Anda di halaman 1dari 18

Konseling Post Test

Oleh :
Luh Eka Yuliantini (19089014024)
Putu Novea Arya Rusdiana (19089014033)
I Dw Ayu Rai Daryaningrat (19089014037)
Kadek Setiani (19089014040)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rakhmat-Beliaulah kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Konseling Post Test” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu disempurnakan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Singaraja, 8 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ................................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ...............................................................................................1
c. Tujuan Penulisan .................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI


a. Definisi Konseling ...............................................................................................3
b. Tahapan Konseling Post Tes ...............................................................................5
c. Hal-hal yang Dipersiapkan ketika Konseling Post Tes......................................10

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan ........................................................................................................14
b. Saran ..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat banyak
dan beragam. Namun, ditengah banyaknya jumlah penduduk yang beragam justru
dewasa ini banyak sekali penyakit yang mengancam kesehatan masyarakat salah
satunya yaitu HIV/AIDS. Maraknya kasus HIV/AIDS yang menyebar di kalangan
masyarakat semakin lama semakin meningkat. Kasus HIV/AIDS yang diibaratkan
sebagai fenomena gunung es ini, justru engan disadari oleh masyarakat. Berbagi
upaya yang perlu dilakukan utuk mencegah penyebaran kasus HIV/AIDS ini salah
satunya yaitu dengan melakukan tes.
Melakukan tes ini justru bukan merupakan hal yang mudah karena tentu
kesukarelaan,keberanian dan niat dari masyarakat maupun individu sendidi. Tes
HIV/AIDS ini sering disebut dengan VCT (Voluntary Counseling and Testing),
tentunya melakukan VCT juga ada berbagai proses yang harus ditempuh salah
satunya yaitu proses konseling. Proses konseling ini sangat penting sekali untuk
individu yang akan menjalankan tes, dikarenkan dengan konseling ini individu
akan lebih terbantu dalam pengambilan keputusan. Ada beberapa tahapan dalam
konseling VCT salah satunya yaitu konseling post tes. Konseling post tes ini
merupakan koseling yang dilakukan setelah konseling pra tes.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi konseling?


2. Apa saja tahapan konseling post tes?
3. Apa saja hal-hal yang dipersiapkan ketika konseling post tes?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami konseling post tes

1
2

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konseling
b. Mengetahui tahapan pada konseling post tes
c. Mengetahui hal-hal yang perlu dipersiapkan ketika konseling post tes
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Konseling
Tes HIV atau juga sering disebut dengan VCT (Voluntary Counseling and
Testing) adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui status HIV dan dilakukan
secara sukarela serta melalui proses konseling terlebih dahulu. Sukarela, artinya
keinginan untuk melakukan tes HIV harus datang dari kesadaran sendiri bukan
karena paksaan dari orang lain. Ini juga berarti bahwa siapapun tidak boleh
melakukan tes HIV terhadap orang lain tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
Konseling HIV adalah dialog atau konsultasi rahasia antara klien dengan konselor
HIV. Konseling HIV ini dilakukan sebelum dan sesudah tes HIV. Pada dasarnya,
konseling yang dilakukan pasca tes bertujuan untuk mempersiapkan klien
menghadapi hasil tes. Di sini diberikan penjelasan tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan hasil tes, kemana dan apa yang harus dilakukan seandainya hasil
positif HIV atau negatif dengan segala konsekuensinya.
Jadi dapat diketahui bahwa konseling post tes merupakan konseling yang
harus diberikan untuk menghadapi hasil tes, baik hasil tesnya positif maupun
negatif. Konseling post tes juga bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara
mencegah terinfeksi HIV.

 Bedah Jurnal
Judul : Pengaruh Voluntary Counseling And Testing ( VCT ) terhadap
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang HIV/AIDS di Puskesmas Motaha
Kecamatan Angata kabupaten Konawe Selatan

Penulis : Aminarsih Zainal Prio

Tahun : 2018

Vol/halaman : 03/18

3
4

Tanggal : 1 juni 2019

Tujuan : untuk menganalisis bagaiamana implementasi pelayanan


VCT di puskesmas Motaha

Abstrak : . Konseling HIV/AIDS yang dilakukan oleh konselor


merupakan proses dengan tiga tujuan umum yaitu menyediakan dukungan
psikologik, pencegahan penularan HIV, dan memastikan efektifitas rujukan
Kesehatan. Konseling dan test sukarela atau Voluntary Counseling and Testing
(VCT) merupakan pintu masuk untuk membantu setiap orang mendapatkan akses
ke seluruh pelayanan yang berupa informasi, edukasi, terapi atau dukungan
psikososial, kebutuhan untuk mendapatkan informasi akurat dapat diarahkan
kepada perubahan perilaku yang lebih sehat. Pelayanan pemeriksaan HIV pada
populasi kunci ibu hamil dapat mengubah perilaku berisiko dan memberikan
informasi tentang pencegahan HIV melalui konseling HIV/AIDS yang dilakukan
oleh konselor dengan tiga tujuan umum yaitu menyediakan dukungan psikologik,
pencegahan penularan HIV, dan memastikan efektifitas rujukan Kesehatan.

Metode penelitian : Jurnal ini menggunakan metode penelitian Penelitian ini


merupakan suatu penelitian pre eksperimen dengan melakukan pendekatan secara
“ One Group Pre dan Post Test Design”.
Hasil dan bahasan : Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Pengetahuan responden adalah pengetahuan ibu hamil
tentang HIV/AIDS. Pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang HIV dan
AIDS akan mendukung respon atau tindakan masyarakat terhadap penderita HIV
dan AIDS. Pengetahuan tentang HIV dan AIDS yang dimaksud adalah
pengetahuan tentang hakekat, penularan, maupun cara pencegahan penyakit HIV
dan AIDS. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
Konseling dan tets sukarela aatau Voluntary Counseling and Testing (VCT)
merupakan pintu masuk untuk membantu setiap orang mendapatkan akses
5

kesemua pelayanan yang berupa informasi, edukasi, terapi atau dukungan


psikososial. Kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat dapat
diarahkan kepada perubahan perilaku yang lebih sehat.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berasumsi bahwa
Pengetahuan dalam hal ini adalah pengetahuan masyarakat tentang HIV dan AIDS
didapatkan melalui panca indera yang mereka gunakan dan pengetahuan tersebut
dapat dibuktikan kebenarannya. Sehingga pengetahuan yang dimiliki masyarakat
tentang HIV dan AIDS akan mendukung respon atau tindakan masyarakat
terhadap penderita HIV dan AIDS. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa Konseling HIV/AIDS adalah dialog antara seseorang (klien)
dengan pelayan kesehatan (konselor) yang bersifat rahasia, sehingga
memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan atau mengadaptasikan diri
dengan stress dan sanggup membuat keputusan bertindak berkaitan dengan HIV.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berasumsi bahwa untuk
mendapatkan informasi yang lebih tepat dapat diarahkan kepada perubahan
perilaku yang lebih sehat.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh Voluntary Counseling and Testing (VCT) terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap ibu hamil di Puskesmas Motaha Kecamatan Angata
Kabupaten Konawe Selatan.DI Labibia Kota Kendari.
Keunggulan : Jurnal ini sangat menarik dan penelitian yang dilakukan bisa
menggambarkan bagaimana situasi di lapangan, dalam jurnal ini sudah dipaparkan
sangat jelas bagaimana kesadaran khususnya pada ibu hamil untuk melakukan
VCT. . Metode penelitian yang digunakan sudah bisa menggambarkan hubungan
yang relevan antara topik yang dibahas, dan penelitian ini sangat perlu untuk di
kembangkan lagi sehingga kita dapat mengetahui perkembangan pelayanan VCT
di masyarakat khususnya dikalangan ibu hamil.
Kekurangan : pada jurnal ini penulisan pada pembahasan dan hasil penelitian
ada yang berimpit satu sama lain dan ketutupan tabel sehingga tidak bisa dibaca.

B. Tahapan Konseling Post Tes


6

Adapun berbagai tahapan yang harus ditempuh dalam konseling post tes ini
yaitu sebagai berikut:

1. Dokter dan konselor mengetahui hasil untuk membantu diagnosa dan


dukungan lebih lanjut.
2. Hasil diberikan dalam amplop tertutup
3. Hasil disampaikan dengan jelas dan sederhana
4. Beri waktu untuk bereaksi
5. Cek pemahaman hasil test
6. Diskusi makna hasil test
7. Dampak pribadi, keluarga, sosial terhadap ODHA, kepada siapa &
bagaimana memberitahu.
8. Rencana pribadi penurunan resiko
9. Menangani reaksi emosional.
10. Apakah segera tersedia dukungan?
11. Tindak lanjut perawatan & dukungan ke layanan managemen kasus atau
layanan dukungan yang tersedia di wilayah.

Berikut merupakan kententuan hasil tes yang didapat yaitu:

 Jika hasil tes negatif:

a) Perlu tes HIV ulang 3 bulan lagi untuk membuktikan hasil.


b) Perlu selalu memakai kondom kalau berhubungan sex.
c) Selalu ingat periksa penyakit kelamin 2 bulan sekali.
d) Jangan minum sembarang obat tanpa resep.
e) Pesan pencegahan
f) Anjuran untuk tes pasangan

 Jika hasil tes positif:

a) Hidup masih akan terus berjalan dan dapat direncanakan bersama


konselor dan manajer kasus (MK).
b) Harus menjaga kesehatan jangan sampai sakit.
c) Selalu memakai kondom kalau berhubungan sex.
7

d) Jangan minum sembarang obat tanpa resep.


e) Akan ada dukungan dari manajemen kasus
f) Berikan dukungan
g) Informasi pentingnya perawatan
h) Tentukan stadium klinis
i) Skrining TB
j) Penyiapan pengobatan ARV
k) Pesan pencegahan positif
l) Anjuran untuk tes pasangan

 Bedah Jurnal

Judul : Analisis Implementasi Pelayanan Voluntary Counseling


And Testing (VCT) Di Puskesmas Kota Salatiga
Penulis : Rida Krita Imaroh, Ayun Sriatmi, Antono Suryoputro
Tahun : 2018
Vol/Halaman : 6/10
Tanggal : 7 Januari 2018
Tujuan Penelitian : Untuk menganalisis bagaimana implementasi pelayanan
VCT di Puskesmas Salatiga
Abstrak : Konseling dan Tes Sukarela (VCT) adalah salah satu cara
awal untuk mendeteksi HIV untuk orang. Layanan tersebut meliputi konseling
pra-tes, tes HIV, dan konseling pasca tes. Pelaksanaan layanan VCT di Salatiga
belum optimal. Namun, hal itu ditunjang dengan menurunnya kunjungan layanan
VCT di seluruh Puskesmas pusat di Salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis implementasi VCT pelayanan oleh klinik kesehatan masyarakat. Ini
adalah penelitian kualitatif yang didapat dengan melakukan wawancara mendalam
kepada enam informan utama dan empat belas informan triangulasi. Itu variabel
penelitian meliputi analisis pelaksanaan layanan VCT oleh tenaga kesehatan,
berdasarkan aspek komunikasi, sumber daya, disposisi, karakteristik badan
eksekutif dan aspek ekonomi, sosial, dan dukungan lingkungan politik. Hasil
8

penelitian menunjukkan bahwa pelayanan pelaksanaan VCT oleh petugas


Puskesmas masih belum memuaskan. Itu Hal tersebut dikarenakan tim VCT dari
seluruh Puskesmas tidak memiliki manajemen kasus, jadi tugas belum dibagikan
oleh manajemen kasus. Konselor di Puskesmas belum menerapkan prosedur
secara lengkap dan bahkan belum SOP. Sikap petugas kesehatan dirasa kurang
ramah dan membuat pasien enggan untuk kembali lagi, bahkan terkadang mereka
diusir dari Puskesmas. Tim VCT belum konsisten dalam pelayanan penjadwalan.
Ruang pemeriksaan sempit dan bercampur dengan infeksi lain penyakit yang
membuat pasien merasa tidak nyaman. Terkait dengan stigma masyarakat yang
masih mempertimbangkan perkusi dengan layanan VCT.
Metode Penelitian : Jurnal ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Sementara pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan metode analisis deskripsi isi (content analysis).
Hasil Dan Bahasan : Penelitian menunjukan bahwa pelayan VCT di masyarakat
belum terlaksana secara optimal. Terlihat dari beberapa variable yang belum
terlaksana dengan baik, dan koselor yang ada jumlahnya belum memadai yaitu 5
puskesmas hanya memiliki masing-masing 1 konselor dan di satu puskesmas
lainnya belum memiliki konselor karena belum terlatih sehinnga puskesmas
tersebut belum melaksanakan alur VCT dengan lengkap. Alur VCT yang masih
belum terlaksana yaitu alur post tes, dimana pada alur ini biasanya hanya disuruh
menunggu hasil tes selama 2 hari melalui SMS tanpa diberikan konseling bagi
masyarakat yang menjalankan VCT. Terlebih lagi puskesma tidak memiliki SOP
terkait pelaksanaan VCT serta pelayanan Puskesmas terhadap pasien kurang
ramah. Penjadwalan terkait kegiatan VCT juga belum terstruktur dengan
konsisten bahkan sarana dan prasarana juga kurang memadai, salah satunya yaitu
ruangan untuk melakukan konseling masih sempit bahkan ada ruangan yang
digabung dengan ruangan penyakit menular lainnya sehingga pasien akan merasa
tidak nyaman dan engan untuk datang melakukan VCT.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah
diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum implementasi pelayanan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) di puskesmas Kota Salatiga masih
9

belum optimal. Dilihat dari beberapa variable impelementasi Van Metter Van
Horn yang masih belum terlaksana pelayanan VCT dengan baik. Terlebih lagi
konselor di 5 puskesmas masing-masing hanya satu dan di satu puskesmas lainnya
belum memiliki konselor karena belum terlatih atau belum mengikuti pelatihan
konselor, sehingga di puskesmas tersebut belum melaksanakan alur pelayanan
VCT dengan lengkap. Dan sangat di sayangkan lagi bahwa di puskesmas tersebut
ternyata tidak memiliki SOP terkait pelayanan VCT. Mereka hanya memiliki SOP
IMS dan beranggapan bahwa SOP IMS sama dengan SOP VCT.
Sikap tenaga kesehatan kepada pasien juga kurang ramah bahkan ada yang
pernah diusir oleh nakes, hal tersebut membuat pasien enggan untuk datang ke
puskesmas tersebut. Tim VCT juga belum konsisten dalam penjadwalan
pelayanan, terkadang sampai tidak ada orang di pelayanan padahal itu jam
pelayanan VCT. Sarana prasarana penunjang VCT seperti ruangan untuk
konseling di seluruh puskesmas di Kota Salatiga sangat sempit, bahkan 5 dari 6
puskesmas ruangan VCT menjadi satu dengan ruangan penyakit menular lainnya
dan membuat pasien tidak nyaman. Terkait stigma masyarakat sendiri masih
menaggap pelayanan VCT menjadi hal yang tidak enak untuk dibicarakan dan
dilakukan, karena masyarakat beranggapan hanya melakukan hubungan seks
dengan suaminya dan aman jadi masyarakat enggan untuk datang dan
melaksanakan pelayanan VCT di puskesmas.
Keunggulan : Jurnal ini sangat menarik dan penelitian yang dilakukan
bisa menggambarkan bagaimana situasi di lapangan, dalam jurnal ini sudah
dipaparkan sangat jelas bagaimana kondisi pelayanan VCT yang ada di
masyarakat, isi dari jurnal mudah untuk di pahami dan sangat memotivasi
pembaca untuk menambah pengetahuan mengenai pelayanan VCT di masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan sudah bisa menggambarkan hubungan yang
relevan antara topik yang dibahas, dan penelitian ini sangat perlu untuk di
kembangkan lagi sehingga kita dapat mengetahui perkembangan pelayanan VCT
di masyarakat.
Kekurangan : Karena di dunia ini tidak ada yang sempurna, jurnal ini
masih memiliki beberapa kelemahan seperti abstrak yang terdapat dalam jurnal
10

tidak ada translate Bahasa Indonesia sehingga pembaca jika ingin tahu terutama
bagi yang kurang dalam berbahasa inggris akan kesulitan sehingga harus
mentraslate terlebih dahulu, selain itu penulisan pada pembahasan dan hasil
penelitian ada yang berimpit satu sama lain dan ketutupan tabel sehingga tidak
bisa dibaca.

C. Hal-hal yang Dipersiapkan ketika Konseling Post Tes

Konseling post tes adalah konseling yang harus diberikan untuk


menghadapi hasil tes, baik hasil tesnya positif maupun negatif. Konseling post tes
bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara mencegah terinfeksi HIV. Pada
dasarnya hal yang perlu dipersiapkan oleh klien ketika konseling post tes adalah
mental yang kuat untuk menghadapi hasil tes dan semangat untuk menjalani hidup
kedepannya. Sedangkan dari konselor yang perlu dipersiapkan pasca tes yaitu
hasil dari tes yang telah dilakukan oleh klien dan kata-kata yang akan diberikan
saat melakukan konseling pasca tes.

Setelah menerima hasil tes, apabila hasil tes negatif konselor akan
memberikan pemahaman mengenai pentingnya menekan risiko HIV/AIDS.
Misalnya, mengedukasi klien untuk melakukan hubungan seksual dengan lebih
aman dan menggunakan kondom. Sedangkan hasil tes positif, konselor akan
memberikan dukungan emosional agar penderita tidak patah semangat. Konselor
juga akan memberikan informasi tentang langkah berikutnya yang dapat diambil,
seperti penanganan dan pengobatan yang perlu dijalani. Konselor juga akan
memberi petunjuk agar klien dapat senantiasa menjalani pola hidup sehat dan
melakukan beberapa langkah pencegahan HIV agar tidak menularkannya kepada
orang lain.

 Bedah Jurnal

Judul : Pengaruh Model Value Clarification Technique (Vct)


Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siswa

Penulis : Suttrisno, Yatim Riyanto, Waspodo Tjipto Subroto


11

Tahun : 2020

Vol/halaman : 718-729

Tanggal : 5-1-2020

Tujuan penelitian : untuk memberikan motivasi belajar dan hasil belajar


siswa

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan besarnya


pengaruh model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) berbasis
kearifan lokal Madura terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas IV
SDN Karduluk I. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen
dengan jenis penelitian Quasi Experimental Design dengan desain penelitian yaitu
Pretest- Posttest Control Group Design. Responden penelitian ini adalah siswa
kelas IV A sebanyak 20 siswa sebagai kelas eksperimen dan 20 siswa IV B
sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket
motivasi belajar dan tes hasil belajar. Analisis data menggunakan uji-t dengan
rumus Independent Samples T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Ada
pengaruh yang signifikan penggunaan model VCT berbasis kearifan lokal madura
terhadap motivasi belajar dari hasil analisis uji independent sample t-test adalah
2,512 Nilai ttabel pada (df.38) signifikansi 0,05 sebesar 1,686, apabila
dibandingkan maka thitung > ttabel dengan hasil Sig. 2-tailed sebesar 0,16 < 0,05
maka Ha diterima dan H0 ditolak. (b) Ada pengaruh yang signifikan penggunaan
model VCT berbasis kearifan lokal madura terhadap hasil belajar siswa dari
analisis hasil uji independent sample t-test setelah dilakukan perlakuan
menunjukkan bahwa nilai thitung adalah 6,047 Nilai ttabel pada (df.38)
signifikansi 0,05 adalah 1,686, apabila dibandingkan maka thitung > ttabel dengan
hasil Sig. 2-tailed sebesar 0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Kata K

Metode penelitian : jurnal ini menggunakan metode penelitian kuantitatif


dengan pemberian post test dan pretest kepada sasaran

Hasil dan bahasan : Hasil pre test dan post test dari motivasi belajar
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Value
12

Clarification Technique (VCT) berbasis kearifan lokal Madura telah


meningkatkatkan motivasi belajar siswa. Hasil analisis pre-test angket motivasi
belajar kelas eksperimen terdapat siswa yang cukup aktif sebanyak 19 orang dan
siswa aktif sebanyak 1 orang. Setelah diberi perlakuan menggunakan model VCT
berbasis kearifan lokal Madura motivasi post test siswa di kelas eksperimen yang
aktif sebanyak 7 orang, dan sangat aktif meningkat 12 orang.

Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan motivasi belajar


setelah diberi perlakuan berupa model VCT berbasis kearifan lokal Madura. Hal
tersebut juga terlihat dari hasil uji uji t-test nilai pre test dan post test kelas
eksperimen thitung adalah 0,430 Nilai ttabel pada (df.38) signifikansi 0,05 sebesar
1,686 (Priyatno, 2016, p. 142), apabila dibandingkan maka thitung < ttabel
dengan hasil sig. 2-tailed sebesar 0,670 > 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho
diterima yang artinya bahwa tidak ada perbedaan signifikan motivasi belajar siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan.

Setelah diberikan perlakuan nilai thitung sesuai hasil analisis uji independent
sample t-test adalah 2,512 Nilai ttabel pada (df.42) signifikansi 0,05 sebesar 1,686
(Priyatno, 2016, p. 142), apabila dibandingkan maka thitung > ttabel dengan hasil
Sig. 2-tailed sebesar 0,16 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima
yang artinya ada perbedaan signifikan motivasi belajar siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan. Sehingga variabel bebas model
VCT berbasis kearifan lokal Madura (X) berpengaruh terhadap motivasi belajar
(Y1).

Kesimpulan : Model pembelajaran Value Clarification Technique


(VCT) berbasis kearifan lokal Madura ada berpengaruh signifikan terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Karduluk I Pragaan
Sumenep. Selanjutnya penggunaan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) berbasis kearifan lokal Madura yang telah dilakukan pada
penelitian ini dapat dikatakan ampuh untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa pada materi “keberagaman suku bangsa dan agama di negeriku”.
Sehingga diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji dan
13

mengkembangkan model VCT ini agar menggabungkan variabel penelitian lain


dan budaya lain yang berbeda yang bertujuan untuk melihat bagaimana penerapan
model tersebut pada variabel dan budaya lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Proses konseling ini sangat penting sekali untuk individu yang akan
menjalankan tes, dikarenkan dengan konseling ini individu akan lebih terbantu
dalam pengambilan keputusan. Ada beberapa tahapan dalam konseling VCT
salah satunya yaitu konseling post tes. Konseling post tes ini merupakan
koseling yang dilakukan setelah konseling pra tes.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa konseling post tes merupakan konseling yang
harus diberikan untuk menghadapi hasil tes, baik hasil tesnya positif maupun
negatif. Konseling post tes juga bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara
mencegah terinfeksi HIV. Selain itu, ada berbagai tahapan penting yang harus
ditempuh saat melakukan konseling post tes, bukan hanya itu saja mental yang
kuat juga penting dipersiapkan ketika melakukan konseling post tes.

B. SARAN
Berkaitan dengan manfaat yang dijelaskan diatas maka kami
menyimpulkan dapat saran yaitu sebagai berikut :

1. Untuk Penulis

Kami selaku penulis menyarankan perlu adanya penambahan wawasan


atau pengetahuan terkait dengan konseling post tes.

2. Untuk Pembaca/Masyarakat

Dengan ini kami menyarankan kepada pembaca khususnya perawat agar


mengetahui tentang konseling post tes sehingga dapat diterapkan dengan baik.

3. Untuk Instansi

Berkaitan dengan penulisan makalah ini kami sangat membutuhkan atau


sangat perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penulisan makalah ini agar
bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi panutan bagi orang banyak nantinya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, K. (2019). ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304 (Paper) Jurnal


Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, 53(9), 1689–1699.
www.journal.uta45jakarta.ac.id

Ii, B. A. B., & Teori, A. K. (n.d.). Zulfan Saam, Psikologi Konseling , (Jakarta:
PT Grafindo Persada, 2013), hlm. 134-135 9. 9–37.

Prio, A. Z. (2019). Pengaruh Voluntary Counseling And Testing ( VCT )


Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang HIV / AIDS di
Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan 2018.
Jurnal Keperawatan, 03(01), 18–29. Retrieved from https://stikesks-
kendari.e-journal.id/JK

Rachman, T. (2018).. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.,


6, 10–27

Surabaya, U. N., Lidah Wetan, J., Wetan, L., Lakarsantri, K., Surabaya, K., &
Timur, J. (2020). Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitian dan Pendidikan dan
Pembelajaran. 5(1), 718–729.

Anda mungkin juga menyukai