Anda di halaman 1dari 20

INFEKSI KONTINUM

Ns. Yuliana R. R. Krowa, M.Kep


Pendahuluan
◦ Luka menyebabkan terbukanya pintu (port de entry)
antara lingkungan luar tubuh dan organ dalam tubuh.
◦ Kulit yg rusak à penurunan fungsi à mikroorganisme
mudah masuk
◦ Kondisi tubuh ygmengalami masalah à penurunan
dalam melawan mikroorganisme.
◦ Diabetes melitus, 310 mg/dL à fungsi sel darah putih
menurun.
Luka Infeksi
◦ Adanya mikroorganisme dalam jumlah yg cukup atau
virulensi yg menyebabkan individu berespon secara
lokal atau sistemik (Swanson, dkk, 2016).
◦ Terjadinya invasi dan multiplikasi organisme akibat efek
patologis atau cidera jaringan pd jaringan luka
(Baranoski & Ayello, 2012).
◦ Infeksi pada luka akan memperpanjang tahapan
inflamasi & mengganggu tahap proliferasi dlm proses
penyembuhan luka.
Tanda & Gejala
◦ Penyebab luka menjadi infeksi: infeksi nosocomial,
gangguan vascular atau perfusi jaringan, hiperglikemi, &
neuropati.
◦ Luka akut: mikroorganisme beta-hemolitik streptokokus
◦ Luka kronis: mikroorganisme yg bervariasi tetapi lebih
sering disebabkan oleh bakteri gram negative.
◦ Pengkajian akurat tanda & gejala infeksi à memudahkan
identifikasi tahap infeksi serta manajemennya.
Menurut Sibbald, dkk (2006)
Infeksi Superfisial:
◦ Luka tidak sembuh,
◦ eksudat,
◦ jaringan berwarna merah & perdarahan di permukaan luka,
◦ debris pada permukaan luka
◦ bau dr luka.
Infeksi Dalam:
◦ Luka meluas,
◦ suhu meningkat,
◦ mencapai tulang,
◦ eksudat, eritema, edema, & bau.
Menurut Baranoski & Ayello (2012)
◦Klasik Infeksi: nyeri, eritema, edema, panas
lokal, & eksudat
◦Spesifik Infeksi: eksudat dgn inflamasi menetap,
penyembuhan luka terhambat, perubahan
warna jaringan granulasi, jaringan granulasi
rapuh, bau busuk, & tepi luka terpisah
Tahapan Infeksi Kontinum
◦Infeksi Kontinum merupakan tahapan dr proses
infeksi yg menggambarkan interaksi mikroorganisme
dgn tubuh manusia.
◦Karakteristik infeksi kontinum: adanya
mikroorganisme, efek dr mikroorganisme, & reaksi
tubuh terhadap mikroorganisme tsb.
◦Tahap infeksi kontinum: kontaminasi, kolonisasi,
infeksi lokal, penyebaran infeksi, & infeksi sistemik.
Infeksi Kontinum
1. Kontaminasi
◦ Luka terkontaminasi adalah luka yg terdapat mikroorganisme di
permukaan dasar luka.
◦ Mikroorganisme tidak melakukan replikasi atau membelah diri pd tahap ini
◦ Kontaminasi berasal dari flora normal kulit, sekitar kulit, & lingkungan
eksternal (cuci tangan tidak tepat, alat perawatan), faktor endogen (urine,
feses).
◦ Belum mempengaruhi tubuh, tidak memerlukan antimicrobial, pelru
pencegahan infeksi nosocomial (cuci tangan, teknik perawatan luka,
penggunaan peralatan perawatan)
2. Kolonisasi
◦ Mikroorganisme sudah membelah diri, tetapi blm
mempengaruhi tubuh manusia.
◦ Belum memerlukan pemberian antibiotic lokal atau
sistemik à mencegah resistensi antibiotik
◦ Kontaminasi & kolonisasi msh merupakan kondisi umum
dlm proses penyembuhan luka (bahkan) menjadi
prasyarat dlm pembentukan jaringan granulasi.
3. Infeksi Lokal
◦ Mikroorganisme sudah bereplikasi dan akan masuk ke jaringan
yg lebih dalam & mempengaruhi ketahanan tubuh manusia
(host) à muncul tanda & gejala infeksi lokal & klasik.
◦ Tanda & gejala lokal: hipergranulasi, granulasi rapuh & mudah
berdarah, luka semakin meluas, proses penyembuhan lambat,
nyeri semakin meningkat, & bau.
◦ Tanda infeksi klasik: eritema, edema, teraba hangat, eksudat,
proses penyembuhan luka lambat, nyeri & bau.
◦ Pemberian antimicrobial (topical) perlu dipertimbangkan utk
mengatasi infeksi lokal.
4. Penyebaran Infeksi
◦ Penyebaran infeksi merupakan invasi mikroorganisme ke
jaringan sekitar luka (otot, fascia, organ, ruang tubuh).
◦ Tanda & gejala infeksi menyebar: eritema meluas,
limfangitis, krepitus, malaise, letargi, kehilangan napsu
makan, inflamasi memanjang & pembengkakan kelenjar
limfe.
◦ Pertahanan tubuh manusia sudah menurun àpemberian
topical antimicrobial & antibiotic oral utk mengatasi infeksi.
5. Infeksi Sistemik
◦ Merupakan proses terakhir dari tahapan infeksi kontinum
à adanya gangguan fungsi tubuh secara keseluruhan.
◦ Mikroorganisme menyebar melalui pembuluh darah &
sistem limfatik shg tjd respon inflamasi sistemik, sepsis, &
disfungsi organ tubuh.
◦ Infeksi sistemik à syok sepsis à multiorgan failure à
kematian.
◦ Antimikrobial topical & antibiotic sesuai dgn hasil kultur
darah & jaringan.
Biofilm
◦ Berbagai mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mengumpul
bersama disebut dengan BIOFILM.
◦ Biofilm dpt digambarkan berupa kumpulan bakteri yg tebal &
memiliki lapisan pelindung berlendir yg terdiri dari protein & gula
sehingga tampak berkilau.
◦ Biofilm ditemukan menempel pd jaringan granulasi yg terlihat
berwarna bening (seperti agar2) atau berwarna kuning pucat.
◦ Biofilm menyebabkan inflamasi dgn meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah & memproduksi eksudat, membentuk serat
slough.
Tahapan Pembentukan Biofilm
1. Planktonic; mikroorganisme mengambang bebas & tidak menempel pd
permukaan luka atau menyatu dgn mikroorganisme lain.
2. Irreversible attachment; mikroorganisme bersatu dan menempel pada permukaan
luka shg sulit utk terlepas.
3. Cell Proliferation; daya ikat mikroorganisme pada permukaan luka semakin kuat &
mulai bereplikasi.
4. Growth and Maturation; biofilm terus bertumbuh sampai struktur menjadi kuat.
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh menyebabkan jaringan rusak, memberikan
nutrisi pada biofilm.
5. Dispersal; biofilm yg mature akan menyebarkan mikroorganisme ke seluruh
permukaan luka. Lama waktu biofilm menjadi matang (mature) adalah 2-4 hari.
Manajemen Luka Infeksi
◦ Deteksi dini tanda & gejala infeksi
◦ Manajemen luka yg efektif menunjang proses penyembuhan
◦ Observasi tanda klasik & spesifik infeksi sebelum dilakukan
pemeriksaan kultur
◦ Pemeriksaan kultur dengan teknik swab Levine
◦ Perlu diperhatikan: Infeksi terjadi pada jaringan sehat, bukan pada
jaringan nekrotik & slough.
◦ Proses penyembuhan luka berjalan cepat dgn perawatan luka yg
optimal dan disertai dgn kolaborasi multidisiplin.
Manajemen Efektif Luka Infeksi
1. Keadekuatan Pertahanan Tubuh 2. Perawatan Luka Optimal

◦ Manajemen penyakit penyerta ◦ Pertimbangkan teknik septik & aseptic dlm


◦ Lakukan pengkajian nutrisi, optimalkan status perawatan luka
hidrasi & nutrisi ◦ Menerapkan universal precaution
◦ Dukung psikososial pasien dgn bantuan ◦ Lakukan pemeriksaan kultur luka sesuai indikasi
keluarga & kerabat
◦ Pertimbangkan menggunakan larutan antiseptic
◦ Kolaborasi pemberian terapi antimicrobial utk mencuci luka
sistemik
◦ Lakukan persiapan dasar luka
◦ Edukasi ttg perawatan & pengobatan oleh tim
◦ Pilih balutan yg mengontrol inflamasi &
multidisiplin
mengelola eksudat
◦ Pertimbangan topical antimicrobial
◦ Evaluasi berkelanjutan trhdp tanda & gejala
infeksi lokal & spesifik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai