saring
untuk antibodi HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan,
atau penggunaan alat medik lainnya. Kejadian diatas dapat terjadi
pada semua pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, poliklinik,
pengobatan tradisional melalui alat tusuk/jarum, juga pada IDU.
Pajanan HIV pada organ dapat terjadi dalam proses transplantasi
jaringan/organ di pelayanan kesehatan.
3. Penularan dari ibu ke anak
Penularan HIV dari ibu ke bayinya pada umumnya terjadi pada saat
persalinan ketika kemungkinan terjadi percampuran darah ibu dan
lendir ibu dengan bayi. Tetapi sebagian besar bayi dari ibu HIV positif
tidak tertular HIV. Jika tidak dilakukan intervensi terhadap ibu hamil
HIV positif, risiko penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar antara 25-45
persen. Di negara-negara maju risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
telah turun menjadi hanya sekitar 1-2 persen sehubungan dengan
majunya tindakan intervensi bagi ibu hamil HIV positif, yaitu layanan
konseling dan tes HIV, pemberian obat antiretroviral, persalinan seksio
cesarea dam pemberian susu formula untuk bayi.
Di negara-negara berkembang dimana intervensi pencegahan
penularan HIV dari ibu ke bayi umumnya belum berjalan dan tersedia
dengan baik, antara 25-45 persen ibu hamil HIV positif menularkan
HIV ke bayinya selama masa kehamilan, ketika persalinan, atau
setelah kelahiran melalui pemberian air susu ibu.

d. Bagaimana HIV tidak ditularkan


Perlu dicatat bahwa HIV tidak ditularkan dari orang ke orang melalui
bersalaman, berpelukan, bersentuhan atau berciuman. Tidak ada data
bahwa HIV dapat ditularkan melalui penggunaaan toilet, kolam renang,
penggunaan alat makan atau minum secara bersama atau gigitan
serangga seperti nyamuk.

e. Pencegahan HIV
Pencegahan terhadap infeksi HIV dapat dilakukan menggunakan pilihan-
pilihan utama sebagai berikut:
1. A (Abstinence) : Tidak melakukan hubungan seks.
2. B (Be faithful) : Saling setia pada satu pasangan.
3. C (Condom) : Selalu menggunakan kondom setiap kali
melakukan hubungan
seksual.
4. D (Drugs) : No drugs, atau bila seorang masih tetap menyuntik
napza, ia harus memakai alat suntik baru atau membersihkan alat
suntik bekas pakai.
BAB II
Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan dan


penanggulangan penyakit HIV / AIDS yang dilaksanakan secara terpadu,
terkoordinasi dan mencapai hasil yang maksimal antara Rumah Sakit Medika
Stannia dan Dinas Kesehatan dimana terdapat kunjungan pasien HIV / AIDS
atau pasien dengan tanda dan gejala terinfeksi HIV, maka dipandang perlu
berdirinya klinik VCT di Rumah Sakit Medika Stannia guna memberi
pelayanan konseling dan tes sukarela HIV.

I. Tujuan
1. Umum : Rumah Sakit Medika Stannia mampu melaksanakan pelayanan
VCT secara menyeluruh untuk pasien atau klien yang berkunjung ke
Rumah Sakit Sungailiat serta semua tenaga kesehatan yang ada di
Rumah Sakit Medika Stannia.
2. Khusus :
 Tercapainya penemuan kasus pasien yang terinfeksi HIV dan
mendapat konseling.
 Tercapainya wawasan bahwa pemeriksaan tes HIV dilakukan
dengan sukarela.
 Tercapainya wawasan bahwa pengetahuan tentang HIV merata
mengena ke semua tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit
Medika Stannia.
 Tercapainya dukungan semua pihak guna penanggulangan HIV di
Rumah Sakit Medika Stannia.
 Tercapainya penyediaan dukungan bagi penderita HIV, mendapat
penanganan pengobatan, dan dukungan pelayanan penunjang
lainnya.
 Tercapainya ketersediaan pelayanan lanjutan dan
penatalaksanaan ARV lewat sistem rujukan.

II. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan


Kegiatan pokok : memberikan konseling VCT pada pasien atau klien pre
atau pasca tes HIV oleh petugas VCT setelah mendapat informasi dari unit
terkait yang dilakukan di klinik VCT atau di ruangan perawatan.
Rincian kegiatan :
1. Membentuk Tim pokja HIV/AIDS.
2. Membuat dan menyusun alur pelayanan pasien HIV / AIDS.
3. Membuat dan menyusun SPO, instruksi kerja, dan standar pelayanan
minimal.
4. Menyiapkan sarana, prasarana, dan fasilitas yang sesuai dengan
pedoman.
5. Menyiapkan tenaga kesehatan yang terdiri : dokter umum, dokter
spesialis, perawat, apoteker, analisa laboratorium, konselor, dan rekam
medis.
6. Sosialisasi program VCT ke Tim HIV yang dibentuk.
7. Membuat program in house training untuk Tim HIV dan tenaga medis.
8. Membuat laporan bulanan penemuan pasien HIV dan dikirim ke Dinkes .

III. Cara melaksanakan kegiatan


1. Membentuk Tim pokja HIV/AIDS sesuai dengan SK Direktur RSBT
nomor:15/SK.0000/XII/2012.
2. Setelah pokja terbentuk maka Tim pokja membuat alur pelaksanaan
kegiatan VCT , menyusun SPO, menyiapkan sarana dan prasarana.
3. Sosialisasi program VCT ke Tim VCT dan ke semua unit terkait.
4. Rapat rutin per 3 bulan guna membahas kendala atau masalah di dalam
berjalanannya proses pelayanan.
5. Guna kelengkapan sarana reagent pemeriksaan di laboratorium RS Bakti
Timah masih mengusahakan pengadaan reagent secara mandiri,
kedepan klinik VCT bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota
Sungailiat untuk ketersediaan reagent pemeriksaan HIV.
6. Kolaborasi dengan unit terkait demi tercapainya pelayanan yang
semaksimal mungkin.
7. Bekerjasama dengan Rumah Sakit Pemerintah sebagai rujukan ARV
guna klien mendapatkan pelayanan pengobatan yang adekuat.
8. Membuat laporan penemuan HIV baru dengan menggunakan format
pelayanan VCT dan dilaporkan ke Dinkes Kota Sungailiat.

IV. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah seluruh petugas yang terlibat dalam Tim Pokja HIV
dan seluruh unit terkait yang ada di Rumah Sakit Medika Stannia, mulai dari
pihak managemen, dokter, perawat, petugas pencatat pelaporan, petugas
laboratorium, farmasi, rekam medis, dll. Dan semua Ka.Bid masing-masing
unit masuk dalam anggota TIM VCT.

V. Skedul (jadwal) pelaksanaan


 terlampir

TAHUN 2017
IMPLEMENTASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
MENYUSUN POKJA HIV
MENYUSUN ALUR, SPO
MENSOSIALISASIKAN V V V V
PROGRAM
IMPLEMENTASI V V V V
PELAKSANAAN HIV/AIDS
MELALUI KLINIK VCT
RAPAT RUTIN V V V V
PENCATATAN V V V V
PELAPORAN

VI. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


 Terlampir
VII. Pencatatan, pelaporan, dan evaluasi kegiatan
 terlampir

Anda mungkin juga menyukai