Anda di halaman 1dari 23

ASKEP ATRESIA ANI PADA ANAK

DAN DAMPAK TERHADAP


PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


DEFINISI ATRESIA ANI
Atresia ani adalah suatu kelainan
kongenital tanpa anus atau
anus tidak sempurna, termasuk
didalamnya agenesis ani,
agenesis rektum dan atresia
rektum. Insiden 1:5000
kelahiran yang dapat muncul
sebagai sindroma VACTRERL
(Vertebra, Anal, Cardial,
Esofageal, Renal, Limb)
(Faradilla, 2009).
ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ini belum diketahui,
namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan
anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,
fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik. Pada kelainan bawaan anus
umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter,
dan otot dasar panggul. Namun demikian pada
agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai. Menurut peneletian beberapa ahli
masih jarang terjadi bawaan gen autosomal
resesif yang menjadi penyebab atresia
ani(Adele,1996).
KLAIFIKASI
Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah
anus sehingga feses tidak dapat keluar.

Inperforata membran adalah terdapat membran pada


anus.
LANJUTAN.....
Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging
diantara rectum dengan anus.

Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum


MANIFETASI KLINIS
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah
kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir,
tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya
membran anal dan fistula eksternal pada perineum
(Suriadi,2001). Gejala lain yang Nampak di ketahui
adalah jika bayi tidak dapat buang air besar sampai
24 jam setelah lahir, gangguan intestinal,
pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulit
abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996).
KOMPLIKASI
Menurut Betz dan Sowden
(2009), komplikasi pada
atresia ani antara lain:
 Asidosis hiperkloremik

 Infeksi saluran kemih yang

terus-menerus
 Kerusakan uretra (akibat

prosedur bedah)
 Komplikasi jangka panjang
PATOFISIOLOGI
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum
urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi
atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik, sehingga
anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang.
Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka
yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal
anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan
dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam
perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra
dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar
melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur,
sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus.
PENATALAKSANAAN
1. Pembuatan kolostomi

2. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan radiologis
 Sinar-X
 Ultrasonografi (USG) abdomen
 CT Scan,
 Rontgenogram pada abdomen dan pelvis
DAMPAK ATRESIA ANI TERHADAP PEMNEUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Dampak yang terjadi akibat atrsia ani ataupun setelah


dilakukan tindakan operasi antara lain sebagai
berikut :
1. Konstipasi
2. Inkontinensia tinja
3. Inkontinesia urine
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
 Biodata
 Identitas Klien

 Identitas Penanggung Jawab

 Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama:
 Distensi abdomen

 Riwayat Kesehatan Keluarga, penyakit Sekarang DAN


riwayat penyakit dahulu.
 Riwayat Kesehatan Lingkungan
 Pemerikaaan fisik
LANJUTAN ...
Data Masalah Etiologi
2. DS : Cemas orang tua Kurangnya pengetahuan
Ibu klien mengatakan terkait penyakit anak b.d
bahwa dirinya bingung Kerusakan Integritas Kulit Kurangnya pengetahuan
melihat kondisi sang anak terkait penyakit anak
DO:
Terpasang kolostomi pada
klien
3. DS: Nyeri akut Trauma jaringan
Ibu klien mengatakan
bahwa anak menangis
DO:
Klien terlihat lemas dan
tidak nyaman
4. DO: Inkontinensia defekasi Abnormalitas sfingter
BAB klien tidak terkontrol rektal
sebagaimana normalnya
Data Masalah Etiologi

DS: Resiko Infeksi Trauma jaringan post


Ibu klien mengatakan operasi
bahwa luka pada anaknya
memerah dan seperti
terjadi peradangan
DO:
Ada tanda-tanda radang
pada daerah post operasi
antara lain: rubor, dolor,
calor, tumor
Pasien terlihat tidak
nyaman
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Ketidakseimbangan nutrisi < dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan mencerna makanan (mual, muntah)
2. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik (atresia ani),
dysuria.
3. Kecemasan orangtua b.d. kurangnya pengetahuan terkait
penyakit anak
4. Kerusakan integritas kulit b.d. pemasangan kolostomi
5. Nyeri akut b.d trauma jaringan pasca operasi
6. Inkontinensia defekasi b.d abnormalitas sfingter rektal
7. Resiko infeksi b.d trauma jaringan pasca operasi b.d perawatan
tidak adekuat
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
LANJUTAN...
No Dx Noc Nic Rasional
keperawata
n
3. Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji status mental 1. Derajat ansietas akan
orang tua asuhan dan tingkat ansietas dipengaruhi bagaimana
berhubungan keperawatan 1x24 dari klien dan informasi tersebut diterima.
dengan jam diharapkan keluarga. 2. Menjadi pendengar yang baik
kurang rasa cemas 2. Dengarkan dengan dapat mengurangi rasa cemas
pengetahuan orangtua dapat penuh perhatikan orangtua
tentang hilang atau 3. Jelaskan dan 3. Membuat orang tua lebih
penyakit dan berkurang. persiapkan untuk mengerti keadaan anaknya
prosedur Kriteria Hasil: tindakan prosedur 4. Dapat meringankan ansietas
perawatan 1.) Ansietas sebelum dilakukan terutama ketika tindakan operasi
berkurang operasi. tersebut dilakukan.
2.) Ibu klien tidak 4. Beri kesempatan 5. Mengungkapkan rasa takut
gelisah klien untuk dan bertanya secara terbuka
mengungkapkan isi dimana rasa takut dapat
pikiran dan bertanya. ditujukan.
5. Ciptakan 6. Lingkungan nyaman dapat
lingkungan yang mengurangi cemas
tenang dan nyaman.
4. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Hindari 1. Untuk mencegah
integritas keperawatan selama 1x24 kerutan pada perlukaan pada
kulit b.d. jam diharapkan tempat tidur kulit
pemasangan kerusakan integritas kulit 2. Jaga 2. Untuk menjaga
kolostomi dapat berkurang kriteria kebersihan kulit ketahanan kulit
hasil: agar tetap 3. Untuk
1. Integritas kullit yang bersih dan mengetahui adanya
baik bisa dipertahan- kering tanda kerusakan
kan . 3. Monitor kulit jaringan kulit
2. Perfusi jaringan baik akan adanya 4. Untuk menjaga
3. Menunjukan kemerahan kelembaban kulit
pemahaman dalam 4. Oleskan 5. Untuk menjaga
proses perbaikan kulit lotion/baby oil keadekuatan
dan mencegah terjadinya pada daerah nutrisi guna
cedera berulang yang tertekan penyembuhan luka
5. Monitor
status nutrisi
klien
5. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
trauma jaringan asuhan reaksi nonverbal mengetahui
(post operasi) keperawatan dari bagian mana
selama 1x24 jam ketidaknyamanan yang nyeri
diharapkan nyeri klien 2. Dengan
akut dapat 2. Bantu klien dukungan orang
berkurang kriteria dan keluarga tua disekitar
hasil: untuk mencari klien bisa
Klien tampak dan menemukan mengurangi
nyaman dan dukungan nyeri
tenang (4) Kontrol 3. Lingkungan
lingkungan yang yang nyaman
dapat dapat
memengaruhi mengurangi rasa
nyeri nyeri
3. Kolaborasi 4. Analgesik
dengan dokter dapat
terkait mengurangi
pemberian nyeri
analgesik
Evaluasi
 Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap
intervensi keperawatan, kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan
dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan
yaitu:
 Evaluasi formatif menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.
 Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status klien pada waktu tertentu
berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. Di samping itu, evaluasi juga sebagai alat ukur
suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau
tercapai sebagian.
 Tujuan tercapai
 Tujuan dikatakan tercapai bila klien telah menunjukan perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
 Tujuan tercapai sebagian
 Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu
dicari berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual. Setelah
makan bahkan kadang-kadang muntah.
 Tujuan tidak tercapai
 Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukan adanya perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria
yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai