Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN HASIL DISKUSI

KONSEP ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING :

Minarti, M. Kep., Sp. Kom.

OLEH :

MOCHAMMAD WILDANIL ULYA (P27820720028)

RENDY SEPTIAN BAGASKARA (P27820720081)

CHOIRU UMMAH (P27820720009)

KIRANTI RARAS WAHYUNINGTYAS (P27820720069)

HANA MARSHADITA YOWANDA SARI (P27820720093)

SABRINA ARACELY DELLA NABILAH (P27820720083)

ELYANA INTAN LESTARI (P27820720061)

HALIMAH NUR FITRI SANA (P27820720019)

DINI SEPTIYA KARINA (P27820720011)

TINGKAT 1 SEMESTER 1 SARJANA TERAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK 2020/2020


LATIHAN 1: IDENTIFIKASI SIKAP
Berikan beberapa contoh tindakan etis dan tindakan tidak etis dalam kehidupan
sehari-hari sesuai format di bawah ini

No Tindakan etis Tindakan tidak etis


1 Menolong seseorang yang sedang Membiarkan atau tidak
mengalami kesulitan. menghiraukan seseorang yang
sedang mengalami kesulitan.
2 Disiplin dalam kerja. Melakukan pekerjaan dengan se-
enaknya saja.
3 Mendengarkan bila ada seseorang Tidak memotong pembicaraan
yang berbicara. seseorang dengan se-enaknya.
4 Berkata lemah-lembut kepada Berkata kasar dan bernada tinggi
orang tua. terhadap orang tua.
5 Membuang sampah ada Membuang sampah sembarangan.
tempatnya.
6 Saling menghormati antar umat Mengganggu agama lain yang
beragama. sedang beribadah.
7 Mengucap salam apabila bertamu Memasuki rumah orang lain tanpa
dirumah orang lain. mengucakan salam.
8 Mencium tangan kedua oramg tua Tidak berpamitan kepada orang tua
apabila hendak beraktivitas. saat hendak beraktivitas.
9 Makan dengan menggunakan Makan menggunakan tangan kiri.
tangan kanan.
10 Tidak korupsi bagi pejabat negara. Pejabat negara menggunakan uang
rakyat untuk kepentingan pribadi.

LATIHAN KASUS 2
Seorang mahasiswi A yang sedang belajar di salah satu institusi pendidikan
diwajibkan tinggal diasrama selama setahun. Mahasiswa ini sering meninggalkan
tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan di asrama dan sering keluar sampai
malam. Kondisi kamar sering tidak rapi dan acak-acakan. Ketika diingatkan oleh
teman-temannya mahasiswi A marah-marah, karena merasa sudah mengganggu
privasinya.

Hal-hal yang perlu dibahas:


1. Bagaimana pendapat saudara tentang kasus di atas? Apakah kasus tersebut
termasuk hal yang bertentangan dengan etika di masyarakat? Berikan
alasan saudara!
Jawaban :
Ya, Menurut kami kasus tersebut termasuk hal yang bertentangan dengan
etika di masyarakat. Karena mahasiswi tesebut belum memahami teori
etika dan mempraktikkannya dengan baik di lingkungan masyarakat,
dilihat dari tingkah laku mahasiswi tersebut yang tidak menaati peraturan
di asrama, sering keluar sampai malam, dan kondisi kamar yang tidak rapi
atau acak-acakan. Seharusnya mahasiswi tersebut lebih menjaga sikap
terutama pada seseorang yang sudah mengingatkannya kepada hal baik
dan menerima teguran tersebut karena mahasiswi A memang melakukan
kesalahan.

2. Berikan pendapat saudara, apakah kasus tersebut dinilai hal yang biasa
terjadi di jaman sekarang? Berikan alasan saudara!
Jawaban :
Menurut kami, hal itu seharusnya tidak terjadi lagi karena ia adalah
mahasiswi yang harusnya mulai bersikap lebih dewasa. Namun mahasiswi
tersebut kurang adanya interaksi dengan teman-temannya. Selain itu
sebagai seorang teman juga harus memberi saran dan arahan yang baik,
serta saling mengayomi sesama teman. Dan sebagai seorang mahasiswi
harusnya ia mampu menaati peraturan yang ditetapkan di asrama. Apabila
dia membuat kesalahan sebaiknya harus disampaikan dengan baik, dan
tidak boleh menggunakan kekasaran. Selain itu sebagai seorang mahasiswi
juga harus mampu mengatur waktu dan intropeksi diri sendiri.
3. Menurut saudara apakah kasus tersebut bertentangan dengan norma dan
moral? Berikan pendapat saudara!
Ya, Menurut kami hal yang diperbuat oleh mahasiswa tersebut melanggar
norma. Karena norma adalah peraturan yang telah ditetapkan dan menurut
kami jika mahasiswi A telah memutuskan untuk melanjutkan belajar di
institut yang telah diwajibkan untuk asrama, maka itu adalah konsekuensi
dari pilihan tersebut dan apapun peraturan yang telah ditentukan oleh
pihak asrama maka wajib untuk ditaati, dan mahasiswi A yang sering
keluar malam, ataupun tidak pernah merapikan kamar tidur maka pihak
asrama atau kampus berhak menegur dan memberikan sanksi sesuai
konsekuensi yang telah ditetapkan sejak awal.

4. Jika saudara teman sekelas A dan saudara mengetahui kasus tersebut,


apa yang akan saudara lakukan? Berikan alasan mengapa saudara
melakukan hal tersebut!
Jawaban :
Kami tetap akan menegur mahasiswi A tersebut. Karena meskipun kita
tinggal di asama ataupun dimana saja, sebaiknya kita harus tetap
menjaga etika kita dan tidak melanggar peraturan yang ada sejak awal.
Kita tidak boleh berlaku se-enaknya tanpa menghiraukan peraturan yang
telah ditetapkan.

Hasil kerja laporan praktikum ini telah dikoreksi oleh pembimbing

Nilai Mengetahui pembimbing

LATIHAN 1
Berikan beberapa contoh tindakan etis dan tidak etis dalam praktek keperawatan
yang dilakukan oleh seorang perawat sesuai format berikut

No Tindakan etis Tindakan tidak etis


1 Perawat bertanggung jawab Perawat tidak bertanggung jawab
terhadap diri sendiri,profesi,klien atas diri sendiri profesi , klien dan
dan masyarakat. masyarakat.
2 Perawat menjaga privvasi klien. Perawat menceritakan penyakit
pasien pada orang yang tidak
berkepentingan.
3 Perawat melayani pasien dengan Perawat tidak melayani pasien
baik dan benar dengan benar.

4 Perawat melakukan tindakan Perawat memasang infus tidak


pemasangan infus sesui dengan sesuai dengan SOP.
SOP yang berlaku.
5 Perawat memeberikan obat kepada Perawat memberikan obat kepada
pasien dengan dosis yang benar. pasien tidak sesuai dosis.

6 Perawat menjalin komunikasi Perawat tidak menjalin komunikasi


dengan pasien. dengan pasien.

7 Perawat memberikan informasi Perawat tidak memberikan


kepada klien dengan jelas. informasi dengan jelas kepada
pasien.

8 Perawat memperkenalkan diri Perawat tidak memperkenalkan diri


kepada klien dan keluarga. kepada klien.

9 Perawat melaksanakan intervensi Perawat tidak melaksanakan


keperawatan sesai dengan intervensi keperawatan.
kompietensunya.
10 Perawat melindungi klien dan Perawat tidak melindungi
public bila kesehatan dan kesehatan dan keselamatan pasien
keselamatannya terancam oleh dari praktik ilegal.
praktik seseorang yang tidak
kompeten, tidak etis, dan illegal.

Pada latihan dibawah ini, saudara diminta untuk memberikan tanda centang (V)
pada kolom hak atau kewajiban pasien dan hak atau kewajiban perawat sesuai
pernyataan pada kolom
No Pernyataan Hak Kewajiban Hak Kewajiban
pasien pasien perawat perawat
1 Seorang pasien menolak
tindakan yang hendak
dilakukan terhadap dirinya
sesudah memperoleh
informasi yang jelas tentang √
penyakitnya
2 Ketika ditanyai oleh
wartawan mengenai penyakit
pasien yang dirawatnya
perawat tidak menjawabnya √
3 Ketika pasien tidak mampu
ditangani di Puskesmas
maka perawat akan merujuk
pasien ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mempunyai
keahlian atau kemampuan √
yang lebih baik
4 Seorang artis yang sedang
sakit menyatakan bahwa
tidak mau diliput karena
merasa terganggu √
5 Seorang pasien mengakhiri
pengobatan serta perawatan
atas tanggungjawab sendiri
sesudah memperoleh √
informasi yang jelas tentang
penyakitnya
6 Memperoleh jaminan
perlindungan terhadap resiko √
kerja yang berkaitan dengan
tugasnya
7 Melunasi semua imbalan
atas jasa pelayanan rumah √
sakit
8 Menerima imbalan jasa
profesi sesuai ketentuan dan √
peraturan yang berlaku
9 Memberikan informasi
dengan jujur dan √
selengkapnya tentang
penyakit yang diderita
kepada dokter yang merawat
10 Melakukan pertolongan
darurat atas dasar √
perikemanusiaan
LATIHAN 2: KASUS

Kaitkan pertanyaan berikut ini dengan pola hubungan kerja saudara sebagai
perawat pasien, dengan teman sejawat dan profesi lain

Berikan pandangan sikap saudara terhadap beberapa kasus di bawah ini


1. Pasien yang sedang saudara rawat, tiba-tiba tekanan darahnya drop. Apa
tindakan pertama yang saudara lakukan? Berikan alasannya!
Jawaban :
Apabila hal tersebut tiba-tiba terjadi kepada seorang pasien yang sedang
dirawat maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah mencukupi
kebutuhan air atau cairan pada pasien, karena dehidrasi terjadi ketika
mengalami kekurangan cairan dalam tubuh. Komposisi darah yang paling
utama adalah air sehingga saat seseorang kekurangan cairan atau air dalam
tubuh tentu hal akan mempengaruhi kondisi darah termasuk tekanan darah.
Orang yang memiliki kondisi tekanan darah rendah disarankan untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh per-hari. Karena itulah kita harus
memberikan air putih pada orang yang mengalami hipotensi sebagai
pertolongan pertama.
Selanjutnya sebagai seorang perawat harus memberi saran dan arahan
kepada pasien tersebut agar memenuhi konsumsi makanan sehat. Cara untuk
meningkatkan tekanan darah, bisa dilakukan dengan mengonsumsi makanan
yang mengandung natrium atau sodium. Meskipun dalam jumlah kecil,
setidaknya konsumsi buah dan sayuran yang mengandung natrium untuk
seorang pengidap hipotensi. Buah seperti semangka, lemon, timun, seledri,
dan tomat karena memiliki kandungan air yang cukup tinggi sehingga dapat
membantu pasien untuk mengontrol tekanan darah.
Kemudian berikan arahan kepada pasien agar memenuhi kebutuhan garam
dalam tubuhnya. Mengonsumsi garam dianjurkan bagi pengidap hipotensi
karena garam mengandung natrium tinggi. Namun harus tetap membatasi
asupan garam sesuai dengan kebutuhan dalam tubuh kita.

2. Bagaimana sikap saudara jika menghadapi pasien yang menolak dilakukan


tindakan kateter karena takut atau malu?
Jawaban :
Diskusikan terlebih dahulu dengan pasien, berikan kata kata motivasi atau
penyemangat agar pasien tidak takut untuk dilakukan tindakan kateter, dan
jelaskan kenapa harus di pasangkan kateter ke pasien dan juga alasannya
kenapa agar pasien tidak takut ataupun curiga. Jika pasien merasa malu,
perawat harus memberikan penjelasan yang pasti supaya privasi antar pasien
dan perawat terjaga. Karena kita sebagai perawat harus bisa menjaga privasi
pasien. Tetapi jika pasien tetap saja menolak, kita sebagai perawat tidak boleh
menyerah untuk memberikan penjelasan lagi dan juga jelaskan resikonya
kalau tidak dipasangkan kateter.
3. Seorang pasien mengeluh tidak ada nafsu makan selama 3 hari terakhir.
Tindakan kolaborasi apa yang dilakukan oleh perawat untuk memenuhi
kebutuhan pasien agar asupan nutrisi adekuat?
Jawaban :
Kita sebagai perawat ,harus bicara secara perlahan dan lembut kepada
pasien, pasien harus kita bujuk atau kita hibur agar pasien mau makan, jika
tetap tidak mau makan kita sebagai perawat jangan memaksa pasien untuk
makan,dan kita harus menyuapinya dengan sedikit sedikit tapi sering. Serta
dianjurkan keluarga pasien untuk memberi motifasi.

4. Saudara sebagai perawat di sebuah bangsal, tiba-tiba diminta untuk mengikuti


rapat secara mendadak, padahal saudara mempunyai tugas yang banyak pada
saat itu. Tindakan etis apa yang akan saudara lakukan agar keduanya dapat
berjalan dengan lancar?
Jawaban :
Menurut kami, tentu saja sebagai seorang perawat kita harus
mendahulukan kepentingan pasien, akan tetapi jika kedua hal tersebut baik
rapat maupun tugas harus sama-sama terlaksana, maka perawat tersebut bisa
melakukan tindakan kolaborasi dengan perawat lain agar kedua kegiatan baik
rapat maupun tugas dapat sama-sama terlaksana dengan baik. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara meminta tolong kepada perawat yang lain untuk
sementara menggantikan tugas-tugasnya selama ia mengikuti rapat, apabila
rapat tersebut memang benar-benar harus dihadiri oleh dirinya. Atau
sebaliknya, ia dapat meminta bantuan ke perawat lain untuk menghadiri rapat
tersebut menggantikan dirinya supaya ia dapat tetap mengerjakan tugasnya,
apabila rapat tersebut dapat diwakilkan dengan orang selain dirinya. Tentu
saja tindakan kolaborasi ini perlu memeperhatikan tingkatan kemampuan antar
perawat yang akan saling bekerjasama, lebih bijaksana jika tugas yang
harusnya dilakukan oleh perawat expert tentu hanya boleh di alih tugaskan
kepada perawat dengan tingkatan kemampuan setara pula.
5. Saudara diminta untuk menggantikan teman saudara yang berhalangan dinas
sore karena sakit,padahal saudara baru saja menyelesaikan dinas pagi.
Bagaimana sikap saudara menghadapi kondisi tersebut?
Jawaban :
Menurut kami, sebagai seorang perawat kami akan siap mengganti
teman kami yang berhalangan hadir dikarenakan sakit. Karena tugas seorang
perawat adalah siap sedia dalam segala kondisi meskipun telah melaksanakan
tugas piketnya namun jika ada teman kami yang sedang sakit maka kami harus
selalu siap menggantikannya.

Hasil kerja laporan praktikum ini telah dikoreksi oleh pembimbing

Nilai Mengetahui pembimbing

Materi praktikum 3
Pada sesi ini saudara akan diberikan kasus dan saudara diminta untuk memberikan
pandangan atau sikap saudara tentang penerapan prinsip etis dalam asuhan
keperawatan

Kasus 1
Saudara bertugas di salah satu ruangan di Rumah Sakit Jiwa. Saudara diberi
tanggungjawab untuk melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah
psikososial yaitu menarik diri akibat ketergantungan dengan obat NAPZA. Selain
itu ternyata pasien ini juga terdiagnosa HIV positif tetapi pasien tersebut belum
mengetahuinya. Pada saat pertama kali saudara bertemu dengannya, pasien
tersebut tampak diam dan tidak mau menjawab pertanyaan perawat. Tindakan apa
yang saudara lakukan jika pasien tersebut tidak mau diajak berinteraksi? Kaitkan
dengan prinsip pokok dalam melakukan pengkajian.
Jawaban :
 Perawat berusaha untuk mengetahui dan memahami secara keseluruhan
tentang keluhan yang dialami oleh pasien. Perawat harus mengetahui situasi
yang sedang dihadapi oleh pasien. Misalnya perawat menanyakan dengan cara
yang asertif, tidak menuduh, tidak menghakimi, mendengarkan dengan empati
apakah pasien adalah seorang yang ketergantungan obat NAPZA, apakah
dilingkungannya terdapat salah seorang yang menggunakan obat NAPZA.

 Perawat berusaha mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan


masa lalu, saat ini, bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi
pasien dimasa yang akan datang. Dalam melakukan pengakajian dengan
pasien yang tidak mau diajak berinteraksi maka perawat harus menanyakan
informasi kepada orang terdekat pasien bahkan keluarganya karena dirasa
paling tahu untuk menggali sebuah informasi yang terdapat dari pasien.

Kasus 2
Bapak H, usia 40 tahun adalah seorang pegawai di sebuah perusahaan swasta
terkenal di kotanya. Pasien baru dikirim dari poliklinik rawat jalan menuju ruang
rawat inap. Keluhan utama pasien adalah pusing berdenyut dan kaku di daerah
tengkuk. Saudara sebagai seorang praktikan keperawatan diminta untuk
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien tersebut. Ternyata pasien
menolak diperiksa oleh saudara dengan alasan belum berpengalaman. Apakah
selanjutnya tindakan saudara?
Jawaban :
Kita sebagai perawat harus menjelaskan kepada pasien bahwa pemeriksaan
Tanda-tanda vital tersebut meliputi tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan, dan kita
harus mampu meyakinkan bapak H kalau pemeriksaan tanda-tanda vital tersebut
mampu mengetahui penyakitnya yang diderita sehigga dapat di tindak lanjuti
pemeriksaan dengan tepat baik oleh dokter ataupun perawat.
Kasus 3
Ibu A usia 35 tahun, mengeluh nyeri perut bagian kanan bawah, tekanan darah
140//80 mmHg, nadi 100x/menit, ekspresi muka tegang, meringis dan menahan
sakit. Saudara akan membuat diagnosis keperawatan. Hal-hal pokok apa yang
saudara lakukan untuk menetapkan diagnosis keperawatan! Diagnosis apakah
yang tepat ditegakkan untuk kasus tersebut?
Jawaban :
PENGKAJIAN
Keluhan utama Riwayat keperawatan Pemeriksaan fisik

 Pasien  Lokasi nyeri  Tanda-tanda vital


memberitahu  Intensitas  Pergerakan tubuh
dengan  Kualitas yang menunjukkan
ekspresi  Pola nyeri adanya nyeri
wajah yang  Factor presipitasi  Ekspresi wajah
tegang,  Factor yang  Ketidaknyamanan/
meringis, dan memperingan kecemasan
menahan nyeri  Keringat berlebihan
sakit 
 Gejala yang Perubahan warna
 Tekanan menyertai kulit
darah 
 Efek nyeri Kulit yang kering
meningkat
terhadap activity
daily living
(ADL)
 Pengalaman nyeri
sebelumnya
 Makna nyeri
 Sumber koping
 Respons afektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
2. Intoleransi aktivitas nyeri pada tubuh
3. Gangguan pola tidur

INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
Tujuan : Penurunan tingkat nyeri, perubahan dalam rasa nyaman

Intervensi Rasional

Lakukan pendekatan dengan pasien Agar pasien dan keluarganya lebih


dan keluarga kooperatif dalam tindakan keperawatan

Kaji tingkat nyeri Untuk mengetahui tingkat nyeri


Menciptakan lingkungan yang Untuk memberikan ketenangan kepada
nyaman pasien
Ajarkan teknik distriksi dan Untuk mengurangi rasa nyeri
relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis Untuk mengurangi rasa nyeri
dalam memberikan analgesik

2. Intoleransi aktivitas nyeri pada tubuh


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, masalah dapat
teratasi

Intervensi Rasional

Monitor keterbatasan aktivitas dan Merencanakan intervensi dengan tepat


kelemahan saat aktivitas

Bantu pasien dalam melakukan Pasien dapat memilih dan merencanakan


aktivitas fisik sendiri sendiri

Catat tanda tanda vital sebelum dan Mengkaji sejauh mana perbedaan
sesudah aktivitas peningkatan selama aktivitas

Kolaborasi dengan dokter dan Meningkatkan kerja sama tim dan perawatan
fisioterapi dalam latihan aktivitas holistik

3. Gangguan pola tidur


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
kebutuhan tidur tercukupi.

Intervensi Rasional
Kaji pola tidur pasien Untuk mengetahui kebutuhan tidur pasien
Ciptakan lingkungan nyaman dan Dengan lingkungan yang nyaman akan
tenang meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur
pasien
Batasi pengunjung Agar pasien tidur nyaman dan nyenyak
Monitor kebutuhan tidur pasien Mengetahui perkembangan pola tidur pasien
setiap hari dan jam

Kolaborasi dengan dokter Agar pasien dapat tidur dengan nyenyak


pemberian obat tidur

IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
interdependent, dependent, independent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa
kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.

EVALUASI

Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam


merespon rangsangan nyeri diantaranya :
a. Hilangnya perasaan nyeri
b. Menurunnya intesitas nyeri
c. Adanya respon fisiologis yang baik
d. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.

Kasus 4
Ibu K, usia 35 tahun didiagnosis infeksi pada pencernaan, mendapatkan suntikan
antibiotik secara intramuskuler. Perawat B laki-laki, saat ini hanya bertugas
dengan praktikan perempuan yang belum berpengalaman. Saat perawat B akan
melakukan suntikan, pasien menolak. Dalam kehidupan keseharian pasien ini
menghindari bersentuhan dengan laki-laki selain suaminya. Pasien meminta agar
perawat perempuan yang menyuntik, meskipun sudah diberi tahu bahwa praktikan
tersebut belum berpengalaman. Menurut saudara tindakan etis apakah yang harus
dilakukan oleh perawat B?
Jawaban :
Prinsip etik yang dapat kita lakukan adalah Non-Maleficence (Tidak
Merugikan),yaitu dengan cara memberi informasi kepada pasien tentang dampak
buruk yang dapat terjadi karena perawat perempuan tersebut belum
berpengalaman.Selain itu perawat B juga dapat menjelaskan bahwa dalam Islam
jika kita berada dalam kondisi yang darurat makan bersentuhan dengan lawan
jenis tidak termasuk dosa,sehingga pasien tersebut dapat mengambil keputusan
terbaik agar mendapatkan hasil yang terbaik.Jika tetap menolak maka kita harus
menghargai pendapat dan hak pasien tersebut,yang terpenting kita sudah memberi
informasi.

Kasus 5
Ibu D di rawat di Rumah Sakit dengan diagnosis medis gastritis kronis. Selama 3
hari dirawat, nafsu makan dan berat badannya semakin menurun. Perawat
menegakkan diagnosa keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat. Perawat sudah
melakukan beberapa seperti menganjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi
sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menghidangkan menu makanan yang
menarik. Berdasarkan kasus di atas bagaimana evaluasi yang saudara susun
mengacu pada SOAP?
Jawaban :
Evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis (iritasi mukosa
lambung )
Dalam asuhan keperawatan yangdilakukan penulis selama 3 hari terdapat
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iritasi mukosa
lambung) masalah ini teratasi sebagian dibuktikan dengan pasien merasakan
nyeri perut berkurang.
2. Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya nafsu makan.
Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari terdapat
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan, sehingga berat badannya semakin menurun.
Perawat melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menghidangkan menu
makanan yang menarik. Apabila pasien mau untuk makan, maka kebutuhan
asupan makanan akan terpenuhi sebagai penunjang kesembuhan pasien.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (Proses
penyakit).
Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari terdapat
masalah defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan
(proses penyakit) teratasi sebagian dibuktikan pada saat penulis melakukan
pendidikan kesehatan pasien dapat memahami penyakitnya dengan
menyebutkan penyebab penyakit yang dialaminya.
4. Resiko infeksi dengan factor resiko agen cidera fisik (Tindakan infasif ).
Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari terdapat
masalah resiko infeksi belum teratasi dibuktikan dengan pasien masih
terpasang infus intra vena.
Hasil kerja laporan praktikum ini telah dikoreksi oleh pembimbing

Nilai Mengetahui pembimbing

Materi praktikum 4
Pada sesi ini saudara akan diberikan kasus dan saudara diminta untuk memberikan
pandangan tentang penyelesaian kasus dilihat dari prinsip moral dan hukum.

Kasus 1
Masih ingat Ny A (33 tahun) yang karena lama tidak sadarkan diri dari sakitnya
membuat sang suami minta agar RS menyuntik mati saja (euthanasia), tapi
ditolak? Menurut dr yang merawatnya, apa yang dilakukan RS terhadap Ny A
sudah masuk kategori euthanasia pasif. "Sebenarnya pihak RS sudah
melaksanakan euthanasia pasif. Kalau orang yang tidak punya uang dan membuat
suatu pernyataan tidak mau dirawat, itu sudah merupakan euthanasia pasif
meskipun euthanasia dapat diancam hingga 12 tahun penjara. Seperti diketahui,
Ny A hingga kini dirawat di bagian stroke di salah satu rumah sakit ternama di
kota X, setelah berbulan-bulan tidak sadarkan diri pasca melahirkan. Karena
ketiadaan ongkos, suaminya bapak H, meminta RS agar menyuntik mati istrinya
karena dirasa tidak ada harapan hidup normal kembali. Tapi RS menolak
menyuntik mati Ny. A karena secara kedokteran tidak bisa dikatakan koma
meskipun dia tidak bisa melakukan kontak. Dalam istilah kedokteran, pasien
mengalami gangguan komplikasi, digolongkan sebagai stroke, sehingga tidak ada
alasan untuk euthanasia. Selain itu, di Indonesia, euthanasia tidak dibenarkan
dalam etika dokter juga dalam hukum "Jadi saya rasa, kalau pembiayaan
kesehatan sudah ditanggung negara dengan disahkannya UU Sistem Jaminan
Sosial, maka saya rasa kasus-kasus euthanasia tidak terulang lagi,". Bagaimana
dengan permintaan euthanasia bukan alasan biaya, tapi karena tidak punya
harapan hidup?

Latihan

1. Bagaimanakah pandangan saudara apabila kasus di atas dilihat dari prinsip


moral?

Jawaban:

Menurut kami, kasus diatas tidak termasuk dalam tindakan yang bermoral. Hal
ini kami simpulkan dari niatan yang disampaikan oleh suami Ny. A, bapak H,
yang menginginkan untuk menyuntik mati saja istrinya, padahal pihak rumah
sakit telah melakukan tindakan euthanasia pasif dimana itu sudah termasuk
membiarkan Ny. A meninggal secara alamiah walaupun dapat terancam
hukuman. Dengan menyuntik mati Ny. A, itu berarti bapak H secara sengaja
membunuh istrinya sendiri, walaupun dengan alasan ketiadaan ongkos dan
asumsi bahwa kehidupan Ny. A tidak akan bisa kembali seperti normal.
Tindakan tersebut tidak sesuai dengan etika, nilai, dan norma yang
berkembang di Indonesia, yang tidak memperbolehkan tindakan euthanasia
dalam bentuk apapun.

2. Bagaimanakah kasus di atas dilihat dari segui hukum di negara Indonesia?


Jawaban :
Secara hukum Indonesia, tindakan euthanasia tidak disahkan dan dianggap
sebagai tindakan yang melawan hukum, dinyatakan pada pasal 334 Kitab
UndangUndang Hukum Pidana, dan pasal 338, pasal 340, pasal 345, serta
pasal 359 KUHP. Dalam pasa-pasal tersebut dikatakan barangsiapa yang
menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri akan
dihukum penajara selama-lamanya 12 tahun, karena tindakan tersebut hingga
saat ini belum dapat diterima dalam nilai, norma, etika, dan hukum yang ada
dan berkembang di Indonesia.

3. Bagaimanakah cara pengambilan keputusan secara etis pada kasus tersebut?


Jawaban :
 Autonomy (kemandirian)
Sebagai perawat, petugas medis harus mempercayakan keputusan di
tangan klien dan keluarga klien. Walaupun keputusan dari pihak keluarga
klien dinilai bertentangan secara hukum, petugas medis tetap memberikan
arahan dan saran yang terbaik untuk klien dan keluarganya.
 Beneficience (berbuat baik)
Perawat sebagai petugas medis yang bertanggungjawab atas klien, harus
memberikan edukasi dan nasehat mengenai kondisi dari penyakit klien dan
memberikan solusi terbaik dari sudut pandang medis.
 Justice (keadilan)
Perawat harus memberikan layanan keperawatan secara adil kepada setiap
klien dan tetap menghargai setiap keputusan yang ingin diambil oleh pihak
klien.
 Non Maleficience (tidak merugikan)
Perawat melakukan keputusan berdasarkan keputusan akhir dari pihak
klien dan keluarga setelah memberikan edukasi kepada pihka keluarga
klien dan setelah berdiskusi dengan dokter yang bertanggungjawab, lalu
menandatangani surat pernyataan.
 Veracity (kejujuran)
Perawat harus bertindak sesuai fakta yang ada, sehingga perawat
berkewajiban untuk menyampaikan hal-hal kebenaran mengenai kondisi
klien kepada pihak keluarga.
 Fidelity (menepati janji)
Perawat memiliki tanggungjawab untuk melakukan tindakan sesuai
dengan keputusan yang diberikan oleh klien sebagai bentuk dari
tanggungjawab dan profesionalitasnya.
 Confidentiality (kerahasiaan)
Perawat tidak diperbolehkan untuk menyebarkan informasi mengenai
rekam medis klien dan menjaga kerahasiaan mengenai kondisi kesehatan
klien. Dalam hal ini perawat tidak diperbolehkan untuk melakukan diskusi
mengenai klien dengan orang-orang diluar area pelayanan.
 Accountability (akuntabilitas)
Perawat melakukan segala tindakan medis berdasarkan prosedur dan kiat-
kiat keperawatan yang ada. Dalam kasus ini, perawat wajib mengikuti
langkah-langkah dalam pengambilan keputusan terhadap klien, yaitu
dengan mengedukasi pihak keluarga klien mengenai tindakan euthanasia
yang akan diambil, lalu mengkomunikasikannya dengan dokter yang
bertanggungjawab, lalu setelahnya segala keputusan akan berada di tangan
klien.

Kasus 2
Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi di desa T kabupaten K. N (21tahun),
warga Dusun G, tewas setelah berusaha menggugurkan janin yang dikandungnya.
Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangsang oleh bidan Puskesmas.
Peristiwa naas ini bermula ketika N diketahui mengandung seorang bayi hasil
hubungannya dengan S (38 tahun), warga Desa T kota K. Sayangnya, janin yang
dikandung tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil hubungan
gelap yang dilakukan N dan S. S sendiri sebenarnya sudah menikah dengan L
.Namun karena sang istri bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di
Hongkong, S kerap tinggal sendirian di rumahnya. Karena itulah ketika bertemu
dengan N yang masih kerabat bibinya di kota P, S merasa menemukan pengganti
istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut berlanjut menjadi perselingkuhan hingga
membuat N hamil 3 bulan. Panik melihat kekasihnya hamil, S memutuskan untuk
menggugurkan janin tersebut atas persetujuan N. Selanjutnya, keduanya
mendatangi bidan H (40 tahun), yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di desa
T kabupaten K. Keputusan itu diambil setelah S mendengar informasi jika bidan
H kerap menerima jasa pengguguran kandungan dengan cara suntik. Pada
mulanya bidan H sempat menolak permintaan S dan N dengan alasan keamanan.
Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp 2.100.000.
Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui harga yang ditawarkan bidan setelah
harga turun menjadi Rp 2.000.000. Hari itu juga, bidan yang diketahui bertugas di
salah satu Puskesmas di Kabupaten K melakukan aborsi.

Metode yang dipergunakan bidan cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat


penahan rasa nyeri XX 1,5 cc yang dicampur dengan obat Y, ketubuh N. Menurut
pengakuan bidan, pasien yang disuntik obat tersebut akan mengalami kontraksi
dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya. Bidan mengatakan jika efek
kontraksi akan muncul 6 jam setelah disuntik. Hal itu sudah pernah dia lakukan
kepada pasien lainnya. Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, N terlihat
mengalami kontraksi hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda
motor oleh S menuju rumahnya, N terjatuh dan pingsan karena tidak kuat
menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya terus mengelurkan darah. Warga
yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas. Namun karena
kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RS. Sayangnya, petugas medis di ruang
gawat darurat tak sanggup menyelamatkan N hingga meninggal dunia pada hari
Sabtu pukul 23.00 WIB.

1. Bagaimanakah pandangan saudara apabila kasus di atas dilihat dari prinsip


moral?
Jawaban :
Menurut kami dari prinsip moral yang dibahas dari kasus tersebut perawat
harus melakukan tindakan secara benar dan baik sehinggapasien atau klien
tidak takut untuk merawat dirinya ke tempat kesehatan serta rawat seharusnya
jujur dalam tindakan tidak bohong dalam tindakan dan juga melakukan praktik
secara benar agar klien tersebut dapat pulih secara baik bukan memperparah
keadaan pasien tersebut
2. Bagaimanakah kasus di atas dilihat dari segi hukum di negara Indonesia?
Jawaban :
Secara hukum Indonesia, tindakan euthanasia tidak disahkan dan dianggap
sebagai tindakan yang melawan hukum, dinyatakan pada pasal 334 Kitab
UndangUndang Hukum Pidana, dan pasal 338, pasal 340, pasal 345, serta
pasal 359 KUHP. Dalam pasa-pasal tersebut dikatakan barangsiapa yang
menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri akan
dihukum penajara selama-lamanya 12 tahun, karena tindakan tersebut hingga
saat ini belum dapat diterima dalam nilai, norma, etika, dan hukum yang ada
dan berkembang di Indonesia.
3. Bagaimanakah cara pengambilan keputusan secara etis pada kasus tersebut?
Jawaban :
 Autonomy (kemandirian)
Perawat sebagai tenaga medis harus mengahargai setiap keputusan dari
klien. Dalam kasus ini, baik N maupun S sudah cukup dewasa untuk
mengambil keputusan tentang dirinya sendiri meskipun hal yang
dilakukannya itu merupakan hal yang bertentangan dengan hukum.
 Beneficience (berbuat baik)
Perawat sebagai tenaga medis profesional harus memberikan nasehat dan
saran demi kebaikan klien. Dalam kasus ini, perawat sebaiknya
mengedukasi S dan memberikan nasehat mengenai tindakan aborsi yang
dilakukan oleh S dan N, bahwa tindakan tersebut merupakan hal yang
melanggar hukum.
 Justice (keadilan)
Perawat sebagai tenaga medis harus bertindak adil kepada setiap klien
yang dirawat tanpa memandang keadaan klien. Dalam kasus ini, perawat
wajib menjalankan kewajibannya sebagai tenaga medis dalam merawat
klien meskipun dalam keadaan kritis sekalipun.
 Non Maleficience (tidak merugikan)
Perawat harus bertindak sesuai kiat-kiat keperawatan yang ada, sehingga
setiap tindakannya tidak akan merugikan baik dari pihak rumah sakit
maupupn pihak klien.
 Veracity (kejujuran)
Perawat harus bertindak sesuai fakta yang ada, sehingga perawat
berkewajiban untuk menyampaikan hal-hal kebenaran mengenai kondisi
klien kepada pihak keluarga. Dalam kasus ini perawat harus
menyampaikan keadaan klien kepada keluarga dengan sejujur-jujurnya,
bagaimanapun keadaannya.
 Fidelity (menepati janji)
Perawat memiliki tanggungjawab untuk melakukan tindakan sesuai
dengan keputusan yang diberikan oleh klien sebagai bentuk dari
tanggungjawab dan profesionalitasnya.
 Confidentiality (kerahasiaan)
Perawat tidak diperbolehkan untuk menyebarkan informasi mengenai
rekam medis klien dan menjaga kerahasiaan mengenai kondisi kesehatan
klien. Dalam hal ini perawat tidak diperbolehkan untuk menyebarluaskan
mengenai bagaimana kondisi klien kepada pihak-pihak yang tidak
berhubungan.
 Accountability (akuntabilitas)
Perawat melakukan segala tindakan medis berdasarkan prosedur dan kiat-
kiat keperawatan yang ada. Dalam kasus ini, perawat wajib menasehati
dan mengedukasi keluarga klien mengenai tindakan hal yang
dilakukannya.

Kasus 3
S (42 tahun) warga Desa T yang menjadi korban malpraktik oknum perawat RS X
kota P, akhirnya meninggal dunia. Pelaku bernama B, perawat di unit gawat
darurat RS X kota P. Pelaku membuka praktik klinik ilegal di rumahnya dan
mengaku sebagai dokter spesialis bedah. Dugaan malapraktik itu terungkap,
setelah keluarga korban melapor ke polisi.
Sebelumnya, korban pernah berobat ke klinik milik B pada tahun 20xx silam.
Kemudian ketika merasakan sakit S datang ke klinik yang menjadi tempat praktik
oknum itu di rumahnya di desa D. Korban mengeluhkan pusing-pusing. Oleh B, S
disarankan melakukan operasi pembedahan, karena di bagian punggungnya ada
benjolan yang diduga sebagai penyebab penyakit yang dideritanya. Akan tetapi,
setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata
kian buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh dan akhirnya
meninggal dunia.

1. Bagaimanakah pandangan saudara apabila kasus di atas dilihat dari prinsip


moral?

Jawaban :

Menurut kami dalam kasus diatas perawat tidak memiliki nilai moral
kemanusiaan karena perawat tersebut telah melakukan tindakan yang tidak
sesuai dengan standar profesi perawat yaitu malpraktik sehingga
menyebabkan pasien meninggal dunia. Perawat seharusnya melakukan
pelayanan sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak
menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis pada pasien. Ada 8
prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat yaitu :
Otonomi(Autonomi), Benefience(Berbuat

Baik), Justice(Keadilan), Non-malefience (tidak merugikan), Veracity


(Kejujuran), Fidelity (Menepati janji), Confidentiality (Kerahasiaan),
Accountability (Akuntabilitasi).

2. Bagaimanakah kasus di atas dilihat dari segui hukum di negara Indonesia?


Jawaban :
Dari segi hukum di Indonesia pelanggaran kasus diatas dapat ditunjukkan
bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan juga institusi
penyelenggaraan pelayanan praktek keperawatan. Adapun undang undang
yang mengatur tindakan malpraktek keperawatan yaitu UU No 36 Tahun
2014.
3. Bagaimanakah cara pengambilan keputusan secara etis pada kasus tersebut?
Jawaban :
 Autonomy (kemandirian)
Sebagai perawat, petugas medis harus mempercayakan keputusan di
tangan klien dan keluarga klien. Dalam kasus ini, klien yang tidak
mengetahui kebenarannya, berobat ke klinik milik perawat B yang
merupakan klinik illegal. Seharusnya, klien memastikan terlebih dahulu
apakah izin praktik dari perawat B tersebut merupakan izin yang sah atau
tidak sah.
 Beneficience (berbuat baik)
Perawat sebagai petugas medis yang bertanggungjawab atas klien, harus
memberikan edukasi dan nasehat mengenai kondisi dari penyakit klien dan
memberikan solusi terbaik dari sudut pandang medis. Dalam kasus ini,
seharusnya perawat B tidak membuka praktik klinik illegal dengan alasan
keamanan dari pasien yang berobat.
 Justice (keadilan)
Perawat harus memberikan layanan keperawatan secara adil kepada setiap
klien dan tetap menghargai setiap keputusan yang ingin diambil oleh pihak
klien. Dalam hal ini perawat B bertindak tidak adil karena telah
memberikan pelayanan perawatan yang illegal kepada pasien, yang
menyebabkan pasien mengalami kelumpuhan.
 Non Maleficience (tidak merugikan)
Perawat melakukan tindakan yang merugikan klien dengan memberikan
pelayanan perawatan yang illegal hingga klien mengalami kelumpuhan.
 Veracity (kejujuran)
Perawat harus bertindak sesuai fakta yang ada, sehingga perawat
berkewajiban untuk menyampaikan hal-hal kebenaran mengenai kondisi
klien kepada pihak keluarga. Dalam kasus ini, perawat B tidak bertindak
jujur kepada klien dengan memberikan tindakan praktik yang illegal dan
tidak mengkomunikasikannya kepada klien.
 Fidelity (menepati janji)
Perawat memiliki tanggungjawab untuk melakukan tindakan sesuai
dengan keputusan yang diberikan oleh klien sebagai bentuk dari
tanggungjawab dan profesionalitasnya. Dalam kasus ini, perawat B tidak
menepati janjinya sebagai petugas medis yang profesional, yaitu dengan
melakukan praktik illegal yang merugikan dan dapat mengancam jiwa
klien.
 Confidentiality (kerahasiaan)
Perawat dilarang untuk menyebarkan informasi mengenai rekam medis
klien dan menjaga kerahasiaan mengenai kondisi kesehatan klien.
 Accountability (akuntabilitas)
Perawat melakukan tindakan medis sesuai prosedur dan kiat-kiat
keperawatan yang ada. Dalam kasus ini, perawat B tidak memiliki prinsip
akuntabilitas karena perawat tersebut telah membuka praktek klinik illegal
yang merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum.

Kasus 4
Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu
Rumah Sakit di kota S dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari.
Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak
sembuh-sembuh, dan berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn.
A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg
dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang sopir truk yang sering pergi
keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2
minggu sekali bahkan sebulan sekali.

Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit
dalam karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter
yang menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advis
kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil
sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta
perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil
pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh
perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya.

Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS.


Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter
yang menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat
menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan
bingung. Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak
memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan
frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat. Perawat
tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi permintaan
keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang
dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan
informasi.

1. Bagaimanakah pandangan saudara apabila kasus di atas dilihat dari prinsip


moral?

Jawaban :

Menurut kami dari prinsip moral yang dibahas dari kasus tersebut perawat
harus memberikan informasi kepada pihak keluarga karena itu merupakan hak
pasien dan dari dari pemberian informasi tersebut bisa dirundingkan bersama
tindakan apa yang dilanjutkan setelah mengetahui penyakit Tn.A.

2. Bagaimanakah kasus di atas dilihat dari segui hukum di negara Indonesia?


Jawaban :
Secara hukum Indonesia,tindakan tersebut masuk dalam Hak pasien yang
tercantum dalam HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
(UU NO. 44 TAHUN 2009 : UU TENTANG RUMAH SAKIT PASAL 31
DAN 32),yang bila mana terdapat pasal yang berbunyi"hak-hak pasien
berserta kewajiban nya" .serta pasal(UU NO. 29 TAHUN 2004 : UU
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN PASAL 50 DAN 51).
3. Bagaimanakah cara pengambilan keputusan secara etis pada kasus tersebut?
Jawaban :
 Autonomy (kemandirian)
Sebagai perawat, petugas medis harus mempercayakan keputusan di
tangan klien dan keluarga klien. Walaupun keputusan dari pihak keluarga
klien meminta untuk merahasiakan penyakitnya dari Tn. A, akan tetapi
bagaimanapun, Tn. A berhak untuk mengetahui tentang apa yang terjadi
padanya. Oleh karena itu, perawat harus mengkomunikasikannya kepada
pihak keluarga untuk memberikan informasi kepada klien.
 Beneficience (berbuat baik)
Perawat sebagai petugas medis yang bertanggungjawab atas klien, harus
memberikan edukasi dan nasehat mengenai kondisi dari penyakit klien dan
memberikan solusi terbaik dari sudut pandang medis. Dalam kasus ini,
perawat sebaiknya menyampaikan kondisi mengenai penyakit klien dan
memberikan edukasi kepada klien dan keluarga agar baik klien maupun
keluarga merasa tenang.
 Justice (keadilan)
Perawat harus memberikan layanan keperawatan secara adil kepada setiap
klien dan tetap menghargai setiap keputusan yang ingin diambil oleh pihak
klien. Dalam kasus ini, klien harus mengetahui bagaimana kondisinya,
sehingg perawat harus bertindak adil dengan memberitahukan kebenaran
mengenai kondisi penyakit yang dialami klien
 Non Maleficience (tidak merugikan)
Perawat melakukan tindakan sesuai dengan keputusan pihak klien dan
keluarga setelah memberikan edukasi kepada pihak keluarga klien.
Sehingga baik klien maupun keluarga tidak ada yang akan merasa
dirugikan.
 Veracity (kejujuran)
Perawat harus bertindak sesuai fakta yang ada, sehingga perawat
berkewajiban untuk menyampaikan hal-hal kebenaran mengenai kondisi
klien kepada pihak keluarga.
 Fidelity (menepati janji)
Perawat memiliki tanggungjawab untuk melakukan tindakan sesuai
dengan keputusan yang diberikan oleh klien sebagai bentuk dari
tanggungjawab dan profesionalitasnya.
 Confidentiality (kerahasiaan)
Perawat tidak diperbolehkan untuk menyebarkan informasi mengenai
rekam medis klien dan menjaga kerahasiaan mengenai kondisi kesehatan
klien. Dalam hal ini perawat tidak diperbolehkan untuk melakukan diskusi
mengenai klien dengan orang-orang diluar area pelayanan.
 Accountability (akuntabilitas)
Perawat melakukan segala tindakan medis berdasarkan prosedur dan kiat-
kiat keperawatan yang ada. Dalam kasus ini, perawat wajib mengikuti
langkah-langkah dalam pengambilan keputusan terhadap klien, yaitu
dengan mengedukasi pihak keluarga klien mengenai keinginan untuk
merahasiakan penyakit klien dari klien.

Nilai Mengetahui pembimbing

Hasil kerja laporan praktikum ini telah dikoreksi oleh pembimbing


L AM P I R A N
KAIDAH DASAR BIOETIK I ( ALTRUISME DALAM BERPRAKTEK )

BENEFICENCE
Kriteria Ada Tidak
ada
1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih,
rela berkorban untuk kepentingan orang lain.
2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.
3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh
Menguntungkan dokter.
4) Mengusahakan agar kebaikan /manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.
5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying
6) Manjamin kehidupan- baik- minimal manusia
7) Pembatasan goal-based.
8) Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien.
9) Minimalisasi akibat buruk.
10) Kewajiban menolong pasien gawat – darurat.
11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.
12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan.
13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan.
14) Mengembangkan profesi secara terus-menerus.
15) Memberikan obat berkhasiat namun murah.
16) Menerapkan Golden Rule Principle.
KAIDAH DASAR BIOETIK 2 ( DO NO HARM DALAM
SITUASI EMERGENSI DAN PRAKTEK KLINIK )

NONMALEFICENCE
Kriteria Ada Tidak
ada
1) Menolong pasien emergensi.
2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : pasien
dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah
bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran
teresebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian
dokter atau hanya mengalami risiko minimal.
3) Mengobati pasien yang luka.
4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia).
5) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien.
6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek.
7) Mengobati secara tidak proporsional.
8) Tidak mencegah pasien dari bahaya.
9) Menghindari misrepresentasi dari pasien.
10) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena
kelalaian.
11) Tidak memberikan semangat hidup.
12) Tidak melindungi pasien dari serangan.
13) Tidak melakukan white collar crime dalam bidang
kesehatan/kerumah sakitan yang merugikan pihak
pasien dan Keluarganya.
KAIDAH DASAR BIOETIK 3 ( OTONOMI PASIEN DALAM
BERBAGAI SITUASI )

AUTONOMI
Kriteria Ada Tidak
ada
1) Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai
martabat pasien.
2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
(pada kondisi elektif).
3) Berterus terang.
4) Menghargai privasi.
5) Menjaga rahasia pesien.
6) Menghargai rasionalitas pasien.
7) Melaksanakan Informed consent.
8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten megambil
keputusan sendiri.
9) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien.
10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
membuat
keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri.
11) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada
kasus non emergensi
12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan
pasien
13) Menjaga hubungan (kontrak).
KAIDAH DASAR BIOETIK 4 ( PRINSIP KEADILAN DALAM
KONTEKS HUBUNGAN DOKTER – PASIEN )

JUSTICE
Kriteria Ada Tidak
ada
1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal.
2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah
ia lakukan.
3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama.
4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
accessibility, availability, and quality).
5) Menghargai hak hukum pasien.
6) Manghargai hak orang lain.
7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan).
8) Tidak melakukan penyalahgunaan.
9) Bijak dalam makro alokasi.
10) Memberikan kontribusi yang relative sama
dengan kebutuhan pasien.

11) Meminta partisipasi pasien sesuai dengan


kemampuannya.

12) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian


(biaya, beban, dan sanksi) secara adil.

13) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang


tepat dan kompeten.
14) Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas-
an sah/tepat.
15) Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan
penyakit/gangguan kesehatan.
16) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,
status sosial, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai