Anda di halaman 1dari 7

SKILL LAB

KONSELING & VCT PADA PENDERITA HIV/AIDS


Ganis Indriati

SKENARIO
Seorang perawat wanita (25 tahun) mendatangi Unit VCT RSUD Pekanbaru tempatnya bekerja.
Ia mencurigai dirinya terinfeksi HIV, karena beberapa hari sebelumnya ia tertusuk jarum bekas
suntikan dari pasien HIV AIDS pada saat ia menyuntikkan obat. Ia sudah mencuci kulitnya yang
terkena suntikan dengan alkokol atau desinfektan yang ada. Ia berharap agar dirinya tidak
terinfeksi, namun ia harus memastikannya dengan dating ke Unit VCT.

Pertanyaaan:
1. Apa itu VCT ?
2. Bagaimana konseling pada pedertita HIV AIDS

1
SKILL LAB
KONSELING & VCT PADA PENDERITA HIV/AIDS
Ganis Indriati

A. Pendahuluan
Voluntary Counseling Test atau VCT adalah proses konseling pre test, test HIV dan
konseling post test, secara sukarela yang bersifat confidential, secara lebih dini membantu
orang mengetahui status (KPA Prov. Sumatera Utara, 2018).

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan konseling
pada pendeita dengan HIV/AIDS

2. Tujuan Instruksional Khusus


a) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep konseling dan VCT
b) Mahasiswa mampu melakukan konseling pada penderita HIV/AIDS.

C. Landasan Teori
HIV/AIDS masih menjadi persoalan kesehatan global yang signiikan terutama di negara-
negara berkembang. Adanya konseling atau Voluntary Counselling Test (VCT) sangat
berperan dalam menegah terjadinya penyebaran penakit tersebut.
Voluntary Counselling Test (VCT) merupakan proses konseling pre testing, testing HIV dan
konseling post testing, yang dilakukan secara sukarela yang bersifat confidential dan
membantu orang mengetahui status HIV secara lebih dini

Tujuan, dilakukan VCT adalah sebagai titik mulai penting untuk membantu pencegahan,
perawatan serta pengobatan bagi penderita HIV/AIDS.
VCT dapat dilakukan di klinik, puskesmas atau rumah sakit yang menyediakan layanan
VCT.

Alur melakukan VCT adalah:


Konseling individual (pretest)  tes HIV (periksa darah secara rapid test)  terima hasil 
konseling posttest  rujukan untuk proses yang sedang berjalan.

Tahapan melakukan VCT adalah:


1. Konseling pretest HIV
Konseling pretest HIV dilakukan dengan memberikan informasi tentang HIV dan AIDS.
Konselor dan klien berdiskusi, klien diharapkan jujur menceritakan kegiatan sebelumnya
yang dicurigai dapat berisiko terpapar HIV seperti pekerjaan/aktiitas sehari-hari, riwayat
aktivitas seksual, penggunaan narkoba suntik, pernah menerima transfuse
darah/transplantasi organ, memiliki tato dan riwayat penyakit terdahulu.
Kegiatan yang dilakukan pada saat konseling pretest HIV antara lain:
a) Alasan melakukan tes
b) Pengetahuan tentang HIV dan manfaat tes
c) Perbaikan kesalahpahaman ttg HIV / AIDS
d) Penilaian pribadi resiko penularan HIV
e) Informasi tentang test HIV
f) Diskusi tentang kemungkinan hasil yang keluar
g) Kapasitas menghadapi hasil / dampak hasil
h) Kebutuhan dan dukungan potensial - rencana pengurangan resiko pribadi
i) Pemahaman tentang pentingnya tes ulang.
j) Memberi waktu untuk mempertimbangkan.
k) Pengambilan keputusan setelah diberi informasi.
l) Membuat rencana tindak lanjut.
m) Memfasilitasi dan penandatanganan informed consent

2. Tes HIV
Setelah klien mendapatkan informasi yang jelas melalui konseling pretest, maka konselor
akan menjelaskan mengenai pemeriksaan yang bisa dilakukan, dan meminta persetujuan
klien untuk dilakukan tes HIV. Setelah mendapat persetujuan tertulis, maka tes dapat
dilakukan. Bila hasil tes sudah tersedia, hasil tes akan diberikan secara langsung (tatap
muka) oleh konselor.

3. Konseling posttest HIV


Konseling posttest HIV dilakukan setelah hasil tes IV tersedia. Apabila hasil tes negatif,
konselor tetap akan memberi pemahaman mengenai pentingnya menekan risiko
HIV/AIDS. Misalnya, melakukan hubungan seksual dengan lebih aman dan
menggunakan kondom. Namun, apabila hasil tes positif, maka konselor akan
memberikan dukungan emosional agar penderita tidak patah semangat. Konselor juga
akan memberikan informasi tentang langkah berikutnya yang dapat diambil, seperti
penanganan dan pengobatan yang perlu dijalani, termasuk cara mempertahankan pola
hidup sehat, serta bagaimana agar tidak menularkan ke orang lain.
Kegiatan yang dilakukan pada saat konseling posttest HIV diantaranya:
a) Dokter dan konselor mengetaui hasil untuk membantu diagnosa dan dukungan lebih
lanjut.
b) Hasil diberikan dalam amplop tertutup.
c) Hasil disampaikan dengan jelas dan sederhana
d) Memberi waktu bereaksi/berespon terhadap hasil tes
e) Mecek pemahaman hasil tes
f) Mendiskusikan makna hasil tes
g) Dampak pribadi , keluarga , sosial terhadap odha , kepada siapa & bagaimana
memberitahu.
h) Rencana pribadi penurunan resiko
i) Menangani reaksi emosional.
j) Apakah segera tersedia dukungan ?
k) Menindaklanjuti perawatan dan dukungan ke layanan managemen kasus atau
layanan dukungan yang tersedia di wilayah klien

Pada tahapan berikutnya konselor berperan untuk mendukung dan membangun mental
penderita agar tetap mempunyai semangat hidup, juga membantu perawatan medis yang
dilakukan. Konselor juga akan mendorong klien agar pasangan seksualnya turut
diperiksa.

Bagi semua kalangan, terutama mulai sejak masa remaja, perlu diadakan pendidikan dan
pemahaman HIV/AIDS agar terhindar dari aktivitas yang memicu penyakit tersebut.
Tidak perlu takut untuk menjalani VCT, langkah ini justru dapat membantu
meningkatkan pengetahuan mengenai pencegahan dan penanganan HIV/AIDS. Juga
dapat membantu untuk semakin mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orrang
yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

D. Prosedur
1. Tahap Pra Interaksi
a) Memvalidasi perasaan perawat
b) Menyiapkan keperluan konseling: form, ruang yang nyaman.

2. Tahap Orientasi
a) Memberikan salam
b) Memperkenalkan nama perawat, memanggil nama klien/pasien
c) Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan
d) Memberikan kesempatan kepada pasien/klien untuk bertanya

3. Tahap Kerja
Melakukan konseling pretest HIV, atau konseling posttest HIV.
Test HIV akan dilakukan oleh petugas yang berwenang (petugas laboratorium, atau
dokter). Konseling sebaiknya dilakukan dengan menggunakan prinsip komunikasi
therapeutic sehingga pasien/klien dapat mengekspresikan hal-hal yang dirasakannya
dengan menyeluruh.
4. Tahap Terminasi
a) Menyimpulkan hasil konseling
b) Mengevaluasi respon pasien: catat respon pasien
c) Mengontrak waktu untuk pertemuan berikutnya
d) Mendokumentasikan: hasil konseling, respon pasien/klien setelah kegiatan, nama
dan paraf perawat.

Daftar Pustaka
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. (2010). Laporan KPA Nasional2010. diunduh dari
www.aidsindonesia.or.id. tanggal 28 April 2018.
Louis: Saunders
SKILL LAB:
KONSELING & VCT PADA PENDERITA HIV/AIDS
Ganis Indriati

Nama : …………………………………… NIM : …………………………………....

No Kegiatan Nilai
0 1 2
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mencek catatan medis/ catatan keperawatan klien
b. Memvalidasi perasaan perawat
c. Menyiapkan keperluan konseling: form, ruang yang nyaman.

2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan nama perawat, memanggil nama klien/p asien
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan
d. Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk bertanya

3. Tahap Kerja
Melakukan konseling pretes HIV atau konseling posttest HIV.
(tes HIV dilakukan oleh petugas yang berwenang. Konseling dilakukan
dengan menggunakan prinsip komunikasi therapeutik, sehingga
klien/pasien bisa menggungkapkan hal-hal yang dirasakannya secara
menyeluruh).

4. Tahap Terminasi
a. Menyimpulkan hasil konseling.
b. Mengevaluasi dan mencatat respon pasien
c. Mengontrak waktu untuk pertemuan berikutnya
d. Mendokumentasikan: tindakan, respon klien setelah tindakan, nama
dan paraf perawat

Keterangan Pekanbaru, 2018


0 : Tidak dilakukan Penilai
1 : Dilakukan, tidak sempurna
2 : Dilakukan sempurna ............................................

Penilaian : Jumlah nilai yg diperoleh x 100%


Total Nilai

NB: Mahasiswa dinyatakan lulus jika nilai 75%

Anda mungkin juga menyukai