DOSEN PEMBIMBING :
OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
LATIHAN KASUS 2
Seorang mahasiswi A yang sedang belajar di salah satu institusi pendidikan
diwajibkan tinggal diasrama selama setahun. Mahasiswa ini sering meninggalkan
tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan di asrama dan sering keluar sampai
malam. Kondisi kamar sering tidak rapi dan acak-acakan. Ketika diingatkan oleh
teman-temannya mahasiswi A marah-marah, karena merasa sudah mengganggu
privasinya.
2. Berikan pendapat saudara, apakah kasus tersebut dinilai hal yang biasa
terjadi di jaman sekarang? Berikan alasan saudara!
Jawaban :
Menurut kami, hal itu seharusnya tidak terjadi lagi karena ia adalah
mahasiswi yang harusnya mulai bersikap lebih dewasa. Namun mahasiswi
tersebut kurang adanya interaksi dengan teman-temannya. Selain itu
sebagai seorang teman juga harus memberi saran dan arahan yang baik,
serta saling mengayomi sesama teman. Dan sebagai seorang mahasiswi
harusnya ia mampu menaati peraturan yang ditetapkan di asrama. Apabila
dia membuat kesalahan sebaiknya harus disampaikan dengan baik, dan
tidak boleh menggunakan kekasaran. Selain itu sebagai seorang mahasiswi
juga harus mampu mengatur waktu dan intropeksi diri sendiri.
3. Menurut saudara apakah kasus tersebut bertentangan dengan norma dan
moral? Berikan pendapat saudara!
Ya, Menurut kami hal yang diperbuat oleh mahasiswa tersebut melanggar
norma. Karena norma adalah peraturan yang telah ditetapkan dan menurut
kami jika mahasiswi A telah memutuskan untuk melanjutkan belajar di
institut yang telah diwajibkan untuk asrama, maka itu adalah konsekuensi
dari pilihan tersebut dan apapun peraturan yang telah ditentukan oleh
pihak asrama maka wajib untuk ditaati, dan mahasiswi A yang sering
keluar malam, ataupun tidak pernah merapikan kamar tidur maka pihak
asrama atau kampus berhak menegur dan memberikan sanksi sesuai
konsekuensi yang telah ditetapkan sejak awal.
LATIHAN 1
Berikan beberapa contoh tindakan etis dan tidak etis dalam praktek keperawatan
yang dilakukan oleh seorang perawat sesuai format berikut
Pada latihan dibawah ini, saudara diminta untuk memberikan tanda centang (V)
pada kolom hak atau kewajiban pasien dan hak atau kewajiban perawat sesuai
pernyataan pada kolom
No Pernyataan Hak Kewajiban Hak Kewajiban
pasien pasien perawat perawat
1 Seorang pasien menolak
tindakan yang hendak
dilakukan terhadap dirinya
sesudah memperoleh
informasi yang jelas tentang √
penyakitnya
2 Ketika ditanyai oleh
wartawan mengenai penyakit
pasien yang dirawatnya
perawat tidak menjawabnya √
3 Ketika pasien tidak mampu
ditangani di Puskesmas
maka perawat akan merujuk
pasien ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mempunyai
keahlian atau kemampuan √
yang lebih baik
4 Seorang artis yang sedang
sakit menyatakan bahwa
tidak mau diliput karena
merasa terganggu √
5 Seorang pasien mengakhiri
pengobatan serta perawatan
atas tanggungjawab sendiri
sesudah memperoleh √
informasi yang jelas tentang
penyakitnya
6 Memperoleh jaminan
perlindungan terhadap resiko √
kerja yang berkaitan dengan
tugasnya
7 Melunasi semua imbalan
atas jasa pelayanan rumah √
sakit
8 Menerima imbalan jasa
profesi sesuai ketentuan dan √
peraturan yang berlaku
9 Memberikan informasi
dengan jujur dan √
selengkapnya tentang
penyakit yang diderita
kepada dokter yang merawat
10 Melakukan pertolongan
darurat atas dasar √
perikemanusiaan
LATIHAN 2: KASUS
Kaitkan pertanyaan berikut ini dengan pola hubungan kerja saudara sebagai
perawat pasien, dengan teman sejawat dan profesi lain
Materi praktikum 3
Pada sesi ini saudara akan diberikan kasus dan saudara diminta untuk memberikan
pandangan atau sikap saudara tentang penerapan prinsip etis dalam asuhan
keperawatan
Kasus 1
Saudara bertugas di salah satu ruangan di Rumah Sakit Jiwa. Saudara diberi
tanggungjawab untuk melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah
psikososial yaitu menarik diri akibat ketergantungan dengan obat NAPZA. Selain
itu ternyata pasien ini juga terdiagnosa HIV positif tetapi pasien tersebut belum
mengetahuinya. Pada saat pertama kali saudara bertemu dengannya, pasien
tersebut tampak diam dan tidak mau menjawab pertanyaan perawat. Tindakan apa
yang saudara lakukan jika pasien tersebut tidak mau diajak berinteraksi? Kaitkan
dengan prinsip pokok dalam melakukan pengkajian.
Jawaban :
Perawat berusaha untuk mengetahui dan memahami secara keseluruhan
tentang keluhan yang dialami oleh pasien. Perawat harus mengetahui situasi
yang sedang dihadapi oleh pasien. Misalnya perawat menanyakan dengan cara
yang asertif, tidak menuduh, tidak menghakimi, mendengarkan dengan empati
apakah pasien adalah seorang yang ketergantungan obat NAPZA, apakah
dilingkungannya terdapat salah seorang yang menggunakan obat NAPZA.
Kasus 2
Bapak H, usia 40 tahun adalah seorang pegawai di sebuah perusahaan swasta
terkenal di kotanya. Pasien baru dikirim dari poliklinik rawat jalan menuju ruang
rawat inap. Keluhan utama pasien adalah pusing berdenyut dan kaku di daerah
tengkuk. Saudara sebagai seorang praktikan keperawatan diminta untuk
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien tersebut. Ternyata pasien
menolak diperiksa oleh saudara dengan alasan belum berpengalaman. Apakah
selanjutnya tindakan saudara?
Jawaban :
Kita sebagai perawat harus menjelaskan kepada pasien bahwa pemeriksaan
Tanda-tanda vital tersebut meliputi tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan, dan kita
harus mampu meyakinkan bapak H kalau pemeriksaan tanda-tanda vital tersebut
mampu mengetahui penyakitnya yang diderita sehigga dapat di tindak lanjuti
pemeriksaan dengan tepat baik oleh dokter ataupun perawat.
Kasus 3
Ibu A usia 35 tahun, mengeluh nyeri perut bagian kanan bawah, tekanan darah
140//80 mmHg, nadi 100x/menit, ekspresi muka tegang, meringis dan menahan
sakit. Saudara akan membuat diagnosis keperawatan. Hal-hal pokok apa yang
saudara lakukan untuk menetapkan diagnosis keperawatan! Diagnosis apakah
yang tepat ditegakkan untuk kasus tersebut?
Jawaban :
PENGKAJIAN
Keluhan utama Riwayat keperawatan Pemeriksaan fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
2. Intoleransi aktivitas nyeri pada tubuh
3. Gangguan pola tidur
INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
Tujuan : Penurunan tingkat nyeri, perubahan dalam rasa nyaman
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Catat tanda tanda vital sebelum dan Mengkaji sejauh mana perbedaan
sesudah aktivitas peningkatan selama aktivitas
Kolaborasi dengan dokter dan Meningkatkan kerja sama tim dan perawatan
fisioterapi dalam latihan aktivitas holistik
Intervensi Rasional
Kaji pola tidur pasien Untuk mengetahui kebutuhan tidur pasien
Ciptakan lingkungan nyaman dan Dengan lingkungan yang nyaman akan
tenang meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur
pasien
Batasi pengunjung Agar pasien tidur nyaman dan nyenyak
Monitor kebutuhan tidur pasien Mengetahui perkembangan pola tidur pasien
setiap hari dan jam
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
interdependent, dependent, independent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa
kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
EVALUASI
Kasus 4
Ibu K, usia 35 tahun didiagnosis infeksi pada pencernaan, mendapatkan suntikan
antibiotik secara intramuskuler. Perawat B laki-laki, saat ini hanya bertugas
dengan praktikan perempuan yang belum berpengalaman. Saat perawat B akan
melakukan suntikan, pasien menolak. Dalam kehidupan keseharian pasien ini
menghindari bersentuhan dengan laki-laki selain suaminya. Pasien meminta agar
perawat perempuan yang menyuntik, meskipun sudah diberi tahu bahwa praktikan
tersebut belum berpengalaman. Menurut saudara tindakan etis apakah yang harus
dilakukan oleh perawat B?
Jawaban :
Prinsip etik yang dapat kita lakukan adalah Non-Maleficence (Tidak
Merugikan),yaitu dengan cara memberi informasi kepada pasien tentang dampak
buruk yang dapat terjadi karena perawat perempuan tersebut belum
berpengalaman.Selain itu perawat B juga dapat menjelaskan bahwa dalam Islam
jika kita berada dalam kondisi yang darurat makan bersentuhan dengan lawan
jenis tidak termasuk dosa,sehingga pasien tersebut dapat mengambil keputusan
terbaik agar mendapatkan hasil yang terbaik.Jika tetap menolak maka kita harus
menghargai pendapat dan hak pasien tersebut,yang terpenting kita sudah memberi
informasi.
Kasus 5
Ibu D di rawat di Rumah Sakit dengan diagnosis medis gastritis kronis. Selama 3
hari dirawat, nafsu makan dan berat badannya semakin menurun. Perawat
menegakkan diagnosa keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat. Perawat sudah
melakukan beberapa seperti menganjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi
sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menghidangkan menu makanan yang
menarik. Berdasarkan kasus di atas bagaimana evaluasi yang saudara susun
mengacu pada SOAP?
Jawaban :
Evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis (iritasi mukosa
lambung )
Dalam asuhan keperawatan yangdilakukan penulis selama 3 hari terdapat
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iritasi mukosa
lambung) masalah ini teratasi sebagian dibuktikan dengan pasien merasakan
nyeri perut berkurang.
2. Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya nafsu makan.
Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari terdapat
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan, sehingga berat badannya semakin menurun.
Perawat melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menghidangkan menu
makanan yang menarik. Apabila pasien mau untuk makan, maka kebutuhan
asupan makanan akan terpenuhi sebagai penunjang kesembuhan pasien.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (Proses
penyakit).
Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari terdapat
masalah defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan
(proses penyakit) teratasi sebagian dibuktikan pada saat penulis melakukan
pendidikan kesehatan pasien dapat memahami penyakitnya dengan
menyebutkan penyebab penyakit yang dialaminya.
4. Resiko infeksi dengan factor resiko agen cidera fisik (Tindakan infasif ).
Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari terdapat
masalah resiko infeksi belum teratasi dibuktikan dengan pasien masih
terpasang infus intra vena.
Hasil kerja laporan praktikum ini telah dikoreksi oleh pembimbing
Materi praktikum 4
Pada sesi ini saudara akan diberikan kasus dan saudara diminta untuk memberikan
pandangan tentang penyelesaian kasus dilihat dari prinsip moral dan hukum.
Kasus 1
Masih ingat Ny A (33 tahun) yang karena lama tidak sadarkan diri dari sakitnya
membuat sang suami minta agar RS menyuntik mati saja (euthanasia), tapi
ditolak? Menurut dr yang merawatnya, apa yang dilakukan RS terhadap Ny A
sudah masuk kategori euthanasia pasif. "Sebenarnya pihak RS sudah
melaksanakan euthanasia pasif. Kalau orang yang tidak punya uang dan membuat
suatu pernyataan tidak mau dirawat, itu sudah merupakan euthanasia pasif
meskipun euthanasia dapat diancam hingga 12 tahun penjara. Seperti diketahui,
Ny A hingga kini dirawat di bagian stroke di salah satu rumah sakit ternama di
kota X, setelah berbulan-bulan tidak sadarkan diri pasca melahirkan. Karena
ketiadaan ongkos, suaminya bapak H, meminta RS agar menyuntik mati istrinya
karena dirasa tidak ada harapan hidup normal kembali. Tapi RS menolak
menyuntik mati Ny. A karena secara kedokteran tidak bisa dikatakan koma
meskipun dia tidak bisa melakukan kontak. Dalam istilah kedokteran, pasien
mengalami gangguan komplikasi, digolongkan sebagai stroke, sehingga tidak ada
alasan untuk euthanasia. Selain itu, di Indonesia, euthanasia tidak dibenarkan
dalam etika dokter juga dalam hukum "Jadi saya rasa, kalau pembiayaan
kesehatan sudah ditanggung negara dengan disahkannya UU Sistem Jaminan
Sosial, maka saya rasa kasus-kasus euthanasia tidak terulang lagi,". Bagaimana
dengan permintaan euthanasia bukan alasan biaya, tapi karena tidak punya
harapan hidup?
Latihan
Jawaban:
Menurut kami, kasus diatas tidak termasuk dalam tindakan yang bermoral. Hal
ini kami simpulkan dari niatan yang disampaikan oleh suami Ny. A, bapak H,
yang menginginkan untuk menyuntik mati saja istrinya, padahal pihak rumah
sakit telah melakukan tindakan euthanasia pasif dimana itu sudah termasuk
membiarkan Ny. A meninggal secara alamiah walaupun dapat terancam
hukuman. Dengan menyuntik mati Ny. A, itu berarti bapak H secara sengaja
membunuh istrinya sendiri, walaupun dengan alasan ketiadaan ongkos dan
asumsi bahwa kehidupan Ny. A tidak akan bisa kembali seperti normal.
Tindakan tersebut tidak sesuai dengan etika, nilai, dan norma yang
berkembang di Indonesia, yang tidak memperbolehkan tindakan euthanasia
dalam bentuk apapun.
Kasus 2
Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi di desa T kabupaten K. N (21tahun),
warga Dusun G, tewas setelah berusaha menggugurkan janin yang dikandungnya.
Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangsang oleh bidan Puskesmas.
Peristiwa naas ini bermula ketika N diketahui mengandung seorang bayi hasil
hubungannya dengan S (38 tahun), warga Desa T kota K. Sayangnya, janin yang
dikandung tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil hubungan
gelap yang dilakukan N dan S. S sendiri sebenarnya sudah menikah dengan L
.Namun karena sang istri bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di
Hongkong, S kerap tinggal sendirian di rumahnya. Karena itulah ketika bertemu
dengan N yang masih kerabat bibinya di kota P, S merasa menemukan pengganti
istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut berlanjut menjadi perselingkuhan hingga
membuat N hamil 3 bulan. Panik melihat kekasihnya hamil, S memutuskan untuk
menggugurkan janin tersebut atas persetujuan N. Selanjutnya, keduanya
mendatangi bidan H (40 tahun), yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di desa
T kabupaten K. Keputusan itu diambil setelah S mendengar informasi jika bidan
H kerap menerima jasa pengguguran kandungan dengan cara suntik. Pada
mulanya bidan H sempat menolak permintaan S dan N dengan alasan keamanan.
Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp 2.100.000.
Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui harga yang ditawarkan bidan setelah
harga turun menjadi Rp 2.000.000. Hari itu juga, bidan yang diketahui bertugas di
salah satu Puskesmas di Kabupaten K melakukan aborsi.
Kasus 3
S (42 tahun) warga Desa T yang menjadi korban malpraktik oknum perawat RS X
kota P, akhirnya meninggal dunia. Pelaku bernama B, perawat di unit gawat
darurat RS X kota P. Pelaku membuka praktik klinik ilegal di rumahnya dan
mengaku sebagai dokter spesialis bedah. Dugaan malapraktik itu terungkap,
setelah keluarga korban melapor ke polisi.
Sebelumnya, korban pernah berobat ke klinik milik B pada tahun 20xx silam.
Kemudian ketika merasakan sakit S datang ke klinik yang menjadi tempat praktik
oknum itu di rumahnya di desa D. Korban mengeluhkan pusing-pusing. Oleh B, S
disarankan melakukan operasi pembedahan, karena di bagian punggungnya ada
benjolan yang diduga sebagai penyebab penyakit yang dideritanya. Akan tetapi,
setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata
kian buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh dan akhirnya
meninggal dunia.
Jawaban :
Menurut kami dalam kasus diatas perawat tidak memiliki nilai moral
kemanusiaan karena perawat tersebut telah melakukan tindakan yang tidak
sesuai dengan standar profesi perawat yaitu malpraktik sehingga
menyebabkan pasien meninggal dunia. Perawat seharusnya melakukan
pelayanan sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak
menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis pada pasien. Ada 8
prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat yaitu :
Otonomi(Autonomi), Benefience(Berbuat
Kasus 4
Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu
Rumah Sakit di kota S dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari.
Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak
sembuh-sembuh, dan berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn.
A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg
dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang sopir truk yang sering pergi
keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2
minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit
dalam karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter
yang menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advis
kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil
sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta
perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil
pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh
perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya.
Jawaban :
Menurut kami dari prinsip moral yang dibahas dari kasus tersebut perawat
harus memberikan informasi kepada pihak keluarga karena itu merupakan hak
pasien dan dari dari pemberian informasi tersebut bisa dirundingkan bersama
tindakan apa yang dilanjutkan setelah mengetahui penyakit Tn.A.
BENEFICENCE
Kriteria Ada Tidak
ada
1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih,
rela berkorban untuk kepentingan orang lain.
2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.
3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh
Menguntungkan dokter.
4) Mengusahakan agar kebaikan /manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.
5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying
6) Manjamin kehidupan- baik- minimal manusia
7) Pembatasan goal-based.
8) Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien.
9) Minimalisasi akibat buruk.
10) Kewajiban menolong pasien gawat – darurat.
11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.
12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan.
13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan.
14) Mengembangkan profesi secara terus-menerus.
15) Memberikan obat berkhasiat namun murah.
16) Menerapkan Golden Rule Principle.
KAIDAH DASAR BIOETIK 2 ( DO NO HARM DALAM
SITUASI EMERGENSI DAN PRAKTEK KLINIK )
NONMALEFICENCE
Kriteria Ada Tidak
ada
1) Menolong pasien emergensi.
2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : pasien
dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah
bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran
teresebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian
dokter atau hanya mengalami risiko minimal.
3) Mengobati pasien yang luka.
4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia).
5) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien.
6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek.
7) Mengobati secara tidak proporsional.
8) Tidak mencegah pasien dari bahaya.
9) Menghindari misrepresentasi dari pasien.
10) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena
kelalaian.
11) Tidak memberikan semangat hidup.
12) Tidak melindungi pasien dari serangan.
13) Tidak melakukan white collar crime dalam bidang
kesehatan/kerumah sakitan yang merugikan pihak
pasien dan Keluarganya.
KAIDAH DASAR BIOETIK 3 ( OTONOMI PASIEN DALAM
BERBAGAI SITUASI )
AUTONOMI
Kriteria Ada Tidak
ada
1) Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai
martabat pasien.
2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
(pada kondisi elektif).
3) Berterus terang.
4) Menghargai privasi.
5) Menjaga rahasia pesien.
6) Menghargai rasionalitas pasien.
7) Melaksanakan Informed consent.
8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten megambil
keputusan sendiri.
9) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien.
10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
membuat
keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri.
11) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada
kasus non emergensi
12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan
pasien
13) Menjaga hubungan (kontrak).
KAIDAH DASAR BIOETIK 4 ( PRINSIP KEADILAN DALAM
KONTEKS HUBUNGAN DOKTER – PASIEN )
JUSTICE
Kriteria Ada Tidak
ada
1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal.
2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah
ia lakukan.
3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama.
4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
accessibility, availability, and quality).
5) Menghargai hak hukum pasien.
6) Manghargai hak orang lain.
7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan).
8) Tidak melakukan penyalahgunaan.
9) Bijak dalam makro alokasi.
10) Memberikan kontribusi yang relative sama
dengan kebutuhan pasien.