TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang telah
dikaruniakan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Pencegahan Penularan
HIV dari Ibu ke Anak (PPIA / Prevention of Mother-to-Child HIV Transmission /
PMTCT) RS. Medika Stannia Sungailiat ini dapat selesai disusun.
Buku Pedoman PPIA di RS. Medika Stannia Sungailiat ini disusun untuk lebih
memantapkan upaya penanggulangan HIV/AIDS, keselamatan pasien, keselamatan
kerja, serta meningkatkan mutu pelayanan.
Dalam buku pedoman ini diuraikan Standar Ketenagaan, Standar Fasilitas,
Tatalaksana Pelayanan Terapi Antiretroviral (ARV), Logistik, Keselamatan Pasien,
Keselamatan Kerja, dan Pengendalian Mutu.
Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Terapi
Antiretroviral (ARV) di RS. Medika Stannia Sungailiat.
Penyusun
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Denah Ruangan Pelayanan terapi ARV di RSMS Sungailiat ........ 6
Gambar 4.1. Alur proses ibu hamil menjalani kegiatan PRONG 3 dan 4 dalam PPIA
.............................................................................................................................. 11
DAFTAR TABEL
1.4. Batasan
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke
dalam tubuh seseorang.
Anti Retroviral Therapy (ART) adalah sejenis obat untuk menghambat kecepatan
replikasi virus dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Obat diberikan
kepada ODHA yang memerlukan berdasarkan beberapa kriteria klinis, juga
dalam rangka Prevention of Mother To Child Transmission (PMTCT).
Human Immuno-deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS.
Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah orang yang tubuhnya telah
terinfeksi virus HIV/AIDS.
Perawatan dan dukungan adalah layanan komprehensif yang disediakan untuk
ODHA dan keluarganya. Termasuk di dalamnya konseling lanjutan, perawatan,
diagnosis, terapi, dan pencegahan infeksi oportunistik, dukungan sosioekonomi
dan perawatan di rumah.
Persetujuan layanan adalah persetujuan yang dibuat secara sukarela oleh
seseorang untuk mendapatkan layanan.
Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) adalah persetujuan yang diberikan
oleh orang dewasa yang secara kognisi dapat mengambil keputusan dengan
sadar untuk melaksanakan prosedur (tes HIV, operasi, tindakan medik lainnya)
bagi dirinya atau atas spesimen yang berasal dari dirinya. Juga termasuk
persetujuan memberikan informasi tentang dirinya untuk suatu keperluan
penelitian.
BAB III
STANDAR FASILITAS
3.3. Kriteria
Tersedia ruangan khusus pelayanan klien yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan HIV/AIDS di RSMS Sungailiat meliputi kegiatan konseling,
penatalaksanaan, pencatatan dan pelaporan, serta menjadi pusat jejaring internal
atau eksternal pelayanan HIV/AIDS di RSMS Sungailiat.
1. Ruang tersebut memenuhi persyaratan sarana dan prasarana ruangan
pelayanan terapi ARV.
2. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan terapi ARV.
3. Tersedia ruangan laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan antibodi
anti-HIV.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) dilaksanakan melalui kegiatan
kompehensif yang meliputi empat pilar (4 prong) yaitu :
1. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi (15-49 tahun)
2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan HIV positif
3. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya
4. Dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kesehatan selanjutnya kepada ibu
yang terinfeksi HIV dan bayi serta keluarganya
4.3. PRONG 3 : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
yang Dikandungnya
Kegiatan pada prong ini dilaksanakan pada setiap pasien wanita hamil HIV
positif yang memeriksakan diri pada poliklinik kebidanan dan kandungan atau
datang kontrol ke poliklinik VCT/CST atau dalam proses persalinan di ruang bersalin
(VK). Strategi ini merupakan inti dari layanan PPIA dan merupakan kegiatan layanan
KIA yang komprehensif meliputi :
1. Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV, merupakan jalan bagi
ibu hamil untuk mengetahui status HIV, sehingga dapat pengobatan ARV sedini
mungkin, dukungan psikologis, dan KIE tentang HIV/AIDS.
2. Diagnosis HIV. Alur pemeriksaan anti HIV dalam darah dengan menggunakan
metode cepat (rapid) atau ELISA.
3. Pemberian ARV untuk ibu hamil HIV positif. Diberikan berdasarkan Pedoman
Terapi ARV. Pemberian ARV dimulai tanpa memandang stadium klinis ataupun
jumlah CD4, dan dikonsumsi seumur hidup. Bertujuan untuk mengurangi risiko
penularan dan mengoptimalkan kesehatan ibu.
4. Persalinan yang aman. Pemilihan persalinan diputuskan oleh ibu setelah
mendapatkan konseling lengkap tentang pilihan persalinan, risiko penularan, dan
berdasarkan penilaian petugas kesehatan.
Dengan demikian, untuk memberikan layanan persalinan yang optimal kepada ibu
hamil dengan HIV direkomendasikan kondisi-kondisi berikut ini:
Pelaksanaan persalinan, baik secara bedah sesar maupun normal, harus
memperhatikan kondisi fisik dan indikasi obstetri ibu berdasarkan penilaian dari
tenaga kesehatan. Infeksi HIV bukan merupakan indikasi untuk bedah sesar.
Ibu hamil harus mendapatkan konseling sehubungan dengan keputusannya
untuk menjalani persalinan per vaginam atau pun per abdominam (bedah sesar).
Tindakan menolong persalinan ibu hamil, baik secara persalinan per vaginam
maupun bedah sesar harus selalu menerapkan kewaspadaan standar, yang
berlaku untuk semua jenis persalinan dan tindakan medis.
Gambar 4.1. Alur proses ibu hamil menjalani kegiatan PRONG 3 dan 4 dalam PPIA
BAB V
LOGISTIK
6.1. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi, dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
6.2. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan
agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.