Anda di halaman 1dari 32

KONSEP PITC DAN ANALISIS JURNAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. PUTU RISKA FEBRIANTI (17089014075)


2. KOMANG RATNA SWANDEWI (17089014072)
3. KOMANG RISKA UTARI (17089014076)
4. I KOMANG WINAYA (17089014096)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Konsep PITC”.Makalah
ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah VCT.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini, khususnya dari dosen mata
kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di masa yang
akan datang.

Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan


wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Singaraja, 17 Maret 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia. Virus HIV akan masuk dalam sel darah putih dan merusaknya, hal
ini membuat sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh yang disebabkan
oleh HIV (Kumalasari, 2012).

Indonesia adalah salah satu dari negara di Asia yang memiliki kerentanan terhadap
infeksi jumlahnya akan menurun. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan
penderitanya mudah terkena berbagai penyakit. AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) yaitu kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang didapat akibat turunnya
kekebalan terhadap HIV. Penularan HIV umumnya terjadi akibat perilaku manusia,
sehingga menempatkan individu dalam situasi yang rentan terhadap infeksi. Indonesia
sudah menjadi negara urutan ke 5 di Asia paling berisiko HIV/AIDS.Infeksi HIV
merupakan salah satu penyakit menular yang dikelompokkan sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi kematian ibu dan anak (Kemenkes RI, 2011).

Berkaitan dengan uraian di atas, permasalahan yang hendak diangkat dalam penelitian
ini adalah untuk menjawab pertanyaan pertanyaan “Bagaimana pengetahuan ibu hamil
tentang HIV/AIDS, dukungan keluarga dan kunjungan ANC memiliki hubungan yang
signifikan dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC?” Pertanyaan tersebut dapat
diurai menjadi beberapa pertanyaan yang lebih rinci, yaitu: Bagaimana pengetahuan ibu
hamil tentang HIV/AIDS? Kemudian, bagaimana partisipan menjelaskan dukungan
keluarga dan kunjungan ANC yang menjadi kesediannya melakukan tes PITC? Ketiga,
bagaimana partisipan memaknai kondisi diri dan lingkungan/keluarga terdekatnya dan
tindakan-tindakan apa yang dilakukannya dalam menyelesaikan masalah?
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi dari PITC ?
1.2.2 Bagaimanakah alur pelayanan PITC ?
1.2.3 Apakah manfaat dari PITC ?
1.2.4 Bagaimanakah perbedaan PITC dan VCT ?
1.2.5 Bagaimanakah analisis dari jurnal Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
HIV/AIDS, Dukungan Keluarga, dan Kunjungan ANC Dengan Kesediaan Ibu Untuk
Melakukan Tes PITC di Wilayah Kerja Pueskesmas Ketawang, Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari PITC.
1.3.2 Untuk mengetahui alur dari pelayanan PITC.
1.3.3 Untuk mengetahui manfaat dari PITC.
1.3.4 Untuk mengetahui perbedaan dari PITC dan VCT.
1.3.5 Untuk mengetahui analisis dari jurnal Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
HIV/AIDS, Dukungan Keluarga, dan Kunjungan ANC Dengan Kesediaan Ibu Untuk
Melakukan Tes PITC di Wilayah Kerja Pueskesmas Ketawang, Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat
1.4.1 Agar pembaca dapat memahami konsep PITC.
1.4.2 Agar pembaca dan penulis dapat memahami hasil analisis dari jurnal Hubungan
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS, Dukungan Keluarga, dan Kunjungan ANC
Dengan Kesediaan Ibu Untuk Melakukan Tes PITC di Wilayah Kerja Pueskesmas
Ketawang, Kabupaten Malang.
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Definisi PITC

Provider Initiated Testing and Counselling (PITC) merupakan salah satu strategi penting
dalam meningkatkan cakupan layanan tes HIV dan menghubungkan klien ke layanan lanjutan.
PITC juga dikenal sebagai ‘tes rutin’ atau ‘tes konseling HIV terintegrasi di sarana kesehatan’
dimana berbeda dengan pendekatan tes HIV yang diprakarsai oleh klien, dalam PITC tes HIV
ditawarkan oleh petugas di fasilitas layanan kesehatan secara rutin. PITC biasanya dilaksanakan
sebagai bagian dari layanan Kesehatan Ibu dan Anak dimana tes HIV ditawarkan oleh petugas
layanan kepada ibu-ibu hamil yang mengakses layanan di fasilitas kesehatan (Ernawati, 2018)

Provider-initiated HIV testing and counseling (PITC) adalah suatu tes HIV dan konseling
yang diprakarsai oleh petugas kesehatan kepada pengunjung sarana layanan kesehatan sebagai
bagian dari standar pelayanan medis. Tujuan utamanya adalah untuk membuat keputusan klinis
dan/ atau menentukan pelayanan medis khusus yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa
mengetahui status HIV seseorang seperti misalnya, ART (Kemeskes, 2010)

2.2 Alur pelayanan PITC

a. Konseling pra test

Dilakukanoleh konselor VCT tenaga terlatih kepada klien yang menginginkan dilakukannya
pemeriksaan HIV. Materi antara lain :

 Informasi dasar tentang HIV AIDS

 Informasi tentang tatacara penularan dan mengurangi faktor resiko HIV

 Dokumentasi dan diskusi tentang penggunaan kondom dan jarum suntik steril

 Keuntungan dan isu potensial berkaitan dengan konseling

 Prosedur tes HIV dan penyampaian hasil tes HIV


 Informasi rujukan dan dukungan

b. Tes HIV

Dilakukan pengambilan darah serta pemeriksaan HIV oleh tenaga laborat yang terlatih dan
dilakukan inform consent.

c. Konseling pasca test

Membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes, konselor melakukan :
Penjelasan tentang hasil tes, Pembacaan hasil tes, Pemberian informasi selanjutnya,
Rujukan ke fasyankes lain apabiladiperlukan, Diskusi untuk mengurangi resiko penularan
HIV

 Konseling hasil tes HIV non reaktif

Konseling bagi yang hasilnya non reaktif, minimal harus meliputi hal sebagai berikut:

a. Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang periode jendela, yaitu
belum terdeteksinya antibodi HIV dan anjuran untuk menjalani tes kembali ketika
terjadi pajanan HIV.

b. Informasi dasar tentang caramencegah terjadinya penularan HIV

c. Pemberian kondom laki-laki atau perempuan

Baik petugas kesehatan maupun pasien selanjutnya membahas dan menilai perlunya
rujukan untuk mendapatkan konseling pasca tes lebih mendalam atau dukungan
pencegahan lainnya.

 Konseling hasil test HIV reaktif


Secara umum, konseling hasil tes HIV reaktif direkomendasikan untuk dilakukan dengan
bahasa yang sederhana dan singkat dan dilanjutkan dengan dialog untuk menangkap
keinginan dan perspektif pasien dalam menangani kasus mereka. Bagi pasien dengan tes
HIV positif, maka petugas kesehatan menyempaikan hal sebagai berikut :

- Memberikan informasi hasil test HIV kepada pasien secara sederhana dan jelas dan
memastikan pasien mengerti tentang arti tes

- Melakukan pemeriksaan klinis dan lab secara menyeluruh untuk skrining TB, mencari
infeksi oportunistik, memberikan pengobatan infeksi opostunistik jika ada, memberikan
kotrimoksasol profilaksis

- Memberikan rencana pengobatan ARV dan informasi tempat pelayanan untuk ARV


terdekat dengan pasien. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya

- Memulai konseling Pra ART

- Merujuk ke unit lain terkait dengan kebutuhan pasien baik terkait dengan perawatan,
pengobatan maupun pencegahan.

 Konseling pasca tes bagi ibu hami

Konseling bagi perempuan hamil dengan HIV reaktif juga harus meliputi masalah berikut
:

a. Rencana persalinan 

b. Penggunaan ARV

c. Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat besi dan asam folat

d. Pemberian ARV pada bayi segera setelah lahir, pemberian kotrimoksasol profilaksis,
ASI dan makanan bayi
e. Rencana tes HIV pada bayi setelah usia 18 bulan dan tindak lanjut lain terkait dengan
perawatan dan pengobatan yang mungkin diperlukan

f. Test HIV bagi pasangan.

2.3 Manfaat PITC

Berbagai manfaat dari PITC ini mulai diperkenalkan sejak tahun 2007 oleh WHO.
Di Indonesia sendiri, Kemenkes telah mengeluarkan pedoman penerapannya sejak tahun
2010. PITC biasanya dilaksanakan sebagai bagian dari layanan Kesehatan Ibu dan Anak
dimana tes HIV ditawarkan oleh petugas layanan kepada ibu-ibu hamil yang mengakses
layanan di fasilitas kesehatan. Sayangnya setelah sekitar lima tahun diterapkan, masih
sangat sedikit evaluasi terhadap penerapan PITC di Indonesia. Apabila ada, evaluasi
tersebut skalanya kecil dan hasilnya tidak terpublikasi dengan baik sehingga sulit diakses
untuk dijadikan sebagai pembelajaran bersama. Padahal di masa-masa awal PITC
diperkenalkan, telah ada banyak literatur yang memperingatkan tentang diperlukannya
kehati-hatian dalam penerapan pendekatan ini, sebab ada area-area resiko yang butuh
perhatian lebih lanjut agar PITC bisa membawa manfaat sesuai yang diharapkan.

Gruskin et al. (2008), contohnya, memperingatkan bahwa salah satu aspek resiko
adalah terkompromikannya hak asasi dari ibu hamil yang menjadi target PITC dalam
beberapa hal. Pertama, panduan PITC dari WHO menekankan bahwa pre dan post-
counseling adalah 'komponen integral dari proses tes HIV' dan merupakan tahapan yang
harus diterima oleh semua orang yang mengikuti tes terlepas dari apapun hasil tesnya.
Akan tetapi Gruskin et al. mencatat bahwa karena diberikan sebagai bagian dari layanan
kesehatan yang lain, ada kecenderungan konseling direduksi menjadi sebatas pemberian
informasi. Tenaga kesehatan harus turut melakukan berbagai tugas yang lain sehingga
proses konseling yang memadai tidak terprioritaskan. Tidak saja karena faktor tenaga
kesehatan, hak atas konseling juga berpotensi diabaikan karena masalah infrastruktur.
Contohnya dalam paparan di Forum Nasional VI JKKI, dr. Ni Komang Yuni Rahyani
menjelaskan bahwa peran bidan dalam memberikan konseling tidak dapat berjalan
dengan baik karena tidak tersedianya ruangan khusus konseling. Tanpa langkah konkrit
untuk mengatasi masalah beban kerja maupun infrastruktur ini, hak ibu hamil atas
konseling dalam PITC akan tetap sulit dipenuhi.

Masalah berikutnya adalah dari segi persetujuan atau informed consent. Di


banyak tempat pengaruh gender dan kelas sosial membuat relasi antara tenaga medis
khususnya dokter dengan pasien (terlebih pasien perempuan) menjadi tidak setara. Pasien
tidak bisa mempertanyakan nasihat medis dari dokter, termasuk saran untuk menjalani tes
HIV. Padahal, pedoman WHO maupun Kemenkes untuk PITC menekankan bahwa PITC
bukan merupakan tes wajib dan ibu hamil berhak untuk menolak tawaran untuk tes HIV.
Selama belum ada strategi untuk memastikan bagaimana informed consent tetap bisa
dipenuhi walaupun ada kendala budaya seperti ini, pada prakteknya kesempatan dan hak
untuk menolak tawaran tes HIV tidak akan bisa terwujud bagi banyak ibu hamil.

2.4 Perbedaan PITC dan VCT

Ada perbedaan antara PITC dan VCT, perbedaan utama antara keduanya terutama
adalah pada fokus kegiatan. PITC dilakukan terutama untuk menemukan dan melakukan
penanganan lanjutan pada pasien HIV positif pada pasien TB. Berbeda dengan PITC, VCT
memang difokuskan untuk pencegahan penularan HIV(Prio, Keperawatan, Kemenkes, Author,
& Kendari, 2019). Prinsip 3 C pada hakekatnya tetap ada dikeduanya, hanya pada PITC
kegiatan konseling dan testing HIV diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan rutin di fasilitas
kesehatan (Surakarta, 2018)

Tabel perbedaan dari PITC dan VCT

No PERBEDAAN VIC PICT

1 Klien/pasien Datang ke UPK khususuntuk test Datang ke klinik karena TB


HIV, sudah siapuntuk tes HIV, atau symptom TB, tidak
biasanya asimptomatik selalu siap untuk tes HIV

2 Provider Biasanya adalah konselor Petugas Kesehatan yang


terlatih, tidak harus petugas sudah dilatih tentang PITC
kesehatan di UPK
3 Tujuan utama Pencegahan penularan HIV Mendiagnosis HIV untuk
konseling dan tes melalui pemeriksaan manajemen klinis TB dan
HIV resiko, pengurangan risiko HIV secara tepat
dan tes

4 Pre-tes Konseling yang berpusat pada Provider merekomendasikan


klien one on one sama-sama dan menawarkan tes pada
pentingnya bagi klien untuk semua pasien TB.
mengetahui hasil HIV positif Penjelasan singkat tentang
maupun negative pentingnya melakukan tes
HIV, waktu lebih singkat
untuk pasien dengn tes HIV
negative focus pada mereka
yang hasil tes HIV positif

5 Follow-up HIV positif dirujuk untuk Penatalaksanaan klinis


mendapatkan pelayanan antaara provider TV dan
medis dan pendukung HIV, dirujuk untuk
lainnya, tidak memandang  pelayanan pendukung yang
hasil testnya, klien dapat lain
dirujuk ke VCT untuk
mendapatkan konseling dan
dukungan psikologis
JURNAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDS, DUKUNGAN


KELUARGA, DAN KUNJUNGAN ANC DENGAN KESEDIAAN IBU UNTUK
MELAKUKAN TES PITC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KETAWANG,
KABUPATEN MALANG

Sayuti, DR.dr.Prita
Mulyarini

Program Studi Diploma 3

Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang


sayutiakbidwhn@gmail.com,drpritamuliarini@yahoo.c
om

1. Abstrak
Provider – Initiated Testing and Counselling (PITC) adalah konseling dan tes HIV
yang disarankan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan kepada seseorang yang datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan sebagai suatu komponen standart dari pelayanan medis (WHO,
2007).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil
tentang HIV/AIDS, dukungan keluarga, dan kunjungan ANC dengan kesediaan ibu hamil
untuk melakukan tes PITC di wilayah kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang.
Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Jumlah sampel sebanyak 32 orang ibu hamil trimester I dan II. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah kuesioner.

Hasil analisa data membuktikan bahwa variabel Pengetahuan Ibu Hamil tentang
HIV/AIDS (X1) dengan nilai thitung> ttable yaitu 3.287 > 1.701 artinya ada hubungan
yang signifikan antara variabel X1 dan Y, variabel X2 Dukungan Keluarga (X2) dengan
nilai thitung> ttable 1.808 > 1.701 artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel X2
dan Y, dan variabel Kunjungan ANC dengan nilai thitung > ttable yaitu -1.840 > 1.701
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel X3 dan Y. Tiga variabel yaitu
pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS, dukungan keluarga dan kunjungan ANC
berpengaruh secara statistik dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC yang
dibuktikan dengan nilai Fhitung > Ftabel yaitu 7.353 > 2.946. Nilai Rsquare sebesar 0,447
artinya ketiga variabel yang diteliti yaitu pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS,
dukungan keluarga, dan kunjungan ANC memiliki hubungan yang signifikan dengan
kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC sebesar 44,7%.

Kata Kunci : HIV, AIDS, Dukungan Keluarga, Kunjungan ANC, Tes


PITC.

2. Pendahuluan

HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia. Virus HIV akan masuk dalam sel darah putih dan merusaknya, hal
ini membuat sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh yang disebabkan
oleh HIV (Kumalasari, 2012).

Indonesia adalah salah satu dari negara di Asia yang memiliki kerentanan terhadap
infeksi jumlahnya akan menurun. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan
penderitanya mudah terkena berbagai penyakit. AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) yaitu kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang didapat akibat turunnya
kekebalan terhadap HIV. Penularan HIV umumnya terjadi akibat perilaku manusia,
sehingga menempatkan individu dalam situasi yang rentan terhadap infeksi. Indonesia
sudah menjadi negara urutan ke 5 di Asia paling berisiko HIV/AIDS.Infeksi HIV merupakan
salah satu penyakit menular yang dikelompokkan sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi kematian ibu dan anak (Kemenkes RI, 2011).

Angka kematian ibu dan perinatal Indonesia masih tertinggi di ASEAN terutama di Asia
Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, angka kematian ibu di Indonesia
adalah 15 kali lebih tinggi dibandingkan Thailand dan 5 kali lebih tinggi dibandingkan di
Filiphina. Di Indonesia angka kematian ibu setiap tahunnya mencapai 10.260 atau 855
orang setiap bulannya.Saat ini angka kematian ibu tercatat sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Hal ini masih sama seperti tahun 2007. Padahal pemerintah menargetkan pada 2015,
angka kematian ibu akan turun menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (Saefuddin,
2008).

Tercatat dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang dilaporkan sebanyak 5.489 kasus. Presentase kasus
HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25 – 49 tahun (73,7%), diikuti kelompok umur
20 – 24 tahun (15,0%) dan kelompok umur > 50 tahun (4,5%). Rasio kasus HIV
antara laki – laki dan perempuan adalah 1 : 1. Presentasi faktor resiko HIV tertinggi adalah
hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (50,8%), pengguna jarum suntik tidak steril
pada pengguna narkoba suntik (9,4%), dan lelaki seks lelaki (LSL) sebanyak 7%. Kasus
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) dilaporkan dari Juli – September
sebanyak 1.317 kasus baru.
Presentase kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 30 – 39 tahun (40,7%), diikuti
kelompok umur 20 – 29 tahun (29,0%), dan kelompok umur 40 – 49 tahun (17,3%). Rasio
kasus AIDS antara laki – laki dan perempuan adalah 2 : 1. Persentase faktor resiko AIDS
tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (81,9%), penggunaan jarum
suntik tidak steril pada pengguna narkoba suntik (7,2%), dari ibu yang positif HIV ke
anaknya (4,6%) dan LSL (Lelaki Seks Lelaki) (2,8%) (Kemenkes RI, 2012).

Pandemi HIV/AIDS dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan secara


global.Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2005 ditemukan kasus HIV
sebanyak 859 kasus dan kasus AIDS sebanyak 2.639 kasus, namun pada tahun 2012 angka
kejadian HIV meningkat menjadi 21.511 kasus dan AIDS sebanyak 5.682 kasus (Depkes
RI, 2013).

Laporan Triwulan Direktorak Jendral Penanggulangan Penyakit Menular dan


Penyehatan Lingkungan (PPM dan PL). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes RI) bulan Juni 2011 menunjukan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) dengan faktor resiko transmisi perinatal (dari ibu dengan HIV ke
bayinya) sebanyak 742 kasus. Angka ini menunjukkan peningkatan dua kali lebih tinggi
dibandingkan tiga tahun sebelumnya yang hanya 351 kasus.Penyebab tingginya penularan
HIV dari ibu ke bayi yaitu selama masa kehamilan tidak melakukan tes HIV, tidak
mengkonsumsi ARV, persalinan yang tidak aman, persalinan ditolong petugas kesehatan
yang tidak terampil, dan pemberian ASI/PASI oleh ibu yang HIV positif (Kemenkes
RI, 2013).

Depkes RI memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahun terdapat 9000 ibu hamil
positif HIV yang melahirkan, hal ini menunjukkan akan lahir sekitar 3000 bayi dengan HIV
positif tiap tahun. Ini akan terjadi jika tidak ada intervensi. Resiko penularan HIV dari ibu ke
bayi berkisar 24 – 25 %. Namun resiko ini dapat diturunkan menjadi 1 – 2 % dengan
tindakan intervensi bagi ibu hamil HIV positif, yang melalui layanan PITC (Provider
Initiates HIV Testing and Counseling (PITC), pemberian obat antiretroviral, persalinan
Sectio Caesaria, serta pemberian susu formula untuk bayi (DepKes RI, 2008).
Jumlah kunjungan ANC juga berhubungan dengan pemanfaatan tes HIV oleh ibu
hamil. Saat ANC ibu mendapatkan informasi – informasi penting tentang kehamilannya di
tiap – tiap kunjungan termasuk informasi tentang penularan HIV/AIDS dari ibu ke
bayi.Jumlah kunjungan antenatal yang dilakukan ibu berhubungan dengan pemanfaatan tes
HIV.Ibu yang melakukan setidaknya dua kali kunjungan antenatal lebih mungkin untuk
memanfaatkan tes HIV dibandingkan dengan ibu yang hadir kurang dari dua kunjungan
antenatal (Worku, 2005). Sejalan pula dengan penelitian oleh Malaju dan Alene tahun 2012
bahwa Ibu yang menerima dua atau lebih perawatan antenatal lebih mungkin untuk
menerima tes HIV daripada mereka yang menghadiri pelayanan antenatal hanya sekali
(Octa, 2015).

Berdasarkan pada saat melakukan studi pendahuluan terdapat 648 orang ibu
hamil.Dari jumlah ibu hamil terebut yang memeriksakan dirinya ke Poli Kesehatan
Reproduksi dan melakukan Tes PITC hanya berjumlah 184 orang ibu hamil.Dari data
didapatkan hasil 5 orang ibu hamil yang menderita HIV/AIDS, dan 21 orang yang
menderita HIV/AIDS (laki – laki dan perempuan), sedangkan yang berisiko tinggi HIV/AIDS
sebanyak 36 orang.

Berdasarkan dari studi pendahuluan yang saya lakukan di pada 10 ibu hamil
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ketawang, 3 orang sudah melakukan tes PITC
(Provider Initiated Testing and Counseling), 7 orang diantaranya belum melakukan tes PITC,
4 diantaranya mengerti tentang HIV/AIDS, dan 6 diantaranya kurang memahami tentang
penyakit HIV/AIDS, dan 8 orang diantaranya tidak mengetahui apa itu tes PITC.

Berdasarkan hasil wawancara alasan mereka belum melakukan tes adalah karena
mereka belum memahami belum apa maksud dan tujuan dari tes PITC dan penyakit
HIV/AIDS, ibu malas melakukan pemeriksaan ANC karna jarak dan tidak ada yang
mengantarkan ibu ke pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan inilah
maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil
tentang HIV/AIDS, Dukungan Keluarga, dan Kunjungan ANC dengan Kesediaan Ibu untuk
Melakukan Tes PITC di Wilayah Kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang (Sayuti,
2011)
3. Metode Penelitian

Desain penelitian atau disebut juga dalam penelitian ini, menggunakan metode penelitian
Kuantitatif.Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian –
bagian dan fenomena serta hubungan – hubungannya. Jenis penelitian ini adalah analitik
korelatif. Dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu
hamil tentang HIV/AIDS, dukungan keluarga dan kunjungan ANC dengan kesediaan ibu
untuk melakukan test PITC di wilayah kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten
Malang.Metode pengumpulan data berdasarkan pendekatan cross sectional.

Penelitian dilakukan di beberapa desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas


Ketawang, Kabupaten Malang.Waktu penelitian ini diperkirakandimulai dari bulan Januari –
Maret 2018.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil Trimester I dan Trimester II
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ketawang sebanyak 32 orang.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 32 orang ibu hamil Trimester I dan
Trimester II yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ketawang.Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan teknik Sampling Jenuh.

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan pengumpulan
karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer sehingga disebut juga
data tangan pertama dan data primer diperoleh langsung dari subjek peneliti dengan
menggunakan alat pengukur atau pengambilan data langsung pada subjek sebagai pemberi
informasi yang dicari. Pengumpulan data primer dilakukan mengan metode kuesioner (Ayu,
2015).

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangka pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,
2014). Tipe kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berbentuk
pilihan, dimana jawabannya telah disediakan (closed ended item), responden tinggal
memilih jawaban yang telah tersedia (Notoatmodjo, 2012).
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki anggota - anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lainnya.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil tentang
HIV/AIDS (X1), dukungan keluarga (X2), dan kunjungan ANC (X3).

Variabel dependendalam penelitian ini adalah kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC
(Y).

Analisis data merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan dengan tujuan gambaran hasil penelitian dapat diperoleh, hipotesis penelitian
dapat dibuktikan dan kesimpulan penelitian secara umum dapat diperoleh (Notoatmojo,
2012).

Pada penelitian ini langkah – langkah analisa yang dilakukan adalah data dikumpulkan,
kemudian diberikan penilaian pada data sesuai variabel masing – masing kemudian
ditabulasikan, selanjutnya dianalisa secara kuantitatiff. Dalam penelitian ini data yang
terkumpul dengan bantuan program SPSS for windows, dengan tujuan untuk memudahkan
data yang akan diklarifikasikan dalam kategori – kategori.

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan regresi.Metode analisis


yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis
regresi berganda dipakai untuk menghitung besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu
perubahan kejadian (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y).Dalam penelitian ini
analisis regresi berganda berperan sebagai teknik statistik yang digunakan untuk menguji
ada tidaknya hubungan pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS, dukungan keluarga,
dan kunjungan ANC dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC.

Adapun spesifikasi model regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + £

Dimana :

Y : Kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC


X1 : Variabel pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS

X2 : Variabel dukungan keluarga

X3 : Kunjungan ANC

Β0 : Koefisien Regresi

£ : Error / galat

4. Hasil dan Pembahasan

A. Data Umum

Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden

Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ketawang dengan melibatkan 32


responden dengan kriteria usia sebagai berikut:

Tabel 5.1 Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Presentae

No (Tahun) (%)
1 15 – 20 9 28,2
2 21 – 25 3 9,3
3 26 – 30 8 25,0
4 31 – 35 10 31, 2
5 36 – 40 2 6,3
Total 32 100,0

Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan informasi bahwa sebagian besar responden ibu
hamil berusia 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 10 orang (31,2 %), yang berusia 15 – 20
tahun sebanyak 9 orang (28,2 %), yang berusia 26 – 30 tahun sebanyak 8orang (25,0
%), yang berusia 21 – 25 tahun sebanyak 3 orang (9,3 %) dan yang berusia 36 – 40
tahun berjumlah 2 orang (6,3 %).
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2 Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendididkan Frekuensi (%)


1 Lulus SD 5 15,6
2 Lulus SMP 17 53, 2
3 Lulus SMA 9 28, 1
5 Lulus S1 1 3,1
Total 32 100,0

Dari Tabel 5.2 diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden ibu hamil memiliki
status pendidikan terakhir lulus SMP yaitu sebanyak 17 orang (53, 2 %), sebanyak 9
orang lulus SMA (28, 1 %), sebanyak 5 orang lulus SD (15, 6 %), dan hanya 1 orang ibu
hamil saja yang memiliki pendidikan terakhir lulus perguruan tinggi Strata 1 (3,1 %).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3 Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (%)


Ibu Rumah

1 Tangga 20 62,5
2 Swasta 8 25,0
3 Buruh 3 9,4
5 Honorer 1 3,1
Total 32 100,0
Dari Tabel 5.3 diatas didapatkan informasi bahwa sebagian besar responden ibu hamil
memiliki pekerjaan sehari – hari sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 20 orang
(62,5 %), bekerja sebagai swasta sebanyak 8 orang (25,0 %), bekerja sebagai buruh
sebanyak 3 orang (9,4 %), dan bekerja sebagai honorer pemerintahan hanya 1
orang (3,1 %).

B. Data Khusus

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab III, penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan Pengetahuan Ibu Hamil
tentang HIV/AIDS, Dukungan Keluarga, dan Kunjungan ANC dengan Kesediaan Ibu
untuk Melakukan Tes PITC di Wilayah Kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang.

Berdasarkan analisis statistic terhadap variabel Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


HIV/AIDS (X1), Dukungan Keluarga (X2), dan Kunjungan ANC (X3) dengan Kesediaan
Ibu Untuk Melakukan TEs PITC (Y) tertera pada table berikut ini.

Tabel 5.4 Nilai rata-rata Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS (X1),
Dukungan Keluarga

(X2), dan Kunjungan ANC (X3) dengan Kesediaan Ibu untuk Melakukan Tes PITC (Y)

No Variabe Rata - Terkecil Terbesar Standar


l rata Deviasi
1 Pengetahuan Ibu Hamil tentang

HIV/AIDS (X1) 8,21 5,00 12,00 1,75489


2 Dukungan Keluarga(X2) 8,31 4,00 12,00 1,85677
3 Kunjungan ANC (X3) 5,03 4,00 6,00 0,53788
4 Kesediaan Ibu Untuk
Melakukan Tes

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui skor rata – rata Pengetahuan Ibu Hamil tentang HIV/AIDS
(X1) adalah 8,21 dengan nilai terkecil 5,00 dan nilai terbesar 12,00 dengan standar
deviasi 1,75489, Dukungan Keluarga(X2) memiliki skor rata – rata 8,31 dengan nilai
terkecil 4,00 dan nilai terbesar 12,00 dengan standar deviasi 1,85677, variabel Kunjungan
ANC (X3) memiliki skor rata – rata 5,03 dengan nilai terkecil 4,00 dan nilai terbesar 6,00
dengan standar deviasi 0,53788, dan Kesediaan Ibu untuk Melakukan Tes PITC (Y)
memiliki skor rata – rata 2,15 dengan nilai terkecil 1,00 dan nilai terbesar 3,00 dengan standar
deviasi 0,67725.

Analisis regresi linear berganda hubungan pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS,
dukungan keluarga dan kunjungan ANC dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes
PITC di wilayah kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang, adalah:
Y= 1.389 + 0.205 (X1) + 0.101 (X2) + (-0.350 (X3))…………………(1)

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dikemukakan bahwa nilai persamaan regresi


variabel (X1) adalah positif (+) yang artinya setiap kenaikan satu skor pengetahuan ibu
hamil tentang HIV/AIDS (X1) akan meningkatkan kesediaan ibu hamil untuk melakukan tes
PITC (Y) sebesar 0.205. Koefisien regresi variabel X2 adalah positif yang artinya setiap
kenaikan satu skor dukungan keluarga (X2) akan meningkatkan kesediaan ibu hamil untuk
melakukan tes PITC (Y) sebesar 0.101. Koefisien regresi variabel X3 adalah negatif yang
artinya setiap kenaikan satu skor kunjungan ANC (X3) akan menurunkan kesediaan ibu hamil
untuk melakukan tes PITC (Y) sebesar 0.350.

Tabel 5.5 Analisis Koefisien Determinasi dan T Hitung Hubungan Pengetahuan


Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS, Dukungan Keluarga, dan Kunjungan ANC
Dengan Kesediaan Ibu Untuk Melakukan Tes PITC di Wilayah Kerja
Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang.

Variabel Koefisien thitung ttable R

Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang 1.389

HIV/AIDS (X1), dukungan keluarga (X2)


dan kunjungan ANC(X3) dengan
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang

HIV/AIDS(X1) dengan kesediaan ibu


hamil untuk melakukan tes PITC
0.205 3.287
Hubungan dukungan keluarga (X2) dengan 0.101 1.808
1.701
kesediaan ibu hamil untuk melakukan tes
PITC (Y)

Hubungan kunjungan ANC (X3) dengan -0.305 -1.840

Berdasarkan Tabel di atas didapatkan bahwa nilai thitung variabel hubungan


pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS (X1) sebesar 3.287 > t0,05 (1.701) artinya
ada pengaruh yang signifikan dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC. Variabel
dukungan keluarga (X2) sebesar 1.808 > t0,05 (1.701) artinya ada hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC.
Variabel riwayat kunjungan ANC (X3) sebesar -1.840 < t0,05 (1.701) artinya tidak
ada pengaruh yang signifikan antara kunjungan ANC dengan kesediaan ibu untuk
melakukan tes PITC. Lebih lanjut didapatkan nilai koefisien determinasi atau R Square
sebesar 0,447. Nilai tersebut membuktikan bahwa antara variabel pengetahuan ibu hamil
tentang HIV/AIDS (X1), dukungan keluarga (X2) dan kunjungan ANC (X3) mempunyai
hubungan dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC (Y) sebesar 44,7 %.

Tabel 5.6 Analisis Ragam Regresi

Sumber Derajat bebas Jumlah kuadran Kuadran tengah F hitung F 0,05


variasi
Regresi 3 6.351 2.117 8.593 2.946
Galat 28 7.867 0.281
Total 31 14.219
Hipotesis analisis regresi mendapatkan nilai Fhitung sebesar 8.593 yang mana nilai
Fhitung tersebut (8.593)> Ftabel atau F0,05 (2.946) artinya variabel hubungan antara
variabel pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS (X1), variabel dukungan keluarga (X2),
variabel kunjungan ANC (X3) mempunyai hubungan yang searah dengan kesediaan ibu
untuk melakukan tes PITC (Y).

5. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil analisa variabel pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS (X1) nilai hitung
>ttable yaitu 3.287 > 1.701 yang artinya pengetahuan ibu hamil tentang yaitu sebesar
80,0 dengan 95% CI 3,5521801,650. Artinya, ibu hamil yang mendapatkan dukungan
suami (keluarga) mempunyai kemungkinan 80,0 kali untuk memanfaatkan tes HIV
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mendapatkan dukungan HIV/AIDS memiliki
pengaruh yang signifikan dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC. Hal ini selaras
dengan yang diungkapkan dalam penelitian Titi, dkk (2011) dimana ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dan VCT dengan sikap terhadap
kesediaan ibu untuk melakukan tes HIV secara sukarela. Penelitian menggunakan jenis
penelitian analitik korelasi dengan menggunakan desain cross sectional. Subyek dari
penelitian ini adalah 45 orang ibu hamil yang melakukan ANC di puskesmas. Proses
pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi

dan uji Chi Kuadrat dengan hasil X2 hitung 7,240 > X2 tabel 3,841.Dari hasil uji
korelasi Chi Square tersebut dapat disimpulkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dan VCT dengan kesediaan ibu untuk
melakukan tes HIV secara sukarela.

Oleh sebab itu dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu
hamil tentang HIV/AIDS sangatlah penting karena akan mempengaruhi kesediaan atau
minat ibu hamil untuk melakukan tes HIV (PITC). Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman penelitian
ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan. Jika ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS dan Tes
HIV (PITC) ibu akan lebih mudah untuk bersedia melakukan tes HIV. Hasil penelitian ini
didukung juga oleh penjelasan Notoadmodjo bahwa pengetahuan merupakan strategi
perubahan perilaku penting untuk menimbulkan kesadaran dan akhirnya berperilaku sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya.(Dhenok dan Siti, 2016).

Analisa dari variabel dukungan keluarga (X2) nilai thitung >ttable yaitu
1.808 >1.701 yang artinya dukungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan dengan
kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan dalam
penelitian Dhenok dan Siti (2016) dimana adanya hubungan yang bermakna antara dukungan
suami (keluarga) dengan pemanfaatan tes HIV pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 44 ibu hamil
dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Analisis
yang digunakan adalah Chi Square dengan alternatif Fisher Exact Test. Berdasarkan hasil uji
statistik menggunakan fisher’s exact test tersebut diperoleh p – value sebesar 0,009 (p –
value< 0,05) artinya ada hubungan antara dukungan suami (keluarga) dengan pemanfaatan
tes HIV pada ibu hamil. Parameter kekuatan hubungan yang digunakan adalah OR sikap,
tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika
diperlukan.Dukungan suami merupakan segala bentuk dukungan emosional, dukungan
intrumental, dukungan penghargaan, dan dukungan informatif. Dari hasil penelitian ini
disimpulkan bahwa dukungan suami atau keluarga memiliki pengaruh yang bermakna
terhadap kesediaan ibu hamil untuk melakukan tes PITC, semakin baik dukungan suami atau
keluarga maka akan semakin meningkatkan kesediaan ibu hamil untuk melakukan tes PITC.
Apalagi di Indonesia sebagian besar menganut sistem patriaki dalam pengambilan
keputusan.Efendi dan Makhfudli menjelaskan bahwa patriaki merupakan dominasi
pengambilan keputusan ada di pihak suami.Keterlibatan suami dalam pencegahan penularan
HIV/AIDS dari ibu ke anak sangat dibutuhkan karena pengambilan keputusan ibu dapat
didiskusikan beserta suami (Dhenok dan Siti, 2016).

Analisa variabel kunjungan ANC (X3) nilai thitung < ttable yaitu -1.840 < 1.701 yang
artinya kunjungan ANC tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kesediaan ibu
hamil untuk melakukan tes PITC.Hal ini memiliki kesenjangan dengan yang diungkapkan
dalam penelitian Ponco, dkk (2016) bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
jumlah kunjungan ANC dengan keikutsertaan ibu hamil dalam tes HIV.Metode penelitian
tersebut menggunakan rancangan cross sectional study.Populasi pada penelitian ini
sebanyak 80 ibu hamil.Teknik sampling menggunakan simple random sampling, sehingga
sampel penelitian diperoleh sejumlah 42 responden.Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dengan bantuan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan table
distribusi frekuensi dan uji Chi Squaredengan tingkat kemaknaan 5% (p = 0,05). Dari
hasil uji statistik penelitian tersebut menunjukkan bahwa p - value (0.000) < α (0,05) yang
berarti jumlah kunjungan ANC mempunyai hubungan yang signifikan dengan keikutsertaan
ibu dalam tes HIV setelah konseling oleh petugas kesehatan.

Dalam penelitian tersebut juga diungkapkan bahwa terdapat ibu hamil yang susah
melakukan pemeriksaan antenatal care > 4 kali tetapi belum melakukan tes HIV tetapi
ada juga ibu hamil yang yang melakukan kunjungan kehamilan hanya 1 kali tetapi
sudah melakukan tes HIV, tetapi jumlah terbanyak yang melakukan tes HIV adalah
kunjungan 2 – 4 kali. Jadi disimpulkan bahwa kesediaan ibu untuk melakukan tes HIV
tidak hanya dipengaruhi oleh kunjungan ANC tetapi faktor lain yang saling berhubungan
(Ponco dkk,2016). Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa kunjungan ANC tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan kesediaan ibu hamil untuk melakukan tes HIV (PITC),
karena dalam penelitian ini masih terdapat banyak ibu hamil yaitu 15 orang (46,8%) hanya
melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 1 kali, dan 17 orang (53,2%) melakukan ANC
sebanyak 2 kali, hal tersebut membuktikan bahwa kunjungan ANC ibu masih
rendah.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh (Ponco dkk, 2016) kesediaan ibu untuk
mengikuti tes HIV tidak hanya dipengaruhi oleh kunjungan ANC tetapi juga oleh faktor
lain yang saling berhubungan. Akan tetapi semakin sering seseorang melakukan
pemeriksaan kunjungan untuk memeriksakan kehamilannya maka akan semakin besar
peluang untuk mengikuti tes HIV. Hal ini dikarenakan semakin sering ibu melakukan kontak
langsung dengan petugas kesehatan semakin besar kemungkinan ibu mendapatkan informasi
yang lebih baik terkait kesehatan ibu dan anak (Depkes RI, 2006).Menurut penelitian Worku
(2005) ibu yang melakukan setidaknya dua kali kunjungan antenatal care lebih
mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan ibu yang hadir kurang dari
dua kunjungan antenatal.Demikian halnya menurut penelitian oleh Malaju dan Alene (2012)
bahwa ibu yang menerima atau dua lebih antenatal care lebih mungkin untuk menerima
tes HIV daripada mereka yang menghadiri pelayanan antenatal care hanya sekali.

Selain itu, dari ragam regresi didapatkan hasil Fhitung > Ftable
yaitu7.535 >2.946. Hal ini menandakan bahwa ketiga variabel yang diteliti yaitu
pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS (X1), dukungan keluarga (X2), dan kunjungan
ANC (X3) mempunyai hubungan yang searah dengan kesediaan ibu untuk melakukan
tes PITC. Sedangkan nilai koefisien determinasi atau Rsquare pada pengetahuan ibu
hamil tentang HIV/AIDS (X1), dukungan keluarga (X2), dan kunjungan ANC (X3)
sebesar 0,447 yang artinya pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS, dukungan keluarga,
dan kunjungan ANC mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesediaan ibu untuk
melakukan tes PITC (Y) sebesar 44,7 % sedangkan 55,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti.

6. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS
dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC di wilayah kerja Puskesmas Ketawang,
Kabupaten Malang.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kesediaan ibu
untuk melakukan tes PITC di wilayah kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang.

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kunjungan ANC dengan kesediaan
ibu untuk melakukan tes PITC di wilayah kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang.

ANALISIS JURNAL

2.5 Analisis Jurnal

2.5.1 Judul dan Abstract


1. Judul jurnal sudah sesuai dengan abstrak (Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
HIV/AIDS, Dukungan Keluarga, dan Kunjungan ANC Dengan Kesediaan Ibu Hamil
Untuk Melakukan Tes PITC di Wilayah Kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten
Malang)
2. Abstrak tersebut sudah memberikan informasi yang lengkap tentang latar belakang ,
tujuan, metode, dan hasil penelitian.
3. Di dalam jurnal pada latar belakang dijelaskan alasan melakukan penelitian yaitu untuk
menjawab pertanyaan “Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS, dukungan
keluarga dan kunjungan ANC memiliki hubungan yang signifikan dengan kesediaan ibu
untuk melakukan tes PITC?” Pertanyaan tersebut dapat diurai menjadi beberapa
pertanyaan yang lebih rinci, yaitu: Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang
HIV/AIDS? Kemudian, bagaimana partisipan menjelaskan dukungan keluarga dan
kunjungan ANC yang menjadi kesediannya melakukan tes PITC? Ketiga, bagaimana
partisipan memaknai kondisi diri dan lingkungan/keluarga terdekatnya dan tindakan-
tindakan apa yang dilakukannya dalam menyelesaikan masalah?
2.5.2 Justifikasi Metode dan Desain
1. Di dalam jurnal pada pendahuluan dijelaskan alasan melakukan penelitian.
2. Tinjauan pustaka dalam jurnal cukup.
3. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian – bagian
dan fenomena serta hubungan – hubungannya. Jenis penelitian ini adalah analitik
korelatif.
2.5.3 Pengumpulan Data
Penelitian ini, menggunakan metode penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian – bagian dan fenomena serta hubungan –
hubungannya. Jenis penelitian ini adalah analitik korelatif. Penelitian ini peneliti ingin
menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS, dukungan
keluarga dan kunjungan ANC dengan kesediaan ibu untuk melakukan test PITC di wilayah
kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang. Metode pengumpulan data berdasarkan
pendekatan cross sectional.
Penelitian dilakukan di beberapa desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Ketawang, Kabupaten Malang.Waktu penelitian ini diperkirakan dimulai dari bulan Januari
– Maret 2018.

Kemudian, populasi di penelitian ini adalah seluruh ibu hamil Trimester I dan Trimester
II yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ketawang sebanyak 32 orang.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 32 orang ibu hamil Trimester I dan
Trimester II yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ketawang.Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan teknik Sampling Jenuh.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer sehingga disebut juga
data tangan pertama dan data primer diperoleh langsung dari subjek peneliti dengan
menggunakan alat pengukur atau pengambilan data langsung pada subjek sebagai pemberi
informasi yang dicari. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode kuesioner (Ayu,
2015).

Peneliti menggunakan variabel independen yaitu pengetahuan ibu hamil tentang


HIV/AIDS (X1), dukungan keluarga (X2), dan kunjungan ANC (X3).

Peneliti juga menggunakan variabel dependen yaitu kesediaan ibu untuk melakukan tes
PITC (Y).

2.5.4 Hasil dan Analisis

Hasil analisa variabel yang dilakukan secara cermat dan teliti, pengetahuan ibu hamil
tentang HIV/AIDS (X1) nilai hitung >ttable yaitu 3.287 > 1.701 yang artinya pengetahuan
ibu hamil tentang yaitu sebesar 80,0 dengan 95% CI 3,5521801,650. Artinya, ibu hamil
yang mendapatkan dukungan suami (keluarga) mempunyai kemungkinan 80,0 kali untuk
memanfaatkan tes HIV dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mendapatkan
dukungan HIV/AID memiliki pengaruh yang signifikan dengan kesediaan ibu untuk
melakukan tes PITC.

Pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS sangatlah penting karena akan


mempengaruhi kesediaan atau minat ibu hamil untuk melakukan tes HIV (PITC).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Berdasarkan pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Jika ibu memiliki
pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS dan Tes HIV (PITC) ibu akan lebih mudah
untuk bersedia melakukan tes HIV.

Setelah di analisa dari variabel dukungan keluarga (X2) nilai thitung >ttable yaitu
1.808 >1.701 yang artinya dukungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan dengan
kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan dalam
penelitian Dhenok dan Siti (2016) dimana adanya hubungan yang bermakna antara
dukungan suami (keluarga) dengan pemanfaatan tes HIV pada ibu hamil. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel
sebanyak 44 ibu hamil dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
accidental sampling. Analisis yang digunakan adalah Chi Square dengan alternatif Fisher
Exact Test. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan fisher’s exact test tersebut
diperoleh p – value sebesar 0,009 (p – value< 0,05) artinya ada hubungan antara dukungan
suami (keluarga) dengan pemanfaatan tes HIV pada ibu hamil. Parameter kekuatan
hubungan yang digunakan adalah OR sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
siap memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan.Dukungan suami merupakan segala
bentuk dukungan emosional, dukungan intrumental, dukungan penghargaan, dan dukungan
informatif. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dukungan suami atau keluarga
memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kesediaan ibu hamil untuk melakukan tes
PITC, semakin baik dukungan suami atau keluarga maka akan semakin meningkatkan
kesediaan ibu hamil untuk melakukan tes PITC.

2.6 Kelebihan Jurnal


2.6.1 Penelitian ini memuat situasi yang melatarbelakangi Hubungan Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang HIV/AIDS, Dukungan Keluarga, dan Kunjungan ANC Dengan
Kesediaan Ibu Hamil Untuk Melakukan Tes PITC di Wilayah Kerja Puskesmas
Ketawang, Kabupaten Malang.
2.6.2 Metode penelitian cukup jelas yaitu menggunakan pendekatan dalam penelitian
ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian – bagian dan fenomena serta
hubungan – hubungannya. Jenis penelitian ini adalah analitik korelatif.

2.7 Kekurangan
2.7.1 Dalam jurnal ini tidak terdapat tujuan umum dan tujuan khusus.
2.7.2 Dalam pendahuluan jurnal manfaat tidak dicantumkan.
2.7.3 Jurnal ini juga terdapat kesulitan dalam melakukan penelitian, peneliti kesulitan
mencari partisipan untuk bersedia menjadi partisipan dalam penelitian.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Provider-initiated HIV testing and counseling (PITC) adalah suatu tes HIV dan konseling
yang diprakarsai oleh petugas kesehatan kepada pengunjung sarana layanan kesehatan
sebagai bagian dari standar pelayanan medis. Tujuan utamanya adalah untuk membuat
keputusan klinis dan/ atau menentukan pelayanan medis khusus yang tidak mungkin
dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV seseorang.

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS,
dukungan keluarga dan kunjungan ANC dengan kesediaan ibu untuk melakukan tes PITC
di wilayah kerja Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang.

3.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel lebih besar agar OR
yang dihasilkan lebih baik.

2. Perlunya dikaji proses pelayanan konseling pra tes HIV yang diberikaan kepada klien.

DAFTAR PUSTAKA
Ernawati. (2018). Gambaran Pelaksanaan Tes HIV Dengan Pendekatan Provider Initiated
Testing And Counselling (PITC). Gambaran Pelaksanaan Tes HIV Dengan Pendekatan
Provider Initiated Testing And Counselling (PITC).

Prio, A. Z., Keperawatan, J., Kemenkes, P., Author, C., & Kendari, P. K. (2019). Pengaruh
Voluntary Counseling And Testing ( VCT ) Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
Tentang HIV / AIDS di Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan
2018, 03.

Sayuti. (2011). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS, Dukungan Keluarga, dan
Kunjungan Dengan Kesediaan Ibu Untuk Melakukan Tes PITC di Wilayah Kerja
Puskesmas Ketawang, Kabupaten Malang, 1–10.

Surakarta, D. I. (2018). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Terhadap Penerimaan


Program Provider Initiated Testing And Counseling (PITC) Di Surakarta. Hubungan
Antara Tingkat Pendidikan Formal Terhadap Penerimaan Program Provider Initiated
Testing And Counseling (PITC) Di Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai