KASIH IBU
NOMOR :
TENTANG
Menimbang :
Mengingat :
1
4. Keputusan presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001
5. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang
akreditasi rumah sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/ Menkes /
PER /VIII/2011 Tentang Keselamatan pasien di Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/1999 tentang standar pelayanan Rumah Sakit.
2
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Panduan Konseling dan Tes HIV RSU Kasih Ibu Tabanan
KEDUA : Panduan Konseling dan Tes HIV RSU Kasih Ibu Tabanan sebagaimana di
maksud dalam Diktum Kesatu harus di jadikan acuan untuk setiap tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugasnya ( terlampir )
KETIGA : Biaya yang timbul sebagai akibat di keluarkannya keputusan ini di bebankan pada
Anggaran RSU Kasih IBU Tabanan
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkannya dengan ketentuan apabila di
Kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan di adakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Tabanan
Pada tanggal :
Direktur RSU Kasih Ibu Tabanan
3
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa buku Panduan Pencegahan Penularan HIV Rumah
Sakit Umum Kasih Ibu Tabanan dapat diselesaikan. Panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi
RSU Kasih Ibu Tabanan dalam menyelenggarakan pelayanan Konseling dan Tes HIV.
RSU Kasih Ibu Tabanan sebagai Rumah Sakit yang terakreditasi wajib memiliki panduan
pada setiap pelayanan yang diberikan kepada pasiennya. Panduan Pencegahan Penularan HIV
dari Ibu ke Anak ini disusun sebagai petunjuk/ guidelines dalam melakukan pelayanan.
Melalui panduan ini diharapkan kegiatan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
dapat dilaksanakan dengan maksimal sehingga dapat membantu dalam program penurunan
angka kesakitan dan kematian HIV/AIDS terutana di RSU Kasih Ibu Tabanan.
Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusi hingga
selesainya panduan ini. Kami menyadari panduan ini belum sepenuhnya sempurna sehingga
masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Tabanan,
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… i
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada tahun 2011 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pederita
HIV/AIDS di seluruh dunia meningkat jumlahnya hingga 5,2 juta jiwa. Dari laporan Situasi
Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan September 2011 tercatat jumlah
ODHA yang mendapatkan terapi ARV sebanyak 22.843 dari 33 provinsi dan 300 kab/kota,
dengan rasio laki-laki dan perempuan 3:1, dan persentase tertinggi pada kelompok usia 20-29
tahun.
Guna memperluas jangkauan layanan HIV yang meliputi perawatan, dukungan dan
pengobatan pada waktu yang tepat dan juga meningkatkan kesempatan orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) untuk menjangkau informasi serta sarana mencegah penularan HIV lebih lanjut, maka
Pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu hamil pada bayi adalah dengan melakukan
suatu layanan, yaitu program pemerintah PITC (provider initiated testing and counselling ).
PITC adalah suatu tes HIV dan konseling yang diprakarsai oleh petugas kesehatan kepada
pengunjung sarana layanan kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan medis. Tujuan
utamanya adalah untuk membuat keputusan klinis dan/atau menetukan pelayanan medis khusus
yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV seseorang seperti misalnya ART
(Antiretroviral Therapy).
1
BAB 1I
RUANG LINGKUP
Provide Initiated HIV Testing and Counselling (PITC) yaitu suatu kegiatan konseling dan
tes HIV terintegrasi di sarana kesehatan yang dilakukan atas prakarsa petugas kesehatan. Setiap
pasien yang dilakukan tes HIV diwajibkan untuk dikonseling sebelum dan sesudah tes dengan
menjaga konfidential status pasien. Semua klien sebelum menjalani tes HIV harus memberikan
persetujuan tertulis. Konseling dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih sebagai konselor atau
2
BAB III
PEDOMAN PITC
3
Saat menyarankan tes HIV dan konseling pada pasien, penyedia layanan kesehatan
setidaknya harus memberikan berikut ini:
a) Alasan mengapa tes HIV dan konseling direkomendasikan
b) Keuntungan klinis dan peluang pencegahan dini dengan dilakukannya tes HIV,
serta risko-risiko yang mungkin terjadi, misalnya diskriminasi, penelantaran, atau
kekerasan
c) Layanan yang tersedia untuk klien apabila hasil tes HIV nya positif atau negatif,
termasuk tentang terapi antiretroviral jika tersedia
d) Hasil tes akan diperlakukan secara rahasia dan tidak akan diberitahukan pada
siapapun
e) Klien memiliki hak untuk menolak tes dan memiliki hak umtuk meminta tes atas
inisiatif sendiri
f) Fakta bahwa menolak tes HIV tidak akan mempengaruhi akses klien ke pelayanan
kesehatan dan layanan kesehatan tidak tergantung pada diketahuinya status pasien
atau tidak
g) Apabila hasil tes HIV positif, petugas kesehatan akan menutupi hasil tersebut
kepada orang-orang yang mungkin berisiko terpapar HIV dari klien
h) Kesempatan bertanya.
4
atau oleh personil terlatih. Idealnya, konseling setelah tes harus diberikan oleh petugas
kesehatan yang pernah menginisiasi tes dan konseling HIV untuk klien tersebut.
1) Apabila hasil tes negatif
Konseling pada seseorang dengan hasil tes HIV negatif harus menyertakan informasi
sekurang-kurangnya yaitu:
a) Penjelasan hasil tes dan rekomendasi untuk melakukan tes ulang tiga bulan
kemudian pada kasus paparan baru
b) Saran-saran dasar mengenai metode pencegahan penularan HIV
c) Ketersediaan kondom pria dan wanita serta cara penggunaannya
5
j) Mendorong dan menawarkan rujukan untuk tes-HIV dan konseling bagi pasangan
dan anaknya.
k) Melakukan penilaian kemungkinan mendapatkan tindak kekerasan atau
kemungkinan bunuh diri dan membahas langkah-langkah untuk mencegahnya,
terutama pasein perempuan yang didiagnosis HIV positif.
l) Merencanakan waktu khusus untuk kunjungan tindak lanjut mendatang atau
rujukan untuk pengobatan, perawatan, konseling, dukungan dan layanan lain yang
diperlukan oleh pasien (misalnya, skrining dan pengobatan TB, terapi profilaksis
untuk IO, pengobatan IMS, KB, perawtan hamil, terapi rumatan pengguna opoid,
akses pada layanan jarum suntik steril-LJSS)